Anda di halaman 1dari 61

MODEL KEPERAWATAN HUBUNGAN INTERPERSONAL

Hildegard E. Peplau

Pandangan Teoritis
 Teori ini menjelaskan tentang kemampuan dalam memahami diri sendiri & orang
lain dengan menggunakan dasar huungan antar manusia (HAM
 Menurut Peplau, Keperawatan adalah proses interpersonal karena melibatkan
interaksi antara dua atau lebih individu dengan tujuan bersama.

Fase-fase Hubungan Interpersonal :


1) Fase Orientasi ; Perawat dan pasien melakukan kontrak awal untuk menjalin
trust, terjadi proses pengumpulan data
2) Fase Identifikasi ; Perawat sebagai fasilitator untuk memfasilitasi expresi
perasaan pasien, melaksanakan asuhan keperawatan
3) Fase Eksplorasi ; Perawat telah membantu pasien dalam memberikan gambaran
kondisi pasien
4) Fase Resolusi ; Perawat berusaha secara bertahap untuk membebaskan
pasien dari ketergantungan terhadap nakes & menggunakan kemampuan yang
dimilikinya
Asumsi
Asumsi utama atau asumsi dasar dalam pengembangan model konsep dan teori hubungan
interpersonal Oleh Peplau dibedakan menjadi asumsi eksplisit dan implisit.
1. Asumsi ekplisit memberi pandangan bahwa
 Perawat akan membuat pasien belajar ketika ia menerima penanganan
perawatan,
 Menjalankan fungsi keperawatan dan pendidikan keperawatan dengan
membantu perkembangan pasien ke arah kedewasaan
 Keperawatan menggunakan prinsip-prinsip dan metode-metode yang
membimbing proses ke resolusi dari masalah interpersonal.
2. Asumsi implisit
Mempertegas profesi keperawatan memiliki tanggung jawab legal dalam penggunaan
keperawatan secara efektif dan segala konsekuensinya kepada pasien.

1
Komponen Dasar
Dalam kaitannya dengan perpektif paradigma keperawatan, Peplau juga menguraikan
secara terperinci berdasarkan 4 komponen dasar :
1. Manusia
Individu dipandang sebagai suatu organisme yang hidup dalam equilibrium yang
tidak stabil yang berjuang dengan caranya sendiri untuk megurangi ketegangan yang
disebabkan oleh kebutuhan. Tiap individu merupakan makhluk yang unik,
mempunyai persepsi yang dipelajari dan ide yang telah terbentuk dan penting untuk
proses interpersonal
2. Lingkungan
Merupakan kekuatan yang berada di luar organisme dimana Budaya, adat istiadat
dan kebiasaan serta keyakinan merupakan faktor yang perlu dipertimbangkan dalam
menghadapi individu
3. Kesehatan
Suatu perkembangan kepribadian dan proses kemanusiaan yang berkesinambungan
ke arah kehidupan yang kreatif, konstruktif dan produktif
4. Keperawatan
Suatu proses interpersonal yang bermakna, bersifat therapeutic.

Peran Perwat
Peplau secara terperinci menguraikan beberapa peran perawat :
1. Stranger ; menerima pasien secara baik-baik untuk dapat beradaptasi dengan situasi
kehidupan yang berbeda, sehingga tercipta hubungan saling percaya,
2. Teacher ; sebagai guru dalam memberi pengetahuan sesuai kebutuhan,
3. Resource Person ; Sebagai narasumber atau pemberi informasi yang spesifik dalam
memahami masalah atau situasi yang baru,
4. Counselors ; Membantu individu untuk memahami dan mengintegrasikan makna
kehidupan saat ini sambil memberikan bimbingan dan dorongan untuk melakukan
perubahan,
5. Surrogate; bertindak sebagai advokasi, yaitu atas nama pasien untuk membantu
memperjelas domain saling ketergantungan dan kemandirian
6. Leader ; memimpin pertemuan dengan cara yang saling memuaskan

2
PHYLOSOFICAL THEORY
FLORENCE NAIGHTINGALE

Pandangan Teoritis
 Filosofi Florence Nightingale sangat dipengaruhi oleh pandangan tentang interaksi
pasien dan lingkungannya yaitu lingkungan fisik, lingkungan psikologis dan
lingkungan sosial.
 Konsep Nightingale menempatkan lingkungan sebagai fokus asuhan keperawatan dan
perhatian di mana perawat tidak perlu memahami seluruh proses penyakit merupakan
upaya awal untuk memisahkan antara profesi keperawatan dan kedokteran.
 Nightingale tidak memandang perawat secara sempit yang hanya sibuk dengan
masalah pemberian obat dan pengobatan, tetapi lebih berorientasi pada pemberian
udara, lampu, kenyamanan lingkungan, kebersihan, ketenangan dan nutrisi yang
adekuat
 Model dan konsep ini memberikan inspirasi dalam perkembangan praktik
keperawatan, sehingga akhirnya dikembangkan secara luas, paradigma perawat
dalam tindakan keperawatan hanya memberikan kebersihan lingkungan kurang
benar, akan tetapi lingkungan dapat mempengaruhi proses perawatan pada pasien,
sehingga perlu diperhatikan.
 Teori Nightingale memandang Pasien dalam kontek lingkungan keseluruhan :
Lingkungan fisik, Psikologis, dan Sosial.
 Perawat adalah orang yang membantu proses penyembuhan pasien, dimana perawta
lebih dituntut harus bisa membuat lingkungan fisik, psikologis, dan sosial pasien
selalu nyaman dengan lingkungan yang bersih.
 Sebagai contoh : berdasarkan teori ada beberapa hal yang pelu di lakukan perawat
pada saat memberikan nutrisi kepada pasien adalah :
1) Jelaskan pentingnya nutrisi yang baik

2) Posisikan pasien merasa nyaman saat makan

3) Buat lingkungan sekitar nyaman

3
Fenomena Keperawatan
 Florence Nigtingale yang mengamati fenomena bahwa pasien yang dirawat dengan
keadaan lingkungan yang bersih ternyata lebih cepat sembuh.
 Karena masalah munculnya dari dunia empirik, maka proses berpikir tersebut
diarahkan pada pengamatan objek dalam dunia empirik.
 Dalam menghadapi masalah perawat memunculkan reaksi yang berbeda-
beda sesuai dengan cara berpikirnya.
 Ilmu dimulai dengan fakta dan kemudian akan diakhiri dengan penemuan fakta
pula. Fakta akan menghasilkan suatu teori yang menjelaskan tentang gejala yang
terdapat dalam dunia nyata dan memberikan prediksi terhadap permasalahan tersebut.
 Teori keperawatan merupakan abstraksi intelektual yang merupakan gabungan antara
pendekatan rasional dengan pengalaman empirik perawat dalam
praktik keperawatan. Dalam hal ini teori merupakan suatu penjelasan yang
bersifat rasional yang sesuai dengan objek yang dijelaskan.

Kaji dan analisis fenomena


Analisis masalah mencakup langlah-langkah berikut :
 Langkah pertama dalam analisa suatu fenomena adalah mengidentifikasi
faktor-faktor yang kemunkinan menjadi pencetus terjadinya suatu
fenomena tersebut.
 Rumusan i n i m e n g a n d u n g p e r t a n y a a n m e n g e n a i o b j e k e m p i r i s d a n
f a k t o r - f a k t o r y a n g terkait di dalamnya. Rumusan masalah didapat
melalui pengamatan terhadap objek empiris yang menjadi fokus utamanya

Solusi
1) Mempelajari dan menentukan masalah prioritasnya
2) Menyusun alternatif penyelesaian
3) Menentukan tindakan yang mempunyai kemungkinan paling besar akan berhasil
dengan akibat yang paling menguntungkan
4) Bertindak (modifikasi lingkungan) ciptakan lingkungan yang tenang, aman dan
nyaman
5) Menilai / evaluasi

4
GRAND TEORI KEPERAWATAN ADAPTASI MODEL
Sister Callista Roy

Konsep Grand Teori


 Teori Keperawatan diklasifikasikan berdasarkan tingkat keabstrakannya, dimulai
dari meta theory sebagai yang paling abstrak, hingga practice theory
 Level ke tiga dari teori keperawatan adalah Grand Theory yang menegaskan fokus
global dengan board perspective dari praktik keperawatan dan pandangan
keperawatan yang berbeda terhadap sebuah fenomena keperawatan.
 Grand Theory Keperawatan dibedakan dengan Teori Filosofi Keperawatan.
 Filosofi bersifat abstrak yang menunjukkan keyakinan dasar disiplin
keperawatan dalam memandang manusia sebagai makhluk biologis dan respon
manusia dalam keadaan sehat dan sakit, serta berfokus kepada respons
mereka terhadap suatu situasi.
 Filosofi belum dapat diaplikasikan langsung dalam praktik keperawatan,
sehingga perlu dijabarkan dan dibuat dalam bentuk yang lebih konkrit
 Grand theory keperawatan (Alligood, 2002), menyatakan teori pada level ini lebih
fokus dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan praktisi keperawatan yang spesifik
seperti spesifik untuk kelompok usia pasien, kondisi keluarga, kondisi kesehatan,
dan peran perawat.

Tinjauan Teoritis The Roy Adaptation Model


1. Manusia Sebagai System Adaptive.
Roy mengemukakan bahwa manusia sebagai sebuah sistim yang dapat
menyesuaikan diri (adaptive system ). Sebagai sistim yang dapat menyesuaikan diri
manusia dapat digambarkan secara holistik (bio, psicho, Sosial) sebagai satu
kesatuan yang mempunyai Input, Control, Proses Feedback, dan Output.
1) Input (Stimulus)
Manusia sebagai suatu sistim dapat menyesuaikan diri dengan menerima masukan dari
lingkungan luar dan lingkungan dalam diri individu itu sendiri

2) Mekanisme Koping.

5
 Tiap upaya yang diarahkan pada penatalaksanaan stress, termasuk upaya
penyelesaian masalah langsung dan mekanisme pertahanan diri.

 Ada 2 (dua) Mekanisme koping, yaitu :

a. Mekanisme koping bawaan, yaitu ditentukan oleh sifat genetic yang dimiliki

b. Mekanisme koping yang dipelajari, yaitu dikembangkan melalui strategi


pembelajaran atau pengalaman-pengalaman yang ditemui selama menjalani
kehidupan.

 Ada 2 (dua) Respon Adaptasi :

a. Respon adaptif, adalah keseluruhan yang meningkatkan itegritas dalam batasan


yang sesuai dengan tujuan “human system”.

b. Respon maladaptif, yaitu segala sesuatu yang tidak memberikan kontribusi yang
sesuai dengan tujuan “human system.

3) Output
Respon-respon yang adaptive mempertahankan atau meningkatkan intergritas,
sedangkan respon maladaptive dapat mengganggu integritas. Melalui proses feedback,
respon-respon itu selanjutnya akan menjadi Input (masukan) kembali pada manusia
sebagai suatu sistim.

Koping yang tidak konstruktif atau tidak efektif berdampak terhadap respon sakit
(maladaptife). Jika pasien masuk pada zona maladaptive maka pasien mempunyai
masalah keperawatan adaptasi

4) Subsistem Regulator dan Kognator


 Subsistim Regulator adalah gambaran respon yang kaitannya dengan perubahan
pada sistim saraf, kimia tubuh, dan organ endokrin, dan merupakan mekanisme
kerja utama yang berespon dan beradaptasi terhadap stimulus lingkungan.

 Subsistim Kognator adalah gambaran respon yang kaitannya dengan perubahan


kognitif dan emosi, termasuk didalamnnya persepsi, proses informasi,
pembelajaran, membuat alasan dan emosional.

Respon-respon susbsistem tersebut semua dapat terlihat pada empat perubahan yang
ada pada manusia sebagai sistim adaptive yaitu : fungsi fisiologis, konsep diri,
fungsi peran dan Interdependensi.
1) Perubahan Fungsi Fisiologis

6
Adanya perubahan fisik akan menimbulkan adaptasi fisiologis untuk
mempertahankan keseimbangan.

Contoh : Keseimbangan cairan dan elektrolit, fungsi endokrin (kelenjar adrenal


bagian korteks mensekresikan kortisol atau glukokortikoid, bagian
medulla mengeluarkan epenefrin dan non epinefrin), sirkulasi dan
oksigen.

2) Perubahan konsep diri


Adalah keyakinan perasaan akan diri sendiri yang mencakup persepsi, perilaku
dan respon. Adanya perubahan fisik akan mempengaruhi pandangan dan
persepsi terhadap dirinya. Contoh : Gangguan Citra diri, harga diri rendah.

3) Perubahan fungsi peran


Ketidakseimbangan akan mempengaruhi fungsi dan peran seseorang.

Contoh : peran yang berbeda, konflik peran, kegagalan peran.

4) Perubahan Interdependensi
Ketidakmampuan seseorang untuk mengintergrasikan masing-masing komponen
menjadi satu kesatuan yang utuh. Contoh : kecemasan berpisah.

Pelajari Juga Skemanya

2. Stimulus.
 Stimuluis Internal adalah keadaan proses mental dalam tubuh manusia berupa
pengalaman, kemampuan emosional, kepribadian dan Proses stressor biologis (sel
maupun molekul) yang berasal dari dalam tubuh individu.

 Stimulus External dapat berupa fisik, kimiawi, maupun psikologis yang diterima
individu sebagai ancaman.

Lebih lanjut stimulus itu dikelompokkan menjadi 3 (tiga) jenis stimulus, antara lain:
1) Stimulus Fokal
Stimulus yang secara langsung dapat menyebabkan keadaan sakit dan
ketidakseimbangan yang dialami saat ini. Contoh : kuman penyebab infeksi

2) Stimulus Kontektual.

7
Stimulus yang dapat menunjang terjadinya sakit (faktor presipitasi) seperti
keadaan tidak sehat, dan tidak terlihat langsung pada saat ini, misalnya
penurunan daya tahan tubuh.

3) Stimulus Residual
Sikap, keyakinan dan pemahaman individu yang dapat mempengaruhi
terjadinya keadaan tidak sehat (faktor predisposisi), sehingga terjadi kondisi
Fokal, mis ; persepsi pasien tentang penyakit, gaya hidup, dan fungsi peran.

