Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN KEGIATAN KUNJUNGAN SOSIAL DAN BANTUAN

KEPADA ORANG TIDAK MAMPU DI LINGKUNGAN SEKITAR

PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 20


DOSEN PENGAMPU : ONAN MARAKALI SIREGAR,S.SOS,M.SI

DISUSUN OLEH:
NAMA : CHESY SUWANDI
NIM : 220200075
Fakultas : Hukum
Prodi : Ilmu Hukum
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan kita berbagai
macam nikmat, sehingga aktivitas hidup yang kita jalani ini akan selalu membawa
keberkahan. Atas berkat dan rahmat-NYA sehingga penulis dapat menyelesaikan
laporan kegiatan dari studi pendidikan Pancasila. Laporan kegiatan “Kunjungan
Sosial Dan Bantuan Kepada Orang Tidak Mampu Di Lingkungan Sekitar”
adalah salah satu persyaratan untuk memenuhi nilai mata kuliah wajib kurikulum
pendidikan Pancasila. Penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada bapak
Onan M Siregar, M.Si, selaku dosen pengampu mata kuliah Pendidikan Pancasila
di Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan tugas ini untuk
meningkatkan pengetahuan tentang implementasi Pancasila, kemiskinan serta
kehidupan di dalam masyarakat. Penulis juga menyadari bahwa laporan ini jauh
dari sempurna, sehingga penulis mengharapkan semua pihak yang membaca
laporan ini untuk mengkritik laporan ini sehingga akan lebih baik di masa depan.
Saya harap laporan ini akan berguna bagi banyak pihak. Dan dengan hormat saya
ucapkan terimakasih.

Medan, April 2022

Chesy Suwandi
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI...........................................................................................................3
BAB I.......................................................................................................................4
PENDAHULUAN...................................................................................................4
1.1 Latar Belakang.............................................................................................4
1.2. Rumusan Masalah.......................................................................................4
1.3. Tujuan..........................................................................................................5
BAB II.....................................................................................................................6
PEMBAHASAN.....................................................................................................6
2.1. Pengertian Kemiskinan...............................................................................6
2.2. Kemiskinan Dalam Pandangan Pancasila................................................7
2.3. Tingkat Kemiskinan di Indonesia..............................................................7
2.4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kemiskinan....................................8
2.5. Laporan Hasil Wawancara.........................................................................9
BAB III..................................................................................................................13
PENUTUP.............................................................................................................13
3.1. Kesimpulan................................................................................................13
3.2. Saran...........................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................15
LAMPIRAN..........................................................................................................16

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kemiskinan merupakan masalah serius yang masih menjadi persoalan di
Indonesia. Pancasila sebagai dasar negara Indonesia juga memiliki sudut pandang
terhadap kemiskinan yang terjadi di Indonesia.
Pancasila mengajarkan bahwa keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia harus
diwujudkan. Hal ini terkait dengan prinsip keadilan yang tercantum dalam
Pancasila, yaitu "Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia". Prinsip ini
menuntut adanya pengakuan dan perlindungan terhadap hak-hak rakyat yang lebih
lemah dan terpinggirkan, termasuk di antaranya adalah hak atas kesejahteraan.
Dalam konteks kemiskinan, Pancasila menekankan pentingnya mengurangi
kesenjangan sosial dan ekonomi antarindividu dan antarkelompok. Hal ini dapat
diwujudkan melalui program-program pemerintah yang bertujuan untuk
mengurangi kemiskinan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Selain itu, Pancasila juga mengajarkan pentingnya gotong royong dalam mencapai
tujuan bersama. Dalam konteks kemiskinan, gotong royong dapat diartikan
sebagai saling membantu dan berbagi dengan sesama, khususnya kepada mereka
yang kurang mampu. Hal ini sejalan dengan semangat persatuan dan kesatuan
yang terkandung dalam Pancasila.
Oleh karena itu, sebagai negara yang berdasarkan Pancasila, Indonesia harus
berupaya untuk mengurangi kemiskinan dan meningkatkan kesejahteraan
masyarakat. Hal ini dapat dilakukan melalui berbagai program pemerintah yang
bertujuan untuk memenuhi hak-hak dasar rakyat yang terpinggirkan, serta melalui
aksi-aksi gotong royong untuk membantu mereka yang membutuhkan.

1.2. Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas maka bisa dirumuskan beberapa masalah
berikut ini:

4
1. Bagaimana tingkat kemiskinan masyarakat Indonesia?
2. Bagaimana pengertian kemiskinan dalam pandangan Pancasila?
3. Mengapa Indonesia masih belum merdeka khususnya dalam bidang
ekonomi?
4. Apakah sila ke-5 Pancasila sudah terealisasikan dengan baik dalam
kehidupan bermasyarakat Indonesia?

1.3. Tujuan
Berikut beberapa tujuan penulisan laporan kegiatan ini, antara lain:
1. Mengetahui tingkat kemiskinan masyarakat di Indonesia.
2. Mengetahui pengertian kemiskinan dalam pandangan Pancasila.
3. Untuk mengetahui alasan Indonesia masih belum merdeka khususnya
dalam bidang ekonomi.
4. Untuk mengetahui sila ke-5 Pancasila sudah terealisasikan dengan baik
dalam kehidupan bermasyarakat Indonesia.

5
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Kemiskinan


Kemiskinan secara umum dapat diartikan sebagai keadaan atau kondisi dimana
seseorang atau kelompok tidak memiliki akses terhadap sumber daya yang cukup
untuk memenuhi kebutuhan dasarnya, seperti pangan, sandang, papan, kesehatan,
dan pendidikan. Kemiskinan juga dapat diartikan sebagai ketidakmampuan
seseorang atau kelompok untuk memenuhi kebutuhan minimum yang diperlukan
untuk mempertahankan hidup yang layak. Kemiskinan dapat terjadi karena
berbagai faktor, seperti rendahnya tingkat pendapatan, rendahnya tingkat
pendidikan, kurangnya akses terhadap layanan kesehatan, pengangguran atau
pekerjaan yang tidak menentu, serta ketidakadilan dalam distribusi sumber daya.
Kemiskinan juga tidak hanya bersifat ekonomi, tetapi juga sosial dan politik.
Misalnya, kemiskinan sosial terjadi ketika seseorang atau kelompok merasa
terasing atau terpinggirkan dari masyarakat karena faktor tertentu, seperti
diskriminasi atau ketidakadilan. Kemiskinan politik terjadi ketika seseorang atau
kelompok tidak memiliki akses atau kontrol terhadap sumber daya atau kekuasaan
yang penting dalam masyarakat atau pemerintahan.
Dalam konteks pembangunan, pengentasan kemiskinan menjadi salah satu tujuan
utama yang harus dicapai. Hal ini dilakukan dengan cara meningkatkan akses dan
distribusi sumber daya secara adil, memberikan pendidikan dan pelatihan untuk
meningkatkan keterampilan dan produktivitas, serta memberikan akses terhadap
layanan kesehatan dan keamanan sosial.
Berikut adalah beberapa definisi atau pengertian kemiskinan menurut para ahli:
 World Bank: "Kemiskinan adalah kondisi di mana seseorang atau keluarga
tidak memiliki akses atau kendali atas sumber daya yang cukup untuk
memenuhi kebutuhan dasar seperti pangan, air bersih, sanitasi, kesehatan,
pendidikan, dan perumahan yang layak."
 United Nations Development Programme (UNDP): "Kemiskinan adalah
ketidakmampuan untuk mencapai standar hidup minimum yang diterima
di masyarakat yang bersangkutan."
 Oxford Poverty and Human Development Initiative (OPHI): "Kemiskinan
adalah ketiadaan atau keterbatasan dalam akses terhadap sumber daya
yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia, seperti
makanan, air bersih, perumahan yang layak, layanan kesehatan, dan
pendidikan."
 Amartya Sen: "Kemiskinan adalah ketidakmampuan seseorang untuk
hidup secara manusiawi karena tidak mampu memenuhi kebutuhan
dasarnya, seperti kesehatan, pendidikan, dan keterampilan produktif."

