Anda di halaman 1dari 8

ESAI ARGUMENTATIF

MATA KULIAH BAHASA INDONESIA

Dosen Pengampu : Ns. Susana Widyaningsih, S.Kep, MNS

Oleh :

Novita Nur Utami

NIM 22020118130067

A. 18. 1

DEPARTEMEN ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS DIPINEGORO

2018
Persepsi Masyarakat Terhadap Perawat Sebagai Pembantu Dokter

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, persepsi adalah pengamatan


secara sadar segala sesuatu.1 Bimo Walgito (2004) mengartikan persepsi sebagai
suatu proses yang didahului proses penginderaan, yaitu merupakan proses
diterimanya stimulus oleh individu melalui alat indera atau juga disebut proses
sensoris.2 Persepsi adalah proses individu untuk mengolah panca indera dalam
rangka memberikan makna kepada lingkungan atau sesuatu.

Dapat disimpulkan bahwa Persepsi Masyarakat Terhadap Perawat


sebagai Pembantu Dokter adalah suatu proses penafsiran, penilaian dan
pemaknaan masyarakat mengenai profesi perawat yang dianggap sebagai
pembantu dokter. Apa yang menjadi persepsi seseorang memiliki kemungkinan
berbeda dengan kenyataan obyektif. Meski tidak selalu berbeda, akan tetapi sering
terjadi ketidaksepahaman.

Pada zaman sekarang ini, siapa yang tidak mengetahui tentang perawat.
Profesi yang mulia untuk hanya disebut sebagai pembantu dokter. Meski tidak ada
pernyataan yang secara jelas menerangkan bahwa perawat adalah pembantu
dokter dan dokter sendiri tidak mengatakannya, akan tetapi masih banyak
masyarakat yang berpresepsi enteng terhadap profesi ini. Misalnya seperti
pengalaman saya saat bermain ke rumah teman saya pada tanggal 17 November
2018 silam. Di sana ibu teman saya menanyakan tentang program studi yang saya
ambil. Setelah saya mengatakan bahwa saya mengambil program studi
keperawatan, beliau berkata, “Oh perawat pembantu dokter ya”.

Sebagian masyarakat masih memiliki pandangan bahwa tugas perawat


hanya menyuntik, mengganti infus dan mengecek tekanan darah pasien.
Sepertinya tugas keseharian ini yang menyebabkan masyarakat menilai perawat
tidak lebih dari pembantu. Sebenarnya masyarakat belum seluruhnya paham akan
keahlian perawat yang sesungguhnya.

Perawat dan dokter merupakan profesi di bidang kesehatan yang


memiliki tanggung jawab dan kewenangan yang berbeda. Meski keduanya
mempelajari disiplin ilmu yang hampir sama, akan tetapi pada pendalaman
ilmunya tentu berbeda. Dokter cenderung untuk curing (mengobati) sedangkan
perawat lebih ke arah caring (peduli) dalam memberikan pelayanan.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, perawat adalah orang yang


mendapat pendidikan khusus untuk merawat, terutama merawat orang sakit.3
Perawat merupakan tenaga kesehatan yang berperan penting dalam pelayanan
kesehatan. Khususnya di rumah sakit atau pada pelayanan kesehatan, perawat
merupakan mitra dokter dalam memberikan pelayanan medis. Pelayanan yang
diberikan tentu bertujuan untuk memberikan kepuasan kepada masyarakat.

Dalam UU RI Nomor 28 tahun 2014 tentang Keperawatan pasal 1


dijelaskan bahwa yang dimaksud dengan perawat adalah seseorang yang telah
lulus pendidikan tinggi Keperawatan, baik di dalam maupun di luar negeri yang
diakui oleh Pemerintah sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang-undangan.
Pada pasal 1 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 32 tahun 1996
tentang Tenaga Kesehatan telah disebutkan bahwa perawat merupakan satu dari
tujuh tenaga kesehatan yang diakui di Indonesia. Tenaga kesehatan adalah setiap
orang yang mengabdikan diri di bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan
dan/atau keterampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan yang untuk jenis
tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan.

