Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH KOMUNIKASI TERAPEUTIK PADA LANSIA

OLEH :

KELOMPOK 2

ROMELIUS EIRUMKUY (P2012015)

ANGEL C HETHARIE (P2012037)

NATHALIA T SOHUWAT (P2012024)

SITI KHADIJA RUMWOKAS (P2012030)

VIVIAN LESNUSSA (P2012029)

VENDERY UNITLY (P2012009)

WORMA JELITA KOUPUN (P2012032)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PASAPUA
AMBON
2021

i
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala
bimbingan-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah dengan judul “KOMUNIKASI

TERAPEUTIK PADA LANSIA”.

Adapun makalah ini dibuat sebagai tugas mata kuliah Komunikasi Dalam Keperawatan II
agar dapat menunjang prosaes belajar . Kami mengakui bahwa penulisan makalah ini jauh dari
kata sempurna. Oleh karena itu kritik dan saran sangat di perlukan untuk membangun dan
memberikan kami sebuah masukan agar dapat menjadi lebih baik lagi di hari esok.

Semoga makalah yang kami buat dengan sederhana ini dapat berguna bagi para pembaca
sekalian.

Ambon, Desember 2021

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

Halaman judul.........................................................................................................................i

Kata pengantar........................................................................................................................ii

Daftar isi....................................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................1

A. Latar belakang........................................................................................................................1

B. Rumusan masalah..................................................................................................................1

C. Tujuan Penulisan....................................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................................3

A. Pengertian komunikasi terapeutik dan Pengertian lansia......................................................3

B. Komunikasi terapeutik pada lansia........................................................................................3

C. Kendala-kendala dan hambatan dalam berkomunikasi pada lansia.......................................6

D. Teknik pendekatan dalam Perawatan lansia pada konteks komunikasi dan pada reaksi
penolakan....................................................................................................................................7

E. Keterampilan Komunikasi Terapeutik Pada Lansia..............................................................9

F. Contoh Asuhan Keperawatan lansia Dengan Demensia........................................................10

BAB III PENUTUP...................................................................................................................18

A. Kesimpulan............................................................................................................................18

B. Saran......................................................................................................................................18

Daftar Pustaka.........................................................................................................................19

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Komunikasi adalah elemen dasar dari interaksi manusia yang memungkinkan seseorang
untuk menetapkan, mempertahankan dan meningkatkan kontrak dengan orang lain karena
komunikasi dilakukan oleh seseorang, setiap hari orang seringkali salah berpikir bahwa
komunikasi adalah sesuatu yang mudah. Namun sebenarnya adalah proses yang kompleks yang
melibatkan tingkah laku dan hubungan serta memungkinkan individu berasosiasi dengan orang
lain dan dengan lingkungan sekitarnya. Hal itu merupakan peristiwa yang terus berlangsung
secara dinamis yang maknanya dipacu dan ditransmisikan. Untuk memperbaiki interpretasi
pasien terhadap pesan, perawat harus tidak terburu-buru dan mengurangi kebisingan dan
distraksi. Kalimat yang jelas dan mudah dimengerti dipakai untuk menyampaikan pesan karena
arti suatu kata sering kali telah lupa atau ada kesulitan dalam mengorganisasi dan
mengekspresikan pikiran. Instruksi yang berurutan dan sederhana dapat dipakai untuk
mengingatkan pasien dan sering membantu. (Bruner & Suddart, 2001 : 188).

Komunikasi adalah proses interpersonal yang melibatkan perubahan verbal dan non verbal
dari informasi dan ide. Komunikasi mengacu tidak hanya pada isi tetapi juga pada perasaan dan
emosi dimana individu menyampaikan hubungan ( Potter-Perry, 301 ). Komunikasi pada lansia
membutuhkan perhatian khusus. Perawat harus waspada terhadap perubahan fisik, psikologi,
emosi, dan sosial yang memperngaruhi pola komunikasi. Perubahan yang berhubungan dengan
umur dalam sistem auditoris dapat mengakibatkan kerusakan pada pendengaran. Perubahan pada
telinga bagian dalam dan telinga menghalangi proses pendengaran pada lansia sehingga tidak
toleran terhadap suara.

