Anda di halaman 1dari 10

Vol. 3, No.

1, Februari 2020: 32-41

Pengetahuan Perawat terhadap Pelaksanaan Hand Hygiene di RSUD Simeuleu

Nurse's Knowledge of Hand Hygiene Implementation at RSUD Simeuleu

Elianah1*
1
Mahasiswa S2 IKM, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Institut Kesehatan Helvetia, Medan, Indonesia.
*Penulis Korespondensi

ABSTRAK
Hand hygiene adalah salah satu tindakan prevensi untuk cross infection. Mencuci tangan yang tidak memadai
dapat menjadi wadah terjadinya infeksi.Perawat di RSUD Simeuleu umumnya belum mengetahui dengan baik tujuan dan
fungsi kebersihan tangan, serta perawat juga belum melaksanakan kebersihan tangan dengan benar, baik berdasarkan 5
(lima) momen maupun 6 (enam) langkah menurut WHO.Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui hubungan tingkat
pengetahuan perawat terhadap pelaksanaan hand hygiene di Rumah Sakit Umum Daerah Simeulue Tahun. Jenis penelitian
ini adalah penelitian survey analitik yang bersifat deskriptif korelatif dengan menggunakan Metode pendekatan cross
sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah perawat yang bertugas di ruang rawat inap RSUD Simeulue yang
keseluruhannya berjumlah 197 orang dengan sampel sebanyak 132 orang.Data dianalisis secara univariat, bivariat (chi
square).Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas pengetahuan responden dalam kategori kurang (74,2%) dan
pelaksanaan hand hygiene amyoritas dalam kategori kurang (85,6%). Hasil penelitian dengan uji chi square diketahui ada
hubungan tingkat pengetahuan perawat dengan pelaksanaan hand hygiene dengan nilai p-value sebesar 0,006<0,05. Hasil
penelitian analisis multivariat dengan regresi logistik diketahui Exp (B) pada pengetahuan sebesar 0,243 yang berarti
bahwa perawat yang memiliki pengetahuan yang semakin baik cenderung melaksanakan hand hygiene sebesar 0,243 kali
dibandingkan yang memiliki pengetahuan yang kurang.Kepada pimpinan RSUD Simeuleu melengkapi fasilitas dan jumlah
kebutuhan hand hygiene baik itu handshop ataupun handrub sesuai standar yaitu di atas 60% diseluruh ruang rawat inap.
Kepada perawat agar meningkatkan pengetahuan dan kepatuhannya dalaam melakukan hand hygiene baik itu dengan
carahandshop ataupun handrub agar penularan HAIs tidak terjadi baik pada perawat sendiri, pasien maupun keluarga.
Kata Kunci :Hand Hygiene, Pengetahuan, Perawat

ABSTRACT
Hand hygiene is one of the actions for the prevention of cross infection. Inadequate hand washing can be a
container of infection. Nurses in hospitals Simeulue generally do not know well the purpose and function of hand hygiene,
and nurses also not hand hygiene correctly, both based on five (5) moments as well as six (6) steps according to the WHO.
Objective of this study was to determine the relationship between the level of knowledge of nurses the implementation of
hand hygiene in Simeulue District General Hospital .This research is an analytic survey research is descriptive correlative
using cross sectional Method. The population in this study were nurses on duty in the hospital inpatient Simeulue which in
total amounted to 197 people with a sample of 132 people. Data was analyzed by univariate, bivariate (chi square). The
Results showed that majority of knowledge of respondents in the category of less (74.2%) and the implementation of hand
hygiene amyoritas in the category less (85.6%). Result of research with chi square test known there is correlation of nurse
knowledge level with implementation of hand hygiene with p-value value equal to 0,006 <0,05. The result of multivariate
analysis with logistic regression is known Exp (B) on the knowledge of 0.243 which means that the nurses who have better
knowledge tends to implement hand hygiene equal to 0,243 times compared with less knowledge.Suggested to Simeulue
hospital leadership to equip the facility and the number of hand hygiene needs either handshop or handrub according to
the standard that is above 60% throughout the inpatient unit. To nurses in order to improve the knowledge and adherence
to hand hygiene in carrying either by handshop or transmission Hais handrub that did not happen either on its own nurses,
patients and families.
Keywords: Hand Hygiene, Knowledge, Nurses

