Anda di halaman 1dari 82

“KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH”

BAB I
PENDAHULUAN

Latar Belakang
Keperawatan medical bedah merupakan bagian dari keperawatan, dimana keperawatan itu
sendiri adalah : Bentuk pelayanan profesional yang merupakan bagian integral dari pelayanan
kesehatan, berbentuk pelayanan bio-psiko-sosio-spiritual yang komprihensif ditujukan pada
individu, keluarga dan masyarakat baik sakit maupun sehat yang mencakup seluruh proses
kehidupan manusia. Pelayanan keperawatan berupa bantuan yang diberikan dengan alasan
kelemahan fisik, mental, masalah psikososial, keterbatasan pengetahuan, dan ketidakmampuan
dalam melakukan kegiatan sehari-hari secara mandiri akibat gangguan patofisiologis.
Keperawatan medikal bedah membahas tentang masalah kesehatan yang lazim terjadi pada usia
dewasa baik yang bersifat akut maupun kronik dengan atau tanpa tindakan operatif yang meliputi
gangguan fungsi tubuh pada sistem cardiovascular, penginderaan (mata, tht), pencernaan, dan
urologi oleh karena berbagai penyebab patologis seperti infeksi atau peradangan, kongenital,
neoplasma trauma, dan degeneratif.
Keperawatan sebagai profesi dituntut untuk mengembangkan keilmuannya sebagai wujud
kepeduliannya dalam meningkatkan kesejahteraan umat manusia baik dalam tingkatan preklinik
maupun klinik. Untuk dapat mengembangkan keilmuannya maka keperawatan dituntut untuk
peka terhadap perubahan-perubahan yang terjadi di lingkungannya setiap saat.
Keperawatan medikal bedah sebagai cabang ilmu keperawatan juga tidak terlepas dari adanya
berbagai perubahan tersebut, seperti teknologi alat kesehatan, variasi jenis penyakit dan teknik
intervensi keperawatan. Adanya berbagai perubahan yang terjadi akan menimbulkan berbagai
trend dan isu yang menuntut peningkatan pelayanan asuhan keperawatan.

Tujuan
Tujuan Umum
Dapat mengetahui dan mengidentifikasi tentang keperawatan medikal bedah, dan dapat
digunakan sebagai penunjang proses belajar dan mengajar khususnya untuk mahasiswa jurusan
keperawatan.

Tujuan Khusus
Mengetahui dan memahami perspektif keperawatan medikal bedah.
Mengetahui dan memahami ruang lingkup keperawatan medikal bedah.
Mengetahui dan memahami trend dan isu keperawatan medikal bedah.

Rumusan Masalah
Bagaimana perspektif dalam keperawatan medikal bedah ?
Apa saja ruang lingkup dari keperawatan medikal bedah ?
Bagaimana trend dan isu dari keperawatan medikal bedah ?

BAB II
TINJAUAN TEORI
Perspektif Keperawatan Medikal Bedah

Definisi Keperawatan Medikal Bedah

Keperawatan Medikal Bedah adalah pelayanan profesional yang berdasarkan pada ilmu
keperawatan medikal bedah dan teknik keperawatan medikal bedah berbentuk pelayanan Bio-
psiko-sosio-spiritual, peran utama perawat adalah memeberikan asuhan keperawatan kepada
manusia (sebagai objek utama pengkajian filsafat ilmu keperawatan: ontologis).
Pengertian keperawatan medikal bedah Menurut (Raymond H. & Simamora, mengandung 3 hal
ialah :
Mengembangkan diri secara terus-menerus untuk meningkatkan kemampuan professional dalam
medikal bedah dengan cara:
a. Menerapkan konsep-konsep keperawatan dalam melaksanakan kegiatan keperawatan.
b. Melaksanakan kegiatan keperawatan dalam menggunakan pendekatan ilmiah.
c. Berperan sebagai pembaru dalam setiap kegiatan keperawatan pada berbagai tatanan
pelayanan keperawatan.
d. Mengikuti perkembangan IPTEK secara terus-menerus melalui kegiatan yang menunjang.
e. Mengembangkan IPTEK keperawatan yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan
perkembangan ilmu.
f. Berperan aktif dalam setiap kegiatan ilmiah yang relevan dengan keperawatan.

Melaksanakan kegiatan penelitian rangaka pengembangan ilmu keperawatan medikal bedah


dengan cara:
a. Mengidentifikasi masalah kesehatan dengan menganlisis, menyintesis informasi yang relevan
dari berbagai sumber dan memerhatikan perspektif lintas budaya.
b. Merencanakan dan melaksanakan penelitian dalam bidang keperawatan keperawatan medikal
bedah.
c. Menerapkan prinsip dan tekhnik penalaran yang tepat dalam berpikir secara logis, kritis, dan
mandiri.
Berfungsi sebagai anggota masyarakat yang kreatif, produktif, terbuka untuk menerima
perubahan, dan berorientasi pada masa depan dengan cara:
a. Menggali dan mengembangkan potensi yang ada pada dirinya untuk membantu
meneyelesaikan masalah masyarakat yang terkait dengan keperawatan medikal bedah.
b. Membantu meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan memanfaatkan dan mengelola
sumber yang tersedia.

Peran dan Fungsi Perawat

Peran dan fungsi perawat khususnya di rumah sakit adalah memberikan pelayanan atau asuhan
keperawatan melalui berbagai proses atau tahapan yang harus dilakukan baik secara langsung
maupun tidak langsung kepada pasien. Tahapan yang dilakukan tentunya berdasarkan standar
yang diakui oleh pemerintah maupun profesi perawat. Salah satu bagian yang berperan penting
dalam meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan adalah pelayanan keperawatan. Pelayanan
keperawatan di rumah sakit merupakan komponen terbesar dari sistem pelayanan kesehatan yang
terintegrasi.
Pelayanan keperawatan merupakan proses kegiatan natural dan berurutan yang dilakukan oleh
perawat dalam memberikan pelayanan kepada pasien. Pelayanan diberikan karena adanya
keterbatasan atau kelemahan fisik dan mental. Keterbatasan pengetahuan serta kurangnya
kemauan menuju kepada kemampuan melaksanakan kegiatan hidup sehari-hari secara mandiri.
Kegiatan keperawatan dilakukan dalam upaya peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit,
penyembuhan, pemulihan, pemeliharaan kesehatan dengan penekanan upaya pelayanan
kesehatan sesuai wewenang, tanggung jawab dan etika profesi keperawatan sehingga
memungkinkan setiap individu mencapai kemampuan hidup sehat. Tenaga kesehatan yang
paling banyak jumlahnya dalam memberikan pelayanan kesehatan di rumah sakit dan sering
berinteraksi dengan klien adalah perawat.

Komponen Keperawatan Medikal Bedah

Ada 5 objek utama dalam ilmu keperawatan: manusia, individu (yang mendapatkan asuhan
keperawatan) keperawatan, konsep sakit, aplikasi tindakan keperawatan.

Manusia

Penerima asuhan keperawatan adalah manusia, individu, kelommpok, komunitas, atau social.
Masing-masing diperlakukan oleh perawat sebagai sistem adaptasi yang holistic dan terbuka.

Keperawatan

Bentuk pelayanan professional berupa pemenuhan kebutuhan dasar yang diberikan kepada
individu yang sehat maupun sakit yang mengalami gangguan fisik, psikis, dan social agar dapat
mencapai derajat kesehatan yang optimal.

Konsep Sehat-Sakit

Definisi WHO tentang sehat mempunyai karakteristik berikut yang dapat meningkatkan konsep
sehat yang positif ;

a. Memperhatikan individu sebagai sebuah sistem yang menyeluruh.


b. Memandang sehat dengan mengidentifikasi lingkungan internal dan eksternal.
c. Penghargaan terhadap pentingnya peran individu dalam hidup.

Sakit adalah suatu kondisi dimana kesehatan tubuh lemah. (Webster’s New Collegiate
Dictionary). Sakit adalah keadaan yang disebabkan oleh bermacam-macam hal, bisa suatu
kejadian, kelainan yang dapat menimbulkan gangguan terhadap susunan jaringan tubuh, dari
fungsi jaringan itu sendiri maupun fungsi keseluruhan.

Konsep Lingkungan

Lingkungan sebagai semua kondisi yang berasal dari internal dan ekternal, yang mempengaruhi
dan berakibat terhadap perkembangan dan prilaku seseorang dan kelompok. Lingkungan
eksternal dapat berupa fisik, kimiawi, ataupun psikologis yang diterima individu dan
dipersepsikan sebagai suatu ancaman, sedangkan lingkungan internal adalah keadaan proses
mental dalam tubuh individu (berupa pengalaman, kemampuan emosional, kepribadian) dan
proses stressor biologis (sel maupun molekul) yang berasal dari dalam tubuh individu.

Aplikasi asuhan Keperawatan

Proses keperawatan ;
a. Pengakajian
b. Perumusan diagnosis keperawatan
c. Intervensi keperawatan
d. Pelaksanaan
e. evaluasi

Ruang Lingkup Keperawatan Medikal Bedah

Lingkup praktek Keperawatan Medikal Bedah merupakan bentuk asuhan keperawatan pada klien
dewasa yang mengalami gangguan fisiologis baik yang sudah nyata atau terprediksi mengalami
gangguan, baik karena adanya penyakit, trauma atau kecacatan. Asuhan keperawatan meliputi,
Perlakuan terhadap individu untuk memperoleh kenyamanan; Membantu individu dalam
meningkatkan dan mempertahankan kondisi sehatnya, Melakukan prevensi, deteksi dan
mengatasi kondisi berkaitan dengan penyakit; Mengupayakan pemulihan sampai klien dapat
mencapai kapasitas produktif tertingginya, serta Membantu klien dalam menghadapi kematian
secara bermartabat.
Praktek keperawatan medikal bedah menggunakan langkah-langkah ilmiah pengkajian,
diagnosis, perencanaan, implementasi dan evaluasi; dengan memperhitungkan keterkaitan
komponen-komponen, Biologis, Psikologis, dan Sosial klien dalam merespon gangguan
fisiologis sebagai akibat penyakit, trauma atau kecacatan.

1. Lingkup Klien
Klien yang ditangani dalam praktek keperawatan medikal bedah adalah orang dewasa, dengan
pendekatan one to one basis. Kategori dewasa berimplikasi pada pengembangan yang dijalani
sesuai tahapannya. Tugas-tugas perkembangan ini dapat berdampak pada perubahan peran dan
respon psikososial selama klien mengalami masalah kesehatan, dan hal ini perlu menjadi
pertimbangan perawat dalam melakukan kajian dan intervensi keperawatan. Pendekatan
keperawatan harus memperhitungkan level kedewasaan klien yang ditangani, dengan demikian
pemberdayaan klien dalam proses asuhan merupakan hal penting sesuai dengan kondisinya, ini
berkenaan dengan self-caring cacities.

2. Lingkup Garapan Keperawatan


Untuk membahas lingkup garapan keperawatan medikal bedah, kita perlu mengacu pada fokus
telaahan lingkup garapan dan basis intervensi keperawatan. Fokus telaahan keperawatan adalah
respon manusia dalam menghadapi masalah, baik aktual maupun potensial. Dalam lingkup
keperawatan medikal bedah, masalah kesehatan ini meliputi gangguan fisiologis nyata atau
potensial sebagai akibat adanya penyakit, terjadinya trauma maupun kecacatan berikut respon
klien yang unik dari aspek-aspek biologis, psikologis, sosial, dan spiritual.
Mengingat basis telaahan respon klien bersumber dari gangguan fisiologis, maka pemahaman
akan patofisiologis atau mekanisme terjadinya gangguan dan potensi manifestasi klinis dari
gangguan tersebut sangat mendasari lingkup garapan dan intervensi keperawatan. Penyakit,
trauma atau kecacatan sebagai masalah kesehatan yang dihadapi klien dapat bersumber atau
terjadi pada seluruh sistem tubuh meliputi sistem-sistem persyarafan; Endokrin; Pernapasan;
Kardiovaskuler; Pencernaan; Perkemihan; Muskuloskeletal; Integumen; Kekebalan Tubuh;
Pendengaran; Penglihatan serta Permasalahan – permasalahan yang dapat secara umum
menyertai seluruh gangguan sistem yaitu issue-issue yang berkaitan dengan keganasan dan
kondisi terminal.

a. Lingkup garapan
Lingkup garapan keperawatan adalah kebutuhan dasar manusia, penyimpangan dan
intervensinya. Lingkup garapan keperawatan medikal bedah adalah segala hambatan pemenuhan
kebutuhan dasar yang terjadi karena perubahan fisiologis pada satu atau berbagai sistem tubuh;
serta modalitas dan berbagai upaya untuk mengatasinya. Guna menentukan berbagai hambatan
pemenuhan kebutuhan dasar manusia dan modalitas yang tepat waktu untuk mengatasinya
dibutuhkan keterampilan berpikir logis dan kritis dalam mengkaji secara tepat kebutuhan dasar
apa yang tidak terpenuhi, pada level serta kemungkinan penyebab apa (diagnosis keperawatan).
Hal ini akan menentukan pada perlakuan (treatment) keperawatan, dan modalitas yang sesuai.
Disini dibutuhkan keterampilan teknis dan telaah legal etis.

b. Basis intervensi
Basis intervensi keperawatan medikal bedah adalah ketidakmampuan klien untuk memenuhi
kebutuhan dasarnya sendiri (self-care deficit). Ketidakmampuan ini dapat terjadi karena
ketidakseimbangan antara tuntutan kebutuhan (self-care demand) dan kapasitas klien untuk
memenuhinya (self-care ability) sebagai akibat perubahan fisiologis pada satu atau berbagai
sistem tubuh. Kondisi ini unik pada setiap individu, karena kebutuhan akan self-care (self-care
requirement) dapat berbeda-beda, sehingga dibutuhkan integrasi keterampilan-keterampilan
berpikir logis-kritis, teknis dan telaah legal etis untuk menentukan bentuk intervensi keperawatan
mana yang sesuai, apakah bantuan total, parsial, atau suportif-edukatif yang dibutuhkan klien.

3. Konsekuensi Profesional
Ada berbagai konsekuensi logis yang masih harus dipikirkan sebagai acuan bagi praktisi
keperawatan pada area keperawatan medikal bedah. Melihat kompleksitas fokus telaahan,
lingkup garapan dan basis intervensi area keperawatan medikal bedah dan
konsekuensi profesionalnya perlu dirumuskan :
Standar performance untuk acuan kualitas asuhan.
Kategori kualifikasi perawat untuk menentukan kelayakannya sebagai praktisi.
Sertifikasi dan lisensi keahlian yang senantiasa diperbaharui untuk memberi jaminankeamanan
bagi pengguna jasa keperawatan.

Trend dan Isu Keperawatan Medikal Bedah


Tren Keperawatan Medikal Bedah
Telenursing (Pelayanan Asuhan Keperawatan Jarak Jauh)
Menurut Martono, telenursing (pelayanan asuhan keperawatan jarak jauh) adalah upaya
penggunaan tehnologi informasi dalam memberikan pelayanan keperawatan dalam bagian
pelayanan kesehatan dimana ada jarak secara fisik yang jauh antara perawat dan pasien, atau
antara beberapa perawat. Keuntungan dari teknologi ini yaitu mengurangi biaya kesehatan,
jangkauan tanpa batas akan layanan kesehatan, mengurangi kunjungan dan masa hari rawat,
meningkatkan pelayanan pasien sakit kronis, mengembangkan model pendidikan keperawatan
berbasis multimedia (Britton, Keehner, Still & Walden 1999). Tetapi sistem ini justru akan
mengurangi intensitas interaksi antara perawat dan klien dalam menjalin hubungan terapieutik
sehingga konsep perawatan secara holistik akan sedikit tersentuh oleh ners. Sistem ini baru
diterapkan dibeberapa rumah sakit di Indonesia, seperti di Rumah Sakit Internasional. Hal ini
disebabkan karena kurang meratanya penguasaan teknik informasi oleh tenaga keperawatan serta
sarana prasarana yang masih belum memadai.

Prinsip Moisture Balance dalam Perawatan Luka


Trend perawatan luka yang digunakan saat ini adalah menjaga kelembaban area luka. Luka yang
lembab akan dapat mengaktivasi berbagai growt factor yang berperan dalam proses penutupan
luka, antara lain TGF beta 1-3, PDGF, TNF, FGF dan lain sebagainya. Yang perlu diperhatikan
adalah durasi waktu dalam memberikan kelembapan pada luka sehingga resiko terjadinya infeksi
dapat diminimalkan. Selain itu prinsip ini juga tidak menghambat aliran oksigen, nitrogen dan
unsur-unsur penting lainnya serta merupakan wadah terbaik untuk sel-sel tubuh tetap hidup dan
melakukan replikasi secara optimal, sehingga dianggap prinsip ini sangat efektif untuk
penyembuhan luka. Hal ini akan berdampak pada layanan keperawatan, meningkatkan kepuasan
pasien serta memperpendek lama hari perawatan. Namun demikian, prinsip ini belum diterapkan
di semua rumah sakit di seluruh Indonesia.

Hospice Home Care


Hospice home care adalah perawatan pasien terminal yang dilakukan di rumah setelah dilakukan
perawatan di rumah sakit, dimana pengobatan sudah tidak perlu dilakukan lagi. Bidang garapnya
meliputi aspek bio-psiko-sosio-spiritual yang bertujuan dalam memberikan dukungan fisik dan
psikis, dukungan moral bagi pasien dan keluarganya, dan juga memberikan pelatihan perawatan
praktis. Di Indonesia, metode perawatan ini di bawah pengelolaan Yayasan Kanker Indonesia.
Sedangkan di beberapa rumah sakit yang lain program ini sudah dikembangkan, namun belum
dilakukan secara legal.

One Day Care


Merupakan sistem pelayanan kesehatan dimana pasien tidak memerlukan perawatan lebih dari
satu hari. Setelah menjalani operasi pembedahan dan perawatan, pasien boleh pulang. Biasanya
dilakukan pada kasus minimal. Berdasarkan hasil analisis beberapa rumah sakit, di Indonesia
didapatkan bahwa metode one day care ini dapat mengurangi lama hari perawatan sehingga tidak
menimbulkan penumpukkan pasien pada rumah sakit tersebut dan dapat mengurangi beban kerja
perawat. Hal ini juga dapat berdampak pada pasien dimana biaya perawatan dapat ditekan
seminimal mungkin.

Pengembangan Evidence Based Nursing Practice di Lingkungan Rumah Sakit dalam Lingkup
Keperawatan Medikal Bedah
Kegiatan-kegiatan penelitian diklinik akan mendukung kualitas pelayanan keperawatan dalam
mendukung sistem pelayanan kesehatan. Kegiatan tersebut meliputi membentuk komite riset,
menciptakan lingkungan kerja yang ilmiah, kebijakan kegiatan riset dan pemanfaatan hasilnya
dan pendidikan berkelanjutan. Akan tetapi pelaksanaan di Indonesia belum maksimal. Hal ini
dibuktikan dengan minimnya kegiatan ilmiah keperawatan di rumah sakit, hasil penelitian jarang
didiseminasikan dan dimanfaatkan untuk pengembangan praktik klinis keperawatan

Issu Keperawatan Medikal Bedah

Pemakaian tap water (air keran) dan betadine yang diencerkan pada luka.
Beberapa klinisi menganjurkan pemakaian tap water untuk mencuci awal tepi luka sebelum
diberikan NaCl 0,9 %. Hal ini dilakukan agar kotoran-kotoran yang menempel pada luka dapat
terbawa oleh aliran air. Kemudian dibilas dengan larutan povidoneiodine yang telah diencerkan
dan dilanjutkan irigasi dengan NaCl 0,9%. Akan tetapi pemakaian prosedur ini masih
menimbulkan beberapa kontroversi karena kualitas tap water yang berbeda di beberapa tempat
dan keefektifan dalam pengenceran betadine.
Euthanasia: suatu issue kontemporer dalam keperawatan.
Saat ini mulai terdengar istilah euthanasia, baik aktif maupun pasif. Euthanasia aktif merupakan
tindakan yang sengaja dilakukan untuk membuat seseorang meninggal. Sedangkan euthanasia
pasif adalah tindakan mengurangi ketepatan dosis pengobatan, penghilangan pengobatan sama
sekali atau tindakan pendukung lainnya yang dapat mempercepat kematian seseorang. Batas
keduanya kabur, bahkan merupakan sesuatu yang tidak relevan. Di Nederland euthanasia sudah
dalam proses untuk dilegalisasi. Dikatakan bahwa 72% dari populasi lebih cenderung untuk
menjadi relawan euthanasia aktif. Dalam praktik nyata, masyarakat telah melegalkan euthanasia
pasif terutama dalam proses aborsi. Diyakini bahwa 30 tahun yang akan datang, euthanasia akan
bergeser dari sesuatu yang ”samar-samar” menjadi sesuatu yang legal. Dalam hal ini, perawat
berada dalam posisi yang sangat baik untuk mengkajinya secara lebih obyektif, sehingga akan
menjadi kesempatan terbaik bagi perawat untuk mengambil bagian terlibat aktif dalam
mengembangkan kebijakan-kebijakan terkait, khususnya pada kasus keperawatan medikal bedah.

Prosedur rawat luka adalah kewenangan dokter


Ada beberapa pendapat bahwa perawatan luka adalah kewenangan medis, akan tetapi dalam
kenyataannya yang melakukan adalah perawat sehingga dianggap sebagai area abu-abu. Apabila
ditinjau dari bebarapa literatur, perawat mempunyai kewenangan mandiri sesuai dengan seni dan
keilmuannya dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan kerusakan integritas
kulit.

BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Keperawatan Medical Bedah merupakan bentuk pelayanan profesional yang merupakan bagian
integral dari pelayanan kesehatan, berbentuk pelayanan bio-psiko-sosio-spiritual yang
komprihensif ditujukan pada individu, keluarga dan masyarakat baik sakit maupun sehat yang
mencakup seluruh proses kehidupan manusia. Keperawatan medikal bedah membahas tentang
masalah kesehatan yang lazim terjadi pada usia dewasa baik yang bersifat akut maupun kronik
dengan atau tanpa tindakan operatif yang meliputi gangguan fungsi tubuh pada sistem
cardiovascular, penginderaan (mata, tht), pencernaan, dan urologi oleh karena berbagai
penyebab patologis seperti infeksi atau peradangan, kongenital, neoplasma trauma, dan
degeneratif.
Lingkup praktek Keperawatan Medikal Bedah merupakan bentuk asuhan keperawatan pada klien
dewasa yang mengalami gangguan fisiologis baik yang sudah nyata atau terprediksi mengalami
gangguan, baik adanya penyakit, trauma atau kecacatan.
Peran Keperawatan Medikal Bedah dalam pencapaian MDGs yaitu: peran perawat sebagai
pemberi asuhan keperawatan, peran perawat sebagai advokat klien, perawat berperan sebagai
edukator, peran perawat sebagai koordinator, peran perawat sebagai kolaborator, peran perawat
sebagai konsultan, dan peran perawat sebagai peneliti dan pembaharu.

3.2 Saran
Semoga pembuatan makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Kami selaku penulis memohon
adanya kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan makalah ini. Dengan mempelajari
makalah ini diharapkan agar pembaca khususnya mahasiswa keperawatan dapat menerapkan
peran-peran keperawatan medical bedah sesuai dengan konsep dan perspektif keperawatan
medical bedah untuk ditingkatkan dalam mengejar pencapaian indikator MDGs.

DAFTAR PUSTAKA

Putra, Hendrik. 2011. Perspektif Keperawatan Medikal Bedah. Diakses dari


https://www.scribd.com/doc/247906465/Perspektif-Keperawatan-New pada tanggal 4 September
2015

Royarind, Hilda. 2014. Peran Perawat Dalam Pencapaian Indikator MD Gs di Indonesia. Diakses
dari http://www.kompasiana.com/hildaroyarind/peran-keperawatan-dalam-pencapaian-indikator-
mdgs-di-indonesia_54f73634a33311c86c8b468b pada tanggal 4 September 2015

Nursalam.2008.Konsep & Metode Keperawatan (ed. 2). Jakarta: Salemba medika

http://jamaluddinnr.blogspot.co.id/2010/11/makalah-keperawatan-medikal-bedah.html

LINGKUP PRAKTEK KEPERAWATAN MEDIKAL-BEDAH


Lingkup praktek keperawatan medikal-bedah merupakan bentuk asuhan keperawatan
pada klien DEWASA yang mengalami gangguan fisiologis baik yang sudah nyata atau
terprediksi mengalami gangguan baik karena adanya penyakit, trauma atau kecacatan. Asuhan
keperawatan meliputi perlakuan terhadap individu untuk memperoleh kenyamanan; membantu
individu dalam meningkatkan dan mempertahankan kondisi sehatnya; melakukan prevensi,
deteksi dan mengatasi kondisi berkaitan dengan penyakit ; mengupayakan pemulihan sampai
kliendapat mencapai kapasitas produktif tertingginya; serta membantu klien menghadapi
kematian secara bermartabat.
Praktek keperawatan medikal bedah menggunakan langkah-langkah ilmiah pengkajian,
perencanaan, implementasi dan evaluasi; dengan memperhitungkan keterkaitan komponen-
komponen bio-psiko-sosial klien dalam merespon gangguan fisiologis sebagai akibat penyakit,
trauma atau kecacatan.

Lingkup masalah penelitian Ilmu Keperawatan Medikal Bedah difokuskan pada asuhan
Keperawatan melalui pendekatan proses Keperawatan. Topik masalah didasarkan pada gangguan
sistem tubuh yang umum terjadi pada klien dewasa.

