1.3 Tujuan
a. Tujuan Khusus
Setelah membaca makalah ini, mahasiswa diharapkan mampu
memahami aspek legal dan kredensial keperawatan.
b. Tujuan Umum
Setelah membaca makalah ini mahasiswa diharapkan mampu
memahami tentang:
• Pengertian aspek legal keperawatan
Indonesia
•
PEMBAHASAN
Larangan
SURAT KEPUTUSAN
RUMAH SAKIT
MEMUTUSKAN
MENIMBANG : 1. Bahwa kredensial dan rekredensial perawat merupakan proses
untuk menentukan dan mempertahankan kompetensi keperawatan.
2. Bahwa proses kredensial merupakan salah satu cara profesi keperawatan
mempertahankan standar praktik dan akuntabilitas persiapan pendidikan
anggotanya.
3. Bahwa untuk menentukan dan mempertahankan kompetensi tenaga
keperawatan di Rumah Sakit , maka perlu dilakukan kredensial dengan mengacu
pada panduan kredensial yang sudah ditetapkan.
4. Bahwa untuk maksud tersebut diatas maka perlu ditetapkan Panduan
Kredensial dan rekredensial perawat di Rumah Sakit dengan Surat Keputusan
Direktur
MEMUTUSKAN
MENETAPKAN :
KESATU : Memberlakukan Panduan nomor : 39/PND/ RS/IX/2013, tentang
Kredensial dan rekredensial perawat di Rumah Sakit sebagaimana terlampir dalam
Keputusan ini.
KEDUA : Keputusan ini berlaku sejak tanggal diterbitkan dan akan dilakukan
evaluasi minimal 1 (satu) tahun sekali.
KETIGA : Apabila hasil evaluasi mensyaratkan adanya perubahan dan perbaikan,
maka akan dilakukan perubahan dan perbaikan sebagaimana
mestinya.
Ditetapkan di :
Tanggal :
RUMAH SAKIT
Direktur Utama
TEMBUSAN Yth :
1. Komite Keperawatan
2. Manajer Keperawatan
3. Manajer SDI
4. Bagian Personalia
5. Arsip
PANDUAN
KREDENSIAL DAN REKREDENSIAL KEPERAWATAN
RUMAH SAKIT
A. PENDAHULUAN
Rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan
pelayanan kesehatan perorangan, secara paripurna yang menyediakan pelayanan
rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat. Rumah sakit di Indonesia terus
berkembang baik jumlah ( saat ini 1516 ), jenis maupun kelas rumah sakit sesuai
dengan kondisi atau masalah kesehatan masyarakat, letak geografis,
perkembangan
IPTEK, peraturan serta kebijakan yang ada. Pelayanan kesehatan di rumah sakit
terdiri
dari berbagai jenis pelayanan seperti: pelayanan medik, pelayanan keperawatan
dan
penunjang medik yang diberikan kepada pasien dalam bentuk upaya promotif,
preventif, kuratif dan rehabilitatif.
Keperawatan sebagai profesi mempunyai ciri antara lain memiliki tubuh ilmu
(body of knowledge), pelayanan diberikan oleh perawat professional dan memiliki
kode etika profesi. Dalam UU RI No.36 2009 tentang Kesehatan, Pasal 63
dinyatakan
bahwa penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan dilakukan dengan
pengendalian, pengobatan dan/atau perawatan serta dilakukan berdasarkan ilmu
kedokteran dan ilmu keperawatan atau cara lain yang dapat
dipertanggungjawabkan
kemanfaatan dan keamanannya. Pelaksanaan pengobatan dan atau perawatan
berdasarkan ilmu kedokteran atau ilmu keperawatan hanya dapat dilakukan oleh
tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dan kewenangan untuk itu.
Pernyataan
ini memperkuat bahwa keperawatan sebagai profesi dan harus diwujudkan dalam
memberikan pelayanan keperawatan di fasilitas kesehatan diantaranya rumah sakit.
Sumber Daya Manusia Keperawatan di Rumah Sakit merupakan tenaga kesehatan
terbesar, memiliki jam kerja 24 jam melalui
penugasan shift serta merupakan tenaga kesehatan yang paling dekat dengan
pasien
melalui hubungan professional pasien – perawat (nurse – client relationship).