Dikatakan bahwa tenaga kesehatan memiliki pengetahuan dan/atau


keterampilan melalui pendidikan. Jadi dapat dikatakan pula bahwa perawat
mendapatkan pendidikan khusus. Pendidikan keperawatan di Indonesia sudah
berkembang. Banyak pendidikan keperawatan yang dibuka antara lain: Akademi
keperawatan (Akper); Sekolah tinggi kesehatan (Stikes); maupun Program studi
ilmu keperawatan (PSIK).

Tingkat pendidikan perawat mencakup beberapa tahap.4 Pendidikan


Keperawatan Indonesia mengacu pada Undang-Undang (UU) Nomor 20 Tahun
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional di Indonesia yang mencakup tiga tahap,
yaitu :
1. Pendidikan Vokasional, yaitu jenis pendidikan Diploma Tiga (D3)
Keperawatan yang diselenggarakan oleh pendidikan tinggi keperawatan
untuk menghasilkan lulusan yang memiliki kompetensi sebagai
pelaksana asuhan keperawatan;
2. Pendidikan Akademik, yaitu pendidikan tinggi program sarjana dan
pasca sarjana yang diarahkan terutama pada penguasaan disiplin ilmu
pengetahuan tertentu;
3. Pendidikan Profesi, yaitu pendidikan tinggi setelah program sarjana yang
mempersiapkan peserta didik untuk memikliki pekerjaan dengan
persyaratan keahlian khusus (program spesialis dan doktor keperawatan).