RISET KEPERAWATAN
LINGKUP MASALAH RISET KEPERAWATAN
Lingkup masalah penelitian keperawatan dibagi menjadi 6 (enam)
lingkup masalah penelitian, yaitu:
I.Ilmu keperawatan dasar dan manajemen keperawatan
A.Pengembangan konsep & teori keperawatan
Berfokus pd kajian teori yg telah ada guna menyakinkan
masyarakat bahwa ilmu keperawatan berbeda dengan ilmu profesi
kesehatan lain serta kesesuain ilmu tersebut dalam bidang
keperawatan, terdiri dari:
1.Teori adaptasi ---- dari Calista Roy
2.Self care defisit ---- Orem
3.Kesehatan lingk. ----- Florence Nightingale
4.Konsep model praktik keperawatan --- Betty Neuman
B.Masalah kebutuhan dasar manusia
Kajian tentang penyebab dan upaya penuhi kebututuhan dasar,
meliputi:
1.Masalah oksigenasi
2.Masalah nutrisi
3.Masalah cairan dan elektrolit
4.Masalah eliminasi
C.Pendidikan keperawatan
1.Penerapan dan pengembangan kurikulum
2.Mahasiswa dan staf pengajar
3.Metode pembelajaran
4.Sistem evaluasi
D.Manajemen keperawatan
1.Peran dan kinerja perawat
2.Sistem pengelolaan keperawatan
3.Peran dan kinerja komite keperawatan
E.Peran dan fungsi organisasi profesi (PPNI)
1.Peran organisasi dlm sistem praktik keperawatan (Registrasi,
lisensi, legalisasi)
2.Peran organisasi dlm penetapan standar praktik keperawatan
3.Peran organisasi pd pengembangan sistem pendidikan tinggi
keperawatan

II.Ilmu keperawatan anak


Lingkup masalah penelitian keperawatan anak didasarkan pd
filosofi keperawatan anak (Biopsikososial) anak akibat
hospitalisasi dan peran serta keluarga dalam keperawatan anak,
meliputi :
A.Dampak hospitalisasi
B.Masalah tumbang anak
C.Masalah imunisasi anak
D.Masalah askep anak dengan gangguan sistem tubuh

III.Ilmu keperawatan maternitas


Lingkup penelitian ini difokuskan pada wanita PUS, prenatal,
natal dan post natal dan gangguan reproduksi, meliputi :
A.Masalah Bumil
B.Masalah ibu intra partum (kala I – IV) dan askep BBLR
pengkajian – evaluasi)
C.Masalah ibu pasca persalinan (Vulva hygiene, perawatan buah
dada, senam nifas, cara menyusui)
D.Masalah ibu dengan gangguan reproduksi (deteksi dini gangguan
reproduksi, kecemasan klien Ca servic)

IV.Ilmu keperawatan medikal bedah dan gawat darurat


Pada lingkup KMB fokus penelitian pd askep klien dengan
gangguan sistem tubuh orang dewasa dengan pendekatan proses
keperawatan.
A.Lingkup ilmu Keperawatan Medikal Bedah
1.Sistem kekebalan tubuh
i. Pengaruh olah raga teratur terhadap peningkatan daya
tahan tubuh
ii. Pengaruh vitamin A terhadap produksi leukosit
iii. Hubungan kecemasan dengan fungsi imunitas
2.Sistem Respirasi dan oksigenasi
i. Perbedaan efektivitas penggunaan O2 masker dan
selang (kateter)
ii. Intervensi keperawatan yang paling efektif untuk
penanganan klien dgn penimbunan sekret yang kental
pada saluran nafas
3.Sistem Kardiovaskuler
i. Pengaruh latihan fisik terhadap peningkatan kesehatan
pasien jantung koroner
ii. Metode pemberian O2 yang paling efektif untuk
meningkatkan / mempertahankan PaCO2
iii. Pengaruh terapy relaksasi terhadap penurunan nyeri
klien anggina pectoris
4.Sistem persarafan
i. Efektifitas metode distraksi dalam mengatasi nyeri
akut pasien post op
ii. Efektifitas perendaman dgn air hangat dalam
mengatsasi nyeri dislokasi
iii. Metode paling efektif utk deteksi dini penurunan
kesadaran
5.Sistem perkemihan
i. Hubungan pendidikan dgn ketaatan diet klien dgn batu
ginjal
ii. Pengaruh frekwensi hubungan seksual terhadap kejadian
BPH
iii. Pengaruh BPH terhadap pembentukan batu saluran kemih
6.Saluran pencernaan
i. Hubungan ketaatan diet tergadap kajadian peptic ulcer
pada klein gastritis
ii. Metode paling efktif dlm mengurangi rasa nyeri pada
pemasangan NGT
iii. Pengaruh frekwensi/jumlah merokok terhadap kejadian
gastritis
7.Sistem Endokrin
i. Kepatuhan klien Dm terhadap diet
ii. Metode paling efektif dalam mengatasi hipoglikemi
iii. Ketaatan klien DM dalam kontrol gula darah
B.Lingkup ilmu keperawatan gawat darurat
1.Kegawatan Pernafasan
i. Metode deteksi dini gawat nafas pada klien KLL
ii. Peran perawat dlm mengatasi gawat nafas di IRD
iii. Pengembangan tehnis fisio terapi dada
2.Kegawatan Kardiovaskuler
i. Peran perawat dlm penangan kegawatan kardiovaskuer
(penggunaan DC sock)
3.Kegawatan Psikiatri
i. Metode efektif pengikatan (Restrain) klien amuk
ii. Peran perawat dlm penanganan klien amuk, depresi dan
percobaan bunuh diri
V.Ilmu keperawatan jiwa
A.Lingkup penerapan proses keperawatan
1.Pengaruh terapi modalitas terhadap perkembangan klein
depresi
2.Pengembangan tehnik komunikasi terapiutik
3.Pengembangan terapi modalitas
B.Terapi aktivitas kelompok
1.Metode efektif terapi aktivitas utk klien depresi
C.Terapi lingk / manipulasi lingk
1.Efektivitas kunjungan rumah terhadap pencegahan kekambuhan
klien jiwa
2.Hubungan kekambuhan klien dengan penerimaan lingk sekitar

VI.Ilmu keperawatan komunitas, keluarga dan gerontik


A.Lingkup Komunitas
1.Peran serta asyarakat dalam upaya peningkatan kesehtan
masyarakat.
2.Persepsi Bumil terhadap pelaksanaan pemeriksaan ante
natal
3.Kepatuhan penderita TBC dalam pelaksanaan terapi (DOTS)
B.Lingkup keluarga
1.Efektivitas komunikasi terapiutik dalam pendekatan
keluarga
2.Peran keluarga terhadap pengobatan Tb paru
3.Persepsi Kepala Keluarga terhadap program keluarga
berencana
C.Lingkup Gerontik
1.Metode efektif dlm pendekatan lansia
2.Peran perawat dlm pemenuhan kebutuhan nutrisi lansia
3.Pengaruh terapi kerja terhadap penurunan stres lansia

Keperawatan Medikal Bedah I Dian Husada


 Beranda
 My Photo
 Video Dian Husada
 Tehnik palpasi yang berhubungan dengan :
 Perbedaan dada kiri dan kanan
 Keadaan trachea, deviasi
 Bentuk rongga dada, gerakan dada selama pernafasan
 Frekwensi dan ritme, kedalaman pernafasan
 Thorak posterior (warna kulit, scar, lesi, spinal deformitas)
 Tehnik inspeksi yang berhubungan dengan :
 Pemeriksaan fisik dan diagnostik sistem pernafasan
 Pengkajian, riwayat kesehatan, tanda dan gejala gangguan sistem pernafasan
 Review anatomi, fisiologi, dan patofisiologi sistem pernafasan
 SISTEM RESPIRASI MANUSIA
 Ruang lingkup keperawatan medikal bedah
 Trend dan issue keperawatan medikal bedah
 Aspek ethical dalam keperawatan medikal bedah
 Konsep keperawatan medikal bedah
 Tren dan Issue dalam Keperawatan Medikal Bedah

Tren dan Issue dalam Keperawatan Medikal Bedah

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Keperawatan sebagai profesi dituntut untuk mengembangkan keilmuannya sebagai wujud
kepeduliannya dalam meningkatkan kesejahteraan umat manusia baik dalam tingkatan preklinik
maupun klinik. Untuk dapat mengembangkan keilmuannya maka keperawatan dituntut untuk peka
terhadap perubahan-perubahan yang terjadi di lingkungannya setiap saat.
Keperawatan medikal bedah sebagai cabang ilmu keperawatan juga tidak terlepas dari adanya
berbagai perubahan tersebut, seperti teknologi alat kesehatan, variasi jenis penyakit dan teknik
intervensi keperawatan. Adanya berbagai perubahan yang terjadi akan menimbulkan berbagai trend
dan isu yang menuntut peningkatan pelayanan asuhan keperawatan. Berdasarkan fenomena diatas,
penulis tertarik untuk membahas Trend dan Isu Keperawatan Medikal Bedah serta Implikasinya
terhadap Perawat di Indonesia.
1.2 RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian keperawatan medikal bedah?
2. Bagaimana trend dan issue dalam keperawatan medical bedah?
3. Bagaimana isu aspek legal?
4. Bagaimana trend keperawatan medikal bedah dan implikasinya di Indonesia?
5. Bagaiman trend keperawatan mandiri masa kini?
1.3 TUJUAN
1. Mengidentifikasi trend dalam keperawatan medikal bedah di Indonesia
2. Mengidentifikasi issue dalam keperawatan medikal bedah di Indonesia
3. Mengetahui implikasi trend dan isu keperawatan medikal bedah terhadap perawat di Indonesia
4. Mengetahui issue aspek legal dalam keperawatan professional
5. Mengetahui trend keperawatan mandiri masa kini.

1.4 MANFAAT
1. Meningkatkan pemahaman perawat terhadap perkembangan trend dan isu keperawatan medikal bedah
di Indonesia
2. Sebagai dasar dalam mengembangkan ilmu keperawatan medikal bedah
3. Mengetahui keterkaitan keperawatan medikal bedah dengan trend dan isu yang berkembang dalam
bidang kesehatan
4. Sebagai landasan dalam melakukan penelitian baik klinik dan preklinik
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 PENGERIAN
Keperawatan medical bedah adalah : Pelayanan profesional yang didasarkan Ilmu dan teknik
Keperawatan Medikal Bedah berbentuk pelayanan bio-psiko-sosio-spiritual yg komprehensif ditujukan
pada orang dewasa dgn atau yg cenderung mengalami gangguan fisiologi dgn atau tanpa gangguan
struktur akibat trauma.
Keperawatan medical bedah merupakan bagian dari keperawatan, dimana keperawatan itu sendiri
adalah : Bentuk pelayanan profesional yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan,
berbentuk pelayanan bio-psiko-sosio-spiritual yang komprihensif ditujukan pada individu, keluarga dan
masyarakat baik sakit maupun sehat yang mencakup seluruh proses kehidupan manusia. Pelayanan
keperawatan berupa bantuan yang diberikan dengan alasan : kelemahan fisik, mental, masalah
psikososial, keterbatasan pengetahuan, dan ketidakmampuan dalam melakukan kegiatan sehari-hari
secara mandiri akibat gangguan patofisiologis, (CHS,1992).

2.2 TREND DAN ISSUE DALAM KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH


Seluruh bidang pelayanan kesehatan sedang berubah dan tidak satupun perubahan yang berjalan
lebih cepat dibandingkan yang terjadi di bidang perawatan akut. Di sini, perawat memberikan bantuan
langsung baik untuk pasien maupun keluarga yang menghadapi penyakit atau cedera. Hal ini
memberikan suatu tantangan yang sangat menyenangkan dan nyata bagi perawat. Tanggung jawab
untuk mengkoordinasikan perawatan ini membutuhkan perencanaan dan pencatatan yang yang dengan
jelas mengidentifikasi masalah-masalah dan intervensi-intervensi, juga perencanaan perawatan
kesehatan jangka pendek dan panjang untuk individu dan keluarga.
Di bidang perawatan yang tengah berubah ini, yang bakal terjadi pada tahun 1989, kami mencatat
tujuh trend utama yang kami yakin akan mempunyai dampak berkepanjangan pada perawatan dan
perawatan pasien, yaitu:
1. Penurunan biaya perawatan kesehatan
Implementasi dari kemungkinan reimbursemen (pengembalian uang) yang dimulai dengan
pasien Medicare yang menggantikan fokus pelayanan kesehatan menjadi pembendungan biaya. Rumah
sakit telah menanggapi pengurangan biaya perawatan dengan mengurangi jumlah tempat tidur dan staf.
Selain itu, meskipun perawatan pasien di rumah sakit menjadi lebih singkat, namun pasiennya lebih
parah, mengakibatkan peningkatan kebutuhan asuhan keperawatan dan kelebihan beban kerja.
Keadaan ini telah mewajibkan bahwa keperawatan meninjau kembali standar minimum dari perawatan
sementara tetap mempertahankan dan memberikan asuhan keperawatan yang efektif. Sebagai akibat
dari perubahan ini, perawat harus berfungsi lebih efektif. Karena belum pernah sebelumnya, rencana
perawatan pasien harus mencerminkan persiapan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan pasien dan
standar-standar perawatan di bawah tekanan-tekanan keterbatasan waktu dan sumber daya yang lebih
sedikit.

2. Perhitungan biaya asuhan keperawatan


Perhatian profesi oleh karenanya terfokus pada biaya pemberian asuhan keperawatan pada
pasien dalam kondisi prospektif pengembalian uang, baiaya lebih sedikit, waktu yang terbatas, dan
pengurangan jumlah tempat tidur dan staf. Perhitungan kontribusi keperawatan pada perawatan pasien
dapat digunakan untuk menentukan biaya pemberian asuhan pada pasien khusus. Dengan menghitung
waktu keperawatan, membutuhkan pengidentifikasian tingkat asuhan keperawatan yang diperlukan
bagi setiap pasien, yang dapat digunakan untuk “pajak” langsung dari sumbangan pelayanan. Pada
rumah sakit-rumah sakit yang telah menarik pajak untuk pelayanan keperawatan, rencana asuhan
pasien sudah merupakan bagian integral dari penyesuaian biaya asuhan keperawatan.
Penjabaran tentang bidang keperawatan telah menjadi tantangan yang berkelanjutan sejak
awalanya profesi kita. Tentang apa dan bagaimana dari bidang keperawatan telah dijelaskan pada
bagian-bagian dalam sejumlah publikasi yang telah adayang membantu operasionalisasi pekerjaan
keperawatan. Publikasi ANA tahun 1980 Nursing: A Social Policy Statement menggambarkan
keperawatan sebagaidiagnosa dan tindakan dari respons manusia terhadap masalah-masalahkesehatan
aktual dan potensial. Asosiasi Diagnosa Keperawatan Amerika Utara (NANDA) mengembangkan
taksonomi (1989) yang memberikan skema klasifikasi awal untuk mengkategorikan dan membuat
penggolongan label-label diagnosa keperawatan. Definisi NANDA tentang diagnosa keperawatan (1990)
lebih lanjut memperjelas tahap kedua proses keperawatan (mis., identifikasi masalah/diagnosa), Standar
of Clinical Partice ANA, (1991) menggambarkan proses asuhan keperawatan pasien dan mengidentifikasi
standar-standar untuk kinerja (performa) profesional (Tabel 1-1)
Kemajuan ilmu pengetahuan diteruskan dengan AHCPR (departemen kesehatan dan agensi
pelayanan kemanusiaan untuk kebijakan dan penelitian pelayanan kesehatan Amerika)yang mempunyai
tujuan untuk meningkatkan kualitas, ketepatan, dan keefektifan pelayan asuhan kesehatan dan akses
untuk pelayanan ini. Yang pada akhirnya, pertemuan multi disiplin dari para praktisi (termasuk perawat)
telah memulai proses yang sulit dalam pembatan pedoman-pedoman praktik klinik yang ditujukan untuk
situasi khusus perawatan pasien. Pedoman-pedoman ini dimaksudkan untuk membantu pemberian
asuhan kesehatan dalam pencegahan, diagnosis, pengobatan, dan penatalaksanaan situasi klinik.
Mereka sumber daya yang memungkinkan perawatan pasien dievaluasi, pemberi asujhan kesehatan
menjalankan tanggung gugat, dan pembayaran jasa disesuaikan. Pada trbitan ini, 4 pedoman praktik
klinik diterbitkan dan tersedia gratis. Keempat terbitan tersebut adalah:
 Penatalaksanaan Nyeri Akut: Prosedur Operatif atau Medikal dan Trauma
 Inkontinensia Urine pada Orang Dewasa
 Ulkus karena Tekanan
 Anemia Sel Sabit
Pada tahun 1992, Iowa Intervention Project: Nursing Interventions Clasification (NIC) juga telah
mengalihkan perhatian kita pada isi dan proses asuhan keperawatan dengan mengidentifikasi dan
menstandarisasi beberapa aktifitas perawatan langsung yang dilakukan perawat.

3. Pengurangan lamanya dirawat


Ketentuan dari perawatan yang dibuat dengan keinginan sendiri harus direncanakan dan
diberikan dengan kontinuitas sejalan dengan penurunan masa perawatan. Banyak pasien yang
meninggalkan rumah sakit lebih dini masih membutuhkan perawatan kesehatan. Rumah sakit
menanggapi kebutuhan ini dengan membuat ruangan/tempat tidurperawatan transisi, membuat agensi
perawatan kesehatan sendiri, atau menyewa koordinator yang berlandaskan rumah sakit untuk kerja
dengan agensi pelayanan kesehatan swasta. Perawat memikul ttanggung jawab yang besar untuk
memastikan bahwa pasien yang pulang pada waktu sesuai dengan penggolongan kelompok diagnosis
yang berhubungan. Perencanaan pulang yang agresif harus dimulai pada penerimaan di unit
medikal/bedah dan menggabungkan pengetahuan tentang sumber-sumber rumah sakitdan komunitas
yang tersedia untuk pasien.
Untuk mempermudah pemulangan dini tetapi aman dan untuk menjamin kontinuitas
perawatan, banyak batasan-batasan unit tradisional dilanggar. Manager keperawatan-kasus mengikuti
pasien dari penerimaan sampai unit perawatan umum hingga pemulangan kembali ke komuniti dalam
suatu upaya untuk mencapai hasil yang optimal. Rencana perawatan terkoordinasi yang efektif dapat
membantu menjamin kontinuitas perawatan antara sistem pelayanan kesehatan dan rumah atau agensi
yang menerima pemindahan.
Standar-Standar Praktik Keperawatan Klinik
a. Standar-standar Asuhan
1. Pengkajian: Perawat mengumpulkan data kesehatan pasien
2. Diagnosis: Perawat menganalisis data pengkajian dalam memnentukan diagnosa
3. Identifikasi Hasil: Perawat mengidentifikasi hasil yang diharapkan secara individual bagi klien
4. Perencanaan: Perawat mengembangkan rencana asuhan yang menggambarkan intervensi untuk
mencapai hasil yang diharapkan
b. Standar Performa Profesional
1. Kualitas Asuhan: Perawat secara sistematis mengevaluasi kualitas dan efektivitas praktik keperawatan
2. Penilaian Performa: Perawat mengevaluasi prktik keperawatannya sendiri dalam hubungannya dengan
standar-standar praktik profesinal dan undang-umdang serta peraturan yang relevan
3. Pendidikan: Perawat mendapatkan dan mempertahankan pengetahuan terbaru dalam parkatik
keperawatan
4. Kolegialitas: Perawat memberikan sumbangsih pada perkembangan profesional teman sejawat , kolega
dan lain-lain
5. Etik: Keputusan-keputusan dan tindakan-tindakan perawat atas nama klien ditentukan dalam cara-cara
yang sesuai etika
6. Kolaborasi: Perawat berkolaborasi dengan klien, orang terdekat, dan pemberi pelayanan kesehatan lain
dalam memberikan perawatan klien.
7. Riset: Perawat menggunakan temuan-temuan riset dalam praktik
8. Penggunaan sumber: Perawat mempertimbangkan faktor-faktor yang berhubungan dengan keamanan,
efektifitas, dan biaya dalam perencanaan dan pemberian asuhan pada klien

4. Peningkatan kepercayaan terhadap teknologi tinggi


Dalam lingkungan “bermusuhan” dari masyarakat yang tunduk pada hukum, praktik kedokteran
defensif telah mengakibatkan peningkatan ketergantungan pada teknologi diagnostik dan intervensi
pengobatan yang canggih. Beberapa tahun yang lalu sebelum “tekti” menjadi suatu kecenderungan,
perawat-perawat menunjukkan perhatian bahwa pasien dalam bahaya kematian diantara selang-selang,
alat pemantau, dan mesin-mesin karena teknologi yang kompleks menjadi bagian yang meningkat
dengan pesat dalam perawatan kesehatan. Hal ini mengarahkan perawat-perawat untuk menjadi
penasehat hukum bagi individualitas pasien, konsep holistik tentang interaksi “pikiran-jiwa-tubuh”, dan
meningkatkan kewaspadaan terhadap dilema isu-isu etik seperti kualitas hidup/hak untuk mati.
Menyertakan konsep-konsep ini dan pertimbangan dari latar belakang budaya/sosioekonomi individual
dapat memudahkan pencapaian keseimbangan antara kemajuan teknologi dan kebutuhan-kebutuhan
manusia

5. Kebutuhan akan pengetahuan keperawatan tahap lanjut


Intervensi keperawatan intensif dibutuhkan untuk menagatasi peningkatan akuitas pasien dalam
menghadapi lamanya dirawat yang lebih singkat didalam lingkungan medikal/bedah. Perawat
membutuhkan keahlian-keahlian klinik yang lebih baik, kematangan, kemampuan berpikir kritis,
keasertifan, dan ketrampilan-ketrampilan penatalaksanaan pasien untuk mengatasi peningkatan
tanggung jawab ini.
Program-program sertifikasi keperawatan spesialis memberikan tujuan-tujuan yang umum:
untuk memberikan perlindungankonsumen, untuk memajukan pengetahuan dan kompetensi
keperawatan, untuk meningkatkan otonomi keperawatan, dan untuk memperkuat kolaborasi. Sertifikasi
memberikan pengakuan pada hasil yang telah dicapai perawat tentang standar-standar yang
sebelumnya telah ditetapkan oleh kelompok yang mengeluarkan sertifikasi, dan oleh karenanya
sertifikasi ini menjadi sesuatu yang penting dalam era yang semakin memperhatikan biaya karena para
manajer mencari para profesionalyang kompeten untuk di pekerjakan. Selain itu, kepercayaan semacam
ini bisa menjadi kerangka kerja untuk reimbursement oleh pembayar ketiga.

6. Kebutuhan akan kolaborasi dan komunikasi


Sejalan dengan pemberian pelayanan kesehatan yang makin kompleks dan makin terpusat
secara ekonomis, kebutuhan akan komunikasi dan kolaborasi antar profesi-profesi kesehatan makin
tinggi. Hanya melalui kolaborasi anatar departemen, pelayanan-pelayanan, serta fasilitas-fasilita
memungkinkan profesional-profesional medikal memberikan perawatan yang paling efisien dan
komprehensif. Perawat sebagai koordinator primer keseluruhan perawatan pasien, berkewajiban untuk
menjamin bahwa hal ini berlangsung.
Komunikasi dan kolaborasi intradepartemen dapat dilakukan dalam bentuk konferensi
perawatan pasien. Informasi yang didapatkan dari konferensi ini dimasukkan ke dalam rencana
perawatan yang menyeluruh oleh perawat, yang bekerja sebagai penghubung antara pemberi
perawatan kesehatan. Jadi, rencana perawatan dan pencatatan komunikasi yang terjadi terus menerus
berfungsi sebagai parantara antara perawat dan disiplin lain.
Pasien dan keluarga, karena mempunyai tanggung jawab untuk mereka sendiri (kontrol lokus-
internal), juga turut serta dalam banyak keputusan berkenaan dengan tingkat dan besarnya asuhan
kesehatan yang mereka inginkan. Hal-hal yang berkenaan dengan moral dan etik mereka, seperti
keputusan-keputusan no code/keinginan hidup, dengan tanggal, waktu, dan nama-nama dari mereka,
yang turut serta harus dimasukkan dalam rencana perawatan. Hal ini memberikan pencatatan legal dan
etik dari proses pembuatan keputusan/komunikasi.

7. Inovasi dalam perencanaan perawatan melalui komputerisasi


Banyak perawat meyakini bahwa waktu mereka yang terbatas lebih baik dihabiskan untuk
pemberian perawatan pasien di tempat tidur daripada mengisi kertas kerja. Penggunaan rencana
perawatan tertulis hanya menunjukkan devisi tugas fungsional dan kewajiban menghidupkan terus
menerus gagasan bahwa rencana-rencana perawatan adalah kerja sibuk, tidak berhubungan dengan
pemberian asuhan. Pembuatan kembali rencana asuhan untuk menggunakan model-model
keperawatan meningkatkan penggunaan dan memberikan pencatatan singkat, memperlihatkan
hubungan antara perencanaan dan pencatatan. Institusi yang menggunakan laporan dengan komputer
meningkatkan jumlah perencanaan perawatan yang diberikan dan dipertahankan daripada yang terjadi
sebelum komputerisasi. Kenyataanya, sistem komputer telah memberikan dampak yang menyenangkan
pada proses, karena perawata-perawat dapat dengan cepat memasukkan, menayangkan, memperbaiki,
mengevaluasi, dan mencetak rencana perawatan, sehingga meningkatkan kualitas penyimpanan
catatan.
Kebanyakan sistem komputer menggunakan rencana asuhan perawatan pasien yang baku, yang
mencerminkan standar-standar perawatan yang diterima untuk masalah-masalah medik/keperawatan
tertentu. Banyak penggunaan diagnosa keperawatan yang diterima untuk pengujian oleh NANDA.
Karena rencana yang dibuat dengan komputer mencerminkan banyak jenis pengetahuan dan
pengalaman keperawatan, hal ini memungkinkan praktisi yang baru sekali pun untuk membuat strategi
perawatan yang efektif. Rencana perawatan yang baku juga berfungsi sebagai “penyegar ingatan” bagi
perawat yang merawat pasien yang tidak selalu mereka temui dalam area praktik klinik, sehingga
memeberikan informasi untuk meningkatkan praktik yang efektif. Selain itu rencana perawatan yang
baku ini memberikan pada semua perawat suatu cara yang efisien untuk mengembangkan rencana
asuhan yang komprehensif, diperbaiki secara kontinue, mengindividualisasi, dan dapat dipertanggung
jawabkan untuk masing-masing pasien.

