Peplau
BAB I
PENDAHULUAN
Sepanjang karirnya, Dr. Hildegard Peplau menjadi pioneer di keperawatan. Peplau lahir
pada tahun 1909 di Pennsylvania dan mengawali karirnya setelah lulus dari Diploma
Keperawatan di Pottstown, Pennsylvania tahun1931. Setelah itu, dia lulus dari Bennington
College dengan gelar BA di Psycology Interpersonal tahun 1943, dan dari Columbia University
di New York dia meraih gelar MA di keperawatan Psyciatric tahun 1947. Selain itu, gelar EdD
dia peroleh di Curriculum Development tahun 1953.
Peplau melihat antara perawat dan pasien berpartisipasi & berkontribusi ke dalam
hubungan, dimana hubungan itu sendiri menjadi terapeutik. Pandangan tersebut yang dibuat
formula Psychodynamic nursing pada tahun 1952 dan selanjutnya disebut a theory of
interpersonal relations pada tahun 1952.
1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Mengidentifikasi Sumber Teori Hildegard E Peplau
2. Menjelaskan Teori keperawatan oleh Hildegard E. Peplau
3. Menjelaskan Tahapan/fase dalam keperawatan menurut Hildegard E. Peplau
4. Menjelaskan asumsi utama teori peplau terhadap empat konsep sentral disiplin ilmu
keperawatan meliputi: keperawatan, manusia, kesehatan dan lingkungan.
5. Menjelaskan hubungan Tahapan keperawatan Peplau dengan Proses keperawatan
6. Menganalisis International relations in nursing oleh Peplau menggunakan proses keperawatan
sebagai pendekatan aplikatif dalam asuhan keperawatan.
1.4 Manfaat
Makalah ini diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan dan pemahaman perawat tentang
International relations in nursing sehingga dapat diterapkan pada praktek keperawatan dalam
mangaplikasikan asuhan keperawatan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2. Identifikasi
Tahap berikutnya identifikasi, adalah dimana pasien merespon selektif terhadap orang-
orang yang dapat memenuhi kebutuhannya. Perawat membiarkan pasien mengeksplorasi
perasaannya untuk membantu kondisinya yang sedang sakit sebagai pengalaman yang me-
reorientasi perasaan dan kekuatan positif pada individu tersebut (Tomey & Alligood,1998).
Setiap pasien mempunyai respon berbeda dalam fase ini.. Tanggapan pasien terhadap perawat
ada tiga macam: (1) berpartisipasi dan saling bergantung dengan perawat, (2) otonomi dan
independen dari perawat, atau (3) menjadi pasif dan bergantung pada perawat. Contoh: Seorang
pria berusia tujuh puluh tahun yang ingin merencanakan diet diabetes baru 1600 kalori. Jika
hubungan adalah saling bergantung, perawat dan pasien berkolaborasi pada perencanaan makan.
Jika hubungan menjadi independen, pasien akan berencana diet sendiri dengan masukan minimal
dari perawat. Dalam hubungan tergantung, perawat melakukan perencanaan makan untuk pasien.
Sepanjang fase identifikasi, baik pasien dan perawat harus menjelaskan persepsi masing-
masing dan harapan. Bagian pengalaman dari pasien dan perawat akan memiliki titik tengah, apa
harapan mereka selama proses interpersonal. Seperti disebutkan dalam fase orientasi, sikap awal
dari pasien dan perawat sangat penting dalam membangun hubungan kerja untuk
mengidentifikasi masalah dan memutuskan bantuan yang tepat. Persepsi dan harapan pasien dan
perawat dalam fase identifikasi lebih kompleks dari pada fase sebelumnya. Pasien sekarang
menanggapi seorang yang membantu secara selektif. Hal ini memerlukan hubungan terapeutik
lebih intensif.