B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian komunikasi Terapeutik dan Pengertian lansia ?
2. Bagaimana cara komunikasi pada lansia ?
3. Apa saja kendala dan hambatan dalam berkomunikasi pada lansia ?

1
4. Bagaimana teknik pendekatan dalam Perawatan lansia pada konteks komunikasi dan
pada reaksi penolakan ?
5. Apa saja keterampilan Komunikasi Terapeutik Pada Lansia ?
6. Bagaimana contoh Asuhan Keperawatan lansia Dengan Demensia?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui Pengertian komunikasi Terapeutik dan Pengertian lansia.
2. Untuk mengetahui cara komunikasi pada lansia
3. Untuk mengetahui kendala dan hambatan dalam berkomunikasi pada lansia.
4. Untuk mengetahui teknik pendekatan dalam Perawatan lansia pada konteks komunikasi
dan pada reaksi penolakan.
5. Untuk mengetahui keterampilan Komunikasi Terapeutik Pada Lansia.
6. Untuk mengetahui contoh Asuhan Keperawatan lansia Dengan Demensia.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian komunikasi Terapeutik dan Pengertian lansia

Komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang direncanakan secara sadar, bertujuan dan
kegiatannya dipusatkan untuk kesembuhan pasien. Komunikasi terapeutik adalah hubungan kerja
sama yang ditandai dengan tukar menukar perilaku, perasaan, fikiran dan pengalaman dalam
membina hubungan intim terapeutik. Komunikasi dengan lansia harus memperhatikan faktor
fisik, psikologi, lingkungan dalam situasi individu harus mengaplikasikan ketrampilan
komunikasi yang tepat. Disamping itu juga memerlukan pemikiran penuh serta memperhatikan
waktu yang tepat. (Stuart dan Sundeen, 2013).
Lansia adalah periode dimana organisme telah mencapai kemasakan dalam ukuran dan fungsi
dan juga telah menunjukkan kemunduran sejalan dengan waktu. Ada beberapa Pendapat
mengenai “usia kemunduran” yaitu ada yang menetapkan 60 tahun, 65 tahun dan 70 Tahun.
Badan kesehatan dunia (WHO) menetapkan 65 tahun sebagai usia yang menunjukkan proses
menua yang berlangsung secara nyata dan seseorang telah disebut lanjut usia.Kelompok lanjut
usia ( LANSIA ) adalah kelompok penduduk yang berusia 60 tahun ke atas (Hardywinoto dan
Setiabudhi, 1999;8). Pada lanjut usia akan terjadi proses menghilangnya kemampuan jaringan
untuk memperbaiki diri atau mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya secara perlahan-
lahan sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang terjadi
(Constantinides, 1994). Karena itu di dalam tubuh akan menumpuk makin banyak distorsi
metabolik dan struktural disebut penyakit degeneratif yang menyebabkan lansia akan mengakhiri
hidup dengan episode terminal (Darmojo dan Martono, 1999;4).
Penggolongan lansia menurut Depkes dikutip dari Azis (1994) menjadi tiga kelompok yakni :
1. Kelompok lansia dini (55 – 64 tahun), merupakan kelompok yang baru memasuki lansia.
2. Kelompok lansia (65 tahun ke atas).
3. Kelompok lansia resiko tinggi, yaitu lansia yang berusia lebih dari 70 tahun.

