OLEH
KUPANG
2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang atas tuntunan dan
penyertaa-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dengan baik.
Penulis menyadari bahwa penyusunan makalah ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan
pihak lain. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih
kepada pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik pikiran maupun
materinya.
Penulis berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan bermanfaat
bagi penulis, pembaca, dan semua pihak. Bahkan penulis berharap lebih jauh lagi agar
makalah ini bisa pembaca praktekkan dalam kehidupan sehari-hari.
Penulis menyadari bahwa makalah ini belum sepenuhnya sempurna, untuk itu kritik
dan saran dari semua pihak sangat penulis harapkan demi penyempurnaan penulisan laporan
ini. Akhir kata penulis mengucapkan limpah terima kasih.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
promosi kesehatan atau pejabat fungsional PKM harus memahami tentang kebijakan dan
strategi pemberdayaan masyarakat dan promosi kesehatan. Selain itu juga harus
memahami peran serta kewajiban pemerintah daerah dalam upaya pemberdayaan
masyarakat dan promosi kesehatan di era otonomi daerah atau desentralisasi.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
norma hukum yang dapat diciptakan/dikembangkan oleh para pemuka masyarakat,
baik pemuka informal maupun pemuka formal.
2. Sasaran Sekunder
Sarana sekunder adalah para pemuka masyarakat, baik pemuka informal (misalnya
pemuka adat, pemuka agama dan lain-lain) maupun pemuka formal (misalnya petugas
kesehatan, pejabat pemerintah, dll) maupun pemuka formal (misalnya petugas
kesehatan, pejabat pemerintah, dll), organisasi kemasyarakatan dan media massa.
Mereka diharapkan dapat turut serta dalam upaya meningkatkan PHBS pasien,
individu sehat dan keluarga (rumah tangga) dengan cara : Berperan sebagai panutan
dalam mempraktikan PHBS. Turut menyebarluaskan informasi tentang PHBS dan
menciptakan suasana yang kondusif bagi PHBS. Berperan sebagai kelompok penekan
(pressure group) guna mempercepat terbentuknya PHBS.
3. Sasaran Tersier
Sarana tersier adalah para pembuat kebijakan publik yang berupa peraturan
perundang-undangan di bidang kesehatan dan bidang-bidang lain yang berkaitan serta
dalam upaya meningkatkan PHBS pasien, individu sehat dan keluarga (rumah tangga)
dengan cara :
a. Memberlakukan kebijakan/peraturan perundang-undangan yang tidak
merugikan kesehatan masyarakat dan bahkan mendukung terciptanya PHBS
dan kesehatan masyarakat.
b. Membantu menyediakan sumber daya (dana, sarana dan lain-lain) yang dapat
mempercepat terciptanya PHBS di kalangan pasien, individu sehat dan
keluarga (rumah tangga) pada khususnya serta masyarakat luas pada
umumnya.
4
Kabupaten/Kota diarahkan untuk menciptakan kemampuan masyarakat untuk
menolong dirinya sendiri dan mengembangkan upaya kesehatan bersumber daya
masyarakat, yang diperlukan dalam mencapai Indonesia Sehat, Provinsi Sehat, dan
Kabupaten/Kota Sehat.
2. Promosi kesehatan bukanlah kegiatan yang berdiri sendiri, melainkan kegiatan
terdepan yang harus terpadu dengan kegiatan-kegiatan program kesehatan. Oleh
karena itu, harus selalu diupayakan integrasi promosi kesehatan ke dalam setiap
program kesehatan, sejak dari tingkat Pusat, tingkat Provinsi, sampe tingkat
kabupaten/Kota, bahkan Kecamatan. Integrasi ini harus dicerminkan pula dalam
koordinasi penyusunan anggaran kesehatan.
3. Sebagai perwujudan paradigma sehat, promosi kesehatan harus mengutamakan
terciptanya perilaku masyarakat untuk mencegah timbulnya masalah-masalah
kesehatan melalui upaya-upaya promotif dan preventif, tanpa mengabaikan terciptanya
perilaku masyarakat untuk mengatasi maslaah-masalah kesehatan yang sudah terjadi
melalui upaya-upaya kuratif dan rehabilitatif.
