1. Manusia :
Penerima asuhan keperawatan adalah manusia (individu,
kelommpok, komunitas, atau social). Masing-masing
diperlakukan oleh perawat sebagai sistem adaptasi yang
holistic dan terbuka.
2. Keperawatan :
Bentuk pelayanan professional berupa pemenuhan kebutuhan
dasar yang diberikan kepada individu yang sehat maupun sakit
yang mengalami gangguan fisik, psikis, dan social agar dapat
3. Konsep sehat-sakit: kerakteristis sehat menurut WHO :
a. Memperhatikan individu sebagai sebuah sistem yang menyeluruh.
b. Memandang sehat dengan mengidentifikasi lingkungan internal
dan eksternal.
c. Penghargaan terhadap pentingnya peran individu dalam hidup.
Sakit adalah suatu kondisi dimana kesehatan tubuh lemah.
(Webster’s New Collegiate Dictionary).
Sakit adalah keadaan yang disebabkan oleh bermacam-macam hal, bisa
suatu kejadian, kelainan yang dapat menimbulkan gangguan terhadap
susunan jaringan tubuh, dari fungsi
4. Konsep lingkungan
Lingkungan internal dan eksternal, yang mempengaruhi dan
berakibat terhadap perkembangan dan prilaku seseorang dan
kelompok.
5. Aplikasi pada asuhan keperawatan:
a. Pengakajian
b. Perumusan diagnosis keperawatan
c. Intervensi keperawatan
d. Pelaksanaan
e. evaluasi
TREND DAN ISSUE DALAM
KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH
Trend dan issue keperawatan medikal bedah
1. Tren KMB (Nursalam, 2008)
a. Peluang riset keperawatan di masa depan :
1) Riset keperawatan yang di laksnakan oleh perawat,
khususnya dosen keperawatan menunjukkan hasil yang
kurang memuaskan.
2) Hampir 90 % perawat di daerah jawa tidak
melaksanakan riset dalam perannya.
3) Mereka menyadari dan menerima bahwa riset adalah
bagian dari perannya tetapi juga ada pertanyaan
“whether researche is a nurse primary responsibility or
not, all nurses should also involve in nursing research?”
b. Lokasi tempat bekerja
Dari 4 hambatan (biaya, waktu, keahlian, dan kebijaksanaan),
jawaban responden sangat bervariasi dan adanya suatu korelasi
yang kuat antarvariabel.
Contoh :
1) mereka yang bekerja di Jakarta mengatakan bahwa anggaran
untuk riset dapat di peroleh dengan mudah
2) mereka yang bekerja di luar Jakarta mengalami kesulitan.
Hal ini tidak terlepas dari kemampuan (keahlian) perawat yang
bekerja di Jakarta lebih baik karena mereka rata-rata memiliki
pendidikan D3 dan S1 kesehatan masyarakat, sehingga proposal
yang ditulis lebih bisa diterima oleh pemberi dana. Di samping itu
juga karena faktor kesempatan dan informasi yang cepat bagi
perawat Jakarta. (Nursalam, 2008)
c.Keahlian perawat dalam riset
1) Perawat yang bekerja di luar Jakarta sebagian besar
berbasis pendidikan D3 keperawatan hampir 95%
mengalami masalah tentang keterampilan penelitian
atau keahlian penulisan proposal/pelaksanaan.