3. Tingkat Adaptasi
Tingkat adaptasi merupakan kondisi dari proses hidup yang tergambar dalam 3 (tiga
kategori), yaitu 1) integrasi, 2) kompensasi, dan 3) kompromi. Tingkat adaptasi
seseorang adalah perubahan yang konstan yang terbentuk dari stimulus.

4. Sehat-Sakit (Adaptive dan Maladaptif)


Adaptasi yang tidak memerlukan energi dari koping yang tidak efektif dan
memungkinkan manusia berespon terhadap stimulus yang lain.

A. APLIKASI TEORY MODEL ADAPTASI ROY

1. Pengkajian Perilaku
1) Pengakajian Fisiologis.
Ada 9 (Sembilan) perilaku Respon Fisiologis :
a. Oksigenasi ; berhubungan dengan respirasi dan sirkulasi.
b. Nutrsisi ; untuk memperbaiki kondisi tubuh dan perkembangan.
c. Eliminasi ; Pola eliminasi.
d. Aktivitas dan istirahat ; pola aktivitas, latihan, istirahat dan tidur.
e. Intergritas kulit ; Pola fisiologis kulit.
f. Rasa/senses ; Fungsi sensoris perceptual b.d panca indra.
g. Cairan dan elektrolit ; Pola fisiologis penggunaan cairan dan elektrolit.
h. Fungsi Neurologis ; Pola kontrol neurologis, pengaturan dan intelektual.
i. Fungsi endokrin ; Pengaturan system reproduksi termasuk respon stress.
2) Pengkajian Konsep diri.
Mengidentifikasi pola nilai, kepercayaan dan emosi yang berhubungan dengan
Ide diri sendiri tentang fisik, perasaan, dan moral-etik.
3) Pengkajian Fungsi Peran.
8
Mengidentifikasi tentang pola interaksi sosial seseorang dengan orang lain
akibat dari peran ganda.
4) Pengkajian Interdpendensi.
Mengidentifikasi pola nilai menusia, kehangatan, cinta dan memiliki melalui
hubungan interoersonal terhadap individu dan kelompok.

Roy sudah mengidentifikasikan sejumlah respon yang berkaitan dengan aktivitas


Subsistim regulator dan Subsistem Kognator yang tidak efektive, seperti pada table
berikut :
Gejala berat dari aktivitas Regulator : Gejala Inefektiv dari Kognator :
 peningkatan deyut jantung dan  Gangguan persepsi/ proses informasi.
tekanan darah.  Pembelajaran inefektive.
 Tegang.  Tidak mampu membuat justifikasi.
 Hilang nafsu makan.  Afektive tidak sesuai.
 Peningkatan kortisol serum
Sumber: Julia B.George, RN,PhD (editor) 1995, Nursing Theories, The Base for Profesional Nursing
Practice. 4th. Appleton & lange Norwalk, Connecticut.

2. Pengkajian Stimulus.
Stimulus yang berpengaruh :
Budaya : Status sosial ekonomi, Ektnis (suku/Ras), sistim
kepercayaan.
Keluarga : Struktur keluarga, tugas keluarga.
Fase perkembangan : Usia, jenis kelamin, tugas, keturunan dan faktor
keturunan.
Intergritas dari cara-cara : Fisiologis (termasuk patologi penyakit), konsep diri,
penyesuaian (modes fungsi peran, interdependensi.
Adaptive)

Efektivefitas Kognator : Persepsi, pengatahuan, skill.


Pertimbangan lingkungan : Perubahan lingkungan internal dan ekternal,
menajemen pengobatan, penggunaan obat-obatan.
Alkohol, dan merokok.

3. Diagnosa Keperawatan.
FISIOLOGIS MODE
1. Oksige 6. sensoris.
nasi.  Nyeri akut.
 Hipoksia/syoks.  Nyeri kronis.
 Gangguan ventilasi.  Sensori overload.
 Inadekuat  Gangguan sensori primer.
9
pertukaran gas.  Potensial injuri.
 Inadekuat transport  Kehilangan kemampuan
Gas perawatan diri.
 Gangguan perfusi  Gangguan persepsi.
jaringan.  Potensial injuri/ hilang
kemam-puan merawat diri.
2. nutrisi.
 Malnutrisi. 7. cairan dan
 Mual,muntah. elektriolit.
 Anoreksia.  Dehidrasi.
 Retensi cairan intra seluler.;
3. elimina  Edema.
si.  Shok hipo/hipervolemik.
 Diare.  Hyper atau hipokalsemia.
 Konstipasi.  Ketidakseimbangan asam
 Kembung. basa.
 Retensi Urine.
 Inkontinensia urine. 8. Fungsi
Nerologis.
4. aktivita  Penurunan kesadaran.
s dan istirahat.  Defisit memori.
 Inadekuat pola  Ketidakstabilan perilaku
aktivitas dan istirahat. dan mood.
 Intolenransi
aktivitas. 9. Fungsi
 Immobilisasi. endokrin.
 Gangguan tidur.  Inefektiv regulator hormon.
 Inefektiv pengembangan
5. intergrit reproduksi.
as kulit.  Ketidakstabilan sikulus
 Gatal-gatal. ritme stress internal.
 Kekeringan.
 Infeksi.
 Dekubitus
KONSEP DIRI
Pandangan terhadap fisik. Pandangan terhadap personal.
 Penurunan konsep seksual.  Cemas tidak berdaya.
 Agresi.  Harga diri rendah.
 Kehilangan.  Merasa bersalah.
 Seksual disfungtion.
FUNGSI PERAN INTERDEPENDENSI
 Transisi peran.  Kecemasan.
 Peran berbeda.  Merasa.
 Konflik peran.  Ditinggalkan/isolasi.
 Kegagalan peran.
Sumber: Julia B.George, RN,PhD (editor) 1995, Nursing Theories, The Base for
Profesional Nursing Practice. 4th. Appleton & lange Norwalk, Connecticut.

10
4. Rencana Tindakan
STANDAR TINDAKAN GANGGUAN FISIOLOGIS
Memenuhi kebutuhan Oksigen. Memenuhi kebutuihan aktivitas dan
Istirahat/tidur.
Kriteria:
Kriteria
1. menyiapkan tabung oksigen dan
flow meter. 1. melakukan latihan gerak pada
2. menyiapkan hemodifier berisi pasien tidak sadar.
air. 2. melakukan mobilisasi pad pasien
3. menyiapkan slang nasal dan pasca operasi.
masker. 3. mengatur posisi yg nyama pada
4. memberikan penjelasan pada pasien.
pasien. 4. menjaga kebersihan lingkungan.
5. mengatur posisi pasien. 5. Mengopservasi reaksi pasien.
6. memasang slang nsal dan
masker.
7. memperhatikan reaksi pasien. Memenuhi kebutuhan Intergritas kulit
(kebersihan dan kenyamanan fisik)
Memenuhi kebutuhan Nutrisi: Kriteria
Kriteria 1. memandikna pasien yang tidak
sadar/ kondisinya lemah.
1. menyiapkan peralatan 2. mengganti alat-alat tenun sesuai
dalam dressing car. kebutuhan/ kotor.
2. menyeiapkan cairan 3. Merapikan alat-alat pasien.
infus/makanan/darah.
3. memberikan penjelasan
pada pasien. Mencegah dan mengatasi reaksi fisiologsi
4. mencocokan jenis
Kriteria
cairan/darah/diet makanan
5. mengatur posisi pasien. 1. Mengopservasi tanda-tanda vital
6. melakukan pemasangan sesuai kebutuhan.
infus/darah/makana 2. melakukan tes alergi pada
pemberian obat baru.
3. mengobservasi reaksi pasien.
Memenuhi kebutuhan Eliminasi
kriteria
1. menyiapkan alat pemberian
hukmah/gliserin, dulkolac &
peralatan pemasangan kateter
2. memperhatikan suhu
cairan/ukuran kateter
3. menutup dan memasang
selimut.
4. mengobservasi keadaan feses
dan uerine.
5. Mengobservasi rekasi pasien.

11
STANDAR TINDAKAN GANGGUAN KONSEP DIRI

Memenuhi kebutuhan emosional dan spiritual.


Kriteria
1. Melaksnakan Orientasi pada pasien baru.
2. memberikan penjelasan tentang tibndakan yang kan dilakukan.
3. memberikan penjelasan dangan bahasa sederhana.
4. memperhatikan setiap keluhan pasien.
5. memotivasi pasien untuk berdoa.
6. membantu pasien beribadah.
7. memperhatikan pesan-pesan pasien.
STANDAR TINDAKAN PAD GANGGUAN PERAN
1. Menyakinkan kepada pasien bahwa dia adalah tetap sebagai individu yang berguna
bagi keluarga dan msayarakat.
2. mendukung upaya kegiatan atau kreativitas pasien.
3. melibatkan pasien dalam setiap kegiatan, terutama dalam pengobatan dirinya.
4. Melibatkan pasien dalam setiap mengambil keputusan menyangkut diri pasien.
5. bersifat terbuka dan komunikastif pada pasien.
6. mengijinkan keluarga untuk memberikan dukungan kepada pasien
7. perawat dan keluarga selalu memberikan pujian atas sikap pasien yang dilakukan
secara benar dalam perawatan.
8. Perawat dan keluarga selalu bersikap halus dan meneriman jika ada sikap yang
negatif dari klein.
STANDAR TINDAKAN PADA GANGGUAN INTERDEPENSI
1. membantu pasien memenuhi kebutuhan makan dan minum.
2. membantu pasien memenuhi kebutuhan eliminasi.
3. membantu pasien memenuhi kebutuhan kebesihan diri (mandi).
4. membantu pasien untuk berhias atau berdandan.

5. Evaluasi:
Proses keperawatan diselesaikan/dilengkapi dengan fase evaluasi. PerilakuTujuan
dibandingkan dengan respon-respon perilaku yang dihasilkan, dan bagaimana
pencapaian tujuan yang telah ditetapkan. Penetapan keberhasilan suatu asuhan
keperaweatan didasarkan pada perubahan perilaku dari kriteria hasil yang
ditetapkan. Perawat memperbaiki tujuan dan intervensi setelah hasil evaluasi
ditetapkan.

12
MIDDLE RANGE THEORY SELF-TRANCENDENCE
Pamela.G.Reed

Konsep Kunci
1) Vulnerability
Kesadaran seseorang akan adanya kematian, Konsep vulnerable meningkatkan
kesadaran akan situasi mendekati kematian termasuk di dalamnya adalah keadaan
gawat seperti disabilitas, penyakit kronik, kelahiran, dan pengasuhan.

2) Self-Transcendence
Transendensi diri berarti suatu gerak melampaui apa yang telah dicapai, suatu gerak
dari yang kurang baik menjadi baik dan dari yang baik menjadi lebih baik.
Menurut Pamela G Reed, Self Transcendence didefiniskan sebagai pengembangan
konsep diri dibatasi secara mulitidimensi yaitu :
 Inwardly (batiniah) : melakukan refleksi introspeksi diri terhadap pengalaman-
pengalaman yang telah dialami.
 Outwardly (lahiriah), diartikan pentingnya berinteraksi dengan lingkungannya.
 Temporally (duniawi) : menggunakan pengalaman masa lalu sebagai pelajaran
untuk mencapai tujuan masa depan.

3) Well-Being

13
Didefiniskan sebagai perasaan sehat secara menyeluruh baik fisik, psikologis, sosial,
budaya dan spiritual yang menunjukkan suatu kesejahteraan dan keadan yang baik.

4) Moderating-Mediating Factors
Faktor-faktor yang mempengaruhi proses transendensi diri yang berkontribusi
terhadap kondisi yang baik, misalnya : usia, jenis kelamin, kemamapuan kognitif,
pengalaman hidup, persepsi spiritual, lingkungan sosial, dan riwayat masa lalu.

5) Point of Intervention
Berdasarkan teori transendensi diri, terdapat dua poin intervensi.
 Tindakan keperawatan secara langsung berfokus pada sumber-sumber yang
berasal dari dalam diri seseorang terhadap transendensi diri
 Tindakan yang berfokus pada beberapa faktor personal dan kontekstual yang
mempengaruhi hubungan antara transendensi diri dan vulnerabel ; hubungan
antar transendensi diri dan keadaan baik/sehat.

Asumsi Mayor
1) Health
Sehat, didefinisikan secara mutlak sebagai proses kehidupan dari dua hal yaitu
pengalaman negatif dan positif, dimana individu menciptakan lingkungan dan nilai-
nilai unik yang mendukung kesejahteraan (well- being).
2) Nursing
Peran keperawatan adalah untuk mendampingi orang-orang (persons) melalui proses
interpersonal dan manajemen terapeutik pada lingkungannya dengan membutuhkan
keterampilan untuk mendukung kesehatan (health) dan kesejahteraan (well-being).
3) Person
Person dipahami sebagai perkembangan masa kehidupannya dalam berinteraksi dengan
orang lain dan perubahan lingkungan yang kompleks yang dapat berkontribusi secara
positif dan negative terhadap kesehatan dan keadaan baik.
4) Environment
Keluarga, jaringan sosial, lingkungan fisik dan komunitas adalah lingkungan yang
secara signifikan berkontribusi pada proses kesehatan dimana perawat
mempengaruhinya dengan mengatur interaksi yang terapeutik antara individu dan
aktivitas keperawatan.

14
Pernyataan Teoritis
Model teori self transcendence mengusulkan tiga macam hubungan :
1) Peningkatan vulnerability dihubungkan dengan peningkatan self transcendence.
2) Self transcendence berhubungan secara positif dengan kesejahteraan (well-being).

3) Faktor-faktor personal dan eksternal bisa mempengaruhi hubungan antara vulnerability


dengan self transcendence dan antara self transcendence dan well- being.

Vulnerability + Self-transcendence + Well-Being

+ -

+ -

+ Factor-faktor personal danKontextual


yang berhubungan dengan secara
media atau hubungan moderate

Point intervensi + -
untuk meningkatkan self
Transcedence
Skema 2 : Teori Model Self-Trancendence

Terdapat 3 dalil yang berkembang menggunakan tiga konsep dasar tersebut, antara lain :
1) Dalil Pertama, self transcendence merupakan kehebatan seseorang saat menghadapi
akhir dari kehidupan dibanding ia tidak mengalaminya, atau dengan pengalaman-
pengalaman lain yang meningkatkan kesadaran akan kematian.

