Nama Kelompok :
2020
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. LatarBelakang
Komunikasi adalah elemen dasar dari interaksi manusia yang memungkinkan
seseorang untuk menetapkan, mempertahankan dan meningkatkan kontrak dengan orang lain
karena komunikasi dilakukan oleh seseorang, setiap hari orang seringkali salah berpikir
bahwa komunikasi adalah sesuatu yang mudah. Namun sebenarnya adalah proses yang
kompleks yang melibatkan tingkah laku dan hubungan serta memungkinkan individu
berasosiasi dengan orang lain dan dengan lingkungan sekitarnya. Hal itu merupakan peristiwa
yang terus berlangsung secara dinamis yang maknanya dipacu dan ditransmisikan. Untuk
memperbaiki interpretasi pasien terhadap pesan, perawat harus tidak terburu-buru dan
mengurangi kebisingan dan distraksi. Kalimat yang jelas dan mudah dimengerti dipakai
untuk menyampaikan pesan karena arti suatu kata sering kali telah lupa atau ada kesulitan
dalam mengorganisasi dan mengekspresikan pikiran. Instruksi yang berurutan dan sederhana
dapat dipakai untuk mengingatkan pasien dan sering sangat membantu. (Bruner & Suddart,
2001 : 188).
Komunikasi adalah proses interpersonal yang melibatkan perubahan verbal dan non
verbal dari informasi dan ide. Komunikasi mengacu tidak hanya pada isi tetapi juga pada
perasaan dan emosi dimana individu menyampaikan hubungan ( Potter-Perry, 301 ).
Komunikasi pada lansia membutuhkan perhatian khusus. Perawat harus waspada terhadap
perubahan fisik, psikologi, emosi, dan sosial yang memperngaruhi pola komunikasi.
Perubahan yang berhubungan dengan umur dalam sistem auditoris dapat mengakibatkan
kerusakan pada pendengaran. Perubahan pada telinga bagian dalam dan telinga mengalangi
proses pendengaran pada lansia sehingga tidak toleran teradap suara. Berdasarkan hal – hal
tersebut kami menulis makalah ini yang berjudul “ komunikasi terapiutik pada lansia “.
1.2. Rumusan Masalah
1. Apa definisi komunikasi terapeutik ?
2. Apa manfaat komunikasi terapeutik ?
3. Bagaimana karakteristik lansia ?
4. Bagaimana cara pendekatan perawatan lansia dalam konteks komunikasi ?
5. Bagaimana teknik komunikasi pada lansia ?
6. Apa saja hambatan berkomunikasi dengan lansia ?
7. Bagaimana teknik perawatan lansia pada reaksi penolakan ?
8. Apa saja hal-hal yang perlu diperhatikan saat berinteraksi dengan lansia ?
1.3. Tujuan
d. Pendekatan spiritual
Perawat harus bisa memberikan kepuasan batin dalam hubunganya dengan
Tuhan atau agama yang dianutnya terutama ketika klien dalam keadaan sakit.
b. Responsif
Reaksi petugas kesehatan terhadap fenomena yang terjadi pada klien merupakana
bentuk perhatian petugas kepada klien. Ketika perawat mengetahui adanya perubahan
sikap atau kebiasaan klien sekecil apapun hendaknya menanyakan atau klarifikasi
tentang perubahan tersebut misalnya dengan mengajukan pertanyaan ‘apa yang
sedang bapak/ibu fikirkan saat ini, ‘apa yang bisa bantu…? berespon berarti bersikap
aktif tidak menunggu permintaan bantuan dari klien. Sikap aktif dari petugas
kesehatan ini akan menciptakan perasaan tenang bagi klien.
c. Fokus
Sikap ini merupakan upaya perawat untuk tetap konsisten terhadap materi
komunikasi yang di inginkan. Ketika klien mengungkapkan pertanyaan-pertanyaan di
luar materi yang di inginkan, maka perawat hendaknya mengarahkan maksud
pembicaraan. Upaya ini perlu di perhatikan karena umumnya klien lansia senang
menceritakan hal-hal yang mungkin tidak relevan untuk kepentingan petugas
kesehatan.
d. Supportif
Perubahan yang terjadi pada lansia, baik pada aspek fisik maupun psikis secara
bertahap menyebabkan emosi klien relative menjadi labil perubahan ini perlu di
sikapi dengan menjaga kesetabilan emosi klien lansia, mesalnya dengan mengiyakan ,
senyum dan mengagukan kepala ketika lansia mengungkapkan perasaannya sebagai
sikap hormat menghargai selama lansia berbicara. Sikap ini dapat menumbuhkan
kepercayaan diri klien lansia sehingga lansia tidak menjadi beban bagi keluarganya.
