Anda di halaman 1dari 17

UPAYA PENGENDALIAN INFEKSI MELALUI

PENDIDIKAN KESEHATAN PADA KELUARGA


DI RUANG RAJAWALI 5B RSUP Dr. KARIADI SEMARANG

DISUSUN OLEH
KELOMPOK 10

1. DEVI AYU FIRNANDA (P1337420922107)


2. FAISAL SACHRUDIN (P1337420922092)
3. ADHELINA AYU NURAINI (P1337420922097)
4. NOVITA AMBAR ARIYANTI (P1337420922103)
5. RINEKE AMALIA WULANDARI (P1337420922198)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


JURUSAN KEPERAWATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG
2023
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Rumah sakit merupakan salah satu sarana kesehatan untuk mendapatkan
pengobatan dan kesembuhan, namun rumah sakit juga dapat menjadi sumber
infeksi. Hal ini disebabkan rumah sakit memiliki risiko tinggi dalam hal penyebaran
infeksi karena tingginya populasi mikroorganisme yang terdapat di lingkungan
rumah sakit. Salah satunya adalah kejadian infeksi nosokomial (INOS) (Hapsari,
Wahyuni, & Mudjianto, 2018). Infeksi nosokomial menjadi salah satu penyebab
kematian terbesar (Husodo & Canti, 2016). Dari 40 juta pasien per tahun,
didapatkan angka infeksi nosokomial 5-10% dengan angka kematian 1%. Menurut
data WHO, 3-21% kejadian infeksi dapat menghambat proses penyembuhan dan
pemulihan pasien, sehingga akan menambah biaya perawatan (Lumentut,
Waworuntu, & Homenta, 2016). Oleh karena itu, rumah sakit perlu menerapkan
suatu upaya pencegahan dan pengendalian terjadinya infeksi yang disebut dengan
standard precautions.
Standard precautions merupakan perilaku pencegahan infeksi yang harus
dilakukan oleh semua orang, termasuk keluarga pasien. Perilaku pencegahan
infeksi merupakan salah satu upaya yang diterapkan oleh rumah sakit dalam
mencegah dan mengendalikan terjadinya infeksi di rumah sakit, baik kepada pasien,
petugas kesehatan, maupun keluarga pasien. Perilaku pencegahan infeksi bertujuan
untuk mengurangi risiko penularan infeksi, baik yang berasal dari pasien kepada
petugas kesehatan, pasien ke pasien lainnya, pasien kepada pengunjung atau
keluarga, maupun dari petugas kesehatan kepada pasien. Menurut (Randan,
Sihombing, & Lebdawicaksaputri, 2020) bahwa penularan infeksi dapat terjadi
melalui sentuhan langsung dari tangan keluarga pasien karena kuman patogen yang
didapat dari keluarga lebih tinggi yaitu sebesar 39,6%. Hal ini menunjukkan bahwa
keluarga pasien sangat berpotensi dalam menyebarkan patogen penyebab infeksi.
Menurut (Harmawati & Etriyanti, 2020), menjaga kebersihan tangan,
menggunakan masker, serta etika batuk dan bersin merupakan langkah-langkah
yang efektif untuk memutuskan rantai penularan infeksi, sehingga kejadian infeksi
nosokomial dapat berkurang. Namun, masih banyak keluarga pasien yang tidak
menerapkan dan membiasakan diri dalam melakukan perilaku ini. Menjaga
kebersihan tangan dengan baik dan benar dapat mencegah penularan
mokroorganisme dan menurunkan infeksi nosokomial. Kepatuhan terhadap
kebersihan tangan merupakan pilar pengendalian infeksi. Kewaspadaan transmisi
udara menggunakan masker sebagai pelindung terhadap penyakit yang ditularkan
melalui udara. Begitupun dengan pasien yang menderita infeksi saluran nafas,
mereka harus menggunakan masker saat keluar dari kamar penderita. Begitu juga
dengan pengunjung, pengunjung disarankan menggunakan masker sebagai cara
untuk mencegah terhadap infeksi atau penularan selama di rumah sakit. Etika Batuk
adalah tata cara batuk yang baik dan benar, dengan cara menutup hidung dan mulut
dengan tissue atau lengan baju. Jadi bakteri tidak menyebar ke udara
dantidakmenular ke orang lain.
1.2 Rumusan masalah
1. Apa pengertian dari keselamatan pasien?
2. Apa pengertian dari pencegahan infeksi?
3. Apa jenis jenis kewaspadaan isolasi?
4. Bagaimana cara melakukan pencegahan infeksi?
1.3 Tujuan
1. Mengetahui pengertian dari keselamatan pasien.
2. Mengetahui pengertian dari pencegahan infeksi.
3. Mengetahui jenis jenis kewaspadaan isolasi.
4. Mengetahui cara melakukan pencegahan infeksi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Dari Keselamatan Pasien
Keselamatan pasien adalah suatu sistem yang dibuat dalam asuhan pasien di
rumah sakit, sehingga pasien menjadi le- bih aman, bila menjalankan sistem ini
dengan benar maka pasien terhindar dari terjadinya cedera yang bisa disebabkan
oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan
yang seharusnya diambil (Siregar, 2016).
Isu tentang keselamatan pasien mendapatkan perhatian serius dari
pemerintah seperti yang dituangkan dalam Undang-Undang Kesehatan Nomor 36
Tahun 2009 dan Undang-Undang Rumah Sakit Nomor 44 Tahun 2009. Rumah
sakit wajib memenuhi hak pasien memperoleh keamanan dan keselamatan selama
dalam perawatan dirumah sakit. Berdasarkan Permenkes 1691/ MENKES/ PER/
VIII/2011 tentang Keselamatan Pasien Rumah Sakit bahwa setiap rumah sakit
diwajibkan melaksanakan dan menerapkan manajemen keselamatan pasien.
2.2 Pengertian Infeksi
Infeksi adalah danya serangan dan perkembangbiakan mikroorganisme
seperti bakteri, virus, dan parasit yang pada dasarnya tidak berasal dari dalam
tubuh (Faluzi et al., 2019). Infeksi disebabkan oleh pelayanan kesehatan atau
dikenal dengan Healthcare Associated Infections(HAIs) merupakan infeksi yang
selama ini terjadi pada pasien ketika melakukan penyembuhan di ruang rawat inap
(Madjid & Wibowo, 2019). Infeksi akibat layanan kesehatan atau Healthcare
Associated Infections (HAIs) adalah infeksi yang terjadi pada pasien selama
perawatan di rumah sakit atau fasilitas kesehatan lainnya. Infeksi tersebut tidak
ditemukan atau tidak sedang berinkubasi pada saat pasien masuk (Madjid &
Wibowo, 2017).
Mencegah atau membatasi penularan infeksi di sarana pelayanan kesehatan
memerlukan penerapan prosedur dan protokol yang disebut sebagai
"pengendalian". Secara hirarkis hal ini telah ditata sesuai dengan efektivitas
pencegahan dan pengendalian infeksi (Infection Prevention and Control– IPC),
yang meliputi: pengendalian bersifat administratif, pengendalian dan rekayasa
lingkungan, dan alat pelindung diri (Slamet et al, 2013). Program yang termasuk
pencegahan dan pengendalian infeksi yaitu, (1) Tindakan pencegahan dan
pengendalian infeksi; (2) Surveilans (HAIs dan Proses: audit kepatuhan petugas
untuk cuci tangan dan memakai APD); (3) Penerapan kewaspadaan isolasi; (4)
Pendidikan dan pelatihan PPI; (5) Penggunaan antimikroba rasional; (6) Kesehatan
karyawan (Rosa, 2015).
2.3 Jenis-Jenis Kewaspadaan Isolasi
Kewaspadaan isolasi adalah tindakan pencegahan atau pengendalian infeksi
yang disusun oleh CDC dan harus diterapkan di rumah sakit dan pelayanan
kesehatan lainnya. Kewaspadaan isolasi memiliki 2 pilar atau tingkatan, yaitu
Kewaspadaan Standar (Standard/Universal Precautions) dan Kewaspadaan
berdasarkan cara transmisi (Transmission based Precautions) (Akib et al, 2008).
Kewaspadaan Standar (Standard/Universal Precautions) adalah
kewaspadaan dalam pencegahan dan pengendalian infeksi rutin dan harus
diterapkan terhadap semua pasien di semua fasilitas kesehatan. Kewaspadaan
standar/universal yaitu tindakan pengendalian infeksi yang dilakukan oleh seluruh
tenaga kesehatan untuk mengurangi resiko penyebaran infeksi dan didasarkan pada
prinsip bahwa darah dan cairan tubuh dapat berpotensi menularkan penyakit, baik
berasal dari pasien maupun petugas kesehatan (Nursalam, 2007). Tindakan dalam
kewaspadaan standar meliputi:
a. Kebersihan tangan.
b. APD : sarung tangan, masker, goggle, face shield , gaun.
c. Peralatan perawatan pasien.
d. Pengendalian lingkungan.
e. Penatalaksanaan Linen.
f. Pengelolaan limbah tajam/ Perlindungan & Kesehatan karyawan.
g. Penempatan pasien.
h. Hygiene respirasi/Etika batuk.
i. Praktek menyuntik aman.
j. Praktek pencegahan infeksi unt prosedur lumbal pungsi.
Kewaspadaan berdasarkan transmisi merupakan tambahan untuk
kewaspadaan standar, yaitu tindakan pencegahan atau pengendalian infeksi yang
dilakukan setelah jenis infeksinya sudah terdiagnosa atau diketahui (Akib et al,
2008). Tujuannya untuk memutus mata rantai penularan mikroba penyebab infeksi,
jadi kewaspadaan ini diterapkan pada pasien yang memang sudah terinfeksi kuman
tertentu yang bisa ditransmisikan lewat udara, droplet, kontak kulit atau lain-lain
(Muchtar, 2014).
2.4 Cara Pecegahan Infeksi
Pemutusan rantai infeksi di ruang rawat inap ini dapat dilakukan dengan upaya cuci
tangan 6 langkah dengan memakai sabun dan air bersih secara benar dan juga
pemakaian Alat Pelindung Diri (APD) salah satunya memakai masker dengan
benar dan sesuai, serta penerapan etika batuk.
a. Cuci tanangan
Mencuci tangan merupakan salah satu tahap efektif untuk memutus rantai
infeksi silang, yang dapat mengurangi kejadian infeksi nosokomial.
Pelaksanaan kegiatan cuci tangan disesuaikan dengan tata cara standar untuk
mencegah bakteri berkembangbiak (Irawan et al., 2022). Cara cuci tangan baik
dan benar menurut WHO
b. Etika Batuk
Kebersihan pernapasan/etika batuk dan bersin diterapkan untuk semua
orang terutama pada kasus infeksi dengan jenis transmisi airborne ke udara
dalam bentuk percikan dahak (droplet nuclei) yang dapat menyebarkan kuman.
Etika batuk untuk mencegah tersebarnya virus dan mencegah infeksi harus
menutup hidung dan mulut dengan tisu atau sapu tangan atau lengan atas. Tisu
dibuang ke tempat sampah infeksius dan kemudian mencuci tangan (Madjid &
Wibowo, 2017). Etika batuk adalah tata cara batuk yang baik dan benar dengan
cara menutup hidung dan mulut, tisu atau lengan baju.
Tata cara etika batuk : Gunakan tisu untuk menutupi mulut dan hidung
setiap kali akan batuk atau bersin. Jika tidak ada, kamu dapat mengarahkan
batuk ke siku. Pastikan untuk tidak batuk ke tangan atau udara terbuka. 2.
Selalu palingkan atau menjauhkan wajah dari orang-orang sekitar saat batuk
atau bersin. 3. Jika menggunakan tisu, buanglah bekasnya segera di tempat
sampah. 4. Pastikan untuk mencuci tangan setelahnya dengan sabun dan air
atau hand sanitizer. 5. Etika batuk sebaiknya memang dilakukan kapan pun,
sekalipun Anda dalam keadaan sehat. Sementara, orang yang sakit sangat
diwajibkan untuk menerapkan etika batuk ini.
Hal-hal yang perlu diperhatikan antara lain menutup hidung dan mulut dengan tisu,
menjaga jarak dengan orang lain, mencuci tangan menggunakan sabun,
menggunakan masker saat sakit.
BAB III
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)
Topik : Etika batuk
Sub Topik : Pentingnya etika batuk
Hari/Tanggal : Rabu, 8 Maret 2023
Tempat : Rajawali 5B, RSUP Dr. Kariadi Semarang
Jam : 10:00 WIB
Waktu : 30 menit
Penyaji : Kelompok 10
Sasaran : Pasien dan pengunjung

