Anda di halaman 1dari 47

PENGALAMAN PEREMPUAN MELAHIRKAN DI USIA

REMAJA STUDI KASUS KUALITATIF FENOMENOLOGI

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Studi Sarjana

Keperawatan

Disusun Oleh :

MAULIDIAH

1714201064

PRORAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH TANGERANG

2021
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Remaja merupakan masa tumbuh kembang yang di mulai dari usia 10-

19 tahun dimana organ reproduksi mengalami kematangan dan sering juga di

sebut dengan masa pubertas sehingga organ reproduksi mengalami perubahan

dari masa anak ke masa dewasa. Remaja disebut juga dalam istilah adolescere

yang berarti mengalami perubahan dari masa anak ke masa dewasa kearah

kematangan yaitu hanya kematangan fisik, kematangan sosial dan psikologis

(WHO, 2018; Marmi, 2013).

Pada masa remaja terjadi perubahanan masa pubertas, yaitu masa

tumbuh kembang perubahan dari masa anak ke dewasa yang ditandai dengan

munculnya tanda-tanda seksual sekunder dan kemampuan bereproduksi

dengan perubahan hormonal, perubahan fisik, maupun psikologis dan sosial.

Perubahan fisik pada perempuan ditandai dengan pertumbuhan buah dada dan

mengalami menarche atau haid pertama, sedangkan perubahan fisik bagi laki-

laki ditandai dengan mimpi basah maupun perubahan suara, di ikuti timbulnya

jakun, dan tumbuh rambut di bagian muka, dada, kaki serta kemaluan (Survei

Demografi dan Kesehatan, 2012; Survei Demografi dan Kesehatan, 2017).

Remaja perempuan sudah mengalami menarche atau haid pertama,

beberapa bulan kemudian remaja perempuan sudah bisa hamil jika sel telur-

nya dibuahi oleh sperma. Remaja perempuan yang sudah melewati menarche

sudah bisa hamil dan melahirkan jika terjadi pembuahan. Meskipun organ
reproduksi remaja perempuan sudah bisa untuk hamil dan melahirkan, namun

tidak dalam kondisi sempurna seperti kehamilan yang terjadi pada usia

dewasa. Hal ini disebabkan karena kondisi fisik dan sistem reproduksi remaja

baru berkembang namun belum matang sempurna untuk menampung hasil

konsepsi. Meskipun secara teori, remaja perempuan belum sempurna untuk

hamil dan melahirkan, namun pada faktanya banyak remaja perempuan yang

telah hamil dan memiliki anak (Shaffer dan Kipp, 2015; Irianti dkk, 2014).

Kehamilan usia remaja merupakan kehamilan yang terjadi pada usia

14-19 tahun baik disengaja maupun tidak sengaja. Salah satu faktor yang

dapat mengakibatkan terjadinya kehamilan pada usia remaja adalah kurangnya

pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi. Pada masa remaja alat

reproduksi belum cukup matang untuk melakukan fungsinya, dimana rahim

(uterus) akan siap melakukan fungsinya setelah wanita berumur 20 tahun,

karena pada usia ini fungsi hormonal akan bekerja maksimal. Resiko

kehamilan yang terjadi akan menyebabkan kematian ibu dan bayi 2-4 kali

lebih besar dibandingkan kehamilan dan persalinan pada usia produktif sehat

yakni usia 20-35 tahun. Penyebab tidak langsung kematian ibu adalah faktor-

faktor yang dapat memperberat keadaan ibu hamil seperti empat terlalu

(terlalu muda, terlalu tua, terlalu sering melahirkan dan terlalu dekat jarak

kelahiran) (Marmi, 2013; Rosa, 2012; Pudiastuti, 2011).

Angka kematian ibu (AKI) tahun 2020 sekitar 16 kematian ibu

91,45/100.000 KH, sedangkan jumlah kematian ibu sampai bulan agustus

2020 sekitar 27 kematian ibu 227,22/100.000 KH. Total AKI secara nasional
305/100.000 KH, target AKI (Rencana Pembangunan Jangka Menengah

Nasional) RPJMN 2024 sekitar 183/100.000 KH sedangkan tarket AKI Global

(Sustainable Development Goals) SDGs 70/100.000 KH. Penyebab utama

kematian ibu adalah pendarahan, Pre-eklamsia dan penyakit penyerta.

Sedangkan Angka kematian bayi (AKB) 24/1.000 KH, dan angka kematian

neonatal (AKN) 15/1.000 KH, target Indonesia tahun 2024 AKN 10/100.000

KH, target Global (Sustainable Development Goals) SDGs tahun 2030 AKB

12/1.000 KH, AKN 7/1.000 KH. Tahun 2020 sampai dengan bulan agustus

telah terjadi 74 kasus kematian neonatal AKN 6.23/1.000 KH 116 kematian

post neonatal AKB 9.78/1.000 KH. Penyebab kematian bayi, Asfiksia, (Berat

Badan Lahir Rendah) BBLR dan prematuritas masih menjadi penyebab utama

kematian bayi (Survey Demografi Kesehatan Indonesia SDKI, 2017; Survei

Penduduk Antar Sensus SUPAS, 2015).

Persalinan remaja merupakan masalah global yang mengkhawatirkan

terutama pada negara yang sedang berkembang, angka persalinan remaja

sangat berisiko tinggi terhadap komplikasi persalinan bahkan kematian ibu.

Masalah ini sangat penting untuk diatasi karena berakibat buruk pada

persalinan jumlah persalinan remaja sekitar 16 juta perempuan pada usia 15-

19 tahun dan 2,5 juta perempuan di bawah usia 16 tahun. Ibu hamil remaja

dalam masa transisi anak menuju dewasa merasa tidak berdaya dalam

menghadapi persalinan yang berat. Persalinan remaja masih mejadi perhatian

khusus di ndonesia karena persalinan ini menimbulkan dampak berbahaya

bagi ibu dan janin, resikokesehatan yang lebih tinggi dibandingkan dengan
kehamilan orang dewasa seperti persalinan prematur, Berat Badan Bayi

Rendah (BBLR), komplikasi neonatal, anomaly kongenital, masalah dalam

menyusui dan bonding ibu-bayi, kelalaian dalam perawatan bayi (WHO,

2018; Cinar dan Menekse, 2017; Cavazos-Rehg et al.,2015).

Dilihat dari umur wanita yang melakukan perkawinan dini umumnya

kurang dari 17 tahun sehingga turut mendorong laju pertumbuhan penduduk,

karena pada masa tersebut wanita sedang mangalami masa subur sehingga

memungkinkan untuk mempunyai anak lebih banyak. Rata-rata usia kawin

bisa menjadi penentu atau mencerminkan keadaan sosial ekonomi di daerah

itu sendiri. Jika semakin banyak usia muda yang melangsungkan pernikahan

maka dapat dinilai keadaan sosial ekonomi dilingkungan tersebut tidak begitu

baik. Banyak jumlah perempuan dan laki-laki yang tidak memiliki pekerjaan

memilih untuk menikah alih-alih mengisi waktu luang mereka dan

kepercayaan bahwa rezeki akan datang dengan sendirinya jika sudah

membangun hubungan rumah tangga (Yussif et al., 2017).

Berdasarkan latar belakang pengalaman remaja yang melahirkan di

usia remaja di wilayah Cengkareng DKI Jakarta penulis menemukan beberapa

fenomena bahwa melahirkan di usia remaja adanya keterkaitan dengan

tingginya Angka Kematian Ibu (AKI), Angka kematian bayi (AKB), resiko

Berat Badan Bayi Rendah (BBRL), terjadinya resiko anemia pada ibu, tingkat

emosi tidak terkontrol dan tingginya perceraian di usia remaja.

1.2 Identifikasi Masalah


Berdasarkan latar belakang diatas, identifikasi pada penelitian ini adalah

sebagai berikut:

1.2.1 Tingginya Faktor Resiko Angka Kematian Ibu

1.2.2 Dampak Perempuan Melahirkan Di Usia Remaja

1.2.3 Fakror Resiko Berat Badan Lahir Rendah BBLR

1.3 Batasan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas batasan masalah pada penelitian atau

orang yang diteliti adalah Pengalaman Perempuan Yang Melahirkan Di Usia

Remaja di Wilayah Cengkareng DKI Jakarta

1.4 Rumusan Masalah

Berdasarkan fenomena tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian terkait “Pengalaman Perempuan Melahirkan Di Usia Remaja Studi

Kualitatif Fenomenologi”. Tujuan penelitian ini adalah untuk menggali secara

mendalam Pengalaman Perempuan Melahirkan Di Usia Remaja.

