Makalah
Oleh
MUZAKIRUDDIN
1206103010048
1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari makalah ini adalah sebagai berikut :
1.4 Manfaat
Adapun manfaat dari makalah ini manjadi rujukan bagi mahasiswa, memberikan
informasi kepada berbagai elemen, masyarakat, siswa dan lain-lain sehingga lebih
memahami tentang sistem tubuh dan cara kerja sistem tersebut.
BAB II
PEMBAHASAN
SISTEM ENDOKRIN
Sistem endokrin merupkan suatu sistem yang bekerja dengan perantara zat-
zat kimia (hormon) yang dihasilkan oleh kelenjar endokrin. Kelenjar endokrin atau
yang lebih sering dikenal dengan kelenjar buntu (sekresi secara internal) akan
mengirim hasil sekresinya langsung ke dalam darah dan cairan limfe. Hasil sekresi
tersebut beredar dalam jaringan kelenjar tanpa melewati saluran (duktus). Adapun
hasil dari sekresi disebut dengan hormon. Sistem endokrin terdiri dari kelenjar-
kelenjar endokrin. Sistem endokrin bekerja sama dengan sistem saraf yang
mempunyai peranan penting dalam pengendalian kegiatan organ-organ tubuh. Oleh
karena itu, kelenjar endokrin mengeluarkan suatu zat yang disebut hormon
(Syarifuddin, 2002:200).
Sisrtem endokrin terdiri atas badan-badan jaringan kelenjar, seperti tiroid,
tapi juga terdiri atas kelenjar yang ada di dalam suatu organ tertentu, seperti testis,
ovarium, dan jantung. Sistem endokrin menggunakan hormon untuk mengendalikan
dan mengatur fungsi tubuh (Parker.2009: 104).
1. KELENJAR HIPOFISA
Kelenjar hipofisis merupakan suatu kelenjar endokrin yang terletak di dasar
tengkorak fossa pituitari os sfenoid, besarnya kira-kira 10x13x6 mm dan beratnya
sekitar 0,5 gram. Fungsi hipofise dapat diatur oleh susunan saraf pusat melalui
hipotalamus yang dilakukan oleh sejumlah hormon yang dihasilkan hipotalamus
akibat rangsangan susunan saraf pusat . hormon-hormon yang mengatur fungsi
hipofase disebut hormon hipofisitropik. Kelenjar hipofisis disebut juga dengan
kepala kelenjar di karenakan mengendalikan sebagian besar kelenjar endokrin
(Parker.2009: 104).
Hormon ini dihasilkan oleh sel-sel neurosekretoris yang terdapat dalam
hipotalamus. Kelenjar hipofise ini sebenarnya adalah dua kelenjar berbeda yang
menjadi satu, yaitu lobus anterior dan lobus posterior (Parker.2009: 106).
1. Lobus anterior
Berasal dari kantong rathke yang menempel pada jarigan otak lobus posterior
dan menghasilkan sejumlah hormon yang bekerja sebagai pengendali produksi
dari semua organ endokrin yang lain (Syarifuddin, 2002:202).
a. Somatotropik hormon (growth hormon/GH)
Hormon pertumbuhan yang berfungsi merangsang pertumbuhan tulang,
jaringan lemak dan veisera penting pada individu yang masih muda untuk
pertumbuhan. Growth hormon (gambar 2) mempengaruhi berbagai
metabolisme dalam tubuh seperti berikut:
Metabolisme protein merangsang pembentukan kolagen.
Metabolisme elektrolit menahan N, P, Ca, K dan Na dengan cara
meningkatkan absorbsi ion Ca diseluruh pencernaan, menurunkan
eksresi ion ca dan ion K lewat ginjal.
Metabolisme karbohidrat memilikiefek diabetogenik karena
meningkatkan pengelepasan glukosa dari sel hati dan menurunkan
kepekaan sel terhadap insulin.
Metabolisme lemak menimbulkan kadar asam lemak bebas dalam
plasma darah.
b. Hormon tirotropik (thyroid stimulating hormon/TSH)
Mengendalikan kelenjar tiroid (gambar 2) dalam menghasilkan tiroksin.
Fugsinya menstimulus pembesaran tiroid, menambah ambilan yaodium dan
menambah sintesis trioglobulin (Syarifuddin, 2002:204).
c. Hormon adrenokortikotropik (ACTH)
Mengendalikan kelenjar suprarenal dalam menghasilkan kortisol yang
berasal dari korteks kelenjar suprarenal (Syarifuddin, 2002:204).
d. Hormon gonadotropin
Hormon gonadrotropin (gambar 2) menghasilkan :
Follicle stimulating hormone (FSH), merangsang perkembangan folikel
de Graf dalam ovarium dan pembentukan spermatozoa pada testes
meragsang gametogenesis pria (Syarifuddin, 2002:205).
