Anda di halaman 1dari 14

NAMA : YOSI SUMILA SITUMEANG

KELAS : IIA

NIM : P07520120041

MATA KULIAH : KMB 1

Tugas :

1. Perspektif keperawatan medikal bedah 1


2. Anatomi fisiologi sistem pencernaan
3. Pengkajian sistem pencernaan

PERSPEKTIF KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH 1

A. Definisi Keperawatan Medikal Bedah


Keperawatan Medikal Bedah adalah pelayanan profesional yang berdasarkan pada ilmu
keperawatan medikal bedah dan teknik keperawatan medikal bedah berbentuk pelayanan
Bio-psiko-sosio-spiritual, peran utama perawat adalah memeberikan asuhan keperawatan
kepada manusia (sebagai objek utama pengkajian filsafat ilmu keperawatan: ontologis).
Pengertian keperawatan medikal bedah menurut Raymond H. & Simamora mengandung
3 hal ialah :
1. Mengembangkan diri secara terus-menerus untuk meningkatkan kemampuan
professional dalam medikal bedah dengan cara:
a. Menerapkan konsep-konsep keperawatan dalam melaksanakan kegiatan
keperawatan.
b. Melaksanakan kegiatan keperawatan dalam menggunakan pendekatan ilmiah.
c. Berperan sebagai pembaru dalam setiap kegiatan keperawatan pada berbagai
tatanan pelayanan keperawatan.
d. Mengikuti perkembangan IPTEK secara terus-menerus melalui kegiatan yang
menunjang.
e. Mengembangkan IPTEK keperawatan yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat
dan perkembangan ilmu.
f. Berperan aktif dalam setiap kegiatan ilmiah yang relevan dengan keperawatan.
2. Melaksanakan kegiatan penelitian rangaka pengembangan ilmu keperawatan medikal
bedah dengan cara:
a. Mengidentifikasi masalah kesehatan dengan menganlisis, menyintesis informasi
yang relevan dari berbagai sumber dan memerhatikan perspektif lintas budaya.
b. Merencanakan dan melaksanakan penelitian dalam bidang keperawatan
keperawatan medikal bedah.
c. Menerapkan prinsip dan tekhnik penalaran yang tepat dalam berpikir secara logis,
kritis, dan mandiri.
3. Berfungsi sebagai anggota masyarakat yang kreatif, produktif, terbuka untuk
menerima perubahan, dan berorientasi pada masa depan dengan cara:
a. Menggali dan mengembangkan potensi yang ada pada dirinya untuk membantu
meneyelesaikan masalah masyarakat yang terkait dengan keperawatan medikal
bedah.
b. Membantu meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan memanfaatkan dan
mengelola sumber yang tersedia.

B. Peran dan fungsi Perawat


Peran dan fungsi perawat khususnya di rumah sakit adalah memberikan pelayanan atau
asuhan keperawatan melalui berbagai proses atau tahapan yang harus dilakukan baik
secara langsung maupun tidak langsung kepada pasien. Tahapan yang dilakukan tentunya
berdasarkan standar yang diakui oleh pemerintah maupun profesi perawat. Salah satu
bagian yang berperan penting dalam meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan adalah
pelayanan keperawatan. Pelayanan keperawatan di rumah sakit merupakan komponen
terbesar dari sistem pelayanan kesehatan yang terintegrasi. Pelayanan keperawatan
merupakan proses kegiatan natural dan berurutan yang dilakukan oleh perawat dalam
memberikan pelayanan kepada pasien. Pelayanan diberikan karena adanya keterbatasan
atau kelemahan fisik dan mental. Keterbatasan pengetahuan serta kurangnya kemauan
menuju kepada kemampuan melaksanakan kegiatan hidup sehari-hari secara mandiri.
Kegiatan keperawatan dilakukan dalam upaya peningkatan kesehatan, pencegahan
penyakit, penyembuhan, pemulihan, pemeliharaan kesehatan dengan penekanan upaya
pelayanan kesehatan sesuai wewenang, tanggung jawab dan etika profesi keperawatan
sehingga memungkinkan setiap individu mencapai kemampuan hidup sehat. Tenaga
kesehatan yang paling banyak jumlahnya dalam memberikan pelayanan kesehatan di
rumah sakit dan sering berinteraksi dengan klien adalah perawat.

