Anda di halaman 1dari 28

UNIVERSITAS INDONESIA

ANALISIS NURSING PHILOSOPY


MENURUT KARI MARTINSEN

Disusun untuk memenuhi Tugas


Sains Keperawatan

OLEH KELOMPOK 3:
Ida Ayu Kade Sri Widiastuti 1606859456
Ni Kadek Sriasih 1606859600
Grace Yuliona Sirtin Tumakaka 1506778855
Kurniawati 1606947433
Rifka Putri Andayani 1606859701

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN


PROGRAM STUDI MAGISTER KEPERAWATAN ANAK
UNIVERSITAS INDONESIA
OKTOBER 2016

1
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Tuhn Yang Maha Esa
yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan tugas mata kuliah sains keperawatan ini dengan judul “Analisis
Nursing Phylosopy menurut Kari Martinson”.
Tugas ini disusun untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam
menyelesaikan mata kuliah Sains Keperawatan untuk Program Pasca Sarjana
Keperawatan Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia. Pada kesempatan
ini pula perkenankanlah penulis mengucapkan terima kasih, kepada yang
terhormat:
1; Dekan Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia.
2; Koordinator mata kuliah Sains Keperawatan
3; Dosen pembimbing dan pengajar
Penulis telah berusaha semaksimal mungkin dalam penyusunan dan
pembahasan tugas ini. Penulis merasa masih banyak kekurangan dan keterbatasan
yang ditemukan disini oleh karena itu dengan segala kerendahan hati kritik dan
saran, usulan dan pendapat yang bersifat membangun sangat penulis harapkan
guna melengkapi kekurangan dan kelemahan dalam tugas Sains Keperawatan ini.
Akhir kata penulis ucapkan terimakasih dan semoga bermanfaat bagi semua.

Depok, Oktober 2016

Penulis

2
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL i
KATA PENGANTAR .ii
DAFTAR ISI iii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1; Latar Belakang 1
1.2; Tujuan 2
1.2; Manfaat 2
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1; Latar Belakang Teori 3
2.2; Sumber Teori 6
2.3; Konsep Utama dan Definisi 8
2.4; Fokus Unik 10
2.5; Asumsi Utama 11
2.6; Penerimaan oleh Keperawatan Komunitas dan Praktik 13
BAB 3 PEMBAHASAN
Analisis Hubungan Teori Kari Martinsen dengan Filosofi dan Paradigma
Keperawatan 15

BAB 4 PENUTUP
4.1 Simpulan 19
4.2 Saran 20
DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................................21

BAB I
PENDAHULUAN

1.1; Latar Belakang


Ilmu pengetahuan dan teori dalam bidang keperawatan mengalami
perkembangan secara bekelanjutan dan konsisten. Perawat sebagai ujung

3
tombak bidang kesehatan harus dapat mengaplikasikan konsep-konsep
keperawatan yang telah dibangun oleh pakar-pakar keperawatan sebagai
bentuk eksistensinya di masyarakat. Filosofi keperawatan yang terus
dikembangkan akan menjadi acuan dalam setiap perkembangan teori
keperawatan.
Pelayanan keperawatan yang berkualitas didapat dari
pengembangan filosofi. Filosofi keperawatan yang mendasari
pengembangan teori-teori keperawatan yang disusun
meningkatkan pemahaman terhadap fenomena keperawatan
yang mengarahkan perkembangan ilmiah dari ilmu dan
praktek sehingga terjadi perkembangan dalam profesi
keperawatan.
Philosophical Theory diartikan sebagai pernyataan yang mendukung
tuntutan ontologi tentang fenomena sebagai pusat perhatian suatu disiplin
ilmu, tuntutan epistemic tentang bagaimana fenomena muncul dan tuntutan
etik tentang nilai dari suatu disiplin ilmu (Fawcett, 2005). Philosophical
Theory merefleksikan kepercayaan atau pandangan. Philosofi keperawatan
merupakan suatu pernyataan dari fundamental dan asumsi umum,
kepercayaan dan prinsip tentang pengetahuan dan kebenaran dan
tentangsesuatu yang mencolok yang diperlihatkan dalam metaparadigma
(Smith, 2008). Salah satu teori filosofi keperawatan yang dapat
diterapkan oleh perawat dalam pemberian asuhan
keperawatan kepada pasien adalah teori dari Kari Martinsen.
Kari Martinsen mengemukakan teori Philosophy of Caring.
Periode tahun 1976-1986 merupakan tahun berkembangnya teori
Philosophy of Caring dari Martinsen (Kirkevold, 2000). Oleh karena
itu kami tertarik membahas lebih detail tentang Teori
Phylosophy of Caring dari Kari Martinsen.

1.2; Tujuan Penulisan


1.2.1; Tujuan Umum

4
Penulisan makalah ini adalah menganalisa menganalisis
teori Philosophy of Caring Kari Martinsen.

1.2.2; Tujuan Khusus


1; Mampu memahami latar belakang philosophical theory oleh Kari
Martinsen.
2; Mampu memahami sumber philosophical theory oleh Kari
Martinsen.
3; Mampu mengidentifikasi konsep utama philosophical theory oleh
Kari Martinsen.
4; Mampu memahami fokus utama philosophical theory oleh Kari
Martinsen.
5; Mampu memahami asumsi utama philosophical theory oleh Kari
Martinsen.
6; Mampu memahami penerimaan oleh keperawatan komunitas dan
praktik.

1.3; Manfaat Penulisan


Penulisan makalah ini diharapkan dapat meningkatkan wawasan tentang
analisis philosophical theory oleh Kari Martinsen.

