Anda di halaman 1dari 55

MAKALAH KONSEP PENYAKIT DAN ASUHAN

KEPERAWATAN PADA NY S DENGAN KETUBAN PECAH


DINI (KPD) DI RUANG VK RS Al – ISLAM BANDUNG

Makalah ini ditujukan untuk memenuhi Tugas Case Analized Method “ Intranatal

disusun oleh :

Hartika Nur Afifah (302020116)

Arni trisna Wulandari (302020128)

Dosen Pengampu :

Ariani Fatmawati,S.Kep.,Ners.,M.Kep.,Sp.Kep.Mat

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN

UNIVERSITAS ‘AISYIYAH BANDUNG

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT. bahwa penyusun telah menyelesaikan
Tugas Case Analized Method dengan membahas  “Intranatal” dalam bentuk makalah.Dalam
penyusunan tugas atau materi ini, tidak sedikit hambatan yang penyusun hadapi. Namun penyusun
menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan materi ini tidak lain berkat bantuan, dorongan dan
bimbingan rekan-rekan kami, sehingga kendala-kendala yang penyusun hadapi teratasi. Penyusunan
makalah adalah merupakan salah satu tugas dan persyaratan untuk menyelesaikan Tugas Case
Analized Method di Universitas ‘Aisyiyah Bandung.
Dalam penyusunan makalah ini penyusun merasa masih banyak kekurangan-kekurangan baik
pada teknis penyusunan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang dimiliki penyusun.
Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat penyusun harapkan demi penyempurnaan
pembuatan makalah ini.
Dalam penyusunan makalah ini penyusun menyampaikan ucapan terima kasih yang tak
terhingga kepada rekan-rekan yang membantu dalam menyelesaikan makalah ini. Semua pihak
yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang telah memberikan bantuan dalam penyusunan
makalah ini.
Akhirnya penyusun berharap semoga Allah memberikan imbalan yang setimpal pada mereka
yang telah memberikan bantuan, dan dapat menjadikan semua bantuan ini sebagai ibadah, Amiin
Yaa Robbal ‘Alamiin.

Bandung, 25 November 2021

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................................i
DAFTAR ISI....................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................1
1.1 Latar Belakang ........................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah....................................................................................................2
1.3 Tujuan Penulisan Makalah.......................................................................................3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.....................................................................................4
2.1 Pengertian Intranatal................................................................................................4
2.2 Konsep Penyakit...................................................................................................4
BAB III TINJAUAN KASUS..............................................................................................12
BAB IV ASUHAN KEPERAWATAN..........................................................................15

PENGKAJIAN.........................................................................................................15
DIAGNOSA KEPERAWATAN ............................................................................27
INTERVENSI..........................................................................................................28
IMPLEMENTASI....................................................................................................43
EVALUASI..............................................................................................................47
PARTOGRAF...................................................................................................................48

BAB III KESIMPULAN DAN SARAN.......................................................................50


A. Kesimpulan.............................................................................................................50
B. Saran........................................................................................................................50
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................51

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Menurut Rukiyah (2020), Intranatal merupakan serangkaian kejadian
yang berakhir dengan pengeluaran bayi cukup bulan, disusul dengan pengeluaran
plasenta dan selaput janin dari perut ibu, pengeluaran hasil konsepsi yang terjadi pada kehamilan
cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan presentase belakang kepala yang berlangsung
tidak lebih dari18 jam tanpa adanya komplikasi baik bagi ibu maupun janin.

Ketuban pecah dini termasuk dalam kehamilan beresiko tinggi. Kesalahan dalam mengelolah
ketuban pecah dini akan membawa akibat meningkatnya angka morbilditas dan mortalitas ibu
maupun bayi. Kalau segera mengakhiri kehamilan akan menaikkan insedensi bedah cesar dan kalau
menunggu persalinan spontan akan menaikkan insedensi chorioamnionitis atau infeksi pada air
ketuban (Nugroho, 2020). Ketuban pecah dini didefenisikan sebagai pecahnya ketuban sebelum
waktunya melahirkan. Hal ini dapat terjadi pada akhir kehamilan maupun jauh sebelum waktunya
melahirkan. Dalam keadaan normal 8-10% perempuan hamil aterm akan mengalami ketuban pecah
dini (Sarwono, 2019). Salah satu faktor yang penting dalam tingginya tingkat kematian maternal
negara berkembang adalah faktor-faktor pelayanan kesehatan. Penanganan yang kurang tepat atau
memadai terutama dalam kasus patologi 1-2 ibu bersalin dengan ketuban pecah dini, seperti
terkenanya virus atau infeksi air ketuban. Oleh karena itu diperlukan upaya peningkatan cara
penanganan dan peningkatan kinerja yang memadai (Hakimi, 2019). Ketuban Pecah Dini adalah
pecahnya ketuban sebelum waktu melahirkan atau sebelum inpartu pada pembukaan < 4 cm (fase
laten). Hal ini dapat terjadi pada akhir kehamilan maupun jauh sebelum waktu melahirkan (Joseph,
2019).

KPD merupakan komplikasi yang berhubungan dengan kehamilan kurang bulan, dan mempunyai
kontribusi yang besar pada angka kematian perinatal pada bayi yang kurang bulan. Pengelolaan
KPD pada kehamilan kurang dari 34 minggu sangat komplek, bertujuan untuk menghilangkan
kemungkinan terjadinya prematuritas dan respiration dystress syndrome atau gangguan pernapasan
bayi baru lahir karena belum matang fungsi paru (Nugroho, 2019).

1
2

Kejadian KPD yang tidak segera ditangani dapat menyebabkan meningkatnya mortalitas dan
morbiditas pada ibu dan janin (Martaadisoebrata D., 2019). Angka Kematian Ibu (AKI) menurut
Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2018 adalah sebesar 359 kematian per
100.000 kelahiran hidup yang mana angka tersebut belum memenuhi target RPJMN sebesar 306
kematian per 100.000 kelahiran hidup (Kemenkes RI 2018; Kemenkes RI 2018), sedangkan pada
kematian neonatus,KPD menjadi faktor risiko dengan presentase sebesar 17,9% (Achadi dan Jones
2018). Angka Kematian Neonatus (AKN) di Indonesia tahun 2018 ada sebanyak 19 kematian per
1000 kelahiran hidup, angka ini sama dengan AKN berdasarkan SDKI 2007 yang mana hanya
menurun 1 poin dibandingkan SDKI tahun 2002-2003 (Kemenkes RI 2018). Angka kejadian
ketuban pecah dini di RSUD Prof. Dr. W.Z. Yohannes Kupang berdasarkan rekam medik pada
tahun 2018 cukup banyak, yaitu 120 kasus, sedangkan pada tahun 2019 periode Januari sampai Mei
berjumlah 29 kasus.

Peran perawat pada asuhan keperawatan selama persalinan dan kelahiran dalam kompetensi keperawatan
yaitu dengan memberikan asuhan keperawatan yang bermutu, tanggap terhadap kebudayaan setempat selama
persalinan, memimpin suatu persalinan yang bersih dan aman, menangani situasi kegawatdaruratan untuk
mengoptimalkan kesehatan wanita dan bayinya yang baru lahir (Nugroho, 2010).

Berdasarkan faktor penyebab kematian ibu yaitu infeksi yang menjadi peringkat ketiga penyebab
kematian ibu dan ketuban pecah dini yang memungkinkan terjadinya infeksi sehingga penulis
tertarik menjadikan ketuban pecah dini sebagai studi kasus dengan judul Makalah konsep penyakit
dan asuhan keperawatan pada Ny S dengan ketuban pecah dini (KPD) di ruang VK RS – Al – Islam
Bandung,

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah merupakan acuan yang akan menjadi bahasan. Adapun beberapa rumusan
masalah adalah sebagai berikut.

1. Bagaimana cara melakukan asuhan keperawatan pada pasien Ny. S dengan ketuban pecah dini
(KPD) di ruang VK RS Al – Islam Bandung
1.3 Tujuan
Tujuan adalah bentuk pemaparan terhadap suatu ide atau topik. Adapaun tujuan Studi kasusnya
adalah sebagai berikut.
1. Tujuan Umum
3

Mengaplikasikan asuhan keperawatan komprehensif pada Ny S dengan ketuban pecah dini


(KPD) di ruang VK RS Al – Islam Bandung,
2. Tujuan Khusus
A. Melakukan pengkajian pada Ny S dengan ketuban pecah dini (KPD) di ruang Vk RS Al –
islam Bandung untuk menegakkan diagnosa keperawatan pada Ny S dengan ketuban
pecah dini (KPD) di ruang VK RS Al – Islam Bandung
B. Menyusun intervensi keperawatan pada Ny S. dengan ketuban pecah dini (KPD) di ruang
VK RS Al – Islam Bandung
C. Melakukan implementasi keperawatan pada Ny S dengan ketuban pecah dini (KPD) di
ruang VK RS Al – Islam Bandung
D. Melakukan evaluasi keperawatan pada Ny S dengan ketuban pecah dini (KPD) di ruang
VK RS Al – Islam Bandung

1.4 Manfaat Studi Kasus

1.4.1 Manfaat Teoritis

1. Bagi penulis Meningkatkan kemampuan, pengetahuan dan ketrampilan dalam memberikan


asuhan keperawatan pada kasus keperawatan maternitas terutama pada asuhan keperawatan ketuban
pecah dini.

2. Bagi institusi pendidikan kesehatan Dapat digunakan sebagai referensi untuk melakukan asuhan
keperawatan maternitas terutama pada asuhan keperawatan ketuban pecah dini

1.4.2 Manfaat Praktis

1. Bagi institusi pelayanan kesehatan Dapat meningkatkan mutu pelayanan keperawatan pada
asuhan keperawatan maternitas terutama pada kasus dengan ketuban pecah dini.

