Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH KONTRBUSI AGAMA DALAM KEHIDUPAN BERPOLITIK

Dibuat Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pendidikan Agama

Disusun Oleh:

1. Nadiatun Wihdatul Chusna (22020013)


2. Hana Amanatul Fitriyah (22020014)
3. Puput Setyoningrum (22020015)
4. Cherrina Amaylia Sherly Susanti (22020016)
5. Arfit Syifa Fatin Safitri (22020017)

PROGRAM STUDI S1 FARMASI

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SERULINGMAS CILACAP

2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadiran Allah SWT, yang atas rahmat-Nya dan
kerunianya kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Adapun tema makalah
ini adalah “Kontribusi Agama Dalam Kehidupan Berpolitik”.

Pada kesempatan kali ini kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada dosen maka kuliah Pendidikan Agama yang telah memberikan tugas terhadap kami.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepda pihak-pihak yang turut membantu dalam
pembuatan makalah ini.

Kami menyadari, bahwa makalah yang kami buat ini masih jauh dari kata sempurna
baik segi penyusunan, bahasa, maupun penulisannya. Oleh kareta itu, kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pembaca guna menjadi acuan
agar penulis bisa menjadi lebih baik di masa mendatang.

Semoga makalah ini bisa menambah wawasan para pembaca dan bisa bermanfaat untuk
perkembangan dan peningkatan ilmu pengetahuan.

Cilacap, 3 Oktober 2022

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................................ i

DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii

BAB I ......................................................................................................................................... 1

PENDAHULUAN ..................................................................................................................... 1

A. Latar Belakang ................................................................................................................ 1

B. Rumusan Masalah ........................................................................................................... 1

C. Tujuan ............................................................................................................................. 2

BAB II........................................................................................................................................ 3

PEMBAHASAN ........................................................................................................................ 3

A. Pengertian Agama ........................................................................................................... 3

B. Pengertian Politik ............................................................................................................ 4

C. Kontribusi Agama Dalam Kehidupan Berpolitik .......................................................... 5

D. Asas-Asas Sistem Politik Islam ...................................................................................... 8

BAB III .................................................................................................................................... 10

PENUTUP................................................................................................................................ 10

A. Kesimpulan ................................................................................................................... 10

B. Saran ............................................................................................................................. 10

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 11

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Agama dan politik merupakan dua lembaga masyarakat yang menghasilkan
nilai-nilai tertentu. Nilai agama yang diyakini bersumber dari Yang Maha Kuasa
dijadikan sebagai acuan kegiatan manusia (dunia maupun akhirat) yang tidak dapat kita
ingkari karena akan mendapatkan dosa sebagai balasannya, sedangkan nilai-nilai dalam
politik sebagai kerangka acuan untuk memfungsikan tatanan masyarakat.
Hubungan antara agama dengan politik sangatlah unik, menarik, lucu, serta
dinamis. Keduanya saling berseteru dan bertolak belakang, namun juga saling
melengkapi serta memiliki proses tarik menarik kepentingan. Selain itu, keduanya juga
memiliki hubungan dominasi-saling mendominasi. Hubungan sekaligus nasib agama
dan politik akan ditentukan oleh pihak mana yang paling kuat dan mendominasi dari
keduanya serta bagaimana watak dan karakter para elit politik dan elit agama yang
berkuasa. Bukan hanya agama saja yang melakukan perlawanan terhadap politik.
Politik juga sering melawan, mengancam, dan menghancurkan agama.
Agama memiliki peran strategis, yakni mengkonstruksi serta memberikan
kerangka nilai dan norma dalam membangun struktur negara dan pendisiplinan
masyarakat. Sedangkan, negara menggunakan agama sebagai legitimasi dogmatik
untuk mengikat warga negara agar mematuhi negara. Adanya hubungan saling
membutuhkan dan timbal balik itulah yang kemudian menimbulkan hubungan
dominasi-saling mendominasi antar kedua entitas tersebut.
Hubungan agama dan politik selalu rumit. Ajaran agama menekankan keimanan
kepada Tuhan Yang Maha Esa, ritual peribadatan, dan moralitas. Adapun politik
menekankan aturan-aturan yang mengarah pada perebutan dan pembagian kekuasaan
dalam kehidupan bernegara. Berangkat dari pokok-pokok pikiran tersebut, maka
makalah ini bermaksud melakukan kajian terhadap peran agama dalam kehidupan
berpolitik.

B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang akan dibahas di dalam makalah ini adalah sebagai
berikut:
1. Apa itu agama?