C. Lingkup Praktek Keperawatan Medikal Bedah


Menurut Lingkup praktek keperawatan medikal-bedah merupakan bentuk asuhan
keperawatan pada klien dewasa yang mengalami gangguan fisiologis baik yang sudah
nyata atau terprediksi mengalami gangguan baik karena adanya penyakit, trauma atau
kecacatan. Praktek keperawatan medikal bedah menggunakan langkah-langkah ilmiah
pengkajian, perencanaan, implementasi dan evaluasi; dengan memperhitungkan
keterkaitan komponen-komponen bio-psiko-sosial klien dalam merespon gangguan
fisiologis sebagai akibat penyakit, trauma atau kecacatan.

1. Lingkup masalah penelitian pengembangan konsep dan teori keperawatan masalah


penelitian difokuskan pada kajian teori-teori yang sudah ada dalam upaya meyakinkan
masyarakat bahwa keperawatan adalah suatu ilmu yang berbeda dari ilmu profesi
kesehatan lain serta kesesuaian penerapan ilmu tersebut dalam bidang keperawatan.
2. Lingkup masalah penelitian kebutuhan dasar manusia meliputi identifikasi sebab dan
upaya untuk memenuhi kebutuhan.
3. Lingkup masalah penelitian pendidikan keperawatan
4. Lingkup masalah penelitian manajemen keperawatan:
a. Model asuhan keperawatan medikal bedah
b. Peran kinerja perawat
c. Model sistem pencatatan dan pelaporan
5. Lingkup masalah penelitian ilmu keperawatan medikal bedah di fokuskan pada
asuhan keperawatan melalui pendekatan proses keperawatan. Topik masalah
didsarkan pada gangguan sistem tubuh yang umum terjadi pada klien dewasa. Ilmu
keperawatan medikal bedah menurut Nursalam :
a. Sistem kekebalan tubuh
b. Respirasi dan oksigensi
c. Sistem kardiovaskuler
d. Sistem persyarafan.

D. Komponen keperawatan medikal bedah


Ada 5 objek utama dalam ilmu keperawatan: manusia, individu (yang mendapatkan
asuhan keperawatan) keperawatan, konsep sakit, aplikasi tindakan keperawatan.
1. Manusia
Penerima asuhan keperawatan adalah manusia, individu, kelommpok, komunitas, atau
social. Masing-masing diperlakukan oleh perawat sebagai sistem adaptasi yang
holistic dan terbuka.
2. Keperawatan
Bentuk pelayanan professional berupa pemenuhan kebutuhan dasar yang diberikan
kepada individu yang sehat maupun sakit yang mengalami gangguan fisik, psikis, dan
social agar dapat mencapai derajat kesehatan yang optimal.
3. Konsep sehat-sakit
Definisi WHO tentang sehat mempunyai karakteristik berikut yang dapat
meningkatkan konsep sehat yang positif
a. Memperhatikan individu sebagai sebuah sistem yang menyeluruh.
b. Memandang sehat dengan mengidentifikasi lingkungan internal dan eksternal. c.
Penghargaan terhadap pentingnya peran individu dalam hidup.
c. Sakit adalah suatu kondisi dimana kesehatan tubuh lemah. (Webster’s New
Collegiate Dictionary).Sakit adalah keadaan yang disebabkan oleh bermacam-
macam hal, bisa suatu kejadian, kelainan yang dapat menimbulkan gangguan
terhadap susunan jaringan tubuh, dari fungsijaringan itu sendiri maupun fungsi
keseluruhan.
4. Konsep lingkungan
Lingkungan sebagai semua kondisi yang berasal dari internal dan eksternal, yang
mempengaruhi dan berakibat terhadap perkembangan dan prilaku seseorang dan
kelompok. Lingkungan eksternal dapat berupa fisik, kimiawi, ataupun psikologis yang
diterima individu dan dipersepsikan sebagai suatu ancaman, sedangkan lingkungan
internal adalah keadaan proses mental dalam tubuh individu (berupa pengalaman,
kemampuan emosional, kepribadian) dan proses stressor biologis (sel maupun
molekul) yang berasal dari dalam tubuh individu.
5. Aplikasi pada asuhan keperawatan: Proses keperawatan, menurut
a. Pengkajian
b. Perumusan diagnosis keperawatan
c. Intervensi keperawatan
d. Pelaksanaan
e. Evaluasi

