Anda di halaman 1dari 37

Ns. Ratna Sari Dewi, S.Kep., M.

Kep
 Proses keperawatan adalah metode keperawatan yang
sistematis, berpusat pada pasien, dan berorientasi pada
tujuan, menyediakan kerangka kerja untuk praktik
keperawatan yang dibutuhkan perawat untuk
meningkatkan kesejahteraan pasien (Taylor, Lilis dan
Lemone, 2022).
 Proses keperawatan adalah metode perencanaan dan
pemberian asuhan keperawatan yang sistematis dan
rasional, bertujuan untuk mengidentifikasi status kesehatan
klien, masalah atau kebutuhan perawatan kesehatan yang
bersifat aktual atau potensial, menetapkan rencana untuk
memenuhi kebutuhan yang diidentifikasi dan untuk
memberikan intervensi keperawatan dalam memenuhi
kebutuhan tersebut (Berman, Snyder and Frandsen, 2016).
 Proses keperawatan merupakan blueprint mendasar dan
standar praktik tentang cara merawat pasien
 Proses keperawatan bersifat edukatif dan
terapeutik ketika perawat dan klien dapat saling
mengenal dan menghormati, dan berbagi dalam
pemecahan masalah.
 Klien dapat berupa seorang individu, keluarga
komunitas atau kelompok.
 Proses keperawatan secara umum Terdiri dari 5
fase yaitu:
1. Pengkajian
2. Perumusan diagnose
3. Perencanaan
4. Implementasi
5. Evaluasi
 Proses keperawatan ini bersifat siklus artinya
komponennya mengikuti urutan logis, tetapi lebih
dari satu komponen dapat terlibat pada satu waktu.
 Pada akhir siklus pertama perawatan dapat
dihentikan jika tujuan tercapai, atau siklus dapat
berlanjut dengan penilaian ulang atau rencana
perawatan dapat diubah (Berman, Snyder and
Frandsen, 2016).
 Proses keperawatan dapat juga dilihat sebagai
sebuah sistem. Layaknya sebuah sistem, proses
keperawatan memiliki tujuan.
 Tujuan dari proses keperawatan adalah untuk
mengatur dan memberikan perawatan yang
berpusat pada pasien.
 Sebagai suatu sistem proses keperawatan memiliki
komponen input output feedback
 Input untuk proses keperawatan adalah data atau informasi
yang berasal dari pengkajian pasien (misalnya bagaimana
pasien berinteraksi dengan lingkungannya dan fungsi
fisiologis pasien).
 Output adalah produk akhir dari suatu sistem dan dalam
kasus proses keperawatan adalah status kesehatan pasien
meningkat menurun atau tetap stabil sebagai hasil asuhan
keperawatan
 Feedback berfungsi untuk menginformasikan sistem tentang
bagaimana dia berfungsi, misalnya dalam proses keperawatan
outcome mencerminkan tanggapan pasien terhadap intervensi
keperawatan. Outcome adalah bagian dari umpan balik sistem untuk
menyempurnakan rencana perawatan bentuk umpan balik lain
dalam proses keperawatan mencakup tanggapan dari anggota
keluarga dan konsultasi dari profesional perawatan kesehatan
lainnya
 Content adalah produk dan informasi yang diperoleh dari sistem,
berisikan informasi tentang intervensi keperawatan untuk pasien
dengan masalah perawatan kesehatan tertentu. misalnya pasien
dengan gangguan mobilitas tempat tidur memiliki kebutuhan dan
intervensi perawatan kulit yang sama (misalnya, kebersihan dan
perubahan posisi terjadwal) yang sangat berhasil dalam mengurangi
resiko ulkus tekanan.
 Sebagai sebuah sistem proses keperawatan dapat dipahami dan
diterapkan dengan pendekatan berbagai teori atau model
keperawatan.
 Terdapat banyak teori atau model keperawatan namun dalam
bagian ini teori atau model keperawatan yang akan dibahas
yaitu :
1. Nightingales environmental Theory
2. Hendersons Basic Needs Theory
3. Orlando Theory
4. Orems Self-Care Deficit Nursing Theory
5. Roys Adaptation Model
6. Neuman System Model
7. Watson's Human Caring Theory
Pada tahun 1859 Nightingale merumuskan Environmental Theory.