Alamat Korespondensi
Eliana: Institut Kesehatan Helvetia, Jalan Kapten Sumarsono No. 107, Helvetia, Medan, Indonesia 20124.
Email: elianah68@gmail.com

32
Vol. 3, No. 1, Februari 2020: 32-41

PENDAHULUAN Di Indonesia telah dikeluarkan Surat


Rumah sakit sebagai institusi pelayanan Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan 382/Menkes/SK/III/2007 tentang Pelaksanaan
kesehatanperorangan secara paripurna yang Pencegahan dan upaya untuk memutus siklus
menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, penularan penyakit dan melindungi pasien,
dan gawat darurat. Rumah sakit diselenggarakan petugas kesehatan, pengunjung dan masyarakat
berasaskan Pancasila dan didasarkan kepada yang menerima pelayanan kesehatan, baik di
nilai kemanusiaan, etika danprofesionalitas, rumah sakit atau fasilitas pelayanan kesehatan
manfaat, keadilan, persamaan hak dan anti lainnya. Sedangkan petugas kesehatan termasuk
diskriminasi, pemerataan, perlindungan petugas pendukung seperti petugas laboratorium,
dankeselamatan pasien, serta mempunyai fungsi rumah tangga, CSSD, pembuang sampah dan
social(1). lainnya juga terpajan pada risiko besar terhadap
Menurut penjelasan Pasal 43 UU infeksi.Petugas kesehatan harus memahami,
Kesehatan No. 36 tahun 2009 proses dalam suatu mematuhi dan menerapkan Kewaspadaan Isolasi
rumah sakit yang memberikan pelayanan pasien yaitu Kewaspadaan Standar.Petugas kesehatan
yang lebih aman. Termasuk didalamnya asesmen harus memahami, mematuhi dan menerapkan
resiko, identifikasi, dan manajemen resiko Kebersihan Tangan agar tidak terinfeksi.
terhadap pasien, pelaporan dan analisis insiden, Program Pencegahan dan Pengendalian
kemampuan untuk belajar dan menindaklanjuti Infeksi (PPI) sangat penting untuk dilaksanakan
insiden, dan menerapkan solusi untuk di Rumah Sakit dan Fasilitas Pelayanan
mengurangi serta meminimalisir timbulnya Kesehatan lainnya sebagai tempat pelayanan
risiko(2). kesehatan di samping sebagai tolak ukur mutu
Pemerintah telah memasukkan indikator pelayanan juga untuk melindungi pasien, petugas
pencegahan dan pengendalian infeksi ke dalam juga pengunjung dan keluarga dari resiko
standard pelayanan minimal (SPM) dan bagian tertularnya infeksi karena dirawat, bertugas dan
dari penilaian akreditasi Rumah Sakit.Salah satu berkunjung ke suatu Rumah Sakit atau fasilitas
tahap standar yang efektif dalam pencegahan dan kesehatan lainnya. Program PPI di Rumah Sakit
pengendalian infeksi adalah hand hygiene karena perlu keterlibatan lintas profesional, Klinis,
kegagalan dalam menjaga kebersihan tangan Perawat, Laboratorium, K3L, Farmasi, Gizi,
adalah penyebab utama infeksi nosokomial dan IPSRS, Sanitasi dan House Keeping sehingga
mengakibatkan penyebaran mikroorganisme perlu wadah berupa Komite PPI(4).
multi resisten di fasilitas pelayanan kesehatan. Program PPI mencakup kewaspadaan
Penelitian membuktikan infeksi nosokomial di isolasi, surveilans, pendidikan dan pelatihan,
Rumah Sakit terjadi akibat kurangnya kepatuhan pencegahan infeksi serta penggunaan
petugas.Rata-rata kepatuhan petugas untuk antimikroba rasional. Jika diuraikan lebih lanjut
mencuci tangan di Indonesia 20%-40%(3). kewaspadaan isolasi terdiri dari kewaspadaan

