Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Keperawatan medical bedah merupakan bagian dari keperawatan, dimana
keperawatan itu sendiri adalah : Bentuk pelayanan profesional yang merupakan
bagian integral dari pelayanan kesehatan, berbentuk pelayanan bio-psiko-sosio-
spiritual yang komprihensif ditujukan pada individu, keluarga dan masyarakat baik
sakit maupun sehat yang mencakup seluruh proses kehidupan manusia. Pelayanan
keperawatan berupa bantuan yang diberikan dengan alasan kelemahan fisik, mental,
masalah psikososial, keterbatasan pengetahuan, dan ketidakmampuan dalam
melakukan kegiatan sehari-hari secara mandiri akibat gangguan patofisiologis.
Keperawatan medikal bedah membahas tentang masalah kesehatan yang lazim terjadi
pada usia dewasa baik yang bersifat akut maupun kronik dengan atau tanpa tindakan
operatif yang meliputi gangguan fungsi tubuh pada sistem cardiovascular,
penginderaan (mata, tht), pencernaan, dan urologi oleh karena berbagai penyebab
patologis seperti infeksi atau peradangan, kongenital, neoplasma trauma, dan
degeneratif.
Keperawatan sebagai profesi dituntut untuk mengembangkan keilmuannya
sebagai wujud kepeduliannya dalam meningkatkan kesejahteraan umat manusia baik
dalam tingkatan preklinik maupun klinik. Untuk dapat mengembangkan keilmuannya
maka keperawatan dituntut untuk peka terhadap perubahan-perubahan yang terjadi di
lingkungannya setiap saat.
Keperawatan medikal bedah sebagai cabang ilmu keperawatan juga tidak
terlepas dari adanya berbagai perubahan tersebut, seperti teknologi alat kesehatan,
variasi jenis penyakit dan teknik intervensi keperawatan. Adanya berbagai perubahan
yang terjadi akan menimbulkan berbagai trend dan isu yang menuntut peningkatan
pelayanan asuhan keperawatan.
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu Definisi Keperawatan Medikal Bedah?
2. Bagaimana Peran dan Fungsi Perawat?
3. Apa saja Komponen Keperawatan Medikal Bedah?
4. Apa saja Ruang Lingkup Keperawatan Medikal Bedah?
5. Apa yang dimaksud Issu Keperawatan Medikal Bedah?

1
6. Bagaimana Standar Pelayanan Praktek Keperawatan?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui Definisi Keperawatan Medikal Bedah
2. Untuk mengetahui Peran dan Fungsi Perawat
3. Untuk mengetahui Komponen Keperawatan Medikal Bedah
4. Untuk mengetahui Ruang Lingkup Keperawatan Medikal Bedah
5. Untuk mengetahui Issu Keperawatan Medikal Bedah
6. Untuk mengetahui Standar Pelayanan Praktek Keperawatan.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi Keperawatan Medikal Bedah


Keperawatan Medikal Bedah adalah pelayanan profesional yang berdasarkan
pada ilmu keperawatan medikal bedah dan teknik keperawatan medikal bedah
berbentuk pelayanan Bio – psiko – sosio - spiritual, peran utama perawat adalah
memeberikan asuhan keperawatan kepada manusia (sebagai objek utama pengkajian
filsafat ilmu keperawatan: ontologis). Pengertian keperawatan medikal bedah
Menurut (Raymond H. & Simamora, mengandung 3 hal ialah :
Mengembangkan diri secara terus-menerus untuk meningkatkan kemampuan
professional dalam medikal bedah dengan cara:
1. Menerapkan konsep-konsep keperawatan dalam melaksanakan kegiatan
keperawatan.
2. Melaksanakan kegiatan keperawatan dalam menggunakan pendekatan ilmiah.
3. Berperan sebagai pembaru dalam setiap kegiatan keperawatan pada berbagai
tatanan pelayanan keperawatan.
4. Mengikuti perkembangan IPTEK secara terus-menerus melalui kegiatan yang
menunjang.
5. Mengembangkan IPTEK keperawatan yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat
dan perkembangan ilmu.
6. Berperan aktif dalam setiap kegiatan ilmiah yang relevan dengan keperawatan.
Melaksanakan kegiatan penelitian rangaka pengembangan ilmu keperawatan
medikal bedah dengan cara:
1. Mengidentifikasi masalah kesehatan dengan menganlisis, menyintesis
informasi yang relevan dari berbagai sumber dan memerhatikan perspektif
lintas budaya.
2. Merencanakan dan melaksanakan penelitian dalam bidang keperawatan
keperawatan medikal bedah.
3. Menerapkan prinsip dan tekhnik penalaran yang tepat dalam berpikir secara
logis, kritis, dan mandiri.
Berfungsi sebagai anggota masyarakat yang kreatif, produktif, terbuka untuk
menerima perubahan, dan berorientasi pada masa depan dengan cara:

3
1. Menggali dan mengembangkan potensi yang ada pada dirinya untuk
membantu meneyelesaikan masalah masyarakat yang terkait dengan
keperawatan medikal bedah.
2. Membantu meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan memanfaatkan
dan mengelola sumber yang tersedia.
B. Peran dan Fungsi Perawat
1. Koordinator perawatan
Koordinator akan melakukan kolaborasi dengan tim kesehatan lain sebagai
bagian dari perencanaan perawatan interdisiplin.
2. Pemberi asuhan keperawatan
Perawat sebagai pemberi asuhan keperawatan mendampingi pasien, menganalisa
data/informasi yang dikumpulkan untuk menentukan kebutuhan pasien,
mengembangkan diagnosis keperawatan, merencanakan perawatan dan
mengevaluasi perawatan yang diberikan. Proses ini merujuk pada proses
keperawatan. Sebagai pemberi asuhan keperawatan, perawat melakukan
perawatan fisik menggunakan keterampilan seperti memberikan pengobatan dan
melakukan pengkajian yang komprehensif. Perawat juga mengimplementasikan
intervensi psikososial dan spiritual. Aktivitas yang dilakukan perawat pelaksana
sering dikategorikan sebagai kolaboratif (interdependen) dan independen. Fungsi
kolaboratif seperti perawat, dokter dan tim kesehatan lain mengatur pembatasan
aktivitas atau menyediakan diet khusus. Fungsi independen dilakukan secara
mandiri oleh perawat tanpa melibatkan pemberi pelayanan kesehatan yang 6
Disampaikan pada perkuliahan semester III Prodi D3 Keperawatan Makassar TA
2017-2018 lain termasuk menimbang BB, mendengarkan bunyi napas,
meninggikan kepala tempat tidur untuk memfasilitasi pernafasan.
3. Perencana perawatan berkelanjutan
Adanya perawatan berkelanjutan setelah pasien keluar dari RS dan home care,
menyebabkan peran perawat medikal bedah sebagai perencana perawatan
berkelanjutan sangat penting.
4. Edukator
Pendidikan kesehatan pada pasien merupakan komponen utama dalam perawatan
medikal bedah. Sebagai educator, perawat bekerja sama dengan individu sebagai
pasien, keluarga atau pengasuh. Pendidikan kesehatan sangat penting saat
perencanaan pulang dari RS.

4
5. Advokat
Sebagai advokat pasien, perawat medikal bedah bersama pasien dan keluarga
menginterpretasikan informasi dari tim kesehatan lain. Jika pasien dan keluarga
tidak memahami apa yang telah dijelaskan misalnya tentang pembedahan, sebagai
advokat perawat menyampaikan ke dokter bedah tentang kebutuhan pendidikan
preoperasi pada pasien.
6. Change agent
Sebagai change agent, perawat merencanakan dan mengimplementasikan suatu
system untuk merubah perilaku kesehatan pasien. Perawat perlu mengkaji
perilaku pasien dan keluarga untuk mengidentifikasi kebutuhan berubah. Faktor
yang paling penting adalah mengkaji kesiapan pasien untuk berubah.
C. Komponen Keperawatan Medikal Bedah
Ada 5 objek utama dalam ilmu keperawatan: manusia, individu (yang
mendapatkan asuhan keperawatan) keperawatan, konsep sakit, aplikasi tindakan
keperawatan.
1. Manusia
Penerima asuhan keperawatan adalah manusia, individu, kelommpok,
komunitas, atau social. Masing-masing diperlakukan oleh perawat sebagai sistem
adaptasi yang holistic dan terbuka.
2. Keperawatan
Bentuk pelayanan professional berupa pemenuhan kebutuhan dasar yang
diberikan kepada individu yang sehat maupun sakit yang mengalami gangguan
fisik, psikis, dan social agar dapat mencapai derajat kesehatan yang optimal.
3. Konsep Sehat-Sakit
Definisi WHO tentang sehat mempunyai karakteristik berikut yang dapat
meningkatkan konsep sehat yang positif ;
a. Memperhatikan individu sebagai sebuah sistem yang menyeluruh.
b. Memandang sehat dengan mengidentifikasi lingkungan internal dan
eksternal.
c. Penghargaan terhadap pentingnya peran individu dalam hidup.
Sakit adalah suatu kondisi dimana kesehatan tubuh lemah. (Webster’s New
Collegiate Dictionary). Sakit adalah keadaan yang disebabkan oleh bermacam-
macam hal, bisa suatu kejadian, kelainan yang dapat menimbulkan gangguan

5
terhadap susunan jaringan tubuh, dari fungsi jaringan itu sendiri maupun fungsi
keseluruhan.
4. Konsep Lingkungan
Lingkungan sebagai semua kondisi yang berasal dari internal dan ekternal,
yang mempengaruhi dan berakibat terhadap perkembangan dan prilaku seseorang
dan kelompok. Lingkungan eksternal dapat berupa fisik, kimiawi, ataupun
psikologis yang diterima individu dan dipersepsikan sebagai suatu ancaman,
sedangkan lingkungan internal adalah keadaan proses mental dalam tubuh
individu (berupa pengalaman, kemampuan emosional, kepribadian) dan proses
stressor biologis (sel maupun molekul) yang berasal dari dalam tubuh individu.
5. Aplikasi asuhan Keperawatan
Proses keperawatan ;
a. Pengakajian
b. Perumusan diagnosis keperawatan
c. Intervensi keperawatan
d. Pelaksanaan
e. Evaluasi
D. Ruang Lingkup Keperawatan Medikal Bedah
Lingkup praktek Keperawatan Medikal Bedah merupakan bentuk asuhan
keperawatan pada klien dewasa yang mengalami gangguan fisiologis baik yang sudah
nyata atau terprediksi mengalami gangguan, baik karena adanya penyakit, trauma atau
kecacatan. Asuhan keperawatan meliputi, Perlakuan terhadap individu untuk
memperoleh kenyamanan; Membantu individu dalam meningkatkan dan
mempertahankan kondisi sehatnya, Melakukan prevensi, deteksi dan mengatasi
kondisi berkaitan dengan penyakit; Mengupayakan pemulihan sampai klien dapat
mencapai kapasitas produktif tertingginya, serta Membantu klien dalam menghadapi
kematian secara bermartabat.
Praktek keperawatan medikal bedah menggunakan langkah-langkah ilmiah
pengkajian, diagnosis, perencanaan, implementasi dan evaluasi; dengan
memperhitungkan keterkaitan komponen-komponen, Biologis, Psikologis, dan Sosial
klien dalam merespon gangguan fisiologis sebagai akibat penyakit, trauma atau
kecacatan.
1. Lingkup Klien

