Anda di halaman 1dari 28

ASPEK LEGAL DAN SISTEM KREDENSIAL PERAWAT INDONESIA

1.1 Latar Belakang


Mengikuti perkembangankeperawatan dunia, perawat yang
menginginkan perubahan mendasar dalam kegiatan profesinya. Dulu
membantu pelaksanaan tugas dokter, menjadi bagian dari upaya
mencapai tujuan asuhan medis, kini merekamenginginkan pelayanan
keperawatan mandiri sebagai upaya mencapai tujuan asuhan
keperawatan. Tuntutan perubahan paradigma ini tentu mengubah
sebagian besar bentuk hubungan perawat dengan manajemen
organisasi tempat kerja. Jika praktik keperawatan dilihatsebagai praktik
profesi, maka harus ada otoritas atau kewenangan, ada kejelasan
batasan, siapamelakukan apa. Karena diberi kewenangan maka
perawat bisa digugat, perawat harus bertanggung jawab terhadap tiap
keputusan dan tindakan yang dilakukan.Tuntutan perubahan
paradigma tersebut tidak mencerminkan kondisi dilapangan
yangsebenarnya, hal ini dibuktikan banyak perawat di berbagai daerah
mengeluhkan mengenaisemaraknya razia terhadap praktik perawat
sejak pemberlakuan UU Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik
Kedokteran. Pelayanan keperawatan diberbagai rumah sakit
belummencerminkan praktik pelayanan profesional. Metoda pemberian
asuhan keperawatan yang dilaksanakan belum sepenuhnya
berorientasi pada upaya pemenuhan kebutuhan klien, melainkanlebih
berorientasi pada pelaksanaan tugas rutin seorang perawat.
Nursing di Indonesia yang tergolong masih muda dibandingkan
dengan di negara Baratmemang tertinggal jauh. Bahkan di antara
negara-negara Asia sekalipun. Meskipun demikian, geliat perubahan
yang dimulai sejak tujuh tahun terakhir di tanah air merupakan upaya
positif yang sudah pasti memerlukan dukungan semua pihak. Tetapi
yang lebih penting adalahdukungan pemikiranpemikiran kritis terutama
dari nurses itu sendiri. Pola pikir kritis ini merupakan tindakan yang
mendasari evidence-based practice dunia nursingyang memerlukan
proses pembuktian sebagaimana proses riset ilmiah. Pola pikir tersebut
bukan berarti mengharuskan setiap individu menjadi
peneliti/researcher. Sebaliknya, sebagai landasan dalam praktek
nursing seharihari. Dengan demikian kemampuan merefleksikan
kenyataan praktis lapangan dengan dasar ilmunursing ataupun disiplin
ilmu lainnya, baik dalam nursing proses kepada pasien ataupun
dalammelaksanakan program pendidikan nursing, sudah seharusnya
menyatu dalam intelektualitasnurses.
Kredensial merujuk pada proses verifikasi pendidikan, lisensi, dan
sertifikasi praktek sebagai advanced practice registered nurse (APRN).
Menurut County of Los Angeles Public Health (2010 : 1) kredensial
dalam suatu organisasi kesehatan sangat penting untuk memastikan
kompetensi dan akuntabilitas. Proses kredensial sendiri efektif
melindungi klien dan organisasi, membangun staf profesional yang
bermutu, juga untuk melindungi kepentingan umum.
Sistem kredensial dengan pembatasan kewenangan klinis berbasis
profesionalisme dilakukan untuk memastikan agar setiap pelayanan
bagi pasien dilakukan oleh tenaga profesional keperawatan yang
kompeten. Evaluasi kredential harus menyeluruh, dapat diandalkan,
dan bermutu tinggi untuk menjamin perawat tersebut aman dan
berkompeten dalam praktek. Mutu pelayanan keperawatan sebagai
indikator kualitas pelayanan kesehatan menjadi salah satu faktor
penentu citra institusi pelayanan kesehatan di mata masyarakat.
Hal ini terjadi karena keperawatan merupakan kelompok profesi
dengan jumlah terbanyak, paling depan dan terdekat dengan
penderitaan, kesakitan, serta kesengsaraan yang dialami pasien dan
keluarganya. Salah satu indikator dari mutu pelayanan keperawatan itu
adalah apakah pelayanan keperawatan yang diberikan itu memuaskan
pasien atau tidak. Kinerja perawat sebagai ujung tombak pelayanan
kesehatan merupakan masalah yang sangat penting untuk dikaji dalam
rangka mempertahankan dan meningkatkan mutu pelayanan
kesehatan. Untuk menjamin mutu pelayanan serta melindungi
masyarakat, perlu dikembangkan sistem kredensial guna memastikan
bahwa setiap perawat, program atau lembaga pelayanan
keperawatan/kesehatan bermutu dan memenuhi standaryang
ditetapkan. Peraturan Menteri Kesehatan RI No.
HK.02.02/MENKES/148/1/2010 Tentang: Izin dan Penyelanggaraan
Praktik Perawat, pasal 12 ayat 2 yang menyatakan: Perawat dalam
menjalankan Praktik senantiasa meningkatkan mutu pelayanan
profesinya dengan mengikuti perkembangan ilmu pangetahuan dan
teknologi melalui pendidikan dan pelatihan sesuai dengan tugasnya,
yang diselenggarakan oleh Pemerintah atau orgarnisasi profesi.
1.2 Rumusan Masalah
a. Apa pengertian dari aspek legal keperawatan ?
b. Bagaimana fungsi hukum dalam praktik perawat ?
c. Apa saja pasal krusial dalam kepmenkes 1239/2001 tentang
praktik keperawatan?
d. Apa saja sanksi pada aspek legal keperawatan ?
e. Apa saja hak dan kewajiban perawat pada aspek legal
keperawatan?