Luitizing hormone (LH), mengendalikan sekresi estrogen dan
progesteron dalam ovarium yang mempengaruhi luteinisasi pada wanita
dan pada pria disebut sebagai interestisial stimulating (ICSH) yang
mempengaruhi produksi testosteron dalam testis (Syarifuddin,
2002:205).
e. Prolaktin
Memulai dan mempertahankan laktasi dengan mempengaruhi langsung
kelenjar-kelenjar susu di mamae. Akibat pengaruh estrogen, kadar prolaktin
pada perempuan akan meningkat lebih tinggi sesudah dewasa. Selama
kehamilan kadar prolaktin akan terus meningkat sejak dini sampai mendekati
lahir, setelah persalinan kadar prolaktin mulai menurun. Sekresi prolaktin
(gambar 2) diatur dan diawasi oleh hipotalamus (Syarifuddin, 2002:205).
f. Melancyte stimulating hormone (MSH)
Dihasilkan oleh hipofise pars intermedius dan didapati pada manusia dalam
fase kihidupan fetus. MSH (gambar 2) dan proses fisiologinya berperan
terhadap kulit (Syarifuddin, 2002:205).
Gambar 2 Hormon pada lobus anterior
Sumber: Sloane, 2003:205
2. Lobus Posterior
Menghasilkan ADH dan oksitosin yang disintesis oleh sel-sel saraf dalam
hipotalamus, dibawa di sepanjang akson dan disimpan dalam neurohipofisis
untuk dilepas ke ujung akson. Masing-masing hormon disekresi oleh
sekelompok neuron yang terpisah (Sloane, 2003:208).
1. ADH atau vasopresin, disintesis dalam neuron nukleus supraoptik
hipotalamus.
a. Efek fisiologis
Meningkatkan retensi air
Meningkatkan tekanan darah dengan merangsang kontraksi pembuluh
darah perifer.
b. Kendali sekresi
Pelepasan ADH diatur melalui perubahan osmolaritas darah dan
perubahan volume serta tekanan darah.
Peningkatan konsentrasi cairan tubuh atau penurunan volume darah
menyebabkan sekresi ADH.
Penurunan konsentrasi cairan tubuh atau peningkatan volume darah
menyebabkan inhibisi ADH.
Pelepasan ADH diinhibisi (kehilangan air) oleh alkohol dan kafein.
Pelepasan ADH distiulus oleh nyeri, kecemasan dan trauma selain itu
juga disebabkan oleh obat-obatan sepert nikotin, morfin dan
barbiturat.
c. Sekresi abnormal ADH
Hiposekresi mengakibatkan diabetes insipidus.
Hipersekresi terjadi setelah hipotalamus mengalami cidera atau karena
tumor.
2. Oksitosin, disintesis dalam sel neuron pada nukleus paraventrikular
hipotalamus.
a. Efek fisiologis
Menstimulasi kotraksi sel-selotot polos uterus selama senggama dan
saat persalinan serta kelahiran pada ibu hamil.
Menyebabkan keluarnya air susu dari kelenjar mamae pada ibu
menyusui dengan menstimulus sel-sel mioepitelial disekitar alveoli
kelenjar mame
b. Kendali sekresi
Pengisapan payudara, desahan napas atau suara seorang bayi atau
stimulus puting atau areola pada iu yang menyusuimengakibatkan
stimulus saraf hipotalamus yang mengsekresi oksitosin dan
keluarnya air susu (refleksi keluar air susu).
Penghambatan pelepasan oksitosin dan air susu oleh stres emosional.
2. KELENJAR TIROID DAN KELENJAR PARATIROID
Kelenjar tiroid terletak di leher bagian depan dengan keempat kelenjar kecil
paratiroid menempel di “sayap” sisi paling belakang. Hormon yang dihasilkan tiroid
memiliki berbagai efek pada proses kimia tubuh, meliputi pengaturan berat tubuh,
tingkat penggunaan energiglukosa darah, dan frekuensi denyut jantung (Parker.2009:
107).
1. KELENJAR TIROID
A. Morfologi
Menurut Sloane (2003:208) kelenjar tiroid:
1. Terdiri dari dua lobus lateral yang dihubungkan melalui sebuah ismus yang
sempit.
2. Folikel merupakan unit fungsional kelenjar tiroid
3. Rongga folikel berisi koloid, tersusun dari protein globular troglobulin
(bentuk cadangan hormon tiroid yang berfungsi dalam sintesis hormon
tiroid).