E. Tren dan Issu keperawatan medikal bedah


1. Tren KMB
a. Peluang riset keperawatan di masa depan
Tentang riset keperawatan yang di laksnakan oleh perawat, khususnya dosen
keperawatan menunjukkan hasil yang kurang memuaskan. Hampir 90 % perawat
di daerah jawa tidak melaksanakan riset dalam perannya. Merekamenyadari dan
menerima bahwa riset adalah bagian dari perannya tetapi juga ada pertanyaan
“whether researche is a nurse primary responsibility pr not, all nurses should also
involve in nursing research?”
b. Lokasi tempat bekerja
Menariknya dari 4 hambatan yang penulis tanyakan (biaya, waktu, keahlian, dan
kebijaksanaan), jawaban responden sangat bervariasi dan adanya suatu korelasi
yang kuat antarvariabel. Misalnya mereka yang bekerja di Jakarta mengatakan
bahwa anggaran untuk riset dapat di peroleh dengan mudah, sebaliknya yang
bekerja di luar Jakarta mengalami kesulitan. Hal ini tidak terlepas dari
kemampuan (keahlian) perawat yang bekerja di Jakarta lebih baik karena mereka
rata-rata memiliki pendidikan D3 dan S1 kesehatan masyarakat, sehingga proposal
yang ditulis lebih bias diterima oleh pemberi dana. Di samping itu juga karena
faktor kesempatan dan informasi yang cepat bagi perawat Jakarta.
c. Keahlian perawat dalam riset
Perawat yang bekerja di luar Jakarta sebagian besar mereka berbasis pendidikan
D3 keperawatan hampir 95% mengalami masalah tentang keterampilan atau
keahlian penulisan proposal/pelaksanaan penelitian. Keadaan ini diperparah
dengan tidak adanya suatu lembaga yang yang menangani riet keperawatan dalam
organisasi pelayanan kesehatan.
d. Waktu pelaksaan yang terbatas
Perawat pendidik mempunyai tugas yang sangat besar dalam pembelajaran di
kelas dan di klinik serta kegiatan-kegiatan non pembelajaran, misalnya
administrasi, oleh karena itu waktu perawat habis untuk kegiatan tersebut.
e. Topik riset keperawatan yang tidak sesuai
Berdasarkan hasil kajian penulis, banyak perawat yang belum memahami tentang
lingkup riset keperawatan. Topik-topik yang dipilih lebih bersifat kesehatan secara
umum, sehingga hasil yang di dapatkan kurang memberikan kontribusi yang
bermakna untuk diapliksikan dalam praktik keperawatan.
2. Issu Keperawatan Medikal Bedah
a. Antithetical terhadap perkembangan ilmu keperawatan
Karena rendahnya dasar pendidikan profesi dan belum dilaksanakannya
pendidikan keperawatan secara professional, maka perawat lebih cendrung untuk
melaksanakan perannya secara rutin dan menunggu perintah dari dokter. Mereka
cendrung untuk menolak terhadap perubahan ataupun sesuatu yang baru dalam
melaksanakan perannya secara professional.
b. Rendahnya rasa percaya diri /harga diri (Low self-confidenceself)
Banyak perawat yang tidak melihat dirinya sebagai sumber informasi dari klien.
Perasaan rendah diri/kurang percaya diri tersebut timbul karena rendahnya
penguasaan ilmu pengetahuan dan tekhnologi yang kurang memadai serta sistem
pelayanan Indonesia yang menempatkan perawat sebagai warga negara kelas dua.
Stigma inilah yang membuat perawat dipandang tidak cukup memiliki
kemampuan yang memadai dan kewenangan dalam pengambilan kepeutusan di
bidang pelayanan kesehatan.
c. Kurangnya pemahaman dan sikap untuk melaksanakan riset keperawatan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh penulis, lebih dari 90% perawat
tidak melaksanakan perannya dalam melaksanakan riset. Hal ini lebih disebabkan
oleh: pengetahuan/keterampilan riset yang sangat kurang, keterbatasan waktu,
tidak adanya anggaran karena kebijakan yang kurang mendukung pelaksanaan
riset. Baru pada tahun 2000-an, pusdiknakes memberikan kesempatan kepada para
perawat untuk melaksanakan riset, itupun hasilnya memberi masih dipertanyakan
karena banyak hasil yang ada lebih lebih mengarah pada riset kesehatan secara
umum. Riset tentang keperawatan hampir belum tersentuh. Faktor lain yang
sebenarnya sangat memperihatinkan adalah tugas ahir yang diberikan kepada
mahasiswa keperawatan bukan langkah-langkah riset secara ilmiah, tetapi lebih
menekankan pada laporan kasus per kasus.
d. Pendidikan keperawatan hanya difokuskan pada pelayanan kesehatan yang sempit
Pembinaan keperawatan dirasakan kurang memenuhi sasaran dalam memenuhi
tuntutan perkembangan zaman. Pendidikan keperawatan dianggap sebagai suatu
objek untuk kepentingan tertentu dan tidak dikelola secara professional.
Kurikulum yang diterapkan lebih mengarahkan perawat tentang how to work and
apply, bukan how to think and do criticall.
e. Rendahnya standar gaji bagi perawat
Gaji perawat, khususnya yang bekerja di instansi pemerintah dirasakan sangat
rendah bila dibandingkan dengan negara lain, baik Asia ataupun Amerika.
Keadaan ini berdampak terhadap kinerja perawat dalam melaksanakan asuhan
keperawatan yang professional.
f. Sangat minimnya perawat yang menduduki pimpinan di institusi kesehatan
Masalah ini sangat krusial bagi pengembangan profesi keperawatan, karena sistem
sangat berpengaruh terhadap kualitas pelayanan yang baik. Hal ini tentunya akan
mempengaruhi perkembangan keperawatan di Indonesia, karena dampaknya
semua kebijakan yang ada biasanya kurang berpihak terhadap kebutuhan
keperawatan.
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM PENCERNAAN