2) Keadaan ini diperparah dengan tidak adanya suatu
lembaga yang menangani riet keperawatan dalam
organisasi pelayanan kesehatan
d.Waktu pelaksaan yang terbatas
Perawat pendidik mempunyai tugas yang sangat besar
dalam pembelajaran di kelas dan di klinik serta kegiatan-
kegiatan non pembelajaran (administrasi), waktu perawat
habis untuk kegiatan tersebut
e.Topik riset keperawatan yang tidak sesuai
Banyak perawat yang belum memahami tentang
lingkup riset keperawatan. Topik-topik yang dipilih
lebih bersifat kesehatan secara umum, sehingga
hasil yang di dapatkan kurang memberikan
kontribusi yang bermakna untuk diapliksikan
dalam praktik keperawatan. (Nursalam, 2008: hal
29
2. Issu Keperawatan Medikal Bedah (Nursalam, 2008)
Pemeriksaan laboratorium
INTERVENSI
EVALUASI
Evaluasi terhadap pasien dengan penyakit CAD menurut diagnosa diatas dilakukan dengan
menilai kondisi pasien dengan metode :
S : Data berdasarkan keluhan yang disampaikan pasien setelah dilakukan tindakan
O : Data berdasarkan hasil pengukuran (observasi langsung kepada pasien dan yang
dirasakan pasien setelah melakukan tindakan)
A : Masalah keperawatan yangterjadi jika terjadi akibat perubahan status klien dalam data
subyektif dan objektif
P : Perencanaan keperawatan yang akan dilanjutkan, dihentikan atau dimodifikasi
1. Evaluasi diharapkan sesuai tujuan antara lain :
2. Nyeri dada hilang atau terkontrol, pasien tampak rileks, skala nyeri 0.
3. Sesak nafas hilang, nafas cuping hidung menurun
4. Peningkatan toleransi aktivitas
5. Curah jantung dalam rentang normal sehingga perfusi jaringan adekuat
SINDROMA KORONER AKUT
• Penyakit arteri koroner atau penyakit
jantung koroner adalah terminasi umum
yang digunakan untuk menyatakan kelainan
jantung dan pembuluh darah koroner
akibat perkembangan dari
arteriosklerosis
1. Anamnesis:
Nyeri dada kiri atau lengan kiri sebagai keluhan utama.
Riwayat CAD, pernah MCI
2. Pemeriksaan fisik:
Hipotensi, ronkhi basah basal, keringat dingin, edema paru,
Mitral Regurgitasi sesaat
3. EKG: Deviasi (depresi) segmen ST (>1mm), Inversi
gelombang T (>0,2mV) yg baru
4. Laboratorium Troponin T positif, CK-MB meningkat
Silent Myocardial Infarction
• Pada Pasien DM kadang-kadang tidak disertai
nyeri dada yang khas
• Diduga disebabkan :
– Gangguan sensitivitas sentral terhadap rasa nyeri
– Penurunan kadar b endorphin
– Neuropati perifer yg menyebabkan denervasi sensorik
Options for Transport of Patients With
STEMI and Initial Reperfusion Treatment
Hospital fibrinolysis:
Door-to-Needle
within 30 min.
Not PCI
capable
Golden Hour = first 60 min. Total ischemic time: within 120 min.
Antman EM, et al. J Am Coll Cardiol 2008. Published ahead of print on December 10, 2007. Available at
http://content.onlinejacc.org/cgi/content/full/j.jacc.2007.10.001. Figure 1.
Acute Coronary
Syndrome
Angiography
Manajemen di emergensi pada kasus diduga atau aktual STEMI antara lain
1. Aspirin 160 – 325 mg kunyah-kunyah
2. Monitoring atau rekam serial EKG
3. Oksigen per nasal canule 4-6 L/menit
4. Nitrogliserin sub lingual, kecuali bila sistolik tekanan darah dibawah 90 mmHg dan
denyut jantung 50 X/menit atau lebih dari 100 X/menit
5. Morphine sulfate IV 2-4 mg dan dapat diulang seiap 5 menit
(Morton, 2005 dalam Morton, P.G, et al, 2005; Arief,A, 2007;http:// www.medicastore.com ,2007).