1.5 Tujuan Penelitian

1.5.1 Tujun umum

Untuk mengetahui pengalaman perempuan melahirkan di usia remaja

1.5.2 Tujuan khusus

a. Mengetahui pengalaman perempuan melahirkan di usia remaja

b. Mengetahui pengalaman perempuan merawat bayi di usia remaja

c. Mengetahui pengalaman perempuan mendapatkan pelayanan

kesehatan di usia remaja


1.6 Manfaat penelitian

1.6.1 Bagi peneliti

Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan pemikiran terhadap

perkembangan ilmu pendidikan dan dapat menambah sumber informasi

serta sumber kepustakaan. Dan diharapkan dapat mengembangkan ilmu

pengetahuan khususnya untuk Keperawatan Maternitas yang berkaitan

dengan pengalaman perempuan melahirkan di usia remaja

1.6.2 Bagi Pendidikan

Dapat digunakan sebagai referensi pengetahuan tambahan

terutaman Keperawatan Maternitas dan di intergrasikan dalam

pendidikan, pembelajaran di kampus dan bagi penelitian selanjutnya

dapat digunakan sebagai penelitian lanjutan dalam pemikiran

pengembangan pembelajaran untuk melanjutkan penelitian.

1.6.3 Bagi Perempuan

Penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan untuk

meningkatkan pengetahuan terhadap perempuan yang melahirkan di usia

remaja dalam merawat bayi.


BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Remaja

2.1.1.1 Pengertian Remaja

Remaja adalah suatu masa dimana individu berkembang

dari saat pertama kali menunjukkan tanda-tanda seksual

sekundernya sampai menuju kematangan seksual. Remaja pada

tahap tersebut mengalami perubahan secara emosi, tubuh, minat,

pola perilaku dan juga penuh dengan masalah-masalah pada masa

remaja, batasan usia remaja berbeda-beda sesuai dengan sosial

budaya daerah setempat. Pembagian usia remaja terdiri dalam 2

bagian, yaitu remaja awal 10-14 tahun dan remaja akhir 15-20

tahun, batasan usia remaja Indonesia usia 11-24 tahun dan belum

menikah. Masa remaja dimulai dengan masa remaja awal 12-24

tahun, kemudian dilanjutkan dengan masa remaja tengah 15-17

tahun, dan masa remaja akhir 18-21 tahun (Pieter dan Lubis, 2013;

Sarwono, 2011).

2.1.1.2 Tahapan Perkembangan Remaja


Pengertian tumbuh kembang remaja adalah pertumbuhan

fisik atau perkembangan psikologis, dimana pada pertumbuhan ini

terdapat perubahan sistem reproduksi bagi remaja perempuan

ataupun remaja laki-laki. Tumbuh kembang remaja merupakan

proses atau tahap perubahan dari masa kanak-kanak menjadi masa

remaja yang ditandai berbagai perubahan (Kumalasari, 2012).

Perubahan fisik terjadi dengan cepat pada remaja.

Kematangan seksual sering terjadi seiring dengan perkembangan

seksual secara primer dan sekunder. Perubahan secara primer

berupa perubahan fisik dan hormon penting untuk reproduksi,

perubahan sekunder antara laki-laki dan perempuan berbeda. Anak

laki-laki tumbuhnya kumis dan jenggot, jakun dan suara

membesar. Puncak kematangan seksual anak laki-laki adalah

dalam kemampuan ejakulasi, pada masa ini remaja sudah dapat

menghasilkan sperma. Ejakulasi ini biasanya terjadi pada saat tidur

dan diawali dengan mimpi basah. Anak perempuan tampak

perubahan pada bentuk tubuh seperti tumbuhnya payudara dan

panggul yang membesar. Puncak kematangan pada remaja wanita

adalah ketika mendapatkan menstruasi pertama (menarche).

Menstruasi pertama menunjukkan bahwa remaja perempuan telah

memproduksi sel telur yang tidak dibuahi, sehingga akan keluar

bersama darah menstruasi melalui vagina atau alat kelamin wanita

(Pieter dan Lubis, 2013; Sarwono, 2011).


Perkembangan emosi pada remaja sangat berhubungan

dengan perkembangan hormon, karena pada situasi ini remaja

belum bisa mengetahui jati dirinya dan dapat ditandai dengan

emosi yang sangat labil. Remaja belum bisa mengontrol emosi

yang dirasakan dengan sepenuhnya dan belum bisa menyelesaikan

suatu masalah (Sarwono, 2011).

Perkembangan kognitif Remaja mengembangkan

kemampuannya dalam menyelesaikan masalah dengan tindakan

yang logis, remaja dapat berfikir abstrak dan menghadapi masalah

yang sulit secara efektif. Jika terlibat dalam masalah, remaja dapat

15 mempertimbangkan beragam penyebab dan solusi yang sangat

banyak (Pieter dan Lubis, 2013).

Menurut Sarwono (2012), tahap perkembangan kognitif

remaja terdapat dalam tiga tahapan yaitu: (1) Masa Remaja

Awal/Dini (Early Adolescence) Umur 11-13 tahun, pada masa ini

remaja perempuan lebih cepat matang daripada remaja laki-laki,

kegiatan lebih senang dengan jenis kelamin yang sama, mulai

menyenangi kesendirian, malu-malu mudah tersipu, bereksperimen

dengan dirinya sendiri dan cemas tentang tubuhnya sendiri apakah

normal atau tidak, (2) Masa Remaja Pertengahan (Middle

Adolescence) Umur 14-16 tahun, pada masa ini remaja mulai

tertarik dengan lawan jenis, mulai cemburu, tidak bisa

membedakan antara cinta dan nafsu, (3) Masa Remaja Lanjut (Late
Adolescence) Umur 17 – 21 tahun, pada masa ini remaja mulai

berfikir untuk membina hubungan yang lebih serius, identitas

seksual semakin jelas, meningkatkan pergaulan. Selama masa

remaja akhir, proses berpikir secara kompleks digunakan untuk

memfokuskan diri masalah-masalah idealisme, toleransi, keputusan

untuk pendidikan, karier dan pekerjaan serta berperan banyak

dalam kehidupan bermasyarakat. Tahap ini berupa tahapan masa

menuju periode dewasa yang ditandai dengan pencapaian empat

hal, yaitu: (1) Minat yang makin mantap terhadap fungsi-fungsi

intelek, (2) egonya mencari kesempatan untuk bersatu dengan

orangor ang dan dalam pengalaman-pengalaman yang baru, (3)

terbentuk identitas seksual yang tidak akan berubah lagi, (4)

tumbuh yang memisahkan diri pribadinya (private self) dan publik.

Perkembangan Psikososial ditandai dengan terikatnya remaja pada

kelompok sebaya. Pada masa ini, remaja mulai tertarik dengan

lawan jenis. Minat sosialnya bertambah dan penampilannya

menjadi lebih penting dibandingkan sebelumnya. Perubahan fisik

yang terjadi seperti berat badan dan proporsi tubuh dapat

menimbulkan perasaan yang tidak menyenangkan seperti, malu

dan tidak percaya diri.

Terdapat lima tahapan yang dilalui remaja pada tahap

perkembangan psikososial antara lain: (1) Kepercayaan (trust)

versus ketidakpercayaan (mistrust), (2) Otonomi (autonomy)


versus rasa malu dan ragu (shame and doubt), (3) Inisiatif

(initiative) versus rasa bersalah (guilt), (4) Rajin (industry) versus

rendah diri (inferiority), (5) Identitas (identity) versus kebingungan

identitas (identity confusion) (Pieter dan Lubis, 2013).

2.1.1.3 Perilaku Seksual Remaja

Perilaku seksual adalah segala tingkah laku yang didorong

oleh hasrat seksual, baik dengan lawan jenis maupun sesama jenis.

Objek seksual dapat berupa orang (baik jenis maupun lawan jenis),

orang dalam khayalan, atau diri sendiri. Keinginan seks

dikendalikan oleh sistem endokrin dalam tubuh, di mana terdapat

kelenjar-kelenjar yang memproduksi zat kimia, Zat kimia itu

dikenal dengan hormon. Hormon akan dikeluarkan langsung ke

dalam darah dan oleh darah kemudian dibawa kepada jaringan

tempat dia bekerja, Hormon yang terpenting dalam fungsi seks

adalah hormon testosteron dan hormon estrogen. Selain itu hormon

yang juga terpenting adalah progesteron (Boyke, DN.2013).

Menurut (Imran, 2010) Terdapat beberapa cara yang biasa

dilakukan seseorang untuk menyalurkan dorongan seksual, antara

lain yaitu : (1) bergaul dengan lawan atau sesama jenis, (2)

Berdandan untuk menarik perhatian, (3) Berkhayal atau berfantasi

tentang seksual, (4) Mengobrol tentang seksual, (5) Menonton film

pornografi, (6) Melakukan hubungan seksual non penetrasi

(berpegangan tangan, berpelukan, cium pipi, cium bibir, cumbuan


berat, petting), (7) Melakukan aktivitas penetrasi (intercourse), (8)

Menahan diri dengan berbagai cara atau menyibukkan diri dengan

berbagai aktifitas misal olahraga.