Mereka yang memantau kecenderungan ini (juga staf perawat yang memberikan perawatan
langsung) dapat membuktikan bahwa kecenderungan ini telah benar-benar menimbulkan, dan akan
terus memiliki efek yang sangat mendalam pada profesi dan praktik keperawatan.

2.3 ISU ASPEK LEGAL


Telenursing akan berkaitan dengan isu aspek legal, peraturan etik dan kerahasiaan pasien sama
seperti telehealth secara keseluruhan. Di banyak negara, dan di beberapa negara bagian di Amerika
Serikat khususnya praktek telenursing dilarang (perawat yang online sebagai koordinator harus memiliki
lisensi di setiap resindesi negara bagian dan pasien yang menerima telecare harus bersifat lokal) guna
menghindari malpraktek perawat antar negara bagian. Isu legal aspek seperti akontabilitas dan
malprakatek, dsb dalam kaitan telenursing masih dalam perdebatan dan sulit pemecahannya.
Dalam memberikan asuhan keperawatan secara jarak jauh maka diperlukan kebijakan umum
kesehatan (terintegrasi) yang mengatur praktek, SOP/standar operasi prosedur, etik dan
profesionalisme, keamanan, kerahasiaan pasien dan jaminan informasi yang diberikan. Kegiatan
telenursing mesti terintegrasi dengan startegi dan kebijakan pengembangan praktek keperawatan,
penyediaan pelayanan asuhan keperawatan, dan sistem pendidikan dan pelatihan keperawatan yang
menggunakan model informasi kesehatan/berbasis internet.
Perawat memiliki komitmen menyeluruh tentang perlunya mempertahankan privasi dan
kerahasiaan pasien sesuai kode etik keperawatan. Beberapa hal terkait dengan isu ini, yang secara
fundamental mesti dilakukan dalam penerapan tehnologi dalam bidang kesehatan dalam merawat
pasien adalah:
1. Jaminan kerahasiaan dan jaminan pelayanan dari informasi kesehatan yang diberikan harus tetap
terjaga

2. Pasien yang mendapatkan intervensi melalui telehealth harus diinformasikan potensial resiko
(seperti keterbatasan jaminan kerahasiaan informasi, melalui internet atau telepon) dan
keuntungannya
3. Diseminasi data pasien seperti identifikasi pasien (suara, gambar) dapat dikontrol dengan
membuat informed consent (pernyataan persetujuan) lewat email
4. Individu yang menyalahgunakan kerahasiaan, keamanan dan peraturan dan penyalah gunaan
informasi dapat dikenakan hukuman/legal aspek.

Perubahan yang cepat dalam lingkungan perawatan kesehatan, sejalan dengan kemajuan kontinue
teknologi, peningkatan keparahan penyakit, tekanan-tekanan anggaran, dan perluasan pengetahuan
keperawatan, telah sangat meningkatkan tanggung jawab yang harus diemban oleh perawat sekarang
ini. Untuk memenuhi tanggung jawab ini, perencanaan dan pencatatan perawatan adalah penting untuk
memuaskan kebutuhan pasien dan memenuhi kewajiban legal. Pencatatan dampak keperawatan pada
perawatan pasien juga memberikan informasi akan kebutuhan perawatan yang berkelanjutan, hal-hal
yang berkenaan dengan hukum, dan pembayaran.
2.4 Trend Keperawatan Medikal Bedah dan Implikasinya di Indonesia
Perkembangan trend keperawatan medikal bedah di Indonesia terjadi dalam berbagai bidang yang
meliputi:
a) Telenursing (Pelayanan Asuhan Keperawatan Jarak Jauh)
Menurut Martono, telenursing (pelayanan asuhan keperawatan jarak jauh) adalah upaya
penggunaan tehnologi informasi dalam memberikan pelayanan keperawatan dalam bagian pelayanan
kesehatan dimana ada jarak secara fisik yang jauh antara perawat dan pasien, atau antara beberapa
perawat. Keuntungan dari teknologi ini yaitu mengurangi biaya kesehatan, jangkauan tanpa batas akan
layanan kesehatan, mengurangi kunjungan dan masa hari rawat, meningkatkan pelayanan pasien sakit
kronis, mengembangkan model pendidikan keperawatan berbasis multimedia (Britton, Keehner, Still &
Walden 1999). Tetapi sistem ini justru akan mengurangi intensitas interaksi antara perawat dan klien
dalam menjalin hubungan terapieutik sehingga konsep perawatan secara holistik akan sedikit tersentuh
oleh ners. Sistem ini baru diterapkan dibeberapa rumah sakit di Indonesia, seperti di Rumah Sakit
Internasional. Hal ini disebabkan karena kurang meratanya penguasaan teknik informasi oleh tenaga
keperawatan serta sarana prasarana yang masih belum memadai.
 Definisi :
1. Telenursing (pelayanan Asuhan keperawatan jarak jauh) adalah penggunaan tehnologi komunikasi
dalam keperawatan untuk memenuhi asuhan keperawatan kepada klien. Yang menggunakan saluran
elektromagnetik (gelombang magnetik, radio dan optik) dalam menstransmisikan signal komunikasi
suara, data dan video. Atau dapat pula di definisikan sebagai komunikasi jarak jauh, menggunakan
transmisi elektrik dan optik, antar manusia dan atau komputer 4)
2. Telenursing (pelayanan asuhan keperawatan jarak jauh) adalah upaya penggunaan tehnologi informasi
dalam memberikan pelayanan keperawatan dalam bagian pelayanan kesehatan dimana ada jarak secara
fisik yang jauh antara perawat dan pasien, atau antara beberapa perawat. Sebagai bagian dari
telehealth, dan beberapa bagian terkait dengan aplikasi bidang medis dan non-medis, seperti
telediagnosis, telekonsultasi dan telemonitoring.
3. Telenursing is defined as the practice of nursing over distance using telecommunications technology
(National Council of State Boards of Nursing).
4. Telenursing diartikan sebagai pemakaian telekomunikasi untuk memberikan informasi dan pelayanan
keperawatan jarak-jauh.
Aplikasinya saat ini, menggunakan teknologi satelit untuk menyiarkan konsultasi antara fasilitas-
fasilitas kesehatan di dua negara dan memakai peralatan video conference (bagian integral dari
telemedicine atau telehealth).
2.5 TREND KEPERAWATAN MANDIRI MASA KINI
Perawat sebagai pemberi pelayanan keperawatan sebagai bagian integral dari pelayanan kesehatan
yang diberikan kepada masyarakat, keluarga, kelompok maupun individu. Hal ini menyebabkan perawat
selalu menjadi pusat perhatian dari masyarakat maupun pasien yang dirawatnya. Mengikuti
perkembangan perawatan dunia, para perawat menginginkan perubahan yang mendasar dalam
kegiatan profesinya. Kalau tadinya hanya membantu tugas pelaksanaan tugas dokter, yang menjadi
bagian dari upaya pencapaian tujuan asuhan medis, kini mereka, menginginkan pelayanan keperawatan
mandiri sebagai upaya mencapai tujuan asuhan keperawatan. Tuntutan tanggungjawab dan tugaspun
mulai bergeser yang dulu perawat hanya sebagai perpanjangan dari dokter untuk merawat pasien
selama 24 jam, kini tuntutan itu sudah menjadi tanggungjawab profesi perawatan secara mandiri yang
tentunya mempunyai konsekuensi terhadap perawat tentang tanggungjawab dan tanggung gugat, baik
dari pasien, dokter, maupun profesi kesehatan lainya, dan bahkan kadang harus
mempertanggungjawabkan dirinya baik secara perdata maupun pidana di pengadilan akibat kesalahan
tindakan terhadap pasien maupun malpraktik yang terjadi atas diri perawat itu, maupun bersama-sama
dengan profesi kesehatan lainya, seperti dokter, X-ray technician, Laboratorium Technician
Walaupun Perawat mempunyai Induk organisasi Keperawatan PPNI, namun jika terjadi kasus-kasus
yang berhubungan dengan perawat ternyata masih belum mampu membantu banyak penyelesaian yang
dihadapi perawat, hal ini memyebabkan perlindungan terhadap perawat masih sangat rendah,
dikarenakan masih belum adanya Undang-undang yang mengatur perlindungan terhadap perawat.
Ternyata resiko-resiko yang dihadapi oleh perawat tidak hanya berhenti sampai disitu saja tentunya
karena perawat sebagai tenaga pelayanan keperawatan yang berada 24 jam disamping pasien juga
menghadapi berbagai resiko kesehatan akan terjadinya infeksi silang berbagai macam penyakit dari
pasien maupun kejadian kecelakaan kerja akibat pekerjaanya seperti tertusuk jarum, nyeri pungung
sehubungan dengan pekerjaan mengangkat dan memindahkan pasien, bed making dan bahkan sampai
HNP (Hernia Nucleons Pulposus) yang berakibat kelumpuhan.
Ternyata tanggungjawab dan resiko yang diemban perawat masih belum sebanding dengan upah
yang mereka terima rata-rata berkisar antara 400 rb – l jt rupiah, yang mana masih jauh dibawah UMP
(Upah Minimum Propinsi). Ketidak cukupan upah inilah yang walaupun bukan faktor utama, akhirnya
para perawat tedebak dalam kegiatan "klinical practice", yang ilegal, yang mau tidak mau mereka, harus
melakukannya karena tuntutan ekonomi dan kebutuhan sehari-hari yang memang harus dipenuhi yang
tidak dapat dicukupi dari upah yang diterimanya.
Saat ini masih terjadi persepsi yang keliru di masyarakat tentang profesi keperawatan di Indonesia.
Persepsi keliru itu terjadi karena kesalahan informasi yang mereka terima dan kenyataan di lapangan.
Kondisi ini didukung pula dengan kebudayaan dan kebiasaan-kebiasaan perawat seperti mengambilkan
stetoskop, tissue untuk para dokter. Masih banyak para perawat. yang tidak percaya diri ketika berjalan
dan berhadapan dengan dokter. Paradigma ini harus dirubah, mengikuti perkembangan keperawatan
dunia. Para perawat menginginkan perubahan mendasar dalam kegiatan profesinya. Kalau tadinya
hanya, membantu pelaksanaan tugas dokter, menjadi bagian dari upaya mencapai tujuan asuhan medis,
kini mereka menginginkan pelayanan keperawatan mandiri sebagai upaya mencapai tujuan asuhan
keperawatan.
Institusi pendidikan keperawatan sangat bertanggungjawab dan berperan penting dalam rangka,
melahirkan generasi perawat yang berkualitas dan berdedikasi. Pemilik dan pengelola insititusi
pendidikan keperawatan yang sama sekali tidak memiliki pemahaman yang cukup tentang keperawatan
baik secara disiplin ilmu atau profesi dapat menjadi penyebab rendahnya mute lulusan dari pendidikan
keperawatan yang ada. Hal ini dapat di ukur dengan kalah bersaingan para Perawat Indonesia bila di
bandingkan dengan negara-negara lain seperti Philipina dan India. Pemicu yang paling nyata adalah
karena, dalam system pendidikan keperawatan. kita masih menggunakan "Bahasa Indonesia" sebagai
pengantar dalam proses pendidikan. Hal tersebut yang membuat Perawat kita kalah bersaing di tingkat
global. Disisi lain dengan berkembangnya pola pelayanan kesehatan di Indonesia memberikan
kesempatan pada perawat untuk memperluas peran dan fungsinya, sehingga perlu ditunjang dengan
latar belakang jenjang pendidikan tinggi dalam bidang keperawatan termasuk pendidikan spesialistik,
sehingga mampu bekerja pada berbagai tatanan pelayanan kesehatan.
Isu hangat di berbagai pertemuan keperawatan baik regional maupun nasional adalah isu tentang jasa
keperawatan. Hal ini merupakan kebutuhan mendesak, karena dapat menimbulkan dampak series,
seperti penurunan mute pelayanan, meningkatnya keluhan konsumen, ungkapan ketidakpuasan
perawat lewat unjuk rasa dan sebagainya. Isu ini jika tidak ditanggapi dengan benar dan proporsional
dikhawatirkan dapat menghambat upaya melindungi kepentingan pasien dan masyarakat yang
membutuhkan jasa pelayanan kesehatan, menghambat perkembangan rumah sakit serta menghambat
upaya pengembangan dari keperawatan sebagai profesi. Pada akhirnva keperawatan yang bermutu
adalah suatu bentuk pelayanan yang mampu memenuhi kebutuhan dan kepuasan pasien sebagai
pelanggan. Untuk mencapainya Perawat dapat memulai dari dirinya sendiri. Perawat harus bekerja
sesuai standar praktek pelayanan keperawatan sesuai wewenang dan tangung jawabnya, selalu
berupaya mengembangkan diri melalui pendidikan dan pelatihan yang berkesinambungan serta sistem
jenjang karir.
Selain memiliki kemampuan intelektual, interpersonal dan teknikal, perawat di Indonesia juga harus
mempunyai otonomi yang berarti mandiri dan bersedia menanggung resiko, bertanggung jawab dan
bertanggung gugat terhadap tindakan yang dilakukannya, termasuk dalam melakukan dan mengatur
dirinya sendiri. Tetapi yang terjadi di lapangan sangat memilukan, banyak sekali rekan-rekan Perawat
yang melakukan "Praktek Pelayanan Kedokteran dan Pengobatan" yang sangat tidak relevan dengan
ilmu keperawatan itu sendiri.
BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

1. Trend Keperawatan Medikal Bedal Bedah dan Dampaknya di Indonesia.


Beberapa trend yang terjadi dalam Keperawatan Medikal Bedah di Indonesia, diantaranya
adalah: telenursing, Prinsip Moisture Balance dalam Perawatan Luka, Pencegahan HIV-AIDS
pada Remaja dengan Peer Group, Program sertifikasi perawat keahlian khusus, Hospice Home
Care, One Day Care, Klinik HIV, Klinik Rawat Luka, Berdirinya organisasi profesi keperawatan
kekhususan, Pengembangan Evidence Based Nursing Practice di Lingkungan Rumah Sakit dalam
Lingkup Keperawatan Medikal Bedah. Disadari bahwa semua trend tersebut belum seutuhnya
diterapkan dalam pelayanan keperawatan di seluruh Indonesia.
2. Isu dalam Keperawatan Medikal Bedah dan Dampaknya di Indonesia
Beberapa isue yang berkembang dalam Keperawatan Medikal Bedah di Indonesia, antara lain:
Pemakaian tap water (air keran) dan betadine yang diencerkan pada luka, Belum ada
dokumentasi keperawatan yang baku sehingga setiap institusi rumah sakit mengunakan versi
atau modelnya sendiri-sendiri, Prosedur rawat luka adalah kewenangan dokter, Euthanasia:
suatu issue kontemporer dalam keperawatan, Pengaturan sistem tenaga kesehatan, Lulusan D3
Keperawatan lebih banyak terserap di Rumah sakit pemerintah dibandingkan S1, dan Peran dan
tanggung jawab yang belum ditetapkan sesuai dengan jenjang pendidikan sehingga implikasi di
rs antara DIII, S1 dan Spesialis belum jelas terlihat.

3.2 SARAN
Seluruh perawat agar meningkatkan pemahamannya terhadap berbagai trend dan isu keperawatan
medikal bedah di Indonesia sehingga dapat dikembeangkan dalam tatanan layanan keperawatan.
Diharapkan agar perawat bisa menindak lanjuti trend dan isu tersebut melalui kegiatan riset sebagai
dasar untuk pengembangan Evidence Based Nursing Practice di Lingkungan Rumah Sakit dalam Lingkup
Keperawatan Medikal Bedah.

Keperawatan medikal bedah merupakan pelayanan profesional yang didasarkan Ilmu dan teknik
Keperawatan Medikal Bedah berbentuk pelayanan bio-psiko-sosio-spiritual yg komprehensif
ditujukan pada orang dewasa dgn atau yg cenderung mengalami gangguan fisiologi dgn atau
tanpa gangguan struktur akibat trauma. Keperawatan medical bedah merupakan bagian dari
keperawatan, dimana keperawatan itu sendiri adalah : Bentuk pelayanan profesional yang
merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan, berbentuk pelayanan bio-psiko-sosio-
spiritual yang komprihensif ditujukan pada individu, keluarga dan masyarakat baik sakit maupun
sehat yang mencakup seluruh proses kehidupan manusia. Pelayanan keperawatan berupa bantuan
yang diberikan dengan alasan : kelemahan fisik, mental, masalah psikososial, keterbatasan
pengetahuan, dan ketidakmampuan dalam melakukan kegiatan sehari-hari secara mandiri akibat
gangguan patofisiologis, (CHS,1992).
Pengertian keperawatan medikal bedah mengandung empat hal seperti di bawah ini:
1. Pelayanan Profesional
Seorang perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan kepada pasien, selalu memandang
pasien secara holistic/menyeluruh baik Bio-Psiko-sosial-kultural-Spiritual. Dalam setiap
tindakan, perawat dituntut untuk memberikan asuhan keperawatan secara professional sesuai
dengan standarisasi profesi keperawatan. Pelayanan ini diberikan oleh seorang perawat yang
berkompetensi dan telah menyelesaikan pendidikan profesi keperawatan pada jenjang yang lebih
tinggi.
2. Berdasarkan Ilmu Pengetahuan
Perawat dalam melaksanakan tugasnya sudah melalui jenjang Pendidikan Formal yang sudah
ditetapkan oleh Pemerintah. Ilmu pengetahuan terus berubah dari waktu ke waktu (dinamis),
sehingga dalam memberikan Asuhan keperawatan pada Klien berdasarkan perkembangan ilmu
pengetahuan terbaru
3. Menggunakan scientific Metode
Dalam melaksanakan asuhan keperawatan melaui tahap-tahap dalam proses keperawatan
berdasarkan pendekatan ilmiah. Dengan menggunakan standarisasi asuhan keperawatan yang ada
(NANDA, NIC, NOC).
4. Berlandaskan Etika Keperawatan
Perawat dalam melaksanakan tugasnya, dituntut untuk dapat menerapkan asas etika keperawatan
yang ada, meliputi asas Autonomy (menghargai hak pasien/ kebebasan pasien), Beneficience
(menguntungkan bagi pasien), Veracity (kejujuran), Justice (keadilan)
Konsep Keperawatan Medikal Bedah Keperawatan medikal bedah merupakan pelayanan
profesional yang didasarkan Ilmu dan teknik Keperawatan Medikal Bedah berbentuk pelayanan
bio-psiko-sosio-spiritual yg komprehensif ditujukan pada orang dewasa dgn atau yg cenderung
mengalami gangguan fisiologi dgn atau tanpa gangguan struktur akibat trauma.
PERAN DAN FUNGSI PERAWAT
Peran Perawat :
1. Peran sebagai pemberi Asuhan Keperawatan.
Peran sebagai pemberi asuhan keperawatan ini dapat dilakukan perawat dengan memeprhatikan
keadaan kebutuhan dasar manusia yang dibutuhkan melalui pemberian pelayanan keperawatan
dengan menggunakan proses keperawatan sehingga dapat ditentukan diagnosis keperawatan agar
bias direncakan dan dilaksanakan tindakan yang tepat sesuai dengan tingkat kebutuhan dasar
manusia, kemudian dapat dievaluasi tingkat perkembangannya. Pemberian asuhan keperawatan
ini dilakukan dari yang sederhana sampai dengan kompleks.
10 Faktor Asuhan dalam Keperawatan :
1. Menunjukkan system nilai kemanusian dan altruisme.
2. Memberi harapan dengan :
- mengembangkan sikap dalam membina hubungan dengan klien
- memfalitasi untuk optimis
- percaya dan penuh harapan
3. Menunjukkan sensivitas antara satu dengan yang lain.
4. Mengembangkan hubungan saling percaya : komunikasi efektif, empati, dan hangat.
5. Ekspresi perasaan positif dan negative melalui tukar pendapat tentang perasaan.
6. Menggunakan proses pemecahan mesalah yang kreatif
7. Meningkatkan hubungan interpersonal dan proses belajar mengajar
8. Memeberi support, perlindungan, koreksi mental, sosiokultural dan lingkungan spiritual
9. Membantu dalam pemenuhan kebutuhan dasar manusia
10. Melibatkan eksistensi fenomena aspek spiritual.

Kekuatan dalam Asuhan :


1. Aspek Transformasi
Perawat membantu klien untuk mengontrol perasaannya dan berpartisipasi aktif dalam asuhan.
2. Integrasi asuhan
Engintegrasikan individu ke dalam sosialnya.
3. Aspek Pembelaan
4. Aspek penyembuhanà Membatu klien memilih support social, emosional, spiritual.
5. Aspek Partisipasi.
6. Pemecahan masalah dengan metoda ilmiah.

1. Peran Sebagai Advokat ( Pembela) Klien


Peran ini dilakukan perawat dalam membantu klien dan keluarga dalam meninterpretasikan
berbagia informasi dari pemberi pelayanan atau informasi lain khususnya dalam pengambilan
persetujuan atas tindakan keperawatan yang diberikan kepada pasiennya, juga dapat berperan
mempertahankan dan melindungi hak-hak pasien yang meliputi hak atas pelayanan sebaik-
baiknya, hak atas informasi tentang penyakitnya, hak atas privasi, hak untuk menentukan
nasibnya sendiri dan hak untuk menerima ganti rugi akibat kelalaian.

2. Peran Sebagai Edukator


Peran ini dilakukan untuk :
1. Meningkatkan tingkat pengetahuan kesehatan dan kemampuan klien mengatasi kesehatanya.
2. Perawat memberi informasi dan meningkatkan perubahan perilaku klien
3. Peran Sebagai Koordinator
Peran ini dilaksanakan dengan mengarahkan, merencanakan serta mengorganisasi pelayanan
kesehatan dari tim kesehatan sehingga pemeberian pelayanan kesehatan dapat terarah serta
sesuai dengan kebutuhan klien.
Tujuan Perawat sebagi coordinator adalah :
a. Untuk memenuhi asuhan kesehatan secara efektif, efisien dan menguntungkan klien.
b. Pengaturan waktu dan seluruh aktifitas atau penanganan pada klien.
c. Menggunakan keterampilan perawat untuk :
- merencanakan
- mengorganisasikan
- mengarahkan
- mengontrol
3. Peran Sebagai Kolaborator
Perawat disini dilakukan karena perawat bekerja melalui tim kesehatan yang terdiri dari dokter
fisioterapis, ahli gizi, dan lain-lain dengan berupaya mengidentifikasi pelayanan keperawatan
yang diperlukan termasuk diskusi atau tukar pendapat dalam penentuan bentuk pelayanan
selanjutnya.
4. Peran Sebagai Konsultan
Peran disini adlah sebagai tempat konsultasi terhadap masalah atau tindakan keperawatan yang
tepat untuk diberikan. Peran ini dilakukan atas permintaan klien terhadap informasi tentang
tujuan pelayanan keperawatan yang diberikan.
5. Peran Sebagai Pembeharu
Peran sebagai pembaharu dapat dilakukan dengan mengadakan perencanaan, kerja sama,
perubahan yang sistematis dan terarah sesuai dengan metode pemberian pelayanan keperawatan.
Peran perawat sebagai pembeharu dipengaruhi oleh beberapa factor diantaranya :
- Kemajuan teknologi
- Perubahan Lisensi-regulasi
- Meningkatnya peluang pendidikan lanjutan
- Meningkatnya berbagai tipe petugas asuhan kesehatan.
Selain peran perawat menurut konsorsium ilmu kesehatan, terdapat pembagian peran perawat
menurut hasil lokakarya keperawatan tahun 1983 yang membagi menjadi 4 peran diantaranya
peran perawat sebagai pelaksana pelayanan keperawatan, peran perawat sebagai pengelola
pelayanan dan institusi keperawatan, peran perawat sebagai pendidik dalam keperawatan serta
peran perawat sebagai peneliti dan pengembang pelayanan keperawatan.
--> Fungsi Perawat :
1. Fungsi Independen
Merupakan fungsi mandiri dan tidak tergantung pada orang lain, dimana perawat dalam
melaksanakan tugasnya dilakukan secara sendiri dengan keputusan sendiri dalam melakukan
tindakan dalam rangka memenuhi kebutuhan dasar manusia seperti pemenuhan kebutuhan
fisiologis (pemenuhan kebutuhan oksigenasi, pemenuhan kebutuhan cairan dan elektrolit,
pemenhuan kebutuhan nutrisi, pemenuhan kebutuhan aktivitas, dan lain-lain), pemenuhan
kebutuhan keamanan dan kenyamanan, pemenuhan kebutuhan cinta mencintai, pemenuhan
kebutuhan harga diri dan aktualisasi diri.
2. Fungsi Dependen
Merupakan fungsi perawat dalam melaksanakan kegiatannya atas pesan atau instruksi dari
perawat lain. Sehingga sebagai tindakan pelimpahan tugas yang diberikan. Hal ini biasanya
dilakukan oleh perawat spesialis kepada perawat umum, atau dari perawat primer ke perawat
pelaksana.
3. Fungsi Interdependen
Fungsi ini dilakukan dalam kelompok tim yang ber sifat saling ketergantungan di antara tam satu
dengan lainya fungsa ini dapat terjadi apa bila bentuk pelayanan membutuhkan kerjasama tim
dalam pemberian pelayanan seperti dalam memberikan asuhan keperawatan pada penderaita
yang mempunyai penyskit kompleks keadaan ini tidak dapat diatasi dengan tim perawat saja
melainkan juga dari dokter ataupun lainya, seperti dokter dalam memberikan tanda pengobatan
bekerjasama dengan perawat dalam pemantauan reaksi obat yang telah di berikan.
4. Keperawatan
Bentuk pelayanan profesional yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan,
berbentuk pelayanan bio-psiko-sosio-spiritual yg komprihensif ditujukan pada individu, keluarga
dan masyarakat baik sakit maupun sehat yg menncakup seluruh proses kehidupan manusia.

sumber : http://pujialwaysuci.blogspot.co.id/2013/10/keperawatan-medikal-bedah.html

KEPERAWATAN ANAK

Anak adalah seseorang yang belum mencapai umur 21 tahun dan belum pernah
menikah/kawin.Batasan ini ditetapkan berdasarkan pertimbangan usaha kesejahteraan sosial,
kematangan pribadi dan kematangan mental seseorang yang dicapai pada umur 21 tahun.Anak
merupakan potensi serta penerus cita –cita bangsa yang dasar-dasarnya telah diletakkan generasi
sebelumnya. Oleh karena itu anak harus mendapat perhatian yang sempurna dalam memenuhi
perkembangan dan pertumbuhan baik fisik maupun mental sejak dini.

