Disusun Oleh:
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga
kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan
Nya tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan
baik. Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta
kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-natikan syafa’atnya di akhirat
nanti. Penyusun mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehatNya, baik
itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu untuk menyelesaikan
pembuatan makalah sebagai tugas mata kuliah Etika
Keperawatan dengan judul “ Etik Keperawatan ”
Penyusun tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan
masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu,
penulis mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya
makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Kemudian
apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini penulis mohon maaf yang
sebesar-besarnya.
Penyusun juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak khususnya kepada
Dosen Etika Keperawatan kami yang telah membimbing dalam menulis makalah
ini.
Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih.
Penyusun (Kelompok 2)
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan Penulisan
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Etik Keperawatan
2.2 Teori Utilitarianism dan Teori Deontology
2.3 Nilai – nilai etik dalam keperawatan
2.4 Prinsip – prinsip etik dalam keperawatan
2.5 Peka budaya dalam etik
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
PEMBAHASAN
Etika profesi keperawatan adalah filsafat yang mengarahkan tanggung jawab moral yang
mendasari pelaksanaan praktik keperawatan. Etika profesi keperawatan adalah milik dan
dilaksanakan oleh semua anggota profesi keperawatan, yaitu perawat. Anggota profesi
keperawatan dituntut oleh sesama perawat, profesi lain, dan masyarakat sebagai
penerima pelayanan keperawatan untuk menaati dan menentukan kode etik yang telah disepakati.
Secara spesifik etika profesi memberi tuntutan praktik bagi anggota profesi dalam melaksanakan
praktik profesinya sesuai dengan standar moral yang diyakini. Disamping itu, seiring dengan
kemajuan ilmu pengetahuan dan meningkatnya kebutuhan masyarakat mengakibatkan ruang
lingkup layanan keperawatan semakin komplek untuk itu, perawat dituntut kemampuannya
untuk dapat mengambil keputusan atas dasar penalaran saintifik dan etis. Dalam melaksanakan
praktik keperawatan, seorang perawat harus mengambil suatu keputusan dalam upaya pelayanan
keperawatan klien.
Berdasarkan pertimbangan dan kemampuan penalaran ilmiah dan penalaran etika, hal yang baik
bagi pelayanan keperawatan klien diukur dari sudut keyakinannya sendiri, norma masyarakat,
dan standar profesional. Dalam melaksankan praktik keperawatan, perawat berhadapan dengan
manusia atau klien. Perawat meyakini bahwa klien mempunyai harga diri, martabat, dan
otonomi; dan integritas perawat harus dipertahankan dalam memberi pelayanan atau asuhan
keperawatan. Di samping itu, keperawatan mempunyai tanggung jawab untuk menciptakan
lingkungan yang kualitas pelayanannya juga ditentukan oleh pertimbangan hak, nilai budaya,dan
adat istiadat klien
2.2Teori Utilitarianism dan Teori Deontology
1) Utilitariansime Peraturan
Utilitarianisme peraturan menyatakan suatu tindakan tersebut sebelum dinilai konsekuensinya
terlebih dahulu dilihat apakah sesuai dengan peraturan umum. Sehingga Kaidah dasarnya
sekarang berbunyi: "Bertindaklah selalu sesuai dengan kaidah-kaidah yang penerapannya
menghasilkan akibat baik yang lebih besar di dunia ini daripada akibat buruknya."[1] Dengan
kata lain dapat dikatakan bahwa tahap pertama penilaian dilakukan dengan menilai tindakan
dahulu, apakh tindakan tersebut sesuai dengan aturan jika sesuai maka baru dilakukan penilaian
konsekuensinya.
2) Utilitarianisme Tindakan
Utilitarianisme tindakan berpendapat bahwa tiap tindakan yang spesifik dengan segala
rinciannya, adalah yang seharusnya menjadi pengujian dalam utilitarian[2]. Hal ini berarti
terlepas dari apakah tindakan tersebut sesuai atau tidak dengan peraturan-peraturan yang ada.
Atau dapat didefinisikan sebagai berikut: bertindaklah sedemikan rupa sehingga tindakanmu itu
menghasilkan akibat-akibat baik yang lebih besar di dunia daripada akibat buruknya
(Sudarminta, 1997).
Teori etika tindakan sudah jarang digunakan untuk menilai masalah etika diakibatkan tidak
diberlakukannya peraturan umum pada utilitarianisme tindakan. Untuk utililitarianisme peraturan
masih dapat dipergunkan untuk menilai moral meskipun masih terdapat beberapa kelemahan.
Dalam pengambilan keputusan menggunakan Teori Utilitarianisme, ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan (DeGeorge, 1999)[3] yaitu:
a. Spesifikasi dengan jelas tindakan yang akan dinilai. Identifikasi tindakan ini tidak selalu
mudah, apalagi mendeskripsikannya. Deskripsi tindakan tersebut harus dalam bahasa moral yang
netral, sehingga tidak memberikan kesan sebelumnya baik atau buruk. Deskripsi juga harus tidak
unik, tetapi memungkinkan untuk aturan umumditerapkan.
a. Spesifikasi semua pihak yang terpengaruh oleh tindakan tersebut. Perlu dihindari untuk hanya
melibatkan pihak-pihak yang terkena langsung saja, akan tetapi semua, bahkan sangat jauh
kemungkinan terkena damapaknya.
b. Formulasikan secara obyektif semua konsekuensi yang baik dan yang buruk untuk seluruh
orang yang terkena dampaknya. Pelajari apakah tindakanada pertimbangan yang dominan
terhadap orang yang terkena dan dari konsekuensi yang mungkin.
c. Spesifikasi semua konsekuensi baik dan buruk dari tindakan tersebut dari tindakan tersebut
untuk semua yang langsung terkena, sejauh jangka waktu yang layak, dan juga pertimbangkan
berbagai kemungkinan yang dapat terjadi dan kemungkinan terjadinya.
d. Perbandingkan total hasil yang baik terhadap total hasil yang buruk, dengan
mempertimbangkan kuantitas, dan relatif pentingnya nilai tersebut.
e. Lakukan analisa yang sama bila diperlukan pada mereka yang tidak langsung terkena dampak
dari tindakan tersebut.
f. Jumlahkan seluruh konsekuensi yang baik dan yang buruk. Bila tindakan tersebut
menghasilkan lebih banyak kebaikan, maka secara moral tindakan tersebut benar. Bila lebih
banyak keburukan daripada kebaikan,maka secara moral tindakan tersebut salah.
g. Pertimbangkan apaka ada alternatif lain selain tindakan yang dinilai, dan lakukan analisa yang
sama untuk tiap alternatif yang mungkin tersebut.
h. Bandingkan hasil tiap tindakan. Tindakan yang menghasilkan total kebaikan terbanyak, atau
total keburukan paling sedikit diantara semua alternatif tersebut adalah yang secara moral harus
dilakukan.
B. Teori Deontologi
Teori deontologi pertama kali dikembangkan oleh Immanuel Kant. Menurut Kant tindakan yang
bermoral adalah tindakan yang sesuai dengan kewajiban terlepas dari konsekuensi tindakan itu
sendiri. Misalnya norma jangan berbohong merupakan suatu kewjiban yang tidak perlu
dipertimbangkan apa konsekuensinya yang penting
Pada tahun 1985, “The American Association Colleges of Nursing” melaksanakan suatu proyek
termasuk didalamnya mengidentifikasi nilai-nilai keperawatan. Perkumpulan ini
mengidentifikasikan nilai-nilai keperawatan, yaitu:
Aesthetics (keindahan)
Kualitas obyek suatu peristiwa atau kejadian, seseorang memberikan kepuasan termasuk
penghargaan, kreatifitas, imajinasi, sensitifitas dan kepedulian.
Altruism (mengutamakan orang lain)
Memiliki hak atau status yang sama termasuk penerimaan dengan sikap asertif, kejujuran, harga
diri dan toleransi
Freedom (Kebebasan)
Memiliki kapasitas untuk memilih kegiatan termasuk percaya diri, harapan, disiplin serta
kebebasan dalam pengarahan diri sendiri.
Human dignity (Martabat manusia)
Berhubungan dengan penghargaan yang lekat terhadap martabat manusia sebagai individu
termasuk didalamnya kemanusiaan, kebaikan, pertimbangan dan penghargaan penuh terhadap
kepercayaan.
Justice (Keadilan)
Menjunjung tinggi moral dan prinsip-prinsip legal termasuk objektifitas, moralitas, integritas,
dorongan dan keadilan serta kewajaran.
Truth (Kebenaran)
Menerima kenyataan dan realita, termasuk akontabilitas, kejujuran, keunikan dan reflektifitas
yang rasional
Salah satu contoh yang tidak memperhatikan otonomi adalah memberitahukan klien bahwa
keadaanya baik, padahal terdapat gangguan atau penyimpangan
Contoh perawat menasehati klien dengan penyakit jantung tentang program latihan untuk
memperbaiki kesehatan secara umum, tetapi perawat menasehati untuk tidak dilakukan karena
alasan resiko serangan jantung.
Hal ini merupakan penerapan prinsip beneficence. Walaupun memperbaiki kesehatan secara
umum adalah suatu kebaikan, namun menjaga resiko serangan jantung adalah prioritas kebaikan
yang haruslah dilakukan.
3. Justice (Keadilan)
Nilai ini direfleksikan ketika perawat bekerja sesuai ilmu dan kiat keperawatan dengan
memperhatikan keadilan sesuai standar praktik dan hukum yang berlaku.
Contoh ketika perawat dinas sendirian dan ketika itu ada klien baru masuk serta ada juga klien
rawat yang memerlukan bantuan perawat maka perawat harus mempertimbangkan faktor-faktor
dalam faktor tersebut kemudian bertindak sesuai dengan asas keadilan.
Akhirnya transfusi darah ridak diberikan karena prinsip beneficence walaupun pada situasi ini
juga terjadi penyalahgunaan prinsip non-maleficence.
5. Veracity (Kejujuran)
Prinsip ini tidak hanya dimiliki oleh perawat namun harus dimiliki oleh seluruh pemberi layanan
kesehatan untuk menyampaikan kebenaran pada setia klien untuk meyakinkan agar klien
mengerti.
Informasi yang diberikan harus akurat, komprehensif, dan objektif. Kebenaran merupakan dasar
membina hubungan saling percaya. Klien memiliki otonomi sehingga mereka berhak
mendapatkan informasi yang ia ingin tahu.
Contoh Ny. A masuk rumah sakit dengan berbagai macam fraktur karena kecelakaan mobil,
suaminya juga ada dalam kecelakaan tersebut dan meninggal dunia. Ny. A selalu bertanya-tanya
tentang keadaan suaminya. Dokter ahli bedah berpesan kepada perawat untuk belum
memberitahukan kematian suaminya kepada klien. Perawat dalam hal ini dihadapkan oleh
konflik kejujuran.
7. Confidentiality (Kerahasiaan)
Kerahasiaan adalah informasi tentang klien harus dijaga privasi klien. Dokumentasi tentang
keadaan kesehatan klien hanya bisa dibaca guna keperluan pengobatan, upaya peningkatan
kesehatan klien dan atau atas permintaan pengadilan. Diskusi tentang klien diluar area pelayanan
harus dihindari.
8. Accountability (Akuntabilitas)
Akuntabilitas adalah standar yang pasti bahwa tindakan seorang professional dapat dinilai dalam
berbagai kondisi tanpa terkecuali.
Contoh perawat bertanggung jawab pada diri sendiri, profesi, klien, sesame teman sejawat,
karyawan, dan masyarakat. Jika perawat salah memberi dosis obat kepada klien perawat dapat
digugat oleh klien yang menerima obat, dokter yang memberi tugas delegatif, dan masyarakat
yang menuntut kemampuan professional.
Perawat perlu memiliki kompetensi kultural agar dapat memberikan asuhan keperawatan yang
peka terhadap kebutuhan pasien termasuk kebutuhan yang sesuai dengan kebudayaannya.
Kompetensi kultural merupakan sekumpulan keterampilan dan perilaku yang memungkinkan
perawat bekerja secara efektif di dalam konteks kebudayaan pasien (Lampley, Little, BeckLittle,
& Yu Xu, 2008). Menurut Shearer dan Davidhizar (2003), bahwa kompetensi kultural
merupakan suatu kemampuan untuk merawat pasien secara peka budaya dan cara yang sesuai
dengan kebudayaan pasien. Kemampuan memberikan asuhan keperawatan secara peka budaya
merupakan salah satu kompetensi yang wajib dimiliki oleh seluruh perawat di dunia termasuk di
Indonesia (PP-PPNI, 2010). Kompetensi kultural merupakan suatu proses yang terus menerus
perlu dilatih dan dikembangkan kepada para perawat khsususnya dan tenaga kesehatan pada
umumnya.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Setelah pembahasan di atas mengenai Etik Keperawatan dapat saya simpulkan bahwa Etika
Keperawatan adalah filsafat yang mengarahkan tanggung jawab moral yang mendasari pelaksanaan
praktik keperawatan. Etika profesi keperawatan adalah milik dan dilaksanakan oleh semua anggota
profesi keperawatan aitu perawat. Ada 8 prinsip Autonomy (kemandirian), Beneficence (berbuat baik),
Justice (Keadilan), Non – Maleficence (tidak merugikan), Veracity (kejujuran), Fidelity (menepati janji),
Confidentiality (kerahasiaan), Accountability (Akuntabilitas)
3.2 Saran
Di harapkan para pembaca memperbanyak literatur dalam pembuatan makalah agar dapat
membuat makalah yang baik dan benar. Terutama tentang Etika Keperawatan, supaya kita bisa
mengetahui apa aja isi dari etika keperawatan dan mempermudah mahasiswa keperawatan
DAFTAR PUSTAKA