2.1.2 Kehamilan usia remaja

2.1.2.1 Pengertian kehamilan

Kehamilan remaja adalah kehamilan yang terjadi pada usia

yang relatif muda yaitu usia kurang dari 20 tahun, kurangnya

pengetahuan tentang waktu yang aman untuk melakukan hubungan

seksual mengakibatkan terjadi kehamilan remaja, yang sebagian

besar tidak dikehendaki. Kehamilan telah menimbulkan posisi

remaja dalam situasi yang serba salah dan memberikan tekanan

batin (stres) yang disebabkan oleh beberapa faktor (Rohan dan

Siyoto, 2013).

2.1.2.2 Faktor Penyebab Kehamilan Usia Dini pada Remaja

Faktor penyebab terjadinya kehamilan remaja terdapat

enam faktor yaitu : (1) Latar belakang sosial-ekonomi yang buruk,

karena beberapa anak terkena aktivitas seksual karena orang tua

atau wali gagal merawat mereka (2) Pengaruh teman sebaya dalam

beberapa anak dipengaruhi oleh teman-teman sesama, beberapa

yang mungkin dari lawan jenis, (3) Pendidikan seks, karena

mayoritas anak-anak tidak menerima pendidikan tentang seks, (4)

Tidak menggunakan kontrasepsi karena anak-anak tidak


diperbolehkan menggunakan kontrasepsi, (5) Harga diri yang

rendah di antara anak-anak juga membuat mereka melakukan

hubungan seksual yang mengarah ke awal pernikahan, (6) Tingkat

pendidikan yang rendah, terutama tingkat pendidikan ibu yang

gagal berperan dalam mengasuh anak-anak mereka (Mutanana dan

Mutara, 2015).

2.1.2.3 Penyebab Kehamilan Remaja

Terdapat beberapa faktor yang menyebabkan naiknya

angka kehamilan remaja. Faktor-faktor yang menyebabkan banyak

remaja putri yang mengalami hamil di luar nikah adalah sebagai

berikut: (1) Kurangnya pengetahuan tentang kesehatan reproduksi,

(2) Faktor dari dalam diri remaja sendiri yang kurang memahami

swadarmanya sebagai pelajar, (3) Faktor luar, yaitu pergaulan

bebas tanpa kendali orangtua menyebabkan remaja merasa bebas

untuk melakukan apa saja yang diinginkan, (4) Perkembangan

teknologi media komunikasi yang semakin canggih yang

memperbesar kemungkinan remaja mengakses apa saja yang

termasuk hal-hal negative (Kusmiran, 2014).

2.1.2.4 Dampak Resiko Kehamilan Remaja

Menurut (Rohan dan Siyoto, 2013) menyatakan dampak

kehamilan di usia muda terdapat enam dampak yaitu : (1)

Keguguran pada usia muda dapat terjadi secara tidak disengaja,

misalnya: karena terkejut, cemas, stress. Tetapi ada juga keguguran


yang sengaja dilakukan oleh tenaga non profesional sehingga dapat

menimbulkan akibat efek samping yang serius seperti tingginya

angka kematian dan infeksi alat reproduksi yang pada akhirnya

dapat menimbulkan kemandulan, (2) Persalinan prematur, Berat

Badan Lahir Rendah (BBLR), dan kelainan bawaan. Prematuritas

terjadi karena kurang matangnya alat reproduksi terutama rahim

yang belum siap dalam suatu proses kehamilan, berat badan lahir

rendah (BBLR) juga dipengaruhi gizi saat hamil kurang dan juga

umur ibu yang belum menginjak 20 tahun. Cacat bawaan

dipengaruhi kurangnya pengetahuan ibu tentang kehamilan,

pengetahuan akan asupan gizi rendah, pemeriksaan kehamilan

(ANC) kurang, keadaan psikologi ibu kurang stabil. Selain itu

cacat bawaan juga di sebabkan karena keturunan (genetik) proses

pengguguran sendiri yang gagal, seperti dengan minum obat-

obatan (gynecosit sytotec) atau dengan loncat-loncat dan memijat

perutnya sendiri, (3) Mudah terjadi infeksi keadaan gizi buruk,

tingkat sosial ekonomi rendah, dan stress memudahkan terjadi

infeksi saat hamil terlebih pada kala nifas, (4) Anemia kehamilan

atau kekurangan zat besi, penyebab anemia pada saat hamil di usia

muda disebabkan kurang pengetahuan akan pentingnya gizi pada

saat hamil di usia muda, karena pada saat hamil mayoritas seorang

ibu mengalami anemia. Tambahan zat besi dalam tubuh fungsinya

untuk meningkatkan jumlah sel darah merah, membentuk sel darah


merah janin dan plasenta. Lama kelamaan seorang yang

kehilangan sel darah merah akan menjadi anemia, (5) Keracunan

kehamilan (Gestosis) Kombinasi keadaan alat reproduksi yang

belum siap hamil dan anemia, makin meningkatkan terjadinya

keracunan hamil dalam bentuk pre-eklampsia atau eklampsia. Pre-

eklampsia dan eklampsia memerlukan perhatian serius karena

dapat menyebabkan kematian. (6) Kematian ibu yang tinggi

kematian ibu pada saat melahirkan banyak disebabkan karena

perdarahan dan infeksi, selain itu angka kematian ibu karena gugur

kandung juga cukup tinggi yang kebanyakan dilakukan oleh tenaga

non profesional (dukun). Angka kematian karena gugur kandung

yang dilakukan dukun cukup tinggi, tetapi angka pasti tidak

diketahui. Kematian ibu terutama karena perdarahan dan infeksi

(Kusmiran, 2014).

2.1.2.5 Upaya mencegah terjadi Kehamilan Usia Dini

Upaya pencegahan kehamilan pada remaja yaitu pentingnya

pendidikan kesehatan reproduksi dan seksualitas pada remaja. Hal

ini terutama terkait dengan persebaran informasi mengenai

kehamilan. Remaja memiliki kecenderungan untuk memilih

temannya sebagai sumber informasi dalam hal apapun, termasuk

didalamnya informasi mengenai kehamilan. Sumber informasi dari

teman biasanya digunakan oleh remaja sebagai dasar dalam

pengambilan keputusan terkait kehamilan. Tingginya risiko


kehamilan yang tidak diinginkan dan perceraian awal mendorong

perlunya program pendidikan dan pelatihan yang melibatkan teman

sebaya untuk berbagi informasi (Mediastuti, 2014)

Program pencegahan kehamilan remaja mencakup tiga hal

sebagai berikut yaitu : (1) Remaja harus didorong untuk menunda

aktivitas seks dini. Pentingnya pemberian konseling dan informasi

tentang pencegahan kehamilan, jika mereka menjadi seksual yang

aktif, (2) Tenaga kesehatan harus peka terhadap masalah yang

berkaitan dengan seksualitas remaja dan mempunyai riwayat

perkembangan seksual yang tepat pada semua pasien remaja, (3)

Harus dipastikan bahwa semua remaja yang melakukan hubungan

seksual aktif memiliki pengetahuan tentang alat kontrasepsi (Papri,

Zubaida, Sarwat dan Marsheda 2016).

2.1.3 Konsep dasar persalinan

2.1.3.1 Definisi persalinan

Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin

dan plasenta) yang telah cukup bulan atau dapat hidup diluar

kandungan melalui jalan lahir atau melalui jalan lain dengan

bantuan atau tanpa bantuan (kekuatan sendiri). Proses ini dimulai

dengan adanya kontraksi persalinan sejati, yang ditandai dengan

perubahan serviks secara progresif dan diakhiri dengan kelahiran

plasenta (Sulistyawati, 2013).


Persalinan adalah proses dimana bayi, plasenta dan selaput

ketuban keluar dari uterus ibu. Persalinan dianggap normal jika

prosesnya terjadi pada usia kehamilan cukup bulan (setelah 37

minggu) tanpa disertai adanya penyulit. Persalinan di mulai sejak

uterus berkontraksi dan menyebabkan perubahan pada serviks

(membuka dan menipis) dan berakhir dengan lahirnya plasenta

secara lengkap (Sondakh, 2015).