1.4; Sistematika Penulisan


Adapun sistematika makalah ini adlah sebagai berikut:
Bab 1: Pendahuluan
Membahas latar belakang, tujuan, manfaat dan sistematika
penulisan.
Bab 2: Tinjauan Teoritis
Membahas konsep dasar philosophical theory oleh Kari Martinsen.
Bab 3: Analisis philosophical theory oleh Kari Martinsen.
Bab 4: Kesimpulan dan Saran

5
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

2.7; Latar Belakang Teori


Karl Marie Martinsen, seorang perawat dan seorang penyusun teori
filosofi keperawatan lahir di Oslo, Norwegia tahun 1943 ketika terjadi perang
dunia ke II saat Jerman mengekspansi Norwegia. Seusai periode perang,
moral dan sosiopolitik menjadi tema utama pembicaraan dalam keluarga
Martinsen yang terdiri dari tiga generasi, Martinsen dan adiknya, orang tua
dan nenek. Kedua orang tua Martinsen adalah ahli ekonomi, dan Ibu
Martinsen pekerja yang sibuk. Setelah lulus sekolah menengah, martinsen
melanjutkan pendidikan di Ulleval College of Nursing di Oslo dan lulus

6
tahun 1964. Sambil mempersiapkan diri masuk ke jenjang Universitas,
Martinsen sempat bekerja di rumah sakit Ulleval selama satu tahun.
Martinsen lalu mangambil spesialisasi keperawatan jiwa dan lulus tahun
1966.
Selama bekerja sebagai perawat, Martinsen menjadi lebih peduli
dengan kesenjangan sosial yang terjadi dimasyarakat umumnya dan di
pelayanan kesehatan khususnya. Sehat, sakit, perawatan dan pengobatan
dipandang Martinsen terpola secara unik. Martinsen merasa penasaran
dengan adanya perbedaan antara teori ideal dan tujuan pelayanan kesehatan
disatu sisi, dengan hasil pelayanan keperawatan, medis dan pelayanan sistem
kesehatan disisi lain. Martinsen mulai mempertanyakan kepedulian
masyarakat dan profesi merawat orang sakit dan pengangguran. Poin utama
yang menjadi kegusarannya adalah tentang kepedulian perawat terhadap
pasien yang tingkat ketergantungannya tinggi. Pertanyaan berikutnya adalah
bagaimana perawat bisa merawat pasien dengan maksimal jika hanya
pendekatan medis yang diutamakan. Dengan kata lain bagaimana perawat
bisa memberikan layanan keperawatan yang maksimal, seiring dengan
pendekatan medis yang diberikan. Martinsen berharap pertanyaan-
pertanyaannya menjadi pendekatan ilmiah dalam ilmu keperawatan.
Pertanyaan-pertanyaan Martinsen menjadi studi tambahan baginya
saat mengambil kuliah magister psikologi jiwa tahun 1968. Sebagai
prasyaratnya, Martinsen harus mengambil mata kuliah fisiologi dan juga
mengambil filosofi. Materi kuliah filosofi dan fenomenologi ternyata
mengubah pola pikir Martinsen secara drastis. Martinsen merasa bahwa
filosofi lebih mampu menjawab pertanyaan-pertanyaan yang dimilikinya dari
pada bidang psikologi. Ketertarikan Martinsen tentang fenomenologi
membuatnya melanjutkan kuliah di The University of Bergen, kota terbesar
kedua di Norwegia.
Selama tahun 1972 sampai 1974, Martinsen kuliah di Fakultas
Filosofi University of Bergen. Dalam menyusun disertasinya, Martinsen
masih meneruskan studi tentang pertanyaan-pertanyaan yang muncul darinya
tentang kebingungannya sebagai warga kota, seorang professional, dan

7
pekerja bidang kesehatan. Disertasinya yang berjudul Philosophy and
Nursing: A Marxist and Phenomenological Contribution (Martinsen, 1975)
menjadi bahan perdebatan dan mendapat banyak kritikan. Disertasinya adalah
disertasi pertama yang ditulis perawat yang mengkritisi bidang keperawatan
yang ditinjau dari luar disiplin keperawatan yaitu dari perspektif filosofi dan
sosial.
Selama rentang tahun 70-an pendidikan keperawatan di Norwegia
mengalami pergeseran. Tiga sekolah keperawatan dimasukkan dalam satu
universitas. Karena dibutuhkan seorang perawat berkualifikasi pendidikan
tinggi, Martinsen diangkat sebagai dekan fakultas keperawatan di University
of Bergen selama periode 1976-1977. Martinsen juga mempelopori ide
adanya perubahan jenjang pendidikan keperawatan di Norwegia. Jenjang
pendidikan yang bermula hanya 4 tahun, Martinsen usulkan ditambah
menjadi 4 tahun. Usulan itu menjadi perdebatan yang panas di kalangan
asosiasi perawat Norwegia.
Tahun 1978, Martinsen mendapat kesempatan bekerja di departemen
sejarah Universitas Oslo. Martinsen melanjutkan studinya tentang sosiohistori
keperawatan. Periode 1981-1985 Martinsen yang menjadi pengajar di
departemen sejarah University of Bergen. Periode tahun 1976-1986 bisa
dikatakan tahun berkembangnya filosofi caring dari Martinsen (Kirkevold,
2000). Selama periode tersebut Martinsen bekerjasama dengan Anne Lise
Seip, profesor sejarah sosial; Ida Blom, profesor sejarah feminis; dan Kari
Warness, profesor sosiologi. Pada tahun 1979, Martinsen dan Warness
menerbitkan sebuah buku dengan judul yang provokatif, Caring Without
Care? (Martinsen &Warness, 1979). Dibuku ini, Martinsen mengangkat
pertanyaan penting, yaitu (1) apakah perawat "bergerak menjauh" dari si
sakit?, (2) apakah prinsip “caring” semakin menghilang ketika alat
kesehatan dan obat – obatan semakin maju berkembang?, (3) ketika perawat
semakin sibuk menjadi administrator dan peneliti apakah perawatan akan
semakin banyak diserahkan kepada kelompok okupasi lain?.
Periode sejarah keperawatan terutama perawat yang terlatih di
Norwegia belum terlalu lama. Sekitar periode akhir 1800an menjadi periode