TUJUAN:
1. Menurunkan angka kematian anak
2. Menurunkan angka kesakitan anak
3. Menurunkan angka kematian atau kesakitan prasekolah atau remaja.

RUANG LINGKUP
1. Pediatric klinik, terdiri dari penyakit, pengobatan dan perawatan
2. Peditric pencegahan : imunisasi
3. Pediatric sosial
o Mempelajari dan melaksanakan cara agar anak sehat fisik, psikis dan sosial
o Kebutuhan anak yang harus dipenuhi sejak konsepsi, supaya mencapai tingkat
pertumbuhan dan perkembangan yang baik
o Lingkungan yang sejahtera dan bahagia
o Sandang , pangan dan papan yang mencukupi

FILOSOFI KEPERAWATAN ANAK


Filosofi adalah merupakan pandangan atau keyakinan yang dimiliki perawat dalam memberikan
pelayanan keperawatan pada anak .Keperawatan anak adalah konsisten dengan pengertian
keperawatan “ the diagnosis and treatment of human respones to actual or potential health
problems( whaley & wong,1995, hal 14).
Tujuannya adalah pencapaian derajat kesehatan bagi anak sebagai suatu bagian dari sistem
pelayanan kesehatan di keluarga. Untuk menekankan pada tujuan tersebut.Pada bagian ini akan
diuraikan kunci filosofi keperawatan anak:
1. Family center care
Filosofi ini memperkenalkan keluarga sebagai suatu kehidupan yang konstan dan seorang
individu yang mendukung, menghargai dan meningkatkan kekuatan dan kompetensi dalam
memberikan asuhan terhadap anak (Johson, 1989).Hal ini menjelaskan bahwa Keluarga
merupakan unsur penting dalam merawat anak, mengingat anak adalah bagian dari
keluarga.Sebagai perawat, dalam memberikan pelayanan keperawatan pada anak, harus mampu
menfasilitasi keluarga dalam berbagai bentuk pelayanan kesehatan baik berupa pemberian
tindakan keperawatan maupun pemberian penyuluhan kesehatan.
Ada 2 konsep dasar pada proses filosofi family center care, yaitu enabling dan empowering.
Enabling adalahdengan menciptakan kesempatan keluarga untuk menunjukkan kemampuan dan
kompetensinya yang berguna dalam memenuhi kebutuhan anak dan keluarga.
Dukungan (empowering) menjelaskan interaksi profesional dengan keluarga dimana keluarga
memerlukan perasaan aman terhadap kehidupan keluarganya dan mendukung perubahan yang
positif sebagai dampak dari perilaku saling tolong menolong, memperkokoh kemampuan dan
tindakan yang diberikan.
Jadi dalam pemberian asuhan keperawatan anak diperlukan keterlibatan keluarga, mengingat
anak selalu membutuhkan orang tua ketika berada dirumah sakit. Keterlibatan keluarga dengan
tenaga kesehatan selama anak berada di rumah sakit sangat diperlukan , karena itu menjadi dasar
dalam memberikan asuhan keperawatan yang berfokus pada keluarga. Perawat dengan
memfasilitasi keluarga dapat membantu proses penyembuhan anak pada anak yang sakit selama
dirumah sakit, sehingga kebutuhan keamanan dan kenyamanan bagi keluarga dan anak
diperhatikan. dan berdampak besar bagi program penyembuhan perawatan pada anak.

2. Atraumatic care
Kemampuan dalam memberikan asuhan keperawatan yang terapoutik oleh individu melalui
pelaksananaan intervensi keperawatan untuk membatasi/ mengurangi pengalaman yang tidak
menyenangkan terhadap anak dan keluarga di tatanan pelayanan kesehatan.
Tujuan utama dari atraumatic care adalah do no harm yang terdiri dari
a. mencegah/mengurangi anak berpisah dari orang tua
b. perlindungan
c. mencegah/mengurangi trauma fisik dan nyeri
3. Primary Nursing
Primary nursing adalah menjaga /merawat anak selama 24 jam, jika asuhan keperawatan oleh
perawat tidak berjalan. Primary nursing secara umum mendukung pelaksanaan asuhan
keperawatan pada anak dan menjadikan asuhan yang konsisten terhadap anak serta berfokus
pada unit keluarga sebagai bagian komponen integral pada perencanaan dan pelaksanaan.
4. Case management
Merupakan sistem pemberian asuhan yang seimbang antara biaya dan kualitas dengan
memperhatikan pembiayaan yang berlebihan. Kemampuan perawat dalam memgelola kasus
dengan baik tentu berdampak pada proses penyembuhan pada anak.
PRINSIP PRINSIP KEPERAWATAN ANAK
Beberapa prinsip dasar keperawatan anak yang dijadikan sebagai pedoman dalam memahami
filosofi keperawatan anak:
1. anak bukan miniatur orang dewasa tetapi sebagai individu yang unik
2. anak sebagai individu yang unik dan mempunyai kebutuhan sesuai tahap perkembangan.
3. Pelayanan keperawatan anak beroriantasi pada upaya pencegahan penyakit dan
peningkatan derajat kesehatan, bukan hanya mengobati anakl sakit.
4. keperawatan anak merupakan disiplin ilmu kesehatan yang berfokus pada kesejahteraan
anak sehingga perawat bertanggung jawab secara komprehensif dalam memberikan askep pada
anak
5. praktek keperawatan aanak mencakup kontrak dengan anak dan keluarga
6. tujuan keparawatan anak dan remaja adalah untuk meningkatkan maturasi atau kematangan
yang sehat bagi anak dan remaja sebagai mahluk biopsikososial dan spiritual dalam kontek
keluarga dan masyarakat.
7. pada masa yang akan datang kecenderungan keperawatan anak berfokus pada ilmu tumbuh
kembang.

KOMPONEN KEPERAWATAN ANAK


Komponen keperawatan anak meliputi:
1. Asuhan keperawatan
2. Anak
3. Perawat
4. Keluarga

Perawatan bukan pada anak sakit saja, tetapi secara komprehensif yang bisa memenuhi
kebutuhan anak malalui keluarganya, sehingga perlu kerja sama yang harmonis antara perawat
dan keluarga.

PERAN PERAWAT DALAM KEPERAWATAN ANAK


Dalam melaksanakan asuhan keperawatan anak , perawat mempunyai peran dan fungsi sebagai
perawat anak diantaranya:
1. Pemberi perawatan
Peran utama perawat adalah memberikan pelayanan keperawatan pada anak yang dapat
dilakukan dengan memenuhi kebutuhan dasar anak seperti kebutuhan asah, asih dan asuh
2. Sebagai advokat keluarga
Sebagai pembela keluarga dalam beberapa hal seperti dalam menentukan haknya sebagai klien
3. Pencegahan penyakit
Upaya pencegahan merupakan bagian dari bentuk pelayanan keperawatan sehingga dalam
melakukan asuhan keperawatan perawat harus selalu memgutamakan tindakan pencegahan
terhadap timbulnya masalah baru sebagai dampak dari timbulnya penyakit.
4. Pendidikan
Perawat harus mampu berperan sebagai pendidik untuk memyampaikan pesan atau mengubah
perilaku pada anak dan keluarga malalui pendidikan kesehatan khususnya dalam keperawatan.
5. Konseling
Upaya perawat dalam memberikan waktu untuk berkonsultasi terhadap masalah yang dialami
oleh klien dan keluarga. Konseling ini bis memberikan kemandirian keluarga dalam mengatasi
masalah kesehatan
6. Kolaborasi
Merupakan tindakan kerjasama dalam menentukan tindakan yang akan dilaksanakan oleh
perawat dengan team kesehatan lain
7. Pengambil keputusan etik
Dalam memgambil keputusan, perawat mempunyai peran sangat penting karena selalu
berhubungan dengan anak kurang lebih 24 jam.
8. Peneliti
Sebagai peneliti harus melakukan kajian –kajian keperawatan anak, yang dapat dikembangkan
untuk perkembangan teknologi keperawatan dan meningkatkan mutu pelayanan keperawatan
nak.

PERSPEKTIF PERAWATAN ANAK


PROGRAM DAN KEBIJAKAN PEMERINTAH TERHADAP KESEHATAN ANAK

Tujuan pembangunan nasional dibidang kesehatan terutama ditujukan untuk:


1. Penurunan angka kematian bayi dan perinatal
2. Penurunan angka kematian balita
3. Penurunan angak kesakitan anak usia sekolah dan remaja
4. Peningkatan derajat kesehatananak secara keseluruhan yang akan menjamin proses tumbuh
kembang anak secara optimal menuju generasi muda yang sehat sebagai sumber daya
pembangunan.
a. Upaya pembinaan kesehatan anak mencakup pemenuhan kebutuhan primer sejak didalam
kandungan sampai remaja dengan mengkaji tumbuh kembang anak, pemberian makanan bergizi
pada anak, penyuluhan kesehatan keluarga, asuhan keparawatan mulai dari bayi sampai remaja
b. Untuk mencapai hal tersebut diatas perlu adanya peningkatan kemampuan tenaga kesehatan
khususnya bidang yang berkwalitas dan merata ditanah air. Bidan mempunyai peranan dan
tanggung jawab yang besar dalam bidang kesehatan ibu dan anak. Untuk itu sejak dini siswa
bidan harus dibekali dengan pengetahuan dan keterampilan yang cukup. Hal ini dimulai dari para
pendidik kesehatan yang cukup ditunjang dengan kepustakaan yang memadahi.
c. Perlu diyakini bahwa tim perawatan mampu mengembangkan dan mengkoordinasikan pola
perawatan anak yang dapat mengisi kebutuhan hubungan keluarga dan anak, sehingga perawat
akan sadar tentang pola hubungan keluarga dan anak, tanggap apabila keluarga membutuhkan
dukungan moral. Berdasarkan hal tersebut, maka perawat profesional dapat menyediakan
bantuan inter disiplin dalam rangka perawatan anak terpadu dan menyeluruh serta berusaha
menyediakan sumber daya yang tersedia dalam pelayanan kesehatan dan masyarakat untuk
memungkinkan peningkatan pelayanan perawatan anak yang bermutu.
d. Pelayanan perawatan dapat tersedia melalui tim perawatan yang terpadu dimana tiap anggota
tim perlu diberi kesempatan meningkatkan pengetahuan dan kaeterampilannya dalam, bidang
perawatan anak. Anggota tim harus bertanggung jawab untuk memeastikan terlaksananya asuhan
keperawatan anak yang perpusat pada keluarga.

ISSUE DAN KECENDURUNGAN DALAM KEPERAWATAN ANAK

Masalah kesehatan anak ditiap negara berbeda karena perbedaan lingkungan yang
mempengaruhinya.Namun dalam garis besarnya, masalah tersebut diseluruh dunia dapat
dikelompokkan menjadi dua katagori, yaitu masalah kesehatran anak yang terdapat dinegara
maju dan masalah kesehatan anak dinegara sedang berkembang.
Bila ditinjau dari indikator kesehatan, maka masalah utama kesehatan anak di Indonesia adalah
masih tingginya morbiditas dan mortalitas pada golongan bayi dan balita. Penyebab utamanya
adalah lingkungan yang kurang menunjang, mutu pelayanan kesehatan ayang rendah dan
keadaan sosial/ekonomi/budaya masyarakat yang kurang memadahi.Sebagian besar penyebabnya
bukan bidang kedokteran, tetapi merupakan bidang kesehatan masyarakat.
Untuk mengevaluasi pengaruh penyakit terhadap kesehatan masyarakat dan keberhasilan upaya
kesehatan, diperlukan sejumlah parameter atau indikator kesehatan. Diantara indikator dasar
yang berkaitan erat dengan kesehatan anak adalah AKB (Angka Kematian Bayi), GNP (Gross
National Product) perkapita, umur harapan hidup, tingkat pendidikan teruatama perempuan.
Untuk mengatasi masalah kesehatan masyarakat, termasuk masalah kesehatan anak pada tahun
1982 oleh pemerintan telah disusun tatanan atau program menyeluruh khusus untuk bidang
kesehatan yang dikenal sebagai Sistem Kesehatan Nasional (SKN). Tujuan dan sasaran SKN :
1. Peningkatan kemampuan masyarakat yaitu menolong diri sendiri dalam menghadapi
masalah kesehatan yang dijimpai sehari-hari.
2. Peningkatan mutu lingkungan hidup .
3. Peningkatan status gizi masyarakat.
4. Pengurangan kejadian Morbiditas dan Mortalitas.
5. Pengembangan keluarga sejahtera.

Kedalam SKN ini telah dimasukkan dasar pelayanan kesehatan primer (Primary heald care) yang
dicanangkan di Alma Ata tahun 1978 dan telah disepakati oleh seluruh anggota WHO.
Delapan unsur pokok bidang kesehatan primer:
1. Penyuluhan kesehatan
2. Gizi
3. Sanitasi dasar dan air bersih
4. KIA dan KB
5. Imunisasi terhadap enam penyakit utama
6. Pencegahan dan pengelolaan penyakit endemik
7. Pengobatan penyakit yang umum dijumpai
8. Tersedianya obat yang esensial

KEPERAWATAN ANESTESI

PENGERTIAN ANESTESI
Anestesi berasal dari bahasa Yunani a : tanpa, aesthesis : rasa, sensasi (Anestesiologi FKUI
1989).
Anestesi adalah suatu keadaan narkosis, analgesia, relaksasi dan hilangnya reflek (Keperawatan
medikal bedah, Brunner dan Sudarth edisi 8).
Definisi anestesiologi yang ditegakkan oleh The American Board of Anesthesiology pada tahun
1089 ialah mencakup semua kegiatan profesi atau praktek yang meliputi :
1. Menilai, merancang, menyiapkan pasien untuk anestesi.
2. Membantu pasien menghilangkan nyeri pada saat pembedahan, persalinan atau pada saat
dilakukan tindakan diagnostik terapeutik.
3. Memantau dan memperbaiki homeostasis pasien perioperatif dan pada pasien dalam keadaan
kritis.
4. Mendiagnosis dan mengobati sindroma nyeri.
5. Mengelola dan mengajarkan resusitasi jantung paru (RJP).
6. Membuat evaluasi fungsi pernafasan dan mengobati gangguan pernafasan.
7. Mengajarkan, memberi supervisi dan mengadakan evaluasi tentang penampilan personil
paramedik dalam bidang anestesi, perawatan pernafasan dan perawatan pasien dalam keadaan
kritis.
8. Mengadakan penelitian tentang ilmu dasar dan ilmu klinik untuk menjelaskan dan
memperbaiki perawatan pasien terutama tentang fungsi fisiologi dan respon terhadap obat.
9. Melibatkan diri dalam administrasi rumah sakit. Pendidikan kedokteran dan fasilitas rawat
jalan yang diperlukan untuk implementasi pertanggung jawaban.

RUANG LINGKUP KEPERAWATAN ANESTESI


Ruang lingkup keperawatan anestesi meliputi pelayanan keperawatan anestesi pada pelayanan :
1. Pra anestesi / pembedahan
2. Selama anestesi / pembedahan
3. Pasca anestesi / pembedahan
4. Perawatan gawat darurat
5. Perawatan intensif
6. Semua pelayanan yang memerlukan perawatan anestesi.

PERAN DAN FUNGSI PERAWAT ANESTESI


Perawat anestesi dalam pelayanan anestesiologi dan reanimasi mempunyai peran dan fungsi
sebagai berikut :
1. Pengelola asuhan keperawatan anestesi.
2. Mitra kerja dalam pelaksanaan tindakan anestesi.
3. Pengelola asuhan kaparawatan pada keadaan gawat darurat.
4. Mitra kerja / pelaksanaan tindakan medik pasda pasien gawat darurat.
5. Pengelola asuhan keperawatan pasien di Intensif Care.
6. Sebagai pendidik

Kompetensi minimal seorang Perawat Anestesi adalah sebagai berikut :


1. Dapat melakukan asuhan keperawatan pada pasien yang akan menjalani prosedur anestesi
(pra, intra dan pasca ).
2. Dapat melakukan asuhan keperawatan selama tindakan / prosedur anestesi sedang
berlangsung.
3. Dapat melakukan asuhan keperawatan pada pasien dalam keadaan gawat darurat.
4. Dapat melakukan asuhan keperawatan kepada pasien yang membutuhkan perawatan intensif.
5. Dapat melakukan kerja sama antar anggota tim, baik sebagai mitra kaerja ataupun pelaksana
tindakan dalam pelayanan anestesiologi dan reanimasi sesuai dengan peran, fungsi, etika dan
kebijaksanaan atau batas kewenangannya.
(standar umum pelayanan anestesiologi dan reanimasi di rumah sakit, 1999)

KEPERAWATAN GAWAT DARURAT

keperawatan yang diberikan kepada individu dan keluarga/orang terdekat yang diperkirakan atau
sedang mengalami keadaan yang mengancam kehidupan, dan terjadi secara mendadak dalam
suatu lingkungan yang tidak dapat dikendalikan.

Cakupan KGD:
• Meliputi menetapkan diagnosis keperawatan dan manajemen respons klien/keluarga terhadap
kondisi kesehatan yang terjadi mendadak
• Pelayanan keperawatan gawat darurat tidak terjadwal dan biasanya dilakukan di ruangan gawat
darurat (emergency),
Kondisi Kedaruratan:
• Suatu kondisi dimana terjadi gangguan integritas fisiologis atau psikologis secara mendadak
• Rentang area pelayanan gawat darurat

Proses Keperawatan Gawat Darurat, dipengaruhi oleh:


• Waktu yang terbatas Kondisi klien yang memerlukan bantuan segera
• Kebutuhan pelayanan yang definitif di unit lain (OK, ICU)
• Informasi yang terbatas
• Peran dan sumber daya
Sasaran Pelayanan Gawat Darurat
• Ketepatan resusitasi efektif dan stabilisasi klien gawat dan yang mengalami perlukaan

Aspek Psikologis Pada Situasi Gawat Darurat :


• Cemas
• Histeris
• Mudah marah
• Dsb
• Pengkajian terhadap prioritas pelayanan
Perubahan tanda vital yang signifikan (hipo/hipertensi, hipo/hipertermia, disritmia, distres
pernafasan)
• Perubahan/gangguan tingkat kesdaran (LOC)
• Nyeri dada terutama pada pasien berusia > 35 tahun
• Nyeri yang hebat
• Perdarahan yang tidak dapat dikendalikan dengan penekanan langsung
• Kondisi yang dapat memperburuk jika pengobatan ditangguhkan
• Hilang penglihatan ecara tiba-tiba
• Perilaku membahayakan, menyerang
• Kondisi psikologis yang terganggu/perkosaan

Triage
Tujuan triage adalah untuk menetapkan tingkat atau derajat kegawatan yang memerlukan
pertolongan kedaruratan
Dengan triage tenaga kesehatan akan mampu :
• Menginisiasi atau melakukan intervensi yang cepat dan tepat kepada pasien
• Menetapkan area yang paling tepat untuk dapat melaksanakan pengobatan lanjutan
• Memfasilitasi alur pasien melalui unit gawat darurat dalam proses penanggulangan/pengobatan
gawat darurat

Sistem Triage dipengaruhi :


• Jumlah tenaga profesional dan pola ketenagaan
• Jumlah kunjungan pasien dan pola kunjungan pasien
• Denah bangunan fisik unit gawat darurat Terdapatnya klinik rawat jalan dan pelayanan medis

Prinsip umum manajemen kedaruratan (kecelakaan) :


• Bersikap tenang tapi cekatan dan berfikir sebelum bertindak (jangan panik)
• Sadari peran perawat dalam menghadapi korban dan wali/saksi
• Lakukan pengkajian yang cepat dan cermat terhadap masalah yang mengancam jiwa (henti
napas, nadi, perdarahan hebat dan keracunan)
• Lakukan tindakan penyelamatan jiwa/kehidupan
• Lakukan pengkajian sistematik sebelum melakukan tindakan menyeluruh
• Pertahankan korban pada posisi datar atau sesuai posis yang cocok (kecuali jika ada orthopnea)
lindungi korban dari kedinginan
• Jika korban sadar, jelaskan apa yang terjadi berikan bantuan untuk menenangkan dan yakinkan
akan ditolong
• Hindari mengangkat/memindahkan yang tidak perlu, memindahkan hanya jila ada kondisi
yang membahayakan
• Jangan diberi minum jika terdapat trauma abdomen atau diprakirakan kemungkinan tindakan
anestesi umum dalam waktu dekat Jangan dipindahkan (ditanfortasi) sebelum pertolongan
pertama selesai dilakukan dan terdapat alat tranportasi yang memadai

Disaster
• Bencana
• Alam
• Perbuatan manusia
• Kejadian tiba-tiba, mengagetkan, merusak, membahayakan kehidupan (nyawa dan harta
benda)
• Efeksamping sangat tergantung dari luas dan beratnya bencana serta kesiapan komunitas/
masyarakat menghadapi bencana

Perencanaan penanggulangan bencana di komunitas:


• Pembentukan komite atau tim penanggulangan bencana
• Mengidentifikasi kemungkinan bahaya bencana pada daerah tersebut
• Mengadakan latihan/simulasi penanggulangan bencana (termasuk cara meminta bantuan,
jaringan komunikasi

Penanggulangan saat kejadian :


• Pengelolaan jaringan komunikasi yang efektif
• Blok daerah bencana
• Mengupayakan jaringan tranportasi yang terbuka tapi terorganisir
• Pelaksanaan triage
• Triage komunitas pada disaster
Kategori :
• Yang memerlukan tindakan segera (akan memburuk jika tidak segera ditanggulangi)
• Serius yang memerlukan tranportasi segera setelah diatasi pertolongan pertama
• Masalah minimal yang dapat ditanggulangi masyarakat
• Kategori yang dapat ditangguhkan:
Disaster
Mekanisme
Alami
Buatan Manusia
Jumlah Cidera yang disebabkan

Perencanaan yang efektif :


• Asumsi yang valid tentang bentuk cidera, ancaman, perilaku manusia dan kebutuhan
• Pengalaman dari bencana sebelumnya
• Prisip evidance base dari respon bencana
• Sistem kolaborasi yang terintegrasi dalam mencapai tujuan umum
• Keterllibatan dalam perencanaan bagi orang yang terlibat dalam penanggunalangan
• Pengetahuan dan persetujuan dari partisipan
• Pelatihan dan pendidikan Latihan di Rumah Sakit dan Komunitas

Triage komunitas memerlukan:


• Pos komando
• Persiapan RS
• RS Lapangan

KEPERAWATAN JIWA
Di bawah ini merupakan pengertian keperawatan jiwa, yaitu :
a. Menurut American Nurses Associations (ANA)
Keperawatan jiwa adalah area khusus dalam praktek keperawatan yang menggunakan ilmu
tingkah laku manusia sebagai dasar dan menggunakan diri sendiri secara teraupetik dalam
meningkatkan, mempertahankan, memulihkan kesehatan mental klien dan kesehatan mental
masyarakat dimana klien berada (American Nurses Associations).
b. Menurut WHO
Kes. Jiwa bukan hanya suatu keadaan tdk ganguan jiwa, melainkan mengandung berbagai
karakteristik yg adalah perawatan langsung, komunikasi dan management, bersifat positif yg
menggambarkan keselarasan dan keseimbangan kejiwaan yg mencerminkan kedewasaan
kepribadian yg bersangkutan.
c. Menurut UU KES. JIWA NO 03 THN 1966
Kondisi yg memungkinkan perkembangan fisik, intelektual emosional secara optimal dari
seseorang dan perkebangan ini selaras dgn orang lain.