Sebenarnya tingkat pendidikan keperawatan sudah tersedia sampai


program doktor keperawatan. Akan tetapi di mata sebagian masyarakat perawat
masih sering dianggap tidak berilmu dan tidak mandiri. Bisa jadi hal ini
dikarenakan masih banyak perawat yang hanya menempuh pendidikan sampai
D3, sehingga apabila dibandingkan program pendidikan keperawatan yang lain
tentu akan dianggap lebih rendah. Maka dari itu profesi perawat masih sering
disepelekan.
Padahal setiap tingkatan sudah ditempatkan sesuai perannya. D3
menghasilkan lulusan sebagai pelaksana. Program pendidikan akademik Ners
bertujuan menghasilkan Ners yang berkemampuan sebagai perawat profesional
jenjang pertama. Program magister keperawatan (program pendidikan akademik
pasca sarjana) bertujuan menghasilkan magister yang memiliki kemampuan: 1)
Mengembangkan dan memutakhirkan iptek; 2) Memecahkan permasalahan di
bidang keperawatan melalui penelitian dan pengembangan berdasarkan kaidah
ilmiah; 3) Mengembangkan kinerja profesionalnya. Sedangkan program doktor
keperawatan diarahkan pada hasil lulusan yang memiliki kemampuan: 1)
Mengembangkan konsep di dalam keahliannya melalui penelitian; 2) Mengelola,
memimpin dan mengembangkan program penelitian; 3) Pendekatan
interdisipliner dalam berkarya di bidang keperawatan.4
Oleh karena itu akan kurang tepat apabila membandingkan dan
merendahkan program pendidikan D3 keperawatan dengan program pendidikan
yang lain. Hal ini dikarenakan tujuan masing-masing program tersebut berbeda
dan disesuaikan dengan kebutuhan.
Sri Praptianingsih, 2006 menjelaskan bahwa perawat adalah tenaga
profesional di bidang pelayanan kesehatan yang menjalankan dan melaksanakan
kegiatan praktik keperawatan dengan menggunakan ilmu pengetahuan dan teori
keperawatan yang dapat dipertanggungjawabkan.5 Ciri dari profesi adalah
memiliki body of knowledge yang dapat diuji kebenarannya serta dapat
diimplementasikan langsung kepada masyarakat.
Pelayanan kesehatan dan keperawatan yang dimaksud adalah
implementasi praktik keperawatan yang ditujukan kepada pasien/klien baik
kepada individu, keluarga atau masyarakat dengan tujuan peningkatan kesehatan
dan kesejahteraan guna mempertahankan sehat dan menyembuhkan dari sakit.
Upaya praktik keperawatan dapat berupa pelayanan kesehatan promotif, preventif,
kuratif dan rehabilitatif.
Pengertian pelayanan kesehatan promotif, preventif, kuratif dan
rehabilitatif telah dijelaskan dalam pasal 1 angka 12 sampai dengan angka 15
Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan. Pelayanan kesehatan
promotif yaitu suatu kegiatan dan/atau serangkaian kegiatan pelayanan kesehatan
yang lebih mengutamakan kegiatan yang bersifat promosi kesehatan. Pelayanan
kesehatan preventif yaitu suatu kegiatan pencegahan terhadapt suatu masalah
kesehatan/penyakit. Pelayanan kesehatan kuratif yaitu suatu kegiatan dan/atau
serangkaian kegiatan pengobatan yang ditujukan untuk penyembuhan penyakit,
pengurangan penderitaan akibat penyakit, pengendalian penyakit, atau
pengendalian kecacatan agar kualitas penderita dapat terjaga seoptimal mungkin.
Sedangkan pelayanan kesehatan rehabilitatif yaitu kegiatan dan/atau serangkaian
kegiatan untuk mengembalikan bekas penderita ke dalam masyarakat sehingga
dapat berfungsi lagi sebagai anggota masyarakat yang berguna untuk dirinya dan
masyarakat semaksimal mungkin sesuai dengan kemampuannya. Upaya kesehatan
diselenggarakan secara terpadu, menyeluruh dan berkesinambungan.
Sebagai tenaga kesehatan dalam menyelenggarakan upaya kesehatan,
perawat memiliki peran. Peran perawat menurut konsorsium ilmu kesehatan tahun
1989 terdiri dari6 :
1. Pemberi asuhan keperawatan, mulai dari pengkajian sampai dengan
evaluasi. Asuhan keperawatan yang diberikan berdasarkan ilmu/teori dari
segi biologi, psikologi, sosio, spiritual dan keperawatan supaya dapat
meningkatkan dan menjaga kesehatan, menemukan kasus atau masalah
baru, mencegah cidera dan kecacatan, menjaga fungsi tubuh secara
optimal dan meninggal dengan damai.
2. Advocat klien, membantu mengintepretasikan berbagai informasi dan
melindungi hak-hak pasien.
3. Edukator. Meningkatkan pengetahuan klien sampai dengan tahap
perubahan perilaku.
4. Koordinator. Mengarahkan, merencanakan, serta mengorganisasikan
pelayanan kesehatan dari tim kesehatan sehingga pemberian pelayanan
kesehatan dapat terarah dan sesuai dengan kebutuhan klien.
5. Konsultan. Sebagai tempat konsultasi terhadap masalah atau tindakan
keperawatan atas permintaan klien.
6. Pembaharu. Mengadakan perencanaan, kerjasama, perubahan yang
sistematis dan teraha sesuai dengan metode pemberian pelayanan
keperawatan.