4. Upaya mengubah dan atau menciptakan perilaku sehat melalui promosi kesehatan
harus didukung oleh upaya-upaya lain yang berkaitan seperti pemberlakukan
kebijakan dan peraturan perundang-undangan, peningkatan keterjangkauan dan mutu
pelayanan kesehatan, pengembangan sistem jaminan pemelirahan kesehatan
masyarakat, subsidi bagi masyarakat miskin, penyediaan sarana-sarana umum
kesehatan lingkungan, dan lain-lain.
5. Strategi dasar utama promosi kesehatan adalah Pemberdayaan Masyarakat, yang
diperkuat dengan Bina Suasana dan Advokasi. Dengan demikian, Pemberdayaan
Masyarakat harus mendapat perhatian memadai sebagai ujung tombak keberhasilan
promosi kesehatan. Untuk meningkatkan efektivitas promosi kesehatan, di dalam
Pemberdayaan Masyarakat, bina Suasana, dan Advokasi harus diterapkan prinsip-
prinsip kemitraan, yang mencakup kesetaraan, keterbukaan, dan saling
menguntungkan.
6. Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota merupakan penanggung jawab promosi kesehatan di
tingkat kabupaten/kota. Dinas kesehatan Kabupaten/Kota bertugas
mengkoordinasikan, meningkatkan dan membina Pemberdayaan Masyarakat yang
diselenggarakan oleh Puskesmas, Rumah Sakit, dan sarana-sarana kesehatan lain di
wilayahnya. Selain itu, Dina Kesehatan Kabupaten/Kota juga bertugas mendukung
5
gerakan Pemberdayaan Masyarakat yang diselenggarakan dengan menyelenggarakan
Bina Suasana dan Advokasi di tingkat kabupaten/kota. Bina Suasana dan Advokasi ini
harus direncanakan dan diselenggarakan dengan baik, sehingga sinkron dengan
gerakan Pemberdayaan Masyarakat, baik dari segi isi maupun waktu
penyelenggaraannya.
7. Dinas Kesehatan Provinsi merupakan penagnggung jawab promosi kesehatan di
tingkat provinsi. Dinas Kesehatan Provinsi bertugas mengkoordinasikan,
mengembangkan dan memfasilitasi Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota di bidang
promosi kesehatan. Selain itu, Dinas Kesehatan Provinsi juga bertugas memperkuat
Pemberdayaan Masyarakat yang diselenggarakan di tingkat kabupaten/kota melalui
pendidikan-pelatihan (diklat) dan upaya-upaya lain, serta mendukungnya melalui Bina
Suasana dan Advokasi di tingkat provinsi.
8. Pusat Promosi Kesehatan Departemen Kesehatan merupakan penagnggung jawab
promosi kesehatan secara nasional. Pusat Promosi Kesehatan bertugas
mengembangkan kebijakan, pedoman, dan standar di bidang promosi kesehatan,
termasuk pedoman integrasi promosi kesehatan ke dalam program-program kesehatan,
pedoman penyelenggaraan promosi kesehatan di daerah, dan lain-lain. Selain itu,
Pusat Promosi Kesehatan bertugas memfasilitasi dan mengkoordinasikan
penyelenggaraan dan pengembangan promosi kesehatan daerah, serta mendukungnya
melalui Bina Suasana dan Advokasi di tingkat nasional.
9. Dalam rangka promosi kesehatan, baik secara nasional, di tingkat provinsi, maupun di
tingkat kabupaten/kota, kemitraan harus dikembangkan dengan berbagai pihak yang
berkepentingan (stakeholders), baik sari unsur-unsur pemerintah, mauoun unsur-unsur
masyarakat dan dunia usaha (swasta). Kemitraan ini diarahkan guna mewujudkan
penyelenggaraan pengelolaan yang baik (good governance).
10. Guna meningkatkan promosi kesehatan dengan berlandaskan kepada fakta (evidence-
based), harus dikembangkan pendayagunaan data dan informasi dalam perencanaan
dan perancangan promosi kesehatan, pencatatan dan pelaporan, serta sistem informasi
di bidang promosi kesehatan. Hal-hal ini harus dilakukan sejak dari tingkat
kabupaten/kota, sampai ke tingkat provinsi secara nasional. Dalam rangka ini,
penyususan Profil Promosi Kesehatan Kabupaten/Kota, profil Promosi Kesehatan
Provinsi, dan Profil Promosi Kesehatan Indonesia, perlu mendapat perhatian yang
seksama.