Fokus utama teori ini pada pasien dan lingkungan dengan intervensi keperawatan yang
bertujuan memanipulasi lingkungan untuk meningkatkan penyembuhan dan pemulihan
pasien.
Model ini menjelaskan hubungan lingkungan ke pasien perawat ke lingkungan dan
perawat ke pasien model ini menghubungkan kesehatan dengan 5 faktor lingkungan:
1. Udara bersih atau segar
2. Air murni
3. Drainase yang efisien
4. Kebersihan
5. Cahaya terutama sinar matahari langsung
(Berman, Snyder dan frandsen, 2016).
 Pengkajian berfokus kepada pengaruh lingkungan terhadap
pasien, seperti pilihan pasien terhadap makan atau minuman,
kondisi lingkungan tempat tinggal dan lain-lain.
 Implementasi keperawatan berupa manipulasi terhadap faktor
lingkungan yang turut mempengaruhi kesehatan klien seperti
kebisingan cahaya, kebersihan tempat tidur dan ventilasi di
kamar pasien.
 Evaluasi didasarkan pada efek perubahan lingkungan terhadap
kesehatan pasien.
 Melalui manipulasi lingkungan asuhan keperawatan, bertujuan
untuk membantu klien dalam kondisi terbaik dengan efek
lingkungan yang mendukung penyembuhan lihat gambar
 Pada tahun 1955 Virginia Henderson merumuskan Basic Needs Theory.
 Henderson mendefinisikan keperawatan sebagai membantu individu sakit atau
sehat dalam melakukan aktivitas yang akan berkontribusi pada kesehatan
pemulihan atau kematian yang damai dan bahwa individu akan mampu tampil
tanpa bantuan jika memiliki kekuatan kemauan atau pengetahuan yang diperlukan
(M.R. Alligood, 2014).
 Henderson melihat peran perawat sebagai pendamping individu yang sakit atau
sehat untuk memperoleh kemandirian dalam memenuhi 14 kebutuhan dasar
manusia yang dipandang sebagai dasar asuhan keperawatan.
14 kebutuhan dasar manusia menurut Henderson
1. Bernapas dengan normal
2. Makan dan minum secukupnya
3. Membersihkan kotoran tubuh
4. Bergerak dan mempertahankan postur yang diinginkan
5. Tidur dan istirahat
6. Memilih pakaian yang cocok
7. Menjaga suhu tubuh dalam kisaran normal dengan mengatur pakaian dan memodifikasi
lingkungan
8. Menjaga kebersihan dan kerapihan badan
9. Menghindari bahaya di lingkungan dan melukai orang lain
10. Berkomunikasi dengan orang lain dalam mengungkapkan emosi kebutuhan ketakutan
atau pendapat
11. Beribadah menurut keyakinan seseorang
12. Bekerja sedemikian rupa untuk rasa pencapaian
13. Bermain atau berpartisipasi dalam berbagai bentuk rekreasi
14. Belajar menemukan atau memuaskan rasa ingin tahu yang mengarah pada
perkembangan dan kesehatan normal serta menggunakan fasilitas kesehtan yang
tersedia.
 Hubungan interpersonal antara perawat dan pasien menciptakan
lingkungan perawatan untuk mengidentifikasi kebutuhan pasien,
merencanakan tujuan perawatan dan memberikan Asuhan Keperawatan
yang berpusat pada pasien.
 Bagi Henderson, semua asuhan keperawatan pada dasarnya kompleks
karena melibatkan adaptasi prosedur yang konstan terhadap kebutuhan
dasar manusia dalam asuhan keperawatan dasar, Henderson menilai
bahwa perawat memiliki tanggung jawab untuk menilai kebutuhan klien,
membantu klien memenuhi kebutuhan kesehatannya dan atau
menyediakan lingkungan di mana klien dapat melakukan aktivitas tanpa
bantuan (Smith and Parker 2010).