4. Sel parafolikular yang berjumlah sedikit yang mensekresi kalsitonin.
B. Pembentukan, penyimpanan dan pelepasan hormon tiroid
1. Sekresi kelenjar tiroid (Sloane, 2003:209):
a. Tiroksin atau tetraiodotironin (T4), mencapai 90% dari seluruh sekresi
kelenjar tiroid.
b. Triioditironin (T3) disekresikan dalam jumlah yang sedikit.
2. Iodium yang tertelan bersama makanan dibawa aliran darah menuju kelenjar
tiroid. Oleh sel folikular iodium dipisahkan dari darah serta mengubahnya
menjadi molekul iodium dengan tirosin untuk membentuk monoiodotirosi
dan diioditirosin (Sloane 2003:209).
a. Dua molekul diioditirosin membentuk T4.
b. Satu molekul monoiodotirosi dan datu molekul diioditirosin membentuk
T3.
3. T3 dan T4 disimpan dalam bentuk tiroglobulin selama berminggu-minggu.
Hormon tiroid dilepas karena dipengaruhi TSH, enzim proteolisis
memisahkan hormon dari tiroglobulin selanjutnya hormon berdifusi dan
masuk ke dalam pembuluh darah (Sloane 2003:209).
C. Efek Fisiologis
Menurut Sloane (2003:209), efek fisiologis dari tiroid, yaitu:
1. Meningkatkan laju metabolik
2. Pertumbhan dan maturasi normal tulang, gigi, jaringan ikat dan jarigan saraf.
D. Kendali sekresi
1. Tiroid diatur oleh hormon perangsang tiroid (TSH) hipofisis, dibawah kendali
hormon pelepas tirotropin (TRH) hipotalamus (Sloane 2003:209).
2. Faktor yang mempengaruhi laju TRH dan TSH yaitu kadar hormon tiroid
yang bersirkulasi dan laju metabolik tubuh (Sloane 2003:209).
E. Abnormalitas sekresi
1. Hipotiroidisme, pada orang dewasa menyebabkan miksedema dan pada anak
kecil menyebabkan kretinisme (Sloane 2003:210).
2. Hipertiroidisme dapat menyebabkan penyakit Grave.
3. Pembesaran kelenjar tiroid sampai dua atau tiga kali lipat mengakibatkan
gondok (Sloane 2003:210).
2. KELENJAR PARATIROID
A. Morfologi
Terdapat dua jenis sel dalam kelenjat paratiroid: sel utama (mensekresi hormon
paratiroid (PTH)) dan sel oksifilik (tahapperkembangan sel chief) (Sloane
2003:210).
B. Efek fisiologis
1. PTH mengendalikan keseimbangan kalsium dan fosfat melalui peningkatan
kalsium dalam darah dan menurunkan fosfat dalam darah (Sloane 2003:210)
2. PTH meningkatkan mekanisme kalsium darah melalui tiga mekanisme, yaitu
(Sloane 2003:210):
a. PTH menstimulus osteoklas menyebabkan pengeluaran kalsium dari
tualang ke cairan ekstraseluler.
b. PTH secara tidak langsung meningkatkan absorbsi kalsium intestinal dan
menguarangi kalsium dalam feses.
c. PTH menstimulus reansorpsi kalsium dari tubulus ginjaluntuk
menggantikan fosfor, sehingga menurunkan kalsium dalam urine dan
meningkatkan kalsium dalam darah.
C. Pengendali sekresi
1. Penurunan kalsium dalam darah menyebabkan meningkatnya sekresi PTH.
2. Alsitoninberantagonis langsung dengan PTH dan menurunkan kalsium darah.
D. Abnormalitas sekresi
1. Hipersekresi, mengakibatkan peningkatan aktivitas osteoklas, resorpsi tulang
dan deklasifikasi dan pelemahan tulang (Sloane 2003:211).
2. Hiposekresi,mengakibatkan penurunan kalsiun dalam darah (Sloane
2003:211).
3. KELENJAR ADRENAL
Medula didalam dan korteks di luar kelenjar adrenalin masing-masing
mensekresi hormon yang berbeda. Hormon kortikal merupakan steroid dan meliputi
glukokortikoid, seperti kortisol, yang mempengaruhi metabolisme;
mineralokortikoid, seperti aldoseteron, yang mempengaruhi keseimbangan garam
dan mineral; dan gonadokortikoid yang bekerja pada ovarium dan testis. Medula
didalam berfungsi sebagai kelenjar terpisah. Serat serat medula terhubung dengan
sistem saraf simpatis dan medula menghasilkan hormon “tempur dan kabur”, seperti
adrenalin (Parker.2009: 107).