Strategi Pencegahan Penyakit Kardiovaskuler
Pada Pasien DM
1. Tekanan Darah < 130/80 mmHg
2. LDL Kolesterol < 100 mg/dl
3. Akvitas fisik 3 – 4 x/minggu minimal 30 menit
4. Mempertahankan IMT 21 – 25 kg/m2, lingkar
pinggang < 102 untuk laki-laki dan < 88 cm untuk
wanita
5. Berhenti merokok
6. Terapi aspirin
7. A1C < 7%
NURSING DIAGNOSES
Ventrikel II, III, aVF RCA Dinding ventrikel kanan, Hati-hati pemberian
Kanan V3R,V4R dinding inferior, posterior NTG atau morphin
LV
Hipotensi, Distensi vena Pemberian cairan
jugularis, hear t block
Sekitar 5% kasus hipertensi telah diketahui penyebabnya dan dapat dikelompokkan seperti :
Penyakit renovaskuler(1%)
Endrokin(1%)
Sindrom cushing
Feokromositoma
Koarktasio Aorta
Akibat obat
Etiologi Hipertensi
Berdasarkan penyebab hipertensi dibagi menjadi 2 golongan (Ardiansyah M., 2012) :
Hipertensi primer (esensial) adalah hipertensi yang 90% tidak diketahui penyebabnya. Beberapa
faktor yang diduga berkaitan dengan berkembangnya hipertensi esensial :
• Genetik : Individu dengan keluarga hipertensi memiliki potensi lebih tinggi mendapatkan penyakit
hipertensi.
• Jenis kelamin dan usia : Lelaki berusia 35-50 tahun dan wanita yang telah menopause berisiko
tinggi mengalami penyakit hipertensi.
• Diit konsumsi tinggi garam atau kandungan lemak : Konsumsi garam yang tinggi atau konsumsi
makanan dengan kandungan lemak yang tinggi secara langsung berkaitan dengan
berkembangnya penyakit hipertensi.
• Berat badan obesitas : Berat badan yang 25% melebihi berat badan ideal sering dikaitkan dengan
berkembangnya hipertensi.
• Gaya hidup merokok dan konsumsi alcohol : Merokok dan konsumsi alkohol sering dikaitkan
dengan berkembangnya hipertensi karena reaksi bahan atau zat yang terkandung dalam
keduanya.
Etiologi Hipertensi
Hipertensi sekunder adalah jenis hipertensi yang diketahui penyebabnya. Hipertensi sekunder
disebabkan oleh beberapa penyakit, yaitu :
• Coarctationaorta
• Penyakit parenkim dan vaskular ginjal.
• Penggunanaan kontrasepsi hormonal (esterogen).
• Gangguan endokrin.
• Kegemukan (obesitas) dan malas berolahraga.
• Stres, yang cenderung menyebabkan peningkatan tekanan darah untuk sementara waktu.
• Kehamilan.
• Luka bakar.
• Peningkatan tekanan vaskuler.
• Merokok.
Faktor Risiko Hipertensi
Menurut Aulia, R. (2017), faktor risiko hipertensi dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu :
Mekanisme terjadinya hipertensi adalah melalui terbentuknya angiotensin II dari angiotensin I oleh
angiotensin I converting enzyme (ACE). ACE memegang peran fisiologis penting dalam mengatur tekanan
darah. Darah mengandung angiotensinogen yang diproduksi di hati.
Aksi pertama adalah meningkatkan sekresi hormon antidiuretik (ADH) dan rasa haus. ADH diproduksi di
hipotalamus (kelenjar pituitari) dan bekerja pada ginjal untuk mengatur osmolalitas dan volume urin.
Aksi kedua adalah menstimulasi sekresi aldosteron dari korteks adrenal. Aldosteron merupakan hormon
steroid yang memiliki peranan penting pada ginjal. Naiknya konsentrasi NaCl akan diencerkan kembali
dengan cara meningkatkan volume cairan ekstraseluler yang pada gilirannya akan meningkatkan volume
dan tekanan darah
ATHWAY
Manifestasi Klinis Hipertensi
Menurut Tambayong (dalam Nurarif A.H., & Kusuma H., 2016), tanda dan gejala pada hipertensi dibedakan menjadi :
B. Risiko ketidakseimbangan
elektrolit berhubungan dengan
ketidakseimbangan cairan
Keadaan patofisiologis berupa kelainan fungsi jantung, sehingga jantung tidak mampu
memompa darah untuk memenuhi kebutuhan metabolisme jaringan atau
kemampuannya hanya ada kalau disertai peninggian volume diastolik secara
abnormal.
Stage A , merupakan klasifikasi dimana pasien mempunyai resiko tinggi, tetapi belum
ditemukannya kerusakan struktural pada jantung serta tanpa adanya tanda dan gejala dari
gagal jantung tersebut.