Anatomi saluran pencernaan terdiri dari mulut, tenggorokan (faring), kerongkongan,


lambung, usus halus, usus besar, rektum dan anus.

Fisiologi sistem pencernaan atau sistem gastroinstestinal (mulai dari mulut sampai
anus) adalah sistem organ dalam manusia yang berfungsi untuk menerima makanan,
mencernanya menjadi zat-zat gizi dan energi, menyerap zat-zat gizi ke dalam aliran darah
serta membuang bagian makanan yang tidak dapat dicerna atau merupakan sisa proses
tersebut dari tubuh. Anatomi dan fisiologi sistem pencernaan yaitu :

1. Mulut Merupakan suatu rongga terbuka tempat masuknya makanan dan air. Mulut
merupakan bagian awal dari sistem pencernaan lengkap dan jalan masuk untuk system
pencernaan yang berakhir di anus. Bagian dalam dari mulut dilapisi oleh selaput lendir.
Pengecapan dirasakan oleh organ perasa yang terdapat di permukaan lidah. Pengecapan
sederhana terdiri dari manis, asam, asin dan pahit. Penciuman dirasakan oleh saraf
olfaktorius di hidung, terdiri dari berbagai macam bau. Makanan dipotong-potong oleh
gigi depan (incisivus) dan di kunyah oleh gigi belakang (molar, geraham), menjadi
bagian-bagian kecil yang lebih mudah dicerna. Ludah dari kelenjar ludah akan
membungkus bagian-bagian dari makanan tersebut dengan enzim-enzim pencernaan dan
mulai mencernanya. Ludah juga mengandung antibodi dan enzim (misalnya lisozim),
yang memecah protein dan menyerang bakteri secara langsung. Proses menelan dimulai
secara sadar dan berlanjut secara otomatis.
2. Tenggorokan (Faring) Merupakan penghubung antara rongga mulut dan kerongkongan.
Didalam lengkung faring terdapat tonsil (amandel) yaitu kelenjar limfe yang banyak
mengandung kelenjar limfosit dan merupakan pertahanan terhadap infeksi, disini terletak
bersimpangan antara jalan nafas dan jalan makanan, letaknya dibelakang rongga mulut
dan rongga hidung, didepan ruas tulang belakang keatas bagian depan berhubungan
dengan rongga hidung, dengan perantaraan lubang bernama koana, keadaan tekak
berhubungan dengan rongga mulut dengan perantaraan lubang yang disebut ismus
fausium. Tekak terdiri dari bagian superior yaitu bagian yang sama tinggi dengan hidung,
bagian media yaitu bagian yang sama tinggi dengan mulut dan bagian inferior yaitu
bagian yang sama tinggi dengan laring. Bagian superior disebut nasofaring, pada
nasofaring bermuara tuba yang menghubungkan tekak dengan ruang gendang telinga.
Bagian media disebut orofaring, bagian ini berbatas ke depan sampai di akar lidah.
Bagian inferior disebut laringofaring yang menghubungkan orofaring dengan laring.
3. Kerongkongan (Esofagus)
Kerongkongan adalah tabung (tube) berotot pada vertebrata yang dilalui sewaktu
makanan mengalir dari bagian mulut ke dalam lambung. Makanan berjalan melalui
kerongkongan dengan menggunakan proses peristaltik. Esofagus bertemu dengan faring
pada ruas ke-6 tulang belakang. Menurut histologi, esofagus dibagi menjadi tiga bagian
yaitu bagian superior (sebagian besar adalah otot rangka), bagian tengah (campuran otot
rangka dan otot halus), serta bagian inferior (terutama terdiri dari otot halus).
4. Lambung
Merupakan organ otot berongga yang besar, yang terdiri dari tiga bagian yaitu kardia,
fundus dan antrium. Lambung berfungsi sebagai gudang makanan, yang berkontraksi
secara ritmik untuk mencampur makanan dengan enzim-enzim. Sel-sel yang melapisi
lambung menghasilkan 3 zat penting yaitu lendir, asam klorida (HCL), dan prekusor
pepsin (enzim yang memecahkan protein). Lendir melindungi sel – sel lambung dari
kerusakan oleh asam lambung dan asam klorida menciptakan suasana yang sangat asam,
yang diperlukan oleh pepsin guna memecah protein. Keasaman lambung yang tinggi juga
berperan sebagai penghalang terhadap infeksi dengan cara membunuh berbagai bakteri.
5. Usus halus (usus kecil)
Usus halus atau usus kecil adalah bagian dari saluran pencernaan yang terletak di antara
lambung dan usus besar. Dinding usus kaya akan pembuluh darah yang mengangkut zat-
zat yang diserap ke hati melalui vena porta. Dinding usus melepaskan lendir (yang
melumasi isi usus) dan air (yang membantu melarutkan pecahan-pecahan makanan yang