33
Vol. 3, No. 1, Februari 2020: 32-41
standar (kebersihan tangan, penggunaan APD, Handhygiene termasuk cuci tangan dan
pengelolaan limbah dan benda tajam, disinfeksi tangan merupakan tindakan
pengendalian lingkungan, penyuntikan yang pencegahan primer yang dapat dilakukan oleh
aman, kebersihan pernafasan/etika batuk, praktek tenaga layanan kesehatan. Pencucian tangan
lumbal fungsi, peralatan perawatan pasien, menyeluruh dengan jumlah air dan sabun yang
penatalaksanaan linen, kesehatan karyawan, memadai dapat menghilangkan lebih dari 90%
penempatan pasien) dan kewaspadaan flora sementara.Disinfeksi dengan alkohol
berdasarkan transmisi (contact, droplet, digunakan untuk membunuh mikroorganisme
airborne)(4). beserta kontaminan yang ada(7).
Health care-associated infection (infeksi Salah satu komponen standar
terkait perawatan) masih menjadi masalah utama kewaspadaan dan usaha menurunkan HAIs
dunia.Health care-associated infection (HAIs) adalah menggunakan panduan kebersihan tangan
didefinisikan sebagai infeksi yang terjadi pada yang benar dan mengimplementasikan secara
pasien dalam rumah sakit atau fasilitas kesehatan efektif.Hand hygiene merupakan istilah umum
lainnya dimana pada awalnya infeksi tersebut yang berlaku baik untuk mencuci tangan, cuci
tidak hadir dan tanpa bukti inkubasi pada saat tangan dengan antiseptik, maupun hand rub
masuk rumah sakit. Infeksi ini terjadi baik di antiseptik. Pada tahun 1988 dan 1995, pedoman
negara maju maupun negara berkembang.Sekitar mencuci tangan dan antisepsis tangan diterbitkan
5% dari semua anak yang masuk ke rumah sakit oleh Association for Professionals in Infection
anak di Amerika Serikat (AS) mendapat Controls (APIC).Pada tahun 2009, WHO
HCAI.Dalam pembelajaran kooperatif World mencetuskan global patient safety challenge
Health Organization (WHO) (55 rumah sakit di dengan clean care is safe care, yaitu
14 negara dari 4 wilayah WHO), sekitar 8,7% merumuskan inovasi strategi penerapan hand
dari pasien rawat inap mengalami HAIs. hygiene untuk petugas kesehatan dengan My five
Kejadian ini menyebabkan lenght of stay (LOS), moments for hand hygiene(8).Menurut data
mortalitas, dan healthcare cost meningkat. Di RisetKesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun
Indonesia HAIs mencapai 15,74 % jauh di atas 2013, prevalensi nasional berperilaku benar
negara maju yang berkisar 4,8-15,5% (5). dalam cuci tangan adalah 47,0%.
Kejadian infeksi nosokomial yang terjadi Menurut Notoatmodjo (2010),
di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta, pengetahuan adalah merupakan hasil “Tahu” dan
berdasarkan suatu penelitian didapatkan angka ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan
kejadian ISK sebanyak 20% dari 30 pasien. terhadap objek tertentu yang mana penginderaan
Infeksi saluran kemih (ISK) adalah salah satu ini terjadi panca indera manusia yakni indera
HAIs yang paling sering terjadi yaitu sekitar penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan
40% dari seluruh HAIs yang dapat terjadi di raba yang sebagian besar pengetahuan manusia
rumah sakit setiap tahunnya(6). diperoleh melalui mata dan teliga. Sedangkan

