DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 4
Anggota kelompok 4 :
1. Rivi Maldanurman (G1B118014)
2. Elprida Sihombing (G1B118015)
3. Vanessa Rabbani (G1B118031)
4. Putri Dwita (G1B118032)
5. Ismi Adisti (G1B118033)
6. Tania Febri Azizah (G1B118042)
7. Yemima Angel Lorence (G1B118043)
8. Mardalia (G1B118044)
9. Heidy Regina Nova (G1B118045)
10.Darmawanto (G1B118046)
11.Yusi Lorenza (G1B118047)
12.Anita Sari (G1B118038)
13.Devi Fani Arista (G1B118039)
Pengertian Komunikasi dan Lanjut Usia
Komunikasi adalah elemen dasar dari interaksi manusia yang
memungkinkan seseorang untuk menetapkan, mempertahankan, dan
meningkatkan kontak dengan orang lain. (Potter & Perry, 2005 : 301). (WHO)
menetapkan 65 tahun sebagai usia yang menunjukkan proses menua yang
berlangsung secara nyata dan seseorang telah disebut lanjut usia. Kelompok
lanjut usia ( LANSIA ) adalah kelompok penduduk yang berusia 60 tahun ke
atas (Hardywinoto dan Setiabudhi, 1999;8).
Penggolongan lansia menurut Depkes dikutip
dari Azis (1994) menjadi tiga kelompok yakni:
2 Pengirim adalah pihak yang mengirimkan/ menyampaikan informasi/ pesan. Sedangkan penerima
adalah pihak yang menerima dan menguraikan kode pesan.
3 Pesan merupakan isi dari komunikasi. Pesan mengandung bahasa verbal, nonverbal, dan simbolik.
Media merupakan alat penyampaian dan penerimaan pesan melalui indra penglihatan, pendengaran,
4 dan taktil. Ekspresi wajah mengirimkan pesan visual, kata-kata memasuki saluran pendengaran, dan
sentuhan menggunakan saluran taktil.
Variabel interpersonal merupakan faktor dalam diri pengirim dan penerima yang memengaruhi
6 komunikasi
Lingkungan merupakan tempat interaksi bagi pengirim dan penerima. Lingkugan yang efektif harus
7 memenuhi kebutuhan fisik, emosional, dan keamanan peserta komunikasi.
Menurut Potter & Perry (2009), bentuk-bentuk
komunikasi
01 02
Komunikasi
Komunikasi verbal
nonverbal
menggunakan kata yang mencakup seluruh indera dan semua hal yang
ditulis atau diucapkan tidak melibatkan kata tertulis ataupun ucapan
yaitu dengan bahasa tubuh
03 04
Komunikasi Simbolik Metakomunikasi
komunikasi simbolik, yaitu simbol merupakan istilah luas yang
lisan dan nonverbal yang digunakan merujuk kepada seluruh faktor
pihak lain untuk menyampaikan arti. yang memengaruhi komunikasi.
Seperti Seni dan musik
Komunikasi Terapeutik
Komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang direncanakan dan dilakukan untuk
membantu penyembuhan/ pemulihan pasien. Komunikasi mengandung makna bersama –
sama (common). communication berasal dari bahasa Latin, yaitu communication yang
berarti pemberitahuan atau pertukaran. Kata sifatnya communis, yang bernakna umum
atau bersama – sama (Devi, 2012). Komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang
dilakukan atau dirancang untuk tujuan terapi (Damaiyanti, 2014). Komunikasi terapeutik
adalah modalitas dasar intervensi utama yang terdiri atas teknik verbal dan nonverbal
yang digunakan untuk membentuk hubungan antara terapis dan pasien dalam pemenuhan
kebutuhan (Mubarak, 2012).
Manfaat komunikasi terapeutik (Anas, 2014)
adalah:
01
Mendorong dan menganjurkan
kerja sama antara perawat
dengan pasien melalui
hubungan perawat-pasien.
04
Mencegah tindakan yang negatif terhadap
pertahanan diri pasien.