8
awal adanya perawat yang terlatih di Norwegia. Ketika para suster gereja
mendapat pelatihan di Jerman. Mereka adalah peletak dasar pertama sistem
pendidikan keperawatan Norwegia. Periode sejarah itu tertulis dalam buku
Martinsen, History of Nursing: Frank and Engaged Deaconesses: A Caring
Profession Emerges 1860-1905 (Martinsen, 1984). Dari tulisannya itu,
Martinsen meraih gelar doctor filosofi dari Universitas Bergen tahun 1984.
Dalam mempertahankan disertasinya, Martinsen menyiapkan dua
tulisannya Health Policy Problems and Health Policy Thinking behind the
Hospital Law of 1969 (Martinsen,1989a) dan The Doctors Interest in
Pregnancy-Part of Perinatal care: The Period ca. 1890-1940 (Martinsen,
1989b). Tulisan itu Martinsen buat selama sepuluh tahun perjalanannya
dalam mempelajari sosiohistori keperawatan, feminism dan dan sosiohistori
kedokteran.
Tahun 1986 Martinsen bekerja sebagai associate professor di department
of health and social medicine di Universitas Bergen. Martinsen melanjutkan
tulisannya tentang filosofi dan menerbitkan karya tulis berjudul Caring,
Nursing and Medicine: Historical-Philosophical Essays (Martinsen, 1989c).
Dengan hadirnya buku tersebut, menjadi penanda dimulainya periode
Martinsen yang lebih filosofis lagi dalam beberapa edisi. Dalam jurnal
antologi Denmark yang dipublikasikan 1990, Martinsen menulis jurnal dengan
judul Moral Practice and Documentation in Practical Nursing.
Tahun 1990 Martinsen pindah ke Denmark dan bekerja di Universitas
Arhus. Dalam periode tersebut Martinsen semakin mengembangkan teori
filosofinya. Dalam tulisannya yang berjudul Caring, Nursing and Medicine:
Historical-Philosophical Essays, Martinsen mengaitkan teorinya dengan teori
caring Martin Heldegger (19889-1976) seorang filsuf Jerman yang bersimpati
dengan nazi. Selain itu Martinsen juga mempelajari teori aspek caring Knud E
Logstrup (1905-1981) seorang ahli teologi dan filsuf Denmark. Ketika di
Denmark Martinsen bertemu dengan Patricia Benner dalam diskusi publik di
Norwegia, Denmark, dan California. Hasil diskusi mereka dirangkum dalam
tulisan yang berjudul Ethics and Vocation, Culture and the Body. Martinsen
juga melanjutkan diskusinya dengan Katie Eriksson, seorang professor

9
keperawatan dari Finlandia. Hasil diskusi mereka terangkum dalam tulisan
yang berjudul Phenomenology and Caring: three Dialogues (Martinsen, 1996).
Periode 1990an pemikiran Martinsen didominasi pemikiran filosofi dan
ontologi serta pengaruhnya bagi keperawatan. Bukunya The Eye and The Call
yang terbit tahun 2000 lebih bersifat abstrak dari sebelumnya. Dibidang lain
Martinsen juga mengembangkan idenya tentang arsitektur. Martinsen
menerbitkan artikel yang berjudul The House and The Song, The Tears and
The Shame: Space and Architecture as Caretakers of Human Dignity.
Martinsen berkontribusi dalam buku ajar keperawatan di Norwegia, yang
berjudul The Thoughtful Nurse tahun 1993). Tahun 2003 Martinsen juga
mengeluarkan tulisan yang berjudul Ethics, Discipline and Refinement:
Elizabeth Haggemanns Ethics Book New Readings (Martinsen &
Wyller,2003). Buku in menjelaskan analisis teori etik yang dipakai dari 1930
sampai 1965, yang ditulis dua filsuf Perancis Pierre Bourdieu dan Michel
Foucault dan juga sosiologis Jerman Max Weber. Tahun 2012, Martinsen
bersama dosen lainnya di Harstad University College, menerbitkan buku
tentang Narasi dan kode etik keperawatan. Periode pemikiran Martinsen yang
panjang dan memberi kontribusi pada ilmu keperawatan tersebut
mengantarkannya mendapat penghargaan Knight, First Class, of the Royal
Norwegian Order of St. Olav di tahun 2011.

2.8; Sumber Teori


Latar belakang teoritis Martinsen yang dalam dirinya menganalisis
profesi keperawatan di awal 1970-an, Martinsen tampak tiga filsuf khususnya:
filsuf Jerman, politisi, dan ahli teori sosial Karl Marx (1818-1883); filsuf
Jerman dan pendiri fenomenologi Edmund Husserl (1859 untuk 1938); dan
filsuf Perancis dan fenomenolog tubuh Merleau-Ponty (1908-1961).
Kemudian, dia memperluas sumber teoritis untuk menyertakan lainnya filsuf,
teolog, dan sosiolog.
Karl Marx: Kritis an Analisis Sebuah Praktek
Transformatif

10
Filsafat Marxis memberi Martinsen beberapa analisis untuk
menggambarkan realitas disiplin keperawatan dan krisis sosial. Krisis terdiri
dari kegagalan disiplin untuk memeriksa dan mengenali sifatnya sebagai
terfragmentasi, khusus, dan teknis menghitung, karena berpura-pura
perspektif holistik pada perawatan. Dia menemukan bahwa disiplin adalah
bagian dari positivisme dan kapitalis sistem, tanpa praksis pembebasan. Karl
Marx mengkritik individualisme dan kepuasan kebutuhan orang kaya dengan
mengorbankan orang miskin. Martinsen mengatakan bahwa hal itu penting
untuk mengekspos fenomena ini ketika terjadi dalam pelayanan kesehatan.
paparan seperti realitas ini dapat menjadi kekuatan untuk perubahan. Dia
berpendapat bahwa kita harus mempertanyakan sifat keperawatan, konten dan
struktur, asal sejarah, dan asal-usul profesi. Ini hasil interogasi disebuah panti
kritis praktek sebagai praktisi memandang pekerjaannya dan profesi dalam
konteks sejarah dan sosial. kepentingan sejarah Martinsen memiliki kritis dan
transformatif niat.
Edmund Husserl: Fenomenologi sebagai Sikap alami
Fenomenologi Edmund Husserl penting untuk kritik Martinsen ini ilmu
pengetahuan dan positivisme. lihat positivisme tentang diri terletak pada
sikap objektivikasi dan sikap manusiawi dan menghitung arah orang tersebut.
Husserl melihat fenomenologi sebagai ilmu yang ketat. Proses metodologis
yang ketat fenomenologi menghasilkan sikap terdiri refleksi atas realitas
ilmiah kita, sehingga kita dapat mengungkap struktur dan konteks di mana
kita sebaliknya perform diambil-untuk-diberikan dan tidak sadar kerja.
Praktek ini adalah tentang membuat diambil-forgranted bermasalah. Dengan
problematizing diambil forgranted pemahaman diri, kita menemukan peluang
untuk memahami "hal itu sendiri," yang akan selalu mengungkapkan sendiri
perspectively. Fenomenologi bekerja dengan pra ilmiah, apa yang kita temui
dalam sikap alami, ketika kita diarahkan sesuatu dengan niat untuk mengenali
dan memahami itu bermakna. Fenomenologi menekankan pada konteks,
keutuhan, keterlibatan, keterlibatan, tubuh, dan kehidupan hidup. Kita hidup
dalam konteks, dalam waktu dan ruang, dan kita hidup historis. tubuh tidak