Stage B , Pasien dikatakan mengalami gagal jantung stage B apabila ditemukan adanya
kerusakan struktural pada jantung tetapi tanpa menunjukkan tanda dan gejala dari gagal
jantung tersebut.
Stage C, menunjukkan bahwa telah terjadi kerusakan struktural pada jantung bersamaan dengan
munculnya gejala sesaat ataupun setelah terjadi kerusakan.
LANJUTAN…
Stage D, Pasien dengan stage D adalah pasien yang
membutuhkan penanganan ataupun intervensi khusus dan gejala
dapat timbul bahkan pada saat keadaan istirahat, serta pasien
yang perlu dimonitoring secara ketat.
THE NE W YO R K HEA R T A SS O CIA TIO N ( YA NCY ET A L . , 2 0 1 3 ) MENGK LA S IF IK AS IK A N GA GA L JA NTUNG DA L A M EMP A T K EL AS , MEL IP UTI :
Kelas I
Aktivitas fisik tidak dibatasi, melakukan aktivitas fisik secara normal
tidak menyebabkan dyspnea, kelelahan, atau palpitasi.
Kelas II
Aktivitas fisik sedikit dibatasi, melakukan aktivitas fisik secara normal
menyebabkan kelelahan, dyspnea, palpitasi, serta angina pektoris (mild
CHF).
Kelas III
Aktivitas fisik sangat dibatasi, melakukan aktivitas fisik sedikit saja
mampu menimbulkan gejala yang berat (moderate CHF).
Kelas IV
Pasien dengan diagnosa kelas IV tidak dapat melakukan aktivitas fisik
apapun, bahkan dalam keadaan istirahat mampu menimbulkan gejala
Klasifikasi gagal jantung baik klasifikasi menurut AHA maupun
NYHA memiliki perbedaan yang tidak signifikan. Klasifikasi menurut
AHA berfokus pada faktor resiko dan abnormalitas struktural jantung,
sedangkan klasifikasi menurut NYHA berfokus pada pembatasan
aktivitas dan gejala yang ditimbulkan yang pada akhirnya kedua
macam klasifikasi ini menentukan seberapa berat gagal jantung yang
dialami oleh pasien.
Faktor Resiko
Beberapa orang semakin berpotensi mengalami penyakit ini. Faktor tersebut
antara lain:
a) Faktor resiko mayor meliputi usia, jenis kelamin, hipertensi, hipertrofi pada
LV, infark miokard, obesitas, diabetes.
b) Faktor resiko minor meliputi merokok, dislipidemia, gagal ginjal kronik,
albuminuria, anemia, stress, lifestyle yang buruk.
c) Sistem imun, yaitu adanya hipersensitifitas.
d) Infeksi yang disebabkan oleh virus, parasit, bakteri.
e) Toksik yang disebabkan karena pemberian agen kemoterapi (antrasiklin,
siklofosfamid, 5 FU), terapi target kanker (transtuzumab, tyrosine kinase
inhibitor), NSAID, kokain, alkohol.
f) Faktor genetik seperti riwayat dari keluarga. (Ford et al., 2015)
PATOFISIOLOGI
Patofisiologi dari gagal jantung berdasarkan bagian jantung yang
mengalami kegagalan (failure) yaitu :
• Penyakit Typhoid adalah penyakit infeksi akut pada usus halus yang
disebabkan oleh Salmonella typhosa dan hanya terdapat pada manusia
(Marni, 2016; h. 14).