1
2. Apa itu politik?
3. Apa kontribusi agama islam dalam kehidupan berpolitik?
4. Apa asas-asas sistem politik islam?

C. Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut.
1. Mengetahui apa itu agama.
2. Mengetahui apa itu politik.
3. Mengetahui apa kontribusi agama islam dalam kehidupan berpolitik.
4. Mengetahui apa asas-asas sistem politik islam.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Agama
Agama merupakan suatu tatanan yang mengatur hubungan manusia/seseorang
dengan Tuhan. Suatu agama pada umumnya tidak hanya mengatur hubungan seseorang
denganTuhan, akan tetapi juga mengatur hubungan manusia baik dengan dirinya sendiri
maupun hubungan dengan orang lain.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), agama adalah sebuah sistem
yang mengatur tata keimanan (kepercayaan) dan peribadatan kepada Tuhan Yang Maha
Kuasa serta tata kaidah yang berhubungan dengan pergaulan antara manusia dengan
manusia, serta manusia dengan lingkungannya. Ajaran-ajaran dalam agama bersifat
mengikat manusia kepada Tuhannya.
Agama itu sangat penting disegala aspek kehidupan umat manusia selain itu
agama juga berperan untuk menenangkan jiwa dan raga. Dengan agama yang kita
yakini hidup akan lebih baik dan indah. Dengan agama kita akan lebih bijak menyikapi
sesuatu. Oleh karena itu agama itu dibutuhkan oleh setiap umat manusia. Islam adalah
solusi. Solusi segala permasalahan di dunia ini dengan kesempurnaan ajarannya
(syumul). Kesempurnaan ajaran Islam dapat ditelaah dari sumber aslinya, yaitu Alquran
dan Sunnah yang mengatur pola kehidupan manusia, mulai dari hal terkecil hingga
terbesar baik ekonomi, sosial, politik, hukum, ketatanegaraan, budaya, seni,
akhlak/etika, keluarga, dan lain-lain. Bahkan, bagaimana cara membersihkan najis pun
diatur oleh Islam.
Agama sangat melekat dalam kehidupan rakyat dalam masyarakat industri
maupun non-industri. Di samping itu, negara juga mengakui eksistensi partai-partai
politik dan organisasi-organisasi massa yang berbasis agama, sehingga kehadirannya
tidak mungkin tidak terasa di bidang politik. Misalnya, di masa-masa awal era reformasi
banyak pemimpin muslim terkemuka mendirikan partai politik baru. Di antaranya
mereka adalah Abdurrahman Wahid, pemimpin Nahdlatul Ulama (NU) yang
mendirikan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Amein Rais, para pemimpin
Muhammadiyah mendirikan National Trust Partai (PAN), Deliar Noer mendirikan
Partai Ummah (PUI), dan Yusril Ihza Mahendra mendirikan Partai Bulan Bintang
(PBB).

3
Meski demikian, partai Islam tidak dibenarkan melakukan manipulasi politik
melalui propaganda pemahaman dan pengetahuan agama (politisasi politik), misalnya
menggunakan sentimen atau legitimasi agama untuk memperkuat kepentingan politik
seseorang atau suatu kelompok tertentu untuk memperjelek citra dan kewibawaan
seseorang atau kelompok lain dalam hal-hal yang sebenarnya tidak ada hubungan
secara langsung dengan sebuah agama.
Sedikit atau banyak, beberapa pemerintahan di seluruh dunia menggunakan
agama untuk memberi legitimasi pada kekuasaan politik. Bahkan agama sebagai dasar
negara secara tegas disebutkan dalam pasal 29 ayat 1, yakni “Negara berdasar atas
Ketuhanan Yang Maha Esa”. Kepercayaan agama pun dapat memengaruhi hukum,
perbuatan yang oleh rakyat dianggap dosa, seperti sodomi dan incest (hubungan dengan
saudara kandung), sering tidak legal. Terdapat suatu tanggapan optimis yang
mengemukakan bahwa seiring berjalan dengan perkembangan zaman, agama akan
menyesuaikan diri dan perannya secara baru sesuai dengan kebutuhan masyarakat.