11
dapat dibagi ke dalam tubuh dan jiwa; itu adalah keutuhan yang berhubungan
dengan badan-badan lainnya, untuk hal di dunia, dan dengan alam.
Merleau-Ponty: The Body sebagai Natural Sikap
Maurice Merleau Ponty (1908-1961) dibangun berdasarkan pemikiran
Husserl, tetapi berfokus lebih dari yang lain pemikir pada tubuh manusia di
dunia. kedua Husserl dan Merleau-Ponty mengkritik Descartes (1596-1650),
yang memisahkan orang dari dunia di mana satu hidup dengan orang lain.
Tubuh yang mewakili Sikap alami di dunia. Profesi keperawatan berkaitan
dengan tubuh dalam semua aspeknya. Kami menggunakan kita sendiri tubuh
dalam kinerja peduli, dan kita berhubungan dengan badan-badan lain yang
membutuhkan keperawatan, pengobatan, dan peduli. tubuh kita dan orang-
orang dari pasien kami mengekspresikan sendiri melalui tindakan, sikap, kata-
kata, nada suara, dan gerak tubuh. Fenomenologi melibatkan tindakan
interpretasi, deskripsi, dan pengakuan dari hidup kehidupan, kehidupan
sehari-hari bahwa orang hidup bersama dengan orang lain di alam bersama,
termasuk profesional konteks di mana kepedulian dilakukan.

2.9; Konsep Utama dan Definisi


1; Perawatan
Perawatan adalah suatu bentuk yang bukan hanya
sekadar nilai dasar keperawatan, tetapi juga merupakan
nilai dasar hidup kita. Perawatan ialah perkembangan
positif individu melalui kebaikan. Perawatan berbentuk
trinitas, terdiri dari hubungan, praktik, dan moral yang
terjadi secara simultan. Perawatan mempunyai arah untuk
menuju situasi orang lain. Dalam konteks profesional,
perawatan memerlukan pendidikan dan latihan. Tanpa
pengetahuan profesional, hubungan dengan pasien akan
berubah menjadi sentimentil (Martinsen, 1990). Adanya
pengamanan, tidak ada kelalaian, dan tidak sentimentil
merupakan ekspresi dari perawatan.
2; Penilaian Profesional

12
Penilaian profesional menunjukkan kualitas suatu
hubungan yang sebenarnya. Hal ini bisa dicapai melalui
latihan menilai secara profesional baik dalam praktik
maupun kehidupan sehari-hari berdasarkan observasi
klinis kita. Penilaian profesional tidak hanya dilatih dengan
melihat, mendengar dan menyentuh secara klinis, tetapi
juga perlu dilatih bagaimana melihat, mendengar, dan
menyentuh secara klinis dengan cara yang baik dan benar
(Martinsen, 1993).
Pasien memberikan kesan yang berbeda-beda pada
kita (perawat) karena persepsi seseorang memiliki analog
dengan variasi karakter yang ditimbulkannya dan
bergantung pada situasi tertentu. Satu hal yang perlu
diingat dan direnungkan adalah adanya hubungan antara
kesan dengan situasi, pengetahuan profesional yang
dimiliki, dan pengalaman sebelumnya. Kebijaksanaan
menunjukkan pengetahuan profesional melalui kepekaan
alami dan bahasa sehari-hari (Martinsen, 2005, 2006).
"Tanpa pengetahuan profesional, kepedulian terhadap
pasien menjadi hanya sentimentalitas."
3; Praktik Moral Dalam Perawatan
Praktik moral dapat terjadi bila empati dan refleksi
ditampilkan secara bersama-sama saat bekerja sehingga
caring dapat diekspresikan dalam tindakan keperawatan
(Martinsen, 1990). Moral itu ada dalam situasi nyata yang
harus diperhitungkan. Tindakan kita perlu
dipertanggungjawabkan, yang didasarkan pada empati
dan refleksi (Martinsen, 1990).
4; Person Oriented Professional
Person Oriented Professional mempunyai makna
bahwa perawat sebagai tenaga profesional memandang
pasien sebagai orang yang menderita dan harus

13
dilindungi integritasnya. Hal ini memberikan tantangan
bagi profesional untuk meningkatkan kompetensi dirinya
dalam menjalin hubungan yang saling menguntungkan
dan bersifat manusiawi dengan tujuan untuk melindungi
dan merawat pasien. Selain itu, profesionalisme berbasis
individu juga berbicara tentang pemahaman terhadap
posisi masing-masing pihak dimana pihak satu
membutuhkan pihak lainnya, dan menempatkan pasien
sebagai fokus dari caring (Martinsen, 2000).
5; Ungkapan Hidup Tertinggi
Ungkapan hidup tertinggi adalah keterbukaan,
kemurahan hati, kepercayaan, harapan, dan cinta. Hal ini
merupakan fenomena yang dapat kita terima seperti kita
menerima waktu, ruang, udara, air, dan makanan
(Alvsvag 2003). Tanpanya hidup menjadi kacau, dan
caring tidak dapat dilaksanakan (Martinsen, 2000).
6; Area Yang Tak Dapat Disentuh
Ungkapan ini menunjukkan bahwa ada area-area yang
tidak boleh kita masuk ke dalamnya, menemui orang lain
ataupun menemui alam lain. Terdapat batasan yang harus
kita hormati. Dalam caring, area yang tidak tersentuh
adalah kesatuan, yang merupakan lawan dari
keterbukaan. Keterbukaan dan area yang tak tersentuh
merupakan suatu hal yang kontradiktif dalam caring
(Martinsen, 1990, 2006).

7; Vokasi
Vokasi adalah suatu kebutuhan hidup yang membuat
manusia merasa sempurna dalam berhubungan dan
merawat (peduli) terhadap orang lain (Martinsen, 2000).
Keperawatan memerlukan penyempurnaan pribadi selain
pengetahuan dalam hal professional.