2.1.3.2 Bahaya Persalinan Pada Remaja

Bahaya persalinan pada remaja mempengaruhi faktor

resiko bagi ibu dan faktor resiko bagi bayi, beberapa faktor resiko

bagi ibu : (1) Mengalami perdarahan pada saat melahirkan antara

lain disebabkan karena otot rahim yang terlalu lemah dalam proses

involus, selain itu juga disebabkan selaput ketuban stosel (bekuan

darah yang tertinggal didalam rahim), kemudian proses pembekuan

darah yang lambat dan juga dipengaruhi oleh adanya sobekan pada

jalan lahir, (2) Beresiko mengalami kanker serviks (kanker leher

rahim), karena semakin muda usia pertama kali seseorang

berhubungan seksual, maka semakin besar risiko daerah reproduksi

terkontaminasi virus, (3) Kurangnya perawatan kehamilan baik

selama kehamilan maupun sebelum melahirkan, remaja perempuan

yang sedang hamil, terutama jika tidak memiliki dukungan dari

keluarga, dapat berada pada resiko tidak mendapatkan perawatan

kehamilan yang memadai. Kehamilan menjadi genting, terutama


pada bulan-bulan pertama kehamilan, perawatan pada masa awal

kehamilan berguna memantau kondisi medis ibu dan bayinya serta

pertumbuhan,sehingga jika ada komplikasi bisa tertangani dengan

cepat, (4) Preeklamsia pada remaja perempuan yang hamil

memiliki resiko lebih tinggi terkena tekanan darah tinggi

dibandingkan dengan wanita hamil yang berusia 20-30 tahun.

kondisi tersebut disebut pregnancyinduced hypetension. Remaja

perempuan yang hamil juga memliki resiko lebih tinggi untuk

terjadi preeklamsia. Preeklamsia merupakan kondisi medis

berbahaya yang merupakan kombinasi dari tekanan darah tinggi

dengan kelebihan protein dalam urin, pembengkakan tangan dan

wajah, serta kerusakan organ. Salah satu faktor predisposisi dari

pre-eklamsia adalah primigravida atau nulipara, terutama pada

umur reproduksi ekstrem, yaitu remaja (di bawah 20 tahun) dan

umur 35 tahun ke atas. Wanita hamil di usia remaja sering

mengalami stress dalam kehamilannya, terutama jika kehamilannya

merupakan kehamilan yang tidak diinginkan. Stres emosi yang

terjadi pada remaja yang hamil menyebabkan peningkatan

corticotropic-releasing hormone (CRH) oleh hipotalamus yang

kemudian menyebabkan peningkatan kortisol. Efek kortisol adalah

mempersiapkan tubuh untuk berespon terhadap semua stressor

dengan meningkatan respon simpatis, termasuk respon yang

ditujukan untuk meningkatkan curah jantung dan mempertahankan


tekanan darah. Hipertensi pada kehamilan terjadi akibat kombinasi

peningkatan curah jantung dan resistensi perifer total. Selama

kehamilan normal, volume darah meningkat secara drastic. Pada

wanita sehat peningkatan volume darah diakomodasikan oleh

penurunan responsivitas vaskuler terhadap horom-hormon

vasoaktif, misalnya angiotensin II. Hal ini menyebabkan resistensi

perifer total berkurang pada kehamilan normal dan tekanan darah

menjadi rendah. Pada wanita dengan pre-eklamsia/eklamsi, tidak

terjadi penurunan sensivitas terhadap vasopeptida-vasopeptida

tersebut, sehingga peningkatan jumlah volume darah langsung

meningkatkan curah jantung dan tekanan darah, (5) Anemia adalah

suatu penyakit di mana kadar hemoglobin (Hb) dalam darah

kurang dari normal, anemia berbeda dengan tekanan darah rendah.

Tekanan darah rendah adalah kurangnya kemampuan otot jantung

untuk memompa darah ke seluruh tubuh sehingga menyebabkan

kurangnya aliran darah yang sampai ke otak dan bagian tubuh

lainnya. Menurut catatan dan perhitungan DepKes RI, di Indonesia

sekitar 67% ibu hamil mengalami anemia dalam berbagai jenjang.

Anemia kehamilan yaitu ibu hamil dengan kadar Hb < 11gr% pada

trimester I dan III atau Hb < 10,5 gr% pada trimester II. Sebagian

besar anemia adalah anemia defisiensi Fe yang dapat disebabkan

oleh konsumsi Fe dari makanan yang kurang. Pola makan remaja

yang sering kali tidak menentu dapat meningkatkan risiko


terjadinya masalah nutrisi dan anemia. Asupan ibu hamil

menentukan kecukupan nutrisi janin dan perkembangannya.

Asupan nutrisi pada remaja seringkali minim zat besi, kalsium dan

asam folat, dimana ketiganya sangat penting untuk perkembangan

otot dan tulang serta kesehatan reproduksi. Dengan demikian,

anemia sangat rentan terjadi pada remaja terlebih dalam keadaan

hamil. Anemia saat kehamilan sangat mempengaruhi keadaan ibu

dan janinnya. Pengaruhnyaa terhadap ibu saat masa kehamilan

antara lain, dapat terjadi abortus, persalinan premature, hambatan

tumbuh kembang janin dalam rehim, mudah terjadi infeksi,

hyperemesis gravidarum, perdarahan antepartum, dan ketuban

pecah dini (KPD). Pengaruhnya pada persalinan antara lain

gangguan his dan kekuatan mengejan, kala pertama berlangsung

lama, kala dua berlangsung lama, sehingga dapat melelahkan dan

sering memerlukan tindakkan operasi kebidanan, kala tiga dapat

diikuti retensio plasenta dan perdarahan postpartum akibat atonia

uteri. Pengaruhnya pada masa nifas antara lain, dapat terjadi

subinvolusi uteri yang menimbulkan perdarahan postpartum,

memudahkan infeksi puerpurium, pengeluaran ASI berkurang.

Anemia juga berbahaya bagi janin yang dikandung oleh ibu.

Sekalipun tampaknya janin mampu menyerap berbagai nutrisi dari

ibunya, dengan adanya anemia maka kemampuan metabolism

tubuh akan berkurang sehingga pertumbuhan dan perkembangan


janin dalam reahim akan terganggu. Akibat anemia pada janin

antara lain abortus, kematian intrauterine, persalinan premature,

berat badan lahir rendah, kelahiran dengan anemia dan dapat

terjadi cacat bawaan, (6) Chepalo Pelvic Disproportion (CPD)

pada remaja disebabkan karena pada masa ini masih terjadi proses

pertumbuhan dan perkembangan hingga tinggi badan belum

tumbuh secara maksimal, hal tersebut disebabakan karena maturasi

tulang rangka yang belum selesai. Sedangkan seperti yang kita

ketahui bahwa tinggi badan yang relative pendek lebih

meningkatkan terjadinya CPD. Disisi lain pembentukkan penuh

tulang panggul baru akan tercapai setelah usia 25 tahun. Sebelum

usia tersebut bagian tulang panggul akan dihubungkan oleh tulang

rawan. Selain itu pengaruh gizi yang kurang pada masa remaja

juga dapat mengakibatkan ukuran ukuran panggul menjadi lebih

kecil dari pada standar normal sehingga bisa terjadi kesulitan

dalam persalinan per vaginam, (7) Ketuban Pecah Dini atau

Sebelum waktunya adalah pecahnya ketuban sebelumwaktunya

tanpa diseertai tanda inpartu dan setelah satu jam tetap tidak diikuti

dengan proses inpartu sebagaimana mestinya. Sebagian besar

pecahnya ketuban secara dini terjadi sekitar usia kehamilan 37

minggu. Ketuban pecah dini juga dapat diartikan, bocornya cairan

amnion sebelum mulainya persalinan, terjadi kira-kira 7 samapi

12% kehamilan. Sebab-sebab terjadinya ketuban pecah dini pada


kehamilan usia remaja antara lain serviks inkompeten dan terdapat

disproporsi sefalopelvik (kepala belum masuk PAP, kelainan letak

janin sehingga ketuban bagian terendah langsung menerima

tekanan intrauterine yang dominan). Selain itu KPD dapat terjadi

pada keadaan kehamilan kembar, hidramnion, keadaan social

ekonomi rendah, serta ibu yang merokok dan minum alcohol, (8)

Persalinan lama dan sulit adalah persalinan yang disertai

komplikasi ibu maupun janin. Penyebab dari persalinan lama

sendiri dipengaruhi oleh kelaianan letak janin, kelainan panggul,

kelainan kekuatan his dan mengejan serta pimpinan persalinan

yang salah. Proses persalinan meliputi empat faktor yang saling

terkait selama proses persalinan yaitu power, passage, passanger

dan psikis. Faktor power hal ini mencakup kekuatan HIS dan

kemampuan tenaga ibu saat persalinan. Untuk faktor tenaga ibu

sendiri akan dipengaruhi oleh umur, paritas dan kesiapan ibu dalam

menghadapai persalinan Faktor passage mencakup jalan lahir lunak

(kekuatan otot perut, otot panggul elastisitas perineum dan

vulva),sedangkan pada jalan lahir keras bentuk panggul, kelenturan

tulang pangul menjadi faktor penting dalam keberhasilan

persalinan normal. Faktor passanger yaitu faktor janin dan plasenta

antara lain posisi janin dan plasenta, sikap janin dan berat badan

janin. Faktor psikis sangat mempengaruhi terhadap persepsi dan

kemampuan managemen diri dalam menghadapi setiap proses


persalinan yang panjang dan melelahkan, ibu. Selain 4 faktor

tersebut juga tidak kalah pentingnya faktor penolong persalinan.

