Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN

FISTULA GENETALIA

DOSEN PEMBIMBING:
Winda Nurmayani, S.Kep.,Ners.,M.PH
Di Susun Oleh: Kelompok 9

1. Dea Wulandari (010 STYC20)


2. Darmi Echi Anatia (009 STYC20)
3. Haura InasAnisa (019 STYC20)
4. Rasmi Hariri (040 STYC20)
5. Nadila Safitri (030 STYC20)
6. Wiwin Hendryani (052 STYC20)

YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM NUSA TENGGARA BARAT


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YARSI MATARAM
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS
MATARAM
2022
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah Subhanahu Wa Ta’ala Yang Maha


Pemurah dan Lagi Maha Penyayang, puji syukur kami panjatkan kehadirat
Allah Subhanahu Wa Ta’ala, yang telah melimpahkan Hidayah, Inayah dan
Rahmat-Nya sehingga kami mampu menyelesaikan penyusunan makalah
asuhan keperawatan. Keperawatan Maternitas II dengan judul “Asuhan
Keperawatan Fistula Genetalia” tepat pada waktunya.
Penyusunan makalah asuhan keperawatan sudah kami lakukan
semaksimal mungkin dengan dukungan dari banyak pihak, sehingga bisa
memudahkan dalam penyusunannya. Untuk itu kami pun tidak lupa
mengucapkan terima kasih dari berbagai pihak yang sudah membantu kami
dalam rangka menyelesaikan makalah asuhan keperawatan ini.
Tetapi tidak lepas dari semua itu, kami sadar sepenuhnya bahwa
dalam makalah asuhan keperawatan ini masih terdapat banyak kekurangan
baik dari segi penyusunan bahasa serta aspek-aspek lainnya. Maka dari itu,
dengan lapang dada kami membuka seluas-luasnya pintu bagi para pembaca
yang ingin memberikan kritik ataupun sarannya demi penyempurnaan
makalah asuhan keperawatan ini.
Akhirnya penyusun sangat berharap semoga dari makalah asuhan
keperawatan yang sederhana ini bisa bermanfaat dan juga besar keinginan
kami bisa menginspirasi para pembaca untuk mengangkat berbagai
permasalah lainnya yang masih berhubungan pada makalah-makalah asuhan
keperawatan berikutnya.

Mataram, 04 Juni 2022

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ ii


DAFTAR ISI .......................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................1
1.1 Latar Belakang .............................................................................................1
1.2 Tujuan Penulisan ..........................................................................................2
BAB II TINJAUAN TEORI ....................................................................................3
2.1 Konsep Dasar Fistula Genetalia ...................................................................3
2.1.1 Definisi Fistula Genetalia .................................................................3
2.1.2 Etiologi .............................................................................................3
2.1.3 Klasifikasi ................................................................................................ 4
2.1.4 Komplikasi .............................................................................................. 5
2.1.5 Manifestasi Klinis .................................................................................... 5
2.1.6 Patofisiologi............................................................................................. 6
2.1.7 Pencegahan .............................................................................................. 7
2.1.8 Pemeriksaan Penunjang ......................................................................... 7
2.1.9 Pathway .................................................................................................... 7
2.1.10 Penatalaksanaan ...................................................................................... 8
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN .................................................................10
3.1 Konsep Asuhan Keperawatan Pada Gangguan Citra Tubuh ......................10
3.1.1 Pengkajian ............................................................................................. 10
3.1.2 Diagnosa Keperawatan ........................................................................ 12
3.1.3 Intervensi ............................................................................................... 12
3.1.4 Implementasi ......................................................................................... 17
3.1.5 Evaluasi .................................................................................................. 18
BAB IV PENUTUP ...............................................................................................19
4.1 Kesimpulan.................................................................................................19
4.2 Saran ...........................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................20