Untuk menggambarkan hal tersebut, seorang pasien yang telah dilakukan mastektomi
mungkin menceritakan kepada perawat ketidakmampuannya untuk memahami latihan lengan,
yang sebelumnya telah dijelaskan kepadanya sebagai regimen penting setelah operasi. Perawat
mengamati pengaruh lengan menjadi edema (bengkak). Sementara perawat sedang menjajaki
kemungkinan alasan untuk edema, pasien mengaku tidak melakukan latihan lengannya. Dalam
rangka untuk memfasilitasi pemahaman pasien dan kembalinya latihan berikutnya, perawat dapat
mengidentifikasi orang-orang profesional, seperti terapis fisik, perawat dan dokter, yang akan
mengklarifikasi kesalahpahaman pasien. Umumnya, hal ini menjadi yang terbaik jika perawat
obyektif membahas peran setiap orang serta keuntungan dan kerugian dari konsultasi dengan
masing-masing orang tersebut. Namun, dalam kasus ini, pasien mungkin menyatakan bahwa dia
tidak peduli untuk mendiskusikan latihan dengan perawat atau ahli terapi fisik karena dia
merasakan hanya dokter memiliki informasi yang diperlukan.
Sementara bekerja melalui fase identifikasi, pasien mulai memiliki rasa dan kemampuan
menghadapi masalah, yang menurunkan perasaan tidak berdaya. Hal ini pada gilirannya
menciptakan sikap optimistis dari mana kekuatan batin terjadi kemudian.
3. Eksploitasi
Setelah identifikasi, pasien bergerak ke tahap eksploitasi, di mana pasien dapat menilai
keuntungan - keuntungan dari semua layanan kesehatan yang tersedia. Tingkat dimana layanan ini
digunakan berdasarkan pada kepentingan dan kebutuhan pasien (George,1995). Sedangkan pada
buku yang ditulis oleh Tomey & Alligood (1998) disebutkan bahwa selama tahap eksploitasi,
pasien berusaha untuk memperoleh nilai penuh dari apa saja yang ditawarkan saat melakukan
relasi (relationship). Individu mulai merasakan sebagai bagian integral dari lingkungan yang
membantunya dan mengontrol situasi dengan cara memilah bantuan dari layanan yang
ditawarkan. Contoh: Wanita dengan lengan yang bengkak. Selama fase ini pasien mulai
memahami informasi yang diberikan kepadanya untuk latihan lengan. Dia membaca pamflet dan
sebuah film yang menggambarkan bentuk latihan lenganny; ia berdiskusi dengan perawat tentang
masalah yang terkait, dan ia mungkin menanyakan tentang cara bergabung dengan kelompok
latihan melalui bagian terapi fisik.
Selama tahap ini, beberapa pasien kemungkinan menuntut lebih dibandingkan dengan
ketika saat mereka sakit parah. Mereka mungkin mengajukan sedikit permintaan atau perhatian
lain untuk mendapatkan teknik tergantung dari kebutuhan individu tersebut. Prinsip-prinsip
teknik wawancara harus digunakan dalam rangka untuk menggali, memahami, memecahkan
masalah yang mendasari. Penting bahwa perawat mengeksplorasi penyebab yang mungkin untuk
perilaku pasien. Hubungan terapeutik harus dijaga yang ditunjukkan melalui sikap penerimaan,
perhatian, dan kepercayaan. Perawat harus mendorong pasien untuk mengenali dan
mengeksplore perasaan, pikiran, emosi, dan perilaku dengan memberikan suasana yang tidak
menghakimi dan iklim emosional terapeutik.
Tujuannya bagi perawat dan pasien adalah mencoba mencapai tujuan yang telah
dirumuskan sebelumnya. Sehingga memungkinkan suatu situasi dimana pasien dapat merasakan
nilai hubungan sesuai pandangan/persepsinya terhadap situasi. Fase ini merupakan inti hubungan
dalam proses interpersonal. Dalam fase ini perawat membantu klien dalam memberikan
gambaran kondisi klien dan seluruh aspek yang terlibat didalamnya.
4. Resolusi
Tahap terakhir dari proses antarpribadi Peplau adalah resolusi. Kebutuhan pasien telah
dipenuhi oleh upaya kolaboratif dari perawat dan pasien. Pasien dan perawat sekarang perlu
untuk mengakhiri hubungan terapi mereka dan membubarkan hubungan antara mereka. Secara
bertahap klien melepaskan diri dari perawat. Resolusi ini memungkinkan penguatan kemampuan
untuk memenuhi kebutuhannya sendiri dan menyalurkan energi ke arah realisasi potensi.
Seringkali ini sangat sulit bagi kedua pasien dan perawat. Ketergantungan kebutuhan
dalam hubungan terapeutik sering melanjutkan psikologis setelah kebutuhan fisiologis terpenuhi.