Keterampilan Komunikasi Terapeutik Pada
Lansia
Menurut Lilik Ma’arifatul Azizah (2011) Keterampilan komunikasi terapeutik pada lanjut usia dapat meliputi :
1. Perawat membuka wawancara dengan memerkenalkan diri dan menjelaskan tujuan dan lama wawancara.
2. Berikan waktu yang cukup kepada pasien untuk menjawab berkaitan dengan pemunduran kemampuan untuk
merespon verbal.
3. Gunakan kata-kata yang tidak asing bagi klien sesuai dengan latar belakang sosikulturalnya.
4. Gunakan pertanyaan yang pendek dan jelas karena pasien lansia kesulitan dalam berfikir abstrak.
5. Perawat dapat memperlihatkan dukungan dan perhatian dengan memberikan respon nonverbal seperti kontak mata
secara langsung, duduk dan menyentuh pasien.
6. Perawat harus cermat dalam mengidentifikasi tanda-tanda kepribadian pasien dan distres yang ada.
7. Perawat tidak boleh berasumsi bahwa pasien memahami tujuan dari komunikasi dan tindakan.
8. Perawat harus memperhatikan respon pasien dengan mendengarkan dengan cermat dan tetap mengobservasi.
9. Tempat mewawancarai diharuskan tidak pada tempat yang baru dan asing bagi pasien.
10. Lingkungan harus dibuat nyaman, kursi harus dibuat senyaman mungkin.
11. Lingkungan harus dimodifikasi sesuai dengan kondisi lansia yang sensitive, suara berfrekuensi tinggi atau perubahan
kemampuan penglihatan.
12. Perawat harus mengkonsultasi hasil wawancara kepada keluarga pasien.
13. Memperhatikan kondisi fisik pasien pada waktu wawancara.
Karakteristik komunikasi terapeutik pada lansia
3 hal mendasar yang memberi ciri-ciri komunikasi terapeutik (Arwani,
2003 : 54)
1. Ikhlas
(genuiness) 2. Empati 3. Hangat
(Emphaty) (warmth)
Pendekatan Perawatan Lansia Dalam Konteks
Komunikasi
Menurut Lilik Ma’rifatul Azizah (2011)
1. Pendekatan fisik 3. Pendekatan social
Pendekatan ini relative lebih mudah di laksanakan dan di carikan Di lakukan untuk meningkatkan keterampilan
solusinya karena riil dan mudah di observasi. berinteraksi dalam lingkungan. Mengadakan diskusi,
tukar pikiran, bercerita, bermain, atau mengadakan
kegiatan-kegiatan kelompok merupakan implementasi
dari pendekatan ini agar klien dapat berinteraksi dengan
2. Pendekatan sesama klien maupun dengan petugas kesehatan.
psikologis
Pendekatan ini sifatnya absrak dan mengarah pada perubahan
4. Pendekatan
prilaku, maka umumnya membutuhkan waktu yang lebih lama.
Untuk melaksanakan pendekatan ini perawat berperan sebagai spiritual
Perawat harus bisa membeikan kepuasan batin
konselor, advokat, supporter, interpreter terhadap sesuatu yang
dalam hubunganya dengan Tuhan atau agama
asing atau sebagai penampung masalah-masalah yang pribadi dan
yang dianutnya terutama ketika klien dalam
sebagai sahabat yang akrab bagi klien.
keadaan sakit
Teknik berkomunikasi dengan lansia Menurut Aspiani (2014)
1.
Teknik Asertif adalah sikap yang dapat menerima dan memahami lansia dengan menunjukkan
sikap peduli dan sabar untuk mendengarkan dan memerhatikan ketika lansia berbicara agar
maksud komunikasi dapat dimengerti
2. Responsif : Reaksi terhadap fenomena yang terjadi pada lansia merupakan suatu bentuk
perhatian yang dapat diberikan
4. Suportif : menjaga kestabilan emosi lansia, misalnya dengan mengiyakan, senyum, dan
mengaggukkan kepala ketika lansia berbicara
5. Klarifikasi : dengan cara mengajukan pertanyaan ulang dan memberi penjelasan lebih dari satu
kali perlu dilakukan agar maksud pembicaraan dapat dimengerti
Jangan menyokong penolakan klien, akan tetapi berikan perawatan yang cocok
bagi klien dan bicarakan sesering mungkin jangan sampai menolak.