Selain menyelenggarakan upaya kesehatan, perawat memilik wewenang


untuk membuka praktik mandiri keperawatan sebagai salah satu pelayanan
kesehatan.7 Dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 17
Tahun 2013 Tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
HK.02.02/Menkes/148/I/2010 tentang Izin dan Penyelenggaraan Praktik
Keperawatan disebutkan bahwa perawat dapat menjalankan praktik pada fasilitas
pelayanan kesehatan yang meliputi fasilitas pelayanan kesehatan di luar praktik
mandiri dan atau praktik mandiri.
Berdasarkan Permenkes tersebut dapat dijadikan pedoman dan
merupakan wujud perlindungan hukum pelaksanaan praktik mandiri keperawatan,
maka perawat secara legal dapat menjalankan praktik mandiri. Bentuk pelayanan
praktik mandiri yang sudah dikembangkan antara lain pada pelayanan perawatan
luka, home care dan konseling.
Sebenarnya perawat menanggung tugas yang berat. Mereka bisa menjadi
seperti dokter, psikiater, konsultan bahkan menjadi teman curhat bagi pasien.
Perawat membantu memenuhi kebutuhan pasien agar menjadi sehat seutuhnya
dalam artian sehat jasmani dan rohani. Bahkan orang yang sudah dalam keadaan
terminal tetap harus dilayani kebutuhannya agar dapat pergi dengan damai.
Pelayanan keperawatan dilakukan sebelum dan/atau setelah dokter melakukan
tindakan. Di sini tugas dokter memeriksa biologisnya saja. Akan tetapi orang yang
biologisnya sehat belum tentu sepenuhnya sehat. Hal ini sesuai prinsip perawat
yang diharuskan memandang pasien/klien dan melakukan tindakan secara holistik
dari segi biologis, psikologis, sosiologis dan spiritual. Pernyataan ini dengan
makna lain bahwa perawat memiliki jasa yang banyak dalam menjalankan
tugasnya. Tanpa panggilan nurani, perawat akan sulit menjalankan tugasnya. Jadi
perlu dipertimbangkan kembali apabila masih memandang perawat sebagai
pembantu dokter. Karena dibalik itu perawat memiliki peran dan tanggung jawab
yang besar dalam pelayanan kesehatan.
Dengan adanya UU Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan; UU RI
Nomor 28 Tahun 2014 tentang Keperawatan telah dijelaskan pengertian dan tugas
perawat serta peran yang diemban perawat. Sudah jelas apa tugas dan peran dari
perawat sehingga perawat bukanlah pembantu dokter seperti persepsi sebagian
masyarakat. Selain itu sudah ada Permenkes yang mengatur pelaksanaan praktik
mandiri perawat, hal ini menunjukkan bahwa perawat dapat bekerja secara
mandiri tidak hanya di rumah sakit. Dengan membuka praktik mandiri, maka
tidak tepat apabila perawat masih dianggap sebagai pembantu dokter. Jadi kata
‘pembantu’ kurang tepat ditujukan kepada perawat. Karena sesungguhnya perawat
adalah ‘partner dokter’, bukan ‘pembantu dokter’.
REFERENSI

1. Departemen Pendidikan Nasional. Kamus besar bahasa Indonesia. Edisi


keempat. Jakarta: pusat bahasa; 2008.

2. Sito Meiyanto. Persepsi, nilai dan sikap. Yogyakarta: Fakultas Kedokteran


UGM [internet] [diakses pada 29 November 2018] dari:
http://gamel.fk.ugm.ac.id/.

3. Departemen Pendidikan Nasional. Kamus besar bahasa Indonesia. Edisi


keemat. Jakarta: pusat bahasa; 2008.

4. Tri Rini Puji Lestari. Pendidikan keperawatan: upaya menghasilkan tenaga


perawat berkualitas. Jur DPR RI. Juni 2014; 5(1): 1-10.

5. Sri Praptianingsih. Kedudukan Hukum Perawat dalam Upaya Pelayanan


Kesehatan di Rumah sakit. Edisi kedua. Jakarta: Raja Grafindo Persada;
2006.

6. Dian Wahyuni. Praktik keperawatan profesional. JKK. Juli 2008; 40(3):


2257-2561.

7. Taukhit. Pengalaman perawat dalam membuka praktik mandiri keperawatan


di kabupaten Badung provinsi Bali. Semarang: Fakultas Kedokteran Undip.
2015. [internet] [diakses pada 1 Desember 2018] dari
http://eprints.undip.ac.id/.

Anda mungkin juga menyukai