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kesehatan reproduksi merupakan masalah yang penting untuk
mendapatkan perhatian terutama dikalangan remaja. Masa remaja diwarnai
oleh pertumbuhan, perubahan, munculnya berbagai kesempatan, dan
seringkali mengahadapi resiko-resiko kesehatan reproduksi. Resiko
kesehatan ini dipengaruhi oleh berbagai faktor yang saling berhubungan,
misalnya tuntutan untuk menikah muda dan hubungan seksual, akses
terhadap pendidikan dan pekerjaan, kurangnya perhatian terhadap
kebersihan organ reproduksi, ketidaksetaraan jender, kekerasan seksual, dan
pengaruh media massa maupun gaya hidup. Reproduksi adalah kemampuan
makhluk hidup untuk menghasilkan keturunan yang baru. Tujuannya adalah
untuk mempertahankan jenisnya dan melestarikan jenis agar tidak punah.
Sistem reproduksi pada manusia akan mulai berfungsi ketikaseseorang
mencapai kedewasaan (pubertas) atau masa akil balik.
Fistula genitalia banyak ditemukan di negara berkembang sebagai
akibat persalinan yang lama maupun penanganan yang kurang baik.
Dinegara maju kasus ini terbanyak disebabkan oleh tindakan operasi
histerektomi maupun secara abdominal.
Fistula genitalia ini merupakan kasus yang tidak seorangpun
membayangkan akan terjadi pada penderitanya. Penderitaan pasien, bukan
hanya difisik saja tetapi berupa mudah mengalami ISK, namun memiliki
dampak psikososial yang dirasakan lebih menyakitkan. Penderita merasa
terisolasi dari pergaulan, keluarga dan lingkungan kerjanya oleh karena
enantiasa mengeluarkan urine dan bau yang tidak sedap setiap saat. Tidak
jarang suami meninggalkan nya dengan alasan karena tidak terpenuhinya
kebutuhan biologis dengan wajarnya (Sarwono, 2016). Kasus ini seringkali
dialami oleh para wanita dari kalangan sosio ekonomi yang rendah dimana
pada saat kehamilan dan persalinan tidakmendapat pelayanan yang mamadai

1
sehingga berlangsung lama dan terjebak pada persalinan kasip. Angka
kejadian pasti di Indonesia sulit didapatkan oleh karena banyak laporan
hanya menggambarkan kejadian penderita yang datang ke rumah sakit.
1.2 Tujuan Penulisan
Tujuan penyusun dalam penyusunan makalah asuhan keperawatan ini
terbagi menjadi dua bagian, yaitu tujuan umum dan tujuan khusus, dimana :
1. Tujuan Umum
Tujuan umum dalam penyusunan makalah asuhan keperawatan ini yaitu
untuk mengetahui dan memahami tentang konsep fistula genetalia dan
asuhan keperawatan yang benar pada pasien dengan fistula genetalia.
2. Tujuan Khusus
a. Dapat mengetahui dan memahami tentang konsep fistula genetalia
yang meliputi definisi fistula genetalia, etiologi, klasifikasi,
komplikasi, manifestasi klinis, patofisiologi, pencegahan, pathway dan
penatalaksanaan
b. Dapat mengidentifikasi konsep asuhan keperawatan yang benar pada
klien dengan fistula genetalia yang meliputi pengkajian, diagnosa
keperawatan, intervensi, dan evaluasi keperawatan.

2
BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 Konsep Dasar Fistula Genetalia


2.1.1 Definisi Fistula Genetalia
Fistula urogenital didefinisikan sebagai hubungan abnormal
antara saluran reproduksi wanita dan saluran kemih yang dapat
mengakibatkan kebocoran urin. 1Fistula urogenital merupakan
komplikasi yang buruk dan ditakuti wanita karena memberikan
dampak mendalam, baik secara fisik maupun psikososial. (Ngesti
Anggita Mukti, 2015).

Gambar 1 Fistula Genetalia Gambar 2 Fistula Genetalia


2.1.2 Etiologi
a. Sebab Obstetrik
Terjadinya penekanan jalan lahir oleh kepala bayi dalam
waktu lama, seperti pada partus lama iskemia kemudian nekrosis
lambat, atau akibat terjepit oleh alat pada persalinan buatan.
Partus dengan tindakan, eperti pada tindakan SC, kranioklasi,
dekapitasi, ekstraksi dengan cunam, seksiso-histerektomia.