3
B. Komunikasi pada lansia

Menurut Wahjudi Nugroho (2008) Komunikasi dengan lansia adalah proses penyampaian
pesan atau gagasan dari petugas atau perawat kepada lanjut usia dan diperoleh tanggapan dari
lanjut usia sehingga diperoleh kesepakatan tentang isi pesan komunikasi. Komunikasi yang baik
pesannya singkat, jelas, lengkap dan sederhana. Sarana komunikasi meliputi panca indra manusia
(mata, mulut, tangan dan jari) dan buatan manusia (TV, Radio, surat kabar). Sikap penyampaian
pesan harus dalam jarak dekat, suara jelas, tidak terlalu cepat, menggunakan kalimat pendek,
wajah berseri-seri, sambil menatap lansia, sabar, telaten, tidak terburu-buru, dada sedikit
membungkuk dan jempol tangan bersikap mempersilahkan. Hal-hal yang perlu diperhatikan agar
komunikasi berjalan lancar adalah menguasai bahan atau pesan yang akan disampaikan,
menguasai bahasa setempat, tidak terburu-buru, Memiliki keyakinan, bersuara lembut, percaya
diri, ramah, dan sopan. Lingkungan yang mendukung komunikasi adalah suasana terbuka, akrab,
santai, menjaga tetap ramah, posisi menghormati, dan memahami keadaan lanjut usia.
Dalam komunikasi dengan lansia harus diperhatikan faktor fisik, psikologi, (lingkungan
dalam situasi individu harus mengaplikasikan ketrampilan komunikasi yang tepat. Disamping itu
juga memerlukan pemikiran penuh serta memperhatikan waktu yang tepat.
 Ketrampilan komunikasi
Listening/Pendengaran yang baik yaitu :
a. Mendengarkan dengan perhatian
b. Memahami dengan sepenuh hati, keikhlasan dengan hati yang jernih.
c. Memikirkan secara menyeluruh dengan pikiran jernih kita.

 Teknik komunikasi dengan lansia


1. Teknik komunikasi dengan penggunaan bahasa yang baik
Kecepatan dan tekanan suara yang tepat dengan menyesuaikan pada topik pembicaraan
dan kebutuhan lansia,berbicara dengan lansia yang dimensia dengan pelan. Tetapi
berbicara dengan lansia demensia yang kurang mendengar dengan lebih keras hati-hati
karena tekanan suara yang tidak tepat akan merubah arti pembicaraan,pertanyaan yang
tepat kurang pertanyaan yang lansia menjawab ya atau tidak.. Berikan kesempatan
orang lan untuk berbicara hindari untuk mendominasi ,pembicara sebaiknya

4
mendorontg lansia untuk berperan aktif ,Merubah topik pembicaaraan dengan jitu
menggunakan objek sekitar untuk topik pembicaraan bila lansia tidak interest lagi
Contoh : siapa yang membelikan pakaian bapak/ibu yang bagus ini? Gunakan kata-kata
yang sederhana dan konkrit gunakan makan satu buah setelah makan dari pada
menggunakan makanan yang berserat Gunakan kalimat yang simple dan pendek satu
pesan untuk satu kalimat.

2. Teknik nonverbal komunikasi


1) Perilaku : ramah tamah, sopan dan menghormati, cegah supaya tidak acuh tak acuh,
perbedaan.
2) Kontak mata : jaga tetap kontak mata.
3) Expresi wajah : mereflexsikan peraaan yang sebenarnya.
4) Postur dan tubuh : mengangguk, gerakan tubuh yang tepat, meletakan kursi dengan
tepat.
5) Sentuhan : memegang tangan, menjbat tangan.

3. Teknik untuk meningkatkan komunikasi dengan lansia.


1) Memulai kontak saling memperkenalkan nama dan berjabat tangan.
2) Bila hanya menyentuh tangannya hanya untuk mengucapaka pesan-pesan verbal dan
merupak metode primer yang non verbal.
3) Jelaskan tujuan dari wawancara dan hubungan dengan intervensi keperawatan yang
akan diberikan.
4) Muali pertanyaan tentang topik-topik yang tidak mengancam.
5) Gunakan pertanyaan terbuka dan belajar mendengar yang efektif.
6) Secara periodic mengklarifikasi pesan.
7) Mempertahankan kontak mata dan mendengar yang baik dan mendorong untuk
berfokus pada informasi.
8) Jangan berespon yang menonjolkan rasa simpati.
9) Bertanya tentang keadaan mental merupakan pertanyaan yang mengancam dan akan
mengakiri interview.
10) Minta ijin bila ingin bertanya secara formal.

5
 Lingkungan wawancara
a) Posisi duduk berhadapan
b) Jaga privasi
c) Penerangan yang cukup dan cegah latar belakang yang silam
d) Kurangi keramaian dan berisik
e) Komunikasi dengan lansia kita mencoba untuk mengerti dan menjaga kita
mengekspresikan diri kita sendiri efek dari kmunikasi adalah pengaruh timbal balik
seperti cermin.