dicerna). Dinding usus juga melepaskan sejumlah kecil enzim yang mencerna protein,
gula dan lemak. Lapisan usus halus terdiri dari lapisan mukosa (sebelah dalam), lapisan
otot melingkar, lapisan otot memanjang dan lapisan serosa. Usus halus terdiri dari tiga
bagian yaitu usus dua belas jari (duodenum), usus kosong (jejunum), dan usus penyerapan
(ileum).
a. Usus Dua Belas Jari (Duodenum)
Usus dua belas jari atau duodenum adalah bagian dari usus halus yang terletak setelah
lambung dan menghubungkannya ke usus kosong (jejunum). Bagian usus dua belas
jari merupakan bagian terpendek dari usus halus, dimulai dari bulbo duodenale dan
berakhir di ligamentum treitz. Usus dua belas jari merupakan organ retroperitoneal,
yang tidak terbungkus seluruhnya oleh selaput peritoneum. pH usus dua belas jari
yang normal berkisar pada derajat sembilan. Pada usus dua belas jari terdapat dua
muara saluran yaitu dari pankreas dan kantung empedu. Lambung melepaskan
makanan ke dalam usus dua belas jari (duodenum), yang merupakan bagian pertama
dari usus halus. Makanan masuk ke dalam duodenum melalui sfingter pilorus dalam
jumlah yang bisa di cerna oleh usus halus. Jika penuh, duodenum akan megirimkan
sinyal kepada lambung untuk berhenti mengalirkan makanan.
b. Usus Kosong (Jejenum) Usus kosong atau jejunum adalah bagian kedua dari usus
halus, di antara usus dua belas jari (duodenum) dan usus penyerapan (ileum). Pada
manusia dewasa, panjang seluruh usus halus antara 2-8 meter, 1-2 meter adalah
bagian usus kosong. Usus kosong dan usus penyerapan digantungkan dalam tubuh
dengan mesenterium. Permukaan dalam usus kosong berupa membran mukus dan
terdapat jonjot usus (vili), yang memperluas permukaan dari usus.
c. Usus Penyerapan (Illeum) Usus penyerapan atau ileum adalah bagian terakhir dari
usus halus. Pada sistem pencernaan manusia ileum memiliki panjang sekitar 2- 4 m
dan terletak setelah duodenum dan jejunum, dan dilanjutkan oleh usus buntu. Ileum
memiliki pH antara 7 dan 8 (netral atau sedikit basa) dan berfungsi menyerap vitamin
B12 dan garam empedu.
6. Usus Besar (Kolon)
Usus besar atau kolon adalah bagian usus antara usus buntu dan rektum. Fungsi utama
organ ini adalah menyerap air dari feses. Usus besar terdiri dari kolon asendens (kanan),
kolon transversum, kolon desendens (kiri), kolon sigmoid (berhubungan dengan rektum).
Banyaknya bakteri yang terdapat di dalam usus besar berfungsi mencerna beberapa bahan
dan membantu penyerapan zat-zat gizi. Bakteri di dalam usus besar juga berfungsi
membuat zat-zat penting, seperti vitamin K. Bakteri ini penting untuk fungsi normal dari
usus. Beberapa penyakit serta antibiotik bisa menyebabkan gangguan pada bakteri-bakteri
didalam usus besar. Akibatnya terjadi iritasi yang bisa menyebabkan dikeluarkannya
lendir dan air, dan terjadilah diare.
7. Rektum dan Anus
Rektum adalah sebuah ruangan yang berawal dari ujung usus besar (setelah kolon
sigmoid) dan berakhir di anus. Organ ini berfungsi sebagai tempat penyimpanan
sementara feses. Biasanya rektum ini kosong karena tinja disimpan di tempat yang lebih
tinggi, yaitu pada kolon desendens. Jika kolon desendens penuh dan tinja masuk ke dalam
rektum, maka timbul keinginan untuk buang air besar (BAB). Mengembangnya dinding
rektum karena penumpukan material di dalam rektum akan memicu sistem saraf yang
menimbulkan keinginan untuk melakukan defekasi. Jika defekasi tidak terjadi, sering kali
material akan dikembalikan ke usus besar, di mana penyerapan air akan kembali
dilakukan. Jika defekasi tidak terjadi untuk periode yang lama, konstipasi dan pengerasan
feses akan terjadi. Orang dewasa dan anak yang lebih tua bisa menahan keinginan ini,
tetapi bayi dan anak yang lebih muda mengalami kekurangan dalam pengendalian otot
yang penting untuk menunda BAB. Anus merupakan lubang di ujung saluran pencernaan,
dimana bahan limbah keluar dari tubuh. Sebagian anus terbentuk dari permukaan tubuh
(kulit) dan sebagian lainnya dari usus. Pembukaan dan penutupan anus diatur oleh otot
sphinkter. Feses dibuang dari tubuh melalui proses defekasi (buang air besar) yang
merupakan fungsi utama anus.
PENGKAJIAN SISTEM PENCERNAAN