 Membingkai proses keperawatan dengan Kebutuhan individu
memungkinkan perawat menggunakan teori Henderson untuk berbagai
klien di seluruh rentang hidup dan dalam berbagai setting di sepanjang
rangkaian perawatan kesehatan (Potter. Et.al, 2013)
 Pada tahun 1961 Orlando memperkenalkan proses keperawatan
sebagai alat pengambilan keputusan bertahap berdasarkan analisis
rasional data empiris. Dalam disiplin ilmu lain dikenal sebagai
proses pemecahan masalah dan merupakan tema kunci dari banyak
keperawatan.
 Keperawatan bukanlah sebagai proses dengan titik akhir tapi
sebagai proses berkelanjutan dinamis dan terbuka dipandu oleh
intensionalitas, meskipun tidak diarahkan oleh outcome atau produk
yang telah dibayangkan sebelumnya.
 Orlando adalah salah satu pemikir awal dalam keperawatan yang
mengusulkan bahwa pasien memiliki makna dan interpretasi mereka
sendiri terhadap situasi yang dialami, maka sebelum menarik
kesimpulan perawat harus memvalidasi kesimpulan dan analisis
mereka dengan pasien.
 Menurut Orlando (1961), seseorang menjadi pasien yang
membutuhkan asuhan keperawatan ketika mereka memiliki
kebutuhan akan bantuan yang tidak dapat dipenuhi secara
mandiri baik dikarenakan keterbatasan fisik, memiliki reaksi
negatif terhadap lingkungan atau memiliki pengalaman yang
menghalangi mereka untuk mengomunikasikan
kebutuhannya.
 Pasien mengalami kesusahan atau perasaan tidak berdaya
sebagai akibat dari kebutuhan bantuan yang tidak terpenuhi.
 Orlando mengusulkan korelasi positif antara lamanya pasien
mengalami kebutuhan yang tidak terpenuhi dan tingkat
kesusahan karena itu kesegaran ditekankan di seluruh
teorinya.
 Dalam pandangan Orlando ketika individu mampu
memenuhi kebutuhannya sendiri, mereka tidak
merasa tertekan dan tidak membutuhkan perawatan
dari perawat professional.
 Orlando menekankan bahwa sangat penting bagi
perawat untuk berbagi persepsi, pikiran, dan
perasaan mereka sehingga mereka dapat
menentukan apakah kesimpulan mereka sesuai
dengan kebutuhan pasien.
 Teori Orlando tetap menjadi teori praktik paling
efektif yang sangat membantu perawat baru saat
mereka memulai praktik.
 Pada tahun 1971 orang merumuskan Self-care Defisit Nursing Theory (SCDNT).
 Teori atau model ini berfokus pada kebutuhan perawatan diri pasien.
 Orem mendefinisikan perawatan diri sebagai pembelajaran aktivitas berorientasi
pada tujuan yang diarahkan pada diri sendiri untuk kepentingan mempertahankan
hidup, kesehatan, perkembangan dan kesejahteraan.
 Tujuan Teori Orem adalah untuk membantu pasien melakukan perawatan diri dan
mengelola masalah kesehatannya. Asuhan keperawatan diperlukan bila pasien
tidak mampu memenuhi kebutuhan biologis, psikologis, perkembangan atau
sosial.
SCDNT ini adalah teori umum yang terdiri dari empat teori terkait berikut (M.R.
Allygood, 2014):
1. Teori perawatan diri (Self-care) yang menjelaskan mengapa dan bagaimana
orang merawat diri mereka sendiri.
2. Teori perawatan bergantung (Dependent-care), yang menjelaskan Bagaimana
anggota keluarga dan atau kerabat memberikan dependent-care bagi seseorang
yang bergantung secara sosial
3. Teori defisit perawatan diri (self-care deficit) yang menjelaskan Mengapa
seseorang dapat dibantu melalui keperawatan
4. Teori Sistem keperawatan (Nursing systems) yang menjelaskan hubungan yang
harus dibawa dan dipertahankan agar keperawatan dapat dihasilkan
 Interaksi dari tiga subsistem pada gambar 2.4 menciptakan model
kolaborasi sejati dengan penerima perawatan atau pemberi perawatan.