34
Vol. 3, No. 1, Februari 2020: 32-41
tingkat pengetahuan adalah pengetahuan dengan area sekitar pasien. Untuk
seseorang terhadap objek yang mempunyai pelaksanaannya ada 6 (enam) langkah cuci
intensitas atau tingkat yang berbeda-beda. tangan menurut standar WHO, yaitu tuang cairan
Secara garis besarnya dibagi dalam 6 tingkat handrub pada telapak tangan kemudian usap dan
pengetahuan, yaitu tahu(know), memahami gosok kedua telapak tangan secara lembut
(comprehension), aplikasi (application), analisa dengan arah memutar, Usap dan gosok juga
(analisys), sintesis (synthesis), dan evaluasi kedua punggung tangan secara bergantian,
(evaluation) (9). Gosok sela-sela jari tangan hingga bersih,
Tangan merupakan salah satu sarana Bersihkan ujung jari secara bergantian dengan
penyebaran pathogen potensial dari satu pasien posisi saling mengunci, Gosok dan putar kedua
ke pasien lain, dari objek yang terkontaminasi ke ibu jari secara bergantian, dan letakkan ujung jari
pasien, atau dari petugas ke pasien. Untuk dapat ke telapak tangan kemudian gosok perlahan(11).
melindungi pasien dari infeksi, hand hygiene Rumah Sakit Umum Daerah Simeulue
harus dilaksanakan secara rutin dan sesuai salah satu bagian dari Rumah Sakit di Indonesia.
dengan rekomendasi Kowalak(10). Tahun 2017 semua rumah sakit wajib
Hand hygiene adalah salah satu tindakan melaksanakan akreditasi maka untuk tujuan
prevensi untuk cross infection. Mencuci tangan tersebut harus menyiapkan tahap-tahap akreditasi
yang tidak memadai dapat menjadi wadah baik berupa tenaga perawat yang terlatih dan
terjadinya infeksi.Hand hygiene adalah tindakan adanya Standar Operasional Prosedur (SPO)
yang biasa di lakukan oleh masyarakat setiap salah satunya adalah SPO tentang penerapan
hari dan biaya yang dikeluarkan untuk hand hygiene kepada petugas.Sehingga dengan
menyediakan fasilitas hand hygiene baik peningkatan dan penerapan SPO tersebut mutu
wastafel untuk melaksanakan hand washing atau pelayanan Rumah Sakit akan membaik.
pun alkohol based handrub tersebut tidak tinggi, Berdasarkan survei awal yang peneliti
tetapi memiliki manfaat yang cukup besar untuk lakukan pada tanggal 9 dan 10September 2016 di
mencegah terjadinya HAIs yang dapat RSUD Simeulue melalui teknik wawancara dan
mengakibatkan pengeluaran biaya yang lebih observasi terhadap 20 perawat didapatkan bahwa
besar bahkan bisa terjadi kematian(11). 1 orang hanya melaksanakan hand hygiene di
World Health Organization pada tahun momen 1, 8 orang melaksanakan hand hygiene
2009 mensyaratkan five moment of hand hygien di momen 3, dan 11 orang hanya melaksanankan
(5 waktu hand hygiene), yang merupakan hand hygiene di momen 4. Keseluruhan dari
petunjuk waktu kapan petugas harus melakukan perawat tersebut belum mengetahui dengan baik
cuci tangan, yaitu sebelum kontak dengan tujuan dan fungsi kebersihan tangan, serta
pasien, sebelum melakukan tindakan aseptik, perawat juga belum melaksanakan kebersihan
setelah kontak dengan cairan tubuh pasien, tangan dengan benar, baik berdasarkan 5 (lima)
setelah kontak dengan pasien, dan setelah kontak momen maupun 6 (enam) langkah menurut

35
Vol. 3, No. 1, Februari 2020: 32-41
WHO. Umumnya responden hanya melakukan terhadap pelaksanaan hand hygiene di Rumah
momen ke 4 (empat) sedangkan momen lainnya Sakit Umum Daerah Simeulue.
jarang dilakukan.Sehingga dari masalah yang
dipaparkan di atas, peneliti merasa tertarik untuk METODE PENELITIAN
mengetahui hubungan tingkat pengetahuan Desain penelitian yang digunakan dalam
perawat terhadap pelaksanaan hand hygienedi penelitian ini adalah penelitian analitik yang
RSUD Simeulue. bersifat deskriptifkorelatif yaitu mencari
Rumah sakit perlu menyusun program hubungan antara tingkat pengetahuan perawat
pencegahan dan pengendalian infeksi. terhadap pelaksanaan hand hygiene di RSUD
Pelaksanaan program Pencegahan dan Simeulue. Dalam prosesnya, penelitian ini
Pengendalian Infeksi(PPI), merupakan salah satu menggunakan metode pendekatan cross
bentuk dari program keselamatan pasien. Tujuan sectional study yaitu penelitian untuk mencari
dari pelaksanaan PPI adalah meningkatkan hubungan antara dua variabel atau lebih yang
kualitas pelayanan rumah sakit dan fasilitas dilakukan sekaligus pada waktu bersamaan.
lainnya melalui pencegahan dan pengendalian Penelitian dilaksanakan di Rumah Sakit
infeksi, melindungi sumber daya manusia Umum Daerah Simeulue Kabupaten Simeulue
kesehatan dan masyarakat dari penyakit infeksi Provinsi Aceh.
yang berbahaya, serta menurunkan angka HAIs. Populasi dalam penelitian ini
Di RSUD Simeulue sendiri Komite PPI adalahseluruh petugas kesehatan di Rumah Sakit
baru terbentuk pada bulan Agustus tahun 2016. Umum Daerah Simeulue.Terdiri dari perawat
Walaupun di beberapa ruangan sudah terdapat yang bertugas di ruang rawat inap RSUD
poster hand hygiene serta tersedianya wadah Simeulue yang keseluruhannya berjumlah 197
yang berisi alkohol handrub di tiap pintu kamar orang.
pasien, tetapi belum pernah dilakukan audit Pengambilan sampel dilakukan dengan
kebersihan tangan, apalagi kita ketahui jika sampel ini diambil menggunakan teknik acak
alkohol handrubnya berada di luar kamar pasien sederhana (simple random sampling) dengan
itu menandakan tingkat kepatuhan mencuci menggunakan rumus slovin sebanyak 132 orang.
tangan masih sekitar 20%, karena seharusnya Metode analisa yang digunakan dalam
alkohol handrub berada didalam kamar pasien penelitain ini adalah analisis univariat
untuk memudahkan perawat melakukan 5 menjelaskan distribusi frekuensi dari masing-
momen cuci tangan. Bila program PPI ini masing variabel independen dan variabel
terlaksana dengan baik maka mutu pelayanan dependen dan Analisis Bivariatdilakukan untuk
rumah sakit akan terjamin baik. menjelaskan hubungan antara variabel
Tujuan dari peneltian ini adalah untuk independen yang diduga kuat mempunyai
mengetahui hubungan pengetahuan perawat hubungan bermakna dengan variabel dependen.
Analisis bivariat dalam penelitian ini