2. Bagi masyarakat Masyarakat dapat memperoleh pelayanan keperawatan yang baik sesuai dengan
asuhan keperawatan dengan ketuban pecah dini.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Intranatal

Intranatal adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan uri) yang telah cukup bulan atau
dapat hidup diluar kandungan melalui jalan lahir atau melalui jalan lain dengan bantuan atau tanpa
bantuan (Manuaba,2019)
Macam – macam persalinan yakni sebagian berikut :
A. Persalinan Spontan : Kekuatan ibu sendiri dan melalui jalan lahir
B. Persalinan buatan : Dibantu dengan tenaga dari luar misalnya forceps atau operasi section
caesarea
C. Persalinan Anjuran: Pemecahan ketuban, pemberian potocin atau prostaglandin.

2.2 Konsep Penyakit

2.2.1 Deinisi

Ketuban Pecah Dini Ketuban pecah dini adalah keadaan pecahnya selaput ketuban sebelum persalinan.
Bila ketuban pecah dini terjadi sebelum usia kehamilan 37 minggu disebut ketuban pecah dini pada
kehamilan prematur. Dalam keadaan normal 8-10 % perempuan hamil aterm akan mengalami
ketuban pecah dini (Saifuddin, 2018). Ketuban pecah dini (KPD) adalah pecahnya selaput ketuban
sebelum terjadi proses persalinan yang dapat terjadi pada usia kehamilan cukup waktu atau kurang
waktu (Ida Ayu, 2019).

KPD adalah pecahnya ketuban sebelum waktu melahirkan yang terjadi pada saat akhir
kehamilan maupun jauh sebelumnya (Nugroho, 2018). Ketuban pecah dinyatakan dini jika terjadi
sebelum usia kehamilan 37 minggu. Suatu proses infeksi dan peradangan dimulai di ruangan yang
berada diantara amnion korion (Joseph, 2019). Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan
bahwa ketuban pecah dini (KPD) adalah pecahnya ketuban sebelum waktunya melahirkan. Hal ini
dapat terjadi pada akhir kehamilan maupun jauh sebelum waktunya melahirkan. KPD preterm
adalah KPD sebelum usia kehamilan 37 minggu. KPD yang memanjang adalah KPD yang terjadi
lebih dari 12 jam sebelum waktunya melahirkan.

4
5

2.1.3 Etiologi

Ketuban Pecah Dini Menurut Manuaba (2018), penyebab ketuban pecah dini antara lain :

1. Servik inkompeten (penipisan servikx) yaitu kelainan pada servik uteri dimana kanalis servikalis
selalu terbuka.

2. Ketegangan uterus yang berlebihan, misalnya pada kehamilan ganda dan hidroamnion karena
adanya peningkatan tekanan pada kulit ketuban di atas ostium uteri internum pada servik atau
peningkatan intra uterin secara mendadak.

3. Faktor keturunan (ion Cu serum rendah, vitamin C rendah, kelainan genetic.

4. Masa interval sejak ketuban pecah sampai terjadi kontraksi disebut fase laten.

a. Makin panjang fase laten, makin tinggi kemungkinan infeksi

b. Makin muda kehamilan, makin sulit upaya pemecahannya tanpa menimbulkan morbiditas janin

c. Komplikasi ketuban pecah dini makin meningkat

5. Kelainan letak janin dalam rahim, misalnya pada letak sunsang dan letak lintang, karena tidak
ada bagan terendah yang menutupi pintu atas panggul yang dapat menghalangi tekanan terhadap
membrane bagian bawah. kemungkinan kesempitan panggul, perut gantung, sepalopelvik,
disproporsi.

6. Infeksi, yang terjadi secara langsung pada selaput ketuban maupun asenden dari vagina atau
infeksi pada cairan ketuban bisa menyebabkan terjadinya ketuban pecah dini.

2.1.4 Patofisiologis

Ketuban Pecah Dini Mekanisme terjadinya ketuban pecah dini dapat berlangsung sebagai berikut:

1. Selaput ketuban tidak kuat sebagai akibat kurangnya jaringan ikat dan vaskularisasi Bila terjadi
pembukaan serviks maka selaput ketuban sangat lemah dan mudah pecah dengan mengeluarkan air
ketuban.

2. Kolagen terdapat pada lapisan kompakta amnion, fibroblas, jaringan retikuler korion dan
trofoblas. Sintesis maupun degradasi jaringan kolagen dikontrol oleh sistem aktifitas dan inhibisi
interleukin-1 (IL-1) dan prostaglandin. Jika ada infeksi dan inflamasi, terjadi peningkatan aktifitas
IL-1 dan prostaglandin, menghasilkan kolagenase jaringan, sehingga terjadi depolimerisasi kolagen
6

pada selaput korion / amnion, menyebabkan selaput ketuban tipis, lemah dan mudah pecah spontan. 3.
Patofisiologi Pada infeksi intrapartum:

a. Ascending infection (naiknya mikroorganisme), pecahnya ketuban menyebabkan ada hubungan langsung
antara ruang intraamnion dengan dunia luar.

b. Infeksi intraamnion bisa terjadi langsung pada ruang amnion, atau dengan penjalaran infeksi melalui
dinding uterus, selaput janin, kemudian ke ruang intraamnion.

c. Mungkin juga jika ibu mengalami infeksi sistemik, infeksi intrauterin menjalar melalui plasenta (sirkulasi
fetomaternal). Tindakan iatrogenik traumatik atau higiene buruk, misalnya pemeriksaan dalam yang terlalu
sering, dan sebagainya, predisposisi infeksi (Prawirohardjo (2019)
7

2.1.5 Manifestasi Klinik Ketuban Pecah Dini Manifestasi klinik KPD menurut Mansjoer
(2019) antara lain :

1. Keluar air ketuban berwarna putih keruh, jernih, kuning, hijau atau kecoklatan, sedikit-sedikit
atau sekaligus banyak.

2. Dapat disertai demam bila sudah ada infeksi

3. Janin mudah diraba

4. Pada periksa dalam selaput ketuban tidak ada, air ketuban sudah kering

5. Inspekulo : tampak air ketuban mengalir atau selaput ketuban tidak ada dan air ketuban sudah
kering.

6. Kecemasan ibu meningkat. Menurut Manuaba (2019) mekanifestasi klinis ketuban pecah dini,
antara lain:

1. Terjadi pembukaan prematur servik

2. Membran terkait dengan pembukaan terjadi:

a. Devaskularisasi

b. Nekrosis dan dapat diikuti pecah spontan

c. Jaringan ikat yang menyangga membran ketuban, makin berkurang

d. Melemahnya daya tahan ketuban dipercepat denga infeksi yang mengeluarkan enzim preteolitik
dan kolagenase.

2.1.6 Pemeriksaan Penunjang Ketuban Pecah Dini

Diagnosis ketuban pecah dini tidak sulit ditegakkan dengan keterangan terjadi pengeluaran
cairan mendadak disertai bau yang khas. Selain keterangan yang disampaikan pasien dapat
dilakukan beberapa pemeriksaan yang menetapkan bahwa cairan yang keluar adalah air ketuban,
diantaranya tes ferning dan nitrazine tes. Langkah pemeriksaan untuk menegakkan diagnosis
ketuban pecah dini dapat dilakukan:

1, Pemeriksaan spekulum, untuk mengambil sampel cairan ketuban di froniks posterior dan
mengambil sampel cairan untuk kultur dan pemeriksaan bakteriologis
8

2. Melakukan pemeriksaan dalam dengan hati-hati, sehingga tidak banyak manipulasi daerah pelvis
untuk mengurangi kemungkinan-kemungkinan infeksi asenden dan persalinan prematuritas.
(Manuaba, 2019) Menurut Nugroho (2019), pemeriksaan penunjang ketuban pecah dini dapat
dilakukan dengan pemeriksaan ultrasonografi (USG):

A. Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk melihat jumlah cairan ketuban dalam kavum uteri.
B. Pada kasus KPD terlihat jumlah cairan ketuban yang sedikit. Namun sering terjadi kesalahan
pada penderita oligohidramnion.

2.1.7 Penatalaksanaan Ketuban Pecah Dini

1. Penatalaksanaan Medis. Menurut Manuaba (2019) dalam buku ajar patologi obstetrik, kasus KPD
yang cukup bulan, kalau segera mengakhiri kehamilan akan menaikkan insidensi bedah sesar, dan
kalau menunggu persalinan spontan akan menaikkan insidensi chorioamnionitis. Kasus KPD yang
kurang bulan kalau menempuh cara-cara aktif harus dipastikan bahwa tidak akan terjadi RDS, dan
kalau menempuh cara konservatif dengan maksud untuk memberi waktu pematangan paru, harus
bisa memantau keadaan janin dan infeksi yang akan memperjelek prognosis janin. Penatalaksanaan
KPD tergantung pada umur kehamilan.

Kalau umur kehamilan tidak diketahui secara pasti segera dilakukan pemeriksaann
ultrasonografi (USG) untuk mengetahui umur kehamilan dan letak janin. Resiko yang lebih sering
pada KPD dengan janin kurang bulan adalah RDS dibandingkan dengan sepsis. Oleh karena itu
pada kehamilan kurang bulan perlu evaluasi hati-hati untuk menentukan waktu yang optimal
untuk persalinan. Pada umur kehamilan 34 minggu atau lebih biasanya paru- paru sudah matang,
chorioamnionitis yang diikuti dengan sepsi pada janin merupakan sebab utama meningginya
morbiditas dan mortalitas janin. Pada kehamilan cukup bulan, infeksi janin langsung berhubungan
dengan lama pecahnya selaput ketuban atau lamanya perode laten (Manuaba, 2019).

2. Penatalaksanaan KPD pada kehamilan aterm (> 37 Minggu).

Beberapa penelitian menyebutkan lama periode laten dan durasi KPD keduanya mempunyai
hubungan yang bermakna dengan peningkatan kejadian infeksi dan komplikasi lain dari KPD. Jarak
antara pecahnya ketuban dan permulaan dari persalinan disebut periode latent = L, P = “lag” period.
Makin muda umur kehamilan makin memanjang L.P-nya. Pada hakekatnya kulit ketuban yang
pecah akan menginduksi persalinan dengan sendirinya. Sekitar 70-80 % kehamilan genap bulan
akan melahirkan dalam waktu 24 jam setelah kulit ketuban pecah.bila dalam 24 jam setelah kulit
9

ketuban pecah belum ada tanda-tanda persalinan maka dilakukan induksi persalinan, dan bila gagal
dilakukan bedah caesar (Manuaba, 2013). Pemberian antibiotik profilaksis dapat menurunkan
infeksi pada ibu. Walaupun antibiotik tidak berfaeadah terhadap janin dalam uterus namun
pencegahan terhadap chorioamninitis lebih penting dari pada pengobatanya sehingga pemberian
antibiotik profilaksis perlu dilakukan. Waktu pemberian antibiotik hendaknya diberikan segera
setelah diagnosis KPD ditegakan dengan pertimbangan : tujuan profilaksis, lebih dari 6 jam
kemungkinan infeksi telah terjadi, proses persalinan umumnya berlangsung lebih dari 6 jam.

Beberapa penulis menyarankan bersikap aktif (induksi persalinan) segera diberikan atau
ditunggu sampai 6-8 jam dengan alasan penderita akan menjadi inpartu dengan sendirinya. Dengan
mempersingkat periode laten durasi KPD dapat diperpendek sehingga resiko infeksi dan trauma
obstetrik karena partus tindakan dapat dikurangi (Manuaba, 2018). Pelaksanaan induksi persalinan
perlu pengawasan yang sangat ketat terhadap keadaan janin, ibu dan jalannya proses persalinan
berhubungan dengan komplikasinya. Pengawasan yang kurang baik dapat menimbulkan komplikasi
yang fatal bagi bayi dan ibunya (his terlalu kuat) atau proses persalinan menjadi semakin
kepanjangan (his kurang kuat). Induksi dilakukan dengan mempehatikan bishop score jika > 5
induksi dapat dilakukan, sebaliknya < 5, dilakukan pematangan servik, jika tidak berhasil akhiri
persalinan dengan seksio sesaria (Manuaba, 2013). b. Penatalaksanaan KPD pada kehamilan
preterm (< 37 minggu). Pada kasus-kasus KPD dengan umur kehamilan yang kurang bulan tidak
dijumpai tanda-tanda infeksi pengelolaanya bersifat koservatif disertai pemberian antibiotik yang
adekuat sebagai profilaksi Penderita perlu dirawat di rumah sakit,ditidurkan dalam posisi
trendelenberg, tidak perlu dilakukan pemeriksaan dalam untuk mencegah terjadinya infeksi dan
kehamilan diusahakan bisa mencapai 37 minggu, obat-obatan uteronelaksen atau tocolitic agent
diberikan juga tujuan menunda proses persalinan (Manuaba, 2018). Tujuan dari pengelolaan
konservatif dengan pemberian kortikosteroid pada penderita KPD kehamilan kurang bulan adalah
agar tercapainya pematangan paru, jika selama menunggu atau melakukan pengelolaan konservatif
tersebut muncul tanda-tanda infeksi, maka segera dilakukan induksi persalinan tanpa memandang
umur kehamilan (Manuaba, 2018). Induksi persalinan sebagai usaha agar persalinan mulai
berlangsung dengan jalan merangsang timbulnya his ternyata dapat menimbulkan komplikasi-
komplikasi yang kadang-kadang tidak ringan. Komplikasikomplikasi yang dapat terjadi gawat janin
sampai mati, tetani uteri, ruptura uteri, emboli air ketuban, dan juga mungkin terjadi intoksikasi.
Kegagalan dari induksi persalinan biasanya diselesaikan dengan tindakan bedan sesar. Seperti
halnya pada pengelolaan KPD yang cukup bulan, tidakan bedah sesar hendaknya dikerjakan bukan
10

semata-mata karena infeksi intrauterin tetapi seyogyanya ada indikasi obstetrik yang lain, misalnya
kelainan letak, gawat janin, partus tak maju, dll (Manuaba, 2018).

Selain komplikasi-komplikasi yang dapat terjadi akibat tindakan aktif. Ternyata pengelolaan
konservatif juga dapat menyebabakan komplikasi yang berbahaya, maka perlu dilakukan
pengawasan yang ketat. Sehingga dikatakan pengolahan konservatif adalah menunggu dengan
penuh kewaspadaan terhadap kemungkinan infeksi intrauterin (Manuaba, 2019). Sikap konservatif
meliputi pemeriksaan leokosit darah tepi setiap hari, pem,eriksaan tanda-tanda vital terutama
temperatur setiap 4 jam, pengawasan denyut jamtung janin, pemberian antibiotik mulai saat
diagnosis ditegakkan dan selanjutnya stiap 6 jam. Pemberian kortikosteroid antenatal pada preterm
KPD telah dilaporkan secara pasti dapat menurunkan kejadian RDS. The National Institutes of
Health telah merekomendasikan penggunaan kortikosteroid pada preterm KPD pada kehamilan 30-
32 minggu yang tidak ada infeksi intramanion. Sedian terdiri atas betametason 2 dosis masing-
masing 12 mg i.m tiap 24 jam atau dexametason 4 dosis masingmasing 6 mg tiap 12 jam (Manuaba,
2019). 2. Penatalaksanaan Keperawatan Manajemen terapi pada ketuban pecah dini menurut
Manuaba (2019):

a. Konservatif

1) Rawat rumah sakit dengan tirah baring.

2) Tidak ada tanda-tanda infeksi dan gawat janin.

3) Umur kehamilan kurang 37 minggu.

4) Antibiotik profilaksis dengan amoksisilin 3 x 500 mg selama 5 hari

5) Memberikan tokolitik bila ada kontraksi uterus dan memberikan kortikosteroid untuk
mematangkan fungsi paru janin.

6) Jangan melakukan periksan dalam vagina kecuali ada tanda-tanda persalinan.

7) Melakukan terminasi kehamilan bila ada tanda-tanda infeksi atau gawat janin.

8) Bila dalam 3 x 24 jam tidak ada pelepasan air dan tidak ada kontraksi uterus maka lakukan
mobilisasi bertahap. Apabila pelepasan air berlangsung terus, lakukan terminasi kehamilan.

b. Aktif
11

Bila didapatkan infeksi berat maka berikan antibiotik dosis tinggi. Bila ditemukan tanda tanda
inpartu, infeksi dan gawat janin maka lakukan terminasi kehamilan.

1) Induksi atau akselerasi persalinan.

2) Lakukan seksiosesaria bila induksi atau akselerasi persalinan mengalami kegagalan. 3) Lakukan
seksio histerektomi bila tanda-tanda infeksi uterus berat ditemukan.

Hal-hal yang harus diperhatikan saat terjadi pecah ketuban Yang harus segera dilakukan:

1) Pakai pembalut tipe keluar banyak atau handuk yang bersih.

2) Tenangkan diri Jangan bergerak terlalu banyak pada saat ini. Ambil nafas dan tenangkan diri.

Yang tidak boleh dilakukan:

1) Tidak boleh berendam dalam bath tub, karena bayi ada resiko terinfeksi kuman.

2) Jangan bergerak mondar-mandir atau berlari ke sana kemari, karena air ketuban akan terus
keluar. Berbaringlah dengan pinggang diganjal supaya lebih tinggi.
BAB III
TINJAUAN KASUS

Kasus Intranatal

KASUS II:

Seorang perempuan, 25 tahun, G1P0A0 inpartu kala II, sedang berada di ruang bersalin. Hasil
pengkajian: TD 130/80 mmHg, frekuensi nadi 89x/menit, frekuensi napas 21x/menit, suhu 36,4ºC,
tampak kepala, bahu, dan lengan bayi sudah lahir. Apakah tindakan selanjutnya yang dilakukan
pada pasien tersebut?

(1) melakukan pemeriksaan APGAR score

(2) memegang kedua mata kaki bayi dengan tangan kanan

(3) mengeringkan bayi dan posisikan bayi di atas perut ibu

(4) menyelimuti bayi dengan kain kering dan pakaikan topi

(5) melakukan penelusuran punggung, bokong, tungkai, dan kaki bayi.

Jawaban : mengeringkan bayi dan posisikan bayi di atas perut ibu

IDENTITAS: Pasien: Ny. S usia 25 tahun karyawan swasta, Pendidikan terakhir SMA, agama
islam, suku sunda, golongan darah B, status marital menikah, alamat Kab Sumedang. Tanggal
masuk 5 Oktober 2021 jam 13.35. tanggal pengkajian jam 5 Oktober 2021 jam 14.30 WIB.
Penanggung jawab: Tn. A usia 34 tahun, status suami pasien, Pendidikan terakhir SMA, pekerjaan
karyawan swasta, alamat sama dengan pasien. DIAGNOSA MEDIS: G2P1A0 hamil 32-33 minggu
+ KPD 12 jam

PENGKAJIAN: Pada tanggal 5 Oktober 2021, 6 jam sebelum masuk IGD RS AI – Islam . klien
mengatakan nyeri pada bagian perut saat mules muncul seperti mau melahirkan. Keluar air-air
dengan jumlah banyak sejak malam kurang lebih 6 jam, kemudian pasien mencari pertolongan ke
bidan dan sudah dilakukan pemeriksaan dalam dengan hasil portio lunak, tebal 1 cm, kurang bulan,
TBJ 1700, TFU 26 dan karena usia kehamilan masih kurang bulan, dan perkiraan berat bayinya
kurang dari 2500 gr, serta ketuban sudah sedikit, maka disarankan rujuk ke RS yang menyediakan
NICU, keluarga membawa klien ke Rumah Sakit Al-Islam Bandung kemudian dirujuk ke RS Al
Islam. Pukul 13:35 WIB, klien datang ke IGD RS AI - Islam Bandung dengan keluhan yang sama.

12
13

Kemudian klien dipindahkan ke Ruang VK pukul 14:00 WIB. Di IGD dan di Ruang VK tidak
dilakukan pemeriksaan dalam tetapi hanya dilakukan observasi saja. Pada saat pengkajian pukul
14.30 WIB, klien mengeluh nyeri ketika mulas muncul. Nyeri terasa melilit diperut bagian bawah,
nyeri dirasakan bertambah jika berkontraksi dan berkurang jika tidak ada kontraksi. Skala nyeri 6
(0-10). Nyeri dirasakan sejak malam pukul 00:00 WIB setelah ketuban pecah. Ibu terlihat meringis,
perut tegang (+), his pukul 14.30. dirasakan. 3x10’30”, DJJ 140 x/menit. Leopold I teraba lunak,
bulat dan tidak melenting, Leopold II teraba punggung kanan (puka, Leopold III teraba bulat, keras,
melenting dan sudah masuk pintu atas panggul (PAP), Leopold IV kepala 1/5 masuk PAP, BJA
140x/mnt, TFU 26 cm, terakhir jam 07:00 WIB bukaan 1 lunak, air ketuban sedikit berwarna jernih,
kontraksi uterus 3x10’30”. Hasil pemeriksaan dalam pembukaan 5 cm, serviks tipis dan lunak,
sutura teraba. Jam 15.00: DJJ 143x/menit, kontraksi 3x10’x30” Jam 15.30: DJJ 148x/menit,
kontraksi 3x10’x35”. kandung kemih penuh dikeluarkan 200 cc Jam 16.00: DJJ 149x/menit,
kontraksi 3x10’x30” Jam 16.30: DJJ 146x/menit, kontraksi 3x10’x40” Jam 17.00: DJJ 144x/menit,
kontraksi 4x10’x40” Jam 17.30: DJJ 142x/menit, kontraksi 4x10’x40” Jam 18.00: DJJ 140x/menit,
kontraksi 4x10’x45” Jam 18.30: pembukaan 9, penurunan kepala 4/5, cairan ketuban berwarna
jernih, DJJ 144x/menit, kontraksi 4x10’x45”, TD 130/90 mmHg, urin 100 cc. Jam 19.00: DJJ
154x/menit, kontraksi 4x10’x50” Jam 19.05 memberikan terapi ceftriaxone 1 gr IV. Jam 19.30:
pembukaan lengkap, penurunan kepala di hodge 4, portio tidak teraba, DJJ 150x/menit. Pasien
dipimpin untuk meneran. Pasien mengeluh kesakitan, wajah pasien terlihat menangis dan berteriak,
berkeringat, badan pasien basah, dan lengket, bibir kering, pasien terlihat kelelahan saat meneran.
Jam 19.35 terlihat pasien ingin meneran, tekanan pada anus, perineum terlihat menonjol dan vulva
membuk. Jam 19.40: lahir spontan bayi laki-laki dengan satu kali lilitan tali pusat longgar, APGAR
1’ pertama 7 dan 5’ kedua 9. BBL 2150 gram, PBL 48 cm. Jam 19.41 diberikan oksitosin 10 unit
IM, dilakukan peregangan tali pusat terkendali. Jam 19.50 plasenta lahir lengkap, dilakukan
massase uterus teraba keras 1 jari diatas pusat. Jumlah perdarahan 250 cc. Tidak terdapat luka
episiotomi. Pasien terlihat sangat lelah dan kesakitan saat dilakukan penjaitan. Pasien terlihat ingin
tidur dan masih dilakukan IMD sampai 1 jam postpartum. Pasien terlihat tertidur karena kelelahan.
Jam 20.00: TD 120/80 mmHg, N 80x/mnt, RR 20 x/mnt, Suhu 36,8oC, TFU 2 jari dibawah pusat,
kontraksi uterus baik, teraba keras, kandung kemih kosong, perdarahan - cc, baru ganti pembalut
Jam 20.15: TD 120/80 mmHg, N 80x/mnt, RR 20 x/mnt, Suhu 36,8oC, TFU 2 jari dibawah pusat,
kontraksi uterus baik, teraba keras, kandung kemih kosong, perdarahan sedikit. Jam 20.30: TD
110/80 mmHg, N 80x/mnt, RR 20 x/mnt, Suhu 37,2oC, TFU 2 jari dibawah pusat, kontraksi uterus
baik, teraba keras, kandung kemih kosong, perdarahan sedikitJam 20.45: TD 110/70 mmHg, N
80x/mnt, RR18x/mnt, Suhu 37,2oC, TFU 2 jari dibawah pusat, kontraksi uterus baik, teraba keras,
14

kandung kemih kosong, perdarahan +20 cc, lochea rubra. Jam 21.15: TD 110/70 mmHg, N
80x/mnt, RR18x/mnt, Suhu 37,2oC, TFU 2 jari dibawah pusat, kontraksi uterus baik, teraba keras,
kandung kemih kosong, perdarahan +20 cc, lochea rubra. Jam 21.45: TD 110/70 mmHg, N
80x/mnt, RR18x/mnt, Suhu 37,2oC, TFU 2 jari dibawah pusat, kontraksi uterus baik, teraba keras,
kandung kemih kosong, perdarahan +10 cc, lochea rubra.

Riwayat Kesehatan Dahulu : Klien mengatakan tidak memiliki riwayat penyakit hipertensi, asma,
diabetes mellitus, jantung dan penyakit menular seperti TBC. Klien tidak pernah dilakukan operasi
sebelumnya, tidak memiliki alergi obat ataupun makanan. Klien ANC di bidan dan mengkonsumsi
zat besi kan kalsium dari bidan. Riwayat Kesehatan Keluarga Menurut klien, didalam keluarganya
tida

ada yang menderita penyakit keturunan seperti hipertensi dan diabetes mellitus, juga tidak ada yang
menderita penyakit menular seperti TBC dan hepatitis, ataupun riwayat kehamilan kembar.

RIWAYAT OBSTETRI SEBELUMNYA Tahun 2010 melahirkan bayi perempuan secara


spontan di bidan usia gestasi aterm dengan BBL 2700 gram.

RIWAYAT KEHAMILAN SAAT INI Selama hamil badannya terasa lemas dan sering pusing
dan mual, sudah berkurang pada saat usia kandungannnya masuk 4 bulan. Gerakan bayi mulai
dirasakan pasa usia kandungan 5 bulan. Berat badan naik 5 kg. Ibu memeriksakan kandungan setiap
bulan ke bidan, Setiap periksa ibu selalu mendapat vitamin dan tablet kalsium. RIWAYAT
GINEKOLOGI Riwayat menstruasi: Klien mengatakan haid pertama kali pada usia 12 tahun. Lama
haid 7 hari dengan warna merna merah atau kecoklatan. Klien mengganti pembalut 3-4 kali/hari.
Siklus haid 28-30 hari. HPHT 28 Februari 2021. Riwayat Perkawinan: Klien menikah pada usia 16
tahun dan usia suami 25 tahun. Klien mengatakan ini pernikahan yang pertama dan sudah
memasuki usia pernikahan 10 tahun. Riwayat keluarga berencana: Sebelumnya klien pernah
menggunakan KB suntik periode 3 bulan sekali setelah melahirkan anak pertama, pada saat usia
anak yang pertama 5 tahun, klien berhenti menggunakan KB. Setelah melahirkan, klien belum
merencakan untuk menggunakan KB kembali.

PEMERIKSAAN PENUNJANG: Laboratorium tanggal 05 Oktober 2021 (Hb 10,8 g/dl, Ht


34,1%, leukosit 17.300sel/UL, trombosit 350.000 sel/UL, HbsAg negative, Anti HIV non reaktif)

TERAPI: Infus RL 25 gtt/menit Ceftriaxone 2x1 gram (19.05- 07.05) NB : WAJIB


MELAMPIRKAN PARTOGRAF!!!!
BAB IV

ASUHAN KEPERAWATAN

PENGKAJIAN INTRANATAl ASUHAN KEPERAWATAN PADA N S USIA 25 TAHUN


G2P1A0

A. PENGKAJIAN
B. Data Demografis
1. Identitas Klien

Nama : Ny.S

No Rekam Medik :-

Umur : 25 Tahun

Pendidikan : Pendidikan terakhir SMA

Pekerjaan : Karyawan Swasta

Alamat : Kabupaten Sumedang

Agama : Islam

Suku Bangsa : Sunda/Indonesia

Status Marital : Menikah

Golongan Darah :B

Tanggal Masuk : 5 Oktober 2021 jam 13.35 WIB

Tanggal Pengkajian : 5 Oktobet 2021 jam 14.30 WIB

Tanggal Dilakukan Operasi : -

Diagnosa Medis : G2P1A0 hamil 32 – 33 minggu + KDP 12 jam

15
16

1. Identitas Penanggung Jawab

Nama : Tn. A

Umur : 34 Tahun

Pendidikan : Pendidikan terakhir SMA

Pekerjaan : Karyawan Swasta

Alamat : Kota Sumedang

Agama : Islam

Suku Bangsa : Sunda/Indonesia

Status Marital : Menikah

Golongan Darah :-

Hubungan dengan Klien : Suami

C. Riwayat Kesehatan
1. Keluhan Utama

klien mengeluh nyeri ketika mulas muncul dan keluar air jumlah banyak dengan berat bayi
diperkirakan kurang dari 2500 gr, serta ketuban jernih sedikit. Setelah ketuban pecah ibu meringis
dan terlihat perut tegang.

2. Riwayat kesehatan sekarang

Pada tanggal 5 Oktober 2021, 6 jam sebelum masuk IGD RS AI – Islam . klien mengatakan nyeri
pada bagian perut saat mules muncul seperti mau melahirkan. Keluar air-air dengan jumlah banyak
sejak malam kurang lebih 6 jam, kemudian pasien mencari pertolongan ke bidan dan sudah
dilakukan pemeriksaan dalam dengan hasil portio lunak, tebal 1 cm, kurang bulan, TBJ 1700, TFU
26 dan karena usia kehamilan masih kurang bulan, dan perkiraan berat bayinya kurang dari 2500 gr,
serta ketuban sudah sedikit, maka disarankan rujuk ke RS yang menyediakan NICU, keluarga
membawa klien ke Rumah Sakit Al-Islam Bandung kemudian dirujuk ke RS Al Islam. Pukul 13:35
WIB, klien datang ke IGD RS AI - Islam Bandung dengan keluhan yang sama.
Data Fokus yang berkaitan dengan keluhan utama
17

P : Nyeri timbul saat kontraksi


Q : Nyeri terasa melilit perut bagian bawah
R : Bagian perut bawah
S:6
T : pukul 00:00 WIB sejak ketuban pecah.

3. Riwayat Kesehatan Dahulu

Klien mengatakan tidak memiliki riwayat penyakit hipertensi, asma, diabetes mellitus, jantung dan
penyakit menular seperti TBC. Klien tidak pernah dilakukan operasi sebelumnya, tidak memiliki
alergi obat ataupun makanan. Klien ANC di bidan dan mengkonsumsi zat besi kan kalsium dari
bidan. Riwayat Kesehatan Keluarga Menurut klien, didalam keluarganya tidak ada yang menderita
penyakit keturunan seperti hipertensi dan diabetes mellitus, juga tidak ada yang menderita penyakit
menular seperti TBC dan hepatitis, ataupun riwayat kehamilan kembar.

4. Riwayat Kesehatan Keluarga

klien mengatakan keluarganya tidak ada yang memiliki riwayat penyakit keturunan seperti diabetes
atau hipertensi dan tidak memiliki riwayat penyakit menular seperti TBC atau HIV. Klien
mengatakan tidak ada riwayat gemeli di keluarga.

5. Riwayat Gynekologi dan Obstetri


a) Riwayat Obstetri
1. Tahun 2010 melahirkan bayi perempuan secara spontan di bidan usia gestasi aterm dengan BBL
2700 gram
2. Riwayat kehamilan sekarang
Selama hamil badannya terasa lemas dan sering pusing dan mual, sudah berkurang pada saat
usia kandungannnya masuk 4 bulan. Gerakan bayi mulai dirasakan pasa usia kandungan 5
bulan. Berat badan naik 5 kg. Ibu memeriksakan kandungan setiap bulan ke bidan, Setiap
periksa ibu selalu mendapat vitamin dan tablet kalsium.

b) Riwayat Gynekologi
18

1. Riwayat menstruasi:
Klien mengatakan haid pertama kali pada usia 12 tahun. Lama haid 7 hari dengan warna merna
merah atau kecoklatan. Klien mengganti pembalut 3-4 kali/hari. Siklus haid 28-30 hari. HPHT
28 Februari 2021.
6. Riwayat Perkawinan:
Klien menikah pada usia 16 tahun dan usia suami 25 tahun. Klien mengatakan ini pernikahan
yang pertama dan sudah memasuki usia pernikahan 10 tahun.
7. Riwayat keluarga berencana:
Sebelumnya klien pernah menggunakan KB suntik periode 3 bulan sekali setelah melahirkan
anak pertama, pada saat usia anak yang pertama 5 tahun, klien berhenti menggunakan KB.
Setelah melahirkan, klien belum merencakan untuk menggunakan KB kembali

D. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan Umum
a. Tingkat Kesadaran : Composmetis
b. Tekanan darah : 130/90 mmmhg
c. Detak Jantung Janin : 144x/ menit
2. Sistem pernapasan :-
3. Sistem kardiovaskuler : -
4. Sistem pencernaan :-
5. Sistem persyarafan :-
6. Sistem endokrin :-
7. Sistem perkemihan : Kandung kemih penuh dikeluarkan 200 cc
8. Sistem Reproduksi :
Leopold I teraba lunak,bulat dan tidak melenting,Leopold II teraba pungggung kanan
(puka,leopold III teraba bulat,keras,melenting dan sudah masuk pintu atas panggul (PAP),BJA
140x/menit. Leopold teraba lunak,bulat dan tidak melenting dan sudah masuk pintu atas
panggul (PAP). Leopoid IV kepala 1/5 masuk PAP,BJA 140x/ menit.TFU 26 cm,terakhir jam
07:00 WIB bukaan lunak, air ketuban sedikit berwarna jernih ,kontraksi uterus 3 x 10’30’ ,Hasil
pemeriksaan dalam pembukaan 5 cm,serviks tipis dan lunak, sutura teraba.
19

8. Pola Aktivitas Sehai – hari

Jenis Aktivitas Sebelum Hamil Setelah Hamil


1.Pola Makan & minum
Makan Bebas Makanan lunak
a. Jenis makanan 2x sehari 3x sehari
b. Frekuensi Habis 1 porsi Habis ¼ porsi
c. Jumlah makanan
Padat Padat
d. Bentuk makanan
Tidak ada Tidak ada
e. Maknan pantangan
Tidak ada keluhan Nausea
F. Gannguan / keluhan

Minum
a.Jenis minuman Air putih Air putih

b. Frekuensi 6-8 gelas sehari Tidak terkaji


C. Jumlah Minuman 1000 – 2000 cc sehari Tidak terkaji
d. Gangguan dan keluhan Tidak ada keluhan Nausea
1. Pola Eliminasi
BAB
a.Frekuensi 1x sehari Tidak terkaji
b. Warna & Kosentrasi Kuning khas, padat Kunimg pekat
c. Bau Khas Khas
d. Gangguan / Keluhan Tidak ada keluhan Tidak ada keluhan
BAK
a.Frekuensi 4- 5 x sehari 5-6 x sehari
b. Warna & Kosentrasi Kuning jernih Kuning pekat
c. Bau Khas Khas
d. Gangguan / Keluhan Tidak ada keluhan Tidak ada keluhan

a.
2. Personal
Hygiene 2x sehari 2x sehari
a. Mandi 2x sehari 2x sehari
b. Gosok gigi
2x sehari 2x sehari
20

c. Ganti pakaian Bila panjang Bila Panjang


d. Gunting kuku Tidak ada keluhan Tidak ada keluhan
e. Gangguan dan
keluhan

3. Pola Aktivitas /
Latihan fisik
a.Mobilisasi / jenis Dapat melakukan Badannya lemas,
latihan fisik aktivitas secara mandiri sering pusing dan mual
b. Gangguan / keluhan tidak ada keluhan
4. Kebiasaan lain
Klien tidak merokok Klien tidak merokok
a.Merokok
Klien tidak Klien tidak
b. Alkohol
mengonsumsi alkohol mengonsumsi alkohol

5. Aspek Psikososial
a. Pola pikir dan presefsi : Tidak terkaji
b. Data Spiritual : Tidak terkaji
c. Theraphi : -

Nama Obat Rute pemberian Indikasi


Vitamin Oral Untuk memenuhi
asupan vitamin
Tablet kalsium Oral Untuk pengobatan
kekurangan kalsium
dan menambah darah
Ibu hamil
21

A.Analisa data

Data Etiologi Masalah


DS : Kontraksi uterus Nyeri melahirkan
- Klien mengatakan mulas sebelum persalinan (D.0079)
saat kontraksi perut bagian
bawah His berulang
- Klien mengeluh kesakitan
Peningkatan kontraksi
DO : dan pembukaan
- Klien terlihat meringis, serviks uteri
perut tegang
- his pukul 14.30. dirasakan. Pecah ketuban
3x10’30”, DJJ 140 ↓
x/menit. Leopold I teraba Tekanan pada rektum
lunak, bulat dan tidak ↓
melenting, Leopold II Perinium menonjol
teraba punggung kanan ↓
(puka, Leopold III teraba Tekanan pada anus
bulat, keras, melenting dan
sudah masuk pintu atas Desakan untuk
panggul (PAP), Leopold mengejan
IV kepala 1/5 masuk PAP, ↓
BJA 140x/mnt, TFU 26 Implus saraf afferen
cm, terakhir jam 07:00 dari serviks ke uterus
WIB bukaan 1 lunak, air
ketuban sedikit berwarna Medulla spinalis
jernih, kontraksi uterus
3x10’30”. Korteks serebri
- Hasil pemeriksaan dalam ↓
pembukaan 5 cm, serviks Suara merintih ,perut
tipis dan lunak, sutura tegang dsn terdengar
teraba. Jam 15.00: DJJ suara hembusan nafas
22

143x/menit, kontraksi ↓
3x10’x30” Jam 15.30: DJJ Pembukaan serviks
148x/menit, kontraksi
3x10’x35”. kandung kemih Keluarnya Bayi,air
penuh dikeluarkan 200 cc dan plasenta lengkap
Jam 16.00: DJJ
149x/menit, kontraksi Implus saraf afferen
3x10’x30” Jam 16.30: DJJ dari serviks ke uterus
146x/menit, kontraksi ↓
3x10’x40” Jam 17.00: DJJ Medulla spinalis
144x/menit, kontraksi ↓
4x10’x40” Jam 17.30: DJJ Korteks serebri
142x/menit, kontraksi ↓
4x10’x40” Jam 18.00: DJJ Nyeri melahirkan
140x/menit, kontraksi
4x10’x45” Jam 18.30:
pembukaan 9, penurunan
kepala 4/5, cairan ketuban
berwarna jernih, DJJ
144x/menit, kontraksi
4x10’x45”, TD 130/90
mmHg, urin 100 cc. Jam
19.00: DJJ 154x/menit,
kontraksi 4x10’x50” Jam
19.05 memberikan terapi
ceftriaxone 1 gr IV. Jam
19.30: pembukaan
lengkap, penurunan kepala
di hodge 4, portio tidak
teraba, DJJ 150x/menit.
- Wajah pasien terlihat
menangis dan
berteriak,berkeringat,bada
n pasien
23

basah,lengket,bibir kering
dan klien terlihat kelelahan
saat meneran
- Jam 19.35 terlihat pasien
ingin meneran, tekanan
pada anus,perinium terlihat
menonjol dan vulva
membuk.
- Jam 19.35 terlihat pasien
ingin meneran, tekanan
pada anus, perineum
terlihat menonjol dan
vulva membuk. Jam 19.40:
lahir spontan bayi laki-laki
dengan satu kali lilitan tali
pusat longgar, APGAR 1’
pertama 7 dan 5’ kedua 9.
BBL 2150 gram, PBL 48
cm. Jam 19.41 diberikan
oksitosin 10 unit IM,
dilakukan peregangan tali
pusat terkendali. Jam 19.50
plasenta lahir lengkap,
dilakukan massase uterus
teraba keras 1 jari diatas
pusat. Jumlah perdarahan
250 cc. Tidak terdapat luka
episiotomi.
DS : Risiko Cedera pada
Ketuban pecah Ibu
- Klien mengatakan nyeri ↓ (D.00137)
pada bagian perut saat Pendarahan
musles muncul seperti mau ↓
melahirkan. Penurunan kadar
24

- Klien mengatakan hemoglobin


- P : Nyeri timbul saat
Kontraksi Resiko cedera pada
- Q : Nyeri terasa melilit Ibu
perut bagian bawah
- R : Bagian perut bawah
- S : skala nyeri 6
- T : Pukul 00.00 sejak
ketuban pecah
DO
- Keluar air air dengan
jumlah banyak sejak
malam kurang dari 6 jam
- Jam 20.00: TD 120/80
mmHg, N 80x/mnt, RR 20
x/mnt, Suhu 36,8oC, TFU
2 jari dibawah pusat,
kontraksi uterus baik,
teraba keras, kandung
kemih kosong, perdarahan
- cc, baru ganti pembalut
Jam 20.15: TD 120/80
mmHg, N 80x/mnt, RR 20
x/mnt, Suhu 36,8oC, TFU
2 jari dibawah pusat,
kontraksi uterus baik,
teraba keras, kandung
kemih kosong, perdarahan
sedikit.
- Jam 20.30: TD 110/80
mmHg, N 80x/mnt, RR 20
x/mnt, Suhu 37,2oC, TFU
2 jari dibawah pusat,
kontraksi uterus baik,
25

teraba keras, kandung


kemih kosong, perdarahan
sedikitJam 20.45: TD
110/70 mmHg, N 80x/mnt,
RR18x/mnt, Suhu 37,2oC,
TFU 2 jari dibawah pusat,
kontraksi uterus baik,
teraba keras, kandung
kemih kosong, perdarahan
+20 cc, lochea rubra. Jam
21.15: TD 110/70 mmHg,
N 80x/mnt, RR18x/mnt,
Suhu 37,2oC, TFU 2 jari
dibawah pusat, kontraksi
uterus baik, teraba keras,
kandung kemih kosong,
perdarahan +20 cc, lochea
rubra.
- Jam 21.45: TD 110/70
mmHg, N 80x/mnt,
RR18x/mnt, Suhu 37,2oC,
TFU 2 jari dibawah pusat,
kontraksi uterus baik,
teraba keras, kandung
kemih kosong, perdarahan
+10 cc, lochea rubra.

DS : Ketuban pecah Risiko Pendarahan


- Klien mengatakan nyeri sebelum waktunya (D.0012)
pada bagian perut saat ↓
musles muncul seperti mau Volume cairan Risiko cedera pada
janin
melahirkan. ketuban terlalu
(0138)
- Klien mengatakan banyak
- P : Nyeri timbul saat ↓
Resiko Infeksi
26

Kontraksi Resiko Pendarahan (D.0142)


- Q : Nyeri terasa melilit
perut bagian bawah Ketuban pecah
- R : Bagian perut bawah sebelum waktunya
- S : skala nyeri 6 ↓
- T : Pukul 00.00 sejak Infeksi pada bayi
ketuban pecah ↓
Resiko cedera pada
DO : janin
- Keluar air – air dengan
jumlah banyak sejak Pecah ketuban
malam kurang dari 6 jam sebelum waktunya
- Hasil pemeriksaan dalam ↓
didapatkan hasil portio Masuknya
lunak,tebal 1 cm kurang bakteri,kuman atau
bulan,TBJ 26 dan karena patogen
usia kehamilan masih ↓
kurang bulan dan Kurangnya daya
perikiraan berat bayinya tahan tubuh
kurang dari 2500 gr, serta ↓
ketuban sudah sedikit. Resiko Infeksi

DS : - Persalinan kala III Keletihan


DO : ↓ (D.0057)
- Klien terlihat kelelahan Kontraktus uterus dan
saat meneran kekuatan mengenjan
- Klien terlihat sangat lelah ↓
dan kesakitan saat Peningkatan produksi
dilakukan penjaitan. Klien ATP
terlihat ingin tidur dan
masih dilakukan IMD Keletihan
sampai 1 jam postpartum.
- Klien terlihat tertidur
karena kelelahan.
27

B. Diagnosa Keperawatan

1. Nyeri melahirkan berhubungan dengan pengeluaran janin dibuktikan dengan tekanan pada anus,
perineum terlihat menonjol dan vulva membuk. Jam 19.40: lahir spontan bayi laki-laki dengan satu
kali lilitan tali pusat longgar, APGAR 1’ pertama 7 dan 5’ kedua 9. BBL 2150 gram, PBL 48 cm.
Jam 19.41 diberikan oksitosin 10 unit IM, dilakukan peregangan tali pusat terkendali. Jam 19.50
plasenta lahir lengkap, dilakukan massase uterus teraba keras 1 jari diatas pusat. Jumlah perdarahan
250 cc.

2.Risiko cedera pada ibu dibuktikan dengan ketuban pecah

3. Risiko cedera pada janin dibuktikan dengan ketuban pecah

4. Risiko pendarahan berhubungan dengan ketuban pecah dibuktikan dengan Keluar air – air
dengan jumlah banyak sejak malam kurang dari 6 jam Hasil pemeriksaan dalam didapatkan hasil
portio lunak,tebal 1 cm kurang bulan,TBJ 26 dan karena usia kehamilan masih kurang bulan dan
perikiraan berat bayinya kurang dari 2500 gr, serta ketuban sudah sedikit.

5. Risiko Infeksi dibuktikan dengan ketidakadekutaan pertahan tubuh primer ketuban pecah
sebelum waktunya

6.Keletihan berhubungan dengan kondisi fisiologis saat proses persalinan dibuktikan dengan Klien
terlihat kelelahan saat meneran, Klien terlihat sangat lelah dan kesakitan saat dilakukan
penjaitan.klien terlihat ingin tidur dan masih dilakukan IMD sampai 1 jam postpartum dan Klien
terlihat tertidur karena kelelahan
28

C. Perencanaan

No Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional


keperawatan dan kriteria
hasil
1. Nyeri Setelah I.12452 Observasi
melahirkan dilakukan Edukasi Teknik 1.Mengetahui
berhubungan tindakan Nafas kesiapan dan
dengan keperawatan Observasi : kemampuan
pengeluaran Selama 1x 24 - Identifikasi informasi
kesiapan dan
janin jam pasien
kemampuan
dibuktikan diharapkan menerima 2. Mengetahui
informasi
dengan nyeri Terapetik : pengetahuan
tekanan pada melahirkan - Sediakan pasien tentang
materi dan
anus, menurun media manajemen
perineum dengan kriteria pendidikan nyeri
kesehatan
terlihat hasil : - Jadwalkan melahirkan
menonjol dan a) keluhan pendidikan Terapetik
kesehatan
vulva nyeri sesuai 1.Agar
membuk. Jam menurun kesepakatan mengurangi
- Berikan
19.40: lahir b) Meringis kesempatan nyeri
spontan bayi menurun untuk melahirkan
bertanya
laki-laki c) ketegangan Edukasi : 2. Agar pasien
dengan satu otot - Jelaskan menjadi tenang
tujuan dan
kali lilitan tali menurun manfaat dan dan rileks
teknik napas
29

pusat longgar, - Jelaskan Edukasi :


prosedur
APGAR 1’ 1.Agar pasien
teknik napas
pertama 7 dan - Anjurkan mengetahui
menposisikan
5’ kedua 9. tubuh
cara
BBL 2150 senyaman mengurangi
mungkin
gram, PBL 48 - mis nyeri dengan
cm. Jam 19.41 duduk,baring teknik nafas
- Anjurkan
diberikan menutup mata 2. Agar pasien
oksitosin 10 dan kosentrasi Mengimpleme
penuh
unit IM, - Anjurkan ntasikan teknik
dilakukan melakukan nafas ketika
inspirasi
peregangan dengan persalinan.
tali pusat menghirup
udara melalui
terkendali. hidung secara
Jam 19.50 perlahan
- Ajarkan
plasenta lahir melakukan
ekspirasi
lengkap,
dengan
dilakukan menghembusk
an napas
massase
selama 4 detik,
uterus teraba menahan
napas selma 2
keras 1 jari detik dan
diatas pusat. menghembusk
an napas
Jumlah selama 8 detik.
perdarahan
250 cc.

2. Risiko cedera Setelah I.07228 Observasi


pada ibu dilakukan Perawatan 1.Mengetahui
dibuktikan tindakan Persalinan kesiapan dan
dengan keperawatan Resiko Tinggi kemampuan
ketuban pecah Selama 1x 24 Observasi : informasi
jam - Identifikasi pasien
diharapkan kondisi 2. Mengetahui
Risiko cedera umum pasien pengetahuan
30

pada ibu - Monitor pasien tentang


menurun tanda – tanda perawatan
dengan kriteria vital persalinan
hasil : - Monitor resiko tinggi
 Kejadian kelainan Terapetik
cedera tanda vital 1.Agar
menurun ibu dan janin menghindari
 Ketengang - Monitor risiko cedera
an otot tanda – tanda pada ibu
menurun persalinan 2. Agar tidak
 Pendaraha - Monitor terjadi risiko
n menurun denyut cedera pada ibu

 Ekspresi jantung janin 3. Agar risiko

wajah - Identiffikasi cedera pada ibu

kesakitan posisi janin menurun

menurun dengan USG Edukasi :


- Identifikasi 1. Untuk
pendarahan mengetahui
persalinan perawatan
Terapeutik persalinan
- Siapkan Pada risiko
peralatan cedera pada
yang ibu
sesuai,termas
uk monitor
janin,ultrasou
nd,mesin
anestesi,
persediaan
resusitasi
neonatal,forc
eps, dan
penghangat
bayi ekstra
31

- Dukung
orang
terdekat
mendapingi
pasien
- Gunakan
tindakan
pencegahan
universal
- Lakukan
perineal scrub
- Fasilitasi
rotasi manual
kepala janin
dari oksiput
posterior ke
posisi
anterior
- Lakukan
anatomi
selaput
ketuban
- Fasilitasi
tindakan
forcepts dan
ekstrasi
vakum jika
perlu
- Lakukan
resusitasi
neonatal jika
perlu
- Fasilitasi ibu
pulih dari
32

anestesi jika
perlu
- Motivasi
interaksi
orang tua
dengan bayi
baru lahir
segera setelah
persalinan
- Dokumentasi
kan prosedur
( mis.
Anestesi,fors
ep,ekstrasi
vakum,tekana
n
suprapubik,m
anuver
McRobert,res
usitasi
neonatal)
Edukasi
- Jelaskan
prosedur
tindakan yang
akan
dilakukan
- Jelaskan
karakteristik
bayi baru
lahir yang
terkait
dengan
kelahiran
33

berisiko
tinggi
(mis.memar
dan tanda
forceps)
Kalaborasi
-Koordinasi
dengan tim
untuk standay
(mis.neonatol
ogis,perawat
intensif
neonatal,anes
tesiologis)
Kaloborasi
- Koordinasi
dengan tim
untuk standby
( mis.
Neonatologis,
perawat
intensif
neonatal,anes
tesiologis)
- Kalaborasi
pemberian
anestesi
maternal
sesuai
kebutuhan.

3. Risiko cedera Setelah I.02056 Observasi


pada janin dilakukan Pemantauan 1.Mengetahui
dibuktikan tindakan Denyut Jantung kesiapan dan
34

dengan keperawatan Janin kemampuan


ketuban pecah Selama 1x 24 Observasi : informasi
jam - Identifikasi pasien
diharapkan status Terapetik
Risiko cedera obstetrik 1..Untuk
pada janin - Identifikasi memonitor
menurun riwayat janin dari
dengan kriteria obstretik risiko cedera
hasil : - Identifikasi
 Kejadian adanya
cedera penggunaan
menurun obat,diet dan
 Pendaraha merokok
n menurun - Identifikasi
 Ekspresi pemriksaan
wajah kehamilan
kesakitan sebelumnya
menurun - Periksa
denyut
jantung janin
selama 1
menit
- Monitor
denyut
jantung ibu
- Monitor
tanda vital
ibu
Terapeutik
- Atur posisi
pasien
- Lakukan
manuver
Leopold
35

untuk
menentukan
posisi janin
- Jelaskan
tujuan dan
prosedur
pemantauan
- Informasikan
pemantauan
jika perlu
4. Risiko Setelah I.03098 Observasi
pendarahan dilakukan Manajemen 1.Mengetahui
berhubungan tindakan Cairan kesiapan dan
dengan keperawatan Observasi : kemampuan
ketuban pecah Selama 1x 24 - Monitor informasi
dibuktikan jam status hidrasi pasien
dengan Keluar diharapkan (mis, 2. Mengetahui
air – air Risiko - frekuensi pengetahuan
dengan pendarahan nadi,kekuatan pasien tentang
jumlah menurun nadi,akral,pen Edukasi
banyak sejak dengan kriteria gisian 1.Manajemen
malam kurang hasil : kapiler,kelem cairan
dari 6 jam - Pendaraha baban Terapetik
Hasil n vagina mukosa, 1.Agar
pemeriksaan menurun - turgor menghindari
dalam - Tekanan kulit,tekanan risiko
didapatkan darah darah) pendarahan
hasil portio membaik - Monitor berat
lunak,tebal 1 - Pemarahan badan harian
cm kurang anus - Monitor berat
bulan,TBJ 26 menurun badan
dan karena sebelum dan
usia sesuadah
kehamilan dialisis
36

masih kurang - Monitor hasil


bulan dan pemeriksaan
perikiraan laboratorium
berat bayinya (misa
kurang dari hematoktrit,N
2500 gr, serta a,K,Cl,berat
ketuban sudah jenis
sedikit urine,BUN)
- Monitor
intake –
ouput cairan
dan hitung
balans cairan
- Berikan
aspuan
cairan,sesuai
kebutuhan
- Berikan
cairan
intravena,jika
perlu
Kaloborasi
- Kalaborasi
pemberian
diuretik jika
perlu
5. risiko Infeksi Setelah I.03116 Observasi
dibuktikan dilakukan Manajemen 1.Mengetahui
dengan tindakan Imunisasi / kesiapan dan
ketidakadekut keperawatan Vaksinasi kemampuan
aan pertahan Selama 1x 24 Observasi : informasi
tubuh primer jam - Identifikasi pasien
ketuban pecah diharapkan riawayat Edukasi
sebelum Risiko infeksi kesehatan dan 1. Mengetahui
37

waktunya menurun riwayat alergi pengetahuan


dengan kriteria - Identifikasi pasien tentang
hasil : kontrain edukasi
- nyeri dikasi manajemen
menurun pemberian imunisasi/
- Kultur area imunisasi vaksinasi
luka membaik (mis.reaksi Terapetik
- Kultur darah anafilaksis 1.Agar
membaik terhadap terhindar dari
vaksin Risiko infeksi
sebelumnya 2. Agar dapat
dan atau sakit mengurangi
parah dengan Risiko Infeksi
atau tanpa
demam)
- Identifikasi
status
imunisasi
setiap
kunjungan ke
pelayanan
kesehatan.
Terapeutik
- Berikan
suntukan
pada bayi di
bagaian paha
anterolateral
- Dokumentasi
kan informasi
vaksinasi
(mis.nama
produsen,
- tanggal
38

kadaluarsa)
- Jadwalkan
imunisasi
pada interval
waktu yang
tepat
Edukasi
- Jelaskan
tujuan,manfa
at,reaksi yang
terjadi,jadwal
dan efek
samping
pertusis,H.Inf
luenza,pneum
okokus)
- Informasikan
penundaaan
pemberian
imunisasi
tidak berarti
mengulang
jadwal
imunisasi
kembali
- Imformasikan
penyedia
layanan
pekan
imunisasi
Nasional
yang
menyediakan
vaksin gratis.
39

6. Keletihan Setelah I.05178 Observasi


berhubungan dilakukan Manajemen 1.Mengetahui
dengan tindakan Energi kesiapan dan
kondisi keperawatan Observasi : kemampuan
fisiologis saat Selama 1x 24 - Identifikasi informasi
proses jam gangguan pasien
persalinan diharapkan fungsi tubuh 2. Mengetahui
dibuktikan Keletihan yang pengetahuan
dengan Klien menurun mengakibatka pasien tentang
terlihat dengan kriteria n keletihan Manajemen
kelelahan saat hasil : - Monitor energi
meneran, - Gelisah kelelahan Terapeutik
Klien terlihat nenurun fisik 1.Agar dapat
sangat lelah - Frekuensi - Monitor pola mengurangi
dan kesakitan napas jam tidur keletihan
saat dilakukan menurun - Monitor 2. Agar
penjaitan.klie - Pola napas ketidaknyama keletihan bisa
n terlihat membaik nan selama ditangani
ingin tidur melakukan
dan masih aktivitas
dilakukan Terapeutik
IMD sampai 1 - Sediakan
jam lingkungan
postpartum nyaman dan
dan Klien rendah
terlihat stimulus
tertidur karena (mis,cahaya,
kelelahan - suara,kunjung
an)
- Berikan
aktivitas
distraksi yang
menyenangka
n
40