Keperawatan jiwa adalah pelayanan keperawatan profesional didasarkan pada ilmu perilaku,
ilmu keperawatan jiwa pada manusia sepanjang siklus kehidupan dengan respons psiko-sosial
yang maladaptif yang disebabkan oleh gangguan bio-psiko-sosial, dengan menggunakan diri
sendiri dan terapikeperawatan jiwa ( komunikasi terapeutik dan terapi modalitas keperawatan
kesehatan jiwa ) melalui pendekatan proses keperawatan untuk meningkatkan, mencegah,
mempertahankan dan memulihkan masalah kesehatan jiwa klien (individu, keluarga, kelompok
komunitas ).
Keperawatan jiwa adalah proses interpersonal yang berusaha untuk meningkatkan dan
mempertahankan perilaku sehingga klien dapat berfungsi utuh sebagai manusia.
Keperawatan Jiwa merupakan suatu bidang spesialisasi praktik keperawatan yang menerapkan
teori perilaku manusia sebagai ilmunya dan penggunaan diri sendiri secara terapeutik sebagai
kiatnya. Praktik keperawatan jiwa terjadi dalam konteks sosial dan lingkungan. Perawat jiwa
menggunakan pengetahuan dari ilmu-ilmu psikososial, biofisik, teori-teori kepribadian dan
perilaku manusia untuk menurunkan suatu kerangka kerja teoritik yang menjadi landasan praktik
keperawatan.
Kesehatan jiwa merupakan kondisi yang memfasilitasi secara optimal dan selaras dengan orang
lain, sehingga tercapai kemampuan menyesuaikan diri dengan diri sendiri, orang lain,
masyarakat dan lingkungan, keharmonisan fungsi jiwa, yaitu sanggup menghadapi problem yang
biasa terjadi dan merasa bahagia. Sehat secara utuh mencakup aspek fisik, mental, sosial, dan
pribadi yang dapat dijelaskan sebagi berikut.Kesehatan fisik, yaitu proses fungsi fisik dan fungsi
fisiologis, kepadanan, dan efisiensinya.
Indikator sehat fisik yang paling minimal adalah tidak ada disfungsi, dengan indikator lain (mis.
tekanan darah, kadar kolesterol, denyut nadi dan jantung, dan kadar karbon monoksida) biasa
digunakan untuk menilai berbagai derajat kesehatan.
Kesehatan mental/psikologis/jiwa, yaitu secara primer tentang perasaan sejahtera secara
subjektif, suatu penilaian diri tentang perasaan seseorang, mencakup area seperti konsep diri
tentang kemampuan seseorang, kebugaran dan energi, perasaan sejahtera, dan kemampuan
pengendalian diri internal, indikator mengenai keadaan sehat mental/psikologis/jiwa yang
minimal adalah tidak merasa tertekan/ depresi.
Prinsip keperawatan jiwa terdiri dari empat komponen yaitu manusia, lingkungan, kesehatan dan
keperawatan.
a. Manusia
Fungsi seseorang sebagai makhluk holistik yaitu bertindak, berinteraksi dan bereaksi dengan
lingkungan secara keseluruhan. Setiap individu mempunyai kebutuhan dasar yang sama dan
penting. Setiap individu mempunyai harga diri dan martabat. Tujuan individu adalah untuk
tumbuh, sehat, mandiri dan tercapai aktualisasi diri. Setiap individu mempunyai kemampuan
untuk berubah dan keinginan untuk mengejar tujuan personal. Setiap individu mempunyai
kapasitas koping yang bervariasi. Setiap individu mempunyai hak untuk berpartisipasi dalam
pengambilan keputuasan. Semua perilaku individu bermakna dimana perilaku tersebut meliputi
persepsi, pikiran, perasaan dan tindakan.

b. Lingkungan
Manusia sebagai makhluk holistik dipengaruhi oleh lingkungan dari dalam dirinya dan
lingkungan luar, baik keluarga, kelompok, komunitas. Dalam berhubungan dengan lingkungan,
manusia harus mengembangkan strategi koping yang efektif agar dapat beradaptasi. Hubungan
interpersonal yang dikembangkan dapat menghasilkan perubahan diri individu.
c. Kesehatan
Kesehatan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang menunjukkan salah satu segi
kualitas hidup manusia, oleh karena itu, setiap individu mempunyai hak untuk memperoleh
kesehatan yang sama melalui perawatan yang adekuat.
d. Keperawatan
Dalam keperawatan jiwa, perawat memandang manusia secara holistik dan menggunakan diri
sendiri secara terapeutik. Metodologi dalam keperawatan jiwa adalah menggunakan diri sendiri
secara terapeutik dan interaksinya interpersonal dengan menyadari diri sendiri, lingkungan, dan
interaksinya dengan lingkungan. Kesadaran ini merupakan dasar untuk perubahan. Klien
bertambah sadar akan diri dan situasinya, sehingga lebih akurat mengidentifikasi kebutuhan dan
masalah serta memilih cara yang sehat untuk mengatasinya. Perawat memberi stimulus yang
konstruktif sehingga akhirnya klien belajar cara penanganan masalah yang merupakan modal
dasar dalam menghadapi berbagai masalah.
Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa Pemberian asuhan keperawatan merupakan proses
terapeutik yang melibatkan hubungan kerja sama antara perawat dengan klien, dan masyarakat
untuk mencapai tingkat kesehatan yang optimal ( Carpenito, 1989 dikutip oleh Keliat,1991).
Perawat memerlukan metode ilmiah dalam melakukan proses terapeutik tersebut, yaitu proses
keperawatan. Penggunaan proses keperawatan membantu perawat dalam melakukan praktik
keperawatan, menyelesaikan masalah keperawatan klien, atau memenuhi kebutuhan klien secara
ilmiah, logis, sistematis, dan terorganisasi. Pada dasarnya, proses keperawatan merupakan salah
satu teknik penyelesaian masalah (Problem solving).
Proses keperawatan bertujuan untuk memberikan asuhan keperawatan sesuai dengan kebutuhan
dan masalah klien sehingga mutu pelayanan keperawatan menjadi optimal. Kebutuhan dan
masalah klien dapat diidentifikasi, diprioritaskan untuk dipenuhi, serta diselesaikan. Dengan
menggunakan proses keperawatan, perawat dapat terhindar dari tindakan keperawatan yang
bersifat rutin, intuisis, dan tidak unik bagi individu klien. Proses keperawatan mempunyai ciri
dinamis, siklik, saling bergantung, luwes, dan terbuka.
Setiap tahap dapat diperbaharui jika keadaan klien klien berubah.
Tahap demi tahap merupakan siklus dan saling bergantung. Diagnosis keperawatan tidak
mungkin dapat dirumuskan jika data pengkajian belum ada. Proses keperawatan merupakan
sarana / wahana kerja sama perawat dan klien. Umumnya, pada tahap awal peran perawat lebih
besar dari peran klien, namun pada proses sampai akhir diharapkan sebaliknya peran klien lebih
besar daripada perawat sehingga kemandirian klien dapat tercapai. Kemandirian klien merawat
diri dapat pula digunakan sebagai kriteria kebutuhan terpenuhi dan / atau masalah teratasi.

Ruang lingkup keperawatan medikal bedah


LINGKUP PRAKTEK KEPERAWATAN MEDIKAL-BEDAH

Lingkup praktek keperawatan medikal-bedah merupakan bentuk asuhan keperawatan pada klien
DEWASA yang mengalami gangguan fisiologis baik yang sudah nyata atau terprediksi mengalami gangguan baik
karena adanya penyakit, trauma atau kecacatan. Asuhan keperawatan meliputi perlakuan terhadap individu untuk
memperoleh kenyamanan; membantu individu dalam meningkatkan dan mempertahankan kondisi sehatnya;
melakukan prevensi, deteksi dan mengatasi kondisi berkaitan dengan penyakit ; mengupayakan pemulihan sampai
kliendapat mencapai kapasitas produktif tertingginya; serta membantu klien menghadapi kematian secara
bermartabat.

Praktek keperawatan medikal bedah menggunakan langkah-langkah ilmiah pengkajian, perencanaan,


implementasi dan evaluasi; dengan memperhitungkan keterkaitan komponen-komponen bio-psiko-sosial klien
dalam merespon gangguan fisiologis sebagai akibat penyakit, trauma atau kecacatan.

LINGKUP KLIEN

Klien yang ditangani dalam praktek keperawatan medikal bedah adalah orang dewasa, dengan
pendekatan “one-to-one basis”. Kategori “dewasa” berimplikasi pada penegmbangan yang dijalani sesuai
tahapannya. Tugas-tugas perkembangan ini dapat berdampak pada perubahan peran dan respon psikososial
selama klien mengalami masalah kesehatan, dan hal ini perlu menjadi pertimbangan perawat dalam melakukan
kajian dan intervensi keperawatan. Pendekatan keperawatan harus memperhitungkan “level kedewasaan” klien
yang ditangan, dengan demikian pe;ibatan dan pemberdayaan klien dalam proses asuhan merupakan hal penting,
sesuai dengan kondisinya; ini berkenaan dengan “Self-caring capacities”

LINGKUP GARAPAN KEPERAWATAN


Untuk membahas lingkup garapan keperawatan medikal-bedah, kita perlu mengacu pada “focus telaahan –
lingkup garapan dan basis intervensi keperawatan seperti telah dibahas pada bagian awal tulisan ini.

Fokus telaahan keperawatan adalah respon manusia dalam mengahdapi masalah kesehatan baik actual maupun
potensial. Dalam lingkup keperawatan medikal bedah, masalah kesehatan ini meliputi gangguan fisiologis nyata
atau potensial sebagai akibat adanya penyakit, terjadinya trauma maupun kecacatan berikut respon klien yang
unik dari aspek-aspek bio-psiko-sosio-spiritual. Mengingat basis telaahan respon klien bersumber dari gangguan
fisiologis, maka pemahaman akan patofisiologis atau mekanisme terjadinya gangguan dan (potensi) manifestasi
klinis dari gangguan tersebut sangat mendasari lingkup garapan dan intervensi keperawatan.

Penyakit, trauma atau kecacatan sebagai masalah kesehatan yang dihadapi klien dapat bersumber atau
terjadi pada seluruh system tubuh meliputi system-sistem persyrafan; endokrin; pernafasan; kardiovaskuler;
pencernaan; perkemihan; muskuloskeletal; integumen; kekebalan tubuh; pendengaran ; penglihatan serta
permasalahan-permasalahan yang dapat secara umum menyertai seluruh gangguan system yaitu issue-isue yang
berkaitan dengan keganasan dan kondisi terminal.

Lingkup Garapan

Lingkup garapan keperawata adalah kebutuhan dasar manusia, penyimpangan dan intervensinya. Berangkat
dari focus telaahan keperawatan medikal bedah diatas, lingkup garapan keperawatan medikal bedah adalah segala
hambatan pemenuhan kebutuhan dasar yang terjadi karena perubahan fisiologis pada satu atau berbagai sistem
tubuh; serta modalitas dan berbagai upaya untuk mengatasinya.

Guna menentukan berbagai hambatan pemenuhan kebutuhan dasar mansuai dan modalitas yang tepat
waktu untuk mengatasinya dibutuhkan keterampilan berfikir logis dan kritis dalam mengkaji secara tepat
kebutuhan dasar apa yang tidak terpenuhi, pada level serta kemungkinan penyebab apa (diagnosis keperawatan).
Hal ini akan menentukan pada perlakuan (treatment) keperawatan, dan modalitas yang sesuai. Disibi dibutuhkan
keterampilan teknis dan telaah legal etis.

Basis Intervensi

Dari focus telaahan dan lingkup garapan keperawatan medikal bedah yang sudah diuraikan sebelumya, basis
intervensi keperawatan medikal bedah adalah ketidakmampuan klien (dewasa) untuk memenuhi kebutuhan
dasarnya sendiri. (Self care deficit). Ketidakamampuan ini dapat terjadi karena ketidakseimbangan antara
tuntutan kebutuhan (Self – care demand) dan kapasitas klien untuk memenuhinya (Self-care ability) sebagai akibat
perubahan fisiologis pada satu atau berbagai system tubuh. Kondisi ini unik pada setiap individu karena kebuthan
akan self-care (Self care requirement) dapat berbeda-beda, sehingga dibutuhkan integrasi keterampilan-
keterampilan berfikir logis-kritis, teknis dan telaah legal-etis untuk menentukan bentuk intervensi keperawatan
mana yang sesuai, apakah bantuan total, parsial atau suportif-edukatif yang dibutuhkan klien.
KONSEKUENSI PROFESIONAL

Menutup sementara tulisan ini ada berbagai konsekuensi logis yang masih harus dipikirkan sebagai acuan
bagi praktisi kpeerawatan pada area keperawatan medikal bedah. Melihat kompleksitas focus telaahan, lingkup
garapan dan basis intervensi area keperawatan medikal bedah dan konsekuensi profesionalnya perlu dirumuskan :

 Standar performance untuk acuan kualitas asuhan

 Kategori kwalifikasi perawat untuk menentukan kelayakannya sebagai praktisi

Sertifikasi dan lisensi keahlian yang senantiasa diperbaharui untuk memberi jaminan kemanan bagi
pengguna jasa keperawatan.

kapukonline.com | Up-date Askep / Asuhan keperawatan ISU Dan TREND Dalam


KEPERAWATAN MEDIKAL-BEDAH - DOENGES V.2. Posting ini kelanjutan dan tak
terpisahkan dari posting sebelumnya ISU Dan TREND Dalam KEPERAWATAN
MEDIKAL-BEDAH V.1

Pengurangan Lamanya Dirawat

Ketentuan dari perawatan yang dibuat dengan keinginan sendiri harus direncanakan dan
diberikan dengan kontinuitas sejalan dengan penurunan masa perawatan. Banyak pasien yang
meninggalkan rumah sakit lebih dini masih membutuhkan perawatan kesehatan.

Rumah sakit menanggapi kebutuhan ini dengan membuat ruangan/tempat tidurperawatan


transisi, membuat agensi perawatan kesehatan sendiri, atau menyewa koordinator yang
berlandaskan rumah sakit untuk kerja dengan agensi pelayanan kesehatan swasta.

Perawat memikul tanggung jawab yang besar untuk memastikan bahwa pasien yang pulang pada
waktu sesuai dengan penggolongan kelompok diagnosis yang berhubungan. Perencanaan pulang
yang agresif harus dimulai pada penerimaan di unit medikal/bedah dan menggabungkan
pengetahuan tentang sumber-sumber rumah sakitdan komunitas yang tersedia untuk pasien.

Untuk mempermudah pemulangan dini tetapi aman dan untuk menjamin kontinuitas perawatan,
banyak batasan-batasan unit tradisional dilanggar. Manager keperawatan-kasus mengikuti pasien
dari penerimaan sampai unit perawatan umum hingga pemulangan kembali ke komuniti dalam
suatu upaya untuk mencapai hasil yang optimal. Rencana perawatan terkoordinasi yang efektif
dapat membantu menjamin kontinuitas perawatan antara sistem pelayanan kesehatan dan rumah
atau agensi yang menerima pemindahan.
TABEL 1-1. Standar-Standar Praktik Keperawatan Klinik

Standar-Standar Asuhan

1. Pengkajian: Perawat mengumpulkan data kesehatan pasien


2. Diagnosis: Perawat menganalisis data pengkajian dalam memnentukan diagnosa
3. Identifikasi Hasil: Perawat mengidentifikasi hasil yang diharapkan secara individual bagi klien
4. Perencanaan: Perawat mengembangkan rencana asuhan yang menggambarkan intervensi untuk
mencapai hasil yang diharapkan

Standar Performa Profesinal

1. Kualitas Asuhan: Perawat secara sistematis mengevaluasi kualitas dan efektivitas praktik
keperawatan
2. Penilaian Performa: Perawat mengevaluasi prktik keperawatannya sendiri dalam hubungannya
dengan standar-standar praktik profesinal dan undang-umdang serta peraturan yang relevan
3. Pendidikan: Perawat mendapatkan dan mempertahankan pengetahuan terbaru dalam parkatik
keperawatan
4. Kolegialitas: Perawat memberikan sumbangsih pada perkembangan profesional teman sejawat ,
kolega dan lain-lain
5. Etik: Keputusan-keputusan dan tindakan-tindakan perawat atas nama klien ditentukan dalam
cara-cara yang sesuai etika
6. Kolaborasi: Perawat berkolaborasi dengan klien, orang terdekat, dan pemberi pelayanan
kesehatan lain dalam memberikan perawatan klien.
7. Riset: Perawat menggunakan temuan-temuan riset dalam praktik
8. Penggunaan sumber: Perawat mempertimbangkan faktor-faktor yang berhubungan dengan
keamanan, efektifitas, dan biaya dalam perencanaan dan pemberian asuhan pada klien

Meningkatnya Ketergantungan terhadap Teknologi Tinggi

Dalam lingkungan “bermusuhan” dari masyarakat yang tunduk pada hukum, praktik kedokteran
defensif telah mengakibatkan peningkatan ketergantungan pada teknologi diagnostik dan
intervensi pengobatan yang canggih.

Beberapa tahun yang lalu sebelum “tekti” menjadi suatu kecenderungan, perawat-perawat
menunjukkan perhatian bahwa pasien dalam bahaya kematian diantara selang-selang, alat
pemantau, dan mesin-mesin karena teknologi yang kompleks menjadi bagian yang meningkat
dengan pesat dalam perawatan kesehatan.

Hal ini mengarahkan perawat-perawat untuk menjadi penasehat hukum bagi individualitas
pasien, konsep holistik tentang interaksi “pikiran-jiwa-tubuh”, dan meningkatkan kewaspadaan
terhadap dilema isu-isu etik seperti kualitas hidup/hak untuk mati. Menyertakan konsep-konsep
ini dan pertimbangan dari latar belakang budaya/sosioekonomi individual dapat memudahkan
pencapaian keseimbangan antara kemajuan teknologi dan kebutuhan-kebutuhan manusia
Kebutuhan akan Pengetahuan Keperawatan Tahap Lanjut

Intervensi keperawatan intensif dibutuhkan untuk menagatasi peningkatan akuitas pasien dalam
menghadapi lamanya dirawat yang lebih singkat didalam lingkungan medikal/bedah. Perawat
membutuhkan keahlian-keahlian klinik yang lebih baik, kematangan, kemampuan berpikir kritis,
keasertifan, dan ketrampilan-ketrampilan penatalaksanaan pasien untuk mengatasi peningkatan
tanggung jawab ini.

Program-program sertifikasi keperawatan spesialis memberikan tujuan-tujuan yang umum: untuk


memberikan perlindungankonsumen, untuk memajukan pengetahuan dan kompetensi
keperawatan, untuk meningkatkan otonomi keperawatan, dan untuk memperkuat kolaborasi.

Sertifikasi memberikan pengakuan pada hasil yang telah dicapai perawat tentang standar-standar
yang sebelumnya telah ditetapkan oleh kelompok yang mengeluarkan sertifikasi, dan oleh
karenanya sertifikasi ini menjadi sesuatu yang penting dalam era yang semakin memperhatikan
biaya karena para manajer mencari para profesionalyang kompeten untuk di pekerjakan.

Selain itu, kepercayaan semacam ini bisa menjadi kerangka kerja untuk reimbursement oleh
pembayar ketiga.

Kebutuhan akan Kolaborasi dan Komunikasi

Sejalan dengan pemberian pelayanan kesehatan yang makin kompleks dan makin terpusat secara
ekonomis, kebutuhan akan komunikasi dan kolaborasi antar profesi-profesi kesehatan makin
tinggi. Hanya melalui kolaborasi anatar departemen, pelayanan-pelayanan, serta fasilitas-fasilita
memungkinkan profesional-profesional medikal memberikan perawatan yang paling efisien dan
komprehensif.

Perawat sebagai koordinator primer keseluruhan perawatan pasien, berkewajiban untuk


menjamin bahwa hal ini berlangsung. Komunikasi dan kolaborasi intradepartemen dapat
dilakukan dalam bentuk konferensi perawatan pasien. Informasi yang didapatkan dari konferensi
ini dimasukkan ke dalam rencana perawatan yang menyeluruh oleh perawat, yang bekerja
sebagai penghubung antara pemberi perawatan kesehatan.

Jadi, rencana perawatan dan pencatatan komunikasi yang terjadi terus menerus berfungsi sebagai
parantara antara perawat dan disiplin lain. Pasien dan keluarga, karena mempunyai tanggung
jawab untuk mereka sendiri (kontrol lokus-internal), juga turut serta dalam banyak keputusan
berkenaan dengan tingkat dan besarnya asuhan kesehatan yang mereka inginkan.

Hal-hal yang berkenaan dengan moral dan etik mereka, seperti keputusan-keputusan no
code/keinginan hidup, dengan tanggal, waktu, dan nama-nama dari mereka, yang turut serta
harus dimasukkan dalam rencana perawatan. Hal ini memberikan pencatatan legal dan etik dari
proses pembuatan keputusan/komunikasi.
Inovasi dalam Rencana Asuhan melalui Komputerisasi

Banyak perawat meyakini bahwa waktu mereka yang terbatas lebih baik dihabiskan untuk
pemberian perawatan pasien di tempat tidur daripada mengisi kertas kerja. Penggunaan rencana
perawatan tertulis hanya menunjukkan devisi tugas fungsional dan kewajiban menghidupkan
terus menerus gagasan bahwa rencana-rencana perawatan adalah kerja sibuk, tidak berhubungan
dengan pemberian asuhan.

Pembuatan kembali rencana asuhan untuk menggunakan model-model keperawatan


meningkatkan penggunaan dan memberikan pencatatan singkat, memperlihatkan hubungan
antara perencanaan dan pencatatan. Institusi yang menggunakan laporan dengan komputer
meningkatkan jumlah perencanaan perawatan yang diberikan dan dipertahankan daripada yang
terjadi sebelum komputerisasi.

Kenyataanya, sistem komputer telah memberikan dampak yang menyenangkan pada proses,
karena perawata-perawat dapat dengan cepat memasukkan, menayangkan, memperbaiki,
mengevaluasi, dan mencetak rencana perawatan, sehingga meningkatkan kualitas penyimpanan
catatan.

Kebanyakan sistem komputer menggunakan rencana asuhan perawatan pasien yang baku, yang
mencerminkan standar-standar perawatan yang diterima untuk masalah-masalah
medik/keperawatan tertentu. Banyak penggunaan diagnosa keperawatan yang diterima untuk
pengujian oleh NANDA.

Karena rencana yang dibuat dengan komputer mencerminkan banyak jenis pengetahuan dan
pengalaman keperawatan, hal ini memungkinkan praktisi yang baru sekali pun untuk membuat
strategi perawatan yang efektif. Rencana perawatan yang baku juga berfungsi sebagai “penyegar
ingatan” bagi perawat yang merawat pasien yang tidak selalu mereka temui dalam area praktik
klinik, sehingga memeberikan informasi untuk meningkatkan praktik yang efektif.

Selain itu rencana perawatan yang baku ini memberikan pada semua perawat suatu cara yang
efisien untuk mengembangkan rencana asuhan yang komprehensif, diperbaiki secara kontinue,
mengindividualisasi, dan dapat dipertanggung jawabkan untuk masing-masing pasien.

Kesimpulan

Perubahan yang cepat dalam lingkungan perawatan kesehatan, sejalan dengan kemajuan
kontinue teknologi, peningkatan keparahan penyakit, tekanan-tekanan anggaran, dan perluasan
pengetahuan keperawatan, telah sangat meningkatkan tanggung jawab yang harus diemban oleh
perawat sekarang ini.

Untuk memenuhi tanggung jawab ini, perencanaan dan pencatatan perawatan adalah penting
untuk memuaskan kebutuhan pasien dan memenuhi kewajiban legal. Pencatatan dampak
keperawatan pada perawatan pasien juga memberikan informasi akan kebutuhan perawatan yang
berkelanjutan, hal-hal yang berkenaan dengan hukum, dan pembayaran.
Apakah yang mendasari keperawatan dan perencanaan asuhan? Tentu saja adalah tantangan
nyata dan yang sangat menyenangkan!

Bibliografi

Buku

Marilynn E. Doenges, Mary Frances Moorhouse, Alice C. Geissler: Rencana Asuhan


Keperawatan: Pedoman untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, Ed
ke-3, Alih bahasa: I Made Kariasa, S.Kep; Ni Made Sumarwati, S.Kep, Editor: Monica Ester,
S.Kep; Yasmin Asih, S.Kep, 2000, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta

Trend dan Isu Keperawatan Medikal Bedah di Indonesia


BAB I
Pendahuluan

1.1 Latar Belakang


Keperawatan sebagai profesi dituntut untuk mengembangkan keilmuannya sebagai wujud
kepeduliannya dalam meningkatkan kesejahteraan umat manusia baik dalam tingkatan preklinik
maupun klinik. Untuk dapat mengembangkan keilmuannya maka keperawatan dituntut untuk peka
terhadap perubahan-perubahan yang terjadi di lingkungannya setiap saat.
Keperawatan medikal bedah sebagai cabang ilmu keperawatan juga tidak terlepas dari adanya berbagai
perubahan tersebut, seperti teknologi alat kesehatan, variasi jenis penyakit dan teknik intervensi
keperawatan. Adanya berbagai perubahan yang terjadi akan menimbulkan berbagai trend dan isu yang
menuntut peningkatan pelayanan asuhan keperawatan.
Berdasarkan fenomena diatas, penulis tertarik untuk membahas Trend dan Isu Keperawatan Medikal
Bedah serta Implikasinya terhadap Perawat di Indonesia.