3
b. Sebab Ginekologik
1. Proses keganasan/carcinoma terutama carcinoma cervix,
radiasi/penyinaran, trauma operasi atau kelainan congenital.
2. Histerektomi totalis
3. Lokasi terbanyak pada apeks vagina ukuran 1-2 mm, terjadi
akibat terjepit oleh klem atau terkait oleh jahitan.
c. Sebab Trauma
Terjadi karena trauma (abortus kriminalis)
Fistula biasanya berkembang ketika terjadi penekanan
persalinan yang lama, anak yang belum lahir begitu erat dijalan
lahir yang di potong aliran darah ke jaringan sekitarnya yang
necrotize dan akhirnya membusuk. Cedera ini dapat disebabkan
oleh pemotongan kelamin perempuan, aborsi, atau panggul patah
tulang. Penyebab lainnya yang secara langsung potensial untuk
penegembangan fistula obstetric adalah pelecahan seksual dan
perkosaan, terutama dalam konflik/pasca konflik daerah, trauma
bedah lainnya, kanker ginekologi atau radioterapi pengobatan
terkait lainnya.
Penyeban distal yang dapat menyebabkan perkembangan
isu-isu kepedulian fistula obstetric yaitu kemiskinan, kurangnya
pendidikan, pernikahan dini dan melahirkan, peran dan status
perempuan dinegara berkembang, dan praktek-praktek tradisional
yang berbahaya dan kekerasan seksual. Akses ke perawatan
darurat kebidanan merupakan salah satu tantangan utama
dalammencegah perkembangan fistula obstetric.
2.1.3 Klasifikasi
1. Fistula enterocutaneous
Adalah bagian dinding GI tract yang terbuka sehingga
menyebabkan keluarnya isi perut dan keluarnya melalui kulit.
2. Fistula enterovesicular (vesikovaginal dan uretrovaginal)
Fistula vesikovaginal adalah ostium antara kandung kemih dan

4
vagina sedangkan fistula uretrovaginal adalah ostium antara uretra
dan vagina. Fistula pada bagian ini dapat mengakibatkan sering
terjadinya infeksi saluran kemih.
3. Fistula rektovaginalis
Adalah suatu ostium antara rectum dan vagina atau merupakan
alur granulomatosa kronis yang berjalan dari anus hingga bagian
luar kulit anus, atau dari suatu abses anus atau daerah perianal.
4. Fistula enterocolic
Adalah saluaran yang melibatkan usus besar atau kecil.
5. Fistula multiple
2.1.4 Komplikasi
1. Infeksi
2. Gangguan fungsi reproduksi
3. Gangguan dalam berkemih
4. Gangguan dalam defekasi
5. Ruptur/ perforasi organ yang terkait
2.1.5 Manifestasi Klinis
Gejala tergantung pada kekhususan defek. Pus atau feses
dapat bocor secara konstan dari lubang kutaneus. Gejala ini mungkin
pasase flatus atau feses dari vagina atau kandung kemih, tergantung
pada saluran fistula. Fistula yang tidak teratsi dapat menyebabkan
infeksi sistemik disertai gejala yang berhubungan.
Gangguan yang dihasilkan biasanya mencakup
a. Inkontinensia urine
b. Infeksi parah dan ulserasi pada saluran vagina
c. Wanita merasa tidak nyaman
d. Haid terganggu, amenorrhoe sekunder
e. Kulit sekitar anus tebal
f. Infeksi pada jalan lahir
g. Pada pemeriksaan speculum terlihat dinding vesika menonjol
keluar

5
h. Flatus dari vagina, keluar cairan dari rectum.