A. Riwayat Kesehatan
1. Data Biografi
 Nama
 Usia
 Jenis kelamin
 Suku
 Status perkawinan
 Agama
 Pekerjaan
2. Riwayat Penyakit Sekarang
 P : Apa yang menyebabkan gejala ? Apa saja yang dapat mengurangi atau
memperberat ?
 Q : Bagaimana gejala dirasakan, nampak atau terdengar ?
 R : Di mana gejala terasa ? Apa menyebar ?
 S : Seberapakah keparahan dirasakan ?
 T : Kapan gejala mulai timbul ? Seberapa sering gejala terasa ? Apa tiba-tiba atau
bertahap?
3. Riwayat Penyakit Keluarga
 Bayi : warna, jumlah dan konsistensi feses
 Bumil : konstipasi akibat perubahan letak kolon sehingga peristaltic menurun
 Lansia : kemunduran fungsi pencernaan dan ketahanan terhadap makanan akibat
perubahan motilitas.

B. Pola Pemeliharaan Kesehatan


 Kebiasaan merokok
 Minum alkohol
 Penggunaan kafein
 Perawatan gigi dan gusi
 Aktifitas/olah raga
 Sumber stress

C. Pola Peranan-Kekerabatan
 Apakah pasien baru dating dari suatu daerah
 Kebiasaan makan keluarga
 Apakah ada masalah psikologis (menimbulkan masalah makan dan pola eliminasi).

