Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN

ASPEK ILEGAL ETIKA

DISUSUN OLEH
OKTAVIANA SURNIA
NIM : 14420201060

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS XI


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR
2020
LAPORAN PENDAHULUAN ASPEK ETIKA ILEGAL

I. DEFINISI ASPEK LEGAL KEPERAWATAN

Aspek legal keperawatan adalah aspek peraturan perawatan dalam


memberikan asuhan keperawatan sesuai lingkup wewenang dan tanggung
jawabnya pada berbagai tatanan pelayanan, termasuk hak dan kewajibannya yang
di atur dalam undang undang keperawatan.

Keperawatan adalah bentuk pelayanan profesional  yang merupakan bagian


integral dari pelayanan kesehatan, di dasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan di
tujukan pada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat baik sehat maupun
sakit yang mencakup seluruh proses kehidupan manusia.

Perawat sebagai profesi  dan bagian integral dari pelayanan kesehatan tidak


saja membutuhkan kesabaran. Kemampuannya untuk ikut mengatasi masalah
masalah kesehatan tentu harus juga bisa di andalkan.

 Untuk mewujudkan keperawatan sebagai profesi yang utuh, ada beberapa


syarat yang harus di penuhi. Setiap perawat harus mempunyai “body of
knowledge” yang spesifik, memberikan pelayanan kepada masyarakat melalui
praktek keprofesian yang di dasari motivasi altruistik, mempunyai standar
kompetensi  dan kode etik profesi. Para praktisi di persiapkan melalui pendidikan
khusus pada jenjang pendidikan tinggi.INTERNATIONAL COUNCIL of
NURSES (ICN) mengeluarkan kerangka kerja kompetensi bagi perawat yang
mencakup tiga bidang, yaitu bidang professional,  Ethical and legal practice,
bidang care provision and management dan bidang Management Development.
“setiap profesi pada dasarnya memiliki tiga syarat utama yaitu kompetensi yang
di peroleh melalui pelatihan yang ekstensif , komponen intelektual yang
bermakna dalam melakukan tugasnya, dan memberikan pelayan penting kepada
masyarakat”.
 Aspek legal profesi keperawatan meliputi kewenangan berkaitan dengan
izin melaksanakan praktek profesi. Kewenangan memiliki 2 aspek yaitu
kewenangan material dan kewenangan formal. Kewenangan seseorang di peroleh
sejak seseorang memiliki kompetensi dan kemudian teregristasi (registered
nurse) yang di sebut SURAT IJIN PERAWAT (SIP).

II. Aspek legal keperawatan meliputi:

a. Memberikan kerangka untuk menentukan tindakan keperawatan mana


yang sesuai dengan hukum.
b. Membedakan tanggung jawab perawat dengan profesi lain.
c. Membantu menentukan batas-batas kewenangan tindakan keperawatan
mandiri.
d. Membantu mempertahankan standar praktek keperawatan dengan
meletakkan posisi perawat memiliki akuntabilitas di bawah hukum.
e. Dalam keadaan darurat mengancam jiwa seseorang, perawat berwenang
untuk melakukan pelayanan kesehatan di luar kewenangan yang di tujukan
untuk penyelamatan jiwa.
f. Perawat menjalankan praktek perorangan harus mencantumkan SIPP di
ruang prakteknya.
g. Perawat yang memiliki SIPP dapat melakukan asuhan dalam bentuk
kunjungan rumah.
h. Persyaratan praktek perorangan sekurang-kurangnya memenuhi:

1.   Tempat praktek memenuhi syarat,

2.    Memiliki perlengkapan peralatan dan administrasi termasuk formulir


atau buku kunjungan, catatan tindakan, dan formulir rujukan.
III. Larangan perawat dalam melakukan praktek :
a. Praktek di larang menjalankan praktek selain yang tercantum dalam izin dan
melakukan perbuatan yang bertentangan dengan standar profesi.
b. Bagi perawat yang memberikan pertolongan dalam keadaan darurat atau
menjalankan tugas di daerah terpencil yang tidak ada tenaga kesehatan lain, di
kecualikan dari larangan ini.
c. Kepala dinas atau organisasi profesi dapat memberikan peringatan lisan atau
tertulis kepada perawat yang melakukan pelanggaran.
d. Peringatan tertulis paling banyak dilakukan 3 kali, apabila tidak di indahkan
SIK dan SIPP dapat di cabut.
e. Sebelum SIK dan SIPP di cabut kepala dinas kesehatan terlebih dahulu
mendengar pertimbangan dari MDTK dan MP2EM.

Sanksi seorang perawat, yaitu:

 Pelanggaran ringan, pencabutan izin selama-lamanya 3 bulan.


 Pelanggaran sedang, pencabutan izin selama-lamanya 6 bulan.
 Pelanggaran berat, pencabutan izin selama-lamanya 1 tahun.
 Penetapan pelanggaran di dasarkan pada motif pelanggaran serta situasi
setempat.

IV. Hak dan kewajiban seorang perawat.

A. HAK perawat:

1.   Perawat berhak mendapatkan perlindungan hukum dalam melaksanakan


tugas sesuai profesinya.
2.   Perawat berhak untuk mengembangkan diri melalui kemampuan sosialisasi
sesuai dengan latar belakang pendidikannya.
3.   Perawat berhak untuk menolak keinginan pasien atau klien yang
bertentangan dengan peraturan perundang-undangan, serta standart dan
kode etik profesi.
4.   Perawat berhak untuk mendapatkan informasi lengkap dari pasien atau
klien atau keluarganya tentang keluhan kesehatan dan ketidakpuasannya
terhadap pelayanan yang di berikan.
5.   Perawat berhak untuk meningkatkan ilmu pengetahuannya berdasarkan
perkembangan IPTEK dalam bidang keperawatan/kesehatan secara terus
menerus.
6.   Perawat berhak untuk di perlakukan secara adil dan adil oleh institusi
pelayanan maupun pasien / klien.
7.   Perawat berhak mendapatkan jaminan perlindungan terhadap resiko kerja
yang dapat menimbulkan bahaya fisik maupun stress emosional.
8.    Perawat berhak di ikut sertakan dalam penyusunan dan penetapan
kebijaksanaan pelayanan kesehatan.

V. KEWAJIBAN PERAWAT , yaitu:

a. Perawat wajib mematuhi semua peraturan institusi yang bersangkutan.


b. Wajib memberikan pelayanan kesehatan / asuhan keperawatan sesuai
standart profesi.
c.Wajib menghormati hak-hak pasien / klien.
d. Wajib membuat dokumentasi askep secara akurat, berkesinambungan.
e.Wajib berkolaborasi dengan tenaga medis/ tenaga kesehatan terkait lainnya
dalam memberikan pelayanan kesehatan dan keperawatan kepada pasien
atau klien.
f.Menaati semua peraturan perundang-undangan.
VI. Aspek Etik Keperawatan

     prinsip etika keperawatan dalam memberikan layanan keperawatan kepada


individu, kelompok atau keluarga dan masyarakat, yaitu :

1.   Otonomi (Autonomi) prinsip otonomi didasarkan pada keyakinan bahwa


individu mampu berpikir logis dan mampu membuat keputusan sendiri.
Penulis menggunakan prinsip ini untuk memberikan hak kepada klien
dalam meberikan keputusan sendiri untuk ikut serta sebagai sasaran asuhan
penulis.

2.      Beneficience (Berbuat Baik) prinsip ini menuntut penulis untuk


melakukan hal yang baik dengan begitu dapat mencegah kesalahan atau
kejahatan. Penulis menggunakan prinsip ini sebagai perawat untuk
memberikan tindakan dalam asuhan keperawatan kepada klien dengan
baik.

3.      Justice (Keadilan) nilai ini direfleksikan dalam praktek professional


ketika perawat bekerja untuk terapi yang benar sesuai hukum, standar
praktik dan keyakinan yang benar untuk memperoleh kualitas pelayanan
kesehatan. Penulis akan menuliskan hasil didalam dokumentasi asuhan
keperawatan sesuai dengan hukum dan standar praktik keperawatan.

4.      Nonmaleficince (tidak merugikan) prinsip ini berarti tidak menimbulkan


bahaya/cedera fisik dan psikologis pada klien. Penulis akan sangat
memperhatikan kondisi klien agar tidak menimbulkan bahaya atau cidera
fisik pada saat dilakukan tindakan keperawatan.

5.      Veracity (Kejujuran) nilai ini bukan cuman dimiliki oleh perawat namun
harus dimiliki oleh seluruh pemberi layanan kesehatan untuk
menyampaikan kebenaran pada setiap klien untuk meyakinkan agar klien
mengerti. Informasi yang diberikan harus akurat, komprehensif, dan
objektif. Penulis akan menggunakan Kebenaran yang merupakan dasar
membina hubungan saling percaya. Klien memiliki otonomi sehingga
mereka berhak mendapatkan informasi yang ia ingin tahu dari penulis.

6.      Fidelity (Menepati janji) tanggung jawab besar seorang perawat adalah
meningkatkan kesehatan, mencegah penyakit, memulihkan kesehatan, dan
meminimalkan penderitaan. Untuk mencapai itu penulis harus memiliki
komitmen menepati janji dan menghargai komitmennya kepada orang lain.

7.      Confidentiality (Kerahasiaan) penulis akan menjaga


informasi Dokumentasi klien tentang keadaan kesehatan klien hanya bisa
dibaca guna keperluan pengobatan dan peningkatan kesehatan klien.
Diskusi tentang klien diluar area pelayanan harus dihindari.

8.      Accountability (Akuntabilitasi) akuntabilitas adalah standar yang pasti


bahwa tindakan seorang profesional dapat dinilai dalam situasi yang tidak
jelas atau tanda tekecuali. Penulis menggunakan prinsip ini untuk
memberikan jawaban kepada otoritas yang lebih tinggi atas tindakan yang
telah diberikan oleh penulis kepada klien.

VII.  Pengertian legislasi dalam keperawatan.

Legislasi Keperawatan adalah proses pembuatan undang-undang atau


penyempurnaan perangkat hokum yang sudah ada yang mempengaruhi ilmu
dan kiat dalam praktik keperawatan.

Prinsip dasar legislasi untuk praktik keperawatan, yaitu:

a. Harus jelas membedakan tiap katagori tenaga keperawatan.


b.  Badan yang mengurus legislasi bertanggung jawab aatas system
keperawatan.
c.  Pemberian lisensi berdasarkan keberhasilan pendidikan dan ujian sesuai
ketetapan.
d. Memperinci kegiatan yang boleh dan tidak boleh dilakukan perawat.
i. Fungsi legislasi keperawatan, yaitu:
e.Memberi perlindungan  kepada masyarakat terhadap pelayanan keperawatan
yang diberikan.
f. Memelihara  kualitas layanan keperawatan yang diberikan.
g. Memberi kejelasan batas kewenangan setiap katagori tenaga keperawatan.
h. Menjamin adanya perlindungan hukum bagi perawat.
i.  Memotivasi pengembangan profesi.
j. Meningkatkan proffesionalisme tenaga keperawatan.

VIII.  UNDANG UNDANG tentang keperawatan.

Undang-undang praktik keperawatan sudah lama menjadi bahan diskusi


para perawat. PPNI pada kongres Nasional ke duanya di Surabaya tahun 1980
mulai merekomendasikan perlunya bahan-bahan perundang-undangan untuk
perlindungan hukum bagi tenaga keperawatan. Tidak adanya Undang-Undang
perlindungan bagi perawat menyebabkan perawat secara penuh belum dapat
bertanggung jawab terhadap pelayanan yang mereka lakukan.

Hal ini juga menyebabkan semua perawat dianggap sama pengetahuan


dan ketrampilannya, tanpa memperhatikan latar belakang ilmiah yang mereka
miliki. UU dan peraturan lainnya yang ada di Indonesia yang berkaitan dengan
praktek keperawatan :

a) UU No. 9 tahun 1960, tentang pokok-pokok kesehatan.


 Bab II (tugas Pemerintah), pasal 10 antara lain menyebutkan bahwa
pemerintah mengatur kedudukan hukum, wewenang dan kesanggupan
hukum.

b) UU No. 6 tahun 1963 tentang tenaga kesehatan.

UU ini merupakan penjabaran dari UU No. 9 tahun 1960. UU ini


membedakan tenaga kesehatan sarjana dan bukan sarjana. Tenaga sarjana
meliputi dokter, doter gigi dan apoteker. Tenaga perawat termasuk dalam
tenaga bukan sarjana atau tenaga kesehatan dengan pendidikan rendah,
termasuk bidan dan asisten farmasi dimana dalam menjalankan tugas
dibawah pengawasan dokter, dokter gigi dan apoteker. Pada keadaan tertentu
kepada tenaga pendidik rendah dapat diberikaqn kewenangan terbats untuk
menjalankan pekerjaannya tanpa pengawasan langsung.

c) UU kesehatan No. 14 tahun 1964, tentang wajib keja paramedis.

Pada pasal 2,ayat (3) dijelasakan bahwa tenaga kesehatan sarjana muda,
menengah dan rendah wqajib menjalankan wajib kerja pada pemerintah
selama 3 tahun. Dalam pasal 3 dihelaskan bahwa selama bekerja pada
pemerintah, tenaga kesehatan yang dimaksut pada pasal 2 memiliki
kedudukan sebagain pegawai negeri sehingga peraturan-peraturan pegawai
negeri juga diberlakukan terhadapnya. UU ini untuk saat ini sudah tidak
sesuai dengan kemampuan pemerintah dalam mengangkat pegawai negeri.

Yang perlu diperhatikan dalam UU ini, lagi posisi perawat dinyatakan


sebagai tenaga kerja pembantu bagi tenaga kesehatan akademis termasuk
dokter, sehingga dari aspek profesionalisasian, perawat rasanya masih jauh
dari kewenangan tanggung jawab terhadap pelayanannya sendiri.

d) SK Menkes No. 262/per/VII/1979 tahun 1979.


Membedakan para medis menjadi dua golongan yaitu paramedic
keperawatan (termasuk bidan) dan paramedic non keperawata. Dari aspek
hukum, sartu hal yang perlu dicatat disini bahwa tenaga bidan tidak lagi
terpisah tetapi juga termasuk kategori tenaga keperawatan.

e) UU kesehatan No. 23 tahun 1992

Merupakan UU yang banyak member kesempatan bagi perkembangan


termasuk praktik keperawatan professional karena dalam UU ini
dinyatakan tentang standar praktik, hak-hak pasien, kewenangan, maupun
perlindungan hukum bagi profesi kesehatan termasuk keperawatan.

Beberapa pernyataan UU kes. No. 23 Th. 1992 yang dapat dipakai


sebagai acuan pembuatan UU praaktik keperawatan adalah :

1)   Pasal 32 ayat 4

Pelaksanaan pengobatan dan atau perawatan berdasarkan ilmu


kedokteran dan ilmu keperawatan, hanya dapat dilaksanakan oleh
tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dan kewenangan untuk
itu.

2)   Pasal 53 ayat I

Tenaga kesehatan berhak memperoleh perlindungan hukum


dalam melaksanakan tugas sesui dengan profesinya.

3)      Pasal 53 ayat 2

Tenaga kesehatan dalam melakukan tugasnya berkewajiban


untuk mematuhi standar profesi dan menghormati hak pasien.
XI. MASALAH LEGAL DALAM KEPERAWATAN

Hukum dikeluarkan oleh badan pemerintah dan harus dipatuhi oleh warga
negara. Setiap orang yang tidak mematuhi hukun akan terikat secara hukum
untuk menanggung denda atau hukuman penjara. Beberapa situasi yang perlu
dihindari seorang perawat :

a. Kelalaian
       Seorang perawat bersalah karena kelalaian jika mencederai pasien dengan
cara  tidak melakukan pekerjaan sesuai dengan yang diharapkan ataupun tidak
melakukan tugas dengan hati-hati sehingga mengakibatkan pasien jatuh dan  
cedera.

b. Pencurian
       Mengambil sesuatu yang bukan milik anda membuat anda bersalah
karena mencuri. Jika anda tertangkap, anda akan dihukum. Mengambil barang
yang tidak berharga sekalipun dapat dianggap sebagai pencurian.

c. Fitnah
       Jika anda membuat pernyataan palsu tentang seseorang dan merugikan
orang     tersebut, anda bersalah karena melakukan fitnah. Hal ini benar jika
anda menyatakan secara verbal atau tertulis.

d. Falseimprisonment
       Menahan tindakan seseorang tanpa otorisasi yang tepat merupakan
pelanggaran hukum atau false imprisonment. Menggunakan restrein fisik atau
bahkan   mengancam akan melakukannya agar pasien mau bekerja sama bisa
juga      termasuk dalam false imprisonment. Penyokong dan restrein harus
digunakan        sesuai dengan perintah dokter .

e. Penyerangandanpemukulan
       Penyerangan artinya dengan sengaja berusahan untuk menyentuh tubuh
orang    lain atau bahkan mengancam untuk melakukannya. Pemukulan berarti
secara    nyata menyentuh orang lain tanpa ijin.Perawatan yang kita berikan
selalu atas ijin     pasien atau informed consent. Ini berarti pasien harus
mengetahui dan menyetujui apa yang kita rencanakan dan kita lakukan.

f. PelanggaranPrivasi
       Pasien mempunyai hak atas kerahasiaan dirinya dan urusan pribadinya.
Pelanggaran terhadap kerahasiaan adalah pelanggaran privasi dan itu adalah   
tindakan yang melawan hukum.

g. Penganiayaan
       Menganiaya pasien melanggar prinsip-prinsip etik dan membuat anda
terikat secara hukum untuk menanggung tuntutan hukum. Standar etik
meminta perawat untuk tidak melakukan sesuatu yang membahayakan pasien.
Setiap orang dapat dianiaya, tetapi hanya orang tua dan anak-anaklah yang
paling rentan. Biasanya, pemberi layanan atau keluargalah yang bertanggung
jawab terhadap penganiayaan ini. Mungkin sulit dimengerti mengapa
seseorang menganiaya ornag lain yang lemah atau rapuh, tetapi hal ini terjadi.
Beberapa orang merasa puas bisa mengendalikan orang lain. Tetapi hampir
semua penganiayaan berawal dari perasaan frustasi dan kelelahan dan sebagai
seorang perawat perlu menjaga keamanan dan keselamatan pasiennya.
DAFTAR PUSTAKA

https://b11nk.wordpress.com/2010/11/21/aspek-etik-dan-legal-dalam-praktik-
keperawatan/

http://belajarapaaja1.blogspot.com/2017/02/makalah-aspek-legal-dan-etik-praktik.html

http://nsmayalegaletikkeperawatan.blogspot.com/2015/02/makalah-legal-etik-
keperawatan-dan-kasus.html

https://cahmbelink02.wordpress.com/2012/04/16/makalah-legal-etik-keperawatan/

Anda mungkin juga menyukai