Anda di halaman 1dari 7

BAB II

ISI

2.1 Hikmah penyaluran seksual dalam ikatan pernikahan menurut pandangan


islam

Pernikahan merupakan suatu bentuk hubungan manusia yang paling agung yang
harus dipenuhi segala syarat dan rukunnya. Pernikahan menuntut adanya tanggung
jawab timbal balik yang wajib dilaksanakan oleh kedua belah pihak, suami istri,
sesuai ajaran Islam. Memenuhi hasrat seksual juga merupakan salah satu aspek
penting dari pernikahan. Dalam sudut pandang Islam, pernikahan dapat mengontrol
nafsu seksual dan menyalurkannya di tempat yang benar. (Haifaa A. Jawad, 2002:105)
Dan fungsi nikah yang lain adalah sebagai sebuah langkah preventif (mani’) bagi
terjadinya hal-hal yang diharamkan oleh agama, yaitu perbuatan zina (prostitusi) dan
kefasikan, seperti diketahui, manusia dari kenyataan tabi’at dan nalurinya, tidak stabil
dalam menjaga kehormatan dan kemuliaannya. (Abu al-‘Ainain Badran, 2002:20-21)
Secara alami, naluri yang sulit dibendung oleh setiap manusia dewasa adalah naluri
seksual. Islam ingin menunjukkan bahwa yang membedakan manusia dengan hewan
dalam penyaluran naluri seksual adalah melalui perkawinan, sehingga segala akibat
negative yang ditimbulkan oleh penyaluran seksual secara tidak benar dapat dihindari
sedini mungkin. Oleh karena itu ulama fiqh menyatakan bahawa pernikahan
merupakan satu-satunya cara yang benar dan sah dalam menyalurkan naluri seksual,
sehingga masing-masing pihak tidak merasa khawatir akan akibatnya. (Agus Riyadi,
2013:59) Inilah yang dimaksudkan Allah SWT dalam firman-Nya QS. Ar-Rum (30):
21.
Pelestarian keturunan manusia merupakan sesuatu yang mutlak, sehingga
eksistensi bumi di tengah-tengah alam semesta tidak menjadi siasia. Seperti
diingatkan oleh agama, pelestarian manusia secara wajar dibentuk melalui pernikahan,
sehingga demi memakmurkan bumi, pernikahan mutlak diperlukan. Ia merupakan
syarat mutlak bagi kemakmuran bumi. (Ali Ahmad al-Jurjawi, tt:6-7) Lebih lanjut
al-Jurjawi menuturkan, kehidupan manusia (baca: lelaki) tidak akan rapi, tenang dan
mengasyikkan, kecuali dikelola dengan sebaik-baiknya. Itu bisa diwujudkan jika ada
tangan terampil dan professional, yaitu tangan-tangan lembut perempuan, yang
memang secara naluriah mampu mengelola rumah tangga secara baik, rapi dan wajar.
Karena itu pernikahan disyari’atkan, kata al-Jurjawi, bukan hanya demi
memakmurkan bumi, tetapi tak kalah penting adalah supaya kehidupan manusia yang
teratur dan rapi dapat tercipta. Dengan demikian kehadiran perempuan di sisi suami,
melalui pernikahan sangatlah penting. (Ali Ahmad al-Jurjawi, tt:6-7).
Adapun hikmah dari pernikahan dalam islam adalah:
1. Memenuhi tuntutan fitrah
Manusia diciptakan oleh Allah dengan memiliki insting untuk tertarik dengan
lawan jenisnya. Laki-laki tertarik dengan wanita dan sebaliknya. Ketertarikan dengan
lawan jenis merupakan sebuah fitrah yang telah Allah letakkan pada manusia. Islam
adalah agama fitrah, sehingga akan memenuhi tuntutan-tuntutan fitrah; ini bertujuan
agar hukum Islam dapat dilaksanakan manusia dengan mudah dan tanpa paksaan.
Oleh karena itulah, pernikahan disyari’atkan dalam Islam dengan tujuan untuk
memenuhi fitrah manusia yang cenderung untuk tertarik dengan lawan jenisnya.
2. Mewujudkan ketenangan jiwa dan kemantapan batin
Salah satu hikmah pernikahan yang penting adalah adanya ketenangan jiwa
dengan terciptanya perasaanperasaan cinta dan kasih. QS. Ar-Rum: 21 ini
menjelaskan bahwa begitu besar hikmah yang terkandung dalam perkawinan. Dengan
melakukan perkawinan, manusia akan mendapatkan kepuasan jasmaniah dan rohaniah.
Yaitu kasih sayang, ketenangan, ketenteraman dan kebahagiaan hidup.
3. Menghindari dekadensi moral
Allah telah menganugerahi manusia dengan berbagai nikmat, salah satunya
insting untuk melakukan relasi seksual. Akan tetapi insting ini akan berakibat
negative jika tidak diberi frame untuk membatasinya, karena nafsunya akan berusaha
untuk memenuhi insting tersebut dengan cara yang terlarang. Akibat yang timbul
adalah adanya dekadensi moral, karena banyaknya perilaku-perilaku menyimpang
seperti perzinaan, kumpul kebo dan lain-lain. Hal ini jelas akan
merusakfundamen-fundamen rumah tangga dan menimbulkan berbagai penyakit fisik
dan mental. (AtTurmuzi, tt:393III) 4. Mampu membuat wanita melaksanakan
tugasnya sesuai dengan tabiat kewanitaan yang diciptakan.
Dari uraian di atas hanya sekilas tentang hikmah yang dapat diambil dari
pernikahan, karena masih banyak hikmah-hikmah lain dari pernikahan, seperti
penyambung keturunan, memperluas kekerabatan, membangun asas-asas kerjasama,
dan lain-lain yang dapat kita ambil dari ayat al-Qur’an, hadis dan growth-up variable
society.

2.2 Mudharat penyaluran seksual dilakukan diluar ikatan pernikahan dalam


islam (zina)

Diantara perbuatan paling tidak beradab sekaligus merupakan kejahatan besar,


zina merupakan perbuatan paling tak senonoh yang menggambarkan betapa akal sehat
pelakunya tidak berjalan sama sekali. Padahal, Allah SWT telah memberikan jalan
yang halal melalui adanya sebuah pernikahan. Perbuatan zina merupakan borok yang
tidak hanya merugikan diri sendiri tetapi juga orang lain dan lingkungan. Oleh sebab
itu, jelas sudah bahwa hukum berbuat zina adalah haram dan merupakan dosa besar.
Ibnul Qayyim mengatakan bahwa zina adalah salah satu penyebab kematian massal
dan penyakit tha’un. Tatkala perzinaan dan kemungkaran merebak dikalangan
pengikut Nabi Musa as, Allah Swt menurunkan wabah tha’un sehingga setiap hari
71.000 orang mati (lihat Ath-Thuruq Al-Hukmiyah fii As-Siyaasah Asy-Syar’iyyah,
hal 281). Kemungkinan besar, penyakit berbahaya yang dewasa ini disebut dengan
HIV/AIDS (Human Immunodefienscy Virus/Acquire Immune Defisiency Syindrome)
adalah penyakit tha’un (penyakit mematikan yang tidak ada obatnya di zaman dulu)
yang menimpa ummat terdahulu itu. Adapun beberapa dari sekian banyaknya
mudharat dari perzinaan adalah:
1. Zina adalah seburuk-buruk jalan dan sejelek-jelek perbuatan. Terkumpul
padanya seluruh bentuk kejelekan yakni kurangnya agama, tidak adanya wara’,
rusaknya muru’ah (kehormatan) dan tipisnya rasa cemburu. Hingga engkau tidak akan
menjumpai seorang pezina itu memiliki sifat wara’, menepati perjanjian, benar dalam
ucapan, menjaga persahabatan, dan memiliki kecemburuan yang sempurna kepada
keluarganya. Yang ada tipu daya, kedustaan, khianat, tidak memiliki rasa malu, tidak
muraqabah, tidak menjauhi perkara haram, dan telah hilang kecemburuan dalam
hatinya dari cabang-cabang dan perkara-perkara yang memperbaikinya. (lihat
Raudhatul Muhibbin [360]).
2. Hukuman bagi pezina yang belum menikah adalah dicambuk seratus kali dan
diasingkan selama satu tahun. Dan hukuman bagi pelaku zina yang telah menikah
adalah dirajam sampai mati. Rasulullah saw. telah merajam sebanyak enam orang di
antaranya adalah Mu’iz, wanita al-Ghamidiyah dan lain-lain.
3. Adapun berzina dengan wanita yang masih mahram mewajibkan hukuman
yang sangat keras, yakni dibunuh.
Ibnul Qayyim berkata dalam Raudhatul Muhibbin (374), “Adapun jika perbuatan keji
itu dilakukan dengan orang yang masih memiliki hubungan kekeluargaan dari para
mahramnya, itu adalah perbuatan yang membinasakan. Dan wajib dibunuh pelakunya
bagaimanapun keadaannya. Ini adalah pendapat Imam Ahmad dan yang lainnya.”

2.3 Larangan hubungan seksual dalam hubungan suami dan istri

1. Jima’ saat isteri dalam keadaan haid

“Mereka bertanya kepadamu tentang haidh. Katakanlah: “Haidh itu adalah kotoran”.
Oleh sebab itu hendaklah kamu menjauhkan diri dari perempuan di waktu haidh; dan
janganlah kamu mendekati mereka, sebelum mereka suci. Apabila mereka telah suci,
maka campurilah mereka itu di tempat yang diperintahkan Allâh kepadamu.
Sesungguhnya Allâh menyukai orang-orang yang taubat dan menyukai orang-orang
yang mensucikan diri.” (QS. Al-Baqarah/2: 222)

2. Jima’ lewat jalan belakang

Dari Abi Hurairah Radhiallahu’anhu. bahwa Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam


bersabda, “Dilaknat orang yang menyetubuhi wanita di duburnya”. (HR Ahmad,
Abu Daud dan An-Nasai)
Dari Amru bin Syu’aib berkata bahwa Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam
bersabda, “Orang yang menyetubuhi wanita di duburnya sama dengan melakukan
liwath (sodomi) kecil.. (HR Ahmad)

3. Jima dengan tidak menggunakan penutup/ telanjang

Dari ‘Atabah bin Abdi As-Sulami bahwa apabila kalian mendatangi istrinya
(berjima’), maka hendaklah menggunakan penutup dan janganlah telanjang seperti
dua ekor himar. (HR Ibnu Majah)

2.4 Zina dalam pandangan islam

Zina ialah persetubuhan yang dilakukan oleh seorang lelaki dengan seorang
perempuan tanpa nikah yang sah mengikut hukum syarak (bukan pasangan suami
isteri) dan kedua-duanya orang yang mukallaf, dan persetubuhan itu tidak termasuk
dalam takrif (persetubuhan yang meragukan). Macam-macam zina dan al-quran dan
hadis telah banyak dipaparkan anatara lain akan dipaparkan sebagai berikut:

1) Zina mukhshon yaitu zina yang dilakukan orang yang pernah terikat tali
ikatan perkawinan, artinya yang dilakukan baik suami, isteri duda atau janda.
Hukuman bagi pelaku zina mukhshon, yaitu dirajam atau dilempari batu sampai
ia mati.

2) Zina ghairu mukhshon yaitu zina yang dilakukan orang yang belum
pernah menikah. Hukuman bagi pelaku zina ghairu Mukhson dijilid atau
dicambuk sebanyak 100 kali dan dibuang ke daerah lain selama 1 tahun. Yang
memiliki hak untuk menerapkan hukuman tersebut hanya khalifah (kepala negara
Khilafah Islamiyyah) atau orang-orang yang ditugasi olehnya seperti qadhi atau
hakim. Qadhi (hakim) memutuskan perkara pelanggaran hukum dalam
mahkahmah pengadilan. Dalam memutuskan perkara tersebut qadhi itu harus
merujuk dan mengacu kepada ketetapan syara’. Yang harus dilakukan pertama
kali oleh qadhi adalah melakukan pembuktian benarkah pelanggaran hukum itu
benarbenar telah terjadi.

Ancaman keras bagi pelaku zina tersebut karena dalam pandangan Islam zina,
merupakan perbuatan tercela yang menurunkan derajat dan harkat kemanusiaan
secara umum. Apabila zina tidak diharamkan niscaya martabat manusia akan hilang
karena tata aturan perkawinan dalam masyarakat akan rusak. Di samping itu pelaku
zina berarti mengingkari nikmat Allah SWT tentang kebolehan dan anjuran Allah
SWT untuk menikah.

2.5 Pandangan Islam Terhadap Menyenggamai mayat, hewan, dan benda.

Hukum menyetubuhi mayat menurut perspektif Fiqh adalah haram baik mayat
tersebut merupakan istri pada masa hidupnya atau bukan. Tidak ada perbedaan
pendapat dikalangan Ulama’ (hilaf) dalam permasalahan ini. Imam Abu Zakariya
Muhyiddin Yahya Ibnu Syaraf Al-Nawawi yang lebih populer dengan nama Imam
Nawawi mengutip pernyataan Syaikh Abu Hamid yang menyatakan bahwa ketika
seorang wanita telah meninggal, maka haram bagi suami wanita yang telah meninggal
tersebut melihat dengan perasaan syahwat seperti diharamkannya seorang laki-laki
melihat wanita lain. Namun apabila suami wanita yang telah meninggal tersebut
melihat tidak dengan perasaan syahwat, maka hukumnya adalah sama dengan pada
masa hidupnya (tidak haram).

Bersenggama dengan binatang, dalam bahasa Arab disebut dengan ityanul bahaim
dalam artian hubugan seksual dengan hewan. Perbuatan ini termasuk perbuatan tercela
yang dilarang oleh agama Islam. Diriwayatkan dari Ibnu Abbas , Rasulullah
bersabda, “Barangsiapa kalian dapati sedang menyetubuhi binatang, maka bunuhlah
ia dan bunuhlah binatang tersebut.” Dikatakan kepada Ibnu Abbas, “Mengapa
binatang itu juga dibunuh?” Dia menjawab, “Aku tidak mendengar dari Rasulullah
saw. apa alasannya. Akan tetapi aku melihat beliau benci memakan dagingnya atau
memanfaatkannya sementara telah dilakukan perbuatan nista tersebut
terhadapnya,” (Shahih, HR Abu Dawud [4664]).

Seseorang yang menjaga kehormatan diri hanya akan melakukan hubungan


seksual bersama isteri-isterinya atau hamba-hambanya yang sudah dinikahi. Hubungan
seksual seperti ini adalah suatu perbuatan yang baik, tidak tercela di sisi agama. Akan
tetapi jikalau seseorang itu mencoba mencari kepuasan seksual dengan cara-cara selain
bersama pasangannya yang sah, seperti zina, pelacuran, onani atau persetubuhan
dengan binatang atau benda mati, maka itu dipandang sebagai sesuatu yang melampaui
batas dan salah lagi berdosa besar, karena melakukannya bukan pada tempatnya.

2.6 Pandangan Islam terhadap homoseksual dan lesbi

Homoseksual adalah sejelek-jelek perbuatan keji yang tidak layak dilakukan oleh
manusia normal. Allah telah menciptakan manusia terdiri dari laki-laki dan perempuan,
dan menjadikan perempuan sebagai tempat laki-laki menyalurkan nafsu bilogisnya,
dan demikian sebaliknya. Sedangkan prilaku homoseksual keluar dari makna tersebut
dan merupakan bentuk perlawanan terhadap tabiat yang telah Allah ciptakan itu.
Prilaku homoseksual merupakan kerusakan yang amat parah. Padanya terdapat
unsur-unsur kekejian dan dosa perzinaan, bahkan lebih parah dan keji daripada
perzinaan. Para alim ulama telah sepakat tentang keharaman homoseksual. Allah
Subhanahu wa Ta’ala dan rasul-Nya telah mencela dan menghina para pelakunya. “Dan
(Kami juga telah mengutus) Luth (kepada kaumnya). (Ingatlah) tatkala dia berkata
kepada kaumnya. ‘Mengapa kalian mengerjakan perbuatan fahisyah itu, yang belum
pernah dikerjakan oleh seorang pun (di dunia ini) sebelum kalian? ‘Sesungguhnya
kalian mendatangi lelaki untuk melepaskan nafsu kalian (kepada mereka), bukan
kepada wanita, malah kalian ini adalah kaum yang melampui batas” [Al-A’raf/7: 80-81]
Ibnu Qudamah berkata dalam kitabnya Al-Mughni (10/162), “Jika telah bergesek dua
wanita maka keduanya melakukan zina yang terlaknat” berdasarkan apa yang
diriwayatkan dari Nabi Shallallaahu ’alaihi wasallam bahwasanya Beliau
Shallallaahu ’alaihi wasallam bersabda, “Apabila seorang wanita mendatangi
(menyetubuhi) seorang wanita maka keduanya berzina.” tidak ada batasan dalam hal
ini pada keduanya karena tidak ada ilaj (Ilaj ( ‫ ) ِإيْالج‬ialah masuknya kepala zakar pria
pada kemaluan wanita.) ( ‫ ) ِإيْالج‬di dalamnya.

2.6 Hukum Onani atau Masturbasi Menurut Pandangan Islam

Kebiasaan onani yang dianggap sebagai perbuatan haram karena melakukan


proses perangsangan alat kelamin sendiri untuk mendapatkan suatu kepuasaan, namun
tidak disertai adanya pasangan yang diutarakan oleh Imam Asy-Syafi’i dan Imam
Malik. Pernyataan tersebut juga diperkuat oleh penjelasan dalam Al-Qur’an, yakni
sebagai berikut, “Dan mereka yang menjaga kehormatannya (dalam hubungan seksual)
kecuali kepada istri atau hamba sahayanya, maka sesungguhnya mereka tidaklah
tercela. Maka barangsiapa yang menginginkan selain yang demikian, maka mereka
adalah orang-orang yang melampaui batas.” (Al-Mu’minun: 5-7)

2.7 Larangan Incest (Hubungan Sedarah) dan LGBT Dalam Islam


Incest ( baca Inses) yang dalam bahasa Indonesia sering disebut hubungan
sumbang adalah perkawinan ( resmi maupun tidak resmi) antar anggota keluarga.
Atau tepatnya hubungan seksual yang dilakukan diantara mereka. Bisa ayah dengan
anak perempuannya, ibu dengan anak lelakinya, antar saudara kandung, saudara tiri
atau juga paman atau tante dengan ponakan dan sebaliknya. Sudah sangat jelas bahwa
Islam melarang hubungan yang sedarah, sebagaimana firman allah dalam QS.
An-Nisa (4):23), “Diharamkan atas kamu (mengawini) ibu-ibumu; anak-anakmu
yang perempuan; saudara-saudaramu yang perempuan, saudara-saudara bapakmu
yang perempuan; saudara-saudara ibumu yang perempuan; anak-anak perempuan
dari saudara-saudaramu yang laki-laki; anak-anak perempuan dari
saudara-saudaramu yang perempuan; ibu-ibumu yang menyusui kamu; saudara
perempuan sepersusuan; ibu-ibu isterimu (mertua); anak-anak isterimu yang dalam
pemeliharaanmu dari isteri yang telah kamu campuri, tetapi jika kamu belum campur
dengan isterimu itu (dan sudah kamu ceraikan), maka tidak berdosa kamu
mengawininya; (dan diharamkan bagimu) isteri-isteri anak kandungmu (menantu);
dan menghimpunkan (dalam perkawinan) dua perempuan yang bersaudara, kecuali
yang telah terjadi pada masa lampau; sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi
Maha Penyayang”.
Dalam Al-qur’an kita telah diberi rambu – rambu atau telah diberi tahu akan
bahaya LGBT . Sebelum LGBT ada dizaman sekarang dahulu dimasa nabi LUTH
juga telah terjadi seperti ini . Dan hukuman Allah swt sangatlah pedih dan
menakutkan ( Allah swt melaknat bagi orang – orang yang melakukan perbuatan
seperti kaum nabi luth ) .
Bahkan dijelaskan juga bahwa saat itu , Allah swt menghukum kaum nabi luth yang
melakukan perbuatan semacam LGBT dengan hujan batu yang bertubi – tubi , dan
batu tersebut terbuat dari tanah yang terbakar.
Sesungguhnya , LGBT merupakan suatu perbuatan menyimpang dari fitrah manusia
yang sesungguhnya .Dengan kata lain , hukum LGBT dalam islam adalah haram .
Yang terpenting saat ini adalah kita harus mampu menjaga diri dari perbuatan –
perbuatan menyimpang tersebut . Serta saling mengingatkan antar sesama , karena
kita sebagai sesama muslim wajib untuk saling mengingatkan supaya kita semua
terhindar dari siksa api neraka .
Namun , kita sebagai sesama manusia janganlah berbuat diskriminasi terhadap
seseorang yang telah terjerumus ke dalam perbuatan LGBT . Akan tetapi berusahalah
mengembalikan mereka ke jalan yang benar .

2.8 Hubungan Manusia dan Syahwatnya

Al-Hawa atau syahwat adalah tabiat yang telah ada pada diri manusia yang tidak
dapat dimusnahkan, karena sifat tersebut sudah tertanam pada diri manusia. Oleh
karena itu manusia tidak diperintahkan oleh Allah untuk membunuh syahwatnya,
karena sudah pasti itu tak akan pernah bisa. Namun manusia diperintahkan Allah
untuk memimpin hawa nafsunya dengan kekuatan iman dan akal sehat mereka. Agar
hawa nafsu tersebut dapat dikendalikan dan diarahkan sesuai dengan syari’at agama
Allah Ta'ala. Dalam hal ini Allah Ta'ala memerintahkan kita agar menempa jiwa dan
berupaya mengendalikan hawa nafsu. Sebagaimana Firman Allah Ta'ala yang artinya:

“Dan adapun orang-orang yang takut kepada kebesaran Tuhannya dan menahan
Jiwanya dari keinginan hawa nafsunya, maka sesungguhnya surgalah tempat
tinggal(nya)". (QS. An-Nazi’at: 40-41).

Maksud dari menahan Jiwa dari keinginan hawa-nafsu atau syahwat menurut Tafsir
Al-Jalalain bahwa yang dimaksudkan adalah “orang yang senantiasa mengendalikan
diri dari mengikuti kehendak hawa nafsunya”. Kemudian menurut Tafsir Ibnu
Katsir yang dimaksudkan adalah “orang-orang yang senantiasa takut dengan Allah
‘Azza wa Jalla dan dengan ketentuan hukum-Nya”. Sehingga ia mengendalikan
jiwanya (atau dirinya) dari kungkungan syahwat-nya dan berusaha untuk senantiasa
taat kepada Allah Ta'ala.

Anda mungkin juga menyukai