1.2 Tujuan
Mengidentifikasi trend dalam keperawatan medikal bedah di Indonesia
Mengidentifikasi isu dalam keperawatan medikal bedah di Indonesia
Mengetahui implikasi trend dan isu keperawatan medikal bedah terhadap perawat di Indonesia

1.3 Manfaat
Meningkatkan pemahaman perawat terhadap perkembangan trend dan isu keperawatan medikal bedah
di Indonesia
Sebagai dasar dalam mengembangkan ilmu keperawatan medikal bedah
Mengetahui keterkaitan keperawatan medikal bedah dengan trend dan isu yang berkembang dalam
bidang kesehatan
Sebagai landasan dalam melakukan penelitian baik klinik dan preklinik

BAB II
Tinjauan Pustaka
Pelayanan kesehatan berkembang sangat pesat dengan sistem yang komplek, khususnya pada
keperawatan medikal bedah, salah satu faktor yang berpengaruh yaitu perubahan kehidupan sosial
masyarakat.
Trend dan isu dalam keperawatan medikal bedah merupakan salah satu komponen yang membentuk
filosofi keperawatan dan penyedia layanan keperawatan pada abad 21. Burke and Lemone (1996)
menjelaskan beberapa trend dan issue yang berkembang saat ini yaitu:
Perubahan populasi yang membutuhkan perawatan
Menurut data statistik menunjukkan 50 % pasien yang dirawat di ruang akut adalah usia >75 tahun dan
45 % yang dirawat di ruang critical care adalah usia 65 tahun.
Penduduk lansia
Jumlah penduduk lansia meningkat secara tajam sejak tahun 1900. Penduduk lansia saat ini berjumlah
12 % dari penduduk dunia. Lansia menderita penyakit kronik dan membutuhkan perawatan jangka lama,
perawatan di rumah dan layanan komunitas. Kantor Kementerian Koordinator Kesejahteraan Rakyat
(KESRA) melaporkan, jika tahun 1980 usia harapan hidup (UHH) 52,2 tahun dan jumlah lansia 7.998.543
orang (5,45%) maka pada tahun 2006 jumlah lansia menjadi 19 juta orang (8,90%) dan UHH juga
meningkat (66,2 tahun). Pada tahun 2010 perkiraan penduduk lansia di Indonesia akan mencapai 23,9
juta atau 9,77 % dan UHH sekitar 67,4 tahun. Sepuluh tahun kemudian atau pada tahun 2020 perkiraan
penduduk lansia di Indonesia mencapai 28,8 juta atau 11,34 % dengan UHH sekitar 71,1 tahun.
Pasien dengan HIV
Jumlah pasien dengan HIV meningkat secara tajam, lebih dari 40 juta jiwa (www.voanews.com), di
Indonesia kasus AIDS sejak 1987 sampai dengan 2004 mencapai jumlah 2683 orang dan pada tahun
2005 jumlah penderita AIDS tercatat sekitar 2638 orang. Hal ini menggambarkan bahwa telah terjadi
ledakan epidemi pada tahun 2005.
Penduduk miskin
Pada Maret 2007, jumlah penduduk miskin (penduduk yang berada di bawah garis kemiskinan) di
Indonesia sebesar 37,17 juta atau 16,58 persen dari total penduduk Indonesia saat ini sebesar 224,177
juta (www.menkokesra.go.id, 2007). Hal ini dapat dikaitkan dengan ketidakmampuan penduduk miskin
dalam membayar fasilitas layanan kesehatan sehingga pemerintah ikut bertanggung jawab dalam
menyediakan layanan kesehatan bagi penduduk miskin.
Tunawisma
Berdasarkan data dari askes Indonesia menyebutkan bahwa sedikitnya 2,6 juta gelandangan, anak
jalanan, dan orang sakit jiwa akan dimasukkan ke skema kepesertaan program jaminan kesehatan
masyarakat (jamkesmas) tahun 2008 (www.mediaindonesia.com). Hal ini merupakan tantangan bagi
perawat medical bedah dalam menyediakan layanan asuhan keperawatan yang meliputi layanan
kep[erawatan emergencyi, layanan kesehatan masyarakat, rawat jalan dan rawat inap (Burke and
Lemone, 1996)
Pemakaian Teknologi Komputer dalam Keperawatan
Saat ini di Indonesia sedang dikembangkan telenursing, dimana asuhan keperawatan dilakukan jarak
jauh (www.ppni.go.id). Pengembangan komputer dalam kesehatan meliputi sistem administrasi
keperawatan, sistem diagnosa cepat, sistem jadwal dinas, pendidikan berkelanjutan, rekam medik,
asuhan keperawatan (Burke and Lemone, 1996)
Sistem Layanan Kesehatan
Trend dan isu dalam sistem layanan kesehatan meliputi sistem upah, sistem rawat jalan, perawatan
intensif dan rehabilitasi, pendidikan keperawatan berkelanjutan untuk tingkat spesialisasi, penentuan
kebijakan dalam hal kualitas mutu rumah sakit dan berbasis komunitas
Peran perawat dalam sistem kebijakan kesehatan
Trend dan isu dalam kebijakan kesehatan meliputi restrukturisasi sistem pelayanan keperawatan,
meminimalkan biaya kesehatan, managemen kasus, long term care

BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Trend Keperawatan Medikal Bedah dan Implikasinya di Indonesia


Perkembangan trend keperawatan medikal bedah di Indonesia terjadi dalam berbagai bidang yang
meliputi:

a. Telenursing (Pelayanan Asuhan Keperawatan Jarak Jauh)


Menurut Martono, telenursing (pelayanan asuhan keperawatan jarak jauh) adalah upaya penggunaan
tehnologi informasi dalam memberikan pelayanan keperawatan dalam bagian pelayanan kesehatan
dimana ada jarak secara fisik yang jauh antara perawat dan pasien, atau antara beberapa perawat.
Keuntungan dari teknologi ini yaitu mengurangi biaya kesehatan, jangkauan tanpa batas akan layanan
kesehatan, mengurangi kunjungan dan masa hari rawat, meningkatkan pelayanan pasien sakit kronis,
mengembangkan model pendidikan keperawatan berbasis multimedia (Britton, Keehner, Still & Walden
1999). Tetapi sistem ini justru akan mengurangi intensitas interaksi antara perawat dan klien dalam
menjalin hubungan terapieutik sehingga konsep perawatan secara holistik akan sedikit tersentuh oleh
ners. Sistem ini baru diterapkan dibeberapa rumah sakit di Indonesia, seperti di Rumah Sakit
Internasional. Hal ini disebabkan karena kurang meratanya penguasaan teknik informasi oleh tenaga
keperawatan serta sarana prasarana yang masih belum memadai.

b. Prinsip Moisture Balance dalam Perawatan Luka


Trend perawatan luka yang digunakan saat ini adalah menjaga kelembaban area luka. Luka yang lembab
akan dapat mengaktivasi berbagai growt factor yang berperan dalam proses penutupan luka, antara lain
TGF beta 1-3, PDGF, TNF, FGF dan lain sebagainya. Yang perlu diperhatikan adalah durasi waktu dalam
memberikan kelembapan pada luka sehingga resiko terjadinya infeksi dapat diminimalkan. Selain itu
prinsip ini juga tidak menghambat aliran oksigen, nitrogen dan unsur-unsur penting lainnya serta
merupakan wadah terbaik untuk sel-sel tubuh tetap hidup dan melakukan replikasi secara optimal,
sehingga dianggap prinsip ini sangat efektif untuk penyembuhan luka. Hal ini akan berdampak pada
layanan keperawatan, meningkatkan kepuasan pasien serta memperpendek lama hari perawatan.
Namun demikian, prinsip ini belum diterapkan di semua rumah sakit di seluruh Indonesia.

c. Pencegahan HIV-AIDS pada Remaja dengan Peer Group


Remaja merupakan masa dimana fungsi reproduksinya mulai berkembang, hal ini akan berdampak pada
perilaku seksualnya. Salah satu perilaku seksual yang rentan akan memberikan dampak terjadinya HIV-
AIDS yaitu seks bebas. Saat ini sedang dikembangkan model ”peer group” sebagai salah satu cara dalam
meningkatkan pemahaman dan pengetahuan remaja akan kesehatan reproduksinya dengan harapan
suatu kelompok remaja akan dapat mempengaruhi kelompok remaja yang lain. Metode ini telah
diterapkan pada lembaga pendidikan, baik oleh Depkes maupun lembaga swadaya masyarakat. Adapun
angka kejadian AIDS pada kelompok remaja hingga Juni 2008 adalah sebesar 429 orang dan 128 orang
remaja mengidap AIDS/IDU. Hal ini akan sangat mengancam masa depan bangsa dan negara ini.
Diharapkan dengan metode Peer Group dapat menurunkan angka kejadian, karena diyakini bahwa
kelompok remaja ini lebih mudah saling mempengaruhi.

d. Program sertifikasi perawat keahlian khusus


Bermacam-macam program sertifikasi saat ini mulai berkembang dalam tatanan layanan keperawatan,
khususnya pada bidang keperawatan medikal bedah misalnya sertifikasi perawat luka oleh INETNA,
sertifikasi perawat anastesi, perawat emergency, perawat hemodialisa, perawat ICU, perawat ICCU,
perawat instrument OK. Yang menjadi pertanyaan adalah apakah standarisasi setiap sertifikasi sudah
sesuai dengan kompetensi perawat profesional karena menurut analisa kami program tersebut berjalan
sendiri-sendiri tanpa arahan yang jelas dari organisasi profesi dan terkesan hanya proyek dari lembaga-
lembaga tertentu saja.

e. Hospice Home Care


Hospice home care adalah perawatan pasien terminal yang dilakukan di rumah setelah dilakukan
perawatan di rumah sakit, dimana pengobatan sudah tidak perlu dilakukan lagi. Bidang garapnya
meliputi aspek bio-psiko-sosio-spiritual yang bertujuan dalam memberikan dukungan fisik dan psikis,
dukungan moral bagi pasien dan keluarganya, dan juga memberikan pelatihan perawatan praktis. Di
Indonesia, metode perawatan ini di bawah pengelolaan Yayasan Kanker Indonesia. Sedangkan di
beberapa rumah sakit yang lain program ini sudah dikembangkan, namun belum dilakukan secara legal.

f. One Day Care


Merupakan sistem pelayanan kesehatan dimana pasien tidak memerlukan perawatan lebih dari satu
hari. Setelah menjalani operasi pembedahan dan perawatan, pasien boleh pulang. Biasanya dilakukan
pada kasus minimal. Berdasarkan hasil analisis beberapa rumah sakit, di Indonesia didapatkan bahwa
metode one day care ini dapat mengurangi lama hari perawatan sehingga tidak menimbulkan
penumpukkan pasien pada rumah sakit tersebut dan dapat mengurangi beban kerja perawat. Hal ini
juga dapat berdampak pada pasien dimana biaya perawatan dapat ditekan seminimal mungkin.

g. Klinik HIV
Saat ini mulai berkembang klinik HIV di beberapa Rumah Sakit pemerintah maupun swasta. Hal ini
dilakukan dalam usaha mendeteksi dini akan HIV dan mencegah penyebaran HIV di masyarakat. Target
penderita adalah kelompok masyarakat dengan resiko tinggi, misalnya pekerja sex, penderita HIV-AIDS,
remaja, kelompok IDU (injection drug use). Klinik ini masih terbatas dikembangkan dibeberapa rumah
sakit saja. Hal ini disebabkan karena kurangnya persiapan tenaga yang kompeten dalam bidang tersebut
serta sarana dan prasarana yang masih minimal. Selain itu masyarakat masih belum siap untuk
memanfaatkan klinik ini, karena ada stigma dimasyarakat masih menganggap bahwa penyakit ini adalah
penyakit kutukan dan harus dikucilkan. Namun demikian, dalam praktik nyata, telah ada wadah khusus
dari Depkes RI untuk menjaring pengidap HIV/AIDS oleh VCT (Voluntary Counselling and Testing). Usaha
ini telah berhasil menjaring sejumlah pengidap AIDS dimana hingga bulan Juni 2008 telah terdeteksi
12.686 (Depkes, 2008). Dari sejumlah pasien ini, apabila diibaratkan dengan fenomena gunung es, maka
sebenarnya disekeliling kita sudah terdapat banyak pasien dengan HIV/AIDS.

h. Klinik Rawat Luka


Saat ini mulai bermunculan klinik rawat luka yang dikelola oleh sekelompok perawat yang minat dalam
perawatan luka. Klinik ini tidak lepas dari kolaborasi dokter-ners. Sifat layanannya dapat berupa home
visit atau pasien berkunjung ke klinik secara langsung.

i. Berdirinya organisasi profesi keperawatan kekhususan


Sejak diakuinya perawat sebagai profesi yang profesional, saat ini mulai bermunculan organisasi profesi
perawat kekhususan dalam keperawatan medikal bedah, misalnya HIPKABI (Himpunan Perawat Kamar
Bedah Indonesia), InETNA (Indonesia Enterostomal Therapy Nursing Association), IOA (Indonesia
Ostomy Association), dan sebagainya. Hal ini akan menjadi sarana bagi perawat untuk mengembangkan
dirinya menjadi lebih profesional dalam bidang garapan tertentu, namun demikian akan timbul
permasalahan karena jenis keperawatan akan menjadi lebih bervariasi dan berdampak lebih luas pada
organisasi keperawatan lebih luas karena akan terkesan terpetak-petak. Selain itu standar dari masing-
masing kekhususnan belum jelas.

j. Pengembangan Evidence Based Nursing Practice di Lingkungan Rumah Sakit dalam Lingkup
Keperawatan Medikal Bedah
Kegiatan-kegiatan penelitian diklinik akan mendukung kualitas pelayanan keperawatan dalam
mendukung sistem pelayanan kesehatan. Kegiatan tersebut meliputi membentuk komite riset,
menciptakan lingkungan kerja yang ilmiah, kebijakan kegiatan riset dan pemanfaatan hasilnya dan
pendidikan berkelanjutan. Akan tetapi pelaksanaan di Indonesia belum maksimal. Hal ini dibuktikan
dengan minimnya kegiatan ilmiah keperawatan di rumah sakit, hasil penelitian jarang didiseminasikan
dan dimanfaatkan untuk pengembangan praktik klinis keperawatan.

3.2 Isue Keperawatan Medikal Bedah dan Implikasinya di Indonesia


a. Pemakaian tap water (air keran) dan betadine yang diencerkan pada luka.
Beberapa klinisi menganjurkan pemakaian tap water untuk mencuci awal tepi luka sebelum diberikan
NaCl 0,9 %. Hal ini dilakukan agar kotoran-kotoran yang menempel pada luka dapat terbawa oleh aliran
air. Kemudian dibilas dengan larutan povidoneiodine yang telah diencerkan dan dilanjutkan irigasi
dengan NaCl 0,9%. Akan tetapi pemakaian prosedur ini masih menimbulkan beberapa kontroversi
karena kualitas tap water yang berbeda di beberapa tempat dan keefektifan dalam pengenceran
betadine.

b. Belum ada dokumentasi keperawatan yang baku sehingga setiap institusi rumah sakit mengunakan
versi atau modelnya sendiri-sendiri.

c. Prosedur rawat luka adalah kewenangan dokter


Ada beberapa pendapat bahwa perawatan luka adalah kewenangan medis, akan tetapi dalam
kenyataannya yang melakukan adalah perawat sehingga dianggap sebagai area abu-abu. Apabila
ditinjau dari bebarapa literatur, perawat mempunyai kewenangan mandiri sesuai dengan seni dan
keilmuannya dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan kerusakan integritas kulit.

c. Euthanasia: suatu issue kontemporer dalam keperawatan.


Saat ini mulai terdengar istilah euthanasia, baik aktif maupun pasif. Euthanasia aktif merupakan
tindakan yang sengaja dilakukan untuk membuat seseorang meninggal. Sedangkan euthanasia pasif
adalah tindakan mengurangi ketepatan dosis pengobatan, penghilangan pengobatan sama sekali atau
tindakan pendukung lainnya yang dapat mempercepat kematian seseorang. Batas keduanya kabur,
bahkan merupakan sesuatu yang tidak relevan. Di Nederland euthanasia sudah dalam proses untuk
dilegalisasi. Dikatakan bahwa 72% dari populasi lebih cenderung untuk menjadi relawan euthanasia
aktif. Dalam praktik nyata, masyarakat telah melegalkan euthanasia pasif terutama dalam proses aborsi.
Diyakini bahwa 30 tahun yang akan datang, euthanasia akan bergeser dari sesuatu yang ”samar-samar”
menjadi sesuatu yang legal. Dalam hal ini, perawat berada dalam posisi yang sangat baik untuk
mengkajinya secara lebih obyektif, sehingga akan menjadi kesempatan terbaik bagi perawat untuk
mengambil bagian terlibat aktif dalam mengembangkan kebijakan-kebijakan terkait, khususnya pada
kasus keperawatan medikal bedah.

d. Pengaturan sistem tenaga kesehatan


Sistem tenaga kesehatan di Indonesia saat ini belum tertata dengan baik, pemerintah belum berfokus
dalam memberikan keseimbangan hak dan kewajibaan antar profesi kesehatan. Rasio penduduk dengan
tenaga kesehatan pada tahun 2003 menunjukkan perawat 108,53, bidan 28,40 dan dokter 17,47 per
100.000 penduduk. Berdasarkan hasil penelitian dari DEPKES menyebutkan bahwa puskesmas belum
mempunyai sistem penghargaan bagi perawat.

e. Lulusan D3 Keperawatan lebih banyak terserap di Rumah sakit pemerintah dibandingkan S1


Dengan alasan tidak kuat menggaji lulusan S1 Keperawatan, banyak rumah sakit pemerintah dan swasta
yang menyerap lulusan D3 keperawatan. Dilihat dari jumlah formasi seleksi CPNS, jumlah S1 sedikit
dibutuhkan dibandingkan D3 keperawatan. Hal ini akan berdampak pada kualitas layanan asuhan
keperawatan pada lingkup medikal bedah yang hanya berorientasi vokasional tidak profesional.

f. Peran dan tanggung jawab yang belum ditetapkan sesuai dengan jenjang pendidikan sehingga
implikasi di rs antara DIII, S1 dan Spesialis belum jelas terlihat.

BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
a. Trend Keperawatan Medikal Bedal Bedah dan Dampaknya di Indonesia.
Beberapa trend yang terjadi dalam Keperawatan Medikal Bedah di Indonesia, diantaranya adalah:
telenursing, Prinsip Moisture Balance dalam Perawatan Luka, Pencegahan HIV-AIDS pada Remaja
dengan Peer Group, Program sertifikasi perawat keahlian khusus, Hospice Home Care, One Day Care,
Klinik HIV, Klinik Rawat Luka, Berdirinya organisasi profesi keperawatan kekhususan, Pengembangan
Evidence Based Nursing Practice di Lingkungan Rumah Sakit dalam Lingkup Keperawatan Medikal Bedah.
Disadari bahwa semua trend tersebut belum seutuhnya diterapkan dalam pelayanan keperawatan di
seluruh Indonesia.
b. Isu dalam Keperawatan Medikal Bedah dan Dampaknya di Indonesia
Beberapa isue yang berkembang dalam Keperawatan Medikal Bedah di Indonesia, antara lain:
Pemakaian tap water (air keran) dan betadine yang diencerkan pada luka, Belum ada dokumentasi
keperawatan yang baku sehingga setiap institusi rumah sakit mengunakan versi atau modelnya sendiri-
sendiri, Prosedur rawat luka adalah kewenangan dokter, Euthanasia: suatu issue kontemporer dalam
keperawatan, Pengaturan sistem tenaga kesehatan, Lulusan D3 Keperawatan lebih banyak terserap di
Rumah sakit pemerintah dibandingkan S1, dan Peran dan tanggung jawab yang belum ditetapkan sesuai
dengan jenjang pendidikan sehingga implikasi di rs antara DIII, S1 dan Spesialis belum jelas terlihat.
4.2 Saran
a. Seluruh perawat agar meningkatkan pemahamannya terhadap berbagai trend dan isu keperawatan
medikal bedah di Indonesia sehingga dapat dikembeangkan dalam tatanan layanan keperawatan.
b. Diharapkan agar perawat bisa menindaklanjuti trend dan isu tersebut melalui kegiatan riset sebagai
dasar untuk pengembangan Evidence Based Nursing Practice di Lingkungan Rumah Sakit dalam Lingkup
Keperawatan Medikal Bedah.

isu dan trend dalam keperawatan medikal


bedah
Jumat, 13 Juni 2014
neurologi
Neurologi (sistem saraf)

Sistem saraf merupakan salah satu sistem koordinasi yang bertugas menyampaikan rangsangan dari
reseptor untuk dideteksi dan direspons oleh tubuh.

Fungsi sel saraf adalah mengirimkan pesan (implus) yang berupa rangsang atau tanggapan.

Untuk menanggapi rangsangan ada tiga komponen yang harus dimiliki oleh sistem saraf:

1. Reseptor, adalah alat rangsangan atau implus


2. Penghantar impuls,dilakukan oleh saraf itu sendiri.saraf tersusun dari berkas sarabut
penghubung (akson).
3. Efektor,adalah bagian yang menanggapi rangangan yang telah dihantarkan oleh penghantar
implus.efektor ini paling penting pada manusia adalah otot dan kelenjar.

Sel saraf (neuron)


Sistem saraf terdiri dari sel sel saraf yang diaebut neuron, neuron bergabung membentuk suatu jaringan
untuk menghantarkan implus (rangsangan).

Badan sel

Merupakan bagian penting yang paling besar ari sistem saraf.badan sel berfungsi menerima rangsangan
dari dendrit dan meneruskannya ke akson. Badan nisel merupakan kumpulan RE tempat transportasi
sintesis protein.

Dendrit adalah serabut sel saraf pendek dan bercabang -cabang .dendrit berfungsi untik menerima dan
menghantarkan rangsangan ke badan sel.

Diposting oleh erlinda seputri di 05.12 Tidak ada komentar:

Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest

Minggu, 01 Juni 2014


isu dan tren dalam keperawatan medikal bedah
isu dan tren dalam keperawatan medikal bedah

paa tahun 1989 tercatat ada 7 tren keperawatan utama yang diyakini memiliki dampak berkepanjangan
perawatan dan perawat pasien yaitu:

1. penurunan biaya perawatan kesehatan : pasien medicare yang mengantikan focus pelayanan
kesehatan menjadi pembendungan biaya,RS telah menanggapi pengurangan biaya perawatan
dengan mengurangi jumlah tempat tidur dan staff
2. perhitungan biaya ASKEP : perhitungan kontribusi keperawatan pada perawatan pasien dapat
digunakan untuk menentukan biaya pemberian asuhan kepada pasen khusus.
3. pengurangan lamanya dirawat : banyak pasien yang meninggalkan RS lebih dini masih
membutuhkan perawatan, perawat memikul tanggung jawab pasien yang pulang pada waktu
sesuai dengan penggolongan kelompok diagnosis yang berhubunganrncana keperaatan
terkoordinasi yang efektif dapat membantu manejemen kontinitas perawatbantara sistem
pelayanan kesehatan dan rumah atau agensi yang menerima perpindahan,
4. meningkatnya ketergantungan terhadap teknologi tinggi : peraktek kedokteran defensif telah
mengakibatkan peningkatan ketergantungan pada teknologi diagnostikdan intervensi
pengobatan yang canggih.
5. kebutuhan akan pengetahuan keperawatan tahap lanjut : intervensi keperawatan intensif
dibutuhkan untuk mengatasi peningkatan akuitas dalam menghadapi lamanya dirawat yang
lebih singkat didalam lingkungan medikal atau bedah. perawat membutuhkan keahlian-keahlian
klinik yang lebih baik,kematangan, kemampunan berpikir kritis,keasertifan dan ketrampilan-
ketrampilan penatalaksanaan pasien untuk mengatasi peningkatan tanggung jawab ini.
6. kebutuhan akan kolaborasi dan komunikasi : perawat sebagai koordiantor primer keseluruhan
perawat pasien, berkewajiban untuk menjamin bahwa hal ini berlangsung. komunikasi dengan
kolaborasi intradepartemen dapat dilakukan dalam bentuk konferensi peraatan pasien informasi
yang didapatkan dari konferensi ini dimasukan kedalam perencanaan antara pemberi perawatan
kesehatan.
7. inovasi dalam rencana asuhan melalui komputeriisasi : institusi yang menggunakan laporan
dengan komputer meningkatkan jumlah perencanaan keperawatan yang diberikan dan
dipertahankan daripada yang terjadi sebelum komputerrisas.kenyataannya sistem komputer
telah memberikan dampak yang menyenangkan pada proses, karena perawat dapat dengan
cepat memasukan,menayangkan, memperbaiki, mengevaluasi, dan mencetak recanan
keperawatan, sehingga meningkatkan kualitas penyimpanan catatan.

Trend dan Issue Perkembangan Teknologi dalam Keperawatan


Pelayanan kesehatan akan sangat berkembang seiring perkembangan teknologi dan informasi.
Termasuk juga pelayanan keperawatan di masa ke depan akan memanfaatkan perkembangan
tekhnologi informasi, misalnya mengaplikasikan telehealth. Telehelath dalam keperawatan bisa
dikembangkan untuk digunakan dalam bidang pendidikan maupun bidang pelayanan keperawatan.
Dalam bidang pelayanan keperawatan telehealth dapat membantu kegiatan asuhan keperawatan pada
pasien di rumah atau dikenal dengan home care. Dengan adanya kontribusi telehealth dalam pelayanan
keperawatan di rumah atau homecare, akan banyak sekali manfaat yang dapat dirasakan oleh pasien
dan keluarga, perawat, instansi pelayanan kesehatan dan termasuk juga pemerintah dalam hal ini
adalah Departemen Kesehatan. Namun demikian untuk bisa mengaplikasikan telehealth dalam bidang
keperawatan banyak sekali tantangan dan hambatannya. Istilah seperti telehealth atau telemedicine,
digunakan secara bergantian untuk merujuk pada pelayanan menggunakan teknologi elektronik pada
pasien dalam keterbatasan jarak. Pada dunia keperawatan dikenal telehealth dalam keperawatan atau
telenursing. Telenursing adalah penggunaan teknologi dalam keperawatan untuk meningkatkan
perawatan bagi pasien. Telenursing menggunakan tehnologi komunikasi dalam keperawatan untuk
memenuhi asuhan keperawatan kepada klien. Teknologi berupa saluran elektromagnetik (gelombang
magnetik, radio dan optik) dalam menstransmisikan signal komunikasi suara, data dan video. Atau dapat
pula di definisikan sebagai komunikasi jarak jauh, menggunakan transmisi elektrik dan optik, antar
manusia dan atau komputer. Aplikasi telehealth bisa dilakukan di rumah sakit , klinik, rumah dan mobile
center. Aplikasi telehealth berupa telepon triage dan home care adalah yang paling banyak
dikembangkan secara luas untuk saat ini.
Pelayanan keehatan semakin bergeser dari Rumah sakit menuju rumah dan komunitas. Banyak
rentang petugas kesehatan (ahli gizi, pekerja social, perawat) sebagai bagian dalam pelayanan
kesehatan yang menggunakan pelayanan terapeutik dengan telehealth. Salah satu contoh program
telehealth adalah homecare. Sistem ini menyediakan audio dan video interaktif untuk hubungan antara
lanjut usia di rumah dan telehealth perawat. Perawat memasukkan data data pasien secara elektronik
dan menganalisanya, kalau perlu untuk dilakukan kunjungan, perawat akan melakukan kunjungan ke
pasien.

Telenursing adalah bagian dari telehealth. Telenursing menawarkan program kolabortif dan
mengurangi biaya pasien. Misalnya saja konsultasi dengan perawat akan mengurangi angka kejadian
masuknnya pasien dengan keadaan emergency ke Rumah Sakit. Beberapa keuntungan telenursing yaitu:

1. Efektif dan efisiensi dari sisi biaya kesehatan, pasien dan keluarga dapat mengurangi kunjungan ke
pelayanan kesehatan (dokter praktek, ruang gawat darurat, Rumah Sakit dan nursing home care).