C. Kendala-kendala dan hambatan dalam berkomunikasi pada lansia

1. Gangguan neurology sering menyebabkan gangguan bicara dan berkomunikasi dapat juga
karena pengobatan medis, mulut yang kering dan lain-lain.
2. Penurunan daya pikir sering menyebabkan gangguan dalam mendengarkan, mengingat dan
respon pada pertanyaan seseorang.
3. Perawat sering memanggil dengan “nenek”, “sayang”, dan lain -lain. Hal tersebut membuat
tersinggung harga dirinya dianjurkan memanggil nama panggilannya.
4. Dianjurkan menegur dan mendengarkan dengan penuh perhatian.
5. Perbedaan budaya hambatan komunikasi, dan sulit menjalin hubungan saling percaya.
Gangguan sensoris dalam pendengarannya
6. Gangguan penglihatan sehingga sulit menginterprestasikan pesan-pesan non-verbal.
7. “Overload” dari sensoris : terlalu banyak informasi dalam satu waktu atau banyak orang
Berkomunikasi dalam yang sama sehingga kognitif berkurang.
8. Gangguan fisik yang menyebabkan sulit berfokus dalam pembicaraan misalnya focus pada
rasa sakit, haus, lapar, capai, kandung kemih penuh, udara yang tidak enak, dan lain-lain.
9. Hambatan pada pribadi : penurunan sensoris, ketidaknyamanan fisik, efek pengobatan dan
kondisi patologi, gangguan fungsi psikososial, karena depresi atau dimensia, gangguan
kontak dengan realita.

6
10. Hambatan dalam suasana/lingkungan tempat wawancara : ribut/berisik, terlalu banyak
informasi dalam waktu yang sama, terlalu banyak orang yang ikut bicara, peerbedaan
budaya, perbedaan, bahasa, prejudice, dan strereotipes.

D. Teknik pendekatan dalam Perawatan lansia pada konteks komunikasi dan pada reaksi
penolakan
a) Teknik pendekatan dalam perawatan lansia pada konteks komunikasi
1. Pendekatan fisik
Mencari kesehatan tentang kesehatan obyektif, kebutuhan, kejadian yang di alami,
perubahan fisik organ tubuh, tingkat kesehatan yang masih bisa di capai dan di
kembangkan serta penyakit yang dapat di cegah progresifitasnya.
2. Pendekatan psikologis
Pendekatan ini bersifat abstrak dan mengarah pada perubahan perilaku, maka
umumnya membutuhkan waktu yang lebih lama. Untuk melaksanakan pendekatan ini,
perawat sebagai konselor, advokat terhadap segala sesuatu yang asing atau sebagai
pena,pung masalah pribadi dan sebagai sahabat yang akrab bagi klien.
3. Pendekatan sosial
Pendekatan ini di laksanakan meningkatkan keterampilan berinteraksi dengan
lingkungan. Mengadakan diskusi tukar fikiran bercerita serta bermain merupakan
implementasi dari pendekatan ini agar klien dapat berinteraksi dengan sesama lansia
maupun dengan petugas kesehatan,
4. Pendekatan Spiritual
Perawat harus bisa memberikan kepuasan batin dalam hubungannya dengan tuhan atau
agama yang di anutnyaterutama pada saat klien sakit atau mendekati kematian.

b) Teknik pendekatan dalam perawatan lansia pada reaksi penolakan


Penolakan adalah ungkapan ketidakmampuan sesorang untuk mengakui secara sadar
terhadap pikiran, keiinginan, perasaan atau kebutuhan pada kejadian-kejadian nyata

7
sesuatu yang merupakan reaksi ketidaksiapan lansia menerima perubahan yang terjadi
pada dirinya.
Ada beberapa langkah yang bisa di laksanakan untuk menghadapi klien lansia dengan
penolakan antara lain :
1. Penolakan segera reaksi penolakan klien
Yaitu membiarkan lansia bertingkah laku dalam tenggang waktu tertentu.
Langkah-langkah yang dapat di lakukan sebagai berikut :
a. Identifikasi pikiran yang paling membahayakan dengan cara observasi klien
bila sedang mengalami puncak reaksinya.
b. Ungkapakan kenyataan yang di alami klien secara perlahan di mulai dari
kenyataan yang merisaukan.
c. Jangan menyongkong penolakan klien, akan tetapi berikan perawatan yang
cocok bagi klien dan bicarakan sesering mungkin jangan sampai menolak.