36
Vol. 3, No. 1, Februari 2020: 32-41
menggunakan uji chi square pada taraf yang bertugas di seluruh ruang rawat inap
kepercayaan 95% yaitu untuk menganalisis Rumah Sakit Umum Daerah Simeulue dengan
hubungan antara variable dependen pengetahuan kategori baik sebanyak 34 orang (25,8%) dan
tentang Konsep Hand Hygiene, Ruang Lingkup dalam kategori kurang sebanyak 98 orang
Hand Hygiene, Macam-Macam Hand Hygiene, (74,2%).
Produk Hand Hygiene, Cara Pelaksanaan Hand Hasil distribusi frekuensi tentang
Hygiene dan Waktu Hand Hygienedengan pelaksanaan hand hygienedi seluruh ruang rawat
variabel dependen yaitu pelaksanaan hand inapdisimpulkan bahwa pelaksanaan hand
hygiene. variabel bebas dikatakan berhubungan hygiene di seluruh ruang rawat inap Rumah Sakit
variabel terikat jika nilai p (p-Value) <0,05. Umum Daerah Simeulue dengan kategori baik
Analisis multivariat dilakukan untuk sebanyak 19 perawat (14,4%) dan dengan
mengidentifikasi variabel independen yang pelaksanaan hand hygiene kurang dan 113
mempunyai pengaruh terhadap variabel perawat (85,6%).
dependen dengan ketentuan variabel dependen Hubungan tingkat pengetahuan perawat
dikotomi (dua kategori) terhadap pelaksanaan hand hygiene di Rumah
Sakit Umum Daerah Simeulue dapat dilihat tabel
HASIL kontigensi 2 x 2 sebagai berikut :
Hasil penelitian kategori pengetahuan
perawat terhadap pelaksanaan hand hygiene

Tabel 1 Hubungan Pengetahuan Perawat terhadap Pelaksanaan Hand Hygienedi RSUD


Simeulue
Pelaksanaan hand
hygiene Total
No. Pengetahuan Perawat p-value
Baik Kurang
f % f % F %
1 Baik 10 29,4 24 70,6 34 100,0
2 Kurang 9 9,2 89 90,8 98 100,0 0,006
Jumlah 19 14,4 113 85,6 132 100,0