1.3 Tujuan

a. Tujuan Khusus
Setelah membaca makalah ini, mahasiswa diharapkan mampu
memahami aspek legal dan kredensial keperawatan.
b. Tujuan Umum
Setelah membaca makalah ini mahasiswa diharapkan mampu
memahami tentang:
• Pengertian aspek legal keperawatan
Indonesia


PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Aspek Legal Keperawatan

Aspek Legal Keperawatan adalah aspek aturan keperawatan dalam


memberikan asuhan keperawatan sesuai lingkup wewenang dan tanggung
jawabnya pada berbagai tatanan pelayanan, termasuk hak dan
kewajibannya. Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan profesional
yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan, didasarkan
pada ilmu dan kiat keperawatan ditujukan kepada individu, keluarga,
kelompok, dan masyarakat baik sehat maupun sakit yang mencakup
seluruh proses kehidupan manusia.

Aspek legal keperawatan meliputi kewenangan berkaitan dengan


izin melaksanakan praktik profesi. Kewenangan memiliki dua aspek, yakni
kewenangan material dan kewenangan formal. Kewenangan material
diperoleh sejak seseorang memiliki kompetensi dan kemudian teregistrasi
(registered nurse) yang disebut Surat Ijin Perawat atau SIP.

Aspek legal Keperawatan pada kewenangan formalnya adalah izin


yang memberikan kewenangan kepada penerimanya untuk melakukan
praktik profesi perawat yaitu Surat Ijin Kerja (SIK) bila bekerja di dalam
suatu institusi dan Surat Ijin Praktik Perawat (SIPP) bila bekerja secara
perorangan atau berkelompok.

Kewenangan itu, hanya diberikan kepada mereka yang memiliki


kemampuan. Namun, memiliki kemampuan tidak berarti memiliki
kewenangan. Seperti juga kemampuan yang didapat secara berjenjang,
kewenangan yang diberikan juga berjenjang. Kompetensi dalam
keperawatan berarti kemampuan khusus perawat dalam bidang tertentu
yang memiliki tingkat minimal yang harus dilampaui.
Dalam profesi kesehatan hanya kewenangan yang bersifat umum
saja yang diatur oleh Departemen Kesehatan sebagai penguasa segala
keprofesian di bidang kesehatan dan kedokteran. Sementara itu,
kewenangan yang bersifat khusus dalam arti tindakan kedokteran atau
kesehatan tertentu diserahkan kepada profesi masingmasing. Aspek legal
keperawatan tidak terlepas dari Undang-Undang dan Peraturan tentang
praktek keperawatan.
2.2 Fungsi Hukum dalam Praktik Perawat (Aspek Legal Keperawatan)

 Memberikan kerangka untuk menentukan tindakan keperawatan


mana yang sesuai dengan hukum
 Membedakan tanggung jawab perawat dengan profesi lain
 Membantu menentukan batas-batas kewenangan tindakan
keperawatan mandiri
 Membantu mempertahankan standard praktik keperawatan dengan
meletakkan posisi perawat memiliki akuntabilitas dibawah hukum.

2.3 Pasal krusial dalam Kepmenkes 1239/2001 Tentang Praktik


Keperawatan

 Melakukan asuhan keperawatan meliputi Pengkajian, penetapan


diagnosa keperawatan, perencanaan, melaksanakan tindakan dan
evaluasi.
 Pelayanan tindakan medik hanya dapat dilakukan atas permintaan
tertulis dokter
 Dalam melaksanakan kewenangan perawat berkewajiban :
1. Menghormati hak pasien
2. Merujuk kasus yang tidak dapat ditangani
3. Menyimpan rahasia sesuai dengan peraturan perundang-
undangan yang berlaku
4. Memberikan informasi
5. Meminta persetujuan tindakan yang dilakukan
6. Melakukan catatan perawatan dengan baik

Aspek Legal Keperawatan pada kewenangan formalnya adalah izin


yang memberikan kewenangan kepada penerimanya untuk melakukan
praktik profesi perawat yaitu Surat Ijin Kerja (SIK) bila bekerja di dalam
suatu institusi dan Surat Ijin Praktik Perawat (SIPP) bila bekerja secara
perorangan atau berkelompok.
Aspek legal keperawatan meliputi :

 Memberikan kerangka untuk menentukan tindakan keperawatan


mana yang sesuai dengan hukum
 Membedakan tanggung jawab perawat dengan profesi lain
 Membantu menentukan batas-batas kewenangan tindakan
keperawatan mandiri
 Membantu mempertahankan standard praktik keperawatan dengan
meletakkan posisi perawat memiliki akuntabilitas dibawah hukum.
 Dalam keadaan darurat yang mengancam jiwa seseorang , perawat
berwenang melakukan pelayanan kesehatan di luar kewenangan
yang ditujukan untuk penyelamatan jiwa.
 Perawat yang menjalankan praktik perorangan harus
mencantumkan SIPP di ruang praktiknya
 Perawat yang memiliki SIPP dapat melakukan asuhan dalam
bentuk kunjungan rumah
 Persyaratan praktik perorangan sekurang-kurangnya memenuhi :
1. Tempat praktik memenuhi syarat
2. Memiliki perlengkapan peralatan dan administrasi termasuk
formulir
/buku kunjungan, catatan tindakan dan formulir rujukan

Larangan

1. Perawat dilarang menjalankan praktik selain yang tercantum dalam


izin dan melakukan perbuatan yang bertentangan dengan standar
profesi
2. Bagi perawat yang memberikan pertolongan dalam keadaan darurat
atau menjalankan tugas didaerah terpencil yang tidak ada tenaga
kesehatan lain, dikecualikan dari larangan ini
3. Kepala dinas atau organisasi profesi dapat memberikan peringatan
lisan atau tertulis kepada perawat yang melakukan pelanggaran
4. Peringatan tertulis diberikan paling banyak 3 kali, apabila tidak
diindahkan SIK dan SIPP dapat dicabut.
5. Sebelum SIK atau SIPP di cabut kepala dinas kesehatan terlebih
dahulu mendengar pertimbangan dari MDTK atau MP2EM

2.4 Sanksi pada Aspek Legal Keperawatan

 Pelanggaran ringan , pencabutan izin selama-lamanya 3 bulan


 Pelanggaran sedang , pencabutan izin selama-lamanya 6 bulan
 Pelanggaran berat, pencabutan izin selama-lamanya 1 tahun
 Penetapan pelanggaran didasarkan pada motif pelanggaran serta
situasi setempat.

2.5 Hak dan Kewajiban Perawat pada Aspek Legal Keperawatan

Aspek Legal Keperawatan juga meliputu Kewajiban dan hak


Perawat :

 Kewajiban: pada Aspek Legal Keperawatan


 Wajib memiliki : SIP, SIK, SIPP
 Menghormati hak pasien
 Merujuk kasus yang tidak dapat ditangani
 Menyimpan rahasia pasien sesuai dengan peraturan
perundangundangan
 Wajib memberikan informasi kepada pasien sesuai dengan
kewenangan
 Meminta persetujuan setiap tindakan yg akan dilakukan perawat
sesuai dgn kondisi pasien baik secara tertulis maupun lisan
 Mencatat semua tindakan keperawatan secara akurat sesuai
peraturan dan SOP yang berlaku
 Memakai standar profesi dan kode etik perawat Indonesia dalam
melaksanakan praktik
 Meningkatkan pengetahuan berdasarkan IPTEK
 Melakukan pertolongan darurat yang mengancam jiwa sesuai
dengan kewenangan
 Melaksanakan program pemerintah dalam meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat
 Mentaati semua peraturan perundang-undangan
 Menjaga hubungan kerja yang baik antara sesama perawat
maupun dgn anggota tim kesehatan lainnya.

2.6 Hak-Hak Perawat pada Aspek Legal Keperawatan

 Hak perlindungan wanita.


 Hak mengendalikan praktik keperawatan sesuai yang diatur oleh
hukum.
 Hak mendapat upah yang layak.
 Hak bekerja di lingkungan yang baik
 Hak terhadap pengembangan profesional.
 Hak menyusun standar praktik dan pendidikan keperawatan.

2.7 Undang-Undang Legislasi Praktik Keperawatan


Aspek legal atau hukum, legal=sah, aspek legal dalam
keperawatan mempunyai hak & tindakan keperawatan yang sesuai
dengan standar yang berlaku perlu ada ketetapan hukum yang mengatur
hak & kewajiban seseorang yang
berhubungan erat dengan tindakannya perawat sebagai tenaga kesehatan
diatur dalam:
1.UU No. 23 Tentang Kesehatan
2. PP Nomor 32 Tentang Tenaga Kesehatan
3. Perda Kab. Kudus No. 11 Tahun 2004 Tentang Retribusi
Pelayanan
Tenaga Kesehatan
4. SKB MENKES-KABKN NO.733-SKB-VI-2002 NO.10 th 2002
Tentang Jabatan
5. UU No. 43 Th. 1999 Tentang POKOK2 KEPEGAWAIAN
6. PERPRES No. 54 Th. 2007 Tentang Tunjangan Fungsional
Tenaga
Kesehata
7. PERPRES No. 26 Tahun 2007 Tentang Tunjangan Jabatan
Struktural

8. Kewenangan Praktek Keperawatan diatur dalam


a) UU kesehatan RI No.23 tahun 1992, Bab V
Pasal 34 ayat 2 dan 3
b) UU kesehatan RI No.23 tahun 1992, Bab V
Pasal 32 ayat 2 dan 3
c) UU kesehatan RI No.25 tahun 1992, Bab V
Pasal 32 ayat 2 dan 3
d) UU kesehatan RI No.26 tahun 1992, Bab V
Pasal 32 ayat 2 dan 3
e) UU kesehatan RI No.23 tahun 1992, Bab V
Pasal 33 ayat 2 dan 3
Keperawatan sebagai profesi harus memiliki kompetensi
dan memenuhi standar praktik ,serta memperhatikan kode etik dan
moral profesi.
UU keperawatan diperlukan untuk
keberfungsian Konsil Keperawatan sebagai regulator
untuk melindungi masyarakat.Perjuangan mewujudkan undang-
undang legislasi praktik keperawatan :
Tahun 1989 PPNI mulai memperjuangkan terbentuknya UU
Keperawatan.Tahun 1992 disahkan UU Kesehatan (UU Kesehatan
PANDUAN KREDENSIAL DAN REKREDENSIAL KEPERAWATAN
KPS, Pedoman

SURAT KEPUTUSAN

DIREKTUR RUMAH SAKIT 


NOMOR : 887/KPTS/RS/IX/2013

PANDUAN KREDENSIAL DAN REKREDENSIAL KEPERAWATAN

RUMAH SAKIT 

MEMUTUSKAN
MENIMBANG : 1. Bahwa kredensial dan rekredensial perawat merupakan proses
untuk menentukan dan mempertahankan kompetensi keperawatan.
2. Bahwa proses kredensial merupakan salah satu cara profesi keperawatan
mempertahankan standar praktik dan akuntabilitas persiapan pendidikan
anggotanya.
3. Bahwa untuk menentukan dan mempertahankan kompetensi tenaga
keperawatan di Rumah Sakit , maka perlu dilakukan kredensial dengan mengacu
pada panduan kredensial yang sudah ditetapkan.
4. Bahwa untuk maksud tersebut diatas maka perlu ditetapkan Panduan
Kredensial dan rekredensial perawat di Rumah Sakit dengan Surat Keputusan
Direktur

MENGINGAT: 1. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit

MEMUTUSKAN
MENETAPKAN :
KESATU : Memberlakukan Panduan nomor : 39/PND/ RS/IX/2013, tentang
Kredensial dan rekredensial perawat di Rumah Sakit sebagaimana terlampir dalam
Keputusan ini.
KEDUA : Keputusan ini berlaku sejak tanggal diterbitkan dan akan dilakukan
evaluasi minimal 1 (satu) tahun sekali.
KETIGA : Apabila hasil evaluasi mensyaratkan adanya perubahan dan perbaikan,
maka akan dilakukan perubahan dan perbaikan sebagaimana
mestinya.

Ditetapkan di :
Tanggal :
RUMAH SAKIT

Direktur Utama

TEMBUSAN Yth :
1. Komite Keperawatan
2. Manajer Keperawatan
3. Manajer SDI
4. Bagian Personalia
5. Arsip

LAMPIRAN SURAT KEPUTUSAN DIREKTUR


NOMOR : 887/KPTS/SDI/RS/IX/2013
TENTANG : PANDUAN KREDENSIAL DAN REKREDENSIAL PERAWAT
RUMAH SAKIT

PANDUAN
KREDENSIAL DAN REKREDENSIAL KEPERAWATAN
RUMAH SAKIT

A. PENDAHULUAN
Rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan
pelayanan kesehatan perorangan, secara paripurna yang menyediakan pelayanan
rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat. Rumah sakit di Indonesia terus
berkembang baik jumlah ( saat ini 1516 ), jenis maupun kelas rumah sakit sesuai
dengan kondisi atau masalah kesehatan masyarakat, letak geografis,
perkembangan
IPTEK, peraturan serta kebijakan yang ada. Pelayanan kesehatan di rumah sakit
terdiri
dari berbagai jenis pelayanan seperti: pelayanan medik, pelayanan keperawatan
dan
penunjang medik yang diberikan kepada pasien dalam bentuk upaya promotif,
preventif, kuratif dan rehabilitatif.

Keperawatan sebagai profesi mempunyai ciri antara lain memiliki tubuh ilmu
(body of knowledge), pelayanan diberikan oleh perawat professional dan memiliki
kode etika profesi. Dalam UU RI No.36 2009 tentang Kesehatan, Pasal 63
dinyatakan
bahwa penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan dilakukan dengan
pengendalian, pengobatan dan/atau perawatan serta dilakukan berdasarkan ilmu
kedokteran dan ilmu keperawatan atau cara lain yang dapat
dipertanggungjawabkan
kemanfaatan dan keamanannya. Pelaksanaan pengobatan dan atau perawatan
berdasarkan ilmu kedokteran atau ilmu keperawatan hanya dapat dilakukan oleh
tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dan kewenangan untuk itu.
Pernyataan
ini memperkuat bahwa keperawatan sebagai profesi dan harus diwujudkan dalam
memberikan pelayanan keperawatan di fasilitas kesehatan diantaranya rumah sakit.
Sumber Daya Manusia Keperawatan di Rumah Sakit merupakan tenaga kesehatan
terbesar, memiliki jam kerja 24 jam melalui
penugasan shift serta merupakan tenaga kesehatan yang paling dekat dengan
pasien
melalui hubungan professional pasien – perawat (nurse – client relationship).
Perawat
memiliki tanggung jawab dan tanggung gugat sesuai kewenangan dalam
memberikan
asuhan keperawatan kepada pasien dan keluarganya. Untuk itu diperlukan perawat
yang kompeten, mampu berpikir kritis, selalu berkembang serta memilki etika
profesi

sehingga pelayanan keperawatan dapat diberikan dengan baik, berkualitas dan


aman
bagi pasien dan keluarganya.
Kredensial merupakan proses untuk menentukan dan mempertahankan
kompetensi keperawatan. Proses kredensial merupakan salah satu cara profesi
keperawatan mempertahankan standar praktik dan akuntabilitas persiapan
pendidikan
anggotanya. Kredensial meliputi pemberian izin praktik (lisensi), registrasi
(pendaftaran), pemberian sertifikat (sertifikasi) dan akreditasi (Kozier Erb, 1990).
Karena proses kredensial praktik keperawatan di Indonesia belum ditata secara
sempurna, maka dalam penjelasan berikut akan diuraikan proses kredensial yang
dilaksanakan baik di Amerika maupun Kanada.

B. TUJUAN
Melindungi keselamatan pasien dengan menjamin bahwa tenaga keperawatan
yang memberikan asuhan keperawatan memiliki kompetensi dan kewenangan
klinik
yang jelas, pengakuan dan penghargaan terhadap praktik klinik keperawatan yang
berada di semua level, pengembangan profesional diri melalui jenjang karier, dan
penguatan dalam proses rekrutmen tenaga keperawatan.

C. DASAR HUKUM
1. Undang - Undang No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan
2. Undang - Undang No. 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit
3. PerMenKes No:HK 02.02/MENKES/148/1/2010 tentang Registrasi dan Praktek
Perawat
4. PermenKes No 1796/MENKES/PER/VIII/2011 tentang Registrasi Tenaga
Kesehatan
5. Standar Profesi Keperawatan
6. KMK No. 369/Menkes/SK/III/2007 tentang Standar profesi bidan
7. KMK No. 378/Menkes/SK/2007 tentang standar profesi perawat gigi

D. PENGERTIAN
Kredensial adalah proses review/ telaah validasi terhadap dokumen
pendidikan, pelatihan, pengalaman pekerjaan, sertifikasi, lisensi dan dokumen
profesional lainnya yang dimiliki oleh tenaga keperawatan. Proses kredensial
memberi keputusan dan menjamin apakah tenaga keperawatan yang bersangkutan
layak diberi kewenangan klinis (clinical privilege) untuk melakukan asuhan
keperawatan di rumah sakit.
Rekredensial adalah proses Re Evaluasi terhadap tenaga keperawatan yang
telah memiliki kewenagan klinis (Clinical prevelege ) untuk menentukan apakah
yang
bersangkutan masih layak diberi kan kewenangan klinis untuk suatu periode
tertentu
yaitu 4 tahun.

E. KEBIJAKAN
Direktur menetapkan bahwa setiap SDM keperawatan meliputi Perawat, Bidan
dan Autoref yang bekerja Rumah Sakit :
1. Mengikuti Kredensial Keperawatan yang dilaksanakan oleh Komite
Keperawatan
dalam hal ini sub komite kredensial, terdiri dari ketua, sekertaris dan anggota serta
dibantu oleh Mitra Bestari
2. Mengikuti Re-Kredensial yang dilaksanakan setiap 4 tahun dengan bertepatan
dengan kenaikan golongan oleh para perawat di Rumah sakit .
3. Memiliki Ijasah pendidikan keperawatan / kebidanan yang dikeluarkan oleh
lembaga pendidikan tinggi keperawatan / kebidanan yang terakreditasi oleh
lembaga yang berwenang.
4. Memiliki Surat Tanda Registrasi (STR) perawat / bidan yang dikeluarkan oleh
Majelis Tenaga Kesehatan Indonesia (MTKI).
5. Memiliki Surat Ijin Kerja (SIK) perawat/bidan yang dikeluar oleh pemerintah
daerah yang berwenang bagi SDM Keperawatan yang akan Re-kredensial.
6. Memiliki pelatihan keperawatan atau mandatory training
7. Jenjang Perawat Klinis (PK) adalah SDM Keperawatan yang bekerja dan
melakukan praktik keperawatan di RS dan di dibuktikan dengan Surat Keputusan/
Surat Tugas dari Direktur RS.
8. Jenjang Perawat Manajer (PM) adalah penugasan yang terkait pelayanan
keperawatan dibuktikan dengan Surat Keputusan/ Surat Tugas dari Direktur RS.
9. Jenjang Perawat Pendidik (PP) adalah penugasan yang terkait pendidikan
keperawatan dibuktikan dengan Surat Keputusan/ Surat Tugas dari Direktur RS.
10. Jenjang Perawat Riset (PR) adalah penugasan yang terkait penelitian
keperawatan
dibuktikan dengan Surat Keputusan/ Surat Tugas dari Direktur RS.

F. PENGORGANISASIAN
Kredensial dan Rekredensial Keperawatan dilaksanakan oleh Komite
Keperawatan dalam hal ini sub komite kredensial, terdiri dari ketua, sekertaris dan
anggota serta dibantu oleh Mitra Bestari keperawatan . Adapun tugas sub komite
kredensial adalah :
1. Menyusun dan membuat daftar kewenangan klinis sesuai jenjang karir,
berdasarkan masukan dari kelompok staf keperawatan.
2. Melakukan assesmen dan pemeriksaan :
a. Kelengkapan berkas kredensial
b. Kompetensi
c. Status kesehatan
d. Perilaku
e. Etika profesi
3. Melaporkan hasil assesmen dan pemeriksaan serta memberikan rekomendasi
kewenangan klinik kepada komite keperawatan.
4. Melakukan proses kredensial masa berlaku surat penugasan klinik dan adanya
permintaan khusus dari komite keperawatan.

G. KEGIATAN
Adapun kegiatan dari proses kredensial adalah :
1. Mempersiapkan kewenangan klinis mencakup kompetensi sesuai area praktik
yang
ditetapkan oleh rumah sakit,
2. Menyusun kewenangan klinis dengan kriteria sesuai dengan persyaratan
kredensial
dimaksud,
3. Melakukan assesmen kewenangan klinik dengan berbagai metode yang
disepakati,
4. Membuat keputusan untuk pemberian kewenangan klinik dengan memberikan
rekomendasi kepada komite keperawatan,
5. Melakukan pembinaan dan pemulihan kewenangan klinik secara berkala,
6. Melakukan kredensial ulang secara berkala sesuai waktu yang di tetapkan.

I. PENCATATAN DAN PELAPORAN


a. Pencatatan
1. Data perawat yang dilakukan kredensial dan dan rekredensial
2. Hasil assesmen setiap tenaga perawat yang akan dikredensial
b. Pelaporan
1. Proses kredensial setiap tenaga perawat
2. Hasil kredensial setiap tenagan perawat

J. MONITORING DAN EVALUASI


Monitoring dan evaluasi kredensial Keperawatan adalah sebagai berikut :
1. Monitoring
Monitoring kredensial keperawatan dilakukan oleh kepala ruang atau mitra
bestari sesuai area praktek, untuk menjamin bahwa tenaga keperawatan yang
melakukan praktek di Rumah Sakit  tetap kompeten.
2. Evaluasi
Untuk tenaga keperawatan tetap, Re-kredensial dilaksanakan setiap 4(empat )
tahun dan tenaga keperawatan tidak tetap (PKWT), Re-kredensial dilaksanakan
setiap 1 (satu) tahun yang dilakukan oleh Sub Komite Kredensial bersama Mitra
bestari.

K. PENUTUP
Pelayanan asuhan keperawatan paripurna dapat terlaksana jika asuhan
keperawatan dilakukan secara terencana dan terarah sehingga dapat menjamin
bahwa sistem pemberian pelayanan – asuhan keperawatan yang diterima oleh
pasien,
diberikan oleh perawat dari berbagai jenjang kemampuan atau kompetensi dengan
benar (scientific) dan baik (ethical) serta dituntun oleh etika profesi keperawatan.
Dengan adanya Pedoman Kredensial dan Re kredensial Keperawatan,
diharapakan dapat digunakan sebagai acuan komite keperawatan dalam
melaksanakan kredensial keperawatan, sehingga pelayanan keperawatan dapat
terarah sesuai dengan visi dan misi Rumah Sakit 
No.23,1992),didalamnya mengakui bahwa keperawatan merupakan
profesi.Sebelumnya hanya tertuang dalam PP No.32,1996.Tahun 2004
RUU.

2.8 Definisi Kredensial Keperawatan


Credentialing berasal dari bahasa Inggris yang yang artinyamandatdalam
bahasa Indonesia (kamus bahasa Indonesia). Credentialing biasa juga
disebut kredensial (dalam bahasa Indonesia). Kredensial adalah proses
pembentukan kualifikasi profesional yang berlisensi, yang diberikan
kepada anggota atau organisasi, dengan menilai latar belakang dan
legitimasi .
Kredensial adalah pengesahan kualifikasi, kompetensi, atau otoritas
yang diberikan kepada individu atau organisasi oleh pihak ketiga yang
relevan diakui secara de jure atau de facto yang mempunyai otoritas atau
dianggap kompetensi untuk melakukannya. Sedangkan menurut Priharjo
(1995), kredensial merupakan proses untuk menentukan dan
mempertahankan kompetensi keperawatan. Proses kredensial merupakan
salah satu cara profesi keperawatan mempertahankan standar praktik dan
akuntabilitas persiapan pendidikan anggotanya.
Berdasarkan penjelasan diatas kelompok menarik kesimpulan
bahwa kredensial adalah proses pengakuan profesi yang diberikan kepada
induvidu atau organisasi dengan mempunyai otoritas atau dianggap
kompeten dalam melakukan suatu tindakan atau kebijakan. Kredensial
keperawatan adalah

2.9 Tujuan Kredensial


Menurut Himpunan Peraturan Perundang-undangan Bidang Tenaga
Kesehatan (2005) tujuan dari kredensial adalah sebagai berikut :
1. Mempertahankan dan meningkatkan mutu pelayanan keperawatan
2. Melidungi masyarakat atas tindakan keperawatan yang dilakukan
3. Menetapkan standar pelayanan keperawatan
4. Menilai boleh tidaknya praktik
5. Menilai kesalahan dan kelalaian
6. Melindungi masyarakat dan perawat
7. Menentukan dan mempertahankan kompetensi keperawatan
8. Membatasi pemberian kewenangan melaksanakan praktik
keperawatan hanya bagi yang kompeten

9. Meyakinkan masyarakat bahwa yang melakukan praktek mempunyai


kompetensi yang diperlukan

2.10 Proses Kredensial Keperawatan di Indonesia


Meskipun keperawatan di Indonesia masih dalam tahap
perkembangan, namun Indonesia masih tetap melaksanakan proses
kredensial. Dalam hal ini kami akan memberikan penjelasan mengenai
gambaran proses kredensial di Indonesia.
1. Izin Praktik
Kita ketahui bahwa di Indonesia terdapat berbagai jenjang pendidikan
keperawatan dengan standar atau mutu antar institusi pendidikan yang
tidak sama. Secara sederhana dapat dinyatakan bahwa seseorang yang
telah lulus dari pendidikan keperawatan belum tentu cukup menguasai
kompetensinya sebagai perawat. Situasi inilah yang membuat para
pemimpin keperawatan cukup prihatin. Pihak pasien tidak tahu apakah
pendidikan perawat atau justru diperburuk oleh kualitas keperawatan yang
diberikan oleh para perawat yang dipersiapkan dengan tidak mantap.
Adapun tahapan-tahapan dibuatnya Surat Izin Praktek menurut SK
Menkes No. 647 tahun 2000 :
a. Surat Izin Perawat (SIP)
Adalah bukti tertulis pemberian kewenangan untuk menjalankan
pekerjaan di seluruh wilayah Indonesia. SIP ini di berikan kepada
perawat yang baru lulus, perawat yang sudah bekerja dan perawat
yang sedang menjalani pendidikan formal. Berlaku selama 5 tahun
dan diperpanjang 6 bulan sebelum masa berlakunya habis. Surat Izin
Perawat ini dikeluarkan oleh dinas kesehatan provinsi.
b. Surat Izin Kerja (SIK)
Merupakan bukti tertulis yang diberikan pada perawat untuk
melakukan praktik keperawatan. Surat Izin Kerja ini diberikan kepada
semua perawat yang akan melaksanakan praktik keperawatan
selambat-lambatnya 1 bulan setelah sang perawat diterima kerja atau
bagi yang sudah bekerja paling lambat 2 tahun.
c. Surat Izin Praktek Perawat (SIPP)
Yaitu bukti tertulis yang diberikan kepada perawat untuk
menjalankan praktik keperawatan perorangan atau kelompok.
Diberikan kepada perawat yang memiliki pendidikan minimal D-III
keperawatan dan memiliki pengalaman bekerja 3 tahun. SIPP
diperbaharui 6 bulan sebelum masa berlakunya habis. SIK dan SIPP
berlaku sepanjang masa berkaku SIP.
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor : 1239 /
menkes / sk / XI/ 2001 tentang Registrasi dan Praktek Perawat di BAB III
mengenai perizinan :

Pasal 8
1) Perawat dapat melaksanakan praktek keperawatan pada sarana
pelayanan kesehatan, praktek perorangan/atau berkelompok.
2) Perawat yang melaksanakan praktek keperawatan pada sarana
pelayanan kesehatan harus memiliki SIK.
3) Perawat yang melakukan praktek perorangan/berkelompok harus
memiliki SIPP.

Pasal 9
1) SIK sebagaimana dimaksud dalam pasal 8 ayat (2) diperoleh dengan
mengajukan permohonan kepada Kepala Dinas Kesehatan
Kabupaten/ Kota setempat.
2) Permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diajukan dengan
melampirkan :
a) Foto kopi SIP yang masih berlaku
b) Surat keterangan sehat dari dokter
c) Pas foto ukuran 4x6 cm sebanyak 2 (dua) lembar
d) Surat keterangan dari pimpinan sarana pelayanan kesehatan
yang menyatakan tanggal mulai bekerja.
e) Rekomendasi dari Organisasi Profesi.
3) Bentuk permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tercantum
pada formulir IV terlampir.
Pasal 10
SIK hanya berlaku pada 1 (satu) sarana pelayanan kesehatan.

Pasal 11
Permohonan SIK sebagaimana dimaksud dalam pasal 9, selambat-
lambatnya diajukan dalam waktu 1 (satu) bulan setelah diterima bekerja.

Pasal 12
1) SIPP sebagaimana dimaksud dalam pasal 8 ayat (3) diperoleh dengan
mengajukan permohonan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/
Kota setempat.
2) SIPP hanya diberikan kepada perawat yang memiliki pendidikan ahli
madya keperawatan atau memiliki pendidikan keperawatan dengan
kompetensi lebih tinggi.
3) Permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diajukan dengan
melampirkan:
a) Foto kopi ijazah ahli madya keperawatan, atau ijazah pendidikan
dengan kompetensi lebih tinggi yang diakui pemerintah;
b) Surat keterangan pengalaman kerja minimal 3 (tiga) tahun dari
pimpinan sarana tempat kerja, khusus bagi ahli madya
keperawatan;
c) Foto kopi SIP yang masih berlaku;
d) Surat keterangan sehat dari dokter;
e) Pas foto ukuran 3x4 cm sebanyak 2 (dua) lembar;
f) Rekomendasi dari Organisasi Profesi.
4) Bentuk permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) seperti
tercantum pada formulir V terlampir;
5) Perawat yang telah memiliki SIPP dapat melakukan praktik
berkelompok.
6) Tata cara perizinan praktik berkelompok sebagaimana dimaksud pada
ayat (5) sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Pasal 13
1) Rekomendasi untuk mendapatkan SIK dan atau SIPP dilakukan melalui
penilaian kemampuan keilmuan dan keteramplan dalam bidang
keperawatan, kepatuhan terhadap kode etik profesi serta kesanggupan
melakukan praktik keperawatan.
2) Setiap perawat yang melaksanakan praktik keperawatan berkewajiban
meningkatkan kemampuan keilmuan dan/ atau keterampilan bidang
keperawatan melalui pendidikan dan/ atau pelatihan.

Pasal 14
1) SIK dan SIPP berlaku sepanjang SIP belum habis masa berlakunya dan
selanjutnya dapat diperbaharui kembali.
2) Pembaharuan SIK sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diajukan
kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota setempat dengan
melampirkan: a) Foto kopi SIP yang masih berlaku
b) Foto kopi SIK yang lama
c) Surat keterangan sehat dari dokter
d) Pas foto ukuran 4x6 cm sebanyak 2 (dua) lembar
e) Surat keterangan dari pimpinan sarana pelayanan kesehatan
f) Rekomendasi dari Organisasi Profesi.
3) Pembaharuan SIPP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diajukan
kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota setempat dengan
melampirkan: a) Foto kopi SIP yang masih berlaku;
b) Foto kopi SIPP yang lama;
c) Surat keterangan sehat dari dokter;
d) Pas foto ukuran 4x6 cm sebanyak 2 (dua) lembar;
e) Rekomendasi dari Organisasi Profesi.\

2. Registrasi
Dalam masa transisi professional keperawatan di Indonesia, sistem
pemberian izin praktik dan registrasi sudah saatnya segera diwujudkan
untuk semua perawat baik bagi lulusan Sekolah Perawat Kesehatan
(SPK), akademi, sarjana keperawatan maupun program master
keperawatan dengan lingkup praktik sesuai dengan kompetensi masing-
masing. Bagi perawat yang telah menyelesaikan pendidikan diberbagai
institusi harus segera meregistrasikan diri, agar melanjutkan praktik
keperawatan. Pada pasal 27 Undang-undang No 23 Tahun 1992,
dicantumkan ’’ Setiap perawat yang akan melakukan praktik keperawatan
di Indonesia harus memiliki Surat Tanda Registrasi Perawat (STRP). ”
Registrasi perawat dilakukan dalam 2 (dua) kategori :

a) Registrasi administrasi; adalah kegiatan mendaftarkan diri


yang dilakukan setiap tahun, berlaku untuk perawat
professional dan vokasional.
b) Registrasi kompetensi; adalah registrasi yang dilakukan setiap
5 tahun untuk memperoleh pengakuan, mendapatkan
kewenangan dalam melakukan praktik keperawatan, berlaku
bagi perawat profesional.

Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1239 / menkes / sk /


XI / 2001 Tentang Registrasi dan Praktik Keperawatan
di
BAB II mengenai Pelaporan dan Registrasi:

Pasal 2
1) Pimpinan penyelenggaraan pendidikan perawat wajib menyampaikan
laporan secara tertulis kepada Kepala Dinas Kesehatan Propinsi
mengenai peserta didik yang baru lulus, selambat-lambatnya 1 (satu)
bulan setelah dinyatakan lulus pendidikan keperawatan.
2) Bentuk dan isi laporan dimaksud pada ayat (1) sebagaimana tercantum
dalam formulir I terlampir.

Pasal 3
1) Perawat yang baru lulus mengajukan permohonan dan mengirimkan
kelengkapan registrasi kepada Kepala Dinas Kesehatan Propinsi
dimana sekolah berada guna memperoleh SIP selambat-lambatnya 1
(satu) bulan setelah menerima ijazah pendidikan keperawatan.
2) Kelengkapan registrasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi :
a) Foto kopi ijazah pendidikan perawat
b) Surat keterangan sehat dari dokter
c) Pas foto ukuran 4x6 cm sebanyak 2 (dua) lembar
3) Bentuk permohonan SIP sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
tercantum dalam formulir II terlampir.

Pasal 4
1) Kepala Dinas Kesehatan Propinsi atas nama Menteri Kesehatan,
melakukan registrasi berdasarkan permohonan sebagaimana
dimaksud dalam pasal 3 untuk menerbitkan SIP.
2) SIP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diterbitkan oleh Kepala
Dinas Kesehatan Propinsi atas nama Menteri Kesehatan, dalam waktu
selambatlambatnya 1 (satu) bulan sejak permohonan diterima dan
berlaku secara nasional.
3) Bentuk dan isi SIP sebagaimana tercantum dalam formulir III terlampir.

Pasal 5
1) Kepala Dinas Kesehatan Propinsi harus membuat pembukuan
registrasi mengenai SIP yang telah diterbitkan.
2) Kepala Dinas Kesehatan Propinsi menyampaikan laporan secara
berkala kepada Menteri Kesehatan melalui Sekretariat Jenderal c.q.
Kepala Biro Kepegawaian Departemen Kesehatan mengenai SIP yang
telah diterbitkan untuk kemudian secara berkala akan diterbitkan dalam
buku registrasi Nasional.

Pasal 6
1) Perawat lulusan luar negeri wajib melakukan adaptasi untuk
melengkapi persyaratan mendapatkan SIP.
2) Adaptasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan pada sarana
pendidikan milik pemerintah.
3) Untuk melakukan adaptasi perawat mengajukan permohonan kepada
Kepala Dinas Kesehatan Propinsi.
4) Permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dengan
melampirkan :
a. Foto kopi ijazah yang telah dilegalisir oleh direktur jenderal
pendidikan tinggi.
b. Transkrip nilai ujian yang bersangkutan.
5) Kepala Dinas Kesehatan Propinsi berdasarkan permohonan
sebagaimana dimaksud pada ayat (3) menerbitkan rekomendasi untuk
melaksanakan adaptasi.
6) Perawat yang telah melaksanakan adaptasi berlaku ketentuan
sebagaimana dimaksud dalam pasal 2, pasal 3 dan pasal 4.

Pasal 7
1) SIP berlaku selama 5 (lima) tahun dan dapat diperbaharui serta
merupakan dasar untuk memperoleh SIK dan/ atau SIPP.
2) Pembaharuan SIP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan
pada Dinas Kesehatan Propinsi dimana perawat melaksanakan
asuhan keperawatan dengan melampirkan:
a) SIP yang telah habis masa berlakunya
b) Surat keterangan sehat dari dokter
c) Pas foto ukuran 4x6 cm sebanyak 2 (dua) lembar.

3. Sertifikasi
Di Indonesia proses pengesahan ini dilakukan oleh Badan Nasional
Profesi (BNSP) / Lembaga Sertifikasi Profesi (LSP) untuk menetapkan
bahwa seseorang memenuhi persyaratan kompetensi yang ditetapkan,
mencakup permohonan, evaluasi, keputusan sertifikasi, survailen dan
sertifikasi ulang dan penggunaan sertifikat. Kumpulan tersebut dan sumber
daya untuk melakukan proses sertifikasi sesuai dengan skema
sertifikasinya, untuk menerbitkan sertifikat kompetensi termasuk
pemeliharaannya.
Pengesahan dilakukan apabila seorang perawat telah memenuhi
persyaratan kompetensi yang ditetapkan oleh pemerintah.
4. Akreditasi
Pendidikan keperawatan pada waktu tertentu dilakukan
penilaian/pengukuran untuk pendidikan D III keperawatan dan sekolah
perawat kesehatan dikoordinator oleh Pusat Diknakes sedangkan untuk
jenjang S1 oleh Dikti. Pengukuran rumah sakit dilakukan dengan suatu
sistem akrteditasi rumah sakit yang sampai saat ini terus dikembangkan.

Di Indonesia pengakuan formal dan pemberian Lisensi lembaga-


lembaga sertifikasi profesi melalui proses Akreditasi oleh BNSP yang
menyatakan bahwa LSP telah memenuhi persyaratan untuk melakukan
kegiatan Sertifikasi profesi atau kegiatan uji kompetensi profesi.

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA

Mimin, Suhaemin. 2003. Etika dalam Praktik Keperawatan. Jakarta: EGC.

Kathleen koenig Blass. 2006. Praktik Keperawatan Profesional: Konsep


dan

Perspektif Edisi 4.Jakarta : EGC

http://ifalsfalser.blogspot.com/2012/02/aspek-legal-keperawatan.html?m=1
diakses pada 27 September 2019
https://www.academia.edu/10822616/Kredensial diakses pada 27
September 2019

Anda mungkin juga menyukai