6
 Peter Townsend: "Kemiskinan adalah ketidakmampuan untuk memenuhi
standar hidup minimum yang diterima di masyarakat tertentu, karena
keterbatasan sumber daya yang tersedia."
Pengertian kemiskinan menurut para ahli di atas mengindikasikan bahwa
kemiskinan terjadi ketika seseorang atau kelompok tidak memiliki akses atau
kendali terhadap sumber daya yang cukup untuk memenuhi kebutuhan dasarnya,
sehingga tidak mampu mencapai standar hidup minimum yang diterima di
masyarakat tertentu.

2.2. Kemiskinan Dalam Pandangan Pancasila


Dalam pandangan Pancasila, kemiskinan adalah suatu kondisi yang tidak sesuai
dengan cita-cita dan tujuan negara, yaitu mencapai keadilan sosial bagi seluruh
rakyat Indonesia. Pancasila menempatkan manusia sebagai makhluk sosial yang
memiliki hak dan kewajiban yang sama di hadapan negara dan masyarakat. Oleh
karena itu, negara berkomitmen untuk menciptakan kondisi sosial yang adil dan
merata bagi seluruh rakyatnya, termasuk dalam hal akses terhadap sumber daya
dan kesempatan untuk memenuhi kebutuhan dasarnya. Dalam konteks
kemiskinan, Pancasila menekankan pentingnya penghapusan kemiskinan sebagai
bagian dari upaya mencapai keadilan sosial. Hal ini dijelaskan dalam Sila ke-2
"Kemanusiaan yang Adil dan Beradab" yang menegaskan bahwa tujuan negara
adalah "mewujudkan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan
ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian
abadi dan keadilan sosial". Pancasila juga menekankan pentingnya kerjasama dan
gotong royong dalam mengatasi kemiskinan. Hal ini tercermin dalam Sila ke-5
"Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia" yang menegaskan bahwa tujuan
negara adalah "memajukan kesejahteraan umum, menciptakan kesempatan bagi
seluruh rakyat Indonesia untuk turut serta dalam mencapai tujuan nasional, dan
menjamin keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia".
Dalam pandangan Pancasila, pengentasan kemiskinan harus dilakukan melalui
upaya pembangunan yang berkelanjutan dan berbasis pada keadilan sosial. Negara
harus mengambil peran aktif dalam memastikan akses seluruh rakyat terhadap
sumber daya dan kesempatan yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan
dasarnya, seperti pangan, sandang, perumahan, pendidikan, dan kesehatan. Dalam
hal ini, Pancasila mengandung nilai-nilai gotong royong, solidaritas, dan keadilan
yang sangat penting dalam memperkuat semangat kebersamaan dan mempercepat
pengentasan kemiskinan di Indonesia.

2.3. Tingkat Kemiskinan di Indonesia


Data terbaru mengenai tingkat kemiskinan di Indonesia dapat dilihat dari hasil
survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) yang dilakukan oleh Badan Pusat
Statistik (BPS) pada tahun 2020. Berdasarkan data tersebut, tingkat kemiskinan di

7
Indonesia pada Maret 2020 adalah sebesar 9,78 persen atau sekitar 26,42 juta
orang. Angka ini menurun dibandingkan dengan tingkat kemiskinan pada
September 2019 yang sebesar 9,41 persen. Secara regional, provinsi-provinsi
dengan tingkat kemiskinan tertinggi berada di Papua (27,63 persen), Nusa
Tenggara Timur (20,63 persen), dan Maluku (18,28 persen). Sedangkan provinsi
dengan tingkat kemiskinan terendah berada di Bali (1,78 persen), Sumatera Utara
(2,98 persen), dan Kepulauan Riau (3,13 persen).
Berikut adalah tabel yang menunjukkan tingkat kemiskinan di Indonesia
berdasarkan data Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) tahun 2021 yang dirilis oleh
Badan Pusat Statistik (BPS):