 Teori Defisit perawatan diri Orem membantu perawat menilai dan
menentukan mengapa pasien tidak dapat memenuhi kebutuhan ini,
mengidentifikasi tujuan untuk membantu pasien, campur tangan untuk
membantu pasien melakukan perawatan diri, dan mengevaluasi
seberapa besar perawatan mandiri yang dapat dilakukan pasien.
 Menurut teori Orem tujuan keperawatan adalah untuk meningkatkan
kemampuan pasien untuk memenuhi kebutuhan diri (Potter et al, 2013).
 Bila perawat menggunakan teori orem dalam prakteknya perawat dapat
menilai dan menafsirkan data untuk menentukan kebutuhan perawatan
diri pasien, defisit perawatan diri dan kemampuan perawatan diri client
dalam pengelolaan penyakit.
 Teori ini membantu desain intervensi keperawatan yang berpusat pada
pasien untuk mempromosikan perawatan diri pasien dalam mengelola
penyakit
 Pada tahun 1976 sister Calista Roy merumuskan Roy adaptation model theory atau
model ini memandang pasien sebagai sistem adaptif.
 Menurut model adaptasi roy, tujuan keperawatan adalah untuk membantu klien
beradaptasi dengan perubahan dalam kebutuhan fisiologis, konsep diri, fungsi
peran dan hubungan interdependen selama kesehatan dan penyakit.
 Semua individu harus beradaptasi dengan tuntutan berikut memenuhi kebutuhan
fisiologis dasar mengembangkan konsep diri yang positif melakukan peran sosial
dan mencapai keseimbangan antara ketergantungan dan kemandirian
 Kebutuhan asuhan keperawatan terjadi ketika pasien tidak dapat beradaptasi
dengan tuntutan lingkungan internal dan eksternal perawat menentukan
kebutuhan mana yang menyebabkan masalah pasien dan menilai seberapa
mampu pasien beradaptasi dengan hal tersebut (Potter et al, 2013)
 Asuhan keperawatan diharapkan dapat membantu klien
beradaptasi dengan perubahan.
 Sebagai sistem kehidupan terbuka, seseorang menerima
masukan atau rangsangan baik dari lingkungan maupun dari
diri sendiri. Tingkat adaptasi ditentukan oleh efek gabungan
dari rangsangan vokal kontekstual dan residual. Adaptasi
terjadi ketika seseorang tersebut merespon secara positif
terhadap perubahan lingkungan. Respon adaptif ini
meningkatkan integritas orang tersebut yang mengarah
pada kesehatan sedangkan respon yang tidak efektif
terhadap rangsangan menyebabkan terganggunya integritas
orang tersebut.
 Terdapat dua subsistem yang saling terkait dalam model Roy
(gambar 2.5)
 Subsistem proses primer atau proses kontrol yang terdiri
dari regulator dan kognator
 Subsistem sekunder efektor terdiri dari 4 mode adaptif
berikut (1) kebutuhan fisiologis (2) konsep diri (3) fungsi
peran (4) saling ketergantungan (Allygood, 2014)
Ali good (2014) menjelaskan bahwa ketika menggunakan proses perawatan 6 langkah
Roy, perawat melakukan enam fungsi berikut:
1. Menilai perilaku yang diwujudkan dari 4 mode adaptif
2. Menilai rangsangan untuk perilaku tersebut dan mengidentifikasinya sebagai
rangsangan vokal kontekstual Atau sisa .
a. Vokal stimuli segera dihadapi individu tersebut
b. Rangsangan kontekstual adalah semua rangsangan lain yang berkontribusi pada efek
rangsangan vokal
c. Rangsangan sisa adalah faktor lingkungan yang efeknya tidak jelas dalam situasi
tertentu
3. Membuat pernyataan atau diagnosis keperawatan tentang keadaan adaptif orang
tersebut
4. Menetapkan tujuan untuk mendorong adaptasi
5. Menerapkan intervensi yang bertujuan mengelola rangsangan untuk
mempromosikan adaptasi
6. Mengevaluasi apakah tujuan adaptif telah terpenuhi dengan memanipulasi
rangsangan dan bukan pasien, yang merawat meningkatkan interaksi orang
dengan lingkungannya sehingga meningkatkan kesehatan.
 Pada tahun 1972 dan 1955 Betty Neuman merumuskan
system model.