1. Orientasikan klien lansia pada pelaksanaan perawatan sendiri


Langkah ini bertujuan mempermudah proses penerimaan klien terhadap
perawatan yang akan di lakukan serta upaya untuk memandikan klien, antara
lain :
a. Libatkan klien dalam perawatan dirinya, misalnya dalam perencanaan waktu,
tempat dan macam, perawatan.
b. Puji klien lansia karena usahanya untuk merawat dirinya atau mulai mengenal
kenyataan.
c. Membantu klien lansia untuk mengungkapkan keresahaan atau perasaan
sedihnya dengan mempergunakan pertanyaan terbuka, mendengarkan dan
menluangkan waktu bersamanya.

2. Libatkan keluarga atau pihak terdekat dengan tepat


Langkah ini bertujuan untuk membantu perawat atau petugas kesehatan
memperoleh sumber informasi atau data klien dan mengefektifkan rencana atau
tindakan dapat terealisasi dengan baik dan cepat.
Upaya ini dapat di laksanakan dengan cara-cara sebagai berikut :

8
a. Melibatkan keluarga atau pihak terkait dalam membantu klien lansia
menentukan perasaannya.
b. Meliangkan waktu untuk menerangkan kepada mereka yang bersangkutan
tentang apa yang sedang terjadi pada klien lansia serta hal – Hal yang dapat di
lakukan dalam rangka membantu.
c. Hendaknya pihak – Pihak lain memuji usaha klien lansia untuk menerima
kenyataan
d. Menyadarkan pihak lain akan pentingnya hukuman (bukan hukuman fisik)
apabila klien lansia mempergunakan penolakan atau denial.

E. Keterampilan Komunikasi Terapeutik Pada Lansia


a. Keterampilan Komunikasi Terapeutik, dapat meliputi :
1. Perawat membuka wawancara dengan memperkenalkan diri dan menjelaskan tujuan
dan lama wawancara.
2. Berikan waktu yang cukup kepada pasien untuk menjawab, berkaitan dengan
pemunduran kemampuan untuk merespon verbal.
3. Gunakan kata-kata yang tidak asing bagi klien sesuai dengan latar belakang
sosiokulturalnya.
4. Gunakan pertanyaan yang pendek dan jelas karena pasien lansia kesulitan dalam
berfikir abstrak.
5. Perawat dapat memperlihatkan dukungan dan perhatian dengan memberikan respon
nonverbal seperti kontak mata secara langsung, duduk dan menyentuh pasien.
6. Perawat harus cermat dalam mengidentifikasi tanda-tanda kepribadian pasien dan
distress yang ada.
7. Perawat tidak boleh berasumsi bahwa pasien memahami tujuan dari wawancara
pengkajian.
8. Perawat harus memperhatikan respon pasien dengan mendengarkan dengan cermat dan
tetap mengobservasi.
9. Tempat mewawancarai diharuskan tidak pada tempat yang baru dan asing bagi pasien.
10. Lingkungan harus dibuat nyaman dan kursi harus dibuat senyaman mungkin.

9
11. Lingkungan harus dimodifikasi sesuai dengan kondisi lansia yang sensitif terhadap,
suara berfrekuensi tinggi atau perubahan kemampuan penglihatan.
12. Perawat harus mengkonsultasikan hasil wawancara kepada keluarga pasien atau orang
lain yang sangat mengenal pasien.
13. Memperhatikan kondisi fisik pasien pada waktu wawancara

b. Prinsip Gerontologis untuk komunikasi


 Menjaga agar tingkat kebisingan minimum.
 Menjadi pendengar yang setia, sediakan waktu untuk mengobrol.
 Menjamin alat bantu dengar yang berfungsi dengan baik.
 Yakinkan bahwa kacamata Bersih dan pas.
 Jangan berbicara dengan keras/berteriak, bicara langsung dengan telinga yang
dapat Mendengar dengan lebih baik.
 Berdiri di depan klien.
 Pertahankan penggunaan kalimat yang pendek dan sederhana
 Beri kesempatan bagi klien untuk berfikir.
 Mendorong keikutsertaan dalam aktivitas sosial seperti perkumpulan orang tua,
kegiatan Rohani.
 Berbicara pada tingkat pemahaman klien.
 Selalu menanyakan respons, terutama ketika mengajarkan suatu tugas atau
keahlian