2. Dengan sumber daya minimal dapat meningkatkan cakupan dan jangkauan pelayanan keperawatan
tanpa batas geografis.

3. Telenursing dapat mengurangi jumlah kunjungan dan masa hari rawat di Rumah Sakit.

4. Dapat meningkatkan pelayanan untuk pasien kronis, tanpa memerlukan biaya dan meningkatkan
pemanfaatan tehnologi.

5. Dapat dimanfaatkan dalam bidang pendidikan keperawatan (model distance learning) dan
perkembangan riset keperawatan berbasis informatika kesehatan.

Telehealth terdiri dari berbagai jenis bentuk dan telah menunjukkan segi manfaatnya. Beberapa manfaat
dari telehealth misalnya: meningkatkan kualitas pelayanan, mengurangi waktu, meningkatkan
produkstifitas akses, meningkatkan peluang belajar.

Ada beberapa isu yang perlu diperhatikan dalam penyelenggaraan telehealth, yaitu:

1. Pembiayaan

Pembiayaan adalah hambatan dalam penyelenggaraan telehealth. Meskipun dijumpai bahwa telehealth
banyak mempunyai manfaat. Pemerintah masih kurang dalam mengembangkan telehealth.

2. Aspek legal
Aspek hukum menyatakan bahwa warga negara harus dilindungi dari praktek petugas kesehatan yang
tidak baik.

3. Standar keamanan

Perhatian dalam apliksi teknologi dalam pelayanan kesehatan adalah keamaan atau keselamatan pasien.
Sistem pelayanan telehealth harus bisa menjamin keselamatan bagi pasien. Berkaitan dengan hal
tersebut ANA (American Nursing Association) menerbitkan 3 pedoman telehealth yaitu: Prinsip dasar
telehealth pada tahun 1998, kompetensi telehealth tahun 1999 dan mengembangkan protokol
telehealth pada tahun 2001.

4. Keamanan data

Telehealth memerlukan pencatatan elektronik (elektronik health record), yang rawan akan privasi,
kerahasiaan dan keamanan data. Sehingga penyelenggaraan telehealth harus bisa menjamin keamanan
data.

5. Infrastruktur komunikasi

Infrastruktur telekomunikasi merupakan bagian dari telehealth yang mempunyai biaya dengan prosentase
paling besar. Isu yang lain, adalah alat untuk hubungan antarmuka (interface) akan sulit
menyelenggarakan telehealth jika tidak ada saling hubungan ( interkoneksi) antar alat.

Memilih menjadi salah satu dari tenaga kesehatan yakni perawat, kita dituntut untuk mampu
memberikan suatu layanan asuhan keperawatan secara optimal pada masyarakat. Telehealth yang
menjadi salah satu alternatif untuk memberikan asuhan keperawatan melalui alat elektronik seperti
video, radio atau pun telepon. Hal ini dapat mambantu meningkatkan derajat kesehatan masyarakat
yang mempunyai keterbatasan dalam mengakses fasilitas layanan kesehatan. Perawat sebagai pemberi
layanan asuhan keperawatan dituntut agar menjadi lebih professional dan mengedepankan
perkembangan teknologi kesehatan selama melakukan tindakan asuhan keperawatan. Asuhan
keperawatan jarak jauh yang digembar-gemborkan di dalam jurnal tersebut telah banyak diterapkan di
rumah sakit-rumah sakit di luar negeri. Ada beberapa rumah sakit di Indonesia yang menggunakan
program telehealth ini.
Sebagai seorang perawat, di era globalisasi seperti ini kita harus mampu menjadi agen pembaharu
(change agent). Sebagai pembaharu, perawat menggadakan invasi dalam cara berfikir, bersikap,
bertingkah laku dan meningkatkan keterampilan klien atau keluarga agar menjadi sehat melalui
kegiatan pemberian layanan asuhan keperawatan jarak jauh atau telehealth.
Sehubungan dengan telehealth yang telah diuraikan sebelumnya, perawat semaksimal mungkin
berusaha untuk mengurangi angka kejadian malpraktik selama kegiatan pemberian asuhan
keperawatan. Sebagai advokat klien, perawat berfungsi sebagai penghubung antara klien dengan tim
kesehatan lain dalam upaya pemenuhan kebutuhan klien, membela kepentingan klien dan memahami
semua informasi dan upaya kesehatan yang diberikan oleh tim kesehatan dengan pendekatan
tradisional maupun profesional. Dalam menjalankan peran sebagai advokat (pembela klien) perawat
harus dapat melindungi dan memfasilitasi keluarga dan masyarakat dalam pelayanan keperawatan.

Sebagai pendidik, perawat juga dapat memberikan pendidikan kesehatan kepada kelompok keluarga
yang beresiko tinggi, kader kesehatan, dan lain sebagainya terkait dengan pemanfaatan teknologi yang
ada sekarang ini. Sebagai pendidik klien, perawat membantu klien meningkatkan kesehatannya melalui
pemberian pengetahuan yang terkait dengan keperawatan dan tindakan medik yang diterima sehingga
klien atau keluarga dapat menerima tanggung jawab terhadap hal-hal yang diketahuinya.
Selama penggunaan telehealth ini perawat hendaknya memberikan beberapa informasi terkait
dengan hal yang sesuai dengan kondisi kesehatan pasien kita di sana. Selain itu hendaknya perawat
harus selalu memberikan motivasi dan dorongan akan informasi yang kita berikan pada pasien dapat
bermanfaat bagi kesehatan pasien kita. Telehealth dalam hal ini hanya sebagai perantara untuk
memfasilitasi hubungan antara perawat dan klien serta memperluas cakupan pelayanan keperawatan
untuk pasien di rumah tanpa harus perawat melakukan home visit.

Aplikasi telehealth dalam keperawatan, dapat dikembangkan di Indonesia. Peluang tersebut ada
karena saat ini Departemen Kesehatan dalam hal ini sebagai tangan kanan pemerintah dalam upaya
penanganan masalah kesehatan masyarakat Indonesia juga sedang menggencarkan program Sistim
Informasi Kesehatan Nasional ( SIKNAS). Peluang untuk pengembangan sistem informasi, termasuk juga
aplikasi telehealth dan telenursing bisa kita lihat dari pengalaman beberapa negara yang sudah
mengembangkan, ternyata didapatkan banyak keuntungan dan manfaat yang bisa diperoleh.
Telenursing dapat mengurangi jumlah home visit dengan telehomecare visit. Telenursing dapat
mengurangi biaya perawatan, mengurangi hari rawat di Rumah Sakit, peningkatan jumlah cakupan
pelayanan keperawatan dalam jumlah yang lebih luas dan merata, dan meningkatkan mutu pelayanan
perawatan di rumah (home care).
Aplikasi telenursing juga dapat diterapkan dalam model hotline atau call centre yang dikelola
organisasi keperawatan, untuk melakukan triage pasien, dengan memberikan informasi dan konseling
dalam mengatur kunjungan Rumah Sakit dan mengurangi kedatangan pasien di ruang gawat darurat.
Telenursing juga dapat digunakan dalam aktifitas penyuluhan kesehatan, telekonsultasi keperawatan,
pemeriksaan hasil lab dan uji diagnostik, dan membantu dokter dalam mengimplementasikan protokol
penanganan medis. Telenursing berkaitan dengan juga dengan aspek etik dan legal. Sementara ini di
Indonesia regulasi terkait dengan aspek etik dan legal dalam telenursing belum ada. Belum adanya
regulasi ini mau tidak mau akan menghambat perkembangan telehealth termasuk telenursing.
Telenursing akan berkaitan dengan isu aspek legal, peraturan, etik dan kerahasiaan pasien sama seperti
telehealth secara keseluruhan. Di banyak negara, dan di beberapa negara bagian di Amerika Serikat
khususnya praktek telenursing diberikan rambu – rambu (perawat yang online sebagai koordinator
harus memiliki lisensi di setiap resindesi negara bagian dan pasien yang menerima telecare harus
bersifat lokal guna menghindari malpraktek perawat antar negara bagian. Isu legal aspek seperti
akontabilitas dan malprakatek, dan sebagainya dalam kaitan telenursing masih dalam perdebatan dan
sulit pemecahannya. Tetapi praktek telenursing yang lebih canggih menggunakan teknologi
videoconferencing antara klien dan perawat mungkin belum diaplikasikan, model tersebut lebih banyak
diaplikasikan di institusi pendidikan keperawatan yang menjalankan distance learning sedangkan di
institusi pelayanan mungkin akan diaplikasikan pada tahun-tahun mendatang.

Trend dan issue dalam keperawatan

A. Trend dan issue dalam keperawatan

Keperawatan Maternitas merupakan persiapan persalinan serta kwalitas pelayanan kesehatan yang

dilakukan dan difokuskan kepada kebutuhan bio-fisik dan psikososial dari klien, keluarga , dan bayi baru

lahir. (May & Mahlmeister, 1990)

Keperawatan Maternitas merupakan sub system dari pelayanan kesehatan dimana perawat

berkolaborasi dengan keluarga dan lainnya untuk membantu beradaptasi pada masa prenatal,

intranatal, postnatal, dan masa interpartal. (Auvenshine & Enriquez, 1990)


Keperawatan Maternitas merupakan pelayanan professional berkwalitas yang difokuskan pada

kebutuhan adaptasi fisik dan psikososial ibu selama proses konsepsi / kehamilan, melahirkan, nifas,

keluarga, dan bayi baru lahir dengan menekankan pada pendekatan keluarga sebagai sentra pelayanan.

(Reede, 1997) Upaya menghadapi Trend Keperawatan Maternitas

Pada masyarakat yang menuju ke arah moderen, terjadi peningkatan kesempatan untuk meningkatkan

pendidikan yang lebih tinggi, peningkatan pendapatan dan meningkatnya kesadaran masyarakat

terhadap hukum dan menjadikan masyarakat lebih kritis. Kondisi itu berpengaruh kepada pelayanan

kesehatan dimana masyarakat yang kritis menghendaki pelayanan yang bermutu dan diberikan oleh

tenaga yang profesional. Keadaan ini memberikan implikasi bahwa tenaga kesehatan khususnya

keperawatan dapat memenuhi standart global internasional dalam memberikan pelayanan

kesehatan/keperawatan, memiliki kemampuan professional, kemampuan intelektual dan teknik serta

peka terhadap aspek social budaya, memiliki wawasan yang luas dan menguasi perkembangan Iptek. .

Trend dan Issue Keperawatan Maternitas

1. Masalah

a. Penyebab angka kematian bayi masih tinggi

kematian pada bayi disebabkan oleh penyakit menular seperti radang paru-paru, diare dan malaria,

Penyakit yang merenggut paling banyak korban jiwa adalah radang paru-paru 18 persen, atau sebanyak

1,58 juta anak diare (15 persen, 1,34 juta) dan malaria 8 persen, 0.73 juta anak.

b. Penyebab angka kelahiran bayi masih tinggi

Penyebab angka kelahiran bayi masih tinggi adalah pelayanan kesehatan yang semakin meningkat,

kurangnya pengetahuan masyarakat progam KB

c. Angka Kematian Ibu (AKI)

Angka Kematian Ibu (AKI) tiap tahun atau dua ibu tiap jam meninggal oleh sebab yang berkaitan dengan
kehamilan, persalinan dan nifas (Depkes RI,Dirjen Binkesmas, 2004)

Penyebab kematian ibu cukup kompleks, dapat digolongkan atas faktor- factor reproduksi, komplikasi

obstetrik, pelayanan kesehatan dan sosio-ekonomi. Penyebab komplikasi obstetrik langsung telah

banyak diketahui dan dapat ditangani, meskipun pencegahannya terbukti sulit. Perdarahan sebagai

penyebab kematian ibu terdiri atas perdarahan antepartum dan perdarahan postpartum. Perdarahan

antepartum merupakan kasus gawat darurat yang kejadiannya masih banyak dari semua persalinan,

penyebabnya antara lain plasenta previa, solusio plasenta, dan perdarahan yang belum jelas sumbernya

(Chalik TMA, 1997). Secara sempit, risiko obstetrik diartikan sebagai probabilitas kematian dari seorang

perempuan atau ibu apabila ia hamil. Indikator yang lebih kompleks adalah adalah risiko seumur hidup

(lifetime risk) yang mengukur probabilitas kematian perempuan atau ibu sebagai akibat kehamilan dan

persalinan yang dialaminya selama hidup. Bila istilah pertama hanya mencantumkan kehamilan maka

yang kedua mempunyai dimensi yang lebih lebar yaitu kemampuan dan jumlah fertilitas.

Tingginya kematian ibu sebagian besar disebabkan oleh timbulnya penyulit persalinan yang tidak dapat

segera dirujuk ke fasilitas kesehatan yang lebih mampu. Keterlambatan merujuk disebabkan berbagai

faktor seperti masalah keuangan, transportasi dsb. (Depkes RI, Dirjen Yanmedik, 2005)

d. Penyakit menular seksual

Penyakit menular seksual, atau PMS adalah berbagai infeksi yang dapat menular dari satu orang ke

orang yang lain melalui kontak seksual.. Kelompok remaja dan dewasa muda (15-24 tahun) adalah

kelompok umur yang memiliki risiko paling tinggi untuk tertular PMS, 3 juta kasus baru tiap tahun

adalah dari kelompok ini. Hampir seluruh PMS dapat diobati. Namun, bahkan PMS yang mudah diobati

seperti gonore telah menjadi resisten terhadap berbagai antibiotik generasi lama. PMS lain, seperti

herpes, AIDS, dan kutil kelamin, seluruhnya adalah PMS yang disebabkan oleh virus, tidak dapat

disembuhkan. Beberapa dari infeksi tersebut sangat tidak mengenakkan, sementara yang lainnya

bahkan dapat mematikan. Sifilis, AIDS, kutil kelamin, herpes, hepatitis, dan bahkan gonore seluruhnya
sudah pernah dikenal sebagai penyebab kematian. Beberapa PMS dapat berlanjut pada berbagai kondisi

seperti Penyakit Radang Panggul (PRP), kanker serviks dan berbagai komplikasi kehamilan. Sehingga,

pendidikan mengenai penyakit ini dan upaya-upaya pencegahan penting untuk dilakukan

2. Penemuan Teknologi Terbaru

a. alat Kontrasepsi Implan Terbaru

UGM berhasil menemukan alat kontrasepsi implant atau susuk KB generasi ke tiga yang dinamakan

Gestplan. Kelebihan alat kontresepsi ini bias bertahan hingga 7 tahun di badingkan implant saat ini yang

ber umur 5 tahun. Penemuan ini hasil dari penelitian dari jurusan Farmatologi dan Toksikologi UGM.

b. Water Birth

Proses persalinan atau proses melahirkan yang dilakukan di dalam air, manfaaatnya ibu akan merasakan

lebih relaks karena semua otot yang berkaitan dengan proses persalinan menjadi lebih elastic. Metode

ini juga akan mempermudah proses mengejar sehingga rasa nyeri selama persalinan tidak terlalu

dirasakan, di dalam air proses proses pembukaan jalan lahir akan lebih cepat.

c. USG ( Ultrasonografi ) 3D dan 4D

Alat USG ( Ultrasonografi ) 3D dan 4D adalah alat USG yang berkemampuan menampilkan gambar 3 dan

4 dimensi di teknologi ini janin dapat terlihat utuh dan jelas seperti layaknya bayi yang sesungguhnya (

DrJudi Januadi Endjun S.pog

Alat USG ini bahkan dapat memperlihatkan seluruh tubuh bayi berikut gerak- geriknya teknologi 3 dan 4

dimensimenjadi pelengkap bila di duga janin dalam keadaan tidak normal dan perlu di cari kelainan

bawaannya seperti bibir sumbing, kelaina pada jantung dan sebagainya. Secara lebih detail kelebihan

USG ( Ultrasonografi ) 3D dan 4D ini pada janin dapat terbaca secara lebih akurat, karena teknologi ini

dikembangkan untuk meningkatkan ketepatan diagnosa.


d. Pil KB Terbaru

Pil KB dengan dorspirenone merupakan pil KB terbaru yang memberikan perlindungan kontrasepsi yang

dapat diandalkan, dengan berbagai manfaat tambahan dalam suatu kombinasi yang unik Pil Kb dengan

dorspirenone adalah pil yang membuat seseorang merasa lebih nyaman. Mengandung progestin baru

dorspirenone yaitu homon yang sangat menyerupai progesteron salah satu hormon dalam tubuh.

Dorspirenone mempunyai profil farmakologis yang sangat mirip dengan progesteron alami dengan

karateristik memiliki efek antimineralokortoid dan antiandrogenik tidak memiliki aktifitas ekstrogenik,

androgenik, glukortikoid dengan sifat antineralokortikoid. Pil KB dengan dorspirenone dapat

memberikan manfaat tambahan yaitu tidak menaikkan berat badan, mengurangi gejala kembung, Haid

menjadi teratur, mengurangi nyeri haid, dan mengatur keluarnya darah haid, tidak menaikan tekanan

darah dengan androgennya. Pil KB dengan dorspirenone dapat memberikan manfaat tambahan yaitu

mengurangi jerawat, dan mempercantik rambut dan kulit.

e. Robot akan digunakan untuk mengobati orang sakit

Diagnostik ini robot akan menggunakan penelitian global untuk memberikan pendapat ahli, beberapa

dokter yang akan berani untuk diabaikan. Pelatihan medis akan beralih dari apa yang orang tahu, untuk

mendapatkan data yang akurat yang robot bisa membuat keputusan, dan menyediakan “high-touch”

dukungan emosional. Ahli bedah akan selalu berada pada premium, bersama-sama dengan tangan-on

wali yang akan semakin berbasis masyarakat, dengan kualifikasi yang sangat khusus. Operasi remote

akan menjadi bagian rutin setiap pusat spesialis rutin. Batas antara dokter dan perawat akan terus kabur

sebagai perawat berwenang untuk membuat lebih banyak keputusan. Akibatnya pelatihan perawat akan

semakin panjang dan perawat kelas atas akan lebih mahal)

1. Trend pendidikan dini pada janin dalam kandungan

Anak cerdas dan kreatif berkat alunan musik


Menurut guru besar Fakultas Psikologi Universitas Indonesia itu, stimulasi meliputi stimulasi fisik-

motorik dengan “mengelus-elus” jabang bayi melalui kulit perut sang ibu, stimulasi kognitif dengan

berbicara dan bercerita kepada janin, dan stimulasi afektif dengan menyentuh perasaan bayi. Makin

sering dan teratur perangsangan diberikan, makin efektif pengaruhnya.

Pada janin, musik akan merangsang perkembangan sel-sel otak. Perangsangan ini sangat penting karena

masa tumbuh kembang otak yang paling pesat terjadi sejak awal kehamilan hingga bayi berusia tiga

tahun. Namun, menurut dr. Jimmy Passat, ahli saraf dari FKUI-RSCM, dan Isye Widodo, S.Psi, koordinator

Parent Education Program RSAB Harapan Kita, Jakarta, intervensi ini haruslah seimbang. Orang tua

sebaiknya tidak hanya menstimulasi kemampuan otak kiri, tetapi juga otak kanannya.

Oleh para pakar, organ pengontrol pikiran, ucapan, dan emosi ini memang dibedakan atas dua belahan,

kiri dan kanan, dengan fungsi berbeda. Otak kanan berkaitan dengan perkembangan artistik dan kreatif,

perasaan, gaya bahasa, irama musik, imajinasi, lamunan, warna, pengenalan diri dan orang lain,

sosialisasi, serta pengembangan kepribadian. Sementara otak kiri merupakan tempat untuk melakukan

fungsi akademik seperti baca-tulis-hitung, daya ingat (nama, waktu, dan peristiwa), logika, dan analisis.

Oleh karena itu, bila stimulasi dilakukan secara seimbang, diharapkan anak yang dilahirkan kelak tidak

cuma memiliki kemampuan akademik yang baik tetapi juga kreatif. Kalau dia pintar matematika, dia juga

mampu berbahasa, menulis, dan mengarang dengan baik.

Sementara itu bagi ibu hamil, musik – terutama yang klasik – bisa membebaskannya dari stres akibat

kehamilan. Ini sangat baik sebab, menurut dr. Suharwan Hadisudarmo Sp.OG. MMR, stres yang tidak

dikelola dengan baik, akan berdampak buruk bagi ibu yang bersangkutan dan perkembangan janin di

rahimnya. Stres pada wanita hamil akan meningkatkan kadar renin angiotensin, yang memang sudah

meningkat pada wanita hamil sehingga akan mengurangi sirkulasi rahim-plasenta-janin. Penurunan

sirkulasi ini menyebabkan pasokan nutrisi dan oksigen kepada janin berkurang. Perkembangan janin pun
terhambat. Hambatan macam ini bisa dihilangkan atau dikurangi bila si ibu mendengarkan musik klasik,

terutama karya Mozart.

Cukup 30 menit sehari.

Mungkin semua jenis musik, dari yang tradisional hingga modern, bisa pula dimanfaatkan untuk hal yang

sama. Namun, hingga saat ini yang sudah diteliti dan menunjukkan hasil positif baru musik klasik,

terutama karya Mozart. Jenis musik ini terbukti efektif dalam menstimulasi perkembangan otak belahan

kanan dari janin. Menurut Suzuki (1987), seperti dikutip Utami, bila anak dibesarkan dalam suasana

musik Mozart sejak dini, jiwa Mozart yang penuh kasih sayang akan tumbuh juga dalam dirinya.

Mendengar alunan musik yang tenang, jantung si janin berdenyut dengan tenang pula. Bahkan, setelah

dilahirkan mendengarkan musik klasik juga memberi pengaruh baik bagi si bayi.

2. Trend dan issue dalam keperawatan anak (senam otak)

Beberapa riset menunjukkan bahwa keberuntungan dan peluang bermula dari cara berpikir seseorang

yang menentukan pola tindakannya, Banyak orang sukses di Indonesia dan negara Timur lainnya,

menggunakan intuisi untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi. Di pihak lain, orang yang juga sukses

di Barat justru lebih banyak menggunakan rasionya. Berarti kesuksesan akan lebih mudah diperoleh bila

kita mampu menggunakan intuisi (otak kanan) dan rasio (otak kiri). Sayangnya, menurut riset yang

pernah dilaporkan, hanya 3% penduduk dunia yang menggunakan otaknya secara seimbang (Olivia F,

2008)

Berikut adalah cara melatih agar otak kiri dan otak kanan anak berkembang sama baiknya dan menjadi

seimbang. Seimbang antara kecerdasan emosional (EQ) dan Intelektual (IQ) sehingga munculah

kecedasan spritual (SQ) yang baik juga. Latihan yang bisa dilakukan adalah :
1. Tangan kanan menepuk-nepuk kepala, tangan kiri melakukan gerakan memutar di atas perut. Lakukan

dalam 8 hitungan, lalu lakukan yang sebaliknya.

2. Kepalkan tangan kanan dan lakukan gerakan seperti menumbuk pada paha kanan, sementara tangan

kiri melakukan mengelus paha kiri. Lakukan dalam 8 hitungan, lalu lakukan yang sebaliknya.

3. Trend dan issue dalam keperawatan dewasa (palliative dan hospice care)

Hospice adalah suatu sistem asuhan keperawatan yang diberikan kepada pasien sakit kronis atau

terminal bersama keluarganya. Sistem ini khusus didesign untuk memenuhi tujuan perawatan yang

berpusat pada keluarga dan dapat melibatkan perawatan dirumah. Perawatan pada unit day care dan

tempat hospice yang sebenarnya (unit perawatan terminal).

Hospice care telah mengembangkan filosofi yang menyatakan bahwakematian adalah sebuah proses

alami yang tidak boleh dipercepat atau ditunda dan bahwa orang tersebut harus tetap dalam keadaan

nyaman.

Hospice care adalah:

 Perawatan yang diberikan pada orang-oranng penderita penyakit terminal yang harapan hidupnya enam

bulan atau kurang.

 Jika diperlukan,melibatkan perawatan fisik langsung. Bersifat mendukung keluerga pasien.

 Diberikan difasilitasi khusus hospic, di fasilitasi peerawatan lain di rumah. Lebih banyak dilakukan oleh

asisten perawatan rumah atau asisten keperawatan dibawah arahan pemberi asuhan kesehatan

profesional.

 Dilakukan konseling kehilangan untuk membantu orang-orang yang masih hidup agar menerima kematian

orang yang dicintainya.


 Sebuah program di mana sukarelawan memainkan peran penting, melakukan kunjungan pribadi yang

teratur ke pasien dan keluarga.

Hospice care diberikan oleh tim yang bekerja sama dengan Penderit penyakit terminal dan keluarganya.

Tim tersebut biasanya terdiri dari dokter, perawat profesional, asisten keperawatan, dan profesional lain

seperti pekerja sosial dan pemuka agama jika dibutuhkan dan diinginkan.

Tujuan hospice care antara lain:

1. Pengendalian nyeri sehingga individudapat tetap berpartisipasi aktif dalam hidup sampai ia meninggal.

2. Mengkoordinasikan layanan dukungan psikologis, spiritual dan sosial untuk pasien dan keluarga.

3. Mengadakan konseling hukumdan finansial untuk pasien dan keluarga.

Karena hospice care bersifat filosofi, hal tersebut menjadi bagian dari panduan tindakan perawat ketika

merawat orang yang berpenyakit terminal. Perawatan ini diberikan sebagai mana perawat memberikan

perawatan yang biasa. Tetapi ada beberapa hal yang harus diingat:

o Melaporkan nyeri dengan segera dan memberi perhatian ketat untuk tindakan yang memberi rasa

nyaman.

o Menganjurkan orang tersebut untuk melakukan sendiri perawatan diri sebanyak mungkin.

o Siap sedia untuk mendengarkan. Habiskan waktu bersama pasien sebanyak mungkin dan sebanyak yang

di iginkannya.

o Mengenal keluarga dan mendukungnya.

o Memberi perawatan yang sama dengan yang akan diberikan jika diagnosa terminal belum di putuskan.

o Melakukan semua aktivitas dengan hormat dan menghargai.


perawatan paliatif adalah perawatan yang di lakukan secara aktif pada penderita yang sedang sekarat

atau dalam fase terminalakibat penyakit yang di deritanya. Pasien sudah tidak memiliki respon terhadap

terapi kuratif yang di sebabkan oleh keganasan ginekologis. Perawatan ini mencakup penderita serta

melibatkan keluarganya.