Perawat
memiliki tanggung jawab dan tanggung gugat sesuai kewenangan dalam
memberikan
asuhan keperawatan kepada pasien dan keluarganya. Untuk itu diperlukan perawat
yang kompeten, mampu berpikir kritis, selalu berkembang serta memilki etika
profesi
B. TUJUAN
Melindungi keselamatan pasien dengan menjamin bahwa tenaga keperawatan
yang memberikan asuhan keperawatan memiliki kompetensi dan kewenangan
klinik
yang jelas, pengakuan dan penghargaan terhadap praktik klinik keperawatan yang
berada di semua level, pengembangan profesional diri melalui jenjang karier, dan
penguatan dalam proses rekrutmen tenaga keperawatan.
C. DASAR HUKUM
1. Undang - Undang No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan
2. Undang - Undang No. 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit
3. PerMenKes No:HK 02.02/MENKES/148/1/2010 tentang Registrasi dan Praktek
Perawat
4. PermenKes No 1796/MENKES/PER/VIII/2011 tentang Registrasi Tenaga
Kesehatan
5. Standar Profesi Keperawatan
6. KMK No. 369/Menkes/SK/III/2007 tentang Standar profesi bidan
7. KMK No. 378/Menkes/SK/2007 tentang standar profesi perawat gigi
D. PENGERTIAN
Kredensial adalah proses review/ telaah validasi terhadap dokumen
pendidikan, pelatihan, pengalaman pekerjaan, sertifikasi, lisensi dan dokumen
profesional lainnya yang dimiliki oleh tenaga keperawatan. Proses kredensial
memberi keputusan dan menjamin apakah tenaga keperawatan yang bersangkutan
layak diberi kewenangan klinis (clinical privilege) untuk melakukan asuhan
keperawatan di rumah sakit.
Rekredensial adalah proses Re Evaluasi terhadap tenaga keperawatan yang
telah memiliki kewenagan klinis (Clinical prevelege ) untuk menentukan apakah
yang
bersangkutan masih layak diberi kan kewenangan klinis untuk suatu periode
tertentu
yaitu 4 tahun.
E. KEBIJAKAN
Direktur menetapkan bahwa setiap SDM keperawatan meliputi Perawat, Bidan
dan Autoref yang bekerja Rumah Sakit :
1. Mengikuti Kredensial Keperawatan yang dilaksanakan oleh Komite
Keperawatan
dalam hal ini sub komite kredensial, terdiri dari ketua, sekertaris dan anggota serta
dibantu oleh Mitra Bestari
2. Mengikuti Re-Kredensial yang dilaksanakan setiap 4 tahun dengan bertepatan
dengan kenaikan golongan oleh para perawat di Rumah sakit .
3. Memiliki Ijasah pendidikan keperawatan / kebidanan yang dikeluarkan oleh
lembaga pendidikan tinggi keperawatan / kebidanan yang terakreditasi oleh
lembaga yang berwenang.
4. Memiliki Surat Tanda Registrasi (STR) perawat / bidan yang dikeluarkan oleh
Majelis Tenaga Kesehatan Indonesia (MTKI).
5. Memiliki Surat Ijin Kerja (SIK) perawat/bidan yang dikeluar oleh pemerintah
daerah yang berwenang bagi SDM Keperawatan yang akan Re-kredensial.
6. Memiliki pelatihan keperawatan atau mandatory training
7. Jenjang Perawat Klinis (PK) adalah SDM Keperawatan yang bekerja dan
melakukan praktik keperawatan di RS dan di dibuktikan dengan Surat Keputusan/
Surat Tugas dari Direktur RS.
8. Jenjang Perawat Manajer (PM) adalah penugasan yang terkait pelayanan
keperawatan dibuktikan dengan Surat Keputusan/ Surat Tugas dari Direktur RS.
9. Jenjang Perawat Pendidik (PP) adalah penugasan yang terkait pendidikan
keperawatan dibuktikan dengan Surat Keputusan/ Surat Tugas dari Direktur RS.
10. Jenjang Perawat Riset (PR) adalah penugasan yang terkait penelitian
keperawatan
dibuktikan dengan Surat Keputusan/ Surat Tugas dari Direktur RS.