Dengan demikaian di harapkan klien termotivasi untuk menjadi dan berkarya sesuai
dengan kemampuannya. Selama memberi dukungan baik secara materiil maupun
moril, petugas kesehatan jangan terkesan menggurui atau mangajari klien karena ini
dapat merendahan kepercayaan klien kepada perawat atau petugas kesehatan lainnya.
Ungkapan-ungkapan yang bisa memberi motivasi, meningkatkan kepercayaan diri
klien tanpa terkesan menggurui atau mengajari misalnya: ‘saya yakin bapak/ibu lebih
berpengalaman dari saya, untuk itu bapak/ibu dapat melaksanakanya……. dan bila
diperlukan kami dapat membantu’.
e. Klarifikasi
Dengan berbagai perubahan yang terjadi pada lansia, sering proses komunikasi
tidak berlangsung dengan lancar. Klarifikasi dengan cara mengajukan pertanyaan
ulang dan memberi penjelasan lebih dari satu kali perlu di lakukan oleh perawat agar
maksud pembicaraan kita dapat di terima dan di persepsikan sama oleh klien
‘bapak/ibu bisa menerima apa yang saya sampaikan tadi..? bisa minta tolong
bapak/ibu untuk menjelaskan kembali apa yang saya sampaikan tadi…?.
a. Agresif
Sikap agresif dalam berkomunikasi biasanya di tandai dengan prilaku-prilaku di
bawah ini:
a) Berusaha mengontrol dan mendominasi orang lain (lawan bicara)
b) Meremehkan orang lain
c) Mempertahankan haknya dengan menyerang orang lain
d) Menonjolkan diri sendiri
e) Pempermalukan orang lain di depan umum, baik dalam perkataan maupun
tindakan.
b. Non asertif
Tanda tanda dari non asertif ini antara lain :
1. Internal Distraksi
Gangguan yang terjadi pada lansia saat melakukan omunikasi misalnya lansia
mengantuk, men. guap atau mengatakan lapar saat melakukan kmunikasi
dengan perawat.
2. Sensory Overload.
3. Gangguan neurologi.
4. Defisit pengetahuan.
5. Hambatan Verbal.
6. Setting yang tidak tepat.
7. Perbedaan budaya.
1. Menunjukkan rasa hormat, seperti “bapak”, “ibu”, kecuali apabila sebelumnya pasien
telah meminta anda untuk memanggil panggilan kesukaannya.
2. Hindari menggunakan istilah yang merendahkan pasien
3. Pertahankan kontak mata dengan pasien
4. Pertahankan langkah yang tidak tergesa-gesa dan mendengarkan adalah kunci
komunikasi efektif.
5. Beri kesempatan pasien untuk menyampaikan perasaannya
6. Berbicara dengan pelan, jelas, tidak harus berteriak, menggunakan bahasa dan kalimat
yang sederhana.
7. Menggunakan bahasa yang mudah dimengerti pasien
8. Hindari kata-kata medis yang tidak dimengerti pasien
9. Menyederhanakan atau menuliskan instruksi
10. Mengenal dahulu kultur dan latar belakang budaya pasien
11. Mengurangi kebisingan saat berinteraksi, beri kenyamanan, dan beri penerangan
yang cukup saat berinteraksi.
12. Gunakan sentuhan lembut dengan sentuhan ringan di tangan. Lengan, atau bahu.
13. Jangan mengabaikan pasien saat berinteraksi.
a. Lansia dapat mellihat perawat sebagai seorang professional yang mampu mem
bantunya.
b. Lansia dapat melihat perawat sebagai individu yang jujur, terbuka, dan peduli
lansia.
c. Lansia percaya bahwa perawat akan menghargai kerahasiaan hubungan merek
a, nilai,keyakinan, sosio-kulutralnya.
d. Lansia merasa aman dan nyaman dalam mengungkapkan perasaanya.
c) Tahap III (kerja)Pada tahap ini perawat dank lien lansia menemukan, menghargai
dan menerima keunikannyamasing-masing. Rasa peduli dan empati juga akan
timbul. Perawat membantu klien lansia melihat secara mendalam perasaannya agar
lansia dapat memperoleh “insight” tentang masalahnya.
Dengan memeriksa secara mendalam tentang perasaannya, komunikasi dapat
diperlancar apabilaperawat menunjukkan:
1. Empati
Perawat akan mampu berempati dengan klien lansia bila mereka “merasakan”
apa yang dialami lansia. Semua teknik komunikasi yang dipakai akan terjadi
kaku, tidak spontan dantidak genume, tetapi “sharing” tentang kesulitan klien
lansia akan membuat perawatmenjadi spontan dan tulus meresponnya dan sikap
ini dapat dirasakan oleh lansia.
2. Menghargai Perawat perlu memiliki keyakinan tentang martabat
setiap manusia, bahwa manusia pada dasar nya adalah baik,ia adalah ciptaan
Tuhan, dan cenderung menjadi manusia patut dihargai dan dicintaitanpa
memperhatikan perbuatannya melainkan dirinya. Keyakinan ini akan
membantu perawat menerima, mencintai dan menghargai lansia tanpa syarat.
3. GenuinessPerawat sebagai pemberi asuhan keperawatan disebut genuiness
bila:
a. Tidak bersembunyi dalam peran, status, tingkat pendidikannya, dan sebagai
nya.
b. Bersikap spontan
c. Tidak defensif, menerima, dan menanggapi kritikan dari lansia tanpa memb
alas atau mencarialasan untuk membernarkan diri.
d. Konsisten dengan ekspresi wajah, nada suara, dan sikap tubuh sesuai denga
n apa yangdirasakannya.
e. Mampu membuka diri dan membagi pengalaman bila perlu.
4. Konkret/ specificPerawat perlu terampil dalam member pertanyaan terbuka.
Melalui pertanyaan terbuka, perawatdapat membantu lansia yang cenderung
berbicara secara umum menjadi lebih konkret dan spesifik.
5. KonfrontasiKonfirmasi bila perlu dipakai dengan hati-hati dan penuh
pengertoan. Konfrontasi akan lebih mudahditerima lansia bila ia merasa bahwa
ia dihargai dan diterima oleh perawat. Dengan konfrontasi,perawat
menunjukkan kepada lansia ketidakcocokkan antara pikiran, kata-kata atau
perbuatannya.Ketidakcocokan ini akan menghambat pemeriksaaan dan
penyadaran diri. Penyangkalan terhadapperasaan dapat membuat lansia tidak
mampu mengatur tingkah lakunya.
d) Tahap IV (terminal)
Tahap ini dapat disertai bermacam-macam perasaan. Mungkin lansia merasa
kehilangan sesuatu,measa bimbang tentang kemampuannya tanpa bantuan dari
perawat, merasa ditinggalkan, dan lainsebagainya. Pada tahap ini, perawat
perlu mengungkapkan kesediannya membantu bila diperlukanagar klien lansia
merasa aman.
3.1 Simpulan
Dari pemaparan diatas, dapat kami tarik kesimpulan :
1. Komunikasi terapeutik adalah hubungan kerja sama yang ditandai dengan tukar
menukar perilaku, perasaan, fikiran dan pengalaman dalam membina hubungan intim
terapeutik (Stuart dan Sundeen).
2. Manfaat komunikasi terapeutik adalah untuk mendorong dan menganjurkan kerja
sama antara perawat dan pasien melalui hubungan perawat dan pasien
3. Berdasarkan usianya, organisasi kesehatan dunia (WHO) mengelompokan usia lanjut
menjadi empat macam meliputi:usia pertengahan, usia lanjut, usia lanjut usia dan usia
tua.
4. Pendekatan perawatan lansia dalam konteks komunikasi ada pendekatan fisik,
psikologis, social, dan spiritual
5. Teknik komunikasi pada lansia terdiri dari : teknik asertif, responsif, focus, supportif ,
klarifikasi, sabar dan ikhlas.
6. Hambatan berkomunkasi dengan lansia : agresif, non-asertif.
7. Teknik perawatan lansia pada reaksi penolakan : kenali segera reaksi penolakan klien,
orientasikan klien lansia pada pelaksanan perawatan diri sendiri, libatkan keluarga
atau pihak keluarga terdekat dengan tepat.
8. Hal-hal yang perlu diperhatikan saat berinteraksi pada lansia: menunjukkan rasa
hormat hindari menggunakan istilah yang merendahkan pasien, pertahankan kontak
mata dengan pasien dan lainnya