Umur ibu merupakan salah satu faktor resiko yang berhubungan

dengan kualitas kehamilan dan persalinan yang berkaitan dengan

kesiapan ibu dalam reproduksi. Usia reproduksi sehat antara 20-35

tahun merupakan usia paling ideal dalam reproduksi. Usia kurang

dari 20 tahun, alat alat reproduksi belum matang, sehingga sering

timbul komplikasi persalinan. Sejauh ini, penyebab terjadinya

partus lama dalam kehamilan usia remaja yang tersering adalah

aksi uterus yang tidak efektif. Hal ini dapat menjadi satu-satunya

kelainan atau dapat dikaitkan dengan yang lain seperti disporprosi

panggul ataupun presentasi abnormal. Jika tidak terjadi pola

aktivitas uterus yang normal, progersi persalinan akan abnormal

(biasanya memanjang), (9) Kemungkinan keguguran atau abortus

Kehamilan pada usia kurang dari 20 tahun meningkatkan kejadian

keguguran (abortus) karena organ reproduksi belum sempurna.

Salian itu, faktor psikologis yang mungkin menolak keadaan hamil

terutama pada remaja yang tidak mnginginkan kehamilannya juga

akan meningkatkan kejadian abortus. Pada saat hamil seorang ibu

sangat memungkinkan terjadi keguguran, hal ini disebabkan oleh

faktor-faktor alamiah dan juga abortus yang disengaja, baik dengan

obat-obatan maupun memakai alat (Sandu dan Rohan, 2015;


Chamberlain, 2012; Walsh dan Purwaningsih, 2010; Nindi dkk,

2012; Prawirohardjo, 2012; Fadlun, 2011; Jhonson, 2010).

Empat Faktor Resiko bagi bayi : (1) Kemungkian lahir

belum cukup usia kehamilan, Badan Kesehatan Dunia (WHO)

menyatakan bahwa bayi premature adalah bayi yang lahir pada usia

kehamilan 37 minggu atau kurang. Bayi dianggap preterm jika

dilahirkan sebelum masa kehamilan mencapai 37 minggu. Bayi

premature juga sering kali memiliki berat badan lahir rendah

(BBLR). Kondisi sedemikian rupa lebih sering dialami pada ibu

remaja. Prematuritas pada kehamilan usia remaja terjadi karena

kurang matangnya alat reproduksi terutama rahim yang belum siap

dalam suatu proses kehamilan. Persalinan prematur adalah

kelahiran yang kurang dari 37 minggu (259 hari). Jika ibu hamil

tidak mendapatkan perawatan yang cukup atau mengalami kondisi

yang belum siap untuk menerima kehamilan, bisa memicu bayi

lahir lebih awal (prematur) yang memiliki resiko lebih tinggi untuk

mengalami masalah maupun komplikasi lain seperti masalah pada

pernafasan, pencernaan, pengelihatan, kognitif, dan masalah

lainnya. Banyak faktor yang melatarbelakangi terjadinya kelahiran

premature pada bayinya baik dari ibu maupun bayi nya sendiri.

Salah satu kondisi selama kehamilan yang beresiko terjadinya

persalinan preterm berasal dari faktor psikologi ibu. Sedangkan

bila ditinjau dari segi psikologi pada usia remaja emosional belum
setabil dan pada masa ini. Hal tersebut disebabkan pada masa

tersebut seorang individu sedang mengalami masa pergolakan yang

diwarnai dengan konflik dan suasana hati. Pada masa ini remaja

sangat rawan untuk mengalami stres pada dirinya. Remaja

cenderung bersifat sensitif dan mudah bereaksi bahkan agresif

terhadap gangguan atau rangsangan luar yang memengaruhinya

sehingga remaja rawan untuk mengalami stres psikologik.

Kelahiran premature memiliki kadar corticotropin-releasing

hormone (CRH) plasma yang sangat tinggi. CRH merupakan

hormon pertama yang mulai disekresi otak ketika tubuh mengalami

stres. CRH sendiri diproduksi oleh otak dan plasenta dan jelas

berkaitan dengaan kelahiran prematur. Hormon ini memicu tubuh

untuk melepaskan prostalglandin yang membantu mencetuskan

permulaan persalinan, (2) Berat Badan Lahir Rendah Kehamilan di

bawah usia 20 tahun dapat menimbulkan banyak permasalahan

karena bisa mempengaruhi organ tubuh seperti rahim, bahkan bayi

bisa prematur dan berat lahir kurang. Hal ini disebabkan karena

wanita yang hamil muda belum bisa memberikan suplai makanan

dengan baik dari tubuhnya ke janin di dalam rahimnya. Kebutuhan

nutrisi meningkat untuk remaja hamil. Perkembangan remaja yang

belum selesai memerlukan kebutuhan nutrisi yang lebih tinggi,

apabila terjadi kehamilan pada masa remaja maka persaingan

antara ibu dan janin dalam pemenuhan nutrisi kerap memicu


kelahiran premature, lahir dengan berat badan bayi rendah. Salah

satu permasalahan pada kesehatan remaja adalah masalah gizi

buruk pada remaja yang menyangkut anemia dan kekurangan

energi kronik (KEK). Mal nutrisi atau gizi kurang sangat

berpengaruh terhadap kesehatan reproduksi seorang perempuan.

Jika seorang perempuan mengalami kekurangan zat gizi maka akan

menjadi sangat berbahaya pada waktu hamil dan melahirkan. Hal

ini dapat menyebabkan bayi dengan berat badan lahir rendah. Ibu

yang hamil pada usia muda biasanya pengetahuan akan gizi masih

kurang, sehingga akan berakibat kekurangan berbagai zat yang

diperlukan dalam proses kehamilan dan dapat berakibat pada

kelahiran bayi dengan beret badan rendah. Jika kelahiran terjadi

secara prematur atau tidak mendapatkan gizi yang cukup selama

hamil, ada kemungkinan bayi lahir memiliki berat badan yang

rendah. Hal tersebut karena bayi memiliki waktu yang kurang

dalam rahim untuk tumbuh. Bayi lahir dengan berat badan lahir

rendah biasanya memiliki berat badan sekitar 1.500-2.500 gram.

Sedangkan jika dibawah 1.500 gram maka tergolong berat badan

sangat rendah, hal ini dapat menimbulkan berbagai komplikasi

yang dapat membahayakan sang bayi. Ibu remaja dengan

malnutrisi menyebabkan volume darah berkurang dan peningkatan

curah jantung tidak adekuat sehingga terjadi penurunan aliran

darah ke plasenta yang berakhir pada penurunan ukuran plasenta


hingga mengurangi transfer nutrisi ke janin dan mengakibatkan

janin dapat lahir dengan berat badan kurang serta pertumbuhan

yang terhambat, (3) Asfiksia neonatorum merupakan

kegawatdaruratan bayi baru lahir berupa depresi pernafasan yang

berlanjut sehingga menimbulkan berbagai komplikasi. Disamping

itu, asfiksia neonatorum atau asfiksia perinatal merupakan

penyebab mortalittas dan morbiditas yang penting. Asfiksia paling

sering terjadi pada periode segera setelah lahir dan menimbulkan

sebuah kebutuhan resusitasi dan intervensi segera untuk

meminimalkan mortalitas dan morbiditas. Asfiksia adalah suatu

keadaan dimana bayi tidak dapat bernafas secara spontan dan

teratur segera setelah lahir, sehingga proses adaptasi fisiologis

terganggu. Pengembangan paru bayi baru lahir terjadi pada menit

pertama kelahiran dan kemudian diikuti dengan pernafasan teratur.

Asfiksia janin atau neonatus akan terjadi jika terdapat gangguan

prtukaran gas atau pengangkutan transport oksigen dari ibu ke

janin. Gangguan ini dapat timbul pada masa kehamilan, persalinan

atau segera setelah lahir. Hampir sebagain besar asfiksia bayi baru

lahir merupakan kelanjutan dari asfiksia janin. Hipoksia janin yang

menyebabkan asfiksia neonatorum terjadi karena gangguan

pertukaran gas transport O2 dari ibu ke janin sehingga terdapat

gangguan dalam persediaan O2 dan dalam menghilangkan CO2,

(4) Cacat bawaan Proses terbentuknya tubuh manusia atau


morfogenesis sangat kompleks dan belum banyak dipahami,

terutama interaksi antara faktor genetik dan lingkungan. Karena

prosesnya yang sangat kompleks, termasuk faktor genetik,

morfogenesis yang berjalan tidak sesuai dengan yang seharusnya

dapat menyebabkan kelainan kongenital. Adapun penyebab dari

kelainan kongenital adalah faktor usia, faktor kromosom, faktor

mekanik, faktor infeksi, faktor obat, faktor hormonal, faktor

radiasi, faktor fisik pada rahim, faktor gizi, riwayat kesehatan ibu,

paritas, dan jarak kehamilan. Sedangkan penyebab kelainan

kongenital yang termasuk dalam karakteristik ibu adalah usia,

riwayat penyakit, paritas, dan jarak antar kelahiran (Rohan dan

Sandu, 2015; Maryunani, 2015; Sulistyawati, 2014; Hobel et al,

2011; Widyastuti, 2011; Davis, 2011; Jhonson, 2010; Muslihatun,

2010; Maryanti dkk, 2010).