Hal-hal yang perlu diperhatikan saat berinteraksi
pada lansia yaitu :
1. Menunjukkan rasa hormat, seperti “bapak”, “ibu”, kecuali apabila
sebelumnya pasien telah meminta anda untuk memanggil panggilan
kesukaannya.
2. Hindari menggunakan istilah yang merendahkan pasien
3. Pertahankan kontak mata dengan pasien
4. Pertahankan langkah yang tidak tergesa-gesa dan mendengarkan adalah
kunci komunikasi efektif.
5. Beri kesempatan pasien untuk menyampaikan perasaannya.
6. Berbicara dengan pelan, jelas, tidak harus berteriak, menggunakan
bahasa dan kalimat yang sederhana.
Cont...
7. Menggunakan bahasa yang mudah dimengerti pasien.
8. Hindari kata-kata medis yang tidak dimengerti pasien.
9. Menyederhanakan atau menuliskan instruksi.
10. Mengenal dahulu kultur dan latar belakang budaya pasien.
11. Mengurangi kebisingan saat berinteraksi, beri kenyamanan, dan beri
penerangan yang cukup saat berinteraksi.
12. Gunakan sentuhan lembut dengan sentuhan ringan di tangan. Lengan,
atau bahu.
13. Jangan mengabaikan pasien saat berinteraksi. (adelman, et al 2000).
Menurut Zen (2013) teknik yang dapat
dilakukan
Pendekatan perawatan terhadap lansia baik yaitu:
secara fisik, psikologis, sosial, dan
spiritual serta menunjukkan rasa hormat dan keprihatinan.
Pahami perbedaan
Gunakan bahasa yang
individu atau
sederhana dan mudah
kompleksitas individu
dengan baik
cara lainnya untuk mengatasi hambatan komunikasi pada lansia:
a) Menjaga agar tingkat kebisingan minimum
b) Menjadi pendengar yang setia, sediakan waktu untuk mengobrol
c) Menjamin alat bantu dengar berfungsi dengan baik
d) Yakinkan bahwa kacamata bersih dan pas
e) Jangan berbicara dengan keras/berteriak
f) Jangan terlalu jauh berdiri di depan klien
g) Perhatikan penggunaan kalimat yang pendek dan sederhana
h) Beri kesempatan pada klien untuk berfikir
i) Mendorong keikutsertaan dalam aktivitas sosial seperti perkumpulan orang tua dan kegiatan
rohani.
j) Berbicara pada tingkat pemahaman klien
k) Selalu menanyakan respons, terutama ketika mengajarkan suatu tugas atau keahlian
l) Jika mungkin ikutkan keluarga atau yang merawat dalam ruangan bersama anda. Orang ini
biasanya paling akrab dengan pola komunikasi klien dan dapat membantu proses komunikasi.
Pentingnya komunikasi keluarga pada lansia
Komunikasi penting untuk lansia karena dapat meningkatkan hubungan
sosial di keluarga maupun masyarakat. beberapa hal yang dapat dilakukan oleh
anggota keluarga dalam melakukan perannya yaitu membantu mencukupi
kebutuhannya, menghormati dan menghargai, tidak menganggap sebagai
beban, mengajak bepergian, mempertahankan kehangatan keluarga, dan
melakukan komunikasi terarah (Maryam dkk, 2008). Tujuan lansia harus selalu
diajak berkomunikasi ialah menumbuhkan rasa percaya diri lansia kepada
pemberi asuhan; memberi rasa aman nyaman kepada lansin dalam
mengungkapkan perasaan; memenuhi kebutuhan lansia akan kasih sayang;
melatih lansia mengembangkan berbicara. mendengar, dan menerima
rangsangan; mempertahankan kemampuan lansia mengambil keputusan; dan
menciptakan atau meningkatkan hubungan sosial dalam masyarakat (Nugroho,
2009).
Strategi untuk memperbaiki komunikasi dengan
pasien lanjut usia yaitu
1. Menggabungkan data pendahuluan sebelum perjanjian untuk bertemu,
karena pasien pasien lanjut usia khas memiliki berbagai masalah
kesehatan yang kompleks.
2. Meminta pasien menceritakan keluhannya hanya sekali (yaitu tidak
bercerita dulu kepada perawat atau asisten kemudian baru kepada anda)
untuk meminimalkan frustasi dankelelahan pasien.
3. Menghindarkan jargon medis.
4. Menyederhanakan dan menuliskan instruksi.
5. Menggunakan diagram, model, dan gambar.
6. Menjadwalkan pasien lanjut usia terlebih dahulu, karena mereka
umumnya lebih siap darisegi waktu dan secara klinis cenderung kurang
sibuk.
7. Mengenal Kultur dan Budaya
8. ekspresi yang menyenangkan.
9. Gunakan sentuhan lembut dengan sentuhan ringan di tangan, lengan,
atau bahu.
Cont...
9. Pertahankan langkah yang tidak tergesa-gesa, membiarkan pasien selama beberapa
menit untuk mengekspresikan masalahnya jika mampu
10. Memastikan bahwa agenda pasienlah yang anda hadapi
11. Meminta pasien lanjut usia untuk mengulang kembali setiap instruksi yang penting
12. Memberikan instruksi tertulis paling tidak dengan huruf berukuran 14
13. Ingatlah pentingnya masalah psikososial ketika merawat pasien lanjut usia.
14. Jangan mengabaikan pasien.
15. Bertanyalah dengan pertanyaan sederhana yang hanya memerlukan jawaban “ya”
atau“tidak” dan bahasa tubuh sederhana
16. Ketika melakukan pemeriksaan, berikan instruksi satu persatu
17. Pertemuan dengan keterlibatan pihak ketiga.
18. Persiapkan lingkungan ruang pemeriksaan dengan 3 kursi dalam bentuk segitiga
Faktor-faktor yang mempengaruhi komunikasi
pada lansia
Faktor klien meliputi kecemasan dan penurunan sensori (penurunan pendengaran
01 dan penglihatan, kurang hati-hati, tema yang menetap, misal kepedulian terhadap
kebugaran tubuh, kehilangan reaksi, mengulangi kehidupan, takut kehilangan
kontrol, dan kematian)
Pasien dengan
Defisit Sensorik Pasien dengan Pasien yang
Demensia Ditemani oleh
Caregiver
DAFTAR PUSTAKA
● Lueckenotte, Annette Giesler. 1997. Pengkajian Gerontologi. Jakarta: EGC.
● Nugroho, Wahjudi. 2000. Keperawatan Gerontik Edisi 2. Jakarta: EGC.
● Nugroho, Wahyudi, 2008. Keperawatan Gerontik dan Geriatri. Jakarta : EGC Azizah, Lilik.
2011. Keperawatan Lanjut Usia. Yogyakarta : Graba Ilmu
● Kushariyadi. 2017. Asuhan Keperawatan pada Klien Lanjut Usia. Jakarta : Salemba Medika
Indrawati. 2016. Komunikasi Untuk Perawat. Jakarta : EGC
● Potter & Perry. 2009. Fundamental Keperawatan. Edisi 7. Jakarta : Salemba Medika
● Anas T, 2014, Komunikasi Dalam Keperawatan. Jakarta: EGC.
● Devi C, 2012, Komunikasi Terapeutik, Perilaku, Perawat. Pengetahuan
● Damaiyanti M, 2014, Komunikasi Terapeutik dalam Praktik Keperawatan. Bandung: PT.
Refika Aditama.
● Mubarak, W I dan Chayatin N, 2012, Ilmu Keperawatan Komunitas Pengantar dan Teori.
Jakarta : Salemba Medika
● Arwani. 2003. Komunikasi Dalam Keperawatan. Jakarta : EGC
● Azizah, Lilik Ma’arifatul. 2011. Keperawatan Lanjut Usia. Yogyakarta : Graha Ilmu
● Aspiani, Reny Yuli. 2014. Buku ajar keperawatan gerontik aplikasi jilid 2 aplikasi
● NANDA, NIC, NOC. Jakarta: CV. Trans Info Media
● Zen, Pribadi. 2013. Panduan komunikasi efektif untuk bekal keperawatan
● profesional. Yogyakarta: D-Medika.
Terima Kasih