15
2) Dalil yang kedua yaitu batasan-batasan konseptual yang dihubungkan dengan
kesejahteraan (well-being), yang secara fluktuasi akan mempengaruhi secara positif
atau negatif well being sepanjang masa kehidupan.

Contoh : Peningkatan penampilan dan perilaku self transcendence diharapkan berkaitan


secara positif dengan kesehatan mental sebagai indicator well-being
seseorang, sedang pengaruh negative seperti ketidakmamapuan untuk
mencapai atau menerima orang lain (berteman) akan mengarah pada depresi
sebagai indicator kesehatan mental.

3) Dalil yang ketiga adalah proses person dengan lingkungan, yang berfungsi sebagai
korelasi, moderator, atau mediator yang menghubungkan antara vulnerable,
transendensi diri dan keadaan sejahtera (well being).

Ciri Middle Range Theory menurut Mc. Kenna h.p. (1997) :


1. Bisa digunakan secara umum pada berbagai situasi
2. Sulit mengaplikasikan konsep ke dalam teori
3. Tanpa indikator pengukuran
4. Masih cukup abstrak
5. Konsep dan proposisi yang terukur
6. Inklusif
7. Memiliki sedikit konsep dan variabel
8. Dalam bentuk yang lebih mudah diuji
9. Memiliki hubungan yang kuat dengan riset dan praktik
10. Dapat dikembangkan secara deduktif, retroduktif. Lebih sering secara induktif
menggunakan studi kualitatif
11. Mudah diaplikasikan ke dalam praktik, dan bagian yang abstrak merupakan hal
ilmiah yang menarik
12. Berfokus pada hal-hal yang menjadi perhatian perawat.
13. Beberapa di antaranya memiliki dasar dari grand teori, salah satu contohnya adalah :
middle range theory dari “self care deficit” diturunkan dari grand theory “self care”
oleh Orem.

16
14. Mid-range theory tumbuh langsung dari praktik. Misalnya, “caring in perinatal
nursing” dari Swansons
15. Chinn and Kramer (1995) menyatakan bahwa ada 8 mid-range theory yaitu teori
perawatan mentruasi, teori “family care-giving”, theory of relapse among ex-
smokers (kekambuhan di antara mantan perokok), a theory of uncertainty in illness
(ketidakpastian saat sakit), a theory of the peri-menopausal process (proses
menopause), a theory of self-transcendence, a theory of personal risking and a
theory of illness trajectory

Menurut Meleis, A. I. (1997), mid-range theory memiliki cirri-ciri sbb :


1. Ruang lingkup terbatas,
2. Memiliki sedikit abstrak,
3. Membahas fenomena atau konsep yang lebih spesifik, dan
4. Merupakan cerminan praktik (administrasi, klinik, pengajaran)

TINJAUAN KASUS DAN ANALISA KASUS


1. Kasus
Ny. K, usia 60 tahun memiliki 3 orang anak yang saat ini sudah berusia di atas 30
tahun. Suami Ny. K, baru saja meninggal 7 bulan yang lalu karena menderita penyakit
kronis. Pernikahan mereka telah berusia 40 tahun pada saat suaminya meninggal. Dua
orang anaknya bertempat tinggal sangat jauh dari rumah Ny. K, Sedangkan seorang
anak perempuan bersama dengan suaminya dan dua orang anak, yang satu masih usia
pra sekolah dan yang satunya lagi SMP, tinggal tidak jauh dari rumah Ny. K. Selama
suaminya sakit, Ny. K sendiri yang merawatnya. Ia menghabiskan banyak waktu dan
mengalami kelelahan dalam merawat suaminya, namun setelah suaminya meninggal
dia merasa sangat kesepian karena ditinggal seorang diri di rumahnya. Selain itu, dia
juga kehilangan selera makan sehingga tidak memiliki kekuatan untuk beraktivitas di
luar rumah dan berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya serta berinteraksi dengan
anak dan keluarganya.

2. Analisis Kasus
Berdasarkan kasus di atas, hasil analisa mennunjukkan bahwa ada beberapa masalah
yang sedang dihadapi oleh Ny. K yaitu :
1) Ny. K telah berusia lanjut.

17
2) Respon berduka yang berkepanjangan akibat kematian Suaminya
3) Interaksi dengan lingkungan sosial terganggu
4) Interaksi dengan anggota keluarga terganggu
5) Penurunan selera makan
6) Kelemahan fisik
7) Penurunan aktivitas
8) Merasa kesepian tinggal seorang diri
9) Tinggal terpisah dari anak-anaknya

3. Pembahasan
Teori Pamela.G.Reed menitikberatkan pada konsep self transcendence yang terdiri
atas konsep kunci yaitu vulnerabel, transendensi diri, sejahtera/sehat, moderating-
mediating factors, dan inti intervensi. Dalam kasus tersebut, berdasarkan teori self
transcendence maka yang perlu dilakukan oleh perawat dalam menyelesaikan
permasalahan yang dihadapi oleh Ny. K adalah dengan menerapkan konsep-konsep kunci
dari Pamela yaitu :
1) Vurnerabel yaitu meningkatkan kesadaran Ny. K bahwa kematian adalah
merupakan hal yang akan dialami oleh setiap orang yang masih hidup dan akan
disertai kesedihan serta kedukaan berlanjut sampai berbulan-bulan setelah masa
kehilangan tersebut. Bagaimana jika seandainya keadaan menjadi terbalik,
pengalaman yang sama terjadi pada dirinya sedangkan Suaminya sendiri yang
mengalami hal yang saat ini dia alami, akan sangat berbeda dan bahkan lebih
sulit bagi Suaminya untuk menerima hal tersebut. Sehingga, perawat akan
membantu Ny. K untuk melakukan refleksi terhadap dirinya dan terhadap
pengalaman tersebut. Refleksi dan instrospeksi yang dilakukan oleh Ny. K
adalah merupakan inti dari self transcendence.
2) Dari segi inwardly (batiniah), perawat menekankan adanya proses introspeksi
terhadap pengalaman masa lalu yang dialami oleh Ny. K yang kemudian dapat
menjadi fasilitas memperoleh kepulihan dan kesehatannya kembali. Introspeksi
diri bisa meliputi menggali kembali kepercayaan dan keyakinan dalam diri,
nilai-nilai pribadi, dan mimpi-mimpi yang ingin dicapai yang nantinya akan
menjadi penyemangat atau motivator untuk mencapai kondisi yang sehat secara
utuh (well being).

18
3) Dari segi outwardly (lahiriah), perawat memberikan dorongan untuk memulai
kembali hubungannya dengan dunia luar termasuk berinteraksi dengan anak dan
keluarganya, lingkungan sosialnya dan kembali beraktivitas serta dapat
menikmati masa tuanya dengan penuh kebahagian. Dengan menghabiskan waktu
bersama cucu-cucunya, anak dan menantunya akan lebih membuatnya
menikmati kebahagiaan dan kesenangan. Selain itu, dengan cara tersebut, Ny. K
akan merasa puas telah membantu anak dan menantunya menjaga anak-anaknya.
Bila kebahagiaan dan kesenangan telah terbangun, masalah fisik, nafsu makan,
perasaan kesepian, dan perasaan berduka yang dialaminya selama ini berangsur-
angsur akan hilang, sehingga Ny. K akan memperoleh kesehatannya kembali
4) Dari segi temporally (duniawi/saat ini), dari hasil refleksi dan introspeksi dari
pengalaman masa lalunya, Ny. K bisa menggunakan pengetahuan dan
keterampilannya di masa lalu itu untuk mencapai apa yang dia harapkan di masa
yang akan datang dengan melakukan/menerapkannya pada masa kini.
KESIMPULAN
1. Kelebihan
 Baik digunakan untuk menyelesaikan berbagai masalah yang terkait dengan
masalah psikososial.
 Faktor spiritual cukup dipertimbangkan dalam penyelesaian masalah pasien.
2. Kekurangan
 Banyak variabel dalam teori, seperti vulnerability dan transendensi diri serta
kondisi sejahtera yang masih abstrak, sehingga masih terdapat kesulitan
diterapkan dalam praktik.
 Pembahasan teori tidak mudah untuk dipahami sehingga sulit dicerna oleh para
perawat yang akan mengaplikasikannya ke dalam praktik.
 Terbatas digunakan hanya pada kasus-kasus yang berhubungan dengan adanya
masalah psikologis dengan kurang mempertimbangkan penangan fisiknya.
3. Teori self transcendence termasuk dalam kelompok mid-range theory karena memiliki
kriteria : konsep dan variabel sedikit, sebahagian masih bersifat abstrak, dapat
digunakan dalam berbagai situasi dan kondisi kesehatan manusia, bersumber dari
grand theory dan pengalaman-pengalaman praktik, dan berfokus pada fenomena yang
lebih spesifik.

19
4. Ketidakjelasan dan keabstrakan teori self transcendence dapat menjadi pemicu
dilakukannya penelitian-penelitian yang bisa menjadi bahan perbaikan bagi teori
tersebut.

THEORY KEPERAWATAN ORLANDO

Paradigma Keperawatan Teori Proses Keperawatan Orlando


Asumsi Orlando terhadap metaparadigma keperawatan hampir seluruhnya terkandung
dalam teorinya.
1. Perawat
Perawat adalah suatu profesi yang mempunyai fungsi autonomi yang didefinisikan
sebagai fungsi profesional keperawatan.
2. Manusia
Manusia bertindak atau berperilaku secara verbal dan nonverbal, kadang-kadang
dalam situasi tertentu manusia dalam memenuhi kebutuhannya membutuhkan
pertolongan.
3. Sehat
Orlando tidak medefinisikan tentang sehat, tetapi berasumsi bahwa bebas dari
ketidaknyamanan fisik dan mental dan merasa adekuat dan sejahtera berkontribusi
terhadap sehat.
4. Lingkungan

20
Orlando berasumsi bahwa lingkungan merupakan situasi keperawatan yang terjadi
ketika perawat dan pasien berinteraksi, dan keduanya mempersepsikan, berfikir, dan
merasakan dan bertindak dalam situasi yang bersifat segera.

Konsep Utama Dalam Teori Proses Keperawatan


 Dalam teorinya Orlando mengemukanan tentang beberapa konsep utama, diantaranya
adalah konsep disiplin proses keperawatan (nursing process discipline) yang juga
dikenal dengan sebutan proses disiplin atau proses keperawatan. Disiplin proses
keperawatan meliputi komunikasi perawat kepada pasiennya yang sifatnya segera,
mengidentifikasi permasalahan pasien yang disampaikan kepada perawat,
menanyakan untuk validasi atau perbaikan.
 Teori keperawatan Orlando menekankan ada hubungan timbal balik antara pasien dan
perawat, apa yang mereka katakan dan kerjakan akan saling mempengaruhi.
 Orlando juga menggambarkan mengenai disiplin nursing proses sebagai interaksi
total (totally interactive) yang dilakukan tahap demi tahap, apa yang terjadi antara
perawat dan pasien dalam hubungan tertentu, perilaku pasien, reaksi perawat
terhadap perilaku tersebut dan tindakan yang harus dilakukan.
 Orlando menggambarkan model teorinya dengan lima konsep utama yaitu fungsi
perawat profesional, mengenal perilaku pasien, respon internal atau kesegeraan,
disiplin proses keperawatan serta kemajuan.
1. Tanggung jawab perawat
 Tanggung jawab perawat yaitu membantu apapun yang pasien butuhkan
untuk memenuhi kebutuhannya, misalnya kenyamanan fisik dan rasa aman
ketika dalam medapatkan pengobatan..
 Perawat harus mengetahui kebutuhan pasien untuk membantu
memenuhinya.
 Perawat harus mengetahui benar peran profesionalnya, aktivitas perawat
profesional yaitu tindakan yang dilakukan perawat secara bebas dan
bertanggung jawab.
2. Mengenal perilaku pasien
Mengenal perilaku pasien yaitu dengan mengobservasi apa yang dikatakan pasien
maupun perilaku nonverbal yang ditunjukan pasien.
3. Reaksi segera

21
Reaksi segera adalah respon segera atau respon internal dari perawat dan persepsi
individu pasien , berfikir dan merasakan.
4. Disiplin proses keperawatan
George (1995) mengartikan disiplin proses keperawatan sebagai interaksi total
(totally interactive) yang dilakukan tahap demi tahap, apa yang terjadi antara
perawat dan pasien dalam hubungan tertentu, perilaku pasien, reaksi perawat
terhadap perilaku tersebut dan tindakan yang harus dilakukan, mengidentifikasi
kebutuhan pasien untuk membantunya serta untuk melakukan tidakan yang
tepat.
5. Kemajuan / peningkatan
Peningkatan berari tumbuh lebih, pasien menjadi lebih berguna dan produktif.

Disiplin Proses Keperawatan


1. Perilaku Pasien
Perilaku pasien dapat verbal dan non verbal. Perilaku verbal yang menunjukan
perlunya pertolongan seperti keluhan, permintaan, pertanyaan, kebutuhan dan lain
sebagainya. Sedangkan perilaku nonverbal misalnya heart rate, edema, aktivitas
motorik: senyum, berjalan, menghindar kontak mata dan lain sebagainya.

2. Reaksi Perawat
Reaksi ini tertidiri dari 3 bagian yaitu :
 Pertama perawat merasakan melalui indranya
 Kedua yaitu perawat berfikir secara otomatis
 Ketiga adanya hasil pemikiran sebagai suatu yang dirasakan.
Contoh perawat melihat pasien merintih, perawat berfikir bahwa pasien
mengalami nyeri kemudian memberikan perhatian

3. Tindakan Perawat
Perawat dapat bertindak dengan dua cara yaitu :
 Tindakan otomatis, yaitu dilakukan bila kebutuhan pasien yang mendesak,
misalnya tindakan pemberian obat atas intruksi medis.
22
 Tindakan terencana adalah tindakan yang memenuhi fungsi profesional perawat,
dengan kriteria sbb :
 Tindakan merupakan hasil dari indetifikasi kebutuhan pasien
 Perawat menjelaskan maksud tindakan kepada pasien untuk memenuhi
kebituhannya.
 Perawat memvalidasi efektifitas tindakan segera setelah dilakukan
 Perawat membebaskan stimulasi yang tidak berhubungan dengan kebutuhan
pasien ketika melakukan tindakan.
Tindakan otomatis tidak akan memenuhi kriteria tersebut. Beberapa contoh tindakan
otomatis tindakan rutinitas, melaksanakan instruksi dokter, tindakan perlindungan
kesehatan secara umum. Semua itu tidak membutuhkan validasi reaksi perawat.