F. Contoh Asuhan Keperawatan Pasien Dengan Demensia


Tn.A umur 85th di bawa oleh keluarganya ke psikogeriatrik ia dirawat karena adanya
gangguan kognitif, gejala yang muncul mudah lupa akan peristiwa yang baru saja terjadi,
keluarga mengatakan tidak mampu mengenali orang, tempat dan waktu. Tn A sudah menduda
selama beberapa tahun dan memiliki 2 orang anak perempuan yang masing-masing sudah

10
mempunyai keluarga tetapi anaknya masih mengunjungi Tn A selama di rawat di psikogeriatrik
1 minggu 1 kali .

Hasil pemeriksaan di dapatkan TD:130/90 mmHg, S : 37oC, N : 80x/menit, RR : 22x/menit

A. PENGKAJIAN
1. BIODATA
Nama : Tn A
Umur : 85 tahun
Jenis kelamin : laki-laki
Pendidikan : SD
Agama : islam
Suku bangsa : indonesia
Status perkawinan : duda
Alamat : ds. Ngudi, Peterongan, Jombang
Tanggal MRS :12 januari 2014
Orang terdekat yang dapat dihubungi
Nama : Ny S
Hubungan dengan usila : Anak
Alamat :ds. Ngudi, Peterongan, Jombang
2. RIWAYAT KELUARGA
ISTRI
Nama : ny D
Umur : 80
Pekerjaan : ibu rumah tangga
Alamat : ds. Ngudi, Peterongan, Jombang
Status kesehatan : meninggal
Penyebab kematian : Hipertensi
3. RIWAYAT LINGKUNGAN
Tipe tempat tinggal : rumah sendiri
Jumlah penghuni rumah : 4 orang
Kondisi rumah : Bersih

11
4. STATUS KESEHATAN
Status kesehatan yang lalu : tidak ada

Keluhan utama : Pasien mengatakan mudah lupa akan peristiwa yang


baru saja terjadi.

Penyakit yang diderita : tidak ada

5. PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum : Baik
Tingkat kesadaran : Composmentis
TTV :
TD : 130/90 mmHg
N : 88x/menit
S : 37x/menit
RR : 22x/menit
Kepala
- Inspeksi : tidak ada benjolan,
- Palpasi : tidak ada nyeri tekan
Rambut
- Inspeksi :beruban, bersih
- Palpasi :rambut kasar
Mata
- Inspeksi : simetris, konjungtiva merah muda , sklera tidak ikterus,penglihatan
pandangan kabur.
Hidung
- Inspeksi : simetris, tidak ada sekret .
- Palpasi :tidak ada nyeri tekan
Mulut
- Inspeksi : simetris ,mukosa bibir lembab, tidak ada stomatitis.

Leher

12
- Inspeksi :simetris
- Palpasi :tidak ada pembesaran kelenjar tiroid,tidak ada bendungan vena jugularis
Dada
- Inspeksi : simetris
- Palpasi : tidak ada nyeri tekan ,tidak ada tarikan intercostae
- Perkusi : sonor
- Auskultasi : tidak ada suara tambahan ( wheezing, ronchi )
Abdomen
- Inspeksi :simetris
- Palpasi : tidak ada pembesaran hepar , tidak ada nyeri tekan
- Perkusi : timpani
- Auskultasi : bising usus normal

Genetalia dan anus


- Inspeksi : bersih, tidak ada lesi, tidak ada hemoroid, tidak ada benjolan
- Palpasi : tidak ada nyeri tekan
Ekstremitas
- Inspeksi : simetris, tidak odem
- Palpasi : tidak ada nyeri tekan