- Fasilitasi
duduk di sisi
tempat
tidur,jika
tidak dapat
berpindah
atau berjalan
Edukasi
- Anjurkan
tirah baring
- Anjurkan
aktivitas
secara
bertahap
- Anjurkan
menghubungi
perawat jika
tanda dan
gejala
keletihan
tidak
berkurang
- Ajarkan
strategi
koping
untyuk
mengurangi
kelelahan
Kalaborasi
- Kalaborasi
dengan ahli
gizi untuk
mengurangi
kelelahan
41

D. Standar luaran keperawatan

1.Setelah dilakukan intervensi selama 1x 24 jam,maka nyeri melahirkan menurun dengan kriteria
hasil :

a. keluhan nyeri menurun :5

b. Meringis menurun :5

c. ketegangan otot menurun :5

2.Setelah dilakukan intervensi selama 1x 24 jam,maka Risiko cedera pada ibu menurun dengan
kriteria hasil :

a. Kejadian cedera menurun :4

b. Ketengangan otot menurun :4

c. Pendarahan menurun :4

d. Ekspresi wajah kesakitan menurun : 5

3. Setelah dilakukan intervensi selama 1x 24 jam,maka Risiko cedera janin menurun dengan kriteria
hasil

a. Kejadian cedera menurun :3

b. Pendarahan menurun :4

c. Pemarahan anus menurun :4

4. Setelah dilakukan intervensi selama 1x 24 jam,maka Risiko pendarahan menurun dengan kriteria
hasil

a. Pendarahan vagina menurun : 4

b. Tekanan darah membaik :4


42

c. Pemarahan anus menurun :4

5. Setelah dilakukan intervensi selama 1x 24 jam,maka Risiko infeksi menurun dengan kriteria hasil

a. nyeri menurun :5

b. Kultur area luka membaik :5

c. Kultur darah membaik :5

6. Setelah dilakukan intervensi selama 1x 24 jam, keletihan menurun dengan kriteria hasil

a. Gelisah nenurun :5

b.Frekuensi napas menurun :5

c. Pola napas membaik :5

E. Implementasi

No. Dx Tanggal Jam Implementasi

1 1 Jum’at 26 06.00 -06.30 1. Menjelaskan klien


November WIB tentang edukasi teknik
2021 nafas untuk mengurangi
nyeri setelah melahirkan
Hasil :
- Klien dapat melakukan
teknik nafas dengan
benar
2 2 Jum’at 26 08.00 – 09.30 1.Memonitor tanda – tanda
November WIB vital klien
2021 2. Mengidentifikasi kondisi
umum pasien
43

3. Memonitor kelainan
tanda vital ibu dan janin
4.Memonitor tanda – tanda
persalinan
5.Memonitor denyut jantung
janin
6.MengiIdentifikasi
pendarahan persalinan
Hasil :
1. Cedera menurun
2. Ketengangan otot
menurun
3. DJJ 110/mnt
3 3 Jum’at 26 10.0 – 11.00 1. Mengidentifikasi status
November WIB obstetrik klien
2021 2.Mengidentifikasi riwayat
obstretik klien
3.Mengdentifikasi adanya
penggunaan obat,diet dan
merokok
4.Mengidentifikasi
pemriksaan kehamilan
sebelumnya
5.melakukan pemeriksaan
denyut jantung janin selama
1 menit
6.Memonitor denyut jantung
ibu
7.Memonitor tanda vital ibu
Hasil

1. DJJ 110/mnt2.
2. TD 110/70, N
80x/menit,RRx/mnt,suhu
37,2 c , Pendarahan + 10 cc,
44

lochea rubra
4 4 Jum’at 26 12.00 – 12.30 1.Memonitor status hidrasi
November WIB frekuensi nadi,kekuatan
2021 nadi,akral,pengisian
kapiler,kelembaban mukosa,
turgor kulit,tekanan darah
2.Memonitor berat badan
harian
3.Memonitor hasil
pemeriksaan laboratorium
4.Memonitor intake – ouput
cairan dan hitung balans
cairan
5.Memberikan cairan
Intravena
Hasil :
1.Pendarahan vagina klien
menurun
2 Tekanan darah klien
membaik
3.Pemarahan anus klien
menurun
4.Berat badan naik 5 kg

5 5 Jum’at 26 13.00– 13.30 1,Mengidentifikasi riwayat


November WIB kesehatan dan riwayat alergi
2021 2.Mengidentifikasi
kontrain dikasi
pemberian imunisasi
klien
3.Mengidentifikasi status
imunisasi setiap kunjungan
ke pelayanan kesehatan.
Terapeutik
45

4.memberikan suntikan pada


bayi di bagaian paha
anterolateral
6.Mendokumentasikan
informasi vaksinasi
7.Menjadwalkan imunisasi
pada interval waktu yang
tepat
Hasil :
1. Nyeri klien menurun
2. Kultur area luka klien
membaik
3.Kultur darah klien
membaik
6 6 Jum’at 26 14.0 – 14.30 1.Mengientifikasi gangguan
November WIB fungsi tubuh yang
2021 mengakibatkan keletihan
2.Memonitor kelelahan fisik
3.Memonitor pola jam tidur
4.Memonitor
ketidaknyamanan selama
melakukan aktivitas
Hasil :
1, Gelisah klien menurun
2.Pola napas klien membaik
3.Keletihan klien menurun
46

F.Evaluasi

No Dx Tanggal Jam Evaluasi


1 1 Jum’at 26 15.00 S : Klien mengatakan sudah tidak
November WIB nyeri
2021 O : klien tampak mulai tenang dan
nyaman
A : Masalah teratasi
P : Hentikan Intervensi

2 2 Jum’at 26 15.00 S : klien mengatakan nyeri sudah


November WIB berukurang
2021 O : pendarahan 5cc
A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan Intervensi
3 3 Jum’at 26 !5.00 S : klien mengatakan nyeri berkurang
November WIB dan sudah tidak terjadi pendarahan
2021 O : Setelah dilakukan pemeriksaan
berat janin kurang dari 2500 gr
A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan Intervensi
4 4 Jum’at 26 !5.00 S :klien mengatakan nyeri sudah
November WIB berkurang
2021 O : pendarahan 5 cc
A : Masalah teratasi sebagian
P : lanjutkan Intervensi
5 5 Jum’at 26 !5.00 S :klien mengatakan sudah tidak nyeri
November WIB O : Tidak ada luka jahitan
2021 A : Masalah teratasi
P : Hentikan Intervensi
6 6 Jum’at 26 15.00 S :klien mengatakan sudah tidak lelah
47

November WIB O : klien tampak mulai tenang dan


2021 nyaman
A : Masalah teratasi
P : Hentikan Intervensi

PARTOGRAF
48
49
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Intranatal merupakan serangkaian kejadian yang berakhir dengan pengeluaran bayi cukup
bulan, disusul dengan pengeluaran plasenta dan selaput janin dari perut ibu, pengeluaran hasil
konsepsi yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan
presentase belakang kepala yang berlangsung tidak lebih dari18 jam tanpa adanya komplikasi
baik bagi ibu maupun janin.

Ketuban pecah dini termasuk dalam kehamilan beresiko tinggi. Kesalahan dalam mengelolah
ketuban pecah dini akan membawa akibat meningkatnya angka morbilditas dan mortalitas ibu
maupun bayi. Kalau segera mengakhiri kehamilan akan menaikkan insedensi bedah cesar dan kalau
menunggu persalinan spontan akan menaikkan insedensi chorioamnionitis atau infeksi pada air
ketuban (Nugroho, 2020). Ketuban pecah dini didefenisikan sebagai pecahnya ketuban sebelum
waktunya melahirkan. Hal ini dapat terjadi pada akhir kehamilan maupun jauh sebelum waktunya
melahirkan. Dalam keadaan normal 8-10% perempuan hamil aterm akan mengalami ketuban pecah
dini (Sarwono, 2019). Oleh karena itu diperlukan upaya peningkatan cara penanganan dan
peningkatan kinerja yang memadai (Hakimi, 2019).

B. Saran

Dengan disusunnya makalah ini, kami sebagai calon perawat berharap untuk kedepannya
menjalan asuhan keperawatan dengan baik sesuai studi kasus asuhan keperawatan dan dapat
bermanfaat bagi pembaca.

50
DAFTAR PUSTAKA

HAKIMI. (2019). Perawatan Intranatal. Jakarta: Salemba Medika.

Nugroho (2020). Kesehatan Ibu Hamil. Sukabumi: CV. Jejak.

PPNI. (2028). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta: DPP PPNI.

PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta: DPP PPNI.

PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Jakarta: DPP PPNI.

Ronalen Br. Situmorang, S. M. (2021). Asuhan Kebidanan Pada Kehamilan. Jawa Timur: CV.
Pustaka El Queena.

Rr. Catur Leny Wulandari, S. M. (2021). Asuhan Kebidanan Kehamilan. Bandung: CV. Media
Sains Indonesia.

Saifudin, A. B. (2014). Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal & Neonatal. Jakarta:
Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Sari, A. (2015). Asuhan Kebidanan pada Kehamilan untuk Mahasiswa Kebidanan. Bogor: In
Media.

Surayasa, K. (2020). Strategi Menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI) Di Indonesia. Yogyakarta:
CV. Budi Utama.

Yuanita Syaiful, S. L. (2019). Asuhan Keperawatan Kehamilan. Surabaya: CV. Jakal Publishing.

51
52

Anda mungkin juga menyukai