4. Fungsi profesional
Tindakan yang tidak profesional dapat menghambat perawat dalam menyelesaikan
fungsi profesionalnya, dan dapat menyebabkan tidak adekuatnya perawatan pasien.
Aplikasi Teori Keperawatan Orlando
Gambaran Kasus :
Kasus : SKA STEMI 1 jam setelah mendapat serangan
Tn M usia 50 tahun satu jam sebelum masuk rumah sakit pasien mengeluh nyeri dada
sebelah kiri menjalar ke leher, rahang, lengan serta ke punggung sebelah kiri. Nyeri
dirasakan seperti tertekan benda berat. Nyeri menetap walaupun telah diistirahatkan.
Nyeri dirasakan terus menerus lebih dari 30 menit. Kemudian oleh keluarga dibawa ke
UGD RS. Haji Makassar.
Pasien sebelumnya belum pernah dirawat atau sakit berat tetapi memiliki kebiasaan
kurang olah raga, riwayat merokok berat 2 bungkus per hari, pasien adalah seorang
kepala keluarga dan bekerja sebagai seorang meneger di salah satu perusahaan.
Hasil pemeriksaan fisik : kesadaran kompos mentis, tekanan darah 140/90 mmHg, Nadi
98 kali/pemit, respirasi 30 kali/menit. Tampak gelisah, banyak keluar keringat. Hasil
pemeriksaan EKG menunjukan adanya ST elevasi. Hasil Laboratorium terdapat enzim
troponin T positip dan CKMB meningkat. Oleh dokter pasien didiagnosa sindroma
koroner akut dengan ST elevasi Miocard infark.
Pada kasus Tn M tersebut diatas maka perawat harus segera bereaksi terhadap perilaku
pasien baik secara verbal maupun non verbal :
1. Fase Reaksi Perawat.
23
Pengkajian difokuskan terhadap data-data yang relatif menunjukan kondisi yang
emergenci dan membahayakan bagi kehidupan pasien, data yang perlu dikaji pada
kasus diatas selain nyeri dada yang khas terhadap adanya gangguan sirkulasi
koroner, juga perlu dikaji lebih jauh adalah bagaimana kharakteristik nyeri dada
meliputi apa yang menjadi faktor pencetusnya, bagaimana kualitasnya, lokasinya,
derajat dan waktunya.
2. Fase Nursing Action
Fase perencanaan pada proses keperawatan, sesuai dengan fase nursing action pada
disiplin proses keperawatan mencakup sharing reaction (analisa data), diagnosa
keperawatan, perencanaan dan tindakan keperawatan atau implementasi.
3. Evaluasi
Evaluasi, pada fase tindakan proses disiplin merupakan hal yang tidak dapat
dipisahkan. Tindakan-tindakan yang terencana, setelah tidakan lengkap
dilaksanakan, perawat harus mengevaluasi keberhasilannya.
GRAND THEORY BETTY NEUMAN

Konsep Utama
Konsep utama yang terdapat pada model Neuman, meliputi: stresor, garis pertahanan dan
perlawanan, tingkatan pencegahan, lima variabel sistem pasien, struktur dasar, intervensi
dan rekonstitusi (Lihat juga Skemanya)
1. Stressor
Stressor adalah kekuatan lingkungan yang menghasilkan ketegangan dan berpotensial
untuk menyebabkan sistem tidak stabil. Neuman mengklasifikasi stressor sebagai
berikut :
1) Stressor intrapersonal : terjadi dalam diri individu/keluarga dan berhubungan
dengan lingkungan internal (misalnya : respons autoimmune)
2) Stressor interpersonal : terjadi pada satu individu/keluarga atau lebih yang
memiliki pengaruh pada system, (misalnya : ekspektasi peran)
3) Stressor ekstrapersonal : terjadi diluar lingkup sistem atau individu/keluarga dari
pada stressor interpersonal, (misalnya : sosial politik).
2. Garis pertahanan dan perlawanan

24
 Garis pertahanan normal merupakan lingkaran utuh yang mencerminkan suatu
keadaan stabil untuk individu. Garis pertahanan normal jika garis pertahanan
fleksibelnya tidak dapat melindungi secara adekuat.
 Garis pertahanan fleksibel berperan memberikan respon awal atau perlindungan
pada sistem dari stressor.
 Sedangkan garis perlawanan merupakan serangkaian lingkaran putus-putus yang
mengelilingi struktur dasar. Artinya garis resisten ini melindungi struktur dasar
dan akan teraktivasi jika ada invasi dari stressor lingkungan melalui garis normal
pertahanan (normal line of defense).
3. Tingkatan pencegahan
1) Pencegahan primer : terjadi sebelum sistem bereaksi terhadap stressor, meliputi :
promosi kesehatan dan mempertahankan kesehatan. Strateginya mencakup :
immunisasi, pendidikan kesehatan, olah raga dan perubahan gaya hidup.
2) Pencegahan sekunder, meliputi berbagai tindakan yang dimulai setelah ada gejala
dari stressor.
3) Pencegahan tersier difokuskan pada perbaikan kembali ke arah stabilitas sistem
pasien secara optimal. Pencegahan tersier cenderung untuk kembali pada
pencegahan primer.
4. Sistem pasien
Model Sistem Neuman merupakan suatu pendekatan sistem yang terbuka dan
dinamis. Pasien sebagai sistem bisa individu, keluarga, kelompok, komunitas atau
sosial issue. Pasien sebagai suatu sistem memberikan arti bahwa adanya keterkaitan
antar aspek yang terdapat dalam sistem tersebut.
5. Struktur dasar
Struktur dasar berisi seluruh variable untuk mempertahankan hidup dasar yang biasa
terdapat pada manusia sesuai karakteristik individu yang unik, seperti genetik.
6. Intervensi
Merupakan tindakan-tindakan yang membantu untuk memperoleh, meningkatkan dan
memelihara sistem keseimbangan, terdiri dari pencegahan primer, sekunder dan
tertier.
7. Rekonstitusi
Neuman (1995) mendefinisikan rekonstitusi sebagai peningkatan energi yang terjadi
berkaitan dengan tingkat reaksi terhadap stressor.

25
TEORI KEPERAWATAN IMOGENE M. KING

Konsep Utama
1) Fokus teory Imogene M. King adalah Human Being dengan prinsip Goal Attainment
(Pencapaian tujuan ) yang berfokus pada system interpersonal.
2) Konsep teory Imogene M.King terdiri :
 Interaksi, yaitu suatu proses dari persepsi dan komunikasi antara individu dengan
individu, individu dengan kelompok, individu dengan lingkungan yang
dimanifestasikan sebagai perilaku verbal dan non verbal dalam mencapai tujuan.
 Persepsi, diartikan sebagai gambaran seseorang tentang realita, yang berhubungan
dengan pengalaman masa lalu, konsep diri, sosial ekonomi, genetika dan latar
belakang pendidikan.
 Komunikasi, yaitu suatu proses penyampaian informasi dari seseorang kepada orang
lain secara langsung maupun tidak langsung.
 Transaksi, interaksi yang mempunyai maksud tertentu dalam pencapaian tujuan.
 Peran, merupakan serangkaian perilaku yang diharapkan dari posisi pekerjaannya
dalam sistem sosial.

26
 Stress, suatu keadaan dinamis yang terjadi akibat interaksi manusia dengan
lingkungannya.
 Pertumbuhan dan perkembangan, tumbuh kembang mencakup sel, molekul dan
tingkat aktivitas perilaku yang kondusif untuk membantu individu mencapai
kematangan.
 Waktu, adalah perputaran antara satu peristiwa dengan peristiwa yang lain sebagai
pengalaman yang unik dari setiap manusia.
 Ruang, yaitu area dimana terjadi interaksi antara perawat dengan pasien
 Jarak, batas wilayah yang memiliki kebijakan masing-masing

3) King mengidentifikasi sistem yang dinamis dalam tiga sistem interaksi yang dikenal
dengan Dynamic Interacting Systems, meliputi: Personal systems (individuals),
interpersonal systems (groups) dan social systems (keluarga, sekolah, industri,
organisasi sosial, sistem pelayanan kesehatan, dll) , dapat dilihat pada skema berikut
dibawah ini :

Dynamic Interacting Systems

Social
system
(society)

Interpersonal system
(groups)
Personal
system
(individual)

a. Sistem personal
Adalah individu atau pasien yang dilihat sebagai sistem terbuka, mampu
berinteraksi, mengubah energi, dan informasi dengan lingkungannya. Sistem

27
personal dapat dipahami dengan memperhatikan konsep berinteraksi yaitu: persepsi,
diri, tumbang, waktu, ruang, dan jarak
b. Sistem interpersonal
Adalah dua atau lebih individu atau grup yang berinteraksi. Interaksi ini dapat
dipahami dengan melihat lebih jauh konsep tentang peran, interaksi, komunikasi,
transaksi, stress, koping.
c. Sistem sosial
Merupakan sistem dinamis yang akan menjaga keselamatan lingkungan. Ada
beberapa hal yang dapat mempengaruhi perilaku masyarakat, interaksi, persepsi, dan
kesehatan.

Asumsi King
1. Asumsi Eksplisit meliputi :
1) Focus sentral dari keperawatan adalah interaksi dari manusia dan lingkungannya,
dengan tujuan untuk kesehatan manusia
2) Individu adalah mahluk sosial, mengirim, rasional, reaksi, penerimaan, control,
berorientasi pada kegiatan waktu.
3) Proses interaksi dipengaruhi oleh persepsi, tujuan, kebutuhan, dan nilai pasien serta
perawat.
4) Manusia sebagai pasien mempunyai hak untuk mendapatkan informasi,
berpartisipasi dalam membuat keputusan yng mempengaruhi kehidupannya.
5) Tanggung jawab dari anggota tim kesehatan adalah memberikan informasi kepada
individu tentang semua aspek kesehatan untuk membantu mereka mengambil
keputusan.
6) Tujuan pemberi dan penerima pelayanan kesehatan mungkin tidak sama.

2. Asumsi Implicit meliputi :


1) Pasien ingin berpartisipasi secara aktif dalam proses keperawatan.
2) Pasien sadar, aktif, dan secara kognitif mampu berpartisipasi dalam pembuatan atau
pengambilan keputusan.
3) Individu mempunyai hak untuk mengetahui tentang dirinya sendiri.
4) Individu mempunyai hak untuk menerima atau menolak pelayanan kesehatan.

28
Pandangan King terhadap keperawatan
1. Konsep Manusia
King memandang manusia sebagai suatu system terbuka yang berinteraksi dengan
lingkungan
2. Konsep Lingkungan
Lingkungan adalah system social yang ada dalam masyarakat yang saling berinteraksi
dengan system lainnya secara terbuka
3. Konsep Sehat
King mendefinisikan sehat sebagai pengalaman hidup manusia yang dinamis, yang
secara berkelanjutan melakukan penyesuaian terhadap stressor internal dan eksternal
melewati rentang sehat sakit, dengan menggunakan sumber- sumber yang dimiliki oleh
seseorang atau individu untuk mencapai kehidupan sehari- sehari yamg maksimal.
4. Konsep Keperawatan
King menyampaikan pola intervensi keperawatannya adalah proses interaksi pasien dan
perawat meliputi komunikasi dan persepsi yang menimbulkan aksi, reaksi, dan jika ada
gangguan, menetapkan tujuan dengan maksud tercapainya suatu persetujuan dan
membuat transaksi.
Fenomena Keperawatan dikaitkan dengan Teory Imogine King
1. Kasus
 Ny. D, berusia 29 tahun masuk ke unit keperawatan onkologi dengan keluhan
nyeri pelvic dan pengeluaran cairan pervagina. Hasil pemeriksaaan Pap Smear
didapatkan menderita Ca Cerviks stadium II dan telah mengalami Histerektomy
radikal dengan bilateral salpingo-oophorectomy.
 Riwayat kesehatan masa lalu : jarang melakukan pemeriksaan fisik secara
teratur. Ny D mengatakan bahwa tidak pernah melakukan pemeriksaan payudara
sendiri. Dia seorang perokok dan menghabiskan kurang lebih 2 bungkus sehari
dan berlangsung selama 16 tahun. Dia sudah memiliki 2 orang anak. Kehamilan
pertama ketika dia berusia 16 tahun dan kehamilan yang kedua saat berusia 18
tahun. Sejak saat itu dia menggunakan kontrasepsi oral secara teratur. Dia
menikah dan tinggal dengan suaminya bersama 2 orang anaknya dirumah ibunya,
dengan sanitasi lingkungan yang kurang baik.
 Ny D telah mengikuti pembedahan dengan baik kecuali satu hal dia belum
mampu mengosongkan kandung kemihnya. Dia masih merasakan nyeri dan mual

29
post operasi. Hal itu mengharuskan dia untuk menggunakan kateter intermitten di
rumah.
 Ny D sangat sedih. Dia menunjukkan perhatian yang sangat besar terhadap masa
depannya dan kedua anaknya. Dia percaya bahwa penyakit ini adalah sebuah
hukuman akibat masa lalunya.