Berdasarkan tabel 1 di atas, dapat pengetahuan kurang, 9 responden (9,2%)


disimpulkan bahwa dari 34 responden yang pelaksanaan hand hygienenya baik dan 89
memiliki tingkat pengetahuan perawat yang responden (90,8%) pelaksanaan hand hygiene
bertugas di seluruh ruang rawat inap di RSUD kurang.
Simeulue dalam kategori baik, 10 responden Hasil uji statistik chi-square diperoleh
(29,4%) pelaksanaan hand hygienenya baikdan nilaip =0,006< 0,05. Hal ini berarti ada
24 responden (70,6%) pelaksanaan hand hygiene hubungan antara tingkat pengtahuan
kurang.Dari 98 responden yang memiliki tingkat

37
Vol. 3, No. 1, Februari 2020: 32-41

perawatdengan pelaksanaan hand hygiene di Dan setelah dilakukan analisis multivariat


RSUD Simeuleu tahun 2017. melalui pemodelan akhir didapatkan hasil
Nagelkerke R. Square pada tabel di atas (p=0,006) dan OR = 0,243 artinya tetap terdapat
menunjukkan nilai sebesar 0,098 atau 9,8%. Hal hubungan yang signifikan antara tingkat
ini berarti, vaiabilitas variabel independen dapat pengetahuan perawat terhadap pelaksanaan hand
dijelaskan oleh vaiabilitas variabel-variabel hygiene, dimana pelaksanaan hand hygiene yang
independen sebesar 9,8%. Artinya, variabel kurang baik sebesar 0,243 kali itu disebabkan
independen memengaruhi variabel dependen oleh tingkat pengetahuan perawat, dimana
pada kisaran 9,8%, sedangkan 90,2% lainnya semakin baiknya tingkat pengetahuan perawat
dipengaruhi atau dijelaskan oleh variabel- maka akan semakin baik pula pelaksanaan hand
variabel yang tidak dimasukkan dalam penelitian hygiene. Salah penyebab kurang baiknya
ini. pelaksanaan hand hygiene di Rumah Sakit
Hasil uji multivariate diketahui variabel Umum Daerah Simeulue adalah karena
pengetahuan memiliki nilai signifikan sebesar kurangnya tingkat pengetahuan perawat di
0,006 menunjukkan bahwa pengetahuan seluruh ruang rawat inap terhadap pelaksanaan
memengaruhi pelaksanaan hand hygiene. hand hygiene.
NilaiExp (B) pada pengetahuan sebesar 0,243 Kondisi saat dilakukan observasi,
yang berarti bahwa perawat yang memiliki perawat mengabaikan mencuci tangan mereka
pengetahuan yang semakin baik cenderung setelah mereka kontak dengan pasien resiko
melaksanakan hand hygiene sebesar 0,243 kali rendah seperti melakukan pemeriksaan tekanan
dibandingkan yang memiliki pengetahuan yang darah dan memasang infus. Mungkin perawat
kurang. kurang menyadari bahwa mereka dapat membuat
pasien terkontaminasi antara penyakit yang satu
PEMBAHASAN dengan penyakit yang lain. Selain itu perawat
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui juga mengabaikan mencuci tangan setelah
hubungan tingkat pengetahuan perawat terhadap memegang peralatan yang berkaitan dengan
pelaksanaan hand hygiene di Rumah Sakit lingkungan disekitar pasien salah satunya adalah
Umum Daerah Simeulue. Hasil analisis data catatan medis pasien. Tidak berkontak dengan
didapatkan distribusi frekuensi diperoleh 74,2% pasien atau petugas kesehatan bukan berarti hand
responden yang menyatakan bahwa tingkat hygiene tidak perlu dilakukan. Tangan dapat
pengetahuan perawat kurang. Analisis chi terkontaminasi karena sejumlah benda dalam
square menunjukkan ada hubungan tingkat beberapa kasus, dan membahayakan pasien
pengetahuan perawat terhadap pelaksanaan hand maupun tenaga kesehatan seperti benda yang
hygiene di Rumah Sakit Umum Daerah Simeulue dimaksud pakaian pasien, handuk pasien, tempat
dengan (p=0,008). tidur pasien, dan catatan klinis(12).