6
Klien yang ditangani dalam praktek keperawatan medikal bedah adalah orang
dewasa, dengan pendekatan one to one basis. Kategori dewasa berimplikasi pada
pengembangan yang dijalani sesuai tahapannya. Tugas-tugas perkembangan ini
dapat berdampak pada perubahan peran dan respon psikososial selama klien
mengalami masalah kesehatan, dan hal ini perlu menjadi pertimbangan perawat
dalam melakukan kajian dan intervensi keperawatan. Pendekatan keperawatan
harus memperhitungkan level kedewasaan klien yang ditangani, dengan demikian
pemberdayaan klien dalam proses asuhan merupakan hal penting sesuai dengan
kondisinya, ini berkenaan dengan self-caring cacities
2. Lingkup Garapan Keperawatan
Untuk membahas lingkup garapan keperawatan medikal bedah, kita perlu
mengacu pada fokus telaahan lingkup garapan dan basis intervensi keperawatan.
Fokus telaahan keperawatan adalah respon manusia dalam menghadapi masalah,
baik aktual maupun potensial. Dalam lingkup keperawatan medikal bedah,
masalah kesehatan ini meliputi gangguan fisiologis nyata atau potensial sebagai
akibat adanya penyakit, terjadinya trauma maupun kecacatan berikut respon klien
yang unik dari aspek-aspek  biologis, psikologis, sosial, dan spiritual.
Mengingat basis telaahan respon klien bersumber dari gangguan fisiologis, maka
pemahaman akan patofisiologis atau mekanisme terjadinya gangguan dan potensi
manifestasi klinis dari gangguan tersebut sangat mendasari lingkup garapan dan
intervensi keperawatan. Penyakit, trauma atau kecacatan sebagai masalah
kesehatan yang dihadapi klien dapat bersumber atau terjadi pada seluruh sistem
tubuh meliputi sistem-sistem persyarafan; Endokrin; Pernapasan; Kardiovaskuler;
Pencernaan; Perkemihan; Muskuloskeletal; Integumen; Kekebalan Tubuh;
Pendengaran; Penglihatan serta Permasalahan – permasalahan yang dapat secara
umum menyertai seluruh gangguan sistem yaitu issue-issue yang berkaitan dengan
keganasan dan kondisi terminal.
a. Lingkup garapan
Lingkup garapan keperawatan adalah kebutuhan dasar manusia,
penyimpangan dan intervensinya. Lingkup garapan keperawatan medikal
bedah adalah segala hambatan pemenuhan kebutuhan dasar yang terjadi
karena perubahan fisiologis pada satu atau berbagai sistem tubuh; serta
modalitas dan berbagai upaya untuk mengatasinya. Guna menentukan
berbagai hambatan pemenuhan kebutuhan dasar manusia dan modalitas

7
yang tepat waktu untuk mengatasinya dibutuhkan keterampilan berpikir
logis dan kritis dalam mengkaji secara tepat kebutuhan dasar apa yang tidak
terpenuhi, pada level serta kemungkinan penyebab apa (diagnosis
keperawatan). Hal ini akan menentukan pada perlakuan (treatment)
keperawatan, dan modalitas yang sesuai. Disini dibutuhkan keterampilan
teknis dan telaah legal etis.
b. Basis intervensi
Basis intervensi keperawatan medikal bedah adalah ketidakmampuan
klien untuk memenuhi kebutuhan dasarnya sendiri (self-care deficit).
Ketidakmampuan ini dapat terjadi karena ketidakseimbangan antara
tuntutan kebutuhan (self-care demand) dan kapasitas klien untuk
memenuhinya (self-care ability) sebagai akibat perubahan fisiologis pada
satu atau berbagai sistem tubuh. Kondisi ini unik pada setiap individu,
karena kebutuhan akan  self-care (self-care requirement) dapat berbeda-
beda, sehingga dibutuhkan integrasi keterampilan-keterampilan berpikir
logis-kritis, teknis dan telaah legal etis untuk menentukan bentuk intervensi
keperawatan mana yang sesuai, apakah bantuan total, parsial, atau suportif-
edukatif yang dibutuhkan klien.
3. Konsekuensi Profesional
Ada berbagai konsekuensi logis yang masih harus dipikirkan sebagai acuan
bagi praktisi keperawatan pada area keperawatan medikal bedah. Melihat
kompleksitas fokus telaahan, lingkup garapan dan basis intervensi area
keperawatan medikal bedah dan konsekuensi profesionalnya perlu dirumuskan :
Standar performance untuk acuan kualitas asuhan. Kategori kualifikasi perawat
untuk menentukan kelayakannya sebagai praktisi. Sertifikasi dan lisensi keahlian
yang senantiasa diperbaharui untuk memberi jaminan keamanan bagi pengguna
jasa keperawatan.
a. Trend dan Isu Keperawatan Medikal Bedah
Tren Keperawatan Medikal Bedah Telenursing (Pelayanan Asuhan
Keperawatan Jarak Jauh) Menurut Martono, telenursing (pelayanan asuhan
keperawatan jarak jauh) adalah upaya penggunaan tehnologi informasi dalam
memberikan pelayanan keperawatan dalam bagian pelayanan kesehatan
dimana ada jarak secara fisik yang jauh antara perawat dan pasien, atau antara
beberapa perawat. Keuntungan dari teknologi ini yaitu mengurangi biaya