2. Pengkajian dan analisa fenomena


 Pada model konseptual system King, Ny D sebagai konsep personal system yang
saling berinteraksi dengan system lain. Banyak hal yang saling mempengaruhi
perilaku dan kesehatannya. Diagnosa dari servikal kanker kelas V dan
pengobatan berikutnya, keduanya merupakan stressor utama juga berpengaruh
untuk kesehatannya. Interaksi bersama Ny D dan perawat, komunikasi, bersama-
sama menentukan tujuan dan membuat keputusan tentang maksud pencapaian
tujuan.
 Perawat dalam situasi ini, dimulai dengan interpersonal system dengan Ny.D.
Proses transaksinya dimulai dengan persepsi, pertimbangan, mental action, dan
reaksi kedua individu.
 Persepsi Ny.D mungkin mempengaruhi tingkat emosional, stress dan nyeri.
Persepsi perawat dipengaruhi oleh budaya, status social ekonomi, usia dan
pengetahuan (pengobatan dan diagnose Ny D) dan keterampilan yang
professional.
 Dalam system interpersonal, pasien diidentifikasi ada jarak dan sering mengalami
kekerasan dengan suami, yg tentunya menjadi kelemahan utama dalam dukungan
emosi selama melewati masa-masa yang sulit.
 Komunikasi adalah kunci kestabilan mutu dan kepercayaan antara Ny D dan
perawat untuk mencapai tujuan. Ny D mengharapkan partisipasi dalam
pencapaian tujuan tersebut.
 Sangat penting untuk menentukan sejauhmana kekhawatiran dan kecamasan yang
dialami Ny. D.
 Sebagai tambahan, perlu adanya diskusi tentang tujuan bersama, Ny.D
mengharapkan untuk dilibatkan dalam diskusi tentang tindakan untuk mencapai
tujuan..
 Pencapaian tujuan memerlukan evaluasi yang berkelanjutan.

30
 Menurut king, jika kesepakatan telah dibuat, tujuan akan tercapai. Pencapaian tujuan
dapat meningkatkan atau memelihara status kesehatan. Jika tujuan tidak tercapai,
perawat perlu untuk melakukan pengkajian kembali, berfikir kritis, dan perjanjian
antara perawat dan pasien.

APLIKASI TEORI MADELEINE LEININGER

Konsep Awal

 Teori Leininger berasal dari disiplin ilmu antropologi, tapi konsep teori ini relevan
untuk keperawatan.
 Leininger mendefinisikan “Transkultural Nursing” sebagai area yang luas dalam
keperawatan yang mana berfokus pada komparatif studi dan analisis perbedaan kultur
dan subkultur dengan menghargai prilaku caring, nursing care dan nilai sehat-sakit,
kepercayaan dan pola tingkah laku dengan tujuan perkembangan ilmu dan humanistic
body of knowledge untuk kultur yang spesifik dan kultur yang universal dalam
keperawatan.
 Tujuan dari transkultural dalam keperawatan adalah kesadaran dan apresiasi terhadap
perbedaan kultur.
 Culture care adalah teori yang holistic karena meletakkan didalamnya ukuran dari
totalitas kehidupan manusia dan berada selamanya, termasuk sosial struktur,
31
pandangan dunia, nilai cultural, konteks lingkungan, ekspresi bahasa dan etnik serta
sistem professional.

Paradigma Keperawatan Teori Keperawatan Leininger

a. Manusia / pasien
 Manusia adalah individu atau kelompok yang memiliki nilai-nilai dan norma-
norma yang diyakini yang berguna untuk menetapkan pilihan dan melakukan
tindakan

 Manusia memiliki kecenderungan untuk mempertahankan budayanya pada setiap


saat dimanapun dia berada.

b. Kesehatan
Kesehatan adalah keseluruhan aktifitas yang dimiliki pasien dalam mengisi
kehidupannnya

c. Lingkungan
Lingkungan dipandang sebagai suatu totalitas kehidupan dimana pasien dengan
budayanya saling berinteraksi, baik lingkungan fisik, sosial dan simbolik.

d. Keperawatan
Keperawatan dipandang sebagai suatu ilmu dan kiat yang diberikan kepada pasien
dengan berfokus pada prilaku, fungsi dan proses untuk meningkatkan dan
mempertahankan kesehatan atau pemulihan dari sakit.

Konsep Utama Teori Transkultural

1. Culture Care
Nilai-nilai, keyakinan, norma, pandangan hidup yang dipelajari dan diturunkan serta
diasumsikan yang dapat membantu mempertahankan kesejahteraan dan kesehatan
serta meningkatkan kondisi dan cara hidupnya.

2. World View
Cara pandang individu atau kelompok dalam memandang kehidupannya sehingga
menimbulkan keyakinan dan nilai.

3. Culture and Social Structure Dimention

32
Pengaruh dari factor-faktor budaya tertentu (sub budaya) yang mencakup religius,
kekeluargaan, politik dan legal, ekonomi, pendidikan, teknologi dan nilai budaya yang
saling berhubungan dan berfungsi untuk mempengaruhi perilaku dalam konteks
lingkungan yang berbeda

4. Generic Care System


Budaya tradisional yang diwariskan untuk membantu, mendukung, memperoleh
kondisi kesehatan, memperbaiki atau meningkatkan kualitas hidup untuk menghadapi
kecacatan dan kematiannya.

5. Profesional system
Pelayanan kesehatan yang diberikan oleh pemberi pelayanan kesehatan yang memiliki
pengetahuan dari proses pembelajaran di institusi pendidikan formal serta melakukan
pelayanan kesehatan secara professional.

6. Culture Care Preservation


Upaya untuk mempertahankan dan memfasilitasi tindakan professional untuk
mengambil keputusan dalam memelihara dan menjaga nilai-nilai pada individu atau
kelompok sehingga dapat mempertahankan kesejahteraan.

7. Culture Care Acomodation


Teknik negosiasi dalam memfasilitasi kelompok orang dengan budaya tertentu untuk
beradaptasi/berunding terhadap tindakan dan pengambilan kesehatan.

8. Cultural Care Repattering.


Menyusun kembali dalam memfasilitasi tindakan dan pengambilan keputusan
professional yang dapat membawa perubahan cara hidup seseorang.

9. Culture Congruent / Nursing Care


Suatu kesadaran untuk menyesuaikan nilai-nilai budaya / keyakinan dan cara hidup
individu/ golongan atau institusi dalam upaya memberikan asukan keperawatan yang
bermanfaat.

Transkultural Care Dengan Proses Keperawatan


Model konseptual asuhan keperawatan transkultural dapat dilihat pada gambar berikut.

33
Penerapan teori Leineger (Sunrise Model) pada proses keperawatan dapat dijelaskan
sebagai berikut :
Proses Sunrise Model
Keperawatan

Pengkajian dan Pengkajian terhadap Level satu, dua dan tiga yang meliputi :
Diagnosis
Level satu : World view and Social system level

Level dua : Individual, Families, Groups communities and

Institution in diverse health system

Level tiga : Folk system, professional system and nursing

Perencanaan Level empat : Nursing care Decition and Action


dan
Implementasi Culture Care Preservation/maintanance

Culture Care Accomodation/negotiations

34
Culture Care Repatterning/restructuring

Evaluasi

Analisis Teori Transcultural Nursing

1. Kemampuan teori menghubungkan konsep dalam melihat penomena


Teori Transcultural Nursing yang digambarkan dalam Sunrise Model menunjukan
bahwa level satu dan dua dari teori memilki banyak kesamaan dengan beberapa teori
keperawatan lainnya sedangkan pada level ketiga dan keempat memiliki perbedaan
spesifik dan bersifat unik jika dibandingkan dengan teori lainnya.

2. Tingkat Generalisasi Teori


Teori dan model yang dikemukan oleh Leininger relatif tidak sederhana, namun
demikian teori ini dapat didemontrasikan dan diaplikasikan sehingga dapat diberikan
justifikasi dan pembenaran bagaimana konsep-konsep yang dikemukakan saling
berhubungan.

3. Tingkat Kelogisan Teori


Kelogisan teori Leininger adalah pada fokus dari pandangganya dengan melihat
bahwa latar belakang budaya pasien (individu, keluarga, kelompok, masyarakat) yang
berbeda sebagai bagian penting dalam rangka pemberian asuhan keperawatan.

4. Testabilitas teori
Teori Cultural care diversity and Universality dikembangkan berdasarkan atas riset
kualitatif dan kuantitatif.

5. Kemanfaatan Teori bagi Peningkatan Body Of Knowledge


Beberapa penelitian tentang konsep perawatan dengan memperhatikan budaya telah
memberikan arti akan pentingnya pengetahuan dan pemahaman tentang perbedaan dan
persamaan budaya dalam praktek keperawatan.

6. Kemanfaatan Teori pada Pengembangan Praktek Keperawatan


Teori ini sangat relevan dan dapat diterapkan secara nyata dalam praktek keperawatan,
karena teori ini mengemukakan adanya pengaruh perbedaan budaya terhadap perilaku
35
hidup sehat. Dan dalam aplikasinya teori ini sangat relevan dengan penerapan praktek
keperawatan komunitas.

7. Konsistensi Teori
Leininger menyampaikan pentingnya pemahaman budaya dalam rangka hubungan
perawat pasien yang juga sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh Imoge King
yang menekankan pentingnya persamaan persepsi perawat pasien untuk pencapaian
tujuan.

Analisis Fenomena Keperawatan


Gambaran Kasus :
Ny. D, berusia 29 tahun masuk ke unit keperawatan onkologi dengan keluhan nyeri
pelvic dan pengeluaran cairan pervagina. Hasil pemeriksaaan Pap Smear didapatkan
menderita Ca Cerviks stadium II dan telah mengalami Histerektomy radikal dengan
bilateral salpingo-oophorectomy.

Riwayat kesehatan masa lalu : jarang melakukan pemeriksaan fisik secara teratur. Ny D
mengatakan bahwa tidak pernah melakukan pemeriksaan payudara sendiri. Tinggi badan
5 kaki 4 inci dan BB 89 pound. Biasanya dia memiliki BB 110 pound. Dia seorang
perokok dan menghabiskan kurang lebih 2 pak sehari dan berlangsung selama 16 tahun.
Dia sudah memiliki 2 orang anak. Kehamilan pertama ketika dia berusia 16 tahun dan
kehamilan yang kedua saat berusia 18 tahun. Sejak saat itu dia menggunakan kontrasepsi
oral secara teratur. Dia menikah dan tinggal dengan suaminya bersama 2 orang anaknya
dirumah ibunya, dengan sanitasi lingkungan yang kurang baik. Suaminya seorang
pengangguran. Dia menggambarkan suaminya seorang yang emosional dan kasar.

Ny D telah mengikuti pembedahan dengan baik kecuali satu hal dia belum mampu
mengosongkan kandung kemihnya. Dia masih merasakan nyeri dan mual post operasi.
Hal itu mengharuskan dia untuk menggunakan kateter intermitten di rumah. Obat yang
digunakan adalah antibiotic, analgetik untuk nyeri dan antiemetic untuk mualnya.
Sebagai tambahan, dia akan mendapatkan terapi radiasi sebagai pengobatan rawat jalan.

Ny D sangat sedih. Dia menunjukkan perhatian yang sangat besar terhadap masa
depannya dan kedua anaknya. Dia percaya bahwa penyakit ini adalah sebuah hukuman
akibat masa lalunya.

36
Penerapan Asuhan Keperawatan Berdasarkan teori Leininger.

A. Pengkajian

Pengkajian dilakukan terhadap respon adaptif dan maladaptif untuk memenuhi


kebutuhan dasar yang tepat sesuai dengan latar belakang budayanya. Pengkajian
dirancang berdasarkan 7 komponen yang ada pada “ Leininger’s Sunrise models”
dalam teori keperawatan transkultural Leininger yaitu :

1. Faktor teknologi (technological factors)

Berkaitan dengan pemanfaatan teknologi kesehatan maka perawat perlu mengkaji


berupa : persepsi pasien tentang penggunaaan dan pemanfaatan teknologi untuk
mengatasi permasalahan kesehatan saat ini, alasan mencari bantuan kesehatan.

2. Faktor Agama dan Falsafah Hidup (religious and Philosophical factors)

Faktor agama yang perlu dikaji perawat seperti : agama yang dianut, kebiasaan
agama yang berdampak positif terhadap kesehatan, berikhtiar untuk sembuh tanpa
mengenal putus asa, mempunyai konsep diri yang utuh, status pernikahan,
persepsi dan cara pandang pasien terhadap kesehatan atau penyebab penyakit.

3. Faktor sosial dan keterikatan kekeluargaan ( Kinship & Social factors)

Pada faktor sosial dan kekeluargaan yang perlu dikaji oleh perawat : nama
lengkap dan nama panggilan di dalam keluarga, umur atau tempat dan tanggal
lahir, jenis kelamin, status, tipe keluarga, pengambilan keputusan dalam anggota
keluarga, hubungan pasien dengan kepala keluarga, kebiasaan yang dilakukan
rutin oleh keluarga misalnya arisan keluarga, kegiatan yang dilakukan bersama
masyarakat misalnya : ikut kelompok olah raga atau pengajian.

4. Faktor nilai-nilai budaya dan gaya hidup (Cultural values & Lifeways)

Hal-hal yang perlu dikaji berkaitan dengan nilai-nilai budaya dan gaya hidup
adalah : posisi dan jabatan misalnya ketua adat atau direktur, bahasa yang
digunakan, bahasa non verbal yang ditunjukkan pasien, kebiasaan membersihkan
diri, kebiasaan makan, makan pantang berkaitan dengan kondisi sakit, sarana
hiburan yang biasa dimanfaatkan dan persepsi sakit berkaitan dengan aktivitas

37
sehari-hari, misalnya sakit apabila sudah tergeletak dan tidak dapat pergi ke
sekolah atau ke kantor.

5. Faktor kebijakan dan peraturan Rumah Sakit (Political and Legal factors)

Kebijakan dan peraturan rumah sakit yang berlaku adalah segala sesuatu yang
mempengaruhi kegiatan individu dan kelompok dalam asuhan keperawatan
transkultural (Andrew & Boyle, 1995), seperti jam berkunjung, pasien harus
memakai baju seragam, jumlah keluarga yang boleh menunggu, hak dan
kewajiban pasien, cara pembayaran untuk pasien yang dirawat.

6. Faktor ekonomi (economical factors)

Faktor ekonomi yang perlu dikaji oleh perawat antara lain seperti pekerjaan
pasien, sumber biaya pengobatan , kebiasaan menabung dan jumlah tabungan
dalam sebulan

7. Faktor pendidikan (educational factors)

Perawat perlu mengkaji latar belakang pendidikan pasien meliputi tingkat


pendidikan pasien dan keluarga, serta jenis pendidikannnya.

B. Diagnosa Keperawatan

Perawat merumuskan masalah yang dihadapi Pasien dan keluarganya adalah :

 Perlunya perlindungan, kebutuhan akan kehadiran orang lain dan rasa ingin
berbagi sebagai nilai yang penting untuk Pasien dan keluarganya.

