Anda di halaman 1dari 37

Laporan Pertanggungjawaban Praktik Belajar Lapangan Keperawatan Keluarga- 2017

Pendidikan Kesehatan Tentang Penyakithipertensi Vesikulobulosa dan


Perawatan Mainan Pada Bayi – PSIK Universitas Jember

LAPORAN PERTANGGUNGJAWABAN TENTANG PENDIDIKAN


KESEHATAN TENTANG PENYAKIT HIPERTENSI PADA KELUARGA
TN. AGUS DWI C. DI RT 01/RW 10 LINGKUNGAN PLALANGAN DESA
BINTORO KECAMATAN PATRANG

TUGAS
diajukan guna memenuhi tugas Praktik Belajar Lapangan dalam mata kuliah
Keperawatan Keluarga

oleh
Mochammad Bayu Affandi
NIM 152310101165

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS JEMBER
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
Jalan Kalimantan Nomor 37 Kampus Tegal Boto

i
Laporan Pertanggungjawaban Praktik Belajar Lapangan Keperawatan Keluarga- 2017
Pendidikan Kesehatan Tentang Penyakithipertensi Vesikulobulosa dan
Perawatan Mainan Pada Bayi – PSIK Universitas Jember

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Analisa Situasi


Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah tekanan darah persisten dimana
tekanan sistoliknya diatas 140 mmHg dan tekanan diastoliknya diatas 90 mmHg.
(Palmer & Williams, 2007). Hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya disebut
sebagai hipertensi esensial atau hipertensi primer. (Yogiantoro, 2006). Hipertensi
esensial merupakan 95% dari seluruh kasus hipertensi dan sisanya adalah hipertensi
sekunder yang disebabkan oleh kelainan organik seperti penyakit ginjal, kelainan
korteks adrenal, dan pemakaian obat-obatan sejenis kortikosteroid. (Dalimartha,
dkk, 2008)
Kasus hipertensi sangat sering dijumpai diberbagai belahan dunia, lebih dari
seperempat jumlah populasi dunia saat ini menderita hipertensi. Prevalensi
hipertensi dunia mencapi 29,2% pada laki-laki dan 24,8% pada perempuan.
Prevalensi hipertensi di Indonesia pada laki-laki sebanyak 32,5% dan sebanyak
29,3% pada perempuan. (World Health Statistic, 2012). Menurut Depkes RI 2007,
Prevalensi hipertensi di Indonesia yaitu 83 per 1.000 anggota rumah tangga dan
65% merupakan orang yang telah berusia 55 tahun ke atas. Berdasarkan hasil Riset
Kesehatan Dasar (Riskesdas) menunjukkan bahwa kejadian hipertensi mencapai
31%.
Berdasarkan data hasil pengkajian, didapatkan hasil bahwa bayi dalam keluarga
yang kami kaji kurang lebih berusia 5 bulan. Keluarga memiliki salah satu anggota
keluarga yang mengidap penyakit Hipertensi . keluarga Bapak Agus sendiri juga
masih kurang paham mengenai apa sebenarnya hipertensi itu dan bagaimana cara
pencegahannya, sedangkan resiko dari keluarga ini juga sangat tinggi untuk
terserang hipertensi ini karena terdapat riwayat penyakit ini sebelumnya serta gaya
hidup mereka yang suka makan mkanan yang cenderung asin

1
Laporan Pertanggungjawaban Praktik Belajar Lapangan Keperawatan Keluarga- 2017
Pendidikan Kesehatan Tentang Penyakithipertensi Vesikulobulosa dan
Perawatan Mainan Pada Bayi – PSIK Universitas Jember

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan analisa situasi di atas, maka perumusan masalah dalam kegiatan


yang akan dilakukan ini adalah pendidikan kesehatan tentang penyakit hipertensi
dan bagaimana cara mencegah penyakit hipertensi yang diberikan pada keluarga
Bapak Agus Dwi Cahyono di RT.01/RW.10 Lingkungan Plalangan Desa Bintoro
Kecamatan Patrang.
Laporan Pertanggungjawaban Praktik Belajar Lapangan Keperawatan Keluarga- 2017
Pendidikan Kesehatan Tentang Penyakithipertensi Vesikulobulosa dan
Perawatan Mainan Pada Bayi – PSIK Universitas Jember

BAB 2. TUJUAN DAN MANFAAT

2.1 Tujuan
2.1.1 Tujuan Umum
Setelah dilakukan pendidikan kesehatan, keluarga dapat memahami tentang
penyakit hipertensi dan cara mencegah agar penyakit hipertensi ini tidak terjadi
pada keluarga

2.1.2 Tujuan Khusus


a. Keluarga mampu menjelaskan definisi hipertensi
b. Keluarga mampu menjelaskan penyebab hipertensi
c. Keluarga mampu menyebutkan tanda dan gejala hipertensi
d. Keluarga mampu menjelaskan cara mencegah penyakit hipertensi
2.2 Manfaat
a. Keluarga mengetahui definisi hipertensi
b. Keluarga mengetahui penyebab hipertensi
c. Keluarga mengetahui tanda dan gejala hipertensi
d. Keluarga mengetahui cara mencegah penyakit hipertensi
Laporan Pertanggungjawaban Praktik Belajar Lapangan Keperawatan Keluarga- 2017
Pendidikan Kesehatan Tentang Penyakithipertensi Vesikulobulosa dan
Perawatan Mainan Pada Bayi – PSIK Universitas Jember

BAB 3. KERANGKA PENYELESAIAN MASALAH

3.1 Dasar Pemikiran


A. Pengertian Hipertensi
Hipertensi lebih dikenal dengan istilah penyakit tekanan darah tinggi.Batas
tekanan darah yang dapat digunakan sebagai acuan untuk menentukan normal
atau tidaknya tekanan darah adalah tekanan sistolik dan diastolik. Berdasarkan
JNC (Joint National Comitee) VII, seorang dikatakan mengalami hipertensi
jika tekanan sistolik 140 mmHg atau lebih dan diastolik 90 mmHg atau lebih.
(Chobaniam, 2003)
Hipertensi didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan
sistoliknya diatas 140 mmHg dan tekanan diastolik diatas 90 mmHg. Pada
populasi lanjut usia, hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160
mmHg dan tekanan diastolik 90 mmHg (Sheps, 2005).
B. Etiologi Hipertensi
1. Hipertensi Essensial
Hipertensi essensial atau idiopatik adalah hipertensi tanpa kelainan
dasar patologis yang jelas.Lebih dari 90% kasus merupakan hipertensi
essensial.Penyebab hipertensi meliputi faktor genetik dan lingkungan.
Faktor genetik mempengaruhi kepekaan terhadap natrium, kepekaan
terhadap stress, reaktivitas pembuluh darah terhadap vasokontriktor,
resistensi insulin dan lain-lain. Sedangkan yang termasuk faktor lingkungan
antara lain diet, kebiasaan merokok, stress emosi, obesitas dan lain-lain
(Nafrialdi, 2009).
Pada sebagian besar pasien, kenaikan berat badan yang berlebihan dan
gaya hidup tampaknya memiliki peran yang utama dalam menyebabkan
hipertensi. Kebanyakan pasien hipertensi memiliki berat badan yang
berlebih dan penelitian pada berbagai populasi menunjukkan bahwa
kenaikan berat badan yang berlebih (obesitas) memberikan risiko 65-70 %
untuk terkena hipertensi primer (Guyton, 2008)
2. Hipertensi Sekunder
Laporan Pertanggungjawaban Praktik Belajar Lapangan Keperawatan Keluarga- 2017
Pendidikan Kesehatan Tentang Penyakithipertensi Vesikulobulosa dan
Perawatan Mainan Pada Bayi – PSIK Universitas Jember

Meliputi 5-10% kasus hipertensi merupakan hipertensi sekunder dari


penyakit komorbid atau obat-obat tertentu yang dapat meningkatkan
tekanan darah.Pada kebanyakan kasus, disfungsi renal akibat penyakit
ginjal kronis atau penyakit renovaskular adalah penyebab sekunder yang
paling sering.Obat-obat tertentu, baik secara langsung ataupun tidak, dapat
menyebabkan 11 hipertensi atau memperberat hipertensi dengan menaikkan
tekanan darah.(Oparil, 2003)
Hipertensi yang penyebabnya dapat diketahui, sering berhubungan
dengan beberapa penyakit misalnya ginjal, jantung koroner, diabetes dan
kelainan sistem saraf pusat (Sunardi, 2000).
C. Klasifikasi Hipertensi
Klasifikasi tekanan darah oleh JNC VII untuk pasien dewasa berdasarkan
rata-rata pengukuran dua tekanan darah atau lebih pada dua atau lebih
kunjungan klinis.Klasifikasi tekanan darah mencakup 4 kategori, dengan nilai
normal tekanan darah sistolik (TDS).
Krisis hipertensi merupakan suatu keadaan klinis yang ditandai oleh tekanan
darah yang sangat tinggi yang kemungkinan dapat menimbulkan atau telah
terjadinya kelainan organ target. Biasanya ditandai oleh tekanan darah
>180/120 mmHg, dikategorikan sebagai hipertensi emergensi atau hipertensi
urgensi (American Diabetes Association, 2003)
Pada hipertensi emergensi, tekanan darah meningkat ekstrim disertai
dengan kerusakan organ target akut yang bersifat progresif, sehingga tekanan
darah harus diturunkan segera (dalam hitungan menit-jam) untuk mencegah
kerusakan organ lebih lanjut. Contoh gangguan organ target akut antara lain,
encephalopathy, pendarahan intrakranial, gagal ventrikel kiri akut disertai
edema paru, dissecting aortic aneurysm, angina pectoris tidak stabil dan
eklampsia atau hipertensi berat selama kehamilan (Depkes 2006a,)
D. Patofisiologi Hipertensi
Mekanisme yang mengontrol kontriksi dan relaksasi pembuluh darah
terletak di pusat vasomotor pada medula di otak.Dari pusat vasomotor ini
bermula jaras saraf simpatis yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan
Laporan Pertanggungjawaban Praktik Belajar Lapangan Keperawatan Keluarga- 2017
Pendidikan Kesehatan Tentang Penyakithipertensi Vesikulobulosa dan
Perawatan Mainan Pada Bayi – PSIK Universitas Jember

keluar dari kolumna medula spinalis ke ganglia simpatis di toraks dan


abdomen.Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang
bergerak ke bawah melalui saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini,
neuron preganglion melepaskan asetilkolin yang akan merangsang serabut
saraf pascaganglion ke pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya
norpinefrin mengakibatkan kontriksi pembuluh darah (Brunner, 2002)
Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi
respon pembuluh darah terhadap rangsangan vasokontriktor.Individu dengan
hipertensi sangat sensitif terhadap norpinefrin, meskipun tidak diketahui
dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi.(Corwin, 2005)
Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang pembuluh
darah sebagai respon rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang
mengakibatkan tambahan aktivitas vasokontriksi.Korteks adrenal
mengsekresikan kortisol dan steroid lainnya yang dapat memperkuat respon
vasokontriktor pembuluh darah.Vasokontriksi yang mengakibatkan penurunan
aliran darah ke ginjal dapat menyebabkan pelepasan renin.Renin merangsang
pembentukkan angiotensin I yang kemudian diubah menjadi angiotensin II,
suatu vasokontriktor kuat, yang pada gilirannya merangsang sekresi aldosteron
oleh korteks adrenal.Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh
tubulus ginjal sehingga menyebabkan peningkatan volume
intravaskuler.Semua faktor tersebut cenderung mencetuskan keadaan
hipertensi.(Brunner, 2002)
Perubahaan struktural dan fungsional pada sistem pembuluh darah perifer
bertanggung jawab pada perubahaan tekanan darah yang terjadi pada lanjut
usia. Perubahaan tersebut meliputi aterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan
ikat dan penurunan dalam relaksasi otot polos pembuluh darah yang
menyebabkan penurunan distensi dan daya regang pembuluh darah. Akibat hal
tersebut, aorta dan arteri besar mengalami penurunan kemampuan dalam
mengakomodasi volume darah yang dipompa oleh 14 jantung (volume
sekuncup) sehingga mengakibatkan penurunan curah jantung dan peningkatan
tahanan perifer.(Corwin, 2005)
Laporan Pertanggungjawaban Praktik Belajar Lapangan Keperawatan Keluarga- 2017
Pendidikan Kesehatan Tentang Penyakithipertensi Vesikulobulosa dan
Perawatan Mainan Pada Bayi – PSIK Universitas Jember

E. Tanda dan Gejala Hipertensi


Pada pemeriksaan fisik, tidak dijumpai kelainan apapun selain tekanan
darah yang tinggi, tetapi dapat pula ditemukan perubahan pada retina, seperti
perdarahan, eksudat, penyempitan pembuluh darah, dan pada kasus berat dapat
ditemukan edema pupil (edema pada diskus optikus).
Menurut Price 2005, gejala hipertensi antara lain:
a. Sakit kepala bagian belakang
b. Kaku kuduk
c. Sulit tidur
d. Gelisah
e. Dada berdebar-debar
f. Lemas
g. Sesak nafas
h. Berkeringat

Gejala-gejala penyakit yang biasa terjadi baik pada penderita hipertensi


maupun pada seseorang dengan tekanan darah yang normal hipertensi
yaitu sakit kepala, gelisah, jantung berdebar, perdarahan hidung, sulit
tidur, sesak nafas, cepat marah, telinga berdenging, tekuk terasa berat,
berdebar dan sering kencing di malam hari.

Gejala akibat komplikasi hipertensi yang pernah dijumpai meliputi


gangguan penglihatan, saraf, jantung, fungsi ginjal dan gangguan
serebral (otak) yang mengakibatkan kejang dan pendarahan pembuluh
darah otak yang mengakibatkan kelumpuhan dan gangguan kesadaran
hingga koma (Cahyono, 2008).

F. Faktor-Faktor Risiko Hipertensi


Terdapat beberapa faktor yang dibagi menjadi dua yaitu:
1. Faktor risiko yang tidak dapat diubah, antara lain:
a) Usia
Laporan Pertanggungjawaban Praktik Belajar Lapangan Keperawatan Keluarga- 2017
Pendidikan Kesehatan Tentang Penyakithipertensi Vesikulobulosa dan
Perawatan Mainan Pada Bayi – PSIK Universitas Jember

Usia mempengaruhi terjadinya hipertensi. Dengan bertambahnya umur,


risiko terkena hipertensi menjadi lebih besar sehingga prevalensi
hipertensi di kalangan usia lanjut cukup tinggi, yaitu sekitar 40%,
dengan kematian sekitar di atas usia 65 tahun. (Depkes, 2006b) Pada
usialanjut, hipertensi terutama ditemukan hanya berupa kenaikan
tekanan sistolik. Sedangkan menurut WHO memakai tekanan diastolik
sebagai bagian tekanan yang lebih tepat dipakai dalam menentukan ada
tidaknya hipertensi.Tingginya hipertensi sejalan dengan bertambahnya
umur yang disebabkan oleh perubahan struktur pada pembuluh darah
besar, sehingga lumen menjadi lebih sempit dan dinding pembuluh
darah menjadi lebih kaku, sebagai akibatnya terjadi peningkatan
tekanan darah sistolik.
b) Jenis kelamin
Faktor gender berpengaruh pada terjadinya hipertensi, dimana pria
lebih banyak yang menderita hipertensi dibandingkan wanita, dengan
rasio sekitar 2,29 untuk peningkatan tekanan darah sistolik. Pria diduga
memiliki gaya hidup yang cenderung dapat meningkatkan tekanan
darah dibandingkan dengan wanita (Depkes, 2006b). Namun, setelah
memasuki manopause, prevalensi hipertensi pada wanita meningkat.
Setelah usia65 tahun, terjadinya hipertensi pada wanita lebih meningkat
dibandingkan dengan pria yang diakibatkan faktor hormonal.
c) Keturunan (genetik)
Riwayat keluarga dekat yang menderita hipertensi (faktor keturunan)
juga mempertinggi risiko terkena hipertensi, terutama pada hipertensi
primer (essensial).Tentunya faktor genetik ini juga dipenggaruhi
faktor-faktor lingkungan, yang kemudian menyebabkan seorang
menderita hipertensi. Faktor genetik juga berkaitan dengan
metabolisme pengaturan garam dan renin membran sel. Menurut
Davidson bila kedua orang tuanya menderita hipertensi, maka sekitar
45% akan turun ke anak-anaknya dan bila salah satu orang tuanya yang
Laporan Pertanggungjawaban Praktik Belajar Lapangan Keperawatan Keluarga- 2017
Pendidikan Kesehatan Tentang Penyakithipertensi Vesikulobulosa dan
Perawatan Mainan Pada Bayi – PSIK Universitas Jember

menderita hipertensi maka sekitar 30% akan turun ke anak-anaknya.


(Depkes, 2006b)
2. Faktor risiko yang dapat diubah
Faktor risiko penyakit jantung koroner yang diakibatkan perilaku tidak
sehat dari penderita hipertensi antara lain merokok, diet rendah serat,
kurang aktifitas gerak, berat badan berlebihan/kegemukan, komsumsi
alkohol, hiperlipidemia atau hiperkolestrolemia, stress dan komsumsi
garam berlebih sangat berhubungan erat dengan hipertensi. (Depkes,
2006b)
a) Kegemukan (obesitas)
Kegemukan (obesitas) adalah presentase abnormalitas lemak yang
dinyatakan dalam Indeks Massa Tubuh (IMT) yaitu perbandingan
antara berat badan dengan tinggi badan kuadrat dalam meter.Kaitanerat
antara kelebihan berat badan dan kenaikan tekanan darah telah
dilaporkan oleh beberapa studi.Berat badan dan IMT berkorelasi
langsung dengan tekanan darah, terutama tekanan darah
sistolik.Sedangkan, pada penderita hipertensi ditemukan sekitar 20-
33% memiliki berat badan lebih (overweight).(Depkes, 2006b)
IMT merupakan indikator yang paling sering digunakan untuk
mengukur tingkat populasi berat badan lebih dan obesitas pada orang
dewasa.Obesitas bukanlah penyebab hipertensi.Akan tetapi prevalensi
hipertensi pada obesitas jauh lebih besar.Risiko relatif untuk menderita
hipertensi pada orang gemuk 5 kali lebih tinggi dibandingkan dengan
seorang yang badannya normal.Pada penderita hipertensi ditemukan
sekitar 20-33% memiliki berat badan lebih (overweight).(Depkes,
2006b).Hipertensi pada seseorang yang kurus atau normal dapat juga
disebabkan oleh sistem simpatis dan sistem renin
angiotensin.(Suhardjono,2006) Aktivitas dari saraf simpatis adalah
mengatur fungsi saraf dan hormon, sehingga dapat meningkatkan
denyut jantung, menyempitkan pembuluh darah, dan meningkatkan
retensi air dan garam.(Syaifudin, 2006)
Laporan Pertanggungjawaban Praktik Belajar Lapangan Keperawatan Keluarga- 2017
Pendidikan Kesehatan Tentang Penyakithipertensi Vesikulobulosa dan
Perawatan Mainan Pada Bayi – PSIK Universitas Jember

b) Psikososial dan stress


Stress adalah suatu kondisi yang disebabkan oleh adanya transaksi
antara individu dengan lingkungannya yang mendorong seseorang
untuk mempersepsikan adanya perbedaan antara tuntutan situasi dan
sumber daya (biologis, psikologis dan sosial) yang ada pada diri
seseorang. (Depkes, 2006b)
Stress atau ketegangan jiwa (rasa tertekan, murung, rasa marah,
dendam, rasa takut dan rasa bersalah) dapat merangsang kelenjar anak
ginjal melepaskan hormon adrenalin dan memacu jantung berdenyut
lebih cepat serta lebih kuat, sehingga tekanan darah akan meningkat.
Jika stress berlangsung lama, tubuh akan berusaha mengadakan
penyesuaian sehingga timbul kelainan organis atau perubahaan
patologis.
c) Merokok
Zat-zat kimia beracun seperti nikotin dan karbon monoksida yang
dihisap melalui rokok yang masuk ke dalam aliran darah dapat merusak
lapisan endotel pembuluh darah arteri yang mengakibatkan proses
artereosklerosis dan tekanan darah tinggi. Merokok juga meningkatkan
denyut jantung dan kebutuhan oksigen untuk disuplai ke otot-otot
jantung.Merokok pada penderita tekanan darah tinggi semakin
meningkatkan risiko kerusakan pada pembuluh darah arteri.(Depkes,
2006b).
d) Olahraga
Aktivitas fisik adalah gerakan yang dilakukan oleh otot tubuh dan
sistem penunjangnya.Selama melakukan aktivitas fisik, otot
membutuhkan energi diluar metabolisme untuk bergerak, sedangkan
jantung dan paru-paru memerlukan tambahan energi untuk
mengantarkan zat-zat gizi dan oksigen ke seluruh tubuh dan untuk
mengeluarkan sisa-sisa dari tubuh.(Supariasa, 2001)
Olahraga dapat menurunkan risiko penyakit jantung koroner melalui
mekanisme penurunan denyut jantung, tekanan darah, penurunan tonus
Laporan Pertanggungjawaban Praktik Belajar Lapangan Keperawatan Keluarga- 2017
Pendidikan Kesehatan Tentang Penyakithipertensi Vesikulobulosa dan
Perawatan Mainan Pada Bayi – PSIK Universitas Jember

simpatis, meningkatkan diameter arteri koroner, sistem kolateralisasi


pembuluh darah, meningkatkan HDL (High Density Lipoprotein)dan
menurunkan LDL (Low Density Lipoprotein) darah. Melalui kegiatan
olahraga, jantung dapat bekerja secara lebih efisien.Frekuensi denyut
nadi berkurang, namun kekuatan jantung semakin kuat, penurunan
kebutuhan oksigen jantung pada intensitas tertentu, penurunan lemak
badan dan berat badan serta menurunkan tekanan darah.(Cahyono,
2008).Olahraga yang teratur dapat membantu menurunkan tekanan
darah dan bermanfaat bagi penderita hipertensi ringan.Pada orang
tertentu dengan melakukan olahraga aerobik yang teratur dapat
menurunkan tekanan darah tanpa perlu sampai berat badan turun
(Depkes, 2006b).
e) Konsumsi alkohol berlebih
Pengaruh alkohol terhadap kenaikan tekanan darah telah
dibuktikan.Mekanisme peningkatan tekanan darah akibat alkohol
masih belum jelas. Namun, diduga peningkatan kadar kortisol dan
peningkatan volume sel darah merah serta kekentalan darah berperan
dalam menaikkan tekanan darah.Komsumsi alkohol seharusnya kurang
dari dua kali per hari pada laki-laki untuk pencegahan peningkatan
tekanan darah.Bagi perempuan dan orang yang memiliki berat badan
berlebih, direkomendasikan tidak lebih satu kali minum per
hari.(Krummel, 2004)
f) Komsumsi garam berlebihan
Garam menyebabkan penumpukan cairan dalam tubuh karena menarik
cairan di luar sel agar tidak dikeluarkan, sehingga akan meningkatkan
volume dan tekanan darah. Pada sekitar 60% kasus hipertensi primer
(essensial) terjadi respon penurunan tekanan darah dengan mengurangi
asupan garam 3 gram atau kurang, ditemukan tekanan darah rata-rata
rendah, sedangkan pada masyarakat asupan garam sekitar 7-8 gram
tekanan rata-rata lebih tinggi. (Depkes, 2006b)
g) Hiperlipidemia/Hiperkolestrolemia
Laporan Pertanggungjawaban Praktik Belajar Lapangan Keperawatan Keluarga- 2017
Pendidikan Kesehatan Tentang Penyakithipertensi Vesikulobulosa dan
Perawatan Mainan Pada Bayi – PSIK Universitas Jember

Kelainan metabolisme lipid (lemak) yang ditandai dengan


peningkatan kadar kolestrol total, trigliserida, kolestrol LDL atau
penurunan kadar kolestrol HDL dalam darah. Kolestrol merupakan
faktor penting dalam terjadinya aterosklerosis yang mengakibatkan
peninggian tahanan perifer pembuluh darah sehingga tekanan darah
meningkat.
G. Komplikasi Hipertensi
Menurut Elisabeth J Corwin 2005, komplikasi hipertensi terdiri dari stroke,
infark miokard, gagal ginjal, ensefalopati (kerusakan otak) dan
pregnancyincluded hypertension (PIH)
1) Stroke
Stroke adalah gangguan fungsional otak fokal maupun global akut,
lebih dari 24 jam yang berasal dari gangguan aliran darah otak dan bukan
disebabkan oleh gangguan peredaran darah. Stroke dengan defisit
neurologik yang terjadi tiba-tiba dapat disebabkan oleh iskemia atau
perdarahan otak.Stroke iskemik disebabkan oleh oklusi fokal pembuluh
darah yang menyebabkan turunnya suplai oksigen dan glukosa ke bagian
otak yang mengalami oklusi.(Hacke, 2003)
Stroke dapat timbul akibat pendarahan tekanan tinggi di otak atau
akibat embolus yang terlepas dari pembuluh otak yang terpajan tekanan
tinggi.Stroke dapat terjadi pada hipertensi kronik apabila arteri-arteri yang
memperdarahi otak mengalami hipertrofi dan menebal, sehingga aliran
darah ke daerah-daerah yang diperdarahi berkurang.Arteri-arteri otak yang
mengalami arterosklerosis dapat melemah sehingga meningkatkan
kemungkinan terbentuknya anurisma.(Corwin, 2005)
2) Infark miokardium
Infark miokard dapat terjadi apabila arteri koroner yang
arterosklerotik tidak dapat mensuplai cukup oksigen ke miokardium atau
apabila terbentuk trombus yang menyumbat aliran darah melalui pembuluh
tersebut.Akibat hipertensi kronik dan hipertensi ventrikel, maka kebutuhan
oksigen miokardium mungkin tidak dapat dipenuhi dan dapat terjadi
Laporan Pertanggungjawaban Praktik Belajar Lapangan Keperawatan Keluarga- 2017
Pendidikan Kesehatan Tentang Penyakithipertensi Vesikulobulosa dan
Perawatan Mainan Pada Bayi – PSIK Universitas Jember

iskemia jantung yang menyebabkan infark.Demikian juga, hipertrofi dapat


menimbulkan perubahaan-perubahan waktu hantaran listrik melintasi
ventrikel sehingga terjadi distritmia, hipoksia jantung dan peningkatan
risiko pembentukan bekuan.(Corwin, 2005)
3) Gagal ginjal
Gagal ginjal merupakan suatu keadaan klinis kerusakan ginjal yang
progresif dan irreversible dari berbagai penyebab, salah satunya pada
bagian yang menuju ke kardiovaskular.Mekanisme terjadinya hipertensi
pada gagal ginjal kronik oleh karena penimbunan garam dan air atau sistem
renin angiotensin aldosteron (RAA) (Chung, 1995). Menurut Arief
Mansjoer (2001), hipertensi berisiko 4 kali lebih besar terhadap kejadian
gagal ginjal bila dibandingkan dengan orang yang tidak mengalami
hipertensi. (Mansjoer, 2001)
4) Ensefalopati (kerusakan otak)
Ensefalopati (Kerusakan otak) dapat terjadi terutama pada hipertensi
maligna (hipertensi yang meningkat cepat).Tekanan yang sangat tinggi
pada kelainan ini menyebabkan peningkatan tekanan kapiler dan
mendorong ke dalam ruang intersitium diseluruh susunan saraf
pusat.Neuron-neuron disekitarnya kolaps yang dapat menyebabkan
ketulian, kebutaan dan tak jarang juga koma serta kematian
mendadak.Keterikatan antara kerusakan otak dengan hipertensi, bahwa
hipertensi berisiko 4 kali terhadap kerusakan otak dibandingkan dengan
orang yang tidak menderita hipertensi.(Corwin, 2005)
H. Penatalaksanaan Hipertensi
Pengendalian faktor risiko penyakit jantung koroner yang dapat saling
berpengaruh terhadap terjadinya hipertensi, hanya terbatas pada faktor risiko
yang dapat diubah, dengan usaha-usaha sebagai berikut:
a) Mengatasi obesitas/ menurunkan kelebihan berat badan
Obesitas bukanlah penyebab hipertensi.Akan tetapi prevalensi
hipertensi pada obesitas jauh lebih besar.Risiko relatif untuk menderita
hipertensi pada orang-orang gemuk 5 kali lebih tinggi dibandingkan dengan
Laporan Pertanggungjawaban Praktik Belajar Lapangan Keperawatan Keluarga- 2017
Pendidikan Kesehatan Tentang Penyakithipertensi Vesikulobulosa dan
Perawatan Mainan Pada Bayi – PSIK Universitas Jember

sesorang yang badannya normal.Sedangkan, pada penderita hipertensi


ditemukan sekitar 20-33% memiliki berat badan lebih
(overweight).Dengan demikian, obesitas harus dikendalikan dengan
menurunkan berat badan.(Depkes, 2006b)
b) Mengurangi asupan garam didalam tubuh
Pengurangan garam harus memperhatikan kebiasaan makan penderita.
Pengurangan asupan garam secara drastis akan sulit dirasakan. Batasi
sampai dengan kurang dari 5 gram (1 sendok teh) per hari pada saat
memasak.(Depkes, 2006b)
c) Ciptakan keadaan rileks
Berbagai cara relaksasi seperti meditasi, yoga atau hipnosis dapat
mengontrol sistem saraf yang akan menurunkan tekanan darah (Depkes,
2006b)
d) Melakukan olahraga teratur
Berolahraga seperti senam aerobik atau jalan cepat selama 30-45 menit
sebanyak 3-4 kali dalam seminggu, diharapkan dapat menambah kebugaran
dan memperbaiki metabolisme tubuh yang akhirnya mengontrol tekanan
darah (Depkes, 2006b)
e) Berhenti merokok
Merokok dapat menambah kekakuan pembuluh darah sehingga dapat
memperburuk hipertensi.Merokok juga dapat meningkatkan denyut
jantung dan kebutuhan oksigen untuk disuplai ke otot-otot
jantung.Merokok pada penderita tekanan darah tinggi semakin
meningkatkan risiko kerusakan pada pembuluh darah arteri.
f) Mengurangi komsumsi alkohol
Hindari komsumsi alkohol berlebihan
Laki-laki: Tidak lebih dari 2 gelas per hari
Wanita : Tidak lebih dari 1 gelas per hari
Terapi Farmakologis
Penatalaksanaan penyakit hipertensi bertujuan untuk mengendalikan angka
kesakitan dan kematian akibat penyakit hipertensi dengan caraseminimal
Laporan Pertanggungjawaban Praktik Belajar Lapangan Keperawatan Keluarga- 2017
Pendidikan Kesehatan Tentang Penyakithipertensi Vesikulobulosa dan
Perawatan Mainan Pada Bayi – PSIK Universitas Jember

mungkin menurunkan gangguan terhadap kualitas hidup penderita.


Pengobatan hipertensi dimulai dengan obat tunggal, masa kerja yang
panjang sekali sehari dan dosis dititrasi.Obat berikutnya mungkin dapat
ditambahkan selama beberapa bulan perjalanan terapi.Pemilihan obat atau
kombinasi yang cocok bergantung pada keparahan penyakit dan respon
penderita terhadap obat antihipertensi. Beberapa prinsip pemberian obat
antihipertensi sebagai berikut:
1. Pengobatan hipertensi sekunder adalah menghilangkan penyebab
hipertensi
2. Pengobatan hipertensi essensial ditunjukkan untuk menurunkan
tekanan darah dengan harapan memperpanjang umur dan mengurang
timbulnya komplikasi.
3. Upaya menurunkan tekanan darah dicapai dengan menggunakan obat
antihipertensi
4. Pengobatan hipertensi adalah pengobatan jangka panjang, bahkan
pengobatan seumur hidup. Dikenal 5 kelompok obat lini pertama (first
line drug) yang lazim digunakan untuk pengobatan awal hipertensi,
yaitu diuretik, penyekat reseptor beta adrenergik (β-blocker),
penghambat angiotensin-converting enzyme (ACE- 30 inhibitor),
penghambat reseptor angiotensin (Angiotensin Receptor Blocker,
ARB) dan antagonis kalsium.

3.2 Kerangka Penyelesaian Masalah


Pendidikan kesehatan merupakan salah satu intervensi preventif dalam
keperawatan yang dapat mencegah masalah kesehatan yang mungkin terjadi pada
individu atau masyarakat. Dalam kasus ini, Pendidikan kesehatan menjadi cara
untuk mengetahui penyakit hipertensi. Melalui berbagai media yang disediakan,
diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan orang tua mengenai penyakit
hipertensisehingga dapat meningkatkan perilaku hidup yang sehat dan terhindar
dari penyakit hipertensi
Laporan Pertanggungjawaban Praktik Belajar Lapangan Keperawatan Keluarga- 2017
Pendidikan Kesehatan Tentang Penyakithipertensi Vesikulobulosa dan
Perawatan Mainan Pada Bayi – PSIK Universitas Jember
Laporan Pertanggungjawaban Praktik Belajar Lapangan Keperawatan Keluarga- 2017
Pendidikan Kesehatan Tentang Penyakithipertensi Vesikulobulosa dan
Perawatan Mainan Pada Bayi – PSIK Universitas Jember

BAB 4. RENCANA PELAKSANAAN KEGIATAN

4.1 Realisasi Penyelesaian Masalah


Pendidikan kesehatan merupakan upaya untuk memberikan pengetahuan yang
belum diketahui oleh keluarga Tn. Agus Dwi C. yang bertempat tinggal di RT
01/RW 10 Lingkungan Plalangan Desa Bintoro Kecamatan Patrang tentang
penyakit hipertensi sehingga dengan adanya pendidikan kesehatan ini keluarga
dapat memahami tentang penyakit hipertensi. Kegiatan akan dilaksanakan pada hari
Selasa 26 Desember 2017

4.2 Khalayak Sasaran


Khalayak sasaran pada kegiatan pendidikan kesehatan ini adalah keluarga dari
Tn. Agus Dwi C. yang bertempat tinggal di RT 01/RW 10 Lingkungan Plalangan
Desa Bintoro Kecamatan Patrang

4.3 Metode Yang Digunakan


1. Jenis model pembelajaran : Ceramah
2. Landasan teori : Diskusi
3. Langkah pokok
a. Menciptakan suasana pertemuan yang baik
b. Mengajukan masalah
c. Mengidentifikasi pilihan tindakan
d. Memberi komentar
e. Menetapkan tindakan lanjut
Laporan Pertanggungjawaban Praktik Belajar Lapangan Keperawatan Keluarga- 2017
Pendidikan Kesehatan Tentang Penyakithipertensi Vesikulobulosa dan
Perawatan Mainan Pada Bayi – PSIK Universitas Jember

BAB 5. HASIL KEGIATAN

5.1 Analisis Evaluasi dan Hasil-Hasilnya


5.1.1 Evaluasi Struktur
1. Materi yang akan disajikan terkait hipertensi
2. Tempat yang akan digunakan untuk melakukan pendidikan terhadap
keluarga dan pendidikan kesehatan hipertensi yaitu di rumah
keluarga sendiri.
3. Persiapan mahasiswa telah dilakukan.
4. Persiapan keluarga telah dilakukan.
5.1.2 Evaluasi Proses
1. Proses penyuluhan dan demonstrasi pada pendidikan kesehatan
hipertensi berjalan dengan baik, mulai dari awal hingga akhir.
2. Keluarga kooperatif selama dilakukan penyuluhan dan demonstrasi.
3. Tujuan umum dan tujuan khusus tercapai setelah dilaksanakan
penