Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH TREND KEPERAWATAN DIMASA MENDATANG

“Membangun dan mempertahankan budaya inovasi dalam Akademisi keperawata


n, Penelitian, Kebijakan, dan Praktek”

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Konsep Dasar Keperawat
an

Disusun oleh :
Kelompok 3
1. Rosmiyati Amanda (P1337420622127)
2. Ummi Muhammad Annur (P1337420622137)
3. Dien Ariyandani (P1337420622148)
4. Allisya Faatihah (P1337420622158)
5. Syariifah Nela Tawang Sari (P1337420622168)
6. Hafizh Hibatullah Zuhdil (P1337420622178)

PRODI DIV KEPERAWATAN SEMARANG KELAS ALIH JENJANG


JURUSAN KEPERAWATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIA KESEHATAN SEMARANG
TAHUN 2022/2023
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Mengatasi tantangan untuk menanamkan inovasi ke dalam jalinan
perawatan kesehatan terlebih dahulu membutuhkan pemahaman yang reali
stis tentang apa yang diperlukan oleh inovasi. Inovasi didefinisikan sebaga
i “proses penerapan produk, layanan, dan /atau solusi baru yang menciptak
an nilai baru” (Melnyk & Raderstorf, 2021). Melekat dalam definisi ini ad
alah pemahaman bahwa inovasi itu sendiri adalah sebuah proses, dan buka
n hanya sebuah produk. Terkadang berasal dari solusi dan manuver taktis l
ainnya, inovasi adalah pendekatan strategis untuk pemecahan masalah dan
menciptakan cara baru untuk memberikan perawatan berkualitas tinggi.
Salah satu ilustrasi umum tentang kegagalan sistemik harian dari si
stem perawatan kesehatan AS adalah proliferasi solusi (Debono et al., 201
3). Nyatanya, bagi banyak perawat, layanan kesehatan di Amerika tampak
nya merupakan salah satu solusi yang bagus. Solusi menghindari atau untu
k sementara mengatasi hambatan alur kerja atau kegagalan operasional lai
nnya untuk memungkinkan dokter menyelesaikan tugas yang diberikan da
n memastikan perawatan pasien yang berkualitas tinggi dan aman (Debono
et al., 2013). Perawat adalah ahli dalam penyelesaian masalah dan mengha
biskan banyak waktu untuk mengembangkannya sebagai respons terhadap
berbagai tekanan, termasuk teknologi perawatan kesehatan baru, kegagala
n operasional, keterbatasan waktu, pembatasan alur kerja, dan aturan, kebij
akan, dan peraturan organisasi (Debono et al., 2013; Tucker, 2004).
Solusi menyoroti kesenjangan antara apa yang diketahui dan apa y
ang dibutuhkan itu inti dari praktik berbasis inovasi. Sayangnya, di banyak
tempat perawatan kesehatan, perawat kekurangan waktu dan dukungan unt
uk memeriksa akar penyebab kegagalan operasional ini dan mengajukan p
ertanyaan mendasar mengapa kegagalan ini terjadi tidak seperti disiplin il
mu kesehatan lainnya, keperawatan ditentukan oleh perjalanan kesehatan d

2
an kesejahteraan, bukan oleh kejadian (yaitu penyakit) atau tujuan (yaitu p
enyembuhan).
Sebuah perjalanan yang didefinisikan oleh workarounds mengungk
apkan perawat sebagai antarmuka antara tujuan yang dinyatakan dari siste
m kesehatan perawatan yang berpusat pada orang yang efisien, berkualitas
tinggi, digerakkan oleh nilai, aman dan sistem pengiriman yang kompleks
dan disfungsional, sistem yang tidak mampu memenuhi tujuannya sendiri.
tanpa perawat untuk memecahkan kaskade harian kegagalan besar dan kec
il. Sayangnya, melalui solusi yang tak ada habisnya, perawat juga bertinda
k untuk mempertahankan sistem perawatan kesehatan yang disfungsional s
aat ini. Dengan demikian, perawat mewakili hambatan dan peluang daripa
da mengembangkan solusi untuk mendukung sistem yang tidak memungki
nkan kesehatan dan kesejahteraan, perawat harus diberi keterampilan dan
dukungan untuk mengembangkan, menguji, dan menyempurnakan solusi i
novatif untuk menyelesaikan ketidaksesuaian antara kemampuan sistem da
n perawatan pasien yang diinginkan
Solusi juga menggambarkan banyak hambatan sistemik terhadap in
ovasi yang meliputi layanan kesehatan saat ini: waktu yang terbatas, kuran
gnya dana atau sistem penghargaan, pelatihan dan keterampilan yang tidak
memadai, peluang kolaborasi yang terbatas, dan dukungan organisasi yang
tidak memadai (Barr et al., 2021; Debono et al., 2013; Tucker et al., 2014;
White et al., 2016). Untuk mengangkat perawatan kesehatan dari keadaan
krisis yang terus-menerus, inovasi harus menjadi prioritas utama di seluruh
kontinum perawatan kesehatan, dan perawat, dari pengasuh garis depan hi
ngga administrator, pembuat kebijakan, peneliti, akademisi, dan pemimpin
organisasi, berada di posisi yang tepat untuk memimpin revolusi inovasi in
i
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana cara Membina inovasi di empat pilar: peluang, kesenja
ngan, dan solusi potensial ?

3
2. Bagaimana mempertahankan budaya inovasi dalam Akademisi kep
erawatan, Penelitian, Kebijakan, dan Praktek?
C. Tujuan
1. Mahasiswa mampu menjelaskan cara Membina inovasi di empat pi
lar: peluang, kesenjangan, dan solusi potensial.
2. Mahasiswa mengetahui cara mempertahankan budaya inovasi
dalam Akakademisi Keperawatan, penelitian, kesenjangan dan
praktek.
D. Manfaat
1. Agar mahasiswa mampu menjelaskan cara Membina inovasi di em
pat pilar: peluang, kesenjangan, dan solusi potensial
2. Agar mahasiswa mampu mempertahankan budaya inovasi dalam
Akakademisi Keperawatan, penelitian, kesenjangan dan
praktekmempertahankan budaya inovasi dalam Akakademisi
Keperawatan, penelitian, kesenjangan dan praktek

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. Konsep Trend Keperawatan di Masa Mendatang


Trend adalah hal yang sangat mendasar dalam berbagai pendekatan an
alisa, tren juga dapat di definisikan salah satu gambaran ataupun informasi
yang terjadi pada saat ini yang biasanya sedang popular di kalangan masya
rakat. Trend adalah sesuatu yang sedang di bicarakan oleh banyak orang sa
at ini dan kejadiannya berdasarkan fakta.
Perubahan pelayanan keperawatan mempunyai dua pilihan utama yan
g berhubungan dengan perubahan, yaitu mereka melakukan inovasi dan be
rubah atau mereka yang di ubah oleh suatu keadaan atau situasi. Perawat h
arus mempunyai keterampilan dalam proses perubahan, sesuatu yang aneh
atau tidak semestinya terjadi apabila masyarakat umum dan lingkungannya
terus-menerus berubah sedangkan keperawatan yang merupakan bagian m
asyarakat tersebut tidak berubah dalam menata kehidupan keprofesiannya.
Perubahan adalah suatu cara keperawatan dalam mempertahankan diri seb
agai profesi dan berperan aktif dalam menghadapi era kesejagatan (Mileni
um III) (Nursalam, 2016).
Perubahan pelayanan keperawatan untuk menentukan masa depan per
awatan kesehatan dapat dilakukan melalui lensa empat pilar pemberian per
awatan: Akademik, Penelitian, Kebijakan, dan Praktek. Masing-masing pil
ar ini mewakili pendekatan holistik dan kritis untuk perawatan kesehatan d
an peluang untuk inovasi dari ruang kelas ke bangku, tata kelola, dan samp
ing tempat tidur. Inovasi dalam empat pilar ini akan mengarah pada pening
katan pelayanan kesehatan (O’Hara et al, 2022).

B. Manfaat Tren dan Issue Keperawatan


Banyak manfaat dan keuntungan bagi berbagai pihak diantaranya pasi
en, petugas kesehatan dan pemerintah secara langsung dengan adanya kont
ribusi telehealth dalam perawatan dirumah atau home care, banyak manfaa

5
t yang dapat dirasakan dalam pasien, keluarga, perawat, instansi pelayanan
kesehatan dan termasuk juga pemerintah adalah Departemen kesehatan. A
plikasi Telehealth banyak sekali tantangan dan hambatan misalnya: Faktor
biaya, SDM, kebijakan dan perilaku.
Telenursing adalah penggunaan teknologi dalam keperawatan untuk
meningkatkan perawatan bagi pasien. (SKIBA, 1998) Telenursing menggu
nakan teknologi komunikasi dalam keperawatan untuk memenuhi Askep p
ada klien. Teknologi berupa saluran elektromagnetik (Gelombang Magneti
k, Radio dan Optik).
Salah satu contoh program Telehealth adalah home care. Sistem ini m
enyediakan audio dan video interaktif untuk hubungan antar lansia diruma
h dan telehealth perawat. Perawat memasukkan data-data pasien dan meng
analisanya kalau perlu perawat akan melakukan kunjungan ke pasien.
Keuntungan dari teknologi ini yaitu mengurangi biaya kesehatan jang
kauan tanpa batas akan layanan kesehatan, mengurangi kunjungan dan ma
sa hari rawat, meningkatkan pelayanan pasien sakit kronis, mengembangk
an model pendidikan keperawatan bertbasis multimedia (britton, keehner,
still, danwalden 1999)
Saat ini tren dan issue keperawatan adalah sesuatu yang sedang dibica
rakan banyak orang tentang praktek atau mengenai keperawatan baik itu b
erdasarkan fakta ataupun tidak trend an keperawatan tentunya menyangkut
aspek legal dan etnis keperawatan. Saat ini tren dan issue keperawatan yan
g sedang banyak dibicarakan orang adalah aborsi, euthanasia, telenursing,
tentunya semua issue tersebut menyangkut keterkaitan dengan aspek legal
dan etis dalam keperawatan.

C. Membangun dan Mempertahankan Budaya Inovasi dalam Akad


emisi Keperawatan
Kelompok kerja Akademik berfokus pada pentingnya menanamkan in
ovasi dan kompetensi inovasi di seluruh spektrum pendidikan; perlunya ke
rjasama lintas disiplin; keragaman, termasuk dalam pemikiran, sebagai su
mber inovasi, keterkaitan antara penelitian dan akademisi; dan keharusan u

6
ntuk memasukkan inovasi di antara kriteria yang digunakan untuk promosi
dan jabatan.
Berikut kesenjangan spesifik dan solusi potensial yang diidentifikasi o
leh kelompok Akademisi dalam akademisi keperawatan:
1. Kesenjangan/peluang
a. Paparan inovasi yang tidak memadai di semua tingkat
pendidikan keperawatan
b. Terbatas atau tidak ada waktu untuk membawa siswa b
ersama-sama, terutama dengan disiplin lain
c. Kurangnya kesempatan bagi perawat untuk berspesialis
asi dalam inovasi dan pendidikan keperawatan
d. Siswa tidak menganggap serius pendidikan inovasi
e. Inovasi tidak diperhitungkan promosi dan jabatan
f. Takut berwirausaha di kalangan perawat
2. Solusi yang diusulkan
a. Mengadvokasi integrasi kompetensi inovasi ke dalam k
urikulum, persyaratan gelar, dan metrik untuk kemajua
n dari sarjana hingga pendidikan pascasarjana
b. Memprioritaskan inovasi sebagai bagian dari kurikulu
m keperawatan dan menciptakan peluang untuk pembe
lajaran bersama dan transdisipliner
c. Membuat inovasi keperawatan dan ilmu inovasi dan pe
ndidikan keperawatan spesialisasi
d. Membuat jalur inovasi di universitas dan program kepe
rawatan
e. Mengubah struktur proses ujian/ lisensi untuk menyert
akan inovasi
f. Menyertakan sistem penghargaan untuk inovasi di bida
ng akademik, termasuk kriteria promosi dan pendanaan
g. Mengajarkan perawat tentang kekayaan intelektual dan
proses pengembangan inovasi

7
Inovasi harus menjadi hasil bagi semua perawat—menyadap kreativit
as sambil secara bersamaan beralih dari risiko penyelesaian masalah ke ma
nfaat inovasi. Tidak ada batasan dari mana inovasi dapat dikecualikan; ino
vasi dapat dilihat sebagai tingkat kinerja yang tinggi, baik di antara fakulta
s maupun di fasilitas. Memasukkan beberapa tingkat inovasi sebagai kriter
ia promosi tidak hanya akan meningkatkan kualitas pasien dan pengasuh te
tapi juga menciptakan peningkatan kesejahteraan perawat.
Baik mahasiswa maupun dosen harus memahami dan merasakan perlu
nya inovasi. Menanamkan kompetensi inovasi ke dalam kurikulum, persya
ratan gelar, dan metrik untuk kemajuan akan mendorong integrasi inovasi
ke dalam pendidikan keperawatan. Jalur inovasi akan mendorong mahasis
wa dan fakultas untuk mengejar inovasi dengan menyediakan jalur yang di
akui untuk mereka ikuti. Namun, banyak siswa mungkin tidak mengangga
p serius inovasi sampai inovasi tersebut menjadi komponen dari proses per
izinan mereka, seperti Ujian Lisensi Dewan Nasional. Terakhir, fakultas d
an pemimpin akademik harus menciptakan lingkungan di mana mahasiswa
memiliki waktu dan kesempatan yang cukup untuk kolaborasi transdisiplin
er dan merasa aman untuk berinovasi dan menantang status quo.
Seperti dicatat dalam grup, mitos yang terus ada tentang inovasi meny
atakan bahwa hal itu tidak dapat dilakukan dengan cepat atau dalam skala
besar. Pada tahun 2020, institusi akademik menentang mitos ini. Di awal p
andemi, program di hampir setiap universitas di negara ini beralih dari akti
vitas tatap muka ke pendidikan online dalam hitungan hari. Tanggapan pa
ndemi memungkinkan organisasi untuk memeriksa kembali bagaimana me
reka telah melakukan sesuatu sebelumnya dan menghentikan penerapan ap
a yang tidak berhasil (Melnyk et al., 2021; Melnyk et al., 2022). Sesulit ap
a pun proses ini, ini menunjukkan bahwa inovasi dan perubahan di seluruh
organisasi dapat terjadi dalam waktu singkat ketika dihadapkan pada anca
man eksistensial.

8
D. Membangun dan Mempertahankan Budaya Inovasi dalam Penel
itian/ Riset Keperawatan
Kelompok kerja penelitian mencatat perlunya kolaborasi yang lebih b
esar antar disiplin ilmu, peningkatan keragaman di antara para peneliti, ke
butuhan akan lebih banyak dana untuk penelitian inovasi, pendidikan para
peneliti dan siswa tentang apa itu inovasi dan bagaimana melakukannya, d
an memberdayakan peneliti dan siswa untuk berpikir besar dan berani. Kes
enjangan spesifik dan solusi potensial yang diidentifikasi oleh kelompok
Berikut kesenjangan spesifik dan solusi potensial yang diidentifikasi o
leh kelompok Riset dalam penelitian keperawatan:
1. Kesenjangan/peluang
a. Kurangnya kolaborasi lintas disiplin di tingkat sarjana dan
pascasarjana
b. Fakultas tidak mau atau takut untuk berinovasi dan gagal
c. Kurangnya kerjasama antar lembaga
d. Inovasi bukan komponen kriteria promosi
e. Membingkai ulang pola pikir seputar inovasi
f. Kurangnya cara inovatif untuk meningkatkan skala interve
nsi berbasis bukti untuk pengaturan dunia nyata
2. Solusi yang diusulkan
a. Membutuhkan kursus transdisipliner di tingkat sarjana dan
pascasarjana
b. Daripada mengarahkan peneliti ke dalam program penyeli
dikan yang sempit, mendorong pertimbangan ide-ide gaya
bebas; ulangi sepanjang karir dan pengalaman seumur hidu
p
c. Membina kerjasama antar lembaga dalam kerangka akade
mik
d. Memikirkan kembali bagaimana para ilmuwan ditinjau ino
vasi

9
e. Membuat/memodifikasi beasiswa dan program pendidikan
lainnya dalam keperawatan untuk membingkai ulang kons
ep inovasi
f. Mengajarkan mahasiswa doktoral dan fakultas bagaimana
merancang intervensi yang dapat dengan mudah disesuaika
n dengan pengaturan dunia nyata, termasuk pengukuran ha
sil “jadi apa” (misalnya biaya , komplikasi)
Kebutuhan untuk merangkul inovasi dalam penelitian keperawatan ter
bukti dalam kelangkaan percobaan acak berkualitas tinggi untuk memberik
an bukti terbaik untuk praktik keperawatan. Sayangnya, sebagian besar stu
di keperawatan cenderung berada pada piramida bukti tingkat rendah (mis
alnya, penelitian deskriptif). Bukan berarti penelitian deskriptif atau kualit
atif tidak penting; jenis penelitian ini sangat penting ketika sedikit yang di
ketahui tentang konstruk atau hubungan antar variabel.
Untuk menanamkan inovasi dalam penelitian keperawatan, peneliti ha
rus merangkul pola pikir inovasi, mencari kolaborasi lintas disiplin, dan m
elibatkan mahasiswa dalam pemikiran inovasi di semua tingkatan, mulai d
ari program sarjana hingga pascasarjana. Dengan menekankan kolaborasi,
fakultas dan mahasiswa dapat mempromosikan sains berbasis tim. Dengan
mendengarkan mahasiswa, fakultas dapat memahami tren dan tantangan y
ang muncul dan mempelajari bagaimana generasi muda memanfaatkan sal
uran baru, seperti media sosial. Tujuan utamanya adalah untuk membangu
n budaya inovasi melalui penelitian dan pendidikan, dan untuk menunjukk
an kepada disiplin dan profesi lain bahwa keperawatan adalah mitra yang s
etara dalam mengembangkan masa depan perawatan kesehatan.
Resistensi fakultas riset untuk melakukan inovasi—dan untuk gagal—
merupakan penghalang yang cukup besar. Demikian pula, tingkat spesialis
asi yang tinggi dalam penelitian dapat membatasi ruang lingkup dan visi p
eneliti. Mengatasi hambatan ini, mungkin dengan mendorong fakultas untu
k mengeksplorasi ide dengan cakupan yang lebih luas, akan semakin menu
mbuhkan kemauan untuk berinovasi dan gagal.

10
Kesenjangan waktu penelitian-ke-praktik saat ini adalah sekitar 15 tah
un, yang tidak dapat diterima (Melnyk, 2021). Intervensi berbasis bukti ya
ng berhasil akan menskala lebih cepat jika peneliti mengukur lebih banyak
“jadi hasil apa” dalam studi mereka (yaitu, hasil yang benar-benar penting
bagi sistem perawatan kesehatan, seperti biaya, komplikasi, penerimaan ke
mbali) (Melnyk & Morrison-Beedy, 2019 ). Akhirnya, sangat penting bah
wa universitas membiarkan peneliti fakultas gagal tanpa mengganggu pert
umbuhan karir mereka. Dengan memasukkan inovasi (dan kegagalan terka
it atau upaya total) dalam kriteria promosi dan kemajuan, universitas akan
mendorong penelitian yang inovatif. Tanpa insentif dan penghargaan ini, p
ara peneliti dapat mengejar inovasi secara realistis hanya di samping tugast
ugas yang kinerjanya sudah diukur.

E. Membangun dan Mempertahankan Budaya Inovasi dalam Kebij


akan Keperawatan
Kelompok kerja Kebijakan mencatat kebutuhan untuk membayangkan
kembali bagaimana kebijakan perawatan kesehatan dikembangkan, meran
gkul kegagalan sebagai bagian dari inovasi, mempertimbangkan model bis
nis baru yang berorientasi pada hasil kesehatan, mendistribusikan kekuata
n dan sumber daya, dan memberdayakan perawat dan meningkatkan keper
cayaan diri mereka untuk mempengaruhi kesehatan dan kebijakan organisa
si. Perawat juga harus terampil bagaimana menceritakan kisah mereka sec
ara emosional, ringkas, dan berbasis bukti kepada pembuat kebijakan agar
berhasil mempengaruhi perubahan kebijakan.
Berikut kesenjangan spesifik dan solusi potensial yang diidentifikasi o
leh kelompok Kebijakan dalam kebijakan keperawatan:
1. Kesenjangan/peluang
a. Harga diri rendah dan pemberdayaan di antara perawat
b. Kejenuhan dan trauma perawat
c. Beberapa kebijakan dapat menghambat inovasi atau memb
ahayakan kesehatan pasien atau penyedia layanan
d. Inovasi tidak dipertimbangkan dalam keperawatan lisensi

11
e. Investasi rendah dalam kesehatan masyarakat
f. Inovasi tidak termasuk dalam proses akreditasi Federal ata
u negara bagian
g. Kurangnya dukungan organisasi untuk inovasi keperawata
n
2. Solusi yang diusulkan
a. Memodifikasi kebijakan tenaga kerja
b. Mengatasi kiasan kelelahan akibat trauma
c. Mengembangkan praktik yang mendukung retensi perawat
d. Mengakui kebijakan yang merusak dan berbahaya
e. Mengubah kebijakan yang ada atau membuat kebijakan baru u
ntuk mendorong inovasi dan menjaga kesehatan dan keselamat
an
f. Mengubah kriteria untuk lisensi APRN
g. Menyertakan inovasi dalam ruang lingkup keperawatan prakti
k
h. Membuat/memodifikasi UU Praktik Keperawatan
i. Membangun kembali infrastruktur kesehatan masyarakat
j. Bekerja dengan badan akreditasi untuk mengatasi keterbatasan
dalam proses
k. Mengembangkan dan mendedikasikan sumber daya, metrik, ta
rget, dan anggaran untuk inovasi
l. Rumah sakit memerlukan kebijakan untuk kepemilikan kekaya
an intelektual
Secara tradisional, kebijakan layanan kesehatan cenderung bersifat rea
ktif dan menghukum, dengan tujuan untuk menstandarkan pemberian laya
nan kesehatan, daripada secara aktif membayangkan jalur menuju layanan
kesehatan yang lebih baik. Ketakutan menyebabkan kerugian meliputi pra
ktik dan kebijakan perawatan kesehatan dan memiliki efek mencekik inova
si. Selain itu, kegagalan dalam perawatan kesehatan sering dikaitkan denga
n hasil yang merugikan pasien, tetapi sebagian besar inovasi perawatan kes

12
ehatan tidak membahayakan nyawa. Oleh karena itu, spektrum kegagalan
dan risiko harus dipertimbangkan kembali mengingat perlunya solusi inov
atif untuk masalah sistemik. Dengan kata lain, inovasi membutuhkan jarin
g pengaman.
Model bisnis perawatan kesehatan, yang saat ini dirancang di sekitar p
embayar, perlu berorientasi pada hasil kesehatan untuk membangun bisnis
yang berkelanjutan model dan menumbuhkan umur panjang karir untuk pe
rawat. Untuk mencapai berbagai tujuan ini, para pemimpin perlu mendistri
busikan kekuatan dan sumber daya ke kelompok baru dan berbeda untuk
mendiversifikasi basis profesional yang diberdayakan untuk berkontribusi
pada inovasi. Pemecahan masalah seringkali merupakan produk dari ekuita
s dalam kekuasaan dan sistem yang tidak dirancang oleh mereka yang pali
ng terpengaruh. Membawa semua pemangku kepentingan ke meja sangat p
enting untuk memungkinkan perubahan, termasuk perawat garis depan, pe
mimpin perawat, pemimpin bisnis, legislator, penyandang dana, dan disipli
n di luar keperawatan. Kerja sama dari banyak pemangku kepentingan ini
harus dituntut jika ingin inovasi berhasil.

F. Membangun dan Mempertahankan Budaya Inovasi dalam Prak


tik Keperawatan
Kelompok kerja Praktik mencatat kebutuhan untuk menata kembali as
uhan keperawatan dan model tenaga kerja, menyediakan lebih banyak wak
tu untuk inovasi, mengembangkan sistem pendanaan dan penghargaan bag
i perawat praktik untuk terlibat dalam inovasi, dan mempertimbangkan ke
mbali model kepegawaian shift-kerja. Perawat samping tempat tidur dan d
okter di tempat perawatan lainnya sering memiliki cara inovatif untuk men
gatasi tantangan perawatan pasien tetapi biasanya tidak dimintai solusinya.
Pemimpin perlu meminta solusi kepada perawat garis depan dan dokte
r lainnya, menanggapinya dengan serius, dan menyediakan dana untuk me
ncoba ide-ide inovatif.
Berikut kesenjangan spesifik dan solusi potensial yang diidentifikasi o
leh kelompok Praktik dalam praktik keperawatan:

13
1. Kesenjangan/peluang
a. Waktu dan dana yang tidak mencukupi untuk inovasi oleh
perawat garis depan
b. Kurangnya sistem penghargaan untuk inovasi
c. Kerja shift merupakan hambatan bagi inovasi
d. Kerja shift 12 jam dikenal sebagai penyebab kelelahan per
awat
e. Perawat diperlakukan seperti pekerja usia industri
f. Kurangnya bimbingan inovasi
g. “Begitulah cara kami selalu melakukannya.”
2. Solusi yang diusulkan
a. Membingkai ulang model tenaga kerja
b. Meningkatkan anggaran untuk inovasi
c. Mengembangkan/membagikan/menskalakan model asuhan
keperawatan berbasis inovasi
d. Mempertimbangkan perubahan pada model kerja shift
e. Menghentikan penerapan shift 12 jam
f. Kelola perawat seperti bakat, bukan tenaga kerja
g. Berdayakan perawat untuk mengembangkan dan menguji i
novasi
h. Buat jalur karier dan FTE untuk inovasi
i. Mengembangkan budaya inovasi dan keterbukaan pikiran
Pergeseran keperawatan tipikal sudah dibebani dengan tanggung jawa
b, ditentukan oleh solusi, dan dibatasi oleh praktik dan budaya unit atau or
ganisasi keperawatan individu. Namun demikian, perawat garis depan adal
ah batu kunci tidak hanya dalam pemberian perawatan tetapi juga inovasi.
Sebagai tenaga kesehatan terbesar dan penyedia utama perawatan pasien, p
erawat garis depan harus menghadapi dan mengakomodasi kegagalan siste
m setiap hari. Mengubah asuhan keperawatan dan model tenaga kerja untu
k memberi perawat waktu, keterampilan, pendanaan, dan dorongan untuk t
erlibat dalam inovasi akan memberdayakan perawat untuk menciptakan pe

14
rubahan yang berarti pada titik perawatan. Proses ini harus dimulai dengan
pendidikan inovasi di semua tingkat kepemimpinan keperawatan.
Inovasi juga membutuhkan budaya dan lingkungan yang kondusif, da
n dukungan kepemimpinan sangat penting. Budaya memengaruhi perasaan
orang dan apa yang mereka lakukan, namun perubahan budaya membutuh
kan waktu bertahun-tahun. Perawat yang bertanya mengapa hal-hal seperti
itu sering dilihat sebagai tantangan kepemimpinan, bukannya peluang untu
k inovasi. Pemimpin organisasi harus memupuk dan mencontohkan keterb
ukaan terhadap perubahan, sedemikian rupa sehingga ide-ide kreatif didor
ong dan dieksplorasi sepenuhnya dalam budaya inovasi. Pemimpin juga ha
rus terlibat dalam mendengarkan secara mendalam untuk lebih memahami
tantangan, kekhawatiran, dan kreativitas perawat. Inovasi dan kolaborasi i
nterprofessional telah terbukti meningkatkan niat dokter untuk bertahan da
lam pekerjaan mereka (Raderstorf et al., 2020). Selain itu, Pusat inovasi da
n pemimpin inovasi harus ditempatkan dekat dengan tantangan kerja pera
wat.
Terakhir, inovasi sebagai kompetensi harus menjadi kewajiban bagi p
erawat. Kompetensi untuk inovasi dapat membantu memberi penghargaan
kepada profesional perawatan kesehatan karena menjauh dari konvensi. In
ovasi termasuk dalam hal penting saat ini untuk perawat praktik tingkat la
njut (American Association of Colleges of Nursing, 2021).

G. Langkah Strategis dalam Menghadapi Trend Issue Perubahan K


eperawatan di Masa Depan
Keberhasilan perubahan tergantung dari strategi yang diterapkan oleh
agen pembawa perubahan. Hal yang paling pentig harus “Mulai”
1. Mulai Diri Sendiri
Perubahan dan pembenahan pada diri sendiri, baik seba
gai individu maupun sebagai profesi merupakan titik sentral ya
ng harus dimulai. Sebagai anggota profesi, perawat tidak akan
pernah berubah atau bertambah baik dalam mencapai suatu tuj
uan profesionalisme jika perawat belum memulai pada dirinya

15
sendiri. Selalu mengintrospeksi dan mengidentifikasi kekurang
an dan kelebihan yang ada akan sangat membantu terlaksanan
ya pengelolaan keperawatan di masa depan.
2. Mulai Dari Hal-Hal Yang Kecil
Perubahan yang besar untuk mencapai profesionalisme
manajemen keperawatan Indonesia tidak akan pernah berhasil,
jika tidak dimulai dari hal-hal yang kecil. Hal-hal yang kecil y
ang harus dijaga dan ditanamkan perawat Indonesia adalah me
njaga citra perawat yang sudah membaik dihati masyarakat de
ngan tidak merusaknya sendiri. Sebagai contoh dalam manaje
men bangsal, seorang manajer harus menjaga diri dari perilaku
yang negatif, misalnya dengan berbicara kasar, tidak disiplin
waktu, dan tidak melakukan tindakan tanpa memerhatikan prin
sip aseptik-antiseptik. Begitu juga dengan manajemen didalam
instansi pendidikan keperawatan, sebagai calon perawat yang
profesional perawatpun harus mampu terampil menjadi diri se
ndiri.
3. Mulai Sekarang, Jangan Menunggu-Nunggu
Sebagaimana disampaikan oleh Nursalam (2016), lebih
baik sedikit daripada tidak sama sekali, lebih baik sekarang da
ripada harus terus menunggu dan menunggu. Memanfaatkan k
esempatan yang ada merupakan konsep manajemen keperawat
an saat ini dan masa yang akan datang. Kesempatan tidak akan
datang dua kali dengan tawaran yang sama.
Langkah strategi dalam menghadapi trend issue peruba
han keperawatan di masa depan adalah the nurse should do no
harm to your self ( Nightingale). Artinya semua tindakan kepe
rawatan harus memenuhi kebutuhan pasien tanpa adanya resik
o negative yang di timbulkan.

16
BAB III

KESIMPULAN

A. KESIMPULAN
Perubahan pelayanan keperawatan untuk menentukan masa depan perawatan
kesehatan dapat dilakukan melalui lensa empat pilar pemberian perawatan;
akademik, penelitian, kebijakan, dan praktek. Inovasi dalam empat pilar ini

17
mengarah pada peningkatan pelayanan kesehatan, sehingga dapat menyesuaikan
dengan trend-trend yang ada.
Dalam melakukan inovasi harus mempertimbangkan kemungkinan resiko dan
kegagalan, karena itu diperlukan solusi inovatif sebagai jaring pengaman. Selain
budaya dan lingkungan yang kondusif dukungan dan kerja sama dari banyak
pemangku kepentingan mendukung keberhasilan inovasi. Akan tetapi
keberhasilan perubahan juga bergantung pada strategi yang diterapkan oleh agen
pembawa perubahan, yang terpenting adalah harus “mulai”, Memulai dari diri
sendiri, mulai dari hal kecil, serta mulai dari sekarang jangan menunda-nunda.
Inovasi sebagai kompetensi menjadi kewajiban bagi perawat. Kompetensi
untuk inovasi dapat membantu memberi penghargaan kepada proesional
perawatan kesehatan karena menjauh dari konvensi, sebagai praktik tingkat
lanjut.

B. SARAN
1. Perawat seharusnya tidak memiliki sikap ketakutan untuk gagal, agar
kompetensi perawat meningkat, tidak menunda-nunda untuk bergerak
berkreasi dan berinovasi.
2. Bagi pihak terkait seperti pihak akademik dan pemerintah diharapkan terus
mendukung inovasi untuk keberhasilan inovasi tersebut.

18
DAFTAR PUSTAKA

American Association of Colleges of Nursing. (2021). https://www.aacnnursing.o


rg/Por tals/42/AcademicNursing/pdf/Essentials-2021.pdf.
Nursalam (2016). Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan Pendekatan Praktis.
Jakarta: Salemba Medika.
O'Hara, S., Ackerman, H. M., Raderstorf, T., Kilbridge, J, F., & Melnyk, B. M. (2
022). Building and sustaining a culture of innovation in nursing Academic
s, Research, Policy, and Practice: Outcomes of the National Innovation Su
mmit. Journal of Professional Nursing, 43(1), 5-11, 8755-7223. https://doi.
org/10.1016/j.profnurs.2022.08.001

19

Anda mungkin juga menyukai