 Model sistem Neuman didasarkan pada konsep stres dan
reaksi terhadapnya. dasar filosofis model sistem Neuman
meliputi keutuhan orientasi kesehatan persepsi klien dan
motivasi dan perspektif sistem dinamis dari energi dan
interaksi variabel dengan lingkungan untuk mengurangi
kemungkinan bahaya dari penyebab stres internal dan
eksternal sementara pemberi asuhan dan klien
membentuk kemitraan hubungan untuk menegosiasikan
tujuan hasil yang diinginkan untuk retensi kesehatan yang
optimal pemulihan dan pemeliharaan (Smith dan Parker,
2010)
 Perawat bertanggung jawab untuk mengembangkan
intervensi untuk mencegah atau mengurangi stres pada
klien. Model ini memandang orang keluarga atau komunitas
sebagai Respon yang konstan terhadap lingkungan dan
pemicu stress serta membantu menjelaskan respon individu
keluarga dan komunitas terhadap pemicu stress. Semua
sistem Mengalami berbagai penyebab stres yang masing-
masing berpotensi mengganggu keseimbangan seseorang
keluarga atau komunitas (Potter et al, 2013)
 Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi stres dan koping
yaitu faktor situasional, faktor kematangan (maturasi) dan
faktor sosiokultural.
 Model sistem Neuman menekankan pentingnya ketepatan
dalam pengkajian dan intervensi yang meningkatkan
kesehatan optimal menggunakan strategi pencegahan
primer, sekunder dan tersier.
 Menurut teori Newman tujuan pencegahan primer adalah
untuk meningkatkan kesehatan pasien dengan pencegahan
stress dan pengurangan faktor resiko, pencegahan sekunder
terjadi setelah gejala muncul di mana perawat menentukan
arti penyakit dan stres bagi pasien serta kebutuhan dan
sumber daya pasien untuk memenuhinya, pencegahan
tersier dimulai saat sistem pasien menjadi lebih stabil dan
pulih di mana perawat mendukung proses rehabilitasi yang
terlibat dalam penyembuhan dan mengembalikan pasien ke
kesehatan dan pencegahan penyakit tingkat primer.
 Pada tahun 1980-an Jean Watson merumuskan human Caring Theory.
 Teori ini menjelaskan bahwa Caring adalah inti dari keperawatan
dan fokus paling sentral dan pemersatu dari praktik keperawatan
dengan penekanan pada martabat dan nilai individu (ladner and
DeLaune, 2011).
 Watson menekankan komitmen perawat untuk merawat klien secara
utuh (holistic) Serta adanya kepedulian terhadap kesehatan individu
dan kelompok. Caring bersifat universal, dipraktikkan melalui
hubungan antar pribadi melibatkan komitmen untuk peduli dan
didasarkan pada pengetahuan.
Watson merumuskan tanggung jawab sosial dan etis perawat dalam
kaitannya dengan perawatan yaitu:
1. Perawat harus merawat dirinya sendiri untuk merawat orang lain
2. Perawat harus tetap berkomitmen pada cita-cita perawatan manusia
3. Pemeliharaan diri yang lebih tinggi atau lebih dalam dan kesadaran
yang lebih tinggi mengarah pada kepedulian
4. Kepedulian manusia hanya dapat ditunjukkan melalui hubungan
interpersonal
5. Menghormati keterhubungan semua kesadaran kesatuan mengarah
pada penyembuhan perawatan transpersonal
6. Sistepraktik harus didasarkan pada nilai-nilai kemanusiaan dan
kepedulian terhadap kesejahteraan sesama
 Watson menekankan bahwa praktik keperawatan bersifat
transpersonal dan metafisik di mana sementara perawat
mempertahankan objektivitas profesional sebagai ilmuwan
sarjana klinisi dan agen moral. Perawat juga secara subjektif
terlibat dalam hubungan interpersonal dengan klien
(Berman, snyderand Frandsen, 2016). Kontak Trans personal
ini berpotensi menyentuh kesadaran spiritual dan jiwa yang
lebih tinggi dan memiliki kekuatan untuk menghasilkan
penyembuhan.

Anda mungkin juga menyukai