B. ANALISA DATA
Analisa data Masalah Etiologi
DS : Perubahan proses degenerasi
- Keluarga Pasien mengatakan mudah pikir neuronal dan
lupa akan peristiwa yang baru saja demensia progresif
terjadi
- Keluarga Pasien mengatakan tidak
mampu mengenali orang, tempat dan
waktu
DO :
- Pasien kehilangan kemampuannya
untuk mengenali wajah, tempat dan

13
objek yang sudah dikenalnya dan
kehilangan suasana kekeluargaannya
- Pasien sering mengulang-ngulang
cerita yang sama karena lupa telah
menceritakannya
- TD :130/90 mmHg
- S : 37oC
- N : 88x/menit
- RR : 22x/menit

C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Perubahan proses pikir sehubungan dengan degenerasi neuronal dan demensia progresif
ditandai dengan :

DS :

- Keluarga Pasien mengatakan mudah lupa akan peristiwa yang baru saja terjadi
- Keluarga Pasien mengatakan tidak mampu mengenali orang, tempat dan waktu

DO :
- Pasien kehilangan kemampuannya untuk mengenali wajah, tempat dan objek yang
sudah dikenalnya dan kehilangan suasana kekeluargaannya
- Pasien sering mengulang-ngulang cerita yang sama karena lupa telah
menceritakannya
- TD :130/90 mmHg
- S : 37oC
- N : 88x/menit
- RR : 22x/menit
2. Deficit perawatan diri sehubungan dengan menurunnya kemampuan merawat diri.

D. INTERVENSI KEPERAWATAN

Tangga Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi Rasional

14
l Hasil
12-01- Perubahan Tujuan : Setelah diberi1. 1. Kurangi konfusi Stimuli yang
2014 proses pikir askep 2×24 jam lingkungan. sederhana dan
berhubungan diharapkan pasien - Dekati pasien terbatas akan
dengan mampu memelihara dengan cara memfasilitasi
degenerasi fungsi kognitif yang menyenangkan dan interpretasi dan
neuronal dan optimal kalem. mengurangi
demensia kriteria hasil : - Cobalah agar distorsi input;
progresif - Mempertahankan mudah ditebak dalam perilaku yang
fungsi ingatan yang sikap dan percakapa dapat ditebak
optimal. perawat. kurang
- Memperlihatkan - Jaga lingkungan mengancam
penurunan dalam tetap sederhana dan disbanding
prilaku yang bingung. menyenagkan. perilaku yang
-  Menunjukkan respons - Pertahankan jadwal tidak dapat
yang sesuai untuk sehari-hari yang ditebak; alat
stimuli visual dan teratur. bantu ingatan
auditori. - Alat bantu akan membantu
-  Menunjukkan mengingat sesuai pasien untuk
orientasi optimal yang diperlukan. mengingat.
terhadap waktu, tempat
dan orang. 2. Tingkatkan isyarat Isyarat
lingkungan lingkungan
- Perkenalkan diri akan
perawat ketika meningkatkan
berinteraksi dengan orientasi
pasien. terhadap waktu,
- Panggil pasien tempat dan
dengan menyebutkan orang dan
namanya. individu akan
- Berikan isyarat mengisi

15
lingkungan untuk kesenjangan
orientasi waktu, ingatan dan
tempat dan orang. berfungsi
sebagai
pengingat.

E. IMPLEMENTASI

Tangga Diagnosa Implementasi Keterangan


l
12-01- Perubahan proses11. Mengurangi konfusi lingkungan. Pasien kooperatif
2014 pikir berhubungan - Mendekati pasien dengan cara
dengan menyenangkan dan kalem.
degenerasi - Mencoba agar mudah ditebak
neuronal dan dalam sikap dan percakapa perawat.
demensia - Menjaga lingkungan tetap
progresif sederhana dan menyenagkan.
- Mempertahankan jadwal sehari-hari
yang teratur.
- Memberikan alat bantu mengingat Pasien kooperatif
sesuai yang diperlukan.

2. Meningkatkan isyarat lingkungan


- Memperkenalkan diri perawat
ketika berinteraksi dengan pasien.
- Memanggil pasien dengan
menyebutkan namanya.
- Memberikan isyarat lingkungan

16
untuk orientasi waktu, tempat dan
orang.