38
Vol. 3, No. 1, Februari 2020: 32-41

Pengetahuan merupakan salah satu faktor bahwa ada hubungan antara tingkat pengetahuan
yang mempengaruhi kepatuhan pelaksanaan dengan kepatuhan pelaksanaan hand hygiene,
hand hygiene. Tingkat pengetahuan tentang dengan interprestasi hasil koefisien korelasi
hand hygiene tidak hanya sebatas pentingnya ganda memiliki hubungan sedang. Faktor yang
pelaksanaannya, namun juga harus mencakup mengakibatkan ketidakpatuhan dalam
indikasi dan tehnik pelaksanaannya. melaksanakan hand hygiene adalah aktivitas
Pengetahuan merupakan unsur pokok dalam yang terlalu sibuk, pasien yang banyak,
perubahan perilaku bagi setiap mementingkan pasien terlabih dahulu, panduan
individu.Pengetahuan juga dikatakan sebagai dan pengetahuan hand hygiene tidak
suatu pembentukan secara terus menerus oleh memadai(13).
seseorang dan setiap saat mengalami Momen-momen pelaksanaan hand
reorganisasi karena ada pemahaman-pemahaman hygiene dalam penelitian ini kurang
baru. Seseorang yang dipaparkan oleh diperhatikan. Perawat kurang memperhatikan
pengetahuan yang terus menerus tentunya akan momen cuci tangan sebelum kontak dengan
memberikan pengaruh terhadap perilakunya. pasien dan lebih sering mencuci tangan setelah
Menurut notoadmojo (2010) perilaku yang menangani pasien. Hal ini sesuai dengan
didasarkan pemgetahuan akan lebih langgeng penelitian yang dilakukan di salah satu rumah
daripada perilaku yang tidak didasari oleh sakit di Malang yang menunjukkan bahwa
pengetahuan(9). kepatuhan petugas kesehatan dalam kegiatan
Penerapan hand hygiene pada perawat hand hygiene yang paling jarang dilakukan
juga harus didukung oleh kesadaran perawat itu adalah saat sebelum kontak dengan pasien(14).
sendiri dalam melindungi diri dan pasien dari Penelitian yang dilakukan oleh Neila
bahan infeksius serta kesadaran dalam Fauzia dengan menggunakan check list SPO,
menjalankan SOP yang benar. Kebiasaan hand hampir semua pelaksanaan langkah cuci tangan
hygiene perawat di rumah sakit, merupakan berdasarkan SPO rata-rata masih tergolong
perilaku mendasar dalam upaya pencegahan rendah yaitu berkisar 36% - 42% yang
cross infection (infeksi silang). Tingkat melaksanakan hand hygiene sesuai SPO. Cuci
pengetahuan merupakan elemen yang sangat tangan harus dilakukan dengan benar sebelum
penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. dan sesudah tindakan perawatan meskipun
Perawat juga harus memiliki pengetahuan memakai sarung tangan atau alat pelindung lain
tentang hand hygiene dengan benar sebagai untuk mengilangkan atau mengurangi
upaya pencegahan tenjadinya HAIs di rumah mikroorganisme yang ada di tangan sehingga
sakit sehingga dapat meningkatkan kualitas penyebaran penyakit dapat dikurangi dan
pelayanan. lingkungan terjaga dari infeksi(15).
Penelitian ini didukung dengan hasil Sri Melfa (2012) dalam jurnal yang
penelitian Anietya Widyanita yang menyatakan berjudul Kepatuhan Hand Hygiene di Rumah

39
Vol. 3, No. 1, Februari 2020: 32-41

Sakit Immanuel Bandung, dengan menggunakan Hasil penelitian analisis multivariat dengan
metode deskriptif korelasi, menemukan bahwa regresi logistik diketahui Exp (B) pada
39 orang responden (67,2%) memiliki pengetahuan sebesar 0,243 yang berarti bahwa
pengetahuan yang masih kurang. Hasil analisis perawat yang memiliki pengetahuan yang
hubungan antara kepatuhan melakukan hand semakin baik cenderung melaksanakan hand
hygiene dan tingkat pengetahuan diperoleh hygiene sebesar 0,243 kali dibandingkan yang
bahwa ada hubungan yang bermakna antara memiliki pengetahuan yang kurang.
tingkat pengetahuan dengan kepatuhan perawat
melakukan hand hygiene. UCAPAN TERIMA KASIH
Banyak faktor yang berhubungan dengan Terima kasih kepada RSUD Simeuleu yang
kepatuhan perawat melakukan hand hygiene, sudah memberikan izin dan membantu dalam proses
salah satunya adalah kurangnya pengetahuan penelitian. Tak lupa juga ingin berterima kasih