Pasien mungkin merasa bahwa belum waktunya untuk mengakhiri hubungan. Contoh: Seorang
ibu yang telah melahirkan sudah diperbolehkan pulang. Namun, setelah satu minggu, perawat
menelfon untuk menanyakan mengenai perawatan bayi. Resolusi akhir juga mungkin sulit bagi
perawat. Dalam contoh di atas, ibu mungkin bersedia untuk mengakhiri hubungan itu, tapi
perawat dapat terus mengunjungi rumah untuk melihat bagaimana bayi berkembang. Perawat
mungkin tidak dapat menjadi bebas dari ikatan ini dalam hubungan mereka. Kecemasan akan
meningkat pada pasien dan perawat jika ada penyelesaian yang gagal.
Selama fase resolusi berhasil dilakukan, maka pasien terlepas dari proses identifikasi
untuk membantu seseorang (identifying with the helping person). Pasien akan menjadi
independen dari perawat,seperti halnya perawat yang independen dari pasien. Sebagai hasil dari
proses ini, pasien dan perawat menjadi individu yang kuat dan matur. Kebutuhan pasien dapat
terpenuhi, dan dapat melangkah ke tujuan baru. Resolusi terjadi hanya bila semua fase/tahap
dapat terlewati secara baik. Indikasi fokus dari masing masing fase ada pada tabel di bawah ini
:
Tabel 1.1 Fase Hubungan Perawat-Pasien
Fase Fokus
Orientasi Fase untuk mendefinisikan masalah
Identifikasi Pemilihan bantuan profesional yang tepat
Eksploitasi Penggunaan bantuan profesional sebagai alternatif pemecahan
masalah
Resolusi Pemutusan hubungan profesional
Pandangan lain yang dianggap relevan dengan Hubungan Interpersonal perawat pasien
adalah peran perawat. Peplau secara terperinci menguraikan beberapa peran perawat, jika
dilakukan dengan baik, maka hubungan interpersonal pun akan akan menjadi baik sehingga
berdampak pada kepuasan pasien. Peran-peran tersebut antara lain : 1) Stranger ; Peplau
menyatakan bahwa, karena perawat dan pasien adalah orang asing diantara keduanya, maka
perawat tidak boleh mendakwa pasien tetapi harus menerimanya seperti menerima dirinya
sendiri, 2), Resource Person ; pada peran resource person, perawat menyediakan jawaban
spesifik, khususnya informasi tentang kesehatan, dan menginterpretasikan ke pasien tentang
penanganan atau rencana perawatan medis 3) Teaching role; Teaching role merupakan
kombinasi dari semua peran. Peplau mengembangkan bentuk mengajarnya ke dalam dua
kategori, yakni instructional yang berisi pemberian informasi dan format yang dijelaskan dalam
literatur pendidikan, serta experiental yang digunakan oleh learner sebagai dasar dari produk
pembelajaran. Konsep learning ini digunakan di dalam teaching role secara tumpang tindih
dengan peran perawat sebagai konselor,karena konsep learning menggunakan tehnik
psikoterapeutik 4) Leadership role ; leadership role meliputi proses demokratik. Perawat
membantu pasien menemukan tugasnya/kewajibannya melalui hubungan yang kooperatif dan
partisipasi aktif. 5) Surrogate role; pasien melimpahkan ke perawat dalam surrogate role ini.
Fungsi perawat adalah membantu pasien mengenali persamaan antara dirinya dengan perawat
tersebut. Pada fase ini, antara pasien dan perawat mengenali area dependen, independen dan
terakhir interdependen, 6) Counseling role ; fungsi konseling pada hubungan perawat-pasien
adalah sebagai jalan bagi perawat untuk merespon kebutuhan pasien. (Tomey & Alligood,
1998).
3. Penelitian Keperawatan
Statement Sills mengenai hasil kerja Peplau dipengaruhi oleh pekerjaannya di klinik dan
hasil studi, dimana hasil tersebut digunakan dalam penlitian sebagai alat untuk meningkatkan
batang tubuh pengetahuan keperawatan. Pada penelitian penelitian awal mengikuti asumsi
bahwa masalah pasien terjadi pada fenomena individu dan dieksplorasi dalam hubungan perawat
pasien. Thomas, Baker dan Estes menggunakan konsep kecemasan Peplau sebagai suatu
makna untuk memecahkan perasaan marah secara konstruktif melalui proses pembelajaran pada
hubungan perawat pasien (Tomey & Alligood, 1998).