 Perkembangan dari pola ini adalah kesehatan dan kesejahteraan yang bergantung
pada ketiga aspek tersebut.

 Hal lain yang ditemukan adalah suatu pola yang dapat membangun kehidupan
social dan aspek penting lainnya yaitu masalah kerohanian, kekeluargaan dan
ekonomi yang sangat besar mempengaruhi kesehatan dan kesejahteraan

C. Perencanaan dan Implementasi

Perencanaan dan implementasi keperawatan transkultural menawarkan tiga strategi


sebagai pedoman Leininger (1984) ; Andrew & Boyle, 1995 yaitu :
38
 Perlindungan/mempertahankan budaya (Cultural care preservation/maintenance)
bila budaya pasien tidak bertentangan dengan kesehatan,

 Mengakomodasi/menegosiasi budaya (Cultural care accommodation atau


negotiations) apabila budaya pasien kurang mendukung kesehatan

 Mengubah dan mengganti budaya pasien dan keluarganya (Cultural care


repartening / recontruction).

Adapun implementasi yang dilakukan terkait masalah yang telah ditemukan :

1. The goal of culture care preservation or maintenance :


 Agama dapat digunakan sebagai mekanisme yang memperkuat dalam merawat
pasien. Dipandang penting untuk konsultasi dengan toko agama seperti ustad
di mesjid.
 Membantu pasien untuk menghilangkan persepsi negatif yang mengatakan
bahwa dosa di masa lalu mempengaruhi keadaan sakitnya dan mendapatkan
pertolongan dari hasil berkonsultasi kepada " dukun" yang memindahkan
beberapa kutukan kepadanya.
 Pengobatan yang baik adalah adanya kepedulian dari keluarga pasien dan
teman-temannya yang juga berperan untuk kesembuhan pasien.

2. Culture Care accommodation or Negotiation:


 Perawat merencanakan kordinasi dengan tata kota untuk memperbaiki
lingkungan yang tidak sehat dan selokan yang meluap di halaman tetangga
pasien.
 Perawat lain (yang merawat Pasien) akan mengidentifikasi dan menetapkan
obat-obatan untuk menentukan apakah sesuai dengan metode yang digunakan
pada pasien.

3. Culture care Repatterning or restructuring:


 Kepedulian akan aspek social budaya perlu untuk dipertimbangkan, seorang
ahli diet akan dikirim untuk menyusun menu pasien dan mengatasi anemia
yang dialami.

39
 Perawat juga akan membantu pasien dalam menghentikan kebiasaan merokok,
penyuluhan tentang pengaruh rokok terhadap, dan anjurkan para perokok
untuk merokok di luar ruangan.

D. Evaluasi

Evaluasi asuhan keperawatan transkultural dilakukan terhadap :

 keberhasilan pasien mempertahankan budaya yang sesuai dengan kesehatan


 Negosiasi terhadap budaya tertentu yang lebih menguntungkan kesehatannya
 Restrukturisasi budaya yang bertentangan dengan kesehatan.

GRAND THEORY SELF CARE ‘OREM’

A. Konsep Utama
Pada dasarnya diyakini bahwa semua manusia itu mempunyai kebutuhan-kebutuhan self
care dan mereka mempunyai hak untuk mendapatkan kebutuhan itu sendiri, kecuali bila
tidak mampu. Orem menggambarkan filosofi tentang kaperawatan dengan cara seperti
berikut : Keperawatan memiliki perhatian tertentu pada kebutuhan manusia terhadap
tindakan perawatan dirinya sendiri dan kondisi serta penatalaksanaannya secara terus
menerus dalam upaya mempertahankan kehidupan dan kesehatan, penyembuhan dari
penyakit, atau cidera, dan mengatasi hendaya yang ditimbulkannya.

1. Universal Self-Care Requisites


Tujuan universally required adalah untuk mencapai perawatan diri atau kebebasan
merawat diri dimana harus memiliki kemampuan untuk mengenal dan memvalidasi

40
mengenai anatomi dan fisiologi manusia yang berintegrasi dalam lingkaran
kehidupan.
Dibawah ini terdapat 8 teori self care secara umum yaitu :
a. Pemeliharaan kecukupan pemasukan udara
b. Pemeliharaan kecukupan pemasukan makanan
c. Pemeliharaan kecukupan pemasukan cairan
d. Mempertahankankan hubungan perawatan proses eliminasi dan eksresi
e. Pemeliharaan keseimbangan antara aktivitas dan istirahat
f. Pemeliharaan keseimbangan antara solitude dan interaksi social
g. Pencegahan resiko-resiko untuk hidup, fungsi usia dan kesehatan manusia.
h. Peningkatan promosi fungsi tubuh dan pengimbangan manusia dalam kelompok
social sesuai dengan potensinya
2. Developmental self-care requisites
Tiga hal yang berhubungan dengan tingkat perkembangan perawatan diri adalah:
a. Situasi yang mendukung perkembangan perawatan diri
b. Terlibat dalam pengembangan diri
c. Mencegah atau mengatasi dampak dari situasi individu dan situasi kehidupan
yang mungkin mempengaruhi perkembangan manusia.

3. Health deviation self-care requisites


Adanya gangguan kesehatan terjadi sepanjang waktu sehingga mempengaruhi
pengalaman mereka dalam menghadapi kondisi sakit sepanjang hidupnya.
Perawatan diri (self-care) adalah komponen system tindakan perawatan diri individu
yang merupakan langkah-langkah dalam perawatan ketika terjadi gangguan
kesehatan. Kompleksitas dari self-care atau system dependent-care (ketergantungan
perawatan) adalah meningkatnya jumlah penyakit yang terjadi dalam waktu-waktu
tertentu.
4. Therapeutic self-care demand
Beberapa hal yang harus diperhatikan oleh perawat ketika memberikan pemenuhan
kebutuhan dasar pada pasien diantaranya :
a. Mengatur dan mengontrol jenis atau macam kebutuhan dasar yang dibutuhkan
oleh pasien dan cara pemberian ke pasien

41
b. Meningkatkan kegiatan yang bersifat menunjang pemenuhan kebutuhan dasar
seperti promosi dan pencegahan yang bisa menunjang dan mendukung pasien
untuk memenuhi kebutuhan dasar pasien sesuai dengan taraf kemandiriannya.

Beberapa pemahaman terkait terapi pemenuhan kebutuhan dasar diantaranya :


a. Perawat harus mampu mengidentifikasi faktor pada pasien dan lingkunganya
yang mengarah pada gangguan pemenuhan kebutuhan dasar manusia
b. Perawat harus mampu melakukan pemilihan alat dan bahan yang bisa dipakai
untuk memenuhi kebutuhan dasar pasien, memanfaatkan segala sumberdaya
yang ada disekitar pasien untuk memberikan pelyenana pemenuhan kebutuhan
dasar pasien semaksimal mungkin.
5. Self Care Agency
Pemenuhan kebutuhan dasar pasien secara holistik hanya dapat dilakukan pada
perawat yang memiliki kemampuan komprehensif, memahami konsep dasar
manusia dan perkembangan manusia baik secara holistik
6. Agent
Pihak atau prerawat yang bisa memberikan pemenuhan kebutuhan dasar pada pasien
adalah perawat dengan keahlian dan ketrampilan yang berkompeten dan memiliki
kewenangan untuk memberikan pemenuhan kebutuhan dasar pada pasien secara
holistik.
7. Dependent Care Agent
Dependent care agency merupakan perawat profesional yang memiliki tanggung
jawab dan tanggung gugat dalam upaya perawatan pemenuhan kebutuhan dasar
pasien termasuk pasien dalam derajat kesehatan yang masih baik atau masih mampu
atau sebagain memenuhi kebutuhan dasar pada pasien.
8. Self Care Deficit
Perawat membantu pasien yang tidak mampu memenuhi kebutuhan dasarnya,
utamanya pada pasien yang dalam perawatan total care.
9. Nursing Agency
Perawat harus mampu meningkatkan dan mengembangkan kemampuanya secara
terus menerus sehingga mereka mampu membuktikan dirinya bahwa mereka adalah
perawat yang berkompeten untuk bisa memberika pelayanan profesional dalam
pemenuhan kebutuhan dasar pasien. Beberapa ktrempilan selain psikomotor yang

42
juga harus dikuasai perawat adala komunikasi terapetik, ketrampilan intrapersonal,
pemberdayaan sumberdaya di sekitar lingkungan perawat dan pasien untuk bisa
memberikan pelayanan yang profesional.
10. Nursing Design
Penampilan perawat yang dibutuhkan untuk dapat memberikan asuhan keperawatan
pada pasien secara holistik adalah perawat yang profesioanl, mampu berfikir kritis,
dan menjalankan standar kerja.
11. Sistem Keperawatan
Merupakan serangkaian tindakan praktik keperawatan yang dilakukan pada satu
waktu untuk kordinasi dalam melakukan tindakan keperawatan.

B. Asumsi Dasar
Orem (2001) mengidentifikasi beberapa hal mendasar dari teori keperawatan terkait
kebutuhan dasar manusia :
1. Kebutuhan dasar manusia bersifat berkelanjutan ,dimana pemenuhannya
dipengaruhi dari faktor dari dalam pasien ataupun dari lingkungan
2. Human agency, pasien yang memiliki tingkatan ketergantungan dalam pemenuhan
kebutuhan dasarnya
3. Pengalaman dan pengetahuan perawat diperlukan untuk bisa memberikan pelayanan
pemenuhan kebutuhan dasar pasien secara profesional

FROM NOVICE TO EXPERT:


EXELLENCE AND POWER IN CLINICAL NURSING PRACTICE
“Patricia Benner”

A. TINJAUAN KONSEP

Teori “From Novice To Expert” yang dikembangkan oleh Patricia Benner diadaptasi
dari “Model Dreyfus” yang dikemukakan oleh Hubert Dreyfus dan Stuart Dreyfus.
Teori From Novice to Expert menjelaskan 5 tingkat/tahap akuisisi peran dan
perkembangan profesi meliputi: (1) Novice, (2) Advance Beginner, (3) competent, (4)
proficient, dan (5) expert.

43
1. Novice
 Seseorang tanpa latar belakang pengalaman pada situasinya.

 Perintah yang jelas dan atribut yang obyektif harus diberikan untuk memandu
penampilannya.

 Di sini sulit untuk melihat situasi yang relevan dan irrelevan.

 Secara umum level ini diaplikasikan untuk mahasiswa keperawatan, tetapi


Benner bisa mengklasifikasikan perawat pada level yang lebih tinggi ke novice
jika ditempatkan pada area atau situasi yang tidak familiar dengannya.

2. Advance Beginner
 Ketika seseorang menunjukkan penampilan mengatasi masalah yang dapat
diterima pada situasi nyata.

 Advance beginner mempunyai pengalaman yang cukup untuk memegang suatu


situasi.

 Kecuali atribut dan ciri-ciri, aspek tidak dapat dilihat secara lengkap karena
membutuhkan pengalaman yang didasarkan pada pengakuan dalam konteks
situasi.

 Fungsi perawat pada situasi ini dipandu dengan aturan dan orientasi pada
penyelesaian tugas. Mereka akan kesulitan memegang pasien tertentu pada
situasi yang memerlukan perspektif lebih luas.

 Situasi klinis ditunjukkan oleh perawat pada level advance beginner sebagai
ujian terhadap kemampuannya dan permintaan terhadap situasi pada pasien yang
membutuhkan dan responnya.

 Advance beginner mempunyai responsibilitas yang lebih besar untuk melakukan


manajemen asuhan pada pasien, sebelumnya mereka mempunyai lebih banyak
pengalaman. Benner menempatkan perawat yang baru lulus pada tahap ini.

3. Competent
 Menyelesaikan pembelajaran dari situasi praktik aktual dengan mengikuti
kegiatan yang lain, advance beginner akan menjadi competent.

 Tahap competent dari model Dreyfus ditandai dengan kemampuan


mempertimbangkan dan membuat perencanaan yang diperlkan untuk suatu
situasi dan sudah dapat dilepaskan.

 Konsisten, kemampuan memprediksi, dan manajemen waktu adalah penampilan


pada tahap competent.

44
 Perawat competent dapat menunjukkan reponsibilitas yang lebih pada respon
pasien, lebih realistik dan dapat menampilkan kemampuan kritis pada dirinya.

 Tingkat competent adalah tingkatan yang penting dalam pembelajaran klinis,


karena pengajar harus mengembangkan pola terhadap elemen atau situasi yang
memerlukan perhatian yang dapat diabaikan.

4. Proficient
 Perawat pada tahap ini menunjukkan kemampuan baru untuk melihat perubahan
yang relevan pada situasi, meliputi pengakuan dan mengimplementasikan respon
keterampilan dari situasi yang dikembangkan.

 Mereka akan mendemonstrasikan peningkatan percaya diri pada pengetahuan


dan keterampilannya.

 Pada tingkatan ini mereka banyak terlibat dengan keluarga dan pasien.

5. Expert
 Pada tingkatan ini perawat expert mempunyai pegangan intuitiv dari situasi yang
terjadi sehingga mampu mengidentifikasi area dari masalah tanpa kehilangan
pertimbangan waktu untuk membuat diagnosa alternatif dan penyelesaian.

 Perubahan kualitatif pada pada expert adalah “mengetahui pasien” yang berarti
mengetahui tipe pola respon dan mengetahui pasien sebagai manusia.

