1. Kurang optimalnya Edukasi pasien dan keluarga tentang etika batuk
Etika Batuk merupakan tata cara batuk yang baik dan benar, dengan cara menutup hidung dan mulut dengan tissue atau lengan baju sehingga bakteri tidak menyebar ke udara dan tidak menular ke orang lain. Tujuan utama menjaga etika batuk adalah mencegah penyebaran suatu penyakit secara luas melalui udara bebas (Droplets) dan membuat kenyamanan pada orang di sekitarnya. Droplets tersebut dapat mengandung kuman infeksius yang berpotensi menular ke orang lain disekitarnya melalui udara pernafasan. Individu dalam lingkup bermasyarakat bisa berperan dalam penerapan strategi ini, salah satunya dengan menerapkan etika batuk dan bersin yang benar. Melihat kebiasaan sebagian orang saat berinteraksi di tempat umum atau kerumunan, ternyata belum banyak yang ‘melek’ soal tata cara batuk dan bersin agar tak menularkan penyakit ke orang lain
2. Belum optimalnya kepatuhan pengunjung pasien mencuci tangan
Kepatuhan cuci tangan tenaga kesehatan secara signifikan dapat menurunkan infeksi terkait perawatan kesehatan (health care acquired infections/HAI) (Moore et al., 2021). Menurut data WHO, rata-rata 1 di antara 10 orang pasien terkena HAI di seluruh dunia dan jika dikaitkan dengan kebersihan tangan didapatkan sebanyak 61% tenaga kesehatan tidak mematuhi praktik cuci tangan sesuai yang direkomendasikan WHO (WHO, 2016). Berdasarkan hasil penelitian (Zhou et al., 2020), kepatuhan perilaku cuci tangan tenaga kesehatan saat Covid-19 adalah sebesar 79,4%, tertinggi pada saat sebelum memakai dan melepas alat pelindung diri (APD), meninggalkan ruangan, sebelum minum dan sesudah dari toilet. Banyak faktor yang mempengaruhi kepatuhan perilaku cuci tangan tenaga kesehatan seperti faktor predisposisi (pengetahuan, jenis kelamin, umur, sikap, status pernikahan), faktor pemungkin (fasilitas cuci tangan) dan faktor penguat (dukungan supervisor, sosial, rekan kerja dan kepala ruang). PeneIitian ini bertujuan untuk memberikan tinjauan literatur secara sistematis tentang variabel faktor yang mempengaruhi kepatuhan perilaku cuci tangan nakes pada masa pandemi Covid-19 sehingga untuk selanjutnya dapat diIakukan tindakan pengendalian guna mencegah peningkatan angka kematian nakes karena covid-19.
3. Belum Optimalnya pemilahan limbah medis di Instalasi Rawat Inap
Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 101 Tahun 2014 tentang Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun dan PermenLHK Nomor 56 Tahun 2015 Tentang Pengelolaan Limbah Medis di Fasilitas Pelayanan Kesehatan, limbah medis perlu dipilah sesuai jenis dan kategorinya agar tidak merusak lingkungan dan tidak menimbulkan gangguan Kesehatan.
4. Optimalisasi Peran Perawat Dalam Pelaksanaan Identifikasi Pasien
Salah satu sasaran keselamatan pasien adalah Identifikasi pasien. Identifikasi adalah proses pengumpulan dan pencatatan segala keterangan tentang bukti - bukti dari seseorang sehingga kita dapat menetapkan dan menyamakan keterangan tersebut dengan individu seseorang. Identifikasi pasien adalah usaha dari petugas untuk mengetahui identitas jelas dari pasien yang masuk rumah sakit, sehingga tidak terjadi kesalahan tindakan seperti salah pasien, kesalahan prosedur, kesalahan medikasi, kesalahan transfusi, dan kesalahan pemeriksaan diagnostik. Sistem tersebut diharapkan dapat mencegah terjadinya kesalahan identifikasi pasien yang disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak melakukan tindakan yang seharusnya dilakukan. Hal ini dapat berdampak pada pasien dan bisa menyebabkan komplikasi. Berdasarkan hal tersebut maka, perawat memerlukan strategi yang inovatif, sesuai tugas pokok perawat yaitu melakukan pengkajian keperawatan lanjutan pada individu. Oleh karena itu perlu adanya peningkatan keselamatan pasien salah satunya mengidentifikasi pasien dengan baik dan benar sebelum melakukan tindakan kepada pasien, memasang gelang identitas kepada setiap pasien yang dilakukan perawatan UGD, memberikan komitmen bersama antara petugas rekam medik, UGD, dan Rawat Inap dalam melaksanakan setiap identifikasi pasien dibuktikan dengan adanya pengisian buku kontrol identifikasi pasien. hal ini sangat bermanfaat dalam mencegah terjadinya kesalahan dalam melakukan tindakan keperawatan.