Tingkat Kemiskinan Jumlah Penduduk Sumber


Tahun (persen) Miskin (juta jiwa) Data

2021 9,22 24,79 BPS

2020 9,78 26,42 BPS

2019 9,22 25,14 BPS

2018 9,41 25,67 BPS

2017 10,12 26,58 BPS

Dari data tersebut, terlihat bahwa tingkat kemiskinan di Indonesia menurun dari
tahun 2020 ke 2021, namun secara umum masih relatif tinggi dengan angka
sekitar 9-10 persen dalam lima tahun terakhir.
Sumber data untuk informasi ini adalah Badan Pusat Statistik (BPS) Indonesia
yang melakukan survei Susenas secara berkala untuk memperoleh data mengenai
tingkat kemiskinan dan kesejahteraan masyarakat di Indonesia. Survei ini
dilakukan dengan mengambil sampel rumah tangga secara acak dan mencakup
berbagai aspek, seperti pengeluaran, pendapatan, kesehatan, dan pendidikan. Data
yang diperoleh dari Susenas kemudian diolah dan dianalisis oleh BPS untuk
menghasilkan informasi statistik mengenai kondisi sosial dan ekonomi
masyarakat Indonesia, termasuk tingkat kemiskinan.

2.4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kemiskinan


Terdapat banyak faktor yang dapat mempengaruhi kemiskinan, baik secara
langsung maupun tidak langsung. Beberapa faktor yang paling umum meliputi:
1. Pendidikan rendah: Orang yang memiliki tingkat pendidikan rendah lebih
rentan terhadap kemiskinan. Mereka cenderung sulit untuk menemukan
pekerjaan yang membayar dengan baik dan memiliki kesempatan untuk
meningkatkan keterampilan mereka.

8
2. Pengangguran: Pengangguran dapat menjadi faktor yang signifikan dalam
kemiskinan. Orang yang tidak memiliki pekerjaan atau tidak dapat bekerja
karena alasan tertentu, seperti cacat atau penyakit, mungkin tidak memiliki
sumber pendapatan yang cukup untuk memenuhi kebutuhan dasar mereka.
3. Kurangnya akses ke layanan kesehatan: Orang yang tidak mampu
membayar layanan kesehatan atau yang tidak memiliki akses ke layanan
kesehatan yang memadai cenderung lebih rentan terhadap kemiskinan.
Kondisi kesehatan yang buruk dapat membuat sulit bagi seseorang untuk
bekerja dan mencari nafkah.
4. Ketimpangan pendapatan: Ketidakadilan dalam distribusi pendapatan
dapat membuat orang-orang di bagian bawah spektrum pendapatan tidak
mampu memenuhi kebutuhan dasar mereka. Orang-orang dengan
pendapatan rendah mungkin tidak memiliki kesempatan untuk
mendapatkan pekerjaan yang membayar dengan baik atau untuk
memperoleh pendidikan yang memadai.
5. Ketidakstabilan ekonomi: Ketidakstabilan ekonomi dapat membuat sulit
bagi orang untuk mempertahankan pekerjaan atau bisnis mereka. Hal ini
dapat menyebabkan kemiskinan sementara atau bahkan jangka panjang.
6. Kurangnya akses ke sumber daya: Orang yang tidak memiliki akses yang
memadai ke sumber daya seperti air bersih, makanan, dan pakaian dapat
mengalami kemiskinan.
7. Konflik dan bencana alam: Konflik dan bencana alam dapat menyebabkan
kerusakan pada infrastruktur dan ekonomi, serta memaksa orang untuk
mengungsi dari rumah mereka. Hal ini dapat menyebabkan kemiskinan
sementara atau bahkan jangka panjang.
8. Perbedaan gender: Perempuan dan anak-anak perempuan cenderung lebih
rentan terhadap kemiskinan dibandingkan dengan laki-laki karena
diskriminasi gender dalam pendidikan, pekerjaan, dan upah.

2.5. Laporan Hasil Wawancara


A. Waktu dan Tempat Wawancara :
Tanggal : 15 April 2023
Waktu : 15.00-selesai
Tempat : Gg. Hadnur, Jl. Sunggal, Kec. Medan Sunggal, Kota Medan, Sumatera
Utara.
B. Biodata Narasumber
Nama : Ramlah

9
Usia : 58 tahun
Agama : Islam
Pekerjaan : Ibu rumah tangga

C. Hasil Wawancara
Pewawancara : “Permisi buk, selamat siang”
Narasumber : Selamat siang, ada apaya dek ?
Pewawancara : Jadi gini buk, kami ada tugas wawancara mengenai keterbatasan
ekonomi,
apa boleh saya mewawancarai ibuk ?
Narasumber : Yaa boleh, nggak papa
Pewawancara : sebelum kita memulai wawancaranya sebaiknya ibuk
memperkenalkan
diri ibuk terlebih dahulu
Narasumber : nama saya Ramla
Pewawancara : Kalau boleh tau dalam satu rumah ada berapa orang ya buk dan
terdiri
dari siapa saja ?
Narasumber : Kami dalam satu rumah ini adalah 6 0rang, ada menantulah, anak,
cucu,
cucu ada 3. Mamaknya kerja ini, tengah malam baru pulang dan jaga anak orang
jugak
Pewawancara : Ibuk punya pekerjaan nggak?
Narasumber : Nggak ada
Pewawancara : Anak ibuk yang bekerja, kalua boleh tau pekerjaannya apa ya
buk ?
Narasumber : Jaga anak
Pewawancara : Berapa penghasilan yang di dapatkan dari pekerjaan iu?
Narasumber : Tergantung lah orang jaga anak pulang hari pulang hari
Pewawancara : Anaknya masih ada yang sekolah nggak buk ?
Narasumber : Ada, sekolah di masjid jamik ini

10
Pewawancara : menurut ibuk penghasilan ibuk sekarang ini cukup nggak buk
untuk
memenuhi kebutuhan biaya hidup satu keluarga ?
Narasumber : Yah cukup cukupkan lah namanya lakiknya pun serabutan jadi ya
cukup
cukup kan lah dalam sejuta itu untuk sebulan, mana anak sekolah jugak
ongkosnya. Jadi
harus di cukup cukupkan lah.
Pewawancara : Ibuk pernah atau tidak, mendapatkan bansos dari pemerintah, itu
kira kira
dalam bentuk apa buk ? atau anak ibuk mendapatkan kip berupa pip ?
Narasumber : nggak ada dapat kami. Nggak ada dapat pip orang ini, cumin nggak
baya
ajalah di masjid jamik itu, cumin ongkos aja lah paling untuk anak anak ini pergi
sekolah.
Cemana mau bayar orang kami nggak mampu kami bayar bayarnya lagi, uah
berapa itu
ongkosnya
Pewawancara : ibuk punya BPJS nggak buk ?
Narasumber : kalok anak saya ada
Pewawancara : Kan Indonesia sudah merdeka sejak tahun 1945, menurut ibuk
sendiri
apakah ibuk sudah merasakan kemerdekaan itu atau belum buk dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara ?
Narasumber : kalok namanya kemerdekaan itu, sedangkan saya aja lahirnya tahun
65
masik masa masa PKI
Pewawancara : apakah ibuk sendiri pernah mengalami hal-hal yang tidak adil
karna
keterbatasan ekonomi
Narasumber : banyak kali pun kadang nggak pernah dapat. Sering di kucilkan
jugak.

11
Paling yang ngasih kepala Lorong tempat saya nyewa ini . biasanya di kasih
sembako
beras 5 kg
Pewawancara : apakah negara sudah berperan dalam mengatasi masalah ekonomi
yang
ada di Indonesia ?
Narasumber : Macamana dibilang ya. Sebenarnya masih banyak kurangnya dari
pada
yang cukupnya kalok kayak kami. Tengoklah ini cucu, mamaknya ntah kemana,
bapaknya jugak kerjanya ntah cemana mana. Makan disana sinilah. Kadang kalok
ada
disini disini, kalok ada di belakang dibelaknga.
Pewawancara : apa harapan ibuk untuk Indonesia kedepannya ?
Narasumber : semoga menjadi lebih baik lagi kedepannya
Pewawancara : lebih baik nya ini seperti apa ya buk ?
Narasumber : jadikan bisa cukup mencukupi, bisa pekerjaan yang lebih baik,
pekerjaan
yang lebih mapan lagi lah. Kalok kayak gini saya lebih banyak kurangnya dari
pada
nggaknya. Kalok bisa kedepannya jangan sampek kayak gini lagi lah.
Pewawancara : Baik buk, terimakasih sudah mau meluangkan waktunya
Narasumber : iya sama sama. Kami pun jugak makasih yaa