F. PENGORGANISASIAN
Kredensial dan Rekredensial Keperawatan dilaksanakan oleh Komite
Keperawatan dalam hal ini sub komite kredensial, terdiri dari ketua, sekertaris dan
anggota serta dibantu oleh Mitra Bestari keperawatan . Adapun tugas sub komite
kredensial adalah :
1. Menyusun dan membuat daftar kewenangan klinis sesuai jenjang karir,
berdasarkan masukan dari kelompok staf keperawatan.
2. Melakukan assesmen dan pemeriksaan :
a. Kelengkapan berkas kredensial
b. Kompetensi
c. Status kesehatan
d. Perilaku
e. Etika profesi
3. Melaporkan hasil assesmen dan pemeriksaan serta memberikan rekomendasi
kewenangan klinik kepada komite keperawatan.
4. Melakukan proses kredensial masa berlaku surat penugasan klinik dan adanya
permintaan khusus dari komite keperawatan.
G. KEGIATAN
Adapun kegiatan dari proses kredensial adalah :
1. Mempersiapkan kewenangan klinis mencakup kompetensi sesuai area praktik
yang
ditetapkan oleh rumah sakit,
2. Menyusun kewenangan klinis dengan kriteria sesuai dengan persyaratan
kredensial
dimaksud,
3. Melakukan assesmen kewenangan klinik dengan berbagai metode yang
disepakati,
4. Membuat keputusan untuk pemberian kewenangan klinik dengan memberikan
rekomendasi kepada komite keperawatan,
5. Melakukan pembinaan dan pemulihan kewenangan klinik secara berkala,
6. Melakukan kredensial ulang secara berkala sesuai waktu yang di tetapkan.
K. PENUTUP
Pelayanan asuhan keperawatan paripurna dapat terlaksana jika asuhan
keperawatan dilakukan secara terencana dan terarah sehingga dapat menjamin
bahwa sistem pemberian pelayanan – asuhan keperawatan yang diterima oleh
pasien,
diberikan oleh perawat dari berbagai jenjang kemampuan atau kompetensi dengan
benar (scientific) dan baik (ethical) serta dituntun oleh etika profesi keperawatan.
Dengan adanya Pedoman Kredensial dan Re kredensial Keperawatan,
diharapakan dapat digunakan sebagai acuan komite keperawatan dalam
melaksanakan kredensial keperawatan, sehingga pelayanan keperawatan dapat
terarah sesuai dengan visi dan misi Rumah Sakit
No.23,1992),didalamnya mengakui bahwa keperawatan merupakan
profesi.Sebelumnya hanya tertuang dalam PP No.32,1996.Tahun 2004
RUU.
Pasal 8
1) Perawat dapat melaksanakan praktek keperawatan pada sarana
pelayanan kesehatan, praktek perorangan/atau berkelompok.
2) Perawat yang melaksanakan praktek keperawatan pada sarana
pelayanan kesehatan harus memiliki SIK.
3) Perawat yang melakukan praktek perorangan/berkelompok harus
memiliki SIPP.
Pasal 9
1) SIK sebagaimana dimaksud dalam pasal 8 ayat (2) diperoleh dengan
mengajukan permohonan kepada Kepala Dinas Kesehatan
Kabupaten/ Kota setempat.
2) Permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diajukan dengan
melampirkan :
a) Foto kopi SIP yang masih berlaku
b) Surat keterangan sehat dari dokter
c) Pas foto ukuran 4x6 cm sebanyak 2 (dua) lembar
d) Surat keterangan dari pimpinan sarana pelayanan kesehatan
yang menyatakan tanggal mulai bekerja.
e) Rekomendasi dari Organisasi Profesi.
3) Bentuk permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tercantum
pada formulir IV terlampir.
Pasal 10
SIK hanya berlaku pada 1 (satu) sarana pelayanan kesehatan.
Pasal 11
Permohonan SIK sebagaimana dimaksud dalam pasal 9, selambat-
lambatnya diajukan dalam waktu 1 (satu) bulan setelah diterima bekerja.
Pasal 12
1) SIPP sebagaimana dimaksud dalam pasal 8 ayat (3) diperoleh dengan
mengajukan permohonan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/
Kota setempat.
