Anda di halaman 1dari 6

Batasan Legal dan Profesional Keperawatan

Oleh Lisa Qothrunnada, 1906400633

A. Pendahuluan
Keperawatan adalah sebuah profesi yang bekerja memberikan asuhan perawatan
sesuai dengan ilmu pengetahuan dan kiat keperawatan. Setiap pekerjaan pastilah
mempunyai tanggung jawab, baik dalam hukum, dengan manusia dan diri sendiri.
Berdasarkan UU 38 Tahun 2014 tentang Keperawatan, perawat adalah sebuah profesi
tenaga kesehatan yang professional untuk itu perawat memiliki hak, kewajiban dan
tanggung jawab dalam melaksanakan tugasnya. Apabila seorang perawat dalam
melaksanakan tugasnya melanggar aturan yang berlaku maka dapat dikenai sanksi yang
berlaku. Hal yang dapat dijadikan tolak ukur melanggar atau tidaknya seorang perawat
adalah dapat dilihat dari aspek legal keperawatan.
Setiap perawat dalam melaksanakan tugasnya dituntut untuk memberikan asuhan
keperawatan yang berkualitas kepada pasien, hal ini dinamakan sebuah profesionalitas
dalam keperawatan. Profesionalitas ada dalam diri seorang perawat apabila seorang
perawat tersebut menerapkan segala peraturan dan etik yang berlaku, tak hanya itu
seorang perawat professional adalah seorang yang mampu mengatasi permasalahan klien
dengan kualitas pelayanan yang baik dan memperoleh kepuasan yang maksimal dari
klien. Seorang perawat professional dalam upaya meningkatkan mutu asuhan
keperawatan yang berkualitas harus mengetahui hak dan kewajibanya kepada klien serta
hak dan kewajiban klien kepadanya. Dalam lingkup professional, seorang perawat
melaksanakan tugasnya sesuai dengan standar keterampilan dan kompetensi yang sama
dengan perawat professional lain. (Budiono, 2016)

B. Isi
 Batasan Legal Keperawatan
Batasan legal seorang perawat adalah aturan/ Batasan dalam melakukan asuhan
keperawatan yang sesuai dengan wewenang. Legal keperawatan ini juga merupakan
sebuah landasan bagi seorang perawat dalam melaksanakan asuhan keperawatannya.
Dalam melaksanakan asuhan keperawatan, seorang perawat harus mengetahui apa yang
harus dan tidak boleh ia lakukan. Berdasarkan Kepmenkes No.1239 tahun 2001, seorang
perawat dalam melaksanakan asuhan keperawatan mempunyai tahapan yaitu pengkajian,
penetapandiagnosa, perencanaan, tindakan, dan evaluasi. Dalam melakukan berbagai
tahapan ini seorang perawat mempunyai hak dan kewajiban untuk :
Kewajiban Perawat :
a) Menghormati hak pasien
b) Merujuk kasus yang tidak dapat ditangani
c) Menyimpan rahasia sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku
d) Memberikan informasi
e) Meminta persetujuan tindakan yang akan dilakukan
f) Melakukan catatan perawatan dengan baik
g) Wajib memiliki : SIP, SIK, SIPP
Hak Perawat :
a) Hak perlindungan wanita.
b) Hak mengendalikan praktik keperawatan sesuai yang diatur oleh hukum.
c) Hak mendapat upah yang layak.
d) Hak bekerja di lingkungan yang baik
e) Hak terhadap pengembangan profesional.
f) Hak menyusun standar praktik dan pendidikan keperawatan.

Aspek legal keperawatan secara formal dan fisik adalah dengan adanya SIK (Surat
Izin Kerja) dan SIPP (Surat Izin Praktik Perawat). Aspek legal seorang perawat ini
meliputi :
a) Pemberian kerangka untuk menentukan tindakan keperawatan mana yang sesuai
dengan hukum.
b) Membedakan tanggung jawab perawat dengan profesi lain
c) Membantu menentukan batas-batas kewenangan tindakan keperawatan mandiri
d) Membantu mempertahankan standard praktik keperawatan dengan meletakkan posisi
perawat memiliki akuntabilitas dibawah hukum.
e) Dalam keadaan darurat yang mengancam jiwa seseorang , perawat berwenang
melakukan pelayanan kesehatan di luar kewenangan yang ditujukan untuk
penyelamatan jiwa.
f) Perawat yang menjalankan praktik perorangan harus mencantumkan SIPP di ruang
praktiknya (Kepmenkes,2001: No.1239)
Dalam menjalankan asuhan keperawatan, ada beberapa hal yang tidak boleh
dilakukan oleh seorang perawat yaitu seorang erawat dilarang menjalankan praktik selain
yang tercantum dalam izin dan melakukan perbuatan yang bertentangan dengan standar
profesi. Bagi perawat yang memberikan pertolongan dalam keadaan darurat atau
menjalankan tugas didaerah terpencil yang tidak ada tenaga kesehatan lain, dikecualikan
dari larangan ini. Kepala dinas atau organisasi profesi dapat memberikan peringatan lisan
atau tertulis kepada perawat yang melakukan pelanggaran. Peringatan tertulis diberikan
paling banyak 3 kali, apabila tidak diindahkan SIK dan SIPP dapat dicabut. Serta seorang
perawat sebelum SIK atau SIPP di cabut kepala dinas kesehatan terlebih dahulu
mendengar pertimbangan dari MDTK atau MP2EM.
Selain hal-hal tersebut seorang perawat juga harus menghindari beberapa hal yaitu
melakukan kelalaian, seorang yang menangani pasien tidak boleh melakukan kelalaian
berupa mencederai ataupun melupakan sesuatu terkait kebutuhan pasien sedikitpun
karena kelalaian sedikit dapat berakibat pada nyawa seseorang. Pencurian, mengambil
barang milik orang lain adalah tindakan yang tidak benar. Seorang perawat yang
melakukan pencurian telah melanggar etika dan moral dalam bekerja sehingga akan
mendapatkan sanksi. Fitnah, menuduh orang lain dengan suatu hal yang belum diketahui
secara pasti adalah hal yang tidak boleh dilakukan perawat baik dengan klien, keluarga
klien dan rekan seprofesi dan profesi lain. False imprisonment yiatu menahan tindakan
seseorang tanpa adanya otorisasi. Hal yang termasuk false imprisonment ini adalah
mengancam seorang pasien untuk melakukan perawatan, memaksa melakukan sesuatu,
dan lain-lain. Seorang perawat juga tidak boleh melakukan penyerangan dan pemukulan,
pelanggaran privasi, serta penganiayaan. Setiap pelanggaran yang dilakukan perawat akan
memiliki sanksinya masing-masing.
Bagi perawat professional juga terdapat batas legal yang menjadi indikator dalam
melaksanakan asuhan keperawatan dan pengambilan keputusan yaitu adanya kebjakan
penyelenggaraan komite keperawatan di rumah sakit. Adanya SPO subkomite etik dan.
Adanya penyelenggaraan etik, terlaksananya program sosialisasi dan pembinaan etik,
adanya SPO tentang penyelesaian masalah etika, laporan pelaksanaan etika profesi dan
penyelesaian masalah etika profesi.
Batas legal dalam keperawatan juga dapat di lihat dari issu-issu yang terjadi
seperti (Budiono,2016: 286-290) :
1. Euthanasia, yaitu tindakantanpa disengaja tidak melakukan sesuatu unutk memperpanjang
hidup atau justru memperpendek hidup seseorang.

Pasal 338 KUHP : Barang siapa dengan sengaja menghilangkan jiwa orang lain, dihukum
karena maker mati, dengan penjara selama-lamanya lima belas tahun.

Pasal 340 KUHP : Barang siapa dengan sengaja dan direncanakan lebih dahulu
menghilangkan jiwa orang lain, dihukum, karena pembunuhan direncanakan (mood) dengan
hukuman mati atau penjara selama-lamanya seumur hidup atau penjara sementara selama
lamanya dua puluh tahun.

Pasal 359 KUHP : Barang siapa karena salahnya menyebabkan matinya orang, dihukum
penjara selama-lamanya lima tahun atau kurungan selama-lamanya satu tahun.

2. Aborsi, yaitu pengguguran kandungan

Pelarangan praktik aborsi di Indonesia tercantum dalam pasal 347 – 349.

Pasal 347 disebutkan seorang wanita yang sengaja menggugurkan atau mematikan
kandungannya atau menyuruh orang lain untuk itu, diancam dengan pidana paling lama
empat tahun.

Pasal 348 menyatakan barang siapa melakukan sesuatu dengan sengaja yang menyebabkan
kegugurann atau matinya kandungan dapat dikenai penjara paling lama dua belas tahun.

Pada pasal 349 dinyatakan jenis pidana bagi dokter, bidan, atau juru obat yang melakukan
praktik aborsi.

Dalam UU kesehatan No 36 tahun 2009 bab XX Pasal 194 ayat (1) disebutkan Setiap orang
yang dengan sengaja melakukan aborsi tidak sesuai dengan ketentuan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 75 ayat (2) dipidana dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan
denda paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).

3. Informed consent, yaitu persetujuan pasien terhadap tindakan yang akan dilakukan

Informed consent ini sudah diatur dalam Undang-undang No 29 tahun 2004 tentang praktik
kedokteran.
4. Confidentiality, yaitu privasi pasien yang harus dijaga

 Profesional Keperawatan
Keperawatan menurut UU Keperawatan No.38 tahun 2014 didefinisikan sebagai
kegiatan pemberian asuhan berdasarkan ilmu pengetahuan dan kiat keperawatan kepada
individu, keluarga, kelompok dan masyarakat baik dalam keadaan sakit maupun sehat.
Keperawatan merupakan salah satu profesi yang bergerak dalam pelayanan kesehatan.
Tujuan Keperawatan ini adalah unutk mengajak seorang individu maupun kelompok
untuk menjaga kesehatannya dan meningkatkan kesadaran tentang kesehatan.
Keperawatan mempunyai dua sifat asuhan yaitu interindependen (saling bergantung),
dan independent (mandiri).
Seorang perawat dikatakan menjadi perawat professional apabila seorang tersebut
mampu menginspirasi, menjalin rasa percaya, mempunyai pengetahuan dan keterampilan
dan memadai, selalu memiliki ide, cakap serta mengikut segala aturan dan wewenang
dalam profesinya. Setiap perawat mempunyai professionalitas masing-masing seperti
perawat anak dan ibu, perawat keluarga, perawat komunitas, perawat bedah dan lain-lain.
Namun kompetensi setiap perawat tersebut haruslah sama.
Sebagai pelayanan profesional, keperawatan mempunyai karakteristik sebagai
berikut (Schein E H 1972) :

a. Pekerjaan seumur hidup yang merupakan penghasilan sumber utama.

b. Mempunyai motivasi kuat atau panggilan sebagai landasan bagi pemilihan karier

c. Memiliki kelompok ilmu pengetahuan serta ketrampilan diperolehnya melalui


pendidikan

d. Berorientasi kepada pelayanan menggunakan keahlian demi kebutuhan klien.

e. Pelayanan didasarkan pada kebutuhan objektif klien.

f. Lebih mengetahui apa yang baik untuk klien dari pada klien sendiri,

g. Membentuk perkumpulan profesi yang menetapkan kriteria penerimaan

h. Mempunyai keahlian dan pengetahuan mereka dianggap khusus.


i. Dalam menyediakan pelayanan tidak diperbolehkan mencari klien.

C. Kesimpulan
Pada dasarnya setiap ranah professionalitas perawat mempunyai legal/ aturan
yang sama. Semua perawat yang professional harus menaati batas/legal yang sudah
ditentukan agar asuhan keperawatan dapat berjalan secara maksimal. Legal tersebut
juga memiliki indicator yang dijadikan sebagai landasan bagi seorang perawat untuk
melakukan asuhan keperawatannya. Professionalitas keperawatan di dapat seorang
perawat apabila seorang perawat tersebut mau menaati dan menerapkan
pengetahuannya semana-mata untuk kebutuhan klien secara maksimal. Perawat juga
dibedakan menjadi banyak jenis namun untuk keahlian dan keterampilan, semuanya
harus menguasai pengetahuan dan keterampilan yang sama.

D. Referensi
Budiono. 2016. Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta: Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia.
Kepmenkes No.1239 tahun 2001
UU No.38 Tahun 2014 tentang Keperawatan
Fakultas Ilmu Keperawatan. 2013. Pedoman Penyelenggaraan Pendidikan Ners.
Bandung: Universitas Padjajaran.

Anda mungkin juga menyukai