A. Tujuan Instruksional Umum


Setelah diberikan penyuluhan diharapkan sasaran dapat mengerti tentang etika
batuk dan pentingnya etika batuk
B. Tujuan Instruksional Khusus
Setelah mendapatkan penyuluhan mengenai etika batuk sasaran diharapkan dapat :
1. Menjelaskan pengertian batuk dan etika batuk
2. Menjelaskan tujuan etika batuk
3. Menjelaskan dampak dari batuk
4. Menjelaskan penyebab dari batuk
5. Menjelaskan kebiasaan batuk yang salah
6. Menjelaskan cara batuk yang baik dan benar
C. Materi
1. Pengertian batuk dan etika batuk
2. Tujuan etika batuk
3. Dampak dari batuk
4. Penyebab dari batuk
5. Kebiasaan batuk yang salah
6. Cara batuk yang baik dan benar
D. Media
Leaflet
E. Metode
1. Penyuluhan
2. Tanya jawab
3. Demonstrasi

F. Rencana Kegiatan Penyuluhan


No. Waktu Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Peserta
1. 5 menit Pembukaan :
- Memberi salam - Menjawab salam
- Menjelaskan tujuan - Mendengarkan dan
penyuluhan memperhatikan
- Menyebutkan
materi/pokok bahasan
yang akan
disampaikan
2. 10 menit Pelaksanaan :
Menjelaskan materi penyuluhan - Menyimak dan
secara berurutan dan teratur memperhatikan
Materi : Pengertian batuk dan - Tanya jawab
etika batuk, tujuan etika batuk,
dampak dari batuk, penyebab
dari batuk, kebiasaan batuk
yang salah, cara batuk yang
baik dan benar
3. 10 menit Evaluasi :
- Menyimpulkan inti - Menyimak dan
penyuluhan memperhatikan
- Menyampaikan secara - Tanya jawab
singkat materi
penyuluhan
- Memberi kesempatan
kepada klien untuk
bertanya
- Memberi kesempatan
pemateri untuk
menjawab pertanyaan
yang dilontarkan
4. 5 menit Penutup :
- Menyimpulkan materi - Menjawab salam
penyuluhan yang telah - Mendengarkan dan
disampaikan memperhatikan
- Menyampaikan terima
kasih atas perhatian
dan waktu yang telah
diberikan
- Mengucapkan salam