6
11. Profil Promosi Kesehatan selain merupakan sarana penyedia data di bidang promosi
kesehatan, juga diarahkan sebagai sarana untuk memantau dan mengevaluasi
pencapaian perilaku sehat sebagai komponen dari Indonesia Sehat, Provinsi Sehat, dan
Kabupaten/Kota Sehat. Dalam rangka otonomi daerah di bidang kesehatan, Profil
Promosi Kesehatan diarahkan sebagai sarana perbandingan (benchmrking) antara satu
daerah dengan daerah lain, dan satu institusi dengan institusi lain.
12. Peningkatan kemampuan promosi kesehatan, baik di kabupaten/kota, maupun di
provinsi dan pusat, dilaksanakan secara bertahap sesuai dengan kemampuan dan
dengan mendayagunakan kemajuan-kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi
(IPTEK).
13. Peningkatan kemampuan promosi kesehatan, baik di kabupaten/kota, maupun di
provinsi dan pusat, dilakukan dengan mengembangkan sumber daya dan infrastruktur,
dengan mengutamakan pengembangan sumber daya manusia (SDM). Dalam rangka
ini peningkatan kemampuan tenaga-tenaga kesehatan di Puskesmas, Rumah Sakit, dan
sarana kesehatan lain dalam pemberdayaan masyarakat harus diupayakan. Selain itu
penempatan pejabat-pejabat fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat di
Puskesmas, Rumah Sakit, sarana kesehatan lain, dan Dinas Kesehatan, serta
pembinaan kualitasnya, juga harus menjadi perhatian utama.
14. Pengembangan SDM pelaksanaan promosi kesehatan dilaksanakan secara terpadu
dengan pengembangan SDM kesehatan pada umumnya serta diarahkan untuk
meningkatkan profesionalisme dan kesejahteraan.
15. Dalam rangka mewujudkan paradigma sehat dan memperkuat promosi kesehatan di
kabupaten/kota, provinsi, dan pusat, perlu diupayakan pengorganisasian promosi
kesehatan yang memadai, sehingga mampu menampung tugas-tugas yang dibebankan,
mengelola sumber daya yang dibutuhkan, dan mengakses seluruh program kesehatan
yang didukungnya.
Bina suasana adalah pembentukan suasana lingkungan sosial yang kondusif dan
mendorong dipraktikkannya PHBS serta penciptaan panutan-panutan dalam mengadopsi
PHBS dan melestarikannya.
Sedangkan advokasi adalah pendekan dan motivasi terhadap pihak-pihak tertentu yang
diperhitungkan dapat mendukung keberhasilan pembinaan PHBS baik dari segi materi
maupun non materi.
1. Pemberdayaan
Dalam upaya promosi pemberdayaan masyarakat merupakan bagian yang sangat
penting dan bahkan dapat dikatakan sebagai ujung tombak. Pemberdayaan adalah
proses pemberian informasi kepada individu, keluarga atau kelompok (klien) secara
terus-menerus dan berkesinambungan mengikuti perkembangan klien, serta proses
membantu klien, agar klien tersebut berubah dari tidak tahu atau sadar (aspek
knowledge), dari tahu menjadi mau (aspek attitude) dan dari mau menjadi mampu
melaksanakan perilaku yang diperkenalkan (aspek pratice). Oleh sebab itu, sesuai
sasaran (klien)nya dapat dibedakan adanya (a) pemberdayaan individu, (b)
pemberdayaan keluarga dan (c) pemberdayaan kelompok/masyarakat.
2. Bina Suasana
Bina suasana adalah upaya menciptakan lingkungan sosial yang mendorong individu
anggota masyarakat untuk mau melakukan perilaku yang diperkenalkan. Seseorang
akan terdorong untuk mau melakukan sesuatu apabila lingkungan sosial di mana pun
ia berada (keluarga di rumah, organisasi siswa/mahasiswa, serikat pekerja/karyawan,
orang-orang yang menjadi panutan/idola, kelompok arisan, majelis agama dan lain-
lain, dan bahkan masyarakat umum) menyetujui atau mendukung perilaku tersebut.