 Aspek kunci pada perawat expert adalah:

 Menunjukkan pegangan klins dan sumber praktis


 Mewujudkan proses know-how
 Melihat gambaran yang luas
 Melihat yang tidak diharapkan

TEORI “MATERNAL ROLE ATTAINMENT - BECOMING A


MOTHER

Ramona T Mercer

A. Asumsi yang Mendasari Model Maternal Role Attainment


Model ini tercipta setelah Mercer melakukan berbagai riset yang berkenaan dengan
faktor-faktor yang mempengaruhi parental attachment pada ibu post partum dan salah
satu faktor yang mempengaruhi pencapaian peran ibu tersebut adalah emosional bayi
baru lahir. Mercer mengidentifikais bahwa komponen emosional bayi yang

45
mempengaruhi peran ibu tersebut adalah temperamen bayi, kemampuan memberikan
isyarat, penampilan, karakteristik umum, responsiveness dan kesehatan umum.
Asumsi Mercer berkaitan dengan pengembangan model maternal role attainment ini di
antaranya adalah :
1. Bayi baru lahir diyakini sebagai partner yang aktif dalam proses pencapaian peran
ibu, mempengaruhi dan dipengaruhi oleh peran ibu serta peran pasangan.
2. Perkembangan identitas peran ibu sangat dipengaruhi oleh kondisi psikologis
maupun perilaku ibu dan bayi.
3. Pada bayi respon perkembangan terhadap interaksi dengan ibu antara lain :
 Adanya kontak mata sebagai isyarat komunikasi,
 Refleks menggenggam, refleks tersenyum dan tingkah laku yang tenang
sebagai respon terhadap perawatan ibu
 Respon ibu terhadap bayinya dapat meningkatkan pergerakan bayi.
Dengan demikian kondisi bayi baru lahir sangat berpengaruh terhadap pencapaian dan
pengembangan peran ibu, sehingga perawatan bayi baru lahir adalah komponen penting
dalam penerapan model konseptual yang dikemukakan oleh Mercer.

B. Konsep Utama dan Definisi


1. Maternal Role Attainment (pencapaian peran ibu)
Adalah suatu proses pengembangan dan interaksional dimana setiap saat ketika ibu
menyentuh bayinya akan menciptakan kemampuan mengasuh dan merawat
termasuk membentuk peran dan menunjukkan kepuasan serta kesenangan
menikmati perannya.

2. Maternal Identity
Menunjukkan internalisasi diri dari ibu, dimana persepsi terhadap kelahiran bayi
adalah persepsi setiap wanita dalam menunjukkan pengalaman selama melahirkan
bayinya maupun gambaran dirinya sendiri
3. Konsep diri
Adalah seluruh persepsi individu terhadap kepuasan diri, penerimaan diri, harga
diri dan kesesuaian antara diri dan ideal dirinya.
4. Fleksibilitas

46
Menunjukkan bahwa peran tidaklah kaku, fleksibilitas perilaku pengasuhan anak
meningkat seiring dengan meningkatnya perkembangan.
5. Childrearing Attitude
Adalah perilaku ibu atau kepercayaan mengenai pengasuhan anak.
6. Status kesehatan
Didefinisikan sebagai persepsi orang tua terhadap prioritas kesehatannya,
pandangan terhadap kesehatan, kesehatan saat ini, resistensi atau kemungkinan
untuk sakit, hal yang dikhawatirkan dalam kesehatan, orientasi sakit dan
memutuskan peran sakit.
7. Kecemasan
Digambarkan sebagai persepsi individu tentang situasi yang penuh stress seperti
adanya bahaya atau ancaman.
8. Role strain-role conflict (konflik peran)
Didefinisikan sebagai konflik dan kesulitan yang dirasakan oleh wanita dalam
penyesuaiannya terhadap tugas peran ibu.
9. Gratification-satisfaction
Digambarkan sebagai kepuasan, kenikmatan, umpan balik dan kebanggaan yang
diekspresikan oleh wanita dalam berinteraksi dengan bayinya dan dalam memenuhi
tugas rutinnya sebagai seorang ibu.
10. Attachment
Adalah komponen dari peran orang tua dan identitas yang digambarkan sebagai
proses dalam mempertahankan komitmen, sikap dan emosi yang telah terbentuk.
11. Infant Health Status (Status kesehatan bayi)
adalah kesakitan yang disebabkan oleh permisahan ibu dan bayi, mempengaruhi
proses kasih sayang (attachment).
12. Infant Characterize (karaktersitik bayi) meliputi temperamen bayi, penampilan dan
status kesehatan.
13. Infant Cues (isyarat-isayarat bayi) adalah perilaku bayi yang menunjukkan respon
terhadap ibunya.
14. Family (keluarga) didefinisikan sebagai sistem yang dinamis yang terdiri atas
subsistem-individu (ibu, ayah, janin/bayi) yang bersama dalam satu sistem.
15. Family Functioning (Fungsi keluarg) adalah pandangan individu terhadap aktivitas
dan hubungan kelurga dengan sub sistem /unit sosial yang tinggal dalam rumah.

47
16. Father or Intimate Partnert (Ayah atau pasangan intim), Interaksi ayah membantu
mengurangi tekanan dan memfasilitasi pencapaian peran ibu.
17. Stress, terbentuk dari persepsi positif atau negatif tentang hidup dan lingkungan.
Dukungan sosial (social support) adalah sejumlah bantuan yang diterima, puas
dengan bantuan tersebut dan orang-orang disekitarnya, selalu siap untuk membantu.
18. Mother-Father Relationship (hubungan ibu-ayah) adalah persepsi tentang
hubungan pasangan yang mencakup nilai, tujuan antara kedua dan perjanjian. Kasih
sayang ibu terhadap bayinya berkembang seiring dengan lapangan emosional dari
hubungan orangtuanya.

C. Paradigma Keperawatan Bedasarkan Model Konseptual Ramona T. Mercer


1. Keperawatan
Mercer (2004) mengemukakan bahwa keperawatan adalah profesi yang dinamis
dengan tiga fokus utama yaitu promosi kesehatan, mencegah kesakitan dan
menyediakan layanan keperawatan bagi yang memerlukan untuk mendapatkan
kesehatan yang optimal serta penelitian untuk memperkaya dasar pengetahuan bagi
pelayanan keperawatan.
2. Manusia
Mercer tidak mendefinisikan secara spesifik mengenai konsep manusia namun
mengarah pada diri dan inti diri. Mercer memandang diri sebagai bagian dari peran
yang dimainkan. Wanita sebagai individu dapat berperan menjadi orang tua jika
telah melalui mother-infant dyad.
3. Kesehatan
Mercer mendefinisikan status kesehatan dari orang tua sebagai persepsi kesehatan
yang mereka lalui, kesehatan saat ini, harapan tentang kesehatan, resiko terhadap
penyakit, kekhawatiran dan perhatian tentang kesehatan, orientasi pada penyakit dan
penyembuhan, status kesehatan bayi baru lahir dan status kesehatan orang tua pada
kesehatan secara menyeluruh
4. Lingkungan
Mercer menjelaskan tentang perkembangan tidak dapat menjadi bagian dari
lingkungan. Stress dan dukungan sosial dalam lingkungan mempengaruhi
pencapaian peran maternal dan paternal serta perkembangan anak.

D. Pembahasan Pencapaian Peran Ibu


48
Model Maternal Role Attainmen yang dikemukakan oleh Mercer merupakan
sekumpulan siklus mikrosistem, mesosistem dan makrosistem.
1. Mikrosistem
Adalah lingkungan segera dimana peran pencapaian ibu terjadi, yang komponennya
antara lain :
 Fungsi keluarga, hubungan ibu-ayah, dukungan sosial, status ekonomi,
kepercayaan keluarga dan stressor bayi baru lahir dipandang sebagai individu
yang melekat dalam sistem keluarga.
 Keluarga dipandang sebagai sistem semi tertutup yang memelihara batasan dan
pengawasan yang lebih antar perubahan sistem keluarga dan sistem lainnya.
2. Mesosistem
Mesosistem mencakup perawatan sehari-hari, sekolah, tempat kerja, tempat ibadah
dan lingkungan yang umum berada dalam masyarakat.
3. Makrosistem
Adalah budaya pada lingkungan individu. Makrosistem terdiri atas sosial, politik.
Lingkungan pelayanan kesehatan dan kebijakan sistem kesehatan yang berdampak
pada pencapaian peran ibu.

Maternal Role Attainment adalah proses yang mengikuti 4 (empat) tahap penguasaan
peran, yaitu :
1. Antisipatori
Tahapan antisipatori dimulai selama kehamilan mencakup data sosial, psikologi,
penyesuaian selama hamil, harapan ibu terhadap peran, belajar untuk berperan,
hubungan dengan janin dalam uterus dan mulai memainkan peran.

2. Formal
Tahapan ini dimuai dari kelahiran bayi yang mencakup proses pembelajaran dan
pengambilan peran menjadi ibu.
3. Informal
 Merupakan tahap dimulainya perkembangan ibu dengan jalan atau cara khusus
yang berhubungan dengan peran yang tidak terbawa dari sistem sosial.

49
 Wanita membuat peran barunya dalam keberadaan kehidupannya yang
berdasarkan pengalaman masa lalu dan tujuan ke depan.
 Personal atau identitas peran yang terjadi adalah internalisasi wanita terhadap
perannya.
 Perngalaman wanita yang dirasakan harmonis, percaya diri, kemampuan dalam
menampilkan perannya dan pencapaian peran ibu.

Respon perkembangan bayi terahadap perkembagan peran ibu adalah :


a. Kontak mata dengan ibu saat ibu bicara, refleks menggenggam
b. Refleks tersenyum dan tenang dalam perawatan ibu
c. Perilaku interaksi tentang konsisten dengan ibu
d. Menimbulkan respon dari ibu; meningkatkan aktifitas.

E. Becoming a Mother : Model Revisi


Pada tahun 2003, Mercer merevisi model maternal role attainment menjadi a becoming
mother. Pada model ini ditempatkan interaksi antara ibu, bayi dan ayah sebagai sentral
interaksi yang tinggal dalam satu lingkungan.
Teori ini lebih menekan pada stress antepartum (sebelum melahirkan) dalam
pencapaiaan peran ibu, Marcer membagi teorinya menjadi dua pokok bahasan:

1. Efek Stress Anterpartum


Stress Anterpartum adalah komplikasi dari resiko kehamilan dan pengalaman
negative dari hidup seorang wanita. Penilitian Mercer menunjukkan ada enam faktor
yang berhubungan dengan status kesehatan ibu, yaitu:

1) Hubungan Interpersonal
2) Peran keluarga
3) Stress anterpartum
4) Dukungan sosial
5) Rasa percaya diri
6) Penguasaan rasa takut, ragu dan depresi

2. Pencapaian Peran Ibu


Bila fungsi keluarganya positif maka ibu hamil dapat mengatasi stress anterpartum
melalui dukungan keluarga dan perawat.
50
Perubahan yang terjadi pada ibu hamil selama masa kehamilan (Trisemester I, II dan
III) merupakan hal yang fisiologis, namun terkadang dapat menimbulkan stress
anterpartum, sehingga perawat harus memberikan asuhan kepada ibu hamil agar ibu
dapat menjalani kehamilannya secara fisiologis (normal).

Perubahan yang di alami oleh ibu hamil antara lain adalah:

1) Ibu cenderung lebih tergantung dan lebih memerlukan perhatian.


2) Ibu memerlukan sosialisasi
3) Ibu cenderung merasa khawatir terhadap perubahan pada tubuhnya
4) Ibu memasuki masa transisi yaitu dari masa menerima kehamilan ke masa
menyiapkan kelahiran dan menerima bayinya.

Sebagai bahan perbandingan, Reva Rubin menyebutkan peran ibu telah di mulai
sejak ibu menginjak kehamilan 6 bulan, tetapi menurut Mercer mulainya peran ibu
adalah setelah bayi lahir 3-7 bulan.

Wanita dalam menjalankan peran ibu di pengaruhi oleh faktor –factor :

1. Faktor Ibu
1) Umur ibu pada saat melahirkan
2) Persepsi ibu pada saat melahirkan pertama kali
3) Stress social
4) Memisahkan ibu pada anaknya secepatnya
5) Dukungan social
6) Konsep diri
7) Sifat pribadi
8) Sikap terhadap membesarkan anak
9) Status kesehatan ibu.
2. Faktor Bayi
1) Temperament
2) Kesehatan bayi

3. Faktor-faktor lainnya
1) Latar belakang etnik
2) Status pekawinan
51
3) Status ekonomi

Dari faktor social support, mercer mengidentifikasikan adanya empat factor


pendukung :

1. Emotional Support : Perasaan mencintai, penuh perhatian, percaya dan


mengerti.
2. Informational Support : Memberikan informasi yang sesuai dengan
kebutuhan ibu sehingga dapat membantu ibu untuk
menolong dirinya sendiri
3. Physical Support : Membantu merawat bayi dan memberikan tambahan
dana
4. Appraisal Support : memungkinkan individu mampu mengevaluasi
dirinya sendiri dan pencapaiaan peran ibu

PHYLOSOPHYCAL THEORIES KATIE ERICKSON

A. Konsep Dasar

1. Caritas

52
Mengandung maknacinta dan kemurahan hati, merupakan motif dasar dari ilmu
caring, artinya bahwa keyakinan, harapan dan cinta dicapai dengan perantaraan
caring melalui tindakan pemeliharaan, pelaksanaan dan pembelajaran
2. Caring Communion
Mengandung konteks pengertian dari caring dan menjadi struktur yang menentukan
realitas caring, yang terdiri dari intensitas dan vitalitas yaitu kehangatan, keakraban,
ketenangan, ketanggapan, kejujuran dan toleransi. Caring comunion adalah apa yang
menyatukan dan mengikat individu/manusia tersebut sehingga membuat caring itu
berarti
3. Tindakan caring
Merupakan suatu seni/cara menjadikan sesuatu yang kurang spesial menjadi sangat
special
4. Etika Caritative Caring
Etika caring menitik beratkan pada hubungan dasar antara pasien dan perawat,
dimana saat perawat menemui pasien memenuhi batasan-batasan etika yang jelas.
Sikap yang ditampakkan dilakukan melalui pendekatan- pendekatan yaitu tanpa ada
prasangka dan tetap melihat manusia sebagai makhluk yang bermartabat.
5. Martabat
Dalam berinteraksi dengan pasien perlu diperhatikan martabat pasien. Ada dua jenis
martabat, yaitu martabat yang mutlak dan martabat yang relatif. Martabat yang
relatif dipengaruhi/dapat diperoleh dari budaya.
6. Menerima panggilan/undangan/invitasi
Perawat datang mengunjungi pasien dan memberikan tindakan perawatan atas
permintaan atau undangan dari pasien/keluarga sendiri.
7. Penderitaan
 Penderitaan ada yang dihubungkan dengan kondisi sakit, perawatan, dan
kehidupan.
 Penderitaan yang dihubungkan dengan kondisi sakit dimana pasien mengalami
penderitaan karena kondisi sakitnya tersebut.
 Penderitaan yang dihubungkan dengan perawatan, dimana kadang pasien
mengalami penderitaan akibat pada saat diberi tindakan perawatan, kurang
dipertimbangkan masalah martabat pasien, kurangnya keramahan petugas,
adanya kesalahan tindakan, dan terapi latihan yang menyiksa.

53
8. Penderitaan manusia
Keadaan yang digambarkan oleh pasien saat dia mengalami sakit dimana pada saat
itu ia memikul penderitaan
9. Rekonsiliasi
Merupakan suatu bentuk drama dari penderitaan dimana seseorang yang menderita
ingin memastikan penderitaan yang dialaminya dan diberi kesempatan untuk
mencapai rekonsoliasi/kedamaian
10. Budaya caring
Merupakan konsep dimana Erikson menggunakan lingkungan berdasar pada elemen
budaya sebagai tradisi, ritual dan nilai-nilai dasar. Budaya yang berbeda memiliki
dasar perubahan nilai etos. Bila suatu comunion muncul berdasarkan etos, budaya
menjadi lebih menarik. Budaya caring menunjukkan sikap tanggap terhadap
manusia, martabat dan kesuciannya dalam membentuk tujuan communion

B. Aplikasi Theories Katie Erickson


1. Kasus :
Tn. A berumur 68 tahun, seorang pensiunan guru datang seorang diri ke RS untuk
memeriksakan diri dengan keluhan pusing,jantung berdebar-debar,keringat
dingin,pandangan berkunang-kunang,dan hasil laboratorium GDS 50 mg/dl. Dari
pengkajian diketahui bahwa pasien ini sudah menderita DM sejak 4 tahun terakhir.
Dalam komunikasi antara pasien dan perawat, pasien mengatakan bahwa ia merasa
hidup sendiri walaupun ia tinggal bersama 2 orang anaknya, tetapi mereka tidak
mempedulikan dirinya. Pasien mengatakan bahwa anak-anak hanya sibuk dengan
urusan masing-masing bahkan untuk berkumpul dengan anaknya sangat jarang
terjadi.
Akhirnya pasien dirawat di RS, kemudian Perawat meminta nomor keluarga yang
dapat dihubungi. Awalnya pasien menolak namun dengan pengertian dari perawat
akhirnya ia memberikan nomor anggota keluarganya. Perawat kemudian
menghubungi keluarga dan menceritakan kondisi Tn. A. Dari komunikasi tersebut
ternyata keluarga sangat mencemaskan Tn. A karena ia tidak memberitahukan
keluarga ketika akan meninggalkan rumah. Keluarga mengatakan sejak ditinggal
istri pasien lebih banyak diam dan kadang marah tanpa jelas penyebabnya, sehingga
anak tidak memahami kebutuhan pasien.

54
Setelah komunikasi tersebut, keluarga menjenguk pasien di RS, namun pasien tidak
menunjukkan respon yang baik. Ketika ia membutuhkan sesuatu ia tidak ingin
dibantu keluarga. Seperti kejadian pagi itu ia ingin makan namun harus disuap
karena kelemahan yang dialami ketika keluarga menawarkan bantuan pasien tidak
menerima ia lebih memilih memanggil perawat. Melihat kondisi tersebut akhirnya
perawat mengajak pasien berkomunikasi membicarakan masalah tersebut.
Ketika berbincang-bincang dengn pasien, pasien mengatakan bahwa ia sangat
nyaman di RS karena perawat lebih memahami perasaannya di banding keluarganya
sendiri, seandainya keluarganya bias bersikap seperti perawat tentu ia sangat
bahagia.
Selanjutnya perawat, dengan hati-hati meminta kepada Tn. A untuk memberikan
pendapatnya tentang keluarga Tn. A dan ia bersedia untuk mendengar pendapat
perawat. Perawat bahwa sebenarnya keluarga sangat menyayangi pasien dan ingin
selalu menemani pasien namun kesibukan mereka yang tidak bisa ditinggalkan
sehingga kadang keluarga tidak ditempat ketika pasien membutuhkan. Namun
keluarga berjanji akan berusaha mengatur waktu agar mereka dapat bergantian
merawat bapak. Perawat juga mengatakan akan membantu keluarga bagaimana cara
merawat pasien ketika nanti pulang ke rumah sehingga nantinya pasien tidak marasa
terabaikan. Ketika pasien mendengar pendapat perawat, pasien tersebut menunduk
dan menangis serta mengatakan bahwa memang sebenarnya anak-anaknya sayang
kepadanya. Mereka tidak pernah mengeluh, apalagi berkata kasar kepadanya.
Mereka sangat ramah dan berusha sabar menghadapi pasien yang diakui pasien
sering membuat anak-anaknya bingung. Kemudian pasien meminta perawat untuk
memanggil anaknya dan meminta maaf kepada mereka demikian pula sang anak
meminta maaf kepada ayahnya dan berjanji akan selalu menyayangi dan
memperhatikan pasien.

2. Analisa Kasus
1) Caritas : pasien tidak mendapatkan perhatian dari keluarga dan menganggap
perawat lebih memberikan perhatian
2) Caring communion : perawat menyadari pentingnya kehangatan, ketenangan,
ketanggapan, kejujuran dan toleransi
3) Tindakan caring : memberi perhatian pada pasien

55
4) Etika caritative caring : melihat pasien sebagai seorang yang bermartabat
5) Martabat : perawat perlu memperhatikan martabat pasien
6) Menerima panggilan : perawat segera menemui pasien ketika dibutuhkan
7) Penderitaan : pasien sedang menderita sakit DM yang berdampak pada
penurunan kondisi kesehatannya. Keramahan perawat membuat pasien dapat
merasa lebih nyaman di RS disbanding di rumah bersama keluarga
8) Penderitaan manusia : pasien merasa beban yang dirasakan tidak mendapat
perhatian dari keluarga sehingga dirinya merasa sendiri.
9) Rekonsiliasi : memberikan kesempatan kpd pasien untuk mendapatkan
kedamaian.
10) Budaya caring : berdasarkan budaya, ketika seorang sakit mereka sangat
membutuhkan support dari keluargasehingga membuat pasien bersemangat dan
menjalani hidupnya dengan lebih damai, aman dan tentram.

3. Solusi terkait fenomena tersebut


1) Perawat mampu memberikan caring kepada pasien berupa kehangatan,
ketenangan, ketanggapan, serta keakraban shg membuat caring itu berarti
2) Perawat menunjukkan etika caring yang begitu menghargai pasien dan
melakukan pendekatan-pendekatan tanpa adanya prasangka-prasangka buruk
terhadap klg ataupun pasien
3) Ketika terjadi konflik antara pasien dan keluarga maka perawat berperan dalam
menyatukan pasien dan keluarganya
4) Untuk menerapkan caritative caring, maka perawat dituntut mampu melakukan
komunikasi terapeutik, membina hubungan saling percaya dan mampu melihat
keadaan dan situasi kapan kita dapat memberikan masukan kepada pasien agar
apa yang kita sampaikan dapat diterima oleh pasien.

GRAND TEORY KEPERAWATAN KONSERVASI MODEL


Mira Lestin Levine

A. Konsep Teori Mira Lestin Levine (1921-1996)


Konsep teory ini berfokus pada teory Konservasi Model, yang terdiri dari :

56
1. Adaptasi (adaptation)
Adaptasi adalah proses dimana pasien memelihara integritas di dalam lingkungan
yang nyata baik internal maupun eksternal. Adaptasi adalah konsekuensi dari
interaksi antara orang dengan lingkungan. Keberhasilan dalam menghadapi
lingkungan tergantung dari adekuatnya adaptasi (Levine, 1990).
Levine (1991) dalam Parker (2001) dan Tomey & Alligood (2006) mengemukakan
3 (tiga) karakteristik dari adaptasi yaitu :
1) Historicity
Adaptasi merupakan proses historis, dimana respon didasarkan pada pengalaman
masa lalu baik itu dari segi personal maupun genetik.
2) Specifity
Adaptasi juga bersifat spesifik, artinya bahwa pada perilaku individu memiliki
pola stimulus respon yang spesifik dan unik dalam aktivitas kehidupan sehari-
hari
3) Redundancy
Adaptasi bersifat redundancy yang berarti pilihan akan selamat atau gagal oleh
individu untuk memastikan terjadinya adaptasi yang berkelanjutan. Jika suatu
sistem tubuh tidak mampu beradaptasi, maka sistem yang lain akan mengambil
alih dan melengkapi tugasnya.

2. Wholeness
 Levine menganggap bahwa Wholeness merupakan system terbuka dan
menggabungkan bagian-bagian untuk sebuah keutuhan untuk menghadapi
perubahan lingkungan.
 Wholeness didasarkan pada uraian keseluruhan sebagai satu sistem terbuka,
yang menekankan suatu bunyi, organik, dan progresif yang sama antara fungsi-
fungsi yang beraneka ragam dan bagian secara keseluruhan, serta batasan-
batasan yang bersifat terbuka.

3. Konservasi (conservation)
Konservasi berarti cara yang kompleks untuk melakukan fungsinya pada saat
tantangan berat menghalanginya, atau suatu sistem yang kompleks yang mampu
melanjutkan fungsi ketika terjadi tantangan yang buruk.
57
Melalui konservasi ini individu mampu menghadapi tantangan, melakukan adaptasi
dan tetap mempertahankan keunikan pribadi dengan perhatian utamanya menjaga
keutuhan individu.
Model Konservasi “Levine” berfokus pada individu sebagai makhluk yang holistik,
dan bidang utama dari perhatian perawat dalam pemeliharaan individu secara
keseluruhan.
Model Levine menekankan pada proses interaksi dan intervensi keperawatan yang
bertujuan untuk peningkatan kemampuan beradaptasi dan mempertahankan
keutuhan tersebut, mencakup empat prinsip, yaitu (Levine dalam Ruddy, 2007):
1) Konservasi energi
Merupakan keseimbangan dan perbaikan energi yang dibutuhkan individu
untuk melakukan aktivitas, termasuk keseimbangan energi input dan output
untuk menghindari kelemahan yang berlebihan.
Contohnya : proses penyembuhan dan proses penuaan, intervensi keperawatan
dilakukan untuk :
 Mengurangi ketergantungan terhadap pemenuhan kebutuhan.
 Mempertahankan Istirahat dan aktivitas serta nutrisi yang adekuat.

2) Konservasi Integritas struktural


Penyembuhan adalah proses perbaikan integritas struktur dan fungsi dalam
mempertahankan keutuhan diri.
Contoh ; Bila menghadapi individu pasca amputasi, intervensi keperawatan :
 Membantu individu tersebut untuk menuju tingkat adaptasi baru.
 Membantu pasien melakukan latihan ROM.
 Mempertahankan personal hygiene pasien.

3) Konservasi Integritas personal


Menyadari pentingnya harga diri dan identitas diri pasien serta penghormatan
terhadap privasi. Dalam hal ini, perawat dalam melakukan intervensi
keperawatan harus menghargai keberadaannya seperti :
 Menghargai nilai dan norma yang dianut serta keinginannya
 Menyapa dengan sopan
58
 Meminta izin sebelum melakukan tindakan
 Melakukan terminasi setelah melakukan tindakan dan sebelum
meninggalkan pasien.

4) Konservasi Integritas sosial


Keterlibatan anggota keluarga dalam pemenuhan kebutuhan keagamaan atau
spiritual dan penggunaan hubungan interpersonal. Perawat membantu
menghadirkan anggota keluarga dan menggunakan hubungan interpersonal
untuk menjaga integritas sosial.

B. Aplikasi Teori Levine


1. Kasus
Tn. A, umur 45 tahun dirawat di ruang perawatan Bedah Saraf Rumah Sakit X
dengan kelemahan pada ekstremitas kanan pasca stroke NHS. Tn. A sudah
seminggu di rawat didampingi oleh istri dan seorang anak perempuannya. Selama
di rawat pasien Tn. A tidak pernah dimandikan karena kelemahan yang diderita
oleh pasien dan adanya kepercayaan keluarga bahwa pasien yang sakit tidak boleh
dimandikan.

2. Analisa Kasus
1) Pengkajian
a. Konservasi energi
TN. A usia 45 tahun, mengalami kelemahan pada ekstremitas kanan
b. Konservasi integritas struktural
Karena kelemahan yang dialami Tn. A sehingga hal inilah yang membuat
pasien tidak mampu untuk melakukan perawatan diri, badan pasien tampak
kotor, kusam dan berbau.

c. Konservasi Integritas Personal


Pasien dan keluarga menganut kepercayaan jika sakit tidak boleh mandi
d. Konservasi Integritas pasien
Perawat berbicara dengan anggota keluarga pasien dan mereka mengatakan
Tn. A tidak mau dimandikan karena takut penyakit Tn. A bertambah berat
bila banyak bergerak.
59
2) Diagnosa Keperawatan
Deficit Perawat diri b/d kelemahan fisik

3) Intervensi / Implementasi
a. Terapeutik
Bina hubungan saling percaya :
 Salam terapeutik
 Memperkenalkan diri perawat dan nama panggilan
 Menanyakan nama panggilan yang disukai
 Menanyakan keadaan pasien hari ini
b. Supportif
Memberikan motivasi, semangat dan support kepada pasien
c. Intervensi
 Konservasi energy :
 Membantu pasien dalam pemenuhan nutrisi yang adekuat
 Membantu mobilisasi pasien dengan posisi miring kiri dan kanan
setiap 30 menit.
 Konservasi integritas structural
 Membantu pasien dalam latihan ROM
 Membantu pasien mempertahankan personal higiene
 Konservasi integritas personal
 Menjaga privasi pasien
 Menyapa pasien dengan sopan
 Meminta izin sebelum melakukan tindakan
 Melakukan terminasi setelah melakukan tindakan dan sebelum
meninggalkan pasien
 Melindungi kebutuhan akan jarak (space)
 Konservasi integritas social
Perawat membantu menghadirkan anggota keluarga dalam perawatan
pasien termasuk menganjurkan memanggil rohaniawan untuk
memberikan support spiritual kepada pasien.
4) Evaluasi

60
a. Pasien tampak bersih, segar dan rapi
b. Pasien dan keluarga mengerti dan mau berperan serta dalam pemenuhan
kebutuhan pasien.

61

Anda mungkin juga menyukai