G. Kriteria Hasil
1. Evaluasi Struktur
a. Persiapan media yang digunakan (leaflet)
b. Persiapan tempat yang akan digunakan
c. Kontrak waktu
d. Persiapan SAP
2. Evaluasi Proses
a. Selama penyuluhan peserta memperhatikan penjelasan yang
disampaikan
b. Selama penyuluhan peserta aktif bertanya tentang penjelasan yang
disampaikan
c. Selama penyuluhan peserta aktif menjawab pertanyaan yang
diajukan
3. Evaluasi Hasil Akhir
Diharapkan peserta penyuluhan dapat :
a. Mengetahui pengertian batuk dan etika batuk
b. Mengetahui tujuan etika batuk
c. Mengetahui dampak dari batuk
d. Mengetahui penyebab dari batuk
e. Mengetahui kebiasaan batuk yang salah
f. Mengetahui cara batuk yang baik dan benar
MATERI
A. Pengertian
Batuk merupakan mekanisme pertahanan tubuh pernapasan dan merupakan
gejala suatu penyakit atau reaksi tubuh terhadap iritasi di tenggorokan karena
adanya lendir, makanan, debu, asap dan sebagainya.
Etika adalah teori tentang tingkah laku perbuatan manusia dipandang dari
segi baik dan buruk sejauh yang dapat ditentukan oleh akal.
Etika batuk adalah tata cara batuk yang baik dan benar dengan cara
menutup hidung dan mulut dengan tissue atau lengan baju, jadi bakteri tidak
menyebar ke udara dan tidak menular ke orang lain.
B. Tujuan Etika Batuk
Mencegah penyebaran suatu penyakit secara luas melalui udara bebas (droplet) dan
membuat kenyamanan pada orang di sekitarnya. Droplet tersebut dapat
mengandung kuman infeksius yang berpotensi menular ke orang lain disekitarnya
melalui udara pernapasan. Penularan penyakit melalui media udara pernapasan
disebut air borne disease.
C. Penyebab Terjadinya Batuk
1. Infeksi
Produksi dahak yang sangat banyak karena infeksi saluran pernapasan.
Misalnya flu, bronchitis, pneumonia, TBC, kanker paru-paru
2. Alergi
- Masuknya benda asing secara tidak sengaja ke dalam saluran
pernapasan. Misalnya debu, asap, makanan dan cairan.
- Mengalirnya cairan hidung ke arah tenggorokan dan masuk ke
saluran pernapasan. Misalnya rhinitis, alergi, batuk pilek.
- Penyempitan pada saluran pernapasan. Misalnya asma.
D. Kebiasaan Batuk yang Salah
1. Tidak menutup mulut saat batuk atau bersin di tempat umum.
2. Tidak mencuci tangan setelah digunakan untuk menutup mulut atau hidung
saat batuk dan bersin.
3. Membuang ludah batuk disembarang tempat.
4. Membuang atau meletakkan tissue yang sudah dipakai disembarang tempat.
5. Tidak menggunakan masker saat flu atau batuk.
E. Dampak dari Batuk
Batuk dapat menyebabkan :
1. Rasa lelah
2. Gangguan tidur
3. Perubahan pola hidup
4. Nyeri musculoskeletal
5. Suara serak
6. Mengganggu nafas
F. Cara Batuk yang Baik dan Benar
Hal-hal yang perlu diperhatikan :
1. Lengan baju
2. Tissue
3. Sabun dan air
4. Gel pembersih tangan
Langkah 1
Sedikit berpaling dari orang yang ada disekitar anda dan tutup hidung dan mulut
dengan menggunakan tissue atau sapu tangan atau lengan dalam baju setiap kali
anda merasakan dorongan untuk batuk atau bersin.
Langkah 2
Segera buang tissue yang sudah dipakai ke dalam tempat sampah.
Langkah 3