A. Morfologi
Masig-masing kelenjar adrenal terdiri dari (Sloane 2003:211):
1. Korteks mensekresikan steroid
2. Medula mensekresihormon medular
B. Hormon
1. Hormon medular, meliputi (Sloane 2003:211):
a. Epinefrin, menyebabkan frekuensi jantung, metabolisme dan
konsumsioksigen meningkat serta kadar gula darah menigkat melalui
stimulus glikogenolisis pada hati dan simpanan glikogen otot.
b. Norepinefrin, menigkatkan terkanan darah dan menstimulus otot jantung.
2. Horon kortikal adrenal
a. Mineralokortikoid
Aldosteron, mengatur keseibangan air dan elektrolit melalui
pengemdalian kadar natrium dan kalium darah (Sloane 2003:211).
b. Glukokortikoid, hormon yang terpenting adalah kortisol (Sloane
2003:211)
1) Glukokortikoid mempengaruhi metabolisme glukosa, protein dan
lemak untuk cadangan molekul, meningkatkan sintesis glukosa,
meningkatkan penguraian lemak dan protein.
2) Sekresi glukokortikoid melalui kendali ACTHdalam mekanisme
umpan balik negatif. Stimulus dapat berupa stres fisik atau
emosional.
c. Gonadokortikoid (steroid kelamin) berfungsi untuk prekursor pengubah
testosterondan estrogen (Sloane 2003:211).
C. Abnormal sekresi
a. Hiposekresi dapat menyebabkan penyakit addison.
b. Hipersekresi, bergantung pada jenis sel dalam korteks adrenal yang
mensekresi hormon dalam julah yang besar.
4. KELENJAR PINEAL
A. Morfologi
1. Kelenjar epifisis terbentuk dari jaringan saraf dan terletak dilangit-langit
ventrikel ketiga otak (Sloane 2003:214).
2. Seiring bertambahnya usia, kelenjar mengakumulasi cadangan kalsium
(Sloane 2003:214).
B. Sekresi
Kelenjar pinela (epifisis) berupa melatonin, yang memiliki efek (Sloane
2003:214):
a. Pada binatang mempengaruhi fungsi kelenjar endokrin, korteks adrenaldan
gonad.
b. Pada manusia melatonin memiliki efek inhibisi terhadap pelepasan
gonadotropin dan menghambat produksi melanin.
C. Pengendali
1. Intensitas dan durasi cahaya lingkungan (Sloane 2003:214).
2. Siklus alami produksi melatonin mungkin berkaitan dengan irama beberapa
proses fisiologis harian (Sloane 2003:214).
5. Kelenjar Timus
A. Morfologi
Terletak dibagian posterior toraks terhadap sternumdan melapisi bagian atas
jantung. Seiring pertambahan usia kelenjar ini mengecil (Sloane 2003:214).
B. Hormon
Hormon yang dihasilkan timosin (Sloane 2003:214).
C. Fungsi timosin
1. Mengendalikan sistem imun dependen timus dengan menstimulus diferensiasi
dan poliferasi sel limfosit T (Sloane 2003:214).
Berperan dalam penyakit immunodefisiensi kongentalyaitu letidak mampuan total
dalam memproduksi anti bodi (Sloane 2003:214).
6. PANKREAS
HORMON
Hormon merupakan penghantar kimiawi yang dilepas dari sel-sel khusus ke
dalam aliran aliran darah dan selanjutnya dibawa sel-sel tanggap ditempat terjadinya
khasiat itu. Secara khusus hormon dikaitkan dengan kimia organik yang mempunyai
aktivitas tinggi meskipun hanya diberikan dalam jumlah yang sedikit. Hormon yang
dihasilkan langsung disekresikan ke pembuluh darah ke organ tujuan. Hormon
melakukan kegiatan yang spesifik, yakni mengatur proses metabolisme dari organ
tujuan (Syarifuddin, 2002:200).
1. PEMICU HORMON
Dari sifat kimianya, ada dua jenis utama hormon, yang terdiri atas molekul
protein dan amino dan yang terdiri atas molekul steroid. Kedua kelompok ini secara
keseluruhan bekerja dengan cara serupa. Mereka berperan secara biokimiawi untuk
mengubah tingkat pembentukkan zat tertentu, biasanya dengan meninggalkan atau
memproduksi enzim yang mempercepat pertumbuhan zat tertentu (Parker.2009:
108).
Sloane, Ethel. 2004. Anatomi dan Fisiologi Untuk Pemula. Jakarta: EGC.