D. Keluhan Utama
 Nyeri mulut, kerongkongan, perut atau rectum
 Kesulitan menelan
 Perubahan BAB, feses

E. Pemeriksaan Fisik
1. Pemeriksaan Rongga Mulut
a. Inspeksi :
 Bibir dan rahang : warna, tekstur, lesi, simetris dan pembengkakan.
 Gigi : ompong, keropos, goyah dan berlobang.
 Mukosa/bagian dalam mulut : kemerahan, pucat, bercak putih, plak, ulkus dan
perdarahan.
b. Palpasi :
 Nyeri tekan
 Mobilitas
 Pembengkakan
2. Pemeriksaan Fisik Abdomen
a. Inspeksi
1) Permukaan perut/abdomen
Tegang, licin, tipis, pembesaran perut, mengeriput setelah pelebaran,
pengembangan, distensi, kulit perut menjadi kuning, adanya pelebaran vena
pada permukaan abdomen, kulit dinding perut tampak tebal.
2) Bentuk perut
Normal : simetris
Simetris :
- Penimbunan cairan dirongga perut
- Penimbunan udara dalam usus
- Terlalu gemuk
Asimetris :
- Tumor dalam rongga perut
- Pembengkakan organ perut
- Hamil (normal)
3) Gerakan dinding perut
Normal : mengempis pada ekspirasi dan mengembang pada inspirasi.Bila
diafragma lumpuh terjadi gerak dinding perut yang berlawanan.Gerakan
setempat disebabkan oleh gerak usus (peristaltic).Pada orang tua dan kurus,
gerakan peristaltic jelas terlihat.
4) Denyutan perut
Pada orang kurus ditemukan pada daerah epigastrium.Secara patologis untuk
menandakan adanya pembengkakan ventrikel kanan jantung.Denyutan pada
hipokondrium kanan merupakan denyutan pada vena hati akibat dekompensasi
kordis.
b. Palpasi Abdomen
1) Tempat nyeri tekan
Dimulai dari area yang tidak nyeri.nNyeri menunjukkan peradangan baik
peritoneum atau organ perut. Peritonitis paling sakit.
2) Bagian perut yang tegang
Rigit (kaku).Pada orang dengan tegang mental, dinding perut dapat tegang
sekali dan dapat mengenai seluruh perut.Pada peritonitis seluruh perut tegang
disertai nyeri menyeluruh.Gejala kekakuan pada otot perut disebut defense
muskulus.
3) Organ-organ di rongga perut
 Palpasi lambung :
Meliputi 3 hal yaitu :
- Nyeri tekan
- Karsinoma/tumor lambung
- Dilatasi lambung
Dilatasi lambung terjadi akibat stenosis pylorus
Normal : 5 jam sesudah makan minum lambung kosong
 Palpasi hati :
Normal : tidak teraba.Bila teraba bagaimana sifatnya ; tajam/tumpul (tepi
hepar), permukaan ; rata/benjol,konsistensi ; keras/kenyal.
 Palpasi kandung empedu :
Normal : tidak teraba.Bila peradangan dijumpai tanda khas Murphy sign
yaitu terhentinya pernafasan sejenak pada puncak inspirasi karena terasa
nyeri pada saat palpasi.
 Palpasi limpa
Normal : tidak teraba.Pada infeksi akut limpa menjadi besar dengan
konsistensi lunak.
 Palpasi ginjal :
Bagian bawah ginjal kanan dapat teraba pada orang sehat dengan dinding
perutnya lemas.Peradangan ginjal dapat disangsikan dengan perabaan
kandung empedu.
 Palpasi colon
Pada umumnya tidak teraba, kecuali bila berisi udara/feses sehingga akan
teraba suatbenjolan berbentuk sosis.
4) Benjolan di dalam perut
Adanya benjolan didalam perut dipalpasi untuk menentukan ; posisi, ukuran,
konsistensi,bentuk dan motilitas.
5) Cairan bebas di rongga perut
Palpasi organ sukar dilakukan.Cara Dipping yaitu menekan dinding perut
dengan cepat dan dalam menggunakan ujung-ujung jari.
6) Palpasi lobang hernia
Adanya penonjolan di atas dinding perut, dapat ditentukan apakah karena
tumor atau sebagian isi rongga abdomen menonjol melalui lobang
hernia.Hernia dapat ditimbulkan karena adanya tempat-tempat yang
mempunyai kelemahan local.
3. Perkusi Abdomen
a. Pembesaran organ
b. Udara bebas dalam perut
c. Cairan bebas dirongga perut
d. Normal : Tympani. Kecuali di bawah arcus costa kanan/kiri karena ada hati dan
limpa. Bila pada usus terisi udara maka semua daerah tympani. Asites penuh
disebut gross asites. Ditemui shifting dullness yaitu adanya suara redup pada
pergeseran dan berubah menjadi tympani, seperti : sirosis hepatic dengan asites.
4. Auskultasi Abdomen
a. Suara/bunyi peristaltic usus
Menghilang jika usus lumpuh pada ileus paralitik. Meninggi pada penyumbatan
usus (metalik sound). Mengeras pada diare
b. Gerakan cairan
Hanya didengar daerah hipogastrium kiri/hipokondrium kiri
c. Bising pembuluh darah
Normal : tidak terdengan.Terdengar bila penyumbatan/penyempitan yaitu sistolik.