Gambar 3 Fistula Genetalia Gambar 4 Fistula Genetalia


2.1.6 Patofisiologi
Salah satu etiologi dari terbentuknya fistel adalah dari
pembedahan. Biasanya karena terjadi kurangnya ke sterilan alat atau
kerusakan intervensi bedah yang merusak abdomen. Maka kuman
akan masuk kedalam peritoneum hingga terjadinya peradangan pada
peritoneum sehingga keluarnya eksudat fibrinosa (abses),
terbentuknya abses biasanya disertai dengan demam dan rasa nyeri
pada lokasi abses (Mabeya, 2017).
Infeksi biasanya akan meninggalkan jaringan parut dalam
bentuk pita jaringan (perlengketan/adesi), karena adanya
perlengketan maka akan terjadinya kebocoran pada permukaan tubuh
yang mengalami perlengketan sehingga akan menjadi sambungan
abnormal diantara 2 permukaan tubuh. Maka dari dalam fistel akan
meneluarkan drain atau feses (Mabeya, 2017).
Karena terjadinya kebocoran pada permukaan tubuh yang
mengalami perlengketan maka akan menyumbat usus dan gerakan
peristaltik usus akan berkurang sehingga cairan akan tertahan
didalam usus halus dan usus besar (yang bisa menyebabkan edema),
jika tidak di tangani secara cepat maka cairan akan merembes
kedalam rongga peritoneum sehingga terjadinya dehidrasi (Mabeya,
2017).

6
2.1.7 Pencegahan
Pencegahan dapat dilakukan dengan cara :
1. Pemeriksaan secara rutin ke perawatan kandungan
2. Dukungan dari profesional perawatan kesehatan terlatih selama
kehamilan,
3. Menyediakan akses ke keluarga berencana
4. Mempromosikan praktek jarak antar kelahiran
5. Mendukung perempuan dalam bidang pendidikan
6. Menunda pernikahan dini.
2.1.8 Pemeriksaan Penunjang
1. Darah lengkap
2. CT
3. BT
4. Golongan darah
5. Urium creatiumi
6. Protein
7. Albumin

7
2.1.9 Pathway

2.1.10 Penatalaksanaan
a. Medis
Pengobatan yang dapat dilakukan yaitu dengan cara
operasi. Operasi untuk kasus ini tanpa komplikasi memiliki
tingkat keberhasilan 90%. Operasi ini sukses dapat
memungkinkan perempuan untuk hidup normal dan memiliki
anak lagi. Perawatan pasca operasi sangat penting untuk
mencegah infeksi. Beberapa wanita yang tidak bersedia untuk

8
operasi ini, dapat mencari pengobatan alternatif yang disebut
urostomy (pengumpulan urin dipakai setiap hari).
Manfaat terbesar dari perawatan bedah adalah bahwa
banyak wanita dapat kembali bergabung dengan keluarga mereka,
masyarakat, dan masyarakat tanpa rasa malu dari kondisi mereka
karena bocor dan bau tidak lagi sekarang.
b. Keperawatan
1. Pra operasi : persiapan fisik, lab, antibiotika profilaksis,
persiapan kolon bila perlu
2. Waktu reparasi, tergantung sebab :
a) Trauma operasi segera, saat operasi tsb, atau ditunda jika
diketahui pasca op.
b) Obstetrik 3 bulan pascasalin, kecuali fistula fekalis
dilakukan setelah 3-6 bulan.
c) Pasca operasi : drainase urin kateter terpasang.

9
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Konsep Asuhan Keperawatan Pada Gangguan Citra Tubuh


3.1.1 Pengkajian
1. Identitas
Biasanya berisi nama, jenis kelamin, alamat, No Medical Record,
penanggung jawab, agama, alamat, tanggal masuk, dan lain-lain.
2. Tanda-Tanda Vital
Tekanan Darah : Biasanya normal
Suhu : Biasanya normal
Pernafasan : Biasanya normal
Nadi : Biasanya normal
3. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat kesehatan dahulu
Biasanya terjadi partus lama, partus dengan tindakan SC,
karsinoma, radiasi, trauma operasi atau kelainan congenital,
aborsi, pelecehan seksual atau pemerkosaan.
b. Riwayat kesehatan sekarang
Biasanya terjadi kelumpuhan, inkontinensia urine, haid klien
biasanya terganggu, kulit sekitar anus tebal, infeksi pada jalin
lahir, dinding vesika menonjol keluar, dan keluar cairan dari
rectum.
c. Riwayat kesehatan keluarga
Biasanya mengalami DM dan hipertensi
d. Riwayat menstruasi
Biasanya haid klien terganggu dengan terjadi amnorrhoe
sekunder.
4. Pemeriksaan Fisik
a. Rambut
Biasanya rambut klien bersih, tidak ada ketombe.