8
kesehatan, jangkauan tanpa batas akan layanan kesehatan, mengurangi
kunjungan dan masa hari rawat, meningkatkan pelayanan pasien sakit kronis,
mengembangkan model pendidikan keperawatan berbasis multimedia (Britton,
Keehner, Still & Walden 1999). Tetapi sistem ini justru akan mengurangi
intensitas interaksi antara perawat dan klien dalam menjalin hubungan
terapieutik sehingga konsep perawatan secara holistik akan sedikit tersentuh
oleh ners. Sistem ini baru diterapkan dibeberapa rumah sakit di Indonesia,
seperti di Rumah Sakit Internasional. Hal ini disebabkan karena kurang
meratanya penguasaan teknik informasi oleh tenaga keperawatan serta sarana
prasarana yang masih belum memadai.
b. Prinsip Moisture Balance dalam Perawatan Luka
Trend perawatan luka yang digunakan saat ini adalah menjaga
kelembaban area luka. Luka yang lembab akan dapat mengaktivasi berbagai
growt factor yang berperan dalam proses penutupan luka, antara lain TGF beta
1-3, PDGF, TNF, FGF dan lain sebagainya. Yang perlu diperhatikan adalah
durasi waktu dalam memberikan kelembapan pada luka sehingga resiko
terjadinya infeksi dapat diminimalkan. Selain itu prinsip ini juga tidak
menghambat aliran oksigen, nitrogen dan unsur-unsur penting lainnya serta
merupakan wadah terbaik untuk sel-sel tubuh tetap hidup dan melakukan
replikasi secara optimal, sehingga dianggap prinsip ini sangat efektif untuk
penyembuhan luka. Hal ini akan berdampak pada layanan keperawatan,
meningkatkan kepuasan pasien serta memperpendek lama hari perawatan.
Namun demikian, prinsip ini belum diterapkan di semua rumah sakit di
seluruh Indonesia.
c. Hospice Home Care Hospice
Home care adalah perawatan pasien terminal yang dilakukan di rumah
setelah dilakukan perawatan di rumah sakit, dimana pengobatan sudah tidak
perlu dilakukan lagi. Bidang garapnya meliputi aspek bio-psiko-sosio-spiritual
yang bertujuan dalam memberikan dukungan fisik dan psikis, dukungan moral
bagi pasien dan keluarganya, dan juga memberikan pelatihan perawatan
praktis. Di Indonesia, metode perawatan ini di bawah pengelolaan Yayasan
Kanker Indonesia. Sedangkan di beberapa rumah sakit yang lain program ini
sudah dikembangkan, namun belum dilakukan secara legal.
d. One Day Care

9
Merupakan sistem pelayanan kesehatan dimana pasien tidak
memerlukan perawatan lebih dari satu hari. Setelah menjalani operasi
pembedahan dan perawatan, pasien boleh pulang. Biasanya dilakukan pada
kasus minimal. Berdasarkan hasil analisis beberapa rumah sakit, di Indonesia
didapatkan bahwa metode one day care ini dapat mengurangi lama hari
perawatan sehingga tidak menimbulkan penumpukkan pasien pada rumah
sakit tersebut dan dapat mengurangi beban kerja perawat. Hal ini juga dapat
berdampak pada pasien dimana biaya perawatan dapat ditekan seminimal
mungkin.
e. Pengembangan Evidence Based Nursing Practice di Lingkungan Rumah Sakit
dalam Lingkup Keperawatan Medikal Bedah
Kegiatan-kegiatan penelitian diklinik akan mendukung kualitas
pelayanan keperawatan dalam mendukung sistem pelayanan kesehatan.
Kegiatan tersebut meliputi membentuk komite riset, menciptakan lingkungan
kerja yang ilmiah, kebijakan kegiatan riset dan pemanfaatan hasilnya dan
pendidikan berkelanjutan. Akan tetapi pelaksanaan di Indonesia belum
maksimal. Hal ini dibuktikan dengan minimnya kegiatan ilmiah keperawatan
di rumah sakit, hasil penelitian jarang didiseminasikan dan dimanfaatkan
untuk pengembangan praktik klinis keperawatan
E. Issu Keperawatan Medikal Bedah
Pemakaian tap water (air keran) dan betadine yang diencerkan pada luka.
Beberapa klinisi menganjurkan pemakaian tap water untuk mencuci awal tepi luka
sebelum diberikan NaCl 0,9 %. Hal ini dilakukan agar kotoran-kotoran yang
menempel pada luka dapat terbawa oleh aliran air. Kemudian dibilas dengan larutan
povidoneiodine yang telah diencerkan dan dilanjutkan irigasi dengan NaCl 0,9%.
Akan tetapi pemakaian prosedur ini masih menimbulkan beberapa kontroversi karena
kualitas tap water yang berbeda di beberapa tempat dan keefektifan dalam
pengenceran betadine.
Euthanasia: suatu issue kontemporer dalam keperawatan.
Saat ini mulai terdengar istilah euthanasia, baik aktif maupun pasif. Euthanasia aktif
merupakan tindakan yang sengaja dilakukan untuk membuat seseorang meninggal.
Sedangkan euthanasia pasif adalah tindakan mengurangi ketepatan dosis pengobatan,
penghilangan pengobatan sama sekali atau tindakan pendukung lainnya yang dapat
mempercepat kematian seseorang. Batas keduanya kabur, bahkan merupakan sesuatu

10
yang tidak relevan. Di Nederland euthanasia sudah dalam proses untuk dilegalisasi.
Dikatakan bahwa 72% dari populasi lebih cenderung untuk menjadi relawan
euthanasia aktif. Dalam praktik nyata, masyarakat telah melegalkan euthanasia pasif
terutama dalam proses aborsi. Diyakini bahwa 30 tahun yang akan datang, euthanasia
akan bergeser dari sesuatu yang ”samar-samar” menjadi sesuatu yang legal. Dalam hal
ini, perawat berada dalam posisi yang sangat baik untuk mengkajinya secara lebih
obyektif, sehingga akan menjadi kesempatan terbaik bagi perawat untuk mengambil
bagian terlibat aktif dalam mengembangkan kebijakan-kebijakan terkait, khususnya
pada kasus keperawatan medikal bedah.
Prosedur rawat luka adalah kewenangan dokter. Ada beberapa pendapat bahwa
perawatan luka adalah kewenangan medis, akan tetapi dalam kenyataannya yang
melakukan adalah perawat sehingga dianggap sebagai area abu-abu. Apabila ditinjau
dari bebarapa literatur, perawat mempunyai kewenangan mandiri sesuai dengan seni
dan keilmuannya dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan
kerusakan integritas kulit.
F. Standar Pelayanan Praktek Keperawatan
Praktek keperawatan  adalah perwujudan profesi, dalam hal ini adalah
hubungan professional  antara perawat-klien yang didasarkan pada kebutuhan dasar
klien, intervensi keperawatan untuk membantu memenuhi kebutuhan dasar klien
tersebut didasari oleh penalaran legal etis disertai dengan pendekatan yang manusiawi
(humane). Intervensi tersebut dilakukan melalui kerjasama dengan klien, dengan atau
tanpa kolaborasi denagn profesi kesehatan lain sesuai dengan lingkup wewenang dan
tanggung jawabnya.
Intervensi  (perlakuan) keperawatan dapat diwujudkan melalui  upaya-upaya 
promotif yaitu membantu seseorang baik  yang sehat maupun disable untuk 
meningkatkan level of Wellness;  preventif dalam hal ini adalah mencegah penyakit 
dan atau kecacatan, restoratif & rehabilitatif  adalah  asuhan selama kondisi sakit dan
upaya pemulihannya, serta consolation of the dying  yaitu pendampingan bagi klien
yang menghadapi kematian sehingga dapat melalui fase-fase kematian secara
bermartabat dan tenang .
Jadi, praktek keperawatan merupakan serangkaian proses yang humanistic
untuk melakukan  diagnosis  terhadap  respon klien dalam menghadapi masalah
kesehatan dan dampaknya terhadap terpenuhi tidaknya kebutuhan dasarnya,
menentukan perlakuan keperawatan yang tepat melalui bantuan keperawatan  baik