Tinggalkan ruangan/tempat anda berada dengan sopan dan mengambil kesempatan
untuk pergi cuci tangan di kamar mandi terdekat atau menggunakan gel pembersih
tangan.
Langkah 4
Gunakan masker
BAB IV
LAPORAN KEGIATAN
A. PELAKSANAAN KEGIATAN
Kegiatan dilaksanakan pada hari rabu, 8 maret 2023 pada pukul 10.00
WIB. Kegiatan pelaksanaan edukasi dilakukan pencegahan resiko infeksi (etika
batuk) dilakukan di ruang rajawali 5B. Kegiatan ini bertujuan untuk
mengajarkan kepada pasien bagaimana mencegah terjadinyaresiko infeksi
dengan cara etika batuk dengan baik dan benar. Selama proses berlangsung
klien dan keluarga dapat bekerjasama dan paham tentang apa yang diedukasi.
1. Pembahasan
Standard precautions merupakan perilaku pencegahan infeksi yang
harus dilakukan oleh semua orang, termasuk keluarga pasien. Perilaku
pencegahan infeksi merupakan salah satu upaya yang diterapkan oleh
rumah sakit dalam mencegah dan mengendalikan terjadinya infeksi di
rumah sakit, baik kepada pasien, petugas kesehatan, maupun keluarga
pasien. Perilaku pencegahan infeksi bertujuan untuk mengurangi risiko
penularan infeksi, baik yang berasal dari pasien kepada petugas kesehatan,
pasien ke pasien lainnya, pasien kepada pengunjung atau keluarga, maupun
dari petugas kesehatan kepada pasien. Menurut (Harmawati & Etriyanti,
2020), menjaga kebersihan tangan, menggunakan masker, serta etika batuk
dan bersin merupakan langkah-langkah yang efektif untuk memutuskan
rantai penularan infeksi, sehingga kejadian infeksi nosokomial dapat
berkurang. Namun, masih banyak keluarga pasien yang tidak menerapkan
dan membiasakan diri dalam melakukan perilaku ini.
Kewaspadaan transmisi udara menggunakan masker sebagai
pelindung terhadap penyakit yang ditularkan melalui udara. Begitupun
dengan pasien yang menderita infeksi saluran nafas, mereka harus
menggunakan masker saat keluar dari kamar penderita. Begitu juga dengan
pengunjung, pengunjung disarankan menggunakan masker sebagai cara
untuk mencegah terhadap infeksi atau penularan selama di rumah sakit.
Etika Batuk adalah tata cara batuk yang baik dan benar, dengan cara
menutup hidung dan mulut dengan tissue atau lengan baju. Jadi bakteri
tidak menyebar ke udara dantidakmenular ke orang lain.
B. FAKTORPENDUKUNG
Pada pelaksanaan penerapan EBNP ada beberapa faktor pendukung antara lain:
1. Keluarga klien dapat memahami bagaimanatahapan pelaksanaan EBP
sehingga dapat dilakukan dengan tepat.
2. Pelaksanaan EBP dapat dilakukan dengan secara mandiri oleh keluarga
klien.
C. FAKTOR PENGHAMBAT
Klien mengalami kesulitan untuk berkonsentrasi karena kndisi klien lemah.
D. EVALUASI KEGIATAN
Klien dan keluarga klien tampak paham setelah dilakukannya edukasi.
BAB V
PEUTUP
A. SIMPULAN
Ada pengaruh edukasi pencegahan resiko infeksi terhadap praktik keluarga
dalam mencegah resiko infeksi pada pasien rawat inap di RSUP Dr. Kariadi
Semarang.
B. SARAN DAN RENCANA TINDAK LANJUT
Pelaksanaan EBP edukasi pencegahan resiko infeksi (etika batuk)
sebaiknya dapat digunakan sebagai bahan pembelajaran di rumah.
Rencana tindak lanjut menyusun kegiatan penerapan EBP di rumah sakit
sesuai dengan indikasi dan memantau penerapan EBP secara mandiri oleh
klien.
DAFTAR PUSTAKA
Hapsari, A. P., Wahyuni, C. U., & Mudjianto, D. (2018). Pengetahuan Petugas Surveilans
Tentang Identifikasi Healthcare-Associated Infections di Surabaya. Jurnal Berkala
Epidemiologi, 6(2), 130–138.
Husodo, B. T., & Canti, P. R. (2016). Paparan Media Promosi Kesehatan dengan
Pengetahuan Pencegahan Infeksi Bagi Pengunjung Rumah Sakit. Jurnal Ilmiah
Komunikasi, 6(2), 173–177.
Harmawati, & Etriyanti. (2020). Pencegahan Infeksi Nosokomial di Rumah Sakit dengan
Cuci Tangan, Etika Batuk dan Memakai Masker. Jurnal Abdimas Saintika, 2(1),
70–74.
Lumentut, B. A., Waworuntu, O. A., & Homenta, H. (2016). Isolasi dan Identifikasi
Bakteri Aerob yang Berpotensi Menyebabkan Infeksi Nosokomial diIRINA E
RSUP Prof. dr. R. D. Kandou Manado. Jurnal E-Bomedik (eBm), 4(1), 1–6.
http://doi.org/10.35790/ebm.4.1.2016.11051
Randan, J. R., Sihombing, R. M., & Lebdawicaksaputri, K. (2020). Tingkat Pengetahuan
dengan Perilaku Mencuci Tangan pada Pengunjung di Rumah Sakit. Jurnal Ilmiah
Ilmu Keperawatan Indonesia, 10(3), 118–124.
http://doi.org/10.33221/jiiki.v10i03.588
Faluzi, A., Machmud, R., & Arif, Y. (2019). Analisis Penerapan Upaya Pencapaian
Standar Sasaran Keselamatan Pasien Bagi Profesional Pemberi Asuhan Dalam
Peningkatan Mutu Pelayanan di Rawat Inap RSUP Dr . M . Artikel Penelitian. Jurnal
Kesehatan Andalas, 7(2007), 34–43. https://doi.org/10.25077/jka.v7i0.919
Irawan, E., Iklima, N., Saputra, A., & Sari, Y. (2022). HUBUNGAN TINGKAT
PENGETAHUAN KELUARGA PASIEN DENGAN PERILAKU CUCI TANGAN
DI RUMAH SAKIT. Jurnal Keperawatan BSI, 10(1), 112–121.
Madjid, T., & Wibowo, A. (2017). Analisis Penerapan Program Pencegahan dan
Pengendalian Infeksi di Ruang Rawat Inap RSUD Tebet Tahun 2017. Jurnal ARSI, 4,
57–68.
Siregar, R. (2016). Hubungan perawat dan pasien: implementasi standar keselamatan
pasien. To-Ra, 2(1), 295–304. https://doi.org/https://doi.org/10.33541/tora.v2i1.1132
Ramdan, M., Lukman, M., & Platini, H. (2020). Pengetahuan, sikap dan etika batuk pada
penderita tuberkulosis paru. Holistik J Kesehat, 14(2), 232-9.
Hapipah, H., Istianah, I., Arifin, Z., & Hadi, I. (2021). Edukasi Etika Batuk Yang Benar
Sebagai Upaya Pencegahan Penyakit TB Paru Di Dusun Aik Nyet Lombok
Barat. Jurnal Abdimas Kesehatan Perintis, 2(2), 17-21.
Hasina, S. N. (2020). Pencegahan Penyebaran Tuberkulosis Paru Dengan (BEEB) Batuk
Efektif dan Etika Batuk Di RW. VI Sambikerep Surabaya. Community
Development Journal: Jurnal Pengabdian Masyarakat, 1(3), 322-328.
Azidin, Y., & Norwahidin, D. (2020). Pengaruh Pendidikan Kesehatan Etika Batuk
Terhadap Persepsi Pasien Tentang Etika Batuk Di Ruang Paru Rsud Ulin
Banjarmasin. CNJ: Caring Nursing Journal, 4(2), 54-60.
Murfat, Z., & Syamsu, R. F. (2021). Penyuluhan dan Tatalaksana Etika Batuk Dan Bersin
Sebagai Pencegahan Penyakit ISPA di Kabupaten Gowa. Jurnal Pengabdian
Kedokteran Indonesia, 2(1), 37-44.

Anda mungkin juga menyukai