F. Klasifikasi Gangguan Saluran Pencernaan


1. Gangguan Penelanan
a. Muntah
Subjektif :
- Mengalami muntah
- Persepsi pasien terhadap penyebab muntah.
Objektif :
- Observasi terhadap muntah (perubahan warna , bau)
b. Peradangan mulut
Subjektif :
- Rasa sakit dalam mulut
- Kehilangan nafsu makan
- mual
- Mulut teraba kotor
- Peningkatan atau penurunan saliva
Objektif :
- Inspeksi mulut : kebersihan, kondisi geligi, tanda-tanda radang, perdarahan
selaput mukosa atau gusi
- Kemampuan pasien untuk memelihara oral hygiene : status mental, kebersihan
setelah oral Hygiene
c. Gangguan osofagus
Subjektif :
- Sukar menelan
- Nyeri ulu hati
- Regurgitasi
Objektif :
- Menelan/rangsang palpasi dinding leher
- Refleks muntah/rangsang lidah post/faring
d. Kanker mulut dan osofagus
Objektif :
- Kondisi mulut : keutuhan selaput mulut
- Pola makan : kemampuan penyesuaian diri dengan beberapa makanan
- Kemampuan menelan : aspirasi, tersedak, masuk ke hidung, dan keluar air liur
ketika menelan.
- Komunikasi verbal
- Penampilan wajah
- Kesulitan menelan
2. Gangguan Pencernaan
a. Gastritis
Subjektif :
- Anoreksia
- Mual
Objektif :
- Muntah (jumlah, frekuensi, adanya darah)
- Tanda gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit (haus, penurunan turgor,
selaput mukosa kering, oliguria, otot lemah)
b. Ulserasi lambung dan duodenum
Subjektif :
- Rasa sakit (lokasi, karakteristik)
Objektif :
- Tanda perdarahan (hematemesis)
- Perforasi
- Obstruksi
c. Kanker lambung
Subjektif :
- Tanda awal tidak diketahui
- Menimbulkan tanda-tanda obstruksi osofagus/pylorus (nyeri ulu hati, cepat
kenyang)
d. Sindroma malabsorpsi
Objektif :
- Feces (warna terang, kotor penuh lemak, konsistensi, bau)
3. Gangguan Eliminasi
a. Peradangan usus akut
Subjektif :
- Anoreksia, mual, ketidaknyamanan pada perut
Objektif :
- Muntah (frekuensi, jumlah, warna)
- Feces (frekuensi, karakteristik, jumlah cairan, bau busuk)
- Kembung (akumulasi gas)
- Tanda-tanda ketidakseimbangan cairan dan elektrolit.
b. Obstruksi usus
Objektif :
- Bising usus
- Muntah
- Nyeri abdomen
- Perut kembung
- Out put urine
- Tanda-tanda vital
c. Hernia
Subjektif :
- Nyeri
Objektif :
- Menonjolnya suatu organ melalui defek
d. Kanker kolon
Subjektif :
- Kesulitan BAB/konstipasi
- Perasaan BAB belum tuntas
Objektif :
- Darah dalam feces, meningkatnya BAB

G. Pemeriksaan Diagnostik
 Barium Kontras
 USG
 Sinar X
 Arteriografi
 Endoskopi

Anda mungkin juga menyukai