2. Deficit nutrisi Setelah diberikan tindakan 3x24 jam 1. Observasi asupan makan, TTV, intake
berhubungan diharapkan deficit nutrisi membaik dan output
dengan dengan kriteria hasil : 2. Sajikan makanan secara menarik dan
ketidakmampuan • Nafsu makan membaik (makan 3x/ suhu yang sesuai
mengabsorbsi sehari) 3. Beri makan sedikit demi sedikit
nutrient • Nyeri abdomen menurun (Tidak 4. Anjurkan posisi duduk
sakit saat di palpasi ) 5. Anjurkan minum / makan sedikit demi
• Bising usus membaik (5-34x bunyi sedikit
/menit) 6. Kolaborasi dengan dokter untuk
pemberian obat
7. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
pemberian gizi
No Dx Keperawatan Tujuan Intervensi
3. Nyeri akut Setelah dilakukan tindakan 1. Observasi TTV
berhubungan dengan 2. Indentifikasi skala nyeri
proses peradangan keperawatan 1 X 24 jam, status nyeri 3. Identifikasi lokasi, karakteristik,
pasien berkurang dengan kriteria durasi, frekuensi, kualitas dan
intensitas nyeri
hasil: 4. Kontrol lingkungan yang
• TTV dalam batas normal memperberat rasa nyeri
5. Fasillitasi istirahat dan tidur
• TD : 120/80 mmHg 6. Berikan teknik non farmakologis
• Suhu : 35-37,5 derajat celcius untuk mengurangi rasa nyeri
misalnya relaksasi nafas dalam
• Napas : (14-20x/menit) 7. anjurkan teknik nonfarmakologi
• Nadi : 60-100x/menit) untuk mengurangi rasa nyeri
8. Jelaskan penyebab, periode, dan
• Skala nyeri berkurang (0-3) pemicu nyeri
• Tidak terjadi ketegangan otot 9. Kolaborasi dengan dokter untuk
pemberian analgetik jika perlu
• Tidak terlihat gelisah
e. Evaluasi
Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses keperawatan yang
menandakan seberapa jauh diagnose keperawatan, rencana tindakan, dan pelaksanaannya
sudah berhasil dicapai.
Hasil evaluasi keperawatan dari diagnosis Typus Abdominalis yang dapat teratasi dilihat
dari :
• S : Data berdasarkan keluhan yang disampaikan pasien setelah dilakukan tindakan
• O : Data berdasarkan hasil pengukuran (observasi langsung kepada pasien dan yang
dirasakan pasien setelah melakukan tindakan)
• A : Masalah keperawatan yangterjadi jika terjadi akibat perubahan status klien dalam data
subyektif dan objektif
• P : Perencanaan keperawatan yang akan dilanjutkan, dihentikan atau dimodifikasi.
Thank You
HEPATITIS
Sugiyarto, SST., Ners., M.Kes
Pengertian
Hepatitis adalah proses terjadinya inflamasi atau nekrosis
jaringan hati yang dapat disebabkan oleh infeksi, obat -
obatan, toksin, gangguan metabolik, maupun kelainan
autoimun. Infeksi yang disebabkan virus, bakteri, maupun
parasit merupakan penyebab terbanyak hepatitis akut (Arief,
2012).
Hepatitis merupakan suatu peradangan pada hati yang
disebabkan karena beberapa hal , diantaranya yaitu virus
hepatitis A, virus hepatitis B, virus hepatitis C, virus
hepatitis D, dan virus hepatitis E. Selain virus tersebut
hepatitis juga dapat disebabkan karena infeksi dari virus
lain, misalnya infeksi dari sitomegalovirus. Hepatitis non
virus disebabkan karena alkohol dan obat-obatan
(Hasdianah dan Prima, 2014).
• Hepatitis adalah peradangan pada hati atau liver. Hepatitis bisa
disebabkan oleh infeksi virus, bisa juga disebabkan oleh kondisi
atau penyakit lain, seperti kebiasaan mengonsumsi alkohol,
penggunaan obat-obatan tertentu, atau penyakit autoimun. Jika
disebabkan oleh infeksi virus, hepatitis bisa menular.
• Hepatitis ditandai dengan munculnya gejala berupa demam,
nyeri sendi, nyeri perut kanan, dan penyakit kuning. Hepatitis
dapat bersifat akut (cepat dan tiba-tiba) maupun kronis
(perlahan dan bertahap). Jika tidak ditangani dengan baik,
hepatitis dapat menimbulkan komplikasi, seperti gagal hati,
sirosis, atau kanker hati (hepatocellular carcinoma).