B. Pengertian Politik
Istilah politik adalah seperangkat nilai-nilai serta pilihan-pilihan yang diambil
dari masyarakat untuk membenarkan fungsi tatanan masyarakat yang berlaku. Dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara, bidang politik sangat diperlukan. Namun, semua
ilmu politik tidak dapat dipisahkan dengan ilmu agama yang telah ada. Hal ini dapat
diartikan, bahwa ilmu politik merupakan bentuk nyata dari penggunaan agama dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara. Sebagai contoh, dalam ilmu politik terdapat
pemilihan pemimpin berdasarkan demokrasi, konsep itu didapat dari ilmu agama yang
tidak menginginkan adanya perpecahan dan perselisihan para pejabat yang akan
menyengsarakan rakyat. Dan masih banyak lagi yang merupakan konsep dari agama
yang di adaptasi serta di jadikan politik dalam berbangsa dan bernegara.
Perkataan politik berasal dari bahasa Latin politicus dan bahasa Yunani politicos,
artinya (sesuatu yang) berhubungan dengan warga negara atau wargakota. Kedua kata
itu berasal dari kata polis maknanya kota.Di dalam Islam, kekuasaan politik kait
mengait dengan al-hukm. Perkataan al-hukm dan kata-kata yang terbentuk dari kata
tersebut dipergunakan 210 kali dalam Al-Qur'an.
Dalam bahasa Indonesia, perkataan al-hukm yang telah dialih-bahasakan menjadi
hukum intinya adalah peraturan, undang-undang, patokan ataukaidah, dan keputusan
atau vonis (pengadilan). Di dalam bahasa Arab, kata tersebut yang berpola masdar (kata

4
benda yangditurunkan dari kata kerja) dapat dipergunakan dalam arti perbuatan atau
sifat.
Islam meletakkan politik sebagai satu cara penjagaan urusan umat (ri'ayah syu-
’un al-ummah). Islam dan politik tidak boleh dipisahkan, kerana Islam tanpa politik
akan melahirkan terbelenggunya kaum muslimin yang tidak mempunyai kebebasan dan
kemerdekaan melaksanakan syariat Islam. Begitu pula politik tanpa Islam, hanya akan
melahirkan masyarakat yang mengagungkan kekuasaan, jabatan, bahan, dan duniawi
saja, kosong dari aspek moral dan spiritual. Oleh kerana itu, politik dalam Islam sangat
penting bagi mengingatkan kemerdekaan dan kebebasan melaksanakan syariat Islam
boleh diwadahi oleh politik.
Dalam kehidupan politik, secara lebih khusus Al-quran mengajarkan harus
dilandasi dengan empat hal yang pokok yaitu:
1. Sebagai bagian untuk melaksanakan amanat.
2. Sebagai bagian untuk menegakkan hukum dengan adil.
3. Tetap dalam koridor taat kepada Allah, Rasul-Nya, dan ulil amri.
4. Selalu berusaha kembali kepada Al-quran dan Sunnah Nabi SAW.

C. Kontribusi Agama Dalam Kehidupan Berpolitik


Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia politik diartikan: (1) Pengetahuan
mengenai ketatanegaraan atau kenegaraan seperti sistem pemerintahan dan dasar
pemerintahan. (2) Segala urusan dan tindakan mengenai pemerintahan atau terhadap
negara lain. (3) Cara bertindak mengenai suatu masalah atau kebijakan. Sedangkan
Agama dalam kamus diartikan sebagai “ajaran, sistem yang mengatur tata keimanan
(kepercayaan) dan peribadatan kepada Tuhan yang Maha Kuasa serta tata kaidah yang
berhubungan dengan pergaulan manusia dan manusia serta lingkungannya.” Dari
pengertian diatas bisa ditarik sebuah pemahaman bahwa keduanya, yaitu politik dan
agama sama-sama berkaitan dengan bagaimana mengelola suatu urusan. Dalam politik
urusan itu terfokus kepada kekuasaan dan hubungan sesama warga masyarakat.,
Sementara agama menjangkau lebih luas daripada urusan dalam politik.
Kontribusi Islam dalam politik cukup banyak, diantaranya adalah: tentang
prinsipprinsip kekuasaan politik yang diajarkan oleh Islam dan kriteria pemegang
kekuasaan politik yang diajarkan oleh Islam. Pada bagian pertama, Islam secara lebih
khusus Al-quran mengajarkan bahwa kehidupan politik harus dilandasi dengan empat
hal yang pokok yaitu:

5
a. Sebagai bagian untuk melaksanakan amanat.
Sikap amanat adalah sendi utama dalam berinteraksi sosial terutama dalam
bidang kekuasaan politik. Artinya bahwa setiap pejabat adalah pengemban amanat
yang diberikan kepadanya untuk dapat ditunaikan dengan baik yang nantinya harus
dipertanggungjawabkan.
b. Sebagai bagian untuk menegakkan hukum dengan adil.
Penegakan hukum yang adil adalah agenda utama bagi siapapun yang
memegang kekuasaan politik dan kewajiban bagi seseorang yang memegang
kekuasaan politik untuk menegakkan aturan-aturan hukum yang ada dan juga
membuat aturan hukum yang mungkin belum ada.
c. Tetap dalam koridor taat kepada Allah, Rasul-Nya, dan ulil amri.
Taat kepada Allah, Rasul-Nya dan Ulil Amri adalah bagian dari sikap orang
yang beriman, sehingga ini menjadi bagian dari sesuatu yang bernilai ibadah.
Sebaliknya apabila tidak mau taat maka dapat dikatakan sebagai orang yang belum
melaksanakan perintah yang dianjurkan oleh agama. Dan ini menjadi jelas kalau
kembali ke masalah kontribusi agama terhadap kekuasaan politik, betapa agama
Islam sangat mendorong pemeluknya untuk dapat membangun sebuah tatanan
bermasyarakat dan bernegara yang baik. Tujuan utamanya tentu adalah tercapainya
cita-cita bersama dalam hidup bermasyarakat.
d. Selalu berusaha kembali ke Al-Quran dan Sunnah Nabi SAW
Perbedaan pendapat adalah sangat mungkin terjadi apalagi dalam hal kekuasaan
politik. Islam memberi solusi bahwa apabila terjadi perbedaan pendapat maka yang
harus menjadi kesepakatan bersama adalah kembali kepada Al-Quran dan Sunnah.
Pada bagian yang kedua, Islam memberi kontribusi bagaimana seharusnya
memilih dan mengangkat seorang yang akan diberi amanah untuk memegang
kekuasaan politik. Yaitu orang tersebut haruslah:
a. Seorang yang benar dalam pikiran, ucapan, dan tindakannya serta jujur.
Kriteria pertama dari seorang pemimpin haruslah memiliki sifat jujur, yang
mengindikasikan seseorang yang memiliki integritas dalam bentuknya yang sangat
nyata adalah pikiran dan ucapannya selalu benar, demikian halnya dengan
tindakan.
b. Seorang yang dapat dipercaya.
Bahwa seseorang yang memegang kekuasaan politik harus dapat mengemban
amanat dengan baik.
6
c. Seorang memiliki keterampilan dalam komunikasi.
Seseorang yang memegang kekuasaan politik wajib hukumnya untuk memiliki
keterampilan mengomunikasikan ide-ide yang tersusun dalam sebuah rencana yang
baik dan matang untuk dapat memaksimalkan potensi setiap warganya untuk
mencapai tujuan bersama.
d. Seorang yang cerdas.
Seseorang yang memegang kekuasaan politik sudah seharusnya memiliki
kelebihan dalam bidang kecerdasan. Kecerdasan yang dimaksud tentu bukan
kecerdasan intelektual semata (IQ) tetapi lebih dari itu adalah kecerdasan yang
bersifat majemuk yang menggabungkan beberapa kecerdasan yang dapat dimiliki
oleh manusia. Terutama adalah kecerdasan yang amat dibutuhkan dalam
kepemimpinan.
e. Dapat menjadi teladan dalam kebaikan.
Diantara poin yang paling sulit dipenuhi oleh seorang pemimpin politik adalah
keteladanan. Tentu adalah keteladanan dalam berbagai aktivitas baik.
Islam memberikan banyak tuntunan di Al-Quran dalam rangka mewujudkan
persatuan dan kesatuan dalam kehidupan bermasyarakat dan berbangsa. Beberapa
prinsip yang diajarkan Al-Quran untuk tujuan tersebut antara lain:
a. Prinsip persatuan dan persaudaraan.
b. Prinsip persamaan.
c. Prinsip kebebasan.
d. Prinsip tolong-menolong.
e. Prinsip perdamaian.
f. Prinsip musyawarah.
Di antara prinsip-prinsip yang diajarkan oleh Al-quran untuk mewujudkan
persatuan dan kesatuan bangsa adalah prinsip persamaan, persatuan dan tolong-
menolong.
a. Prinsip persatuan
Dalam ajaran Islam baik Al-quran maupun hadis kita temukan banyak petunjuk
yang mendorong agar umat Islam memelihara persaudaraan dan persatuan di antara
sesama warga masyarakat. Di antaranya adalah ayat yang menjelaskan bahwa pada
mulanya manusia itu adalah satu umat ditegaskan dalam Q.S. Al-Baqarah/2: 213.
Dalam surat Al-Hujuraat/49: 13, Al-Quran mengakui adanya faktor pembeda.
Artinya: “Hai manusia sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-
7
laki dan seorang perempuan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku
supaya kamu saling mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara
kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertaqwa di antara kamu. Sesungguhnya
Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.” Agama salah satunya berfungsi
untuk mengingatkan persamaan di antara manusia itu sebagai landasan untuk
persahabatan, tolong menolong dan persaudaraan.
b. Prinsip persamaan
Persamaan seluruh umat manusia ini ditegaskan oleh Allah dalam surat
AnNisaa’4:1. Artinya: “Hai sekalian manusia, bertaqwalah kepada Tuhan kamu
yang telah menciptakan kamu dari diri yang satu, dan menciptakan darinya
pasangannya; Allah memperkembangbiakkan dari keduanya laki-laki yang banyak
dan perempuan. Dan bertaqwalah kepada Allah yang dengan nama-Nya kamu
saling meminta dan (peliharalah pula) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah
Maha mengawasi kamu.” Ayat ini mengajak kepada semua manusia yang beriman
dan tidak beriman untuk saling membantu dan saling menyayangi, karena manusia
berasal dari satu keturunan, tidak ada perbedaan antara laki-laki dan perempuan,
kecil dan besar, beragama atau tidak beragama. Semua dituntut untuk mewujudkan
persatuan dan rasa aman dalam masyarakat, serta saling menghormati hak-hak
asasi manusia.
c. Prinsip tolong-menolong
Manusia adalah makhluk sosial, tidak mungkin seseorang dapat bertahan hidup
sendirian tanpa bantuan pihak lain. Tolong- menolong adalah prinsip utama dalam
kehidupan bermasyarakat dan berbangsa. Kita dapat bayangkan seandainya satu
komunitas sudah luntur nilai saling menolong maka cepat atau lambat masyarakat
tersebut pasti akan hancur. Dari sinilah kita dapat memahami ajaran Al-Quran yang
menganjurkan untuk saling menolong dalam kebaikan. Hal ini ditegaskan dalam
surat Al-Maai”dah/5: 2. Artinya: “Tolong-menolonglah kamu dalam
(mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat
dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah, Sesungguhnya Allah
amat berat siksa-Nya.
D. Asas-Asas Sistem Politik Islam
Sistem politik dalam pandangan Islam adalah hukum atau pandangan yang
berkaitan dengan cara bagaimana urusan masyarakat dikelola dan diatur dengan hukum