11
bersifat total, parsial atau suportif-edukatif, menggunakan pendekatan proses
keperawatan dan berpedoman pada standar asuhan dalam lingkup wewenang dan
tanggung jawabnya .

12
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Keperawatan Medical Bedah merupakan bentuk pelayanan profesional yang
merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan, berbentuk pelayanan bio-psiko-
sosio-spiritual yang komprihensif ditujukan pada individu, keluarga dan masyarakat
baik sakit maupun sehat yang mencakup seluruh proses kehidupan manusia.
Keperawatan medikal bedah membahas tentang masalah kesehatan yang lazim terjadi
pada usia dewasa baik yang bersifat akut maupun kronik dengan atau tanpa tindakan
operatif yang meliputi gangguan fungsi tubuh pada sistem cardiovascular, 
penginderaan (mata, tht), pencernaan, dan urologi oleh karena berbagai penyebab
patologis seperti infeksi atau peradangan, kongenital, neoplasma trauma, dan
degeneratif.
Lingkup praktek Keperawatan Medikal Bedah merupakan bentuk asuhan
keperawatan pada klien dewasa yang mengalami gangguan fisiologis baik yang sudah
nyata atau terprediksi mengalami gangguan, baik adanya penyakit, trauma atau
kecacatan.
Peran Keperawatan Medikal Bedah dalam pencapaian MDGs yaitu: peran
perawat sebagai pemberi asuhan keperawatan, peran perawat sebagai advokat klien,
perawat berperan sebagai edukator, peran perawat sebagai koordinator, peran perawat
sebagai kolaborator, peran perawat sebagai konsultan, dan peran perawat sebagai
peneliti dan  pembaharu.
B.   Saran
Semoga pembuatan makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Kami selaku
penulis memohon adanya kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan
makalah ini. Dengan mempelajari makalah ini diharapkan agar pembaca khususnya
mahasiswa keperawatan dapat menerapkan peran-peran keperawatan medical bedah
sesuai dengan konsep dan perspektif keperawatan medical bedah.

13
DAFTAR PUSTAKA

1. Putra, Hendrik. 2011. Perspektif Keperawatan Medikal Bedah. Diakses


dari https://www.scribd.com/doc/247906465/Perspektif-Keperawatan-New pada
tanggal 4 September 2018.

2. Royarind, Hilda. 2014. Peran Perawat Dalam Pencapaian Indikator MD Gs di


Indonesia. Diakses dari http://www.kompasiana.com/hildaroyarind/peran-
keperawatan-dalam-pencapaian-indikator-mdgs-di-
indonesia_54f73634a33311c86c8b468b pada tanggal 4 September 2018.

3. Nursalam.2008.Konsep & Metode Keperawatan (ed. 2). Jakarta: Salemba medika


http://jamaluddinnr.blogspot.co.id/2010/11/makalah-keperawatan-medikal-bedah.html
pada tanggal 4 september 2018.

4. Khaerul.2016.Keperawatan Medikal Bedah. Diakses dari


https://khaerul2016.wordpress.com/2016/06/27/keperawatan-medikal-bedah/ pada
tanggal 4 september 2018.

14

Anda mungkin juga menyukai