Oleh karena itu, untuk memperkuat proses pemberdayaan, khususnya dalam upaya
meningkatkan para individu dari fase tahu ke fase mau, perlu dilakukan bina suasana.
Terdapat tiga kategori proses bina suasana, yaitu (a) bina suasana individu, (b) bina
suasana kelompok dan (c) bina suasana publik.
3. Advokasi
8
Advokasi adalah upaya atau proses yang strategis dan terencana untuk mendapatkan
komitmen dan dukungan dari pihak-pihak yang terkait (stakeholders). Pihak-pihak
yang terkait ini berupa tokoh-tokoh masyarakat (formal dan informal) yang umumnya
berperan sebagai narasumber (opinio leader), atau penentu kebijakan (norma) atau
penyandang dana. Juga berupa kelompok-kelompok dalam masyarakat dan media
massa yang dapat berperan dalam menciptakan suasana kondusif, opini publik dan
dorongan (pressure) bagi terciptanya PHBS masyarakat. Advokasi merupakan upaya
untuk menyukseskan bina suasana dan pemberdayaan atau proses pembinan PHBS
secara umum. Sebagaimana pemberdayaan dan bina suasana, advokasi juga akan lebih
efektif bila dilaksanakan dengan prinsip kemitraan. Yaitu dengan membentuk jejaring
advokasi atau forum kerjasama.
4. Kemitraan
Kemitraan harus digalang baik dalam rangka pemberdayaan maupun bina suasana dan
advokasi guna membangun kerjasama dan mendapatkan dukungan. Dengandemikian
kemitraan perlu digalang antar individu, keluarga, pejabat atau instansi pemerintah
yang terkait dengan urusan kesehatan (lintas sektor), pemuka dan toko masyarakat,
media massa, dlll. Kemitraan harus berlandaskan pada tiga prinsip dasar, yaitu (a)
kesetaraan, (b) keterbukaan dan (c) saling menguntungkan.
9
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dalam rangka mewujudkan masyarakat yang sehat dan mandiri, upaya pemberdayaan
masyarakat dan promosi merupakan pilar utama yang mempengaruhi keberhasilan jenis
layanan kesehatan lainnya. Tindakan promosi kesehatan tersebut yaitu preventif, kuratif,
dan rehabilitatif yang dilaksanakan dalam berbagai sektor (pemerintah, swasta,
masyarakat, dan LSM) sesuai dengan kebijakan yang ada.
Tujuan promosi kesehatan sendiri adalah mengubah perilaku masyarakat ke arah
perilaku sehat sehingga tercapai derajat kesehatan masyarakat yang optimal. Ada 3 sasarn
utama dalam promosi kesehatan yaitu sasaran primer, sarana sekunder dan sarana tersier.
Secara umum strategi promosi kesehatan ini terdiri dari 4 (empat) hal, yaitu
Pemberdayaan masyarakat, Advokasi, Bina Suasana, dan Kemitraan.
3.2 Saran
Dengan adanya makalah ini diharapkan pembaca khususnya calon tenaga kesehatan
untuk dapat memahami tentang strategi promosi kesehatan yang ditetapkan agar kebijakan
nasional (pemerintah) tersebut dapat diterapkan dalam rangka mamajukan kesehatan
masyarakat serta meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.
10
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Kesehatan RI, 2004, Pusat Promosi Kesehatan, Pengembangan Media Promosi
Kesehatan, Jakarta.
Departemen Kesehatan RI. (2010). Promosi Kesehatan. Jakarta : Departemen Kesehatan RI.
Departemen Kesehatan RI., 2008, Pusat Promosi Kesehatan, Panduan Pelatihan Komunikasi
Perubahan Perilaku, Untuk KIBBLA, Jakarta.
Ira Numala, Fauzie Rahman, Adi Nugroho, Neka Erlyani, Nur Laily, dan Vina Yulia Anhar.
(2018). Promosi Kesehatan. Airlangga University Press. Surabaya.
11