Menurut WHO pada 2005 perawatan palliative adalah sistem perawatan terpadu yang bertujuan

meningkatkan kualitas hidup, dengancara merigankan rasa nyeri dan penderitaan lain, memberikan

dukungan spiritual dan psikososial mulai saat diagnosa di tegakkan sampai akhir hayat dan dukungan

terhadap keluarga yang kehilangan/ berduka.

Lebih lanjut, organisasi kesehatan dunia (WHO) menekankan lagi bahwa pelayanan palliative berpijak

pada pola dasar berikut ini:

1. Meningkatkan kualitas hidup dan menganggap kematian sebagai proses yang normal.

2. Tidak mempercepat atau menunda kematian

3. Menghilangkan nyeri dan keluhan lain yang mengganggu

4. Menjaga keseimbangan psikologis dan spiritual

5. Berusaha agar penderita tetap aktif sampai akhir hayatnya.

6. Berusaha membantu mengatasi suasana duka cita pad keluarga.

Tujuannya adalah meningkatkan kualitas hidup penderita kanker pada stadium terminal. Upayanya

dengan pencegahan, deteksi dini, serta mengatasi gejala dan masalah psikososial

4. Trend dan issue dalam keperawatan jiwa (psikososial)


Ada beberapa trend penting yang menjadi perhatian dalam

k e p e r a w a t a n j i w a d i antaranya adalah sebagai berikut:

1) Kesehatan jiwa dimulai masa konsepsi

Dahulu bila berbicara masalah kesehatan jiwa biasanya dimulai pada saat

o n s e t terjadinya sampai klien mengalami gejala-gejala. Di Indonesia banyak gangguan jiwaterjadi

mulai pada usia 19 tahun dan kita jarang sekali melihat fenomena masalahsebelum anak

lahir. Perkembangan terkini menyimpulkan bahwa berbicara masalah kesehatan jiwa harus

dimulai dari masa konsepsi atau bahkan harus dimulai dari masa p r a n i k a h . B a n y a k p e n e l i t i a n

y a n g m e n u n j u k k a n a d a n y a k e t e r k a i t a n m a s a d a l a m kandungan dengan kesehatan

fisik dan mental seseorang di masa yang akan datang. Penelitian-penelitian berikut

membuktikan bahwa kesehatan mental seseorang dimulai pada masa konsepsi

2) Trend peningkatan masalah kesehatan jiwa

Masalah jiwa akan meningkat di era globalisasi. Sebagai contoh jumlah penderita s a k i t

jiwa di provinsi lain dan Daerah Istimewa Yogyakarta terus

m e n i n g k a t . Penderita tidak lagi didominasi m asyarakat kelas bawah, kalangan

p e j a b a t d a n masyarakat lapisan menengah ke atas juga tersentuh gangguan psikotik dan

depresif.Kasus-kasus gangguan kejiwaan yang ditangani oleh para psikiater dan dokter di

RSJmenunjukkan bahwa penyakit jiwa tidak mengenal ba ik strata sosial maupun usia.

3) Kecenderungan faktor penyebab gangguan jiwa

Terjadinya perang, konflik, lilitan krisis ekonomi berkepanjangan merupakan salah satu

pemicu yang memunculkan stress, depresi, dan berbagai gangguan kesehatan j i w a p a d a

manusia. Menurut data World Health Organization (WHO), masalah gangguan


k e s e h a t a n j i w a d i s e l u r u h d u n i a m e m a n g s u d a h m e n j a d i m a s a l a h y a n g sangat

serius. WHO (2001) menyataan, paling tidak ada satu dari empat orang di dunia mengalami

masalah mental.

4) Kecenderungan situasi di era globalisasi

Perkembangan IPTEK yang begitu cepat dan perdagangan bebas

s e b a g a i c i r i globalisasi, akan berdampak pada semua faktor termasuk kesehatan. Perawat

dituntutmampu memberikan askep yang profesional dan dapat mempertanggung

jawabkansecara ilmiah. Perawat dituntut senantiasa mengembangkan ilmu dan teknologi

di bidang keperawatan khususnya keperawatan jiwa. Perawat jiwa dalam era global h a r u s

membekali diri dengan bahasa internasional, kemampuan komunikasi

d a n pemanfaatan teknologi komunikasi, skill yang tinggi dan jiwa entrepreneurship.

5) P e r u b a h a n O r i e n t a s i S e h a t

Pengaruh globalisasi t e r h a d a p p e r k e m b a n g a n p e l a y a n a n k e s e h a t a n

t e r m a s u k keperawatan adalah tersedianya alternatif pelayanan dan persaingan

penyelenggaraan p e l a y a n a n . ( p e r s a i n g a n k u a l i t a s ) . t e n a g a k e s e h a t a n ( p e r a w a t

“ j i w a ” ) h a r u s mempunyai standar global dalam memberikan pelayanan kesehatan, jika

tidak ingin ketinggalan. Fenomena masalah kesehatan jiwa, indicator kesehatan jiwa di

masa mendatang bukan lagi masalah klinis seperti prevalensi gangguan jiwa.

melainkan berorientasi pada konteks kehidupan sosial. Fokus kesehatan jiwa bukan hanya

menangani orang sakit, melainkan pada peningkatan kualitas hidup. Jadi

konsepkesehatan jiwa buka lagi sehat atau sakit, tetapi kondisi optimal yang ideal dalam

perilaku dan kemampuan fungsi social Paradigma sehat Depkes, lebih menekankan u p a y a

p r o a k t i f u n t u k p e n c e g a h a n d a r i p a d a m e n u n g g u d i R S , o r i e n t a s i u p a y a kesehatan
jiwa lebih pada pencegahan (preventif) dan promotif. Penangan kesehatan jiwa bergeser dari hospital

base menjad community base.Empat Ciri Pembentuk Struktur Masyarakat Yang Sehat :

a) Suatu masyarakat yang di dalamnya tak ada seorang manusia pun yg diperalat oleh orang

lain. Oleh karena itu seharusnya tidak ada yang diperalat/ memperalatdiri sendiri, dimana manusia

itu menjadi pusat dari semua aktivitas ekonomi maupun politik diturunkan pada tujuan

perkembangan diri manusia.

b) Mendorong aktivitas produktif setiap warganya dalam pekerjaannya,

merangsang perkembangan akal budi dan lebih jauh lagi, mampu membuat manusia

untuk mengungkapkan kebutuhan batinnya berupa seni dan perilaku normatif kolektif.

c) Masyarakat terhindar dari sifat -sifat rakus, eksploitatif, pemilikan berlebihan,narsisme,

tidak mendapatkan kesempatan meraup keuntungan material tanpa batas.

d) Kondisi masyarakat yang memungkinkan orang bertindak dalam dimensi-dimensiyang dapat dipimpin

dan diobservasi. Partisipasi aktif dan bertanggung jawabdalam kehidupan masyarakat.

Untuk mewujudkan struktur masyarakat sehat,kuncinya : Setiap orang harus meningkatkan

kualitas hidup yang dapat menjaminterciptanya kondisi sehat yang sesungguhnya. Mandiri dan tidak

bergantung padaorang lain merupakan orientasi paradigma kesehatan jiwa

6) K e c e n d e r u n g a n P e n y a k i t

Masalah kesehatan jiwa akan menjadi “The global burdan of disease“ (Michard

&Chaterina, 1999). Hal ini akan menjadi tantangan bagi ”Public Health Policy” yang

secara tradisional memberi perhatian yang lebih pada penyakit infeksi.

Standar pengukuran untuk kebutuhan kesehatan global secara tradisional

a d a l a h a n g k a kematian akibat penyakit. Ini telah menyebabkan gangguan jiwa seolah -


olah bukan masalah. Dengan adanya indikator baru, yaitu DALY (Disabilitty Adjusted Lfe

Year)d i k e t a h u i l a h b a h w a g a n g g u a n j i w a m e r u p a k a n m a s a l a h k e s e h a t a n u t a m a

s e c a r a internasional. P e r u b a h a n s o s i a l e k o n o m i y a n g a m a t c e p a t d a n s i t u a s i s o s i a l

politik yang tidak menentu menyebabkan semakin tigginya angka

p e n g a n g g u r a n , k e m i s k i n a n , d a n kejahatan, situasi ini dapat meningkatkan angka

kejadian krisis dan gangguan jiwa dalam kehidupan manusia ( Antai Otong, 1994).

7) Meningkatknya Post Traumatic Syndrome Disorder

Trauma yang katastropik, yaitu trauma di luar rentang pengalaman trauma

y a n g umum di alami manusia dlm kejadian sehari -hari. Mengakibatkan keadaan

stress berkepanjangan dan berusaha untuk tidak mengalami stress yang demikian.

Merekamenjdi manusia yang invalid dlam kondisi kejiwaan dengan akibat akhir

menjaditidak produktif. Trauma bukan semata2 gejala kejiwaan yang bersifat

individual,trauma muncul sebagai akibat saling keterkaitan antara ingatan sosial dan

ingatan pribadi tentang peristiwa yang mengguncang eksistensi kejiwaan.

8) Meningkatnya Masalah Psikososial

Lingkup masalah kesehatan jiwa, sangat luas dan kompeks juga saling

berhubungandengan segala aspek kehidupan manusia. Mengacu pada undang -undang

Nomor 23Tahun 1992 tentang Kesehatan dan Ilmu Kedokteran Jiwa (psychitri), secara

garis besar masalah kesehatan jiwa digolongkan menjadi :

i. Masalah perkembangan manusia yang harmonis dan peningkatan kualitas,

hidupyaitu masalah kejiwaan yang berkait dengan makna dan nilai -nilai kehidupanmanusia,

misalnya:
 Masalah kesehatan jiwa yang berkaitan dengan lifecycle kehidupan manusia,mulai dari persiapan

pranikah, anak dalam kandungan, balita, anak, remaja, dewasa, usia lanjut.

 Dampak dari menderita penyakit menahun yang menimbulkan disabilitas.

 Pemukiman yang sehat.

 Pemindahan tempat tinggal

ii. Masalah Psikososial yaitu masalah psikis atau kejiwaan

y a n g t i m b u l s e b a g a i aikbat terjadinya perubahan sosial, misalnya

 Psikotik gelandangan (seseorang yang berkeliaran di tempat umum

d a n diperkirakan menderita gangguan jiwa psikotik dan dianggap

menggangguketertiban/keamanan lingkungan).

 Pemasungan penderita gangguan jiwa.

 Masalah anak jalanan.

 Masalah anak remaja (tawuran, kenakalan).

 Penyalahgunaan Narkotika dan psikotropika.

 Masalah seksual (penyimpangan seksual, pelecehan seksual, dan lain-lain).

 T i n d a k k e k e r a s a a n s o s i a l ( k e m i s k i n a n , p e n e l a t a r a n t i d a k d i b e r i n a f k a h , korban

kekerasaan pada anak dan lain-lain).


 Stress pascatrauma (ansietas, gangguan emosional, berulangkali merasakankembali suatu

pengalaman traumatik, bencana alam, ledakan, kekerasaan, penyerangan/penganiyaan secara

fisik atau seksual, termasuk pemerkosaan,terorisme dan lain-lain).

 Pengungsi/imigrasi (masalah psikis atau kejiwaan yang timbul sebagai akibatterjadinya suatu perubahan

sosial, seperti cemas, depresi, stress pascatrauma,dan lain-lain.

iii. Masalah usia lanjut yang terisolasi (penelataran, penyalahgunaan fisik,

gangguan psikologis, gangguan penyesuaian diri terhadap perubahan, perubahan

minat,gangguan tidur, kecemasan, depresi, gangguan pada daya ingat, dll).

iv. Masalah kesehatan tenaga kerja ditempat kerja

( k e s e h a t a n j i w a t e n a g a k e r j a , penurunan produktivitas, stress di tempat kerja, dan lain-lain).

9) Trend Bunuh Diri pada Anak dan Remaja

Data dari Badan Kesehatan Dunia (WHO) pada tahun 2003 mengungkapkan bahwa satu juta

orang bunuh diri dalam setiap tahunnya atau terjadi dalam seiap 40 detiknya.Bunuh diri juga

termasuk satu dari tiga penyebab utama kematian pada usia 15 -34tahun, selain faktor

kecelakaan.

10) M a s a l a h N a p z a d a n H I V / A I D S

Gangguan penggunaan zat adiktif ini sangat berkaitan dan merupakan dampak

dari pembangunan serta teknologi dari suatu negara yang semakin maju. Hal

terpentingyang mendukung merebaknya NAPZA di negara kita adalah perangkat hukum

yang lemah bahkan terkadang oknum aparat hukum seringkali menjadi backing, ditambah dengan

keragu-raguan penentuan hukuman bagi pengedar dan pemakai, sehingga d a m p a k n y a


S D M I n d o n e s i a k a l a h d e n g a n M a l a y s i a y a n g l e b i h b e r t i n d a k t e g a s terhadap

pengedar dan pemakai NAPZA.

11) Pattern Of Parenting dalam Keperawata Jiwa

Dengan banyaknya bunuh diri dan depresi pada anak, maka saat ini

p o l a a s u h keluarga menjadi sorotan. Pola aush yang baik a dalah pola asuh dimana

orang tua menerapkan kehangatan tinggi yang disertai dengan kontrol yang tinggi. Kehangatan

adalah upaya-upayayang dilakukan orang tua agar anak dekat dan berani bicara pada

orang tuanya pada saat anak mendapatkan masalah. Orang tua menjadi teman dalam express feeling

anak sehingga anak menjadi sehat jiwanya.Kontrol yang tinggi adalah bagaimana anak dilatih

mandiri dan mengenal disiplin dirumahnya.

12) M a s a l a h E k o n o m i d a n K e m i s k i n a n

Masalah ekonomi m e r u p a k a n m a s a l a h y a n g p a l i n g d o m i n a n t m e n j a d i

p e n c e t u s g a n g g u a n j i w a d i Indonesia. Hal ini bisa dibuktikan bahwa saat terjadi

kenaikan BBM selalu dsertaidengan peningkatan dua kali lipat angka gangguan jiwa. Hal

ini diperparah dengan biaya sekolah yang mahal, biaya pengobatan tak terja ngkau dan

penggusuran yangkerap terjadi.

Trend dalam pelayanan keperawatan mental psikiatri

Sejarah Keperawatan mental psikiatri muncul sebagai sebuah profesi pada awal abad ke-19. Kemudian

sejak tahun 1940 keperawatan mental psikiatri mulai berkembang pesat,tetapi pelayanan masih

terpusat di Rumah Sakit (Antai Otong, 1994). Hal ini terjadisejalan dengan program

deinstitusionalisasi. Deinstitusionalisasi adalah suatu program pembebasan klien

gangguan jiwa kronik dari institusi rumah sakit dan mengembalikan m e r e k a k e


l i n g k u n g a n r e h a b i l i t a s d i m a s y a r a k a t ( L e f l e y , 1 9 9 6 ) . A n g k a k e j a d i a n gangguan

jiwa dapat diminimalkan dengan menggunakan cara -cara preventif sepertimenemukan

kasus-kasus secara dini, diagnosa dini da intervensi krisis (Gerald Kaplan dikutip oleh Antai

Otong, 1994).

Trend pelayanan keperawtan mental psikiatri di era globalisasi

 Sejalan dengan program deinstitusiomalisasi yang di dukung dengan di temukannya obat psikotropika

yang terbukti dapat mengontrol prilaku klien gangguan jiwa, peran perawat tidak terbatas di RS , tetapi

di tuntut lebih sensitive terhadap lingkungan sosialnya, serta berfokus pada pelayanan preventif dan

promotif.

 Perubahan hospital based care menjadi community based care = trend yang signifikan dalam

pengobatan gangguan jiwa

Perawat mental psikiatri harus meng integrasikan diri dalam community mental health, dengan 3 kunci

utama:

1. Pengalaman dan pendidikan perawat, peran dan fungsi perawat serta hubungan perawat dengan profesi

lain di komunitas.

2. Reformasi dalam pelayanan kesehatan menuntut perawat mendefinisikan perannya,

3. Intervensi keperawatan yang menekankan pada aspek pencegahan dan promosi kesehatan sudah

saatnya mengembangkan community based care.Pengembangan pendidikan keperawatan sangat

penting terutama keperawatan mental psikiatri baik dalam jumlah maupun kualitas.

Issue pelayanan keperawatan mental psikiatri

1. Stuart Sundeen (1998) mengemukakan bahwa hasil riset Keperawatan Jiwamasih sangat kurang.
Pelayanan keperwatan mental psikiatri , kurang dapat di pertaanggung jawabkan karena masih

kurangnya riset keperawtan jiwa klinik.

Perawat psikiatri, kurang siap menghadapi pasar bebas karna pendidikan yang rendah dan belum ad

licence untuk praktek yang di akui secara internasional.

2. Pembadaan perawat jiwa berdasarkan pendidikan dan pengalaman sering kali tidak jelas “position

description” job responsibility dan sistem reward dalam pelayanan.

3. Menjadi perawat psikiatri bukanlah pilihan dari peserta didik(mahasiswa keperawatan.

4. Di negara lain pun mempunyai kecenderungan yang sama, hasil penelitian di Irelandm e n u n j u k k a n

b a h w a m a h a s i s w a m e m p u n y a i p e r s e p s i y a n g s a l a h t e n t a n g p e r a n perawat psikiatri

(Wells, 2000).

5. Trend dan issue dalam keperawatan komunitas (home care)

Pengertian home care

Perawatan kesehatan di rumah merupakan salah satu jenis dari perawatan jangka panjang (Long term

care) yang dapat diberikan oleh tenaga profesional maupun non profesional yang telah mendapatkan

pelatihan. Perawatan kesehatan di rumah yang merupakan salah satu bentuk pelayanan kesehatan

adalah suatu komponen rentang pelayanan kesehatan yang berkesinambungan dan komprehensif

diberikan kepada individu dan keluarga di tempat tinggal mereka yang bertujuan untuk meningkatkan,

mempertahankan atau memulihkan kesehatan serta memaksimalkan tingkat kemandirian dan

meminimalkan akibat dari penyakit termasuk penyakit terminal. Pelayanan yang sesuai dengan

kebutuhan pasien individual dan keluarga, direncanakan, dikoordinasi dan disediakan oleh pemberi

pelayanan yang diorganisir untuk memberi home care melalui staf atau pengaturan berdasarkan

perjanjian atau kombinasi keduanya. (Warhola C, 1980).


Sherwen (1991) mendefinisikan perawatan kesehatan di rumah sebagai bagian integral dari pelayanan

keperawatan yang dilakukan oleh perawat untuk membantu individu, keluarga dan masyarakat

mencapai kemandirian dalam menyelesaikan masalah kesehatan yang mereka hadapi. Sedangkan Stuart

(1998) menjabarkan perawatan kesehatan di rumah sebagai bagian dari proses keperawatan di rumah

sakit, yang merupakan kelanjutan dari rencana pemulangan (discharge planning), bagi klien yang sudah

waktunya pulang dari rumah sakit. Perawatan di rumah ini biasanya dilakukan oleh perawat dari rumah

sakit semula, dilaksanakan oleh perawat komunitas dimana klien berada, atau dilaksanakan oleh tim

khusus yang menangani perawatan di rumah

Menurut American of Nurses Association (ANA) tahun 1992 pelayanan keseatan di rumah adalah

perpaduan perawatan kesehatan masyarakat dan ketrampilan teknis yang terpilih dari perawat spesialis

yang terdiri dari perawat komunitas, perawat gerontologi, perawat psikiatri, perawat maternitas dan

perawat medikal bedah. Berdasarkan definisi di atas, dapat disimpulkan perawatan kesehatan di rumah

adalah :

Suatu bentuk pelayanan kesehatan yang komprehensif bertujuan memandirikan klien dan

keluarganya,

Pelayanan kesehatan diberikan di tempat tinggal klien dengan melibatkan klien dan keluarganya

sebagai subyek yang ikut berpartisipasi merencanakan kegiatan pelayanan,

Pelayanan dikelola oleh suatu unit/sarana/institusi baik aspek administrasi maupun aspek pelayanan

dengan mengkoordinir berbagai kategori tenaga profesional dibantu tenaga non profesional, di bidang

kesehatan maupun non kesehatan (Depkes, 2002).

Pelayanan diberikan sesuai dengan kebutuhan pasien atau keluarga yang direncanakan dan dikoordinasi

oleh pemberi pelayanan melalui staf yang diatur berdasarkan perjanjian bersama. Sedangkan menurut

Neis dan Mc Ewen (2001) menyatakan home health care adalah sistem dimana pelayanan kesehatan
dan pelayanan sosial diberikan di rumah kepada orang-orang yang cacat atau orang-orang yang harus

tinggal di rumah karena kondisi kesehatannya.

Pelayanan keperawatan Home Care Meliputi :

Pelayanan keperawatan yang diberikan meliputi pelayanan primer, sekunder dan tersier yang berfokus

pada asuhan keperawatan klien melalui kerjasama dengan keluarga dan tim kesehatan lainnya.

Perawatan kesehatan di rumah adalah spektrum kesehatan yang luas dari pelayanan sosial yang

ditawarkan pada lingkungan rumah untuk memulihkan ketidakmampuan dan membantu klien yang

menderita penyakit kronis (NAHC, 1994).

Perkembangan Perawatan Kesehatan di Rumah

Sejauh ini bentuk-bentuk pelayanan kesehatan yang dikenal masyarakat dalam sistem pelayanan

kesehatan adalah pelayanan rawat inap dan rawat jalan. Pada sisi lain banyak anggota masyarakat yang

menderita sakit karena berbagai pertimbangan terpaksa dirawat di rumah dan tidak dirawat inap di

institusi pelayanan kesehatan.

Faktor-faktor yang mendorong perkembangan perawatan kesehatan di rumah adalah :

Kasus-kasus penyakit terminal dianggap tidak efektif dan tidak efisien lagi apabila dirawat di institusi

pelayanan kesehatan. Misalnya pasien kanker stadium akhir yang secara medis belum ada upaya yang

dapat dilakukan untuk mencapai kesembuhan,

Keterbatasan masyarakat untuk membiayai pelayanan kesehatan pada kasus-kasus penyakit

degeneratif yang memerlukan perawatan yang relatif lama. Dengan demikian berdampak pada makin

meningkatnya kasus-kasus yang memerlukan tindak lanjut keperawatan di rumah. Misalnya pasien

pasca stroke yang mengalami komplikasi kelumpuhan dan memerlukan pelayanan rehabilitasi yang

membutuhkan waktu relatif lama,


Manajemen rumah sakit yang berorientasi pada profit, merasakan bahwa perawatan klien yang sangat

lama (lebih 1 minggu) tidak menguntungkan bahkan menjadi beban bagi manajemen,

Banyak orang merasakan bahwa dirawat inap di institusi pelayanan kesehatan membatasi kehidupan

manusia, karena seseorang tidak dapat menikmati kehidupan secara optimal karena terikat dengan

aturan-aturan yang ditetapkan,

Lingkungan di rumah ternyata dirasakan lebih nyaman bagi sebagian klien dibandingkan dengan

perawatan di rumah sakit, sehingga dapat mempercepat kesembuhan (Depkes, 2002).

Tujuan Perawatan Kesehatan Home Care

Perawatan kesehatan di rumah bertujuan :

 Membantu klien memelihara atau meningkatkan status kesehatan dan kualitashidupnya,

 Meningkatkan keadekuatan dan keefektifan perawatan pada anggota keluarga denganmasalah

kesehatan dan kecacatan,

 Menguatkan fungsi keluarga dan kedekatan antar keluarga,

 Membantu klien tinggal atau kembali ke rumah dan mendapatkan perawatan yangdiperlukan,

rehabilitasi atau perawatan paliatif,

 Biaya kesehatan akan lebih terkendali.

B. Filosofi modern nursing menurut Florance Nightingale

Nightingale sebagai prioner di era modern dalam pengembangan keperawatan, mengembangkan teori

keperawatan yang sangat di pengaruhi oleh pandangan filosofinya tentang interaksi manusia/ klien

dengan lingkungannya. Ia melihat penyakit sebagai proses pergantian atau perbaikan (reparative
proses). Upaya membantu proses perbaikan atau pergantian tersebut dapat dilakukan dengan

mengadakan manipulasi lingkungan eksternal. Manusia mempunyai kemampuan alamiah terhadap

proses penyembuhan.

Florence merupakan salah satu pendiri yang meletakkan dasar -dasar teori keperawatan yang

melalui filosofi keperawatan yaitu dengan mengidentifikasi peran perawat dalam menemukan

kebutuhan dasar manusia pada klien serta pentingnya.

inti dari teori Florence Nightingale tentang falsafah keperawatan adalah lingkungan

berpengaruh terhadap proses pemulihan klien.pengaruh lingkungan di dalam perawatan orang

yang sakit yang dikenal dengan teori lingkungannya. Selain Florence juga membuat standar

pada pendidikan keperawatan, serta standar pelaksanaan asuhan keperawatan yang

efesien.Beliau juga membedakan

praktek keperawatan dengan kedokteran dan perbedaan perawatan pada orang yang sakit

dengan yang sehat.

menurut pandangannya lebih menekankan pada lingkungan fisik daripada lingkungan social dan

lingkungan psikologik. Lingkungan ini meliputi 4 komponen yang mempengaruhi kesehatan individu

yaitu: udara bersih, air yang bersih, pemeliharaaan lingkungan yang efisien, kebersihan, dan

penerangan cahaya. Perawat / tenaga kesehatan masih belum maksimal dalam memperhatikan

masalah lingkungan baik di kilinik maupun di rumah sakit. Di rumah sakit: pengaturan ruangan,

kebersihan ruangan, pencahayaan, kondisi ruang mandi masih sering kurang diperhatikan. Di

masyarakat, kondisi lingkungan rumah juga masih juga merupakan masalah yang belum maksimal

teratasi yang sering menimbulkan masalah kesehatan.

Anda mungkin juga menyukai