14
8; Mata Hati
Hati bicara tentang eksistensi individu, derita orang
lain dan situasi yang ada didalamnya. Mata hati
berhubungan dengan perhatian yang didasarkan pada
hubungan saling berbalas dan saling memahami.
9; The Registering Eye
The Registering Eye adalah objektifitas dan perspektif
dari pengamat. Hal itu berkaitan dengan mencari koneksi,
sistematisasi, peringkat, klasifikasi, dan menempatkan
dalam sistem. The registering eye merupakan aliansi
antara ilmu pengetahuan alam modern, teknologi, dan
industrialisasi. Jika seorang pasien dan seorang
profesional menggunakan tatapan ini secara sepihak,
kasih sayang akan keluar dari situasi tersebut, dan
kemauan untuk hidup berkurang (Martinsen, E. H, 2011).

2.10; Fokus Unik


Filosofi keperawatan dari Karl Martinsen yeng terkenal adalah
Philosophi of Caring. Teori filosofikal, ilmiah dasar dan aplikasi praktis yang
dikembangkan berfokus pada telaah di sisi moral keperawatan, dan etika
keperawatan serta caring. Pandangan dunia fenomenologis berbasis
Martinsen adalah manusia tidak dapat dipahami atau dipertimbangkan dalam
isolasi dari lingkungannya. Manusia dan lingkungan merupakan suatu
perangkat yang menyebabkan setiap situasi tergantung konteks dan bersifat
unik. (Alligood, M. R., & Tomey, A. M, 2010).
Moral adalah fokus keunikan caring di dalam model keperawatan Karl
Martinsen. Bagaimana merawat dan peduli pada klien. (Alligood, M. R., &
Tomey, A. M, 2010). Asuhan keperawatan yang diberikan oleh seorang
perawat profesional tidak hanya sebatas tuntas memberikan asuhan
keperawatan tetapi memberikan makna dalam sebuah kedekatan terapeutik
pada pasien. Perawat tidak hanya terampil dalam hal tindakan keperawatan

15
yang dilakukan tetapi jiwa dari apa yang dilakukan tersebut mengandung
moralitas perawat. Berempati, berefleksi diri, memberikan keterbukaan,
kemurahan hati, kepercayaan, harapan dan cinta dalam setiap pemberian
asuhan keperawatan merupakan kepekaan rasa yang harus dimunculkan
dalam diri seorang perawat. (Alligood, M. R., & Tomey, A. M, 2010).
Bahwasannya dalam suatu kedekatan terapeutik dengan pasien, moral dapat
terjadi bila empati dan refleksi ditampilkan secara bersama – sama sehingga
caring dapat diekspresikan dalam tindakan keperawatan. Moral itu ada dalam
situasi nyata, dalam suatu tindakan keperawatan yang harus diperhitungkan.
Kemudian tindakan tersebut harus dipertanggungjawabkan didasarkan pada
empati dan refleksi.
Moral, etika dan caring merupakan tiga komponen yang harus bersinergi
dalam upaya pelayanan keperawatan profesional yg terindividualisasi, tidak
hanya sekadar terstandar saja. Dapat dibayangkan bagaimana asuhan
keperawatan yg diberikan perawat tanpa disertai rasa moral, etika, dan caring,
tindakan keperawatan yang dilakukan pada pasien menjadi tidak profesional.
Ada tiga hal yang harus diperhatikan dalam caring menurut Karl Martinsen
yaitu caring harus berkaitan dengan hubungan, praktek dan moral. Benner
dan wrubel (1989) dalam Potter dan Perry (2009), mengatakan “ Caring
membuat kemungkinan”. Perhatian seseorang terhadap orang lain, kejadian
sesuatu memberikan motivasi dan petunjuk kepada individu untuk perduli.
Caring sebagai dasar asuhan keperawatan adalah aspek yang mempunyai
implikasi praktis untuk mengubah praktek keperawatan sesuai kebutuhan
klien. Hubungan yang terbina harus didasarkan pada pendidikan dan pelatihan
serta kepedulian bahwa individu itu unik dan moral memberikan aspek
afektif menentramkan yang merupakan salah satu esensi keunikan dalam
asuhan keperawatan.

2.11; Asumsi Utama


1; Keperawatan
Asumsi dasar philosophical caring termasuk dalam hal
praktik keperawatan dimana perawat memberikan asuhan

16
keperawatan merawat dan peduli pada orang lain. Menurut
Alvsvåg, 2011 (dalam Alligood. 2014), mengatakan bahwa caring
merupakan landasan utama dan jiwa bagi keperawatan maupun pekerjaan
lainnya yang berkaitan dengan kepedulian. Caring melibatkan tentang
rasa mempertimbangkan, merawat, dan peduli terhadap yang lain. Dalam
caring terdapat tiga hal yang saling berkaitan yang disebut dengan
Trinity of Caring yaitu, adanya hubungan, praktik dan moral :
1; Caring berkaitan dengan hubungan : Caring itu setidaknya
melibatkan dua orang. Martinsen menggambarkan hal tersebut
sebagai berikut : “seseorang peduli pada orang lain, keika orang
tersebut dalam kondisi yang menderita atau berduka dan bersedia
utuk mengurangi rasa sakitnya. Maka caring atau rasa peduli
adalah hal yang paling alami dan yang paling mendasari yang
diperlukan bagi orang tersebut. Dalam caring, hubungan antar
sesama adalah unsur yang paling penting. Yang dikerjakan orang
tersebut adalah untuk kepentingan orang lain. Intinya disini adalah
caring atau sifat peduli selalu mengandaikan sebagai orang lain
atau memposisikan diri kita sebagai orang tersebut. Lebih lanjut
Martinsen mengatakan bahwa dirinya tidak pernah dapat
memahami dirinya atau menyadari dirinya sendiri atau tidak
bergantung dengan orang lain” (Martinsen, 1989c, p. 69).
2; Caring berhubunngan dengan praktik : Hal ini berkaitan dengan
sesuatu yang bersifat nyata dan dapat dipraktikkan. Caring atau
sikap peduli pada orang lain dapat dilatih dan dipelajari melalui
prakik langsung.
3; Caring berhubungan dengan moral : dapat diartikan sebagai
situasi bahwa kita harus yakin dan tidak meremehkan
kemampuan pasien dalam membantu dirinya sendiri untuk
mencapai tujuan yang diinginkan. Dalam
pernyataannya Martinsen mengatakan “jika caring
merupakan hal yang benar, maka saya harus menghubungkannya

17
dengan suasana hati yang membenarkan atau menerima orang
lain berada dalam situasinya” (Martinsen, 1989c, p. 71).