2) SIPP hanya diberikan kepada perawat yang memiliki pendidikan ahli
madya keperawatan atau memiliki pendidikan keperawatan dengan
kompetensi lebih tinggi.
3) Permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diajukan dengan
melampirkan:
a) Foto kopi ijazah ahli madya keperawatan, atau ijazah pendidikan
dengan kompetensi lebih tinggi yang diakui pemerintah;
b) Surat keterangan pengalaman kerja minimal 3 (tiga) tahun dari
pimpinan sarana tempat kerja, khusus bagi ahli madya
keperawatan;
c) Foto kopi SIP yang masih berlaku;
d) Surat keterangan sehat dari dokter;
e) Pas foto ukuran 3x4 cm sebanyak 2 (dua) lembar;
f) Rekomendasi dari Organisasi Profesi.
4) Bentuk permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) seperti
tercantum pada formulir V terlampir;
5) Perawat yang telah memiliki SIPP dapat melakukan praktik
berkelompok.
6) Tata cara perizinan praktik berkelompok sebagaimana dimaksud pada
ayat (5) sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Pasal 13
1) Rekomendasi untuk mendapatkan SIK dan atau SIPP dilakukan melalui
penilaian kemampuan keilmuan dan keteramplan dalam bidang
keperawatan, kepatuhan terhadap kode etik profesi serta kesanggupan
melakukan praktik keperawatan.
2) Setiap perawat yang melaksanakan praktik keperawatan berkewajiban
meningkatkan kemampuan keilmuan dan/ atau keterampilan bidang
keperawatan melalui pendidikan dan/ atau pelatihan.
Pasal 14
1) SIK dan SIPP berlaku sepanjang SIP belum habis masa berlakunya dan
selanjutnya dapat diperbaharui kembali.
2) Pembaharuan SIK sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diajukan
kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota setempat dengan
melampirkan: a) Foto kopi SIP yang masih berlaku
b) Foto kopi SIK yang lama
c) Surat keterangan sehat dari dokter
d) Pas foto ukuran 4x6 cm sebanyak 2 (dua) lembar
e) Surat keterangan dari pimpinan sarana pelayanan kesehatan
f) Rekomendasi dari Organisasi Profesi.
3) Pembaharuan SIPP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diajukan
kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota setempat dengan
melampirkan: a) Foto kopi SIP yang masih berlaku;
b) Foto kopi SIPP yang lama;
c) Surat keterangan sehat dari dokter;
d) Pas foto ukuran 4x6 cm sebanyak 2 (dua) lembar;
e) Rekomendasi dari Organisasi Profesi.\
2. Registrasi
Dalam masa transisi professional keperawatan di Indonesia, sistem
pemberian izin praktik dan registrasi sudah saatnya segera diwujudkan
untuk semua perawat baik bagi lulusan Sekolah Perawat Kesehatan
(SPK), akademi, sarjana keperawatan maupun program master
keperawatan dengan lingkup praktik sesuai dengan kompetensi masing-
masing. Bagi perawat yang telah menyelesaikan pendidikan diberbagai
institusi harus segera meregistrasikan diri, agar melanjutkan praktik
keperawatan. Pada pasal 27 Undang-undang No 23 Tahun 1992,
dicantumkan ’’ Setiap perawat yang akan melakukan praktik keperawatan
di Indonesia harus memiliki Surat Tanda Registrasi Perawat (STRP). ”
Registrasi perawat dilakukan dalam 2 (dua) kategori :
Pasal 2
1) Pimpinan penyelenggaraan pendidikan perawat wajib menyampaikan
laporan secara tertulis kepada Kepala Dinas Kesehatan Propinsi
mengenai peserta didik yang baru lulus, selambat-lambatnya 1 (satu)
bulan setelah dinyatakan lulus pendidikan keperawatan.
2) Bentuk dan isi laporan dimaksud pada ayat (1) sebagaimana tercantum
dalam formulir I terlampir.
Pasal 3
1) Perawat yang baru lulus mengajukan permohonan dan mengirimkan
kelengkapan registrasi kepada Kepala Dinas Kesehatan Propinsi
dimana sekolah berada guna memperoleh SIP selambat-lambatnya 1
(satu) bulan setelah menerima ijazah pendidikan keperawatan.
2) Kelengkapan registrasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi :
a) Foto kopi ijazah pendidikan perawat
b) Surat keterangan sehat dari dokter
c) Pas foto ukuran 4x6 cm sebanyak 2 (dua) lembar
3) Bentuk permohonan SIP sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
tercantum dalam formulir II terlampir.
Pasal 4
1) Kepala Dinas Kesehatan Propinsi atas nama Menteri Kesehatan,
melakukan registrasi berdasarkan permohonan sebagaimana
dimaksud dalam pasal 3 untuk menerbitkan SIP.
2) SIP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diterbitkan oleh Kepala
Dinas Kesehatan Propinsi atas nama Menteri Kesehatan, dalam waktu
selambatlambatnya 1 (satu) bulan sejak permohonan diterima dan
berlaku secara nasional.
3) Bentuk dan isi SIP sebagaimana tercantum dalam formulir III terlampir.
Pasal 5
1) Kepala Dinas Kesehatan Propinsi harus membuat pembukuan
registrasi mengenai SIP yang telah diterbitkan.
2) Kepala Dinas Kesehatan Propinsi menyampaikan laporan secara
berkala kepada Menteri Kesehatan melalui Sekretariat Jenderal c.q.
Kepala Biro Kepegawaian Departemen Kesehatan mengenai SIP yang
telah diterbitkan untuk kemudian secara berkala akan diterbitkan dalam
buku registrasi Nasional.
Pasal 6
1) Perawat lulusan luar negeri wajib melakukan adaptasi untuk
melengkapi persyaratan mendapatkan SIP.
2) Adaptasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan pada sarana
pendidikan milik pemerintah.
3) Untuk melakukan adaptasi perawat mengajukan permohonan kepada
Kepala Dinas Kesehatan Propinsi.
4) Permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dengan
melampirkan :
a. Foto kopi ijazah yang telah dilegalisir oleh direktur jenderal
pendidikan tinggi.
b. Transkrip nilai ujian yang bersangkutan.
5) Kepala Dinas Kesehatan Propinsi berdasarkan permohonan
sebagaimana dimaksud pada ayat (3) menerbitkan rekomendasi untuk
melaksanakan adaptasi.
6) Perawat yang telah melaksanakan adaptasi berlaku ketentuan
sebagaimana dimaksud dalam pasal 2, pasal 3 dan pasal 4.
Pasal 7
1) SIP berlaku selama 5 (lima) tahun dan dapat diperbaharui serta
merupakan dasar untuk memperoleh SIK dan/ atau SIPP.
2) Pembaharuan SIP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan
pada Dinas Kesehatan Propinsi dimana perawat melaksanakan
asuhan keperawatan dengan melampirkan:
a) SIP yang telah habis masa berlakunya
b) Surat keterangan sehat dari dokter
c) Pas foto ukuran 4x6 cm sebanyak 2 (dua) lembar.
3. Sertifikasi
Di Indonesia proses pengesahan ini dilakukan oleh Badan Nasional
Profesi (BNSP) / Lembaga Sertifikasi Profesi (LSP) untuk menetapkan
bahwa seseorang memenuhi persyaratan kompetensi yang ditetapkan,
mencakup permohonan, evaluasi, keputusan sertifikasi, survailen dan
sertifikasi ulang dan penggunaan sertifikat. Kumpulan tersebut dan sumber
daya untuk melakukan proses sertifikasi sesuai dengan skema
sertifikasinya, untuk menerbitkan sertifikat kompetensi termasuk
pemeliharaannya.
Pengesahan dilakukan apabila seorang perawat telah memenuhi
persyaratan kompetensi yang ditetapkan oleh pemerintah.
4. Akreditasi
Pendidikan keperawatan pada waktu tertentu dilakukan
penilaian/pengukuran untuk pendidikan D III keperawatan dan sekolah
perawat kesehatan dikoordinator oleh Pusat Diknakes sedangkan untuk
jenjang S1 oleh Dikti. Pengukuran rumah sakit dilakukan dengan suatu
sistem akrteditasi rumah sakit yang sampai saat ini terus dikembangkan.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
http://ifalsfalser.blogspot.com/2012/02/aspek-legal-keperawatan.html?m=1
diakses pada 27 September 2019
https://www.academia.edu/10822616/Kredensial diakses pada 27
September 2019