8
Islam. Karena politik itu sendiri dalam pandangan Islam adalah mengurus urusan
ummat dengan menerapkan hukum Islam baik dalam maupun luar negeri. Karena itu,
Islam telah menetapkan asas bagi sistem politiknya, yang terdiri dari empat macam:
1. Kedaulatan di tangan syara’ (as-siyâdah li as-syar’i);
2. Kekuasaan di tangan ummat (as-sulthân li al-ummah);
3. Pengangkatan khalifah untuk seluruh kaum muslimin hukumnya wajib (wujûb al-
khalîfah al-wâhid li al-muslimîn);
4. Khalifahlah satu-satunya yang berhak untuk mengadopsi hukum syara’ untuk
dijadikan undang-undang (li al-khalîfah wahdah haqq at-tabanni).
Jika salah satu dari keempat asas ini tidak ada, maka politik Islam akan hancur.
Karena itu, keempat asas tersebut harus ada dalam sistem politik Islam.

9
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Kesimpulan dari makalah ini adalah hubungan antara agama dan politik sangatlah
rumit namun memiliki timbal balik. Agama berfungsi sebagai kontrol manusia dalam
melakukan kegiatan berpolitik membangun negeri. Serta dalam praktik berpolitik,
banyak sekali nilai-nilai yang diadaptasi dari agama. Oleh karena itu, dalam kehidupan
politik, sangat dibutuhkan adanya nilai-nilai agama sebagai alat kontrol para politisi
negeri agar tidak melampaui batas dan dapat membangun negeri yang kita cintai ini.

B. Saran
Diharapkan setelah membaca makalah ini kita bisa lebih paham lagi apa saja
kontribusi agama islam dalam kehidupan berpolitik kemudian kita juga bisa
mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari.

10
DAFTAR PUSTAKA

Fithrotuzzuhroh, W., & Kurniawan, R. R. (2022). Peran Umat Islam dalam Berpolitik.

Nurdin, Ali. (2018). Materi Pokok Pendidikan Agama Islam; 1-9/MKDU4211/3 sks,
Universitas Terbuka, Tangerang Selatan.

Zawawi, A. (2015). Politik Dalam Pandangan Islam. Ummul Qura, 5(1), 85-100.

11

Anda mungkin juga menyukai