Caring memerlukan pemahaman yang jelas terhadap suatu kondisi,


yang memerlukan evaluasi yang baik dari tujuan yang melekat dalam
situasi caring tersebut: tindakan keperawatan pada dasarnya ditujukan
pada orang yang tidak mampu mandiri dalam pemenuhan kesehatnnya,
orang yang sakit dan memerlukan perawatan. Martinsen menegaskan
bahwa “dalam memberikan perawatan pada orang yang sakit melalui
asuhan keperawatan melibatkan pengetahuan, keterampilan dan
terorganisasi” Martinsen, 1989c, p.75).

2; Manusia
Dalam konsep manusia, Martinsen menyebutkan
bahwa, manusia tidak dapat dipisahkan dari lingkungan
sosial dan komunitasnya. Martinsen berpendapat bahwa
terdapat hubungan yang paralel antara manusia dengan
tubuhnya.Sebagai tubuh, manusia berhubungan dengan
diri sendiri, orang lain, dan dunia, sedangkan manusia
adalah tubuh itu sendiri dimana sebagai tubuh, manusia
mempunyai persepsi dan pemahaman.Tubuh terdiri dari
jasmani dan jiwa (Alligood, 2014)
3; Ligkungan
Manusia selalu berada dalam situasi yang berbeda dari
satu tempat ke tempat yang lain dan dalam ruang yang
satu ke ruang yang lain (berada dalam tempat dan ruang
khusus). Martinsen mengungkapkan kapan waktunya,
bagaimana bentuk bangunan, dan pengetahuan dalam
menciptakan suasana suatu ruang. Dilihat dari dimensi
ruang terdapat waktu, suasana, dan kekuatan.Martinsen
menyatakan bahwa waktu, arsitektur, dan pengetahuan
dapat bekerja terhadap suasanasuatu dimensi

18
ruang.Arsitektur, hubungan dengan orang lain,
penggunaan obyek, kata-kata, pengetahuan, keberadaan
kita di dalam ruangan, semuanya tersusun teratur dalam
ruang dan situasi.Manusia masuk dalam ruang universal,
ruang alami, tetapi melalui penciptaan ruang budaya.Kita
membangun rumah dengan ruangan-ruangan dan
aktivitas pelayanan kesehatan menempati ruangan yang
berbeda (Alligood,2014) .
4; Sehat
Sehat adalah refleksi dari kondisi organisme, selain itu
juga merupakan ekspresi tingkat kompetensi dalam
pengobatan.Konsep modern dari sehat adalah tidak bisa
dikatakan sehat jika salah satu terjadi kerusakan
meskipun salah satu organ yang menjadi lebih
baik.Pengobatan terkadang berdampak yang
membahayakan dan pelayanan yang tidak adekuat bagi
orang yang menderita penyakit kronis menyebabkan
Martinsen kembali berpikir ke konsep konservatif yaitu
sehat secara ideal.Hal yang penting adalah pengobatan
yang jarang, sering menolong, dan selalu memberikan
kenyamanan.Martinsen juga mengungkapkan bahwa kita
tidak boleh mengubah lingkungan, yang dibutuhkan
adalah perhatian

2.12; Penerimaan Oleh Keperawatan Komunitas dan Praktik


1; Pendidikan
Sebagian besar perguruan tinggi keperawatan di
Norwegia dan Denmark, menggunakan karya-karya
Martinsen menjadi acuan dalam kurikulum pendidikan.
Selain itu buku-buku teori caring digunakan dalam proses
pembelajaran tidak hanya bagi keperawatan tetapi karya
beliau juga digunakan oleh disiplin ilmu lain, karena

19
konsep caring dari Martinsen mengadop usnur-unsur
sosial dan moral ( Alligood, 2014).
2; Praktik
Teori martinsen dalam praktik kepeduliannya, melihat
pasien secara menyuluruh dan bagaimana memahami
dan mendekati pasien. Kekuatannya adalah kemampuan
melatih caring dalam praktik sehingga keperawatan dapat
dikatakan sebagai praktik yang berkaitan dengan moral.

3; Research
Dalam penelitian karya Martinsen digunakan sebagai dasar atau
acuan dalam penelitian atau disertasi. Contohnya adalah, disertasi doctor
dari Norwegia yang mengacu pada teori Kari Martinsen terkait dengan
care of life. Dan masih terdapat beberapa peneliti lainnya yang
menggunakan karya teori Martinsen dalam penelitainnya.

20
BAB III
PEMBAHASAN

Analisis Hubungan Teori Kari Martinsen dengan Filosofi dan Paradigma


Keperawatan
Kelompok menyimpulkan bahwa, dalam pandangannya terhadap konsep
keperawatan Martinsen menegaskan bahwa caring merupakan jiwa dalam
memberikan asuhan keperawatan yang erat kaitannya dengan profesionalisme
perawat. Setiap pasien yang tidak mampu memenuhi kebutuhannya dalam upaya
mencapai kesehata yang optimal sudah selayaknya kita sebagai perawat
memberikan asuhan keperawatan berbasis caring. Perilaku caring dapat kita
pelajari, pahami dan kita aplikasikan saat memberikan asuhan keperawatan
dengan cara memposisikan diri kita pada situasi yang dialami oleh pasien
sehingga kita mampu memberikan perhatian dan caring pada pasien kita. Hal
yang harus diperhatikan ketika melakukan caring ke pasien yaitu :adanya
hubungan, praktik, dan moral. Asuhan perawatan atau caring yang kita berikan
pada orang yang saki tetap berlandaskan pengetahuan, keterampilan dan harus
terorganisir.