perawat akan pentingnya melakukan hand kepada para perawat yang telah bersedia menjadi
responden.
hygiene dalam mengurangi penyebaran bakteri
dan terjadinya kontaminasi pada tangan dan
DAFTAR PUSTAKA
kurang mengerti tentang tekhnik melakukan
1. Undang-Undang Republik Indonesia
hand hygiene yang benar. Hal ini juga
Nomor 44 Tahun 2009. Tentang Rumah
dinyatakan oleh WHO (2002) bahwa kurangnya
Sakit.
pengetahuan tentang hand hygiene merupakan
2. Undang-Undang Republik Indonesia
salah satu hambatan untuk melakukan hand
Nomor 36 Tahun 2009. Tentang
hygiene sesuai rekomendasi..
Kesehatan.
3. Depkes RI. 2010. Profil Kesehatan
KESIMPULAN
Indonesia. Jakarta: Depkes RI.
Berdasarkan hasil penelitian dan
4. Kepmenkes RI. 2007. Pedoman
pembahasan Hasil penelitian menunjukkan
Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di
tingkat pengetahuan perawat dalam pelaksanaan
Rumah Sakit dan Fasilitas Lainnya.
hnd hygiene di Rumah Sakit Umum Daerah
Jakarta. Tanggal 27 Maret 2007.
Semeuleu mayoritas kurang (74,2%) dan
5. World Health Organization. 2009. WHO
pelaksanaan hand hygiene mayoritas kurang
Guidelines on Hand hygiene in Health
(85,6%). Berarti ada hubungan tingkat
Care. First Global Patient Safety
pengetahuan perawat tentang Konsep Hand
Challenge Clean Care is Safer Care
Hygiene, Ruang Lingkup Hand Hygiene,
Available at : http: //apps. who
Macam-Macam Hand Hygiene, Produk Hand
int/iris/bitstream/10665/ 44102/1/
Hygiene, Cara Pelaksanaan Hand Hygiene dan
9789241 597906_eng.pdf, diakses 29
Waktu Hand Hygienedenganpelaksanaan hand
Desember .
hygiene dengan nilai p-value sebesar 0,006<0,05.

40
Vol. 3, No. 1, Februari 2020: 32-41

6. Arisandy. 2013. Hubungan lamanya Brawijaya, Vol. 28, Suplemen No. 1.


kateter terpasang dengan kejadian infeksi 15. Neila Fauzial. 2014. Kepatuhan Standar
saluran kemih pada pasien rawat inap di Prosedur Operasional Hand Hygiene pada
Rumah Sakit Umum Daerah Ulin Perawat Ruang Rawat Inap Rumah Sakit.
Banjarmasin Tahun. (online) Karya Tulis Jurnal Kedokteran Brawijaya, Vol. 28,
Imiah Strata Satu. Suplemen No. 1 2014.
7. A. Pruss dkk, 2005, Pengelolaan Aman
Limbah Layanan Kesehatan, Jakarta
Penerbit Buku Kedokteran EGC.
8. Widmer, A.F. 2000. Replace Hand
Washing with Use of a Waterless Alcohol
Hand Rub?, Clinical Infectious Disease ,
31:136-143.
9. Notoatmodjo, Soekidjo. 2010. Metodologi
Penelitian Kesehatan. Jakarta : PT. Rineka
Cipta.
10. Kowalak. 2011. Buku Ajar Patofisiologi.
Jakarta: EGC.
11. Departemen Kesehatan Republik
Indonesia. 2008. Panduan Nasional
Keselamatan Pasien Rumah Sakit.
12. Sax, H., Allegranzi, B., Uckay, I., Larson,
E., Boyce, J., Pittet, D. (2007 ). ‘My five
moments for hand hygiene’: a user-
centred design approach do understand,
train, monitor and report hand hygiene.
Journal of Hospital Infection, 67: 9-21.
13. Anietya Widyanita. 2014. Hubungan
Tingkat Pengetahuan Hand Hygiene
dengan Kepatuhan Pelaksanaan Hand
Hygiene pada Peserta Program Pendidikan
Profesi Dokter. Jurnal. Biomedika,volume
6 nomor 1 Februari 2014.
14. Elies Ernawati. 2014. Penerapan Hand
Hygiene Perawat di Ruang Rawat Inap
Rumah Sakit. Jurnal Kedokteran

41

Anda mungkin juga menyukai