F. CATATAN PERKEMBANGAN

Tanggal Diagnosa Catatan Perkembangan Keterangan


12-01- Perubahan S:
2014 proses pikir - Keluarga Pasien mengatakan
berhubungan mudah lupa akan peristiwa
dengan yang baru saja terjadi
degenerasi - Keluarga Pasien mengatakan
neuronal dan tidak mampu mengenali
demensia orang, tempat dan waktu
progresif O:
- Pasien kehilangan
kemampuannya untuk
mengenali wajah, tempat dan
objek yang sudah dikenalnya
dan kehilangan suasana
kekeluargaannya
- Pasien sering mengulang-
ngulang cerita yang sama
karena lupa telah
menceritakannya
- TD :130/90 mmHg
- S : 37oC
- N : 88x/menit
- RR : 22x/menit
A : Masalah belum teratasi

P : pasien kunjungan ulang

17
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Komunikasi adalah elemen dasar dari interaksi manusia yang memungkinkan
seseorang untuk menetapkan, mempertaankan dan meningkatkan kontrak dengan
oran lain karena komunikasi dilakukan oleh seseorang, setiap hari orang seringkali
salah berpikir bawa komunikasi adalah sesuatu yang mudah. Namun sebenarnya
adalah proses yang kompleks yang melibatkan tingka laku dan hubungan serta
memungkinkan individu berasosiasi denan orang lain dan dengan lingkungan
sekitarnya. Hal itu merupakan peristiwa yang terus berlangsung secara dinamis yan
maknanya dipacu dan ditransmisikan. Komunikasi pada lansia tidaklah begitu sulit
dibutuhkan teknik-teknik tersendiri untuk melakukan komunikasi pada lansia banyak
hal-hal yang harus diperhatikan diantaranya :
1. Teknik komunikasi dengan penggunaan bahasa yang baik.
2. Tehknik untuk wawancara.
3. Kendala dan hambatan dalam komunikasi.
4. Mood dan privasi
5. Aspek-aspek yang harus diperhatikan.

B. Saran

Bagi perawat harus memahami tentang aplikasi komunikasi terapeutik pada lansia
agar pemeriksaan pasien lansia di rumah sakit berjalan dengan lancar dan Penulis

18
menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini sangat banyak sekali kesalahan.
Besar harapan kami kepada para pembaca untuk bisa memberikan kritik dan saran
yang bersifat membangun agar makalah ini menjadi lebih sempurna.

DAFTAR PUSTAKA

1. Adelman, R.D., Greene, M.G., Ory, M.G. 2000. Communication between older
patients and Their physicians . Clin Geriatr Med
2. Arwani. 2003. Komunikasi Dalam Keperawatan . Jakarta : EGC
3. Azizah, Lilik Ma’arifatul. 2011. Keperawatan Lanjut Usia . Yogyakarta : Graha
Ilmu
4. Boedhi-darmojo,(2009),Geriatri Ilmu Kesehatan Usia Lanjut, Edisi 4. Jakarta :
FKUI.
5. http//konsep komunikasi .co.id
6. http//komunikasi pada lansia.com
7. Kushariyadi. 2010. Asuhan keperawatan pada klien lanjut usia. Jakarta : Salemba
8. Kusumawati,2007,Mengenal Demensia Pada Lanjut Usia, (online),available :
http/www.berita iptek online.com,(2009,agust,24).
9. Medicastore,2008,Demensia,(online),available:http:/www..medicastore.com,
(2009,agust,24).
10. Medika Indrawati. 2003. Komunikasi Untuk Perawat . Jakarta : EGC
11. Nugroho, Wahjudi. 2008. Keperawatan Gerontik dan Geriatrik . Jakarta: EGC.
12. Physician-older patient relationship: effective communication with vulnerable
older Patients . Clin Interv Aging
13. Stanley, Mickey. 2006. Buku Ajar Keperawatan Gerontik Ed 2 . Jakarta : EGC.
14. William, S.L., Haskard, K.B., Dimatteo, M.R. 2007. The therapeutic effects of
the

19
20

Anda mungkin juga menyukai