21
Tujuan keperawatan dalam teori caring mengacu pada filosofi caring, yaitu
Martinsen menekankan caring sebagai nilai sentral dimana perawat dapat
merefleksikan dirinya jika berada pada situasi yang dialami oleh pasien
(emphaty). Sehingga perawat dapat memberikan tindakan yang terbaik bagi
pasien. Berdasarkan pandangan ini, caring merupakan bukti nyata tindakan
keperawatan yang didasari oleh keinginan untuk mengerti, menolong dan
mengurangi penderitaan pasien berdasarkan nilai-nilai kebaikan. Pasien yang
dalam kondisi lemah, ketidak berdayaan dalam memenuhi kebutuhannya dengan
prinsip caring yang diterapkan oleh perawat, maka akan menimbulkan kondisi
perbaikan dan tujuan teori ini, perawat mampu menempatkan dirinya pada situasi
yang dialami oleh pasien. Dengan mengetahui apa yang dibutuhkan oleh pasien
dan memahami kebutuhannya maka masalah kesehatan yang dialami oleh pasien
dapat segera diatasi. Perilaku caring juga dapat diinternalisasikan melalui proses
pembelajaran dengan mengaplikasikan komponen-komponen dari caring dalam
setiap pemberian asuhan keperawatan.
Dalam Theoretical assertion, Martinsen memaparkan praktik keperawatan
dalam konsep caring. Martisen menjelaskan bahwa manusia diciptakan saling
tergantung dan berhubungan satu sama lain. Perawatan merupakan hal yang
mendasar bagi kehidupan manusia. Sebagai manusia kita dalam kehidupan ini kita
tidak hanya dalam berhubungan antar manusia satu dengan yang lain tetapi kita
juga berhubungan dengan hewan dan alam. Tubuh tercipta berdasarkan suatu
kesatuan, yaitu fisik dan jiwa, yang di dalamnya terdapat kebaikan, yang
merupakan suatu hal yang tak terelakkan.
Dalam konsep ini yang menjadi pusat adalah Care of the body. Keperawatan
merupakan pekerjaan duniawi yang menuntut kejujuran karena keperawatan
professional adalah melindungi tubuh dan memberikan berbagai kemungkinan
hidup dari pasien.Pekerjaan ini menunjukkan adanya suatu tuntutan hidup untuk
peduli terhadap sekitar, dalam hal ini adalah pasien dalam pekerjaannya. Ini
adalah suatu pekerjaan yang memberi jasa pada proses kehidupan. Mencintai
sekitar merupakan hal yang konkret, praktis, professional, dan moral. Hal yang
berkaitan dengan panca indera dan pengetahuan yang berdasarkan pengalaman
adalah hal utama dari fundamental dan dasar dalam praktik keperawatan. Caring

22
dipelajari melalui pengalaman praktis dalam situasi konkret di bawah pengawasan
perawat ahli dan berpengalaman (Martinsen, 1993, 2003).
Penekananan keperawatan dalam konsep Caring lebih kepada kepemilikan
rasa empati, keterbukaan, kemurahan hati saat merawat pasien, sehingga perawat
mampu mengaplikasikan teori caring. Perawat dapat merasakan apa yang pasien
rasakan. Hal tersebut merupakan suatu sifat dasar dan alamiah yang dimiliki oleh
perawat. Pada pelaksanaan asuhan keperawatan di masyarakat terdapat keterkaitan
satu sama lainnya, karena pelayanan yang diberikan haruslah bersifat
komprehensif dan berkesinambungan karena kebutuhan tiap individu berbeda satu
sama lainnya, maka perawat haruslah bersikap sesuai dengan kebutuhan pasien
saat itu.
Teori caring dari Martisen mellibatkan empat konsep metaparadigma yang
teridiri dari manusia, sehat, lingkungan dan kperawatan. Keterkaitan antar
komponen tersebut mempengaruhi dan saling berhubungan. Dalam konsepnya ,
Martinsen membahas keempat komponen tersebut beserta hubungannya dengan
sangat jelas. Dimana komponen keperawatan difokuskan pada sifat Caring dari
seorang perawat, caring melibatkan dua orang atau lebih yang saling berinteraksi
dengan hubungan praktik dan moral. Dalam praktik caring yang diterapkan dalam
keperawatan, keperawatan memandang pasien secara seutuhnya baik fisik maupun
jiwa. Menurut Martinsen, memandang seseorang (pasien) seutuhnya baik fisik
maupun jiwa merupakan konsep dari manusia. Disini Martinsen juga melihat
bahwa manusia terdapat hubungan parallel antara tubuhnya yang terdiri dari
jasmani dan jiwa. Pada pemberian perawatan kepada pasien, Martinsen
mendeskripsikan konsep lingkungan sebagai suatu ruang yang dapat membantu
dalam proses keperawatan sehingga kesehatan optimal. Konsep kesehatan
menurut Martinsen dijelaskan sebagai suatu refleksi yang dipegaruhi oleh
lingkungan. Kondisi lingkungan yang kondusif seperti adanya kasih sayang,
kepedulian dan perhatian sangat mempengaruhi kondisi kesehatan individu.
Sehingga dalam kondisi sakit seorang pasien perlu mendapatkan asuhan
keperawatan yang berbasis caring.
Bentuk logis Martinsen dapat digambarkan sebagai pendekatan induktif dan
pendekatan analogis.Aspek induktif pemikirannya bersumber pada pengalaman

23
dalam hidup dan dalam pelayanan kesehatan adalah titik awal untuk karya
teoritisnya.Martinsen berpaling kepada filsafat dan sejarah dengan harapan
mendapatkan wawasan dan pemahaman tentang pekerjaan konkrit keperawatan
dan kehidupan hidup yang lebih besar.dalam penemuan filsafat hidup dan
fenomenologi maka dia bertemu dengan ontologis dan metafisis dengan cara yang
berbeda dibandingkan dengan filsafat tradisional. Tuturan hidup, waktu
penciptaan dan ruang adalah fakta ontologis dan metafisis. Analogi akan
mengatakan bahwa kita berpikir fakta dan mengenali mereka dalam pengalaman
konkret kami dalam kehidupan praktis kita.
Kirkevold (1998) menulis bahwa’ “Martinsen tidak membangun teori
logical.sebaliknya, ia menjauhkan dirinya membentuk pandangan pengetahuan
yang menegaskan teori memiliki struktur logis dari prinsip jangka dan aturan.
Teori Martinsen adalah analisis interpretatif kepedulian dimana penulis mencoba
untuk menjelaskan dari berbagai perspektif.perawatannya dari fenomena ini, harus
dikatakan baik luas dan menyeluruh.
Caring dapat dipahami dalam beberapa tingkatan, yaitu ontologi, kenyataan,
dan praktik. Atau pada tingkat sistem oragnisasi. Dalam keperawatan kita
didorong untuk bertindak secara professional dan bermoral, sehingga rasa peduli
atau caring muncul dalam hubungan anatara perawat dan pasien. Hal yang paling
penting untuk dikembangkan yaitu tentang pengembangan pikiran, gagasan,
konsep caring dalam penelitian. Ilmu pengetahuan keperawatan memiliki batasan
tertentu. Tantangnnya yaitu untuk mengembangkan suatu penelitian yang tidak
menghilangkan praktik atau dengan kata lain Martinsen mengatakan tantangannya
adalah menciptakan praktik yang berdasarkan hasil research sehingga ada kerja
sama yang baik antara peneliti dengan praktisi. Pada tingkat organisasi dan sosial,
konsep perawatan juga sangat relevan. Hal ini penting untuk mengembangkan
sistem sosial dan oragnisasi, seperti pelayanan kesehatan sehingga dapat
difasilitasi pelayanan yang professional.
Teori Caring dari Kari Martinsen dalam aplikasi sistem holarci contemporer
termasuk pada tingkat teori Filosofi. Philosophical Theory diartikan sebagai
pernyataan yang mendukung tuntutan ontologi tentang fenomena sebagai pusat
perhatian suatu disiplin, tuntutan epistemic tentang bagaimana fenomena muncul