12
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Berdasarkan pandangan Pancasila, kemiskinan merupakan suatu kondisi yang
bertentangan dengan tujuan negara untuk mencapai kesejahteraan sosial bagi
seluruh rakyat Indonesia. Oleh karena itu, sebagai negara yang berdasarkan
Pancasila, Indonesia harus berupaya untuk mengatasi masalah kemiskinan. Dalam
hal ini, Pancasila memberikan panduan bahwa setiap warga negara memiliki hak
atas pekerjaan dan penghidupan yang layak. Oleh karena itu, pemerintah harus
memastikan ketersediaan lapangan kerja yang cukup dan meningkatkan kualitas
hidup masyarakat melalui berbagai program pembangunan ekonomi dan sosial.
Dalam kesimpulannya, pandangan Pancasila mengajarkan bahwa kemiskinan
harus diperangi dengan cara-cara yang sejalan dengan nilai-nilai dan tujuan
negara, seperti kesejahteraan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, hak atas
pekerjaan dan penghidupan yang layak, solidaritas sosial, dan gotong royong.
Dari data yang didapatkan dari hasil wawancara diatas, bu Ramlah (narasumber)
masih merasa bahwa dirinya sebagai bangsa Indonesia yang negaranya sudah
merdeka belum merasakan dirinya secara personal sudah merdeka juga. Hal ini
dikarenakan sila ke-5 Pancasila yang berisi tentang keadilan bagi seluruh rakyat
Indonesia masih belum terealisasikan khususnya bagi masyarakat dengan
ekonomi yang kurang memadai. Narasumber juga mengatakan bahwa dirinya
belum mendapat bantuan dari pemerintah untuk keluarganya yang pendapatannya
masih kurang untuk kebutuhan hidup sehari-hari dikarenakan anaknya dan
menantunya yang tidak mendapatkan pekerjaan dengan baik (serabutan). Cucu
narasumber mendapatkan fasilitas dari pemerintah seperti sekolah bebas biaya
akan tetapi untuk narasumber hal itu masih kurang dikarenakan untuk sekolah
dibutuhkan biaya untuk biaya transportasi, baju dan buku tulis serta alat tulis
lainnya yang tidak dibantu oleh pemerintah.
Kekurangan finansial yang dialami narasumber menunjukkan bahwa Indonesia
masih belum memerangi kemiskinan walaupun sudah menjadi negara yang
“merdeka”. Dan juga menunjukkan adanya ketimpangan sosial yang dialami
narasumber yang juga bertentangan dengan sila ke-5 Pancasila sebagai dasar
negara kita sendiri.

3.2. Saran
Harapan untuk Indonesia kedepannya yang dikatakan narasumber dapat terpenuhi
jika negara kita mulai membantu rakyat yang kurang mampu seperti memberikan
santunan, memberikan beasiswa untuk sekolah wajib 12 tahun beserta kebutuhan
sekolah lainnya agar Indonesia memiliki SDM yang lebih baik lagi serta

13
diperlukannya lapangan pekerjaan yang luas agar Indonesia dapat memerangi
kemiskinan yang ada di Indonesia.

14
DAFTAR PUSTAKA

Townsend, Peter, British Journal of Sociology, “The meaning of poverty”, vol


61 , (2010).
Haughton, Jonathan dan Shahidur R. Khandker (2009), "Handbook on Poverty +
Inequality", The World Bank.
Badan Pusat Statistik (2022, Januari). Profil Kemiskinan di Indonesia September
2021 . Berita Resmi Statistik No. 07/01/Th. XXV, 17 Januari 2022.

15
LAMPIRAN

Gambar 1. “Penulis (Pewawancara) dengan Narasumber”

Gambar 2. “Rekan Pewawancara (Nazwa Izmi Sachsiyyah 220906029)


dengan Narasumber”

16
Gambar 3. Santunan yang diberikan berupa beras 5kg

17

Anda mungkin juga menyukai