2.1.3.3 Usia Ideal Hamil dan Melahirkan

Tidak ada batasan berapa sebenarnya usia ideal seorang

wanita untuk hamil dan melahirkan. Diyakini diatas usia 20 tahun

dan dibawah usia 35 tahun adalah usia yang tepat bagi reproduksi

wanita bekerja dengan maksimal. Hal ini bukan berarti wanita

dibawah usia 20 tahun dan diatas usia 35 tahun tidak diperbolehkan

untuk hamil, hanya saja ditakutkan banyak penyakit, masalah

maupun komplikasi yang dapat terjadi karena organ reproduksi

tidak siap dan kurang tepat dalam menerima kehamilan pada masa
itu. Oleh karena itu untuk lebih amannya wanita hamil dan

melahirkan, harus diperhatikam usia ideal wanita untuk hamil dan

melahirkan, karena menghindari dari berbagai resiko yang

mungkin akan terjadi. Seperti cacat bawaan pada bayi dan juga

bayi meninggal saat dirahim atau dilahirkan. Operasi caesar

biasanya menjadi pilihan ibu melahirkan dengan risiko atau usia

cukup rawan untuk melahirkan.

Sosiolog di Universitas of Texas, (John Mirowsky dalam

Hasdianah Hasan Rohan, 2015), menyebut usia di akhir atau 20-an

awal merupakan usia terbaik secara biologis. Di usia tersebut, sel

telur masih segar danorgan serta sistem reproduksi dalam puncak

masa muda. Wanita di dalam usia 20-an juga berkecenderungan

kecil memiliki penyakit kronis yang beresiko pada bayi. Hamil

dalam usia sangat muda tidak berjalan dengan baik di kondisi

sosial modern saat ini, dimana wanita telah memiliki karir yang

bagus. Jika kehamilan terjadi terlalu cepat, kesulitan dalam aspek

sosial kemungkinan terjadi.

(Mirowsky dalam Rohan dan Sandu, 2015) menuliskan

berdasarkan studi di California usia ideal untuk melahirkan

pertama kali dengan kelahiran cacat minim adalah di usia 26 tahun.

Dalam studi lain yang mengukur kesehatan bayi dari aspek

kecenderungan kematian bayi, usia ideal adalah 32 tahun. usia

idela untuk hamil dan melahirkan juga bisa didasarkan dari


kesehatan ibu. Mejalani proses kehamilan dan melahirkan harus

memiliki kondisi yang prima dan harus siap secara mental maupun

fisik seorang wanita. Menurut para ahli usia dan fisik wanita

berpengaruh terhadap proses kehamilan pada proses kesehatan

janin dan proses perslinan. World Health Organisation (WHO)

memberkan rekomendasikan untuk usia yang dianggap paling

aman menjalani kehamilan dan persalinan adalah 20 hingga 35

tahun. Dalam menjalani proses kehamilan dan melahirkan tidak

hanya kondisi fisik saja yang harus dipertimbangkan tetapi juga

harus memiliki mental yang siap.Pada perkembangan masa dewasa

dibagi menjadi dewasa muda ( usia 21- 39 tahun ), dewasa madya

(usia 40-50 tahun) dan dewasa akhir (lanjut usia/lansia). Masing

masing fase memiliki ciri. Masa dewasa muda merupakan masa

membina kedekatan dan hubungan yang lebih dalam dengan lawan

jenis. Hal ini bisa berarti masa membina kehidupan berkeluarga.

Pada masa ini secara kepribadian seorang wanita sudah siap.

Secara kognitif perkembangan intelegensia dan pola pikirnya

sudah matang. Dan pada masa ini individu telah mampu mengatasi

konflik-konflik emosional (Rohan dan Sandu, 2015)

2.1.4 Konsep Dasar Pengalaman

2.1.4.1 Definisi Pengalaman

Pengalaman dapat diartikan sebagai sesuatu yang pernah

dialami, dijalani maupun dirasakan, baik sudah lama maupun yang


baru saja terjadi. Pengalaman dapat diartikan juga sebagai memori

episodik, yaitu memori yang menerima dan menyimpan peristiwa

yang terjadi atau dialami individu pada waktu dan tempat tertantu,

yang berfungsi sebagai referensi otobiografi. Pengalaman

merupakan peristiwa yang tertangkap oleh panca indera dan

tersimpan dalam memori, pengalaman dapat diperoleh ataupun

dirasakan saat peristiwa baru saja terjadi maupun sudah lama

berlangsung. Pengalaman yang terjadi dapat diberikan kepada

siapa saja untuk digunakan dan menjadi pedoman serta

pembelajaran manusia. Pengalaman adalah pengamatan yang

merupakan kombinasi pengelihatan, penciuman, pendengaran serta

pengalaman masa lalu. Pengetahuan adalah suatu hasil atau dari

manusia atas penggabungan atau kerjasama antara suatu subyek

yang mengetahui dan objek yang diketahui. Pengetahuan adalah

hasil penginderaan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap

objek melalui indera yang dimiliki (mata, hidung, telinga, dan

sebagainya). Jadi pengetahuan adalah berbagai macam hal yang

diperoleh oleh seseorang melalui panca indera (Suriasumantri,

2017; Saparwati, 2012; Notoatmojo, 2012; Yuliana (2017).

2.1.4.2 Faktor Yang Mempengaruhi Pengalaman

Setiap orang mempunyai pengalaman yang berbeda

walaupun melihat suatu obyek yang sama, hal ini dipengaruhi oleh

tingkat pengetahuan dan pendidikan seseorang, pelaku atau faktor


pada pihak yang mempunyai pengalaman, faktor obyek atau target

yang dipersepsikan dan faktor situasi dimana pengalaman itu

dilakukan. Umur, tingkat pendidikan, latar belakang sosial

ekonomi, budaya, lingkungan fisik, pekerjaan, kepribadian dan

pengalaman hidup setiap individu juga ikut menentukan

pengalaman. Pengalaman setiap orang terhadap suatu obyek dapat

berbeda–beda karena pengalaman mempunyai sifat subyektif, yang

dipengaruhi oleh isi memorinya. Apapun yang memasuki indera

dan diperhatikan akan disimpan di dalam memorinya dan akan

digunakan sebagai referensi untuk menanggapi hal yang baru

(Notoatmojo,2012).

(Menurut Sulaiman, 2015) tingkatan pengetahuan terdiri

dari empat macam, yaitu: (1) pengetahuan deskriptif, (2)

pengetahuan kausal, (3) pengetahuan normatif dan pengetahuan

esensial. Pengetahuan deskriptif yaitu jenis pengetahuan yang

dalam cara penyampaian atau penjelasannya berbentuk secara

objektif dengan tanpa adanya unsur subyektivitas. Pengetahuan

kausal yaitu suatu pengetahuan yang memberikan jawaban tentang

sebab dan akibat. Pengetahuan normatif yaitu suatu pengetahuan

yang senantiasa berkaitan dengan suatu ukuran dan norma atau

aturan. Pengetahuan esensial adalah suatu pengetahuan yang

menjawab suatu pertanyaan tentang hakikat segala sesuatu dan hal

ini sudah dikaji dalam bidang ilmu filsafat. Pengetahuan seseorang


terhadap objek mempunyai intensitas yang berbeda-beda, dan

menjelaskan bahwa ada enam tingkatan pengetahuan yaitu sebagai

berikut: Pengetahuan (Knowledge) Tahu diartikan hanya sebagai

recall (ingatan). Seseorang dituntut untuk mengetahui fakta tanpa

dapat menggunakannya. Pemahaman (comprehension) Memahami

suatu objek bukan sekedar tahu, tidak sekedar dapat menyebutkan,

tetapi harus dapat menginterpretasikan secara benar tentang objek

yang diketahui. Penerapan (application) Aplikasi diartikan apabila

orang yang telah memahami objek tersebut dapat menggunakan

dan mengaplikasikan prinsip yang diketahui pada situasi yang lain.