24
dan tuntutan etik tentang nilai suatu disiplin ilmu (Fawcett, 2005). Karl Martinsen
mengemukakan teori Philosophy of Caring . Periode tahun 1976-1986 merupakan
tahun berkembangnya teori Philosophy of Caring dari Martinsen (Kirkevold,
2000). Fenomena yang mendasari teori caring dari Kari Martinsen adalah suatu
kondisi yang dia amati saat bekerja sebagai perawat dirumah sakit. Saat itu
Martinsen menjadi lebih peduli dengan kesenjangan sosial yang terjadi di
masyarakat umumnya dan di pelayanan kesehatan khususnya. Hal utama yang
menjadi kegusarannya adalah tentang kepedulian perawat terhadap pasien yang
tingkat ketergantungannya tinggi. Fenomena tersebutlah diakitkan dengan konsep
metapardigma yang meliputi manusia, sehat, lingkungan dan keperwatan.
Martinsen memandang manusia dalam fenomena tersebut sebagai kesatuan yang
utuh jiwa dan jasmaniahnya. Pandanganya terhadap rentang sehat sakit dimana
orang yang berada dalam kondisi sakit harus mendapat perhatian dan kepedulian
dari perawat yang merawatnya. Sehingga kondisi sehat dapat tercapai.
Keperawatan dipandang sebagai upaya dari perawat dalam merawat pasien
dengan kepedulian yang merupakan sifat alamiah yang seharusnya dimliki oleh
perawat dengan menjaga lingkungan perawatan. Dari fenomena yang ada dan
pengaruh terhadap metaparadigma maka muncul suatu keyakinan dan
kepercayaan dari Kari Martinsen terahadap keperawatan bahwa seharus perawat
dalam memberikan asuhan keperawatnnya menekankan pada kepedulian atau
caring. Martinsen beraharap dalam teori filosofinya ini perawat bisa merawat
pasien tidak hanya dengan pendekatan medis namun pendekatan keperawatan
dengan caring. Konsep ini masih bersifat abstrak pada setiap komponennya
sehingga harus diturunkan menjadi teori yang lebih konkret.

25
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Karie Marie Martinsen adalah seorang perawat dan
filosofer, mengungkapkan teori keperawatan philosophical
caring dengan asumsi dasar bahwa caring termasuk dalam
praktik keperawatan dimana perawat memberikan asuhan
keperawatan, merawat dan peduli pada orang lain. Hal yang
harus diperhatikan ketika melakukan caring kepada pasien
yaitu: caring berkaitan dengan hubungan, praktik, dan moral.
Caring dapat dipraktikkan dalam kasus nyata dimana caring
melibatkan setidaknya dua orang atau lebih yang saling
berinteraksi dalam situasi yang konkrit/ tindakan praktik dan
kaitannya dengan moral adalah didasarkan pada evaluasi
tindakan keperawatan.
Dalam konsep ini dijelaskan bahwa caring merupakan hal yang
fundamental dalam keperawatan karena caring melibatkan pertimbangan,
kepedulian dan berkaitan dengan orang lain. Dalam konteks professional,
caring membutuhkan pendidikan dan pelatihan. Apabila praktik keperawatan

26
tanpa pengetahuan professional maka hubungan pada pasien menjadi
perasaan yang sentimental. Martinsen menjelaskan bahwa kecerobohan dan
emosional bukan merupakan ekspresi dari care.
Martinsen dalam konep caring nya menegaskan bahwa caring merupakan
sifat alamiah dan mendasar bagi seorang perawat dan dapat dilatih serta
diaplikasikan pada proses asuhan keperawatan. Dengan demikian tujuan dari
teori ini bahwa saat merawat pasien, perawat mampu menempatkan diri pada
situasi yang dirasakan oleh pasien atau memiliki rasa empati, sehingga
kepedulian atau caring muncul dalam setiap intervensi keperawatan yang
dapat mengantarkan pasien pada situasi yang nyaman dan mempercepat
proses penyembuhan.

4.2 Saran
1; Setelah mempelajari tentang teori filosofikal keperawatan,
sebaiknya mahasiswa program magister keperawatan benar-
benar bisa memahami tentang konsep caring dan dapat
menerapkannya dalam praktik keperawatan sehari-hari pada
pasien.
2; Seorang perawat sebagai tenaga professional di pelayanan
kesehatan sebaiknya mengetahui tentang konsep caring dan
mengaplikasikannya dalam tugas sehari-hari sehingga dapat
meningkatkan kualitas pelayanan keperawatan.

27
DAFTAR PUSTAKA

Alligood, M.R. (2014). Nursing theorist and their work (8th ed).
St.Louis: Mosby Elsevier,Inc.

Alligood, M. R., & Tomey, A. M. (2010). Nursing theorists and their


work (7th ed.).Maryland Heights, MO:Mosby Elsevier.

Fawcett, J. (2005). Contemporary nursing knowledge: Analysis and


evaluation of nursing models and theories (2th ed). Philadelpia:
FA Davis Company.

28

Anda mungkin juga menyukai