Penyebab
• Hepatitis A
Hepatitis A disebabkan oleh infeksi virus hepatitis A (HAV). Hepatitis A
ditularkan melalui makanan atau minuman yang terkontaminasi feses
penderita hepatitis A yang mengandung virus hepatitis A.
• Hepatitis B
Hepatitis B disebabkan oleh infeksi virus hepatitis B (HBV). Hepatitis
B dapat ditularkan melalui kontak langsung dengan cairan tubuh
penderita hepatitis B. Cairan tubuh yang dapat menjadi sarana penularan
hepatitis B adalah darah, cairan vagina, dan air mani.
• Hepatitis C
Hepatitis C disebabkan oleh infeksi virus hepatitis C (HCV). Hepatitis C juga
ditularkan melalui cairan tubuh. Penularan bisa terjadi saat berhubungan
seksual tanpa kondom atau menggunakan jarum suntik bekas penderita
hepatitis C. Jika ibu hamil menderita hepatitis C, bayinya dapat tertular
penyakit ini saat melewati jalan lahir ketika persalinan.
• Hepatitis D
Hepatitis D disebabkan oleh infeksi virus hepatitis D (HDV).
Hepatitis D merupakan jenis hepatitis yang jarang terjadi, tetapi
bisa bersifat serius. Virus hepatitis D tidak bisa berkembang biak
di dalam tubuh manusia tanpa adanya hepatitis B. Hepatitis
D ditularkan melalui darah dan cairan tubuh lainnya.
• Hepatitis E
Hepatitis E disebabkan oleh infeksi virus hepatitis E (HEV).
Hepatitis E mudah menular pada lingkungan yang memiliki
sanitasi yang buruk. Salah satunya melalui kontaminasinya pada
sumber air.
Faktor Resiko
• Kurang menjaga kebersihan, seperti tidak mencuci tangan sebelum makan
• Mengonsumsi makanan yang terkontaminasi virus hepatitis atau makanan
yang tidak dimasak hingga matang
• Berbagi penggunaan barang pribadi dan jarum suntik dengan orang lain
• Melakukan hubungan seks tanpa kondom dengan penderita hepatitis
akibat infeksi virus
• Memiliki penyakit infeksi akut dan kronis
• Memiliki penyakit autoimun
• Memiliki riwayat hepatitis dalam keluarga
• Sering menerima transfusi darah, terutama bila darah yang didonorkan
tidak melalui pemeriksaan ketat atau alat yang digunakan tidak bersih
Gejala
• Mual
• Muntah
• Demam
• Kelelahan
• Feses berwarna pucat
• Urine berwarna gelap
• Nyeri perut
• Nyeri sendi
• Kehilangan nafsu makan
• Penurunan berat badan
• Mata dan kulit berubah menjadi kekuningan atau penyakit kuning
Pathway
Lanjutan Pathway
Pemeriksaan Penunjang
A. Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik hepatitis didapatkan distensi abdomen, nyeri tekan kuadran kanan atas,
asites, pruritus, ikterik (sclera, kulit), edema ekstremitas, dan anemia.
B. Pemeriksaan Laboratorium
1. Pemeriksaan Biokimia Hati
Tes biokimia hati dilakukan dengan cara memeriksa sejumlah parameter zat-zat kimia maupun
enzim yang dihasilkan atau diproses oleh jaringan hati. Diantaranya yaitu aminotransferase
(transaminase), alkaline fosfate (ALP), serum protein, dan billirubin.
2. Pemeriksaan Serologi
Pemeriksaan serologi dilakukan untuk mengetahui jenis virus penyebab hepatitis.
Endoskopi
01 Endoskopi merupakan prosedur diagnostik utama dan da
pat dilakukan dengan sigmoidoskopi(>35% tumor terletak
di rektosigmoid) atau dengan kolonoskopi total.
No Tujuan Intervensi
1. Setelah dilakukan tindakan keperawatan sela O : identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informa
ma 3x24jam, pemberian edukasi dengan krit si
eria hasil : N : menyediakan materi dan media pendkes
1. Pasien mengetahui penyakitnya E : jelaskan proses patologis terjadinya penyakit
C : kolaborasi dengan perawat lain