Analisis (Analysis) Analisis adalah kemampuan seseorang untuk

menjabarkan dan memisahkan, kemudian mencari hubungan antara

komponen-komponen yang terdapat dalam suatu objek. Sintesis

(synthesis) Sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun

formulasi baru dari formulasi-formulasi yang telah ada. Sintesis

menunjukkan suatu kemampuan seseorang untuk merangkum atau

meletakkan dalam suatu hubungan yang logis dari komponen-

komponen pengetahuan yang dimiliki. Penilaian (evaluation) Yaitu

suatu kemampuan seseorang untuk melakukan penilaian terhadap

suatu objek tertentu didasarkan pada suatu kriteria atau norma-

norma yang berlaku di masyarakat (Daryanto dan Yuliana, 2017).


2.2 Kerangka Teori

Usia Remaja <20 Tahun Resiko Kehamilan Pada Remaja


1. Remaja Awal 11-13 Tahun 1. Keguguran
2. Remaja Tengah 14-16 2. Persalinan Premature, BBLR,
Tahun Kelainan Bawaan
3. Remaja Lanjut 17-21 Tahun 3. Mudah Terjadi Infeksi
4. Anemia
5. Keracunan Kehamilan
Bahaya persalinan pada remaja
6. Kematian Ibu Tinggi
1. Perdarahan
2. Beresiko kanker Rahim
3. Kurangnya perawatan
kehamilan
4. Preeklamsia
5. Anemia
6. Chepalo pelvic disproportion
(CPD)
7. Ketuban pecah sebelum
waktunya
8. Persalinan lama dan sulit
9. Keguguran atau abortus

2.1 skema ringkasan teori

Sumber: sarwono, 2012; rohan dan siyoto, 2013; sandu dan rohan, 2015;
prawiroharjo, 2012; fadlun, 2011; jhonson, 2010; nindi dkk, 2012; walsh &
purwaningsih, 2010; chamberlain, 2012.
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis dan Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan desain

fenomenologi, karena penelitain kualiatif bertujuan untuk mendeskripsikan

dan menganalisis suatu fenomena dari setiap individu maupun kelompok

tertentu. Fenomenologi bertujuan untuk menggali pengalaman hidup manusia

yang disadarinya. Tujuan penelitian ini, peneliti ingin mengetahui lebih dalam

pengalaman perempuan yang sudah melahirkan di usia remaja (Polkinghorne,

Cresswell, 2012; Susilo, 2010).

Fenomenologi yang digunakan dalam penelitian ini adalah

fenomenologi deskriptif. Proses penelitian fenomenologi deskriptif memiliki

empat tahapan yaitu: bracketing, intuiting, analyzing dan describing

(Creswell, 2012). Tahap bracketing yaitu proses identifikasi dengan

menghilangkan keyakinan serta opini peneliti tentang fenomena yang diteliti

(Creswell, 2012). Cara peneliti melakukan bracketing pada penelitian ini

dengan tidak mencampurkan pengalaman, pengetahuan serta perasaan yang

peneliti rasakan sebagai perempuan yang pernah melahirkan di usia remaja,


sehingga data yang didapat bener-benar ungkapan dari partisipan. Peneliti

melakukan bracketing sejak awal penelitian, tahap mengumpulkan data dan

saat mendalami atau mendengarkan hasil wawancara dengan partisipan.

Tahap intuiting peneliti menggali fenomena yang ingin diketahui dari

partisipan mengenai pengalaman perempuan yang sudah pernah melahirkan di

usia remaja. Hal ini akan tercapai dengan cara peneliti terlibat secara total ke

dalam fenomena yang akan diteliti. Pada penelitian ini, peneliti melakukan

studi pendahuluan sebelum melakukan penelitian, membaca literatur dan

menggali pengalaman perempuan yang sudah pernah melahirkan di usia

remaja.

Tahap analyzing yang meliputi identifikasi makna fenomena tersebut

berdasarkan data yang didapat dan bagaimana data tersebut dipresentasikan.

Peneliti melakukan analisis data dari hasil wawancara dengan partisipan.

Peneliti mencari kata kunci dari setiap informasi yang diungkapkan partisipan.

Setiap kata kunci yang memiliki makna yang sama dikelompokan menjadi

kategorik, selanjutnya setiap kategorik yang memiliki makna yang sama akan

dikelompokkan menjadi tema. Tema-tema inilah yang akan dijelaskan oleh

peneliti sebagai hasil penelitian. Pada tahap analisis peneliti tidak melakukan

bracketing, karena memerlukan kajian literatur untuk membantu menganalisis

tema.

Tahapan describing mendeskripsikan fenomena. Tujuan deskripsi ini

adalah untuk mengkomunikasikan dan memberikan gambaran secara tertulis


tentang pengalaman perempuan yang sudah pernah melahirkan di usia remaja.

Peneliti menjelaskan hasil penelitian tersebut dalam bentuk laporan penelitian.

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini di lakukan di cengkareng Jakarta Barat, karena di

wilayah tersebut masih banyak perempuan yang sudah melahirkan pada usia

remaja, waktu penelitian dilakukan pada bulan April sampai dengan bulan Juli

2021.

3.3 Partisipan

Populasi adalah sekelompok individu yang memiliki karakteristik yang

sama. Populasi pada penelitian ini adalah pengalaman perempuan yang sudah

pernah melahirkan di usia remaja. Sampel adalah bagian kecil dari populasi

yang diambil menurut prosedur tertentu sehingga dapat mewakili seluruh

populasi. Sampel pada penelitian kualitatif disebut narasumber atau partisipan

(Creswell, 2012).

Partisipan dalam penelitian ini adalah pengalaman perempuan yang

sudah pernah melahirkan di usia remaja. Jumlah partisipan pada penelitian

kualitatif ditentukan berdasarkan saturasi data. Saturasi data yaitu data yang

didapat sampai pada suatu titik kejenuhan dimana tidak ada lagi informasi

baru yang didapatkan dari partisipan (Polit & Beck, 2012).

Penelitian ini melibatkan partisipan sebanyak delapan orang. Pada

partisipan ketujuh data yang diambil sudah saturasi tetapi untuk meyakinkan
peneliti bahwa data tersebut sudah saturasi, peneliti menambahkan satu

partisipan lagi.

Proses rekrutment partisipan diawali dengan peneliti bertemu dengan

dosen pembimbing untuk membantu peneliti dalam melakukan proses

pengambilan data. Peneliti terlebih dahulu menjelaskan tujuan penelitian

kepada dosen pembimbing, partisipan yang dibutuhkan pada penelitian ini.

Pada tahap awal proses pemilihan partisipan dilakukan dengan purposive

sampling, dimana partisipan yang dipilih berdasarkan tujuan penelitian dan

kriteria inklusi. Kriteria inklusi dalam penelitian ini sebagai berikut: (1)

perempuan yang sudah pernah melahirkan di usia remaja , (2) pengalaman

merawatan bayi.

Peneliti juga meminta kepada dosen pembimbing untuk menyediakan

partisipan yang bervariasi, usia dan pengalaman melahirkan. Peneliti berharap

dengan mendapatkan partisipan yang bervariasi peneliti akan mendapatkan

data yang bervariasi juga. Pada awalnya ada delapan orang partisipan yang

telah ditentukan. Dari kedelapan orang tersebut yang bersedia untuk menjadi

partisipan sebanyak lima orang. Peneliti kemudian merubah rekrutmen

partisipan dengan snowball sampling, dengan tujuan mempermudah peneliti

mencari partisipan sesuai kriteria inklusi.

3.4 Instrumen Penelitian

Instrumen dalam penelitian kualitatif adalah peneliti sendiri. Peneliti

melakukan wawancara mendalam tentang pengalaman perempuan melahirkan


di usia remaja partisipan. Selama wawancara peneliti menggunakan alat bantu

yaitu pedoman wawancara yang berisi pertanyaan-pertanyaan tentang

pengalaman perempuan yang sudah pernah melahirkan di usia remaja. Peneliti

juga menggunakan alat perekam mendokumentasikan hasil wawancara, selain

itu untuk mencatat respon nonverbal partisipan selama wawancara peneliti

menggunakan catatan lapangan (file note). Peneliti terlebih dahulu melakukan

uji coba wawancara, hasil uji coba tersebut dikonsultasikan ke dosen

pembimbing penelitian, peneliti melakukan pengambilan data setelah

mendapatkan izin dari pembimbing.

3.5 Teknik Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

wawancara mendalam tentang pengalaman perempuan. Tujuan penggunaan

wawancara mendalam pada penelitian ini untuk mengeksplorasi secara

mendalam pengalaman perempuan melahirkan di usia remaja. Peneliti

menggunakan pertanyaan terbuka semi berstruktur.

Wawancara semi berstruktur termasuk dalam kategori in-depth

interview. Peneliti menggunakan panduan wawancara yang hanya berupa

garis-garis besar permasalahan (daftar topik) yang akan ditanyakan. Daftar

topik ini digunakan untuk mengantisipasi informasi yang diberikan partisipan

melebar dari fokus penelitian dan dapat mengurangi jumlah informasi yang

tidak berguna. Peneliti mendorong partisipan untuk berbicara bebas tentang

semua topik yang ada didalam daftar topik tersebut, Prosedur pengumpulan
data pada penelitian ini dimulai dengan tahap persiapan, pelaksanaan dan

terminasi (Sugiyono, 2011).

Tahap persiapan peneliti melakukan bimbingan oleh dosen

pembimbing terlebih dahulu. Dosen pembimbing mengarahkan komunikasi

terstruktur kepada peneliti, arahan ini bertujuan untuk peneliti memudahkan

berkomukasi secara terstruktur agar mendapatkan wawancara yang terarah.

Setelah mendapatkan arahan terstruktur peneliti melakukan wawancara kepada

calon partisipan

Tahap pelaksanaan peneliti melakukan tiga kali kontak dengan

partisipan. Kontak pertama peneliti menjelaskan tujuan penelitian, cara

pengambilan data dan menentukan kotrak waktu untuk pengambilan data.

Kontak kedua dilakukan peneliti satu hari sebelum pengambilan data dengan

tujuan untuk mengingatkan kembali partisipan waktu pengambilan data.

Peneliti menghubungi partisipan melalui Whatsapp (WA) Kontak ke tiga

peneliti lakukan untuk pengambilan data. Pengambilan data di lakukan di

masing-masing Rumah Partisipan . Pengambilan data dilakukan dengan cara

wawancara selama 30-60 menit. Kontak ke empat dilakukan peneliti untuk

memvalidasi data-data yang kurang.

Selain melakukan wawancara, peneliti juga akan mencatat respon non

verbal partisipan selama dilakukan wawancara dengan menggunakan catatan

lapangan. Hal ini bertujuan untuk memudahkan peneliti mengingat kembali

respon partisipan saat menyampaikan pendapatnya. Setelah wawancara


selesai, peneliti menutup wawancara dengan mengucapkan terimakasih atas

partisipasi dan kerjasamanya selama pengambilan data.

Tahap terminasi dilakukan peneliti apabila pengambilan data telah

selesai. Pada tahap ini peneliti memvalidasi hasil wawancara dengan

memberikan tema-tema yang didapat dari hasil wawancara. Peneliti juga

menanyakan kepada partisipan apakah hasil wawancara tersebut memberikan

pengalaman lebih banyak dan hikmah yang didapatkannya. Peneliti juga

mengucapkan terimakasih atas partisipasi dan kerjasama partisipan selama

pengambilan data. Peneliti memberikan cendera mata sebagai ungkapan

terimakasih atas partisipasinya dalam penelitian ini.

3.6 Etika Penelitian

Partisipan pada penelitian ini adalah perempuan, perempuan sebagai

partisipan penelitian membutuhkan perlakukan yang membuatnya merasa

nyaman dan percaya bahwa mereka adalah individu yang relevan dalam

penelitian ini, sehingga peneliti perlu memperhatikan etika penelitian yang

menjadi salah satu unsur terpenting dalam penelitian.

Penelitian ini dilakukan pada perempuan, peneliti mempunyai

tanggung jawab dan kerahasiaan secara profesional untuk melindungi hak-hak

partisipan seperti kenyamanan fisik maupun psikologis yang menjadi

pertimbangan etik penelitian. Etika penelitian terdiri dari empat yaitu tidak

menyakiti atau melukai (doing no harm), Kebebasan memilih bersedia atau


tidak bersedia dalam penelitian (automoni), kemanfaatan penelitian

(beneficence), keadilan (justice).

Penerapan prinsip etik yang pertama yaitu tidak menyakiti atau

melukai partisipan (doing no harm), peneliti menjelaskan kepada partisipan

bahwa penelitian bertujuan untuk mengeksplorasi pengalaman perempuan

yang sudah melahirkan di usia remaja. Peneliti tidak akan menyakiti partisipan

baik fisik maupun psikologis, dan peneliti juga menjelaskan kepada partisipan

bahwa partisipan hanya diminta untuk menceritakan pengalaman partisipan

melahirkan dan merawat bayi di usia remaja.

Penerapan prinsip etik yang kedua, peneliti menjelaskan terlebih

dahulu tujuan penelitian ini untuk mengeksplorasi pengalaman partisipan

melahirkan dan merawat bayi di usia remaja. Partisipan diperbolehkan

menentukan pilihan untuk ikut terlibat atau tidak dalam penelitian ini. Peneliti

menghargai hak partisipan dan tidak akan memaksa partisipan bila partisipan

menolak untuk ikut terlibat dalam penelitian ini.

Penerapan prinsip etik yang ketiga beneficence. Penelitian ini menjadi

tempat untuk mengungkapkan perasaan dan pengalaman partisipan melahirkan

dan merawat bayi di usia remaj. Selain itu hasil penelitian ini juga dapat

memberikan informasi untuk perempuan dimana usia ideal saat melahirkan

dan kesiapan untuk melahirkan.

Penerapan prinsip keadilan (justice) peneliti tidak membeda-bedakan

perlakuan kepada partisipan. Semua partisipan memiliki hak yang sama untuk

ikut dalam penelitian ini, dan dijaga kerahasiannya. Untuk menjaga


kerahasiaan partisipan peneliti menggunakan nama samaran. Nama samaran

tersebut berdasarkan keinginan partisipan.

3.7 Analisis Data

Peneliti menggunakan langkah-langkah analisis data menurut Colaizzi,

karena analisis data menurut Colaizzi lebih sering digunakan untuk penelitian

fenomenologi deskriptif. Langkah-langkah analisis menurut Colaizzi (Speziale

& Carpenter, 2012) yaitu: (1) peneliti membuat transkrip verbatim untuk

mendokumentasikan hasil wawancara, (2) peneliti membaca berulang-ulang

hasil wawancara tanpa menyertakan asumsi pribadi sebagai perawat, (3)

peneliti membaca kembali transkrip dan mengidentifikasi kata kunci, kata

kunci yang didapat diberikan warna yang berbeda untuk setiap partisipan, (4)

peneliti mengelompokkan kata kunci yang memiliki arti kedalam satu

kategori, (5) kategori yang memiliki arti yang sama dikelompokkan menjadi

tema, (6) peneliti membuat matriks tema yang bertujuan untuk memudahkan

peneliti melihat kembali kata kunci yang diungkapkan partisipan, (7) peneliti

memvalidasi kembali tema-tema yang didapat kepada partisipan, hal ini

dilakukan peneliti pada tahap terminasi.

3.8 Keabsahan Data

Data yang diperoleh dari penelitian kualitatif dapat dipercaya apabila

menyampaikan pengalaman partisipan secara detail dan akurat (Struebert &

Carpenter, 2012). Keabsahan data dalam penelitian kualitatif terdiri dari empat

yaitu credibility, transferability, dependability, confirmability (Polit, Beck &

Hungler, 2011; Speziale & carpenter, 2014).


Credibility Pada penelitian kualitatif data memiliki kredibilitas tinggi

bila partisipan yakin dan mengenali dengan benar hal-hal yang diceritakannya.

Peneliti mengembalikan hasil wawancara dalam bentuk transkrip kepada

partisipan, dan menanyakan kepada partisipan apakah data tersebut sudah

sesuai dengan pengalaman hidup partisipan.

Transferability merupakan kondisi dimana suatu hasil penelitian dapat

digunakan pada tempat yang lain, dengan memiliki karakteristik kelompok

yang sama (Polit, Beck & Hungler, 2011; Speziale & Carpenter, 2014).

Peneliti menceritakan hasil penelitian yang didapat dalam bentuk laporan

penelitian yang dapat memberikan pengalaman perempuan yang sudah

melahirkan di usia remaja.

Dependability merupakan bentuk keabsahan data yang melihat

kestabilan data pada berbagai waktu dan situasi (Polit, Beck & Hungler,

2011). Transkrip wawancara dan analisi yang telah dibuat dikonsulkan ke

pakar penelitian kualitatif yaitu dosen pembimbing. Data pada penelitian ini

sudah peneliti konsultasikan kepada dosen pembimbing dari partisipan satu

sampai partisipan kedelapan.

Confirmability menjadi cara terakhir untuk menguji keabsahan data

hasil penelitian. Menurut Polit, Beck dan Hungler (2011) keabsahan data ini

mengacu pada kenetralan dari data yang ditemukan, bahwa data yang

ditemukan benar-benar merupakan hasil pengalaman partisipan yang sudah

pernah melahirkan dan merawat bayi di usia remaja.


Confirmability juga dapat dilakukan dengan inquiry audit dari external

reviewer (Polit, Beck & Hungler, 2011). Peneliti mendokumentasikan seluruh

hasil penelitian meliputi transkrip wawancara dan catatan lapangan. Data

tersebut akan ditunjukkan kepada dosen pembimbing untuk menjamin

objektifitas hasil penelitian.

Anda mungkin juga menyukai