10
b. Mata
Biasanya simertsi kiri dan kanan, konjungtiva tidak anemis,
sklera tidak ikterik, dan pupil isokor.
c. Hidung
Biasanya tidak terdapat oedema, tidak ada lesi dan simetris kiri
dan kanan.
d. Telinga
Biasanya simetris kiri dan kanan, fungsi pendengaran baik.
e. Mulut
Biasanya mukosa bibir lembab.
f. Leher
Biasanya tidak pembesaran dan pembengkakan kelenjar getah
bening
g. Payudara
Biasanya simetris kiri dan kanan, dan tidak ada pembengkakan,
papilla mamae keluar dan tidak terdapat nyeri saat menyusui.
h. Jantung
I : biasanya ictus cordis tidak terlihat
P : biasanya ictus cordis teraba
P : biasanya pekak
A: biasanya BJ I dan BJ II teratur
i. Abdomen
Inspeksi : biasanya tidak asites
Auskultasi : biasanya bising usus normal
Palpasi : biasanya tidak terdapat nyeri tekan dan nyeri lepas
Perkusi : biasanya tympani
j. Genitalia
Biasanya keluar cairan dari rectum dan vagina, kulit sekitar anus
tebal, infeksi pada jalin lahir, terdapat gangguan eliminasi pada
urine dan dinding vesika menonjol keluar
k. Ekstremitas

11
Biasanya terjadi kelumpuhan pada ekstermitas bawah akibat
trauma operasi.
3.1.2 Diagnosa Keperawatan
Adapun diagnosa yang biasanya muncul adalah :
a. Resiko Infeksi berhubungan dengan luka bekas pembedahan
b. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan nyeri infeksi
c. Gangguan Eliminasi urin berhubungan dengan inkontinensia urin
d. Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi dan
minat untuk belajar
3.1.3 Intervensi
No Diagnosa Tujuan Dan Intervensi
Keperawatan Kriteria Hasil Keperawatan
(SDKI) (SLKI) (SIKI)
1 Resiko Infeksi Setelah dilakukan Observasi:
b.d luka bekas tindakan a. Monitor tanda
pembedahan keperawatan selama dan gejala
3x24 jam, infeksi lokal dan
diharapkan resiko sistemik
infeksi dapat teratasi Terapeutik:
dengan a. Berikan
kriteria hasil : perawatan kulit
a Elastisitas pada area edema
meningkat b. Cuci tangan
b Hidrasi sebelum dan
meningkat sesudah kontak
c Perfusi jaringan dengan pasien
meningkat dan lingkungan
d Perdarahan pasien
menurun c. Pertahankan
e Kemerahan teknik aseptic
menurun pada pasien

12
beresiko tinggi
Edukasi:
a. Jelaskan tanda
dan gejala
infeksi
b. Ajarkan cara
memeriksa
kondisi luka atau
luka operasi
c. Anjurkan
meningkatkan
asupan nutrisi
d. Anjurkan
meningkatkan
asupan cairan
Kolaborasi:
a. Kolaborasi
pemberian
imunisasi, jika
perlu
2 Gangguan rasa Setelah dilakukan Observasi:
nyaman b.d tindakan a. Identifikasi
nyeri infeksi keperawatan selama factor yang
3x24 jam, memperberat
diharapkan dan
gangguan rasa memperingan
nyaman dapat nyeri
teratasi dengan b. Identifikasi
kriteria hasil : pengetahuan dan
a Kesejahteraan keyakinan
fisik meningkat tentang nyeri

13
b Kesejahteraan c. Identifikasi
psikologis pengaruh nyeri
meningkat terhadap kualitas
c Kebisingan hidup
menurun d. Monitor terapi
d Keluhan sulit idur komplementer
menurun yang telah
diberikan
e. Monitor efek
samping
penggunaan
analgetik
Terapeutik:
a. Berikan teknik
nonfarmakologi
untuk
mengurangi rasa
nyeri
b. Fasilitasi
istirahat dan
tidur
Edukasi:
a. Jelaskan strategi
meredakan nyeri
b. Anjurkan
menggunakan
anlgetik secara
tepat
c. Anjurkan teknik
nonfarmakologis
untuk

14
mengurangi rasa
nyeri
Kolaborasi:
a. Kolaborasi
pemberian
analgetik, jika
perlu
3 Gangguan Setelah dilakukan Observasi:
Eliminasi urin tindakan a. Identifikasi
b.d keperawatan selama tanda dan gejala
inkontinensia 3x24 jam, retensi atau
urin diharapkan inkotensia urin
gangguan eliminasi b. Identifikasi
urin dapat teratasi factor yang
dengan menyebabkan
kriteria hasil : retensi atau
a Kemampuan inkotensia urin
berkemih c. Monitor
meningkat eliminasi urin
b Residu volume (mis. Frekuensi
urin setelah kositensi, aroma,
berkemih volume dan
menurun warna).
c Distensi kandung Terapeutik:
kemih menurun a. Catat waktu dan
d Frekuensi haluaran
berkemih berkemih
membaik Edukasi:
e Sensasi berkemih a. Ajarkan tanda
membaik dan gejala
infeksi saluran

15
kemih
b. Anjurkan minum
yang cukup, jika
tidak ada ontra
indikasi
Kolaborasi:
a. Kolaborasi
pemberian obat
suppositoria
uretra, jika perlu
4 Defisit Setelah dilakukan Observasi:
pengetahuan tindakan a. Identifikasi
b.d kurangnya keperawatan selama kesiapan dan
informasi dan 3x24 jam, kemampuan
minat untuk diharapkan defisit menerima
belajar pengetahuan dapat informasi
meningkat dengan b. Identifikasi
kriteria hasil : factor yang
a Verbalisasi minat dapat
dalam belajar meningkatkan
meningkat dan menurunkan
b Persepsi yang motivasi
keliru menurun perilaku hidup
c Pertanyaan bersih dan sehat
tentang masalah Terapeutik:
yang dihadapi a. Sediakan materi
menurun dan media
d Perilaku pendidikan
membaik kesehatan
b. Jadwalkan
pendidikan

16
kesehatan sesuai
keseoakatan
c. Berikan
kesempatan
untukbertanya
Edukasi:
a. Jelaskan factor
resiko yang
dapat
mempengaruhi
kesehatan
b. Ajarkan perilaku
hidup bersih dan
sehat.

3.1.4 Implementasi
Implementasi pada proses keperawatan adalah fase ketika
perawat mengimplementasikan intervensi keperawatan untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Fase implementasi
memberikan tindakan keperawatan aktual dan respons klien yang
dikaji pada fase akhir, fase evaluasi (Kozier, 2010). Menurut PPNI
(2018), untuk mengimplementasikan intervensi keperawatan maka
tindakan implementasi terdiri atas tindakan observasi, terapeutik,
edukasi dan kolaborasi.
Tujuan dari implementasi adalah membantu klien dalam
mencapai tujuannya yaitu mencakup peningkatan kesehatan,
pencegahan penyakit, pemulihan kesehatan dan memfasilitasi koping.
Perencanaan asuhan keperawatan akan dapat dilaksanakan dengan
baik jika klien mempunyai keinginan untuk berpartisipasi dalam
implementasi asuhan keperawatan. Selama tahap ini perawat terus
melakukan pengumpulan data dan memilih asuhan keperawatan yang

17
paling sesuai dengan kebutuhan klien (Nursalam, 2011).
3.1.5 Evaluasi
Menurut Nursalam (2016), evaluasi keperawatan terdiri dari
dua jenis yaitu sebagai berikut :
1) Evaluasi formatif : Evaluasi ini disebut juga evaluasi berjalan
dimana evaluasi dilakukan sampai dengan tujuan tercapai. Pada
evaluasi formatif ini penulis menilai klien mengenai perubahan
volume cairan tubuh sebelum dan sesudah dilakukan tindakan
untuk perawat defisit volume cairan tubuh klien.
2) Evaluasi somatif : Merupakan evaluasi akhir dimana dalam metode
evaluasi ini menggunakan SOAP (subjektif, objektif, assessment,
perencanaan). Pada evaluasi somatif ini penulis menilai tujuan
akhir dari penerapan tindakan yang penulis lakukan yaitu ada atau
tidaknya perubahan volume cairan tubuh setelah dilakukan
tindakan keperawatan untuk menangani defisit volume cairan.
Tekhnik Pelaksanaan SOAP :
a) S (Subjective) adalah informasi berupa ungkapan yang didapat
dari klien setelah tindakan diberikan.
b) O (Objective) adalah informasi yang didapat berupa hasil
pengamatan, penilaian, pengukuran yang dilakukan oleh
perawat setelah tindakan dilakukan.
c) A (Analisis) adalah membandingkan antara informasi subjective
danobjective dengan tujuan dan kriteria hasil, kemudian diambil
kesimpulan bahwa masalah teratasi, teratasi sebahagian, atau
tidak teratasi.
d) P (Planning) adalah rencana keperawatan lanjutan yang akan
dilakukan berdasarkan hasil analisa.

18
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Fistula genitalia dalah terjadinya hubungan antara traktus genitalia dengan
traktus urinarius atau, gastrointestinal dan dapat ditemukan satu atau gabungan dua
kelainan secara bersamaan.
Pelayanan asuhan keperawatan pada harus sesuai dengan instruksi dokter.
Asuhan yang diberikan kepada ibu tersebut, seperti mengontrol keadaan umum ibu
dan tanda-tanda vital, menganjurkan ibu untuk bed rest total dan banyak minum air
putih sesuai yang diinstruksikan dokter, menganjurkan ibu untuk makan yang
cukup dan mengingatkan ibu untuk rutin minum obat yang diresepkan dokter.
4.2 Saran
Sebagai seorang pelayan kesehatan yang profesional hendaknya perawat
mampu memberikan asuhan keperawatan yang efektif guna membantu
memperbaiki kondisi pasien. Serta memberikan edukasi pada pasien agar pasien
koperatif dalam menjaga kesehatannya.

19
DAFTAR PUSTAKA

Mabeya H.M, Characteristic of Women Admitted with Obstetric Fistula in


the Rural hospitals in West Pokot, Kenya, 2017
Prawirohardjo, Sarwono. Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT. Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo 2016.
Leoni I, dkk. 2015. Asuhan Keperawatan Fistual Genetalia. Diakses pada 1
Oktober 2019 dari https://id.scribd.com/doc/289667624/Askep-
Fisula- Genetalia.
Yue Pz, 2013. Laporan pendahuluan Fistual Genetalia. Diakses pada 1
Oktober 2019 dari https://id.scribd.com/doc/155138199/Laporan-
Pendahuluan-Fistual.
Witri A, dkk. 2013. Asuhan Keperawatan Dengan Ibu Dengan Gangguan
Fistula Genetalia. Diakses pada taggal 2 Oktober 2019 dari
https://dokumen.tips/download.link.askep-pada-ibu-dengan-fistula-
genetalis.
PPNI. 2018. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia : Definisi dan
Indikator Diagnostik, Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI
PPNI. 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia : Definisi dan Kriteria
Hasil Keperawatan, Edisi 1 . Jakarta : DPP PPNI
PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia : Definisi dan
Tindakan Keperawatan, Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI

20

Anda mungkin juga menyukai