LAPORAN PENDAHULUAN
ARTRITIS REUMATOID
OLEH:
OKTAVIANA SURNIA
144 2020 1060
PRECEPTOR INSTUTUSI
A. Latar Belakang
Mobilitas dan aktivitas adalah hal yang vital bagi kesehatan total lansia
sehingga perawat harus banyak memiliki pengetahuan dalam pengkajian dan
intervensi muskuloskeletal (Safina, 2016). Perawat memainkan dua peranan
penting. Pertama, mempraktikkan promosi kesehatan jauh sebelum berusia 65
tahun dapat menunda dan memperkecil efek degeneratif dari penuaan. Penyakit
muskuloskeletal bukan merupakan konsekuensi penuaan yang tidak dapat
dihindari dan karenanya harus dianggap sebagai suatu proses penyakit spesifik,
tidak hanya sebagai akibat dari penuaan (Smith, 2017).
Artritis Reumatoid (AR) adalah suatu penyakit otoimun sistemik yang
menyebabkan peradangan pada sendi. Penyakit ini ditandai oleh peradangan
sinovium yang menetap, suatu sinovitis proliferatifa kronik non spesifik. Dengan
berjalannya waktu, dapat terjadi erosi tulang, destruksi (kehancuran) rawan sendi
dan kerusakan total sendi (Junaidi, 2016).
Artritis Reumatoid merupakan suatu penyakit yang telah lama dikenal dan
tersebar luas di seluruh dunia serta melibatkan semua ras dan kelompok etnik.
Prevalensi Artritis Reumatoid adalah sekitar 1 persen populasi (berkisar antara 0,3
sampai 2,1 persen). Menurut World Health Organisation (WHO) (2016) 335 juta
penduduk di dunia yang mengalami Rematik. Artritis Reumatoid lebih sering
dijumpai pada wanita, dengan perbandingan wanita dan pria sebesar 3: 1.7
Perbandingan ini mencapai 5:1 pada wanita dalam usia subur. Artritis Reumatoid
menyerang 2,1 juta orang Amerika, yang kebanyakan wanita. Serangan pada
umumnya terjadi di usia pertengahan, nampak lebih sering pada orang lanjut usia.
1,5 juta wanita mempunyai artritis reumatoid yang dibandingkan dengan 600.000
pria (Malara, 2017).
Penanganan medis pasien dengan artritis reumatoid pada lansia bergantung
pada tahap penyakit ketika diagnosis dibuat dan termasuk dalam kelompok mana
yang sesuai dengan kondisi tersebut. Untuk menghilangkan nyeri dapet
mempergunakan agens antiinflamasi, obat yang dipilih adalah aspirin (Keswara,
2018).
B. Tujuan
1. Mengetahui dimaksud dengan Artritis Reumatoid
2. Mengetahui penyebab dari Artritis Reumatoid
3. Mengetahui patofisiologi Artritis Reumatoid
4. Mengetahui manifestasi klinis dari Artritis Reumatoid
5. Mengetahui komplikasi dari Artritis Reumatoid
6. Mengetahui pemeriksaan penunjang dari Artritis Reumatoid
7. Mengetahui penatalaksanaan medis dari Artritis Reumatoid
8. Mengetahui asuhan keperawatan Artritis Reumatoid
BAB II
TINJAUAN TEORI
9. Prognosis
Pasien dengan faktor rheumatoid seropositif memiliki morbiditas yang
lebih berat. Remisi spontan umum ditemukan dalam dua tahun
pertama. Remisi total jarang ditemukan pada 50-90% pasien dengan penyakit
progresif dan setelah lima tahun pemberian terapi obat anti-rematik (Putri,
2018).
Lima puluh persen skor maksimum untuk penyempitan sendi dan erosi
radiografik ditemukan dalam lima tahun perjalanan penyakit. Pasien dengan
tingkat edukasi formal tinggi memiliki tingkat morbiditas dan mortalitas yang
lebih baik (Putri, 2018).
Penanda prognosis baik adalah:
Terapi dini dan agresif
Respon baik terhadap terapi
Pencapaian tujuan terapi dengan remisi total dalam 2 tahun
Gangguan terbatas pada tangan dan kaki
Penanda prognosis buruk adalah:
Faktor rheumatoid positif
Antibodi anti-CCP
Nodul rheumatoid
Peningkatan penanda inflamasi seperti LED dan CRP
Peningkatan jumlah sendi yang membengkak
Erosi radiologik dini
Penurunan kemampuan fungsional dini
Tingkat sosioekonomi rendah
Wanita
4. Mengistirahatkan sendi
4. Tingkatkan istirahat di yang sakit dan
tempat tidur sesuai indikasi mempertahankan
posisi netral.
5. Panas meningkatkan
5. Anjurkan mandi air relaksasi otot dan
hangat/pancuran pada waktu mobilitas, menurunkan
bangun. Sediakan waslap rasa sakit dan
hangat untuk mengompres kekakuan di pagi hari.
sendi yang sakit beberapa
kali sehari. Sensitivitas pada panas
dapat hilang dan luka
dermal dapat sembuh.
5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses
keperawatan yang menandakan seberapa jauh diagnosa keperawatan, rencana
tindakan, dan pelaksanaan sudah berhasil di capai. Melalui evaluasi
memungkinkan perawat memonitor “kealpaan“ yang terjadi selama tahap
pengkajian, analisa, perencanaan, dan pelaksanaan tindakan (Hidayat, 2016).
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Artritis reumatoid merupakan penyakit inflamasi sistemik kronis yang
tidak diketahui penyebabnya, diakrekteristikkan oleh kerusakan dan
proliferasi membran sinovial yang menyebabkan kerusakan pada tulang sendi,
ankilosis, dan deformitas.
Penyebab utama penyakit artritis reumatoid masih belum diketahui
secara pasti. Ada beberapa teori yang dikemukakan sebagai penyebab artritis
reumatoid, yaitu: Infeksi Streptokkus hemolitikus dan Streptococcus non-
hemolitikus, endokrin, autoimmun, metabolik, dan faktor genetik serta pemicu
lingkungan.
Jika pasien artritis reumatoid pada lansia tidak diistirahatkan, maka
penyakit ini akan berkembang menjadi empat tahap yaitu terdapat radang
sendi dengan pembengkakan membran sinovial dan kelebihan produksi cairan
sinovial, secara radiologis, kerusakan tulang pipih atau tulang rawan dapat
dilihat, jaringan ikat fibrosa yang keras menggantikan pannus, sehingga
mengurangi ruang gerak sendi, ankilosis fibrosa mengakibatkan penurunan
gerakan sendi, perubahan kesejajaran tubuh, dan deformitas. Secara radiologis
terlihat adanya kerusakan kartilago dan tulang.
Masalah keperawatan yang mungkin muncul adalah nyeri, gangguan
mobilitas fisik, gangguan bodi image, kurang perawatan diri, risiko cedera,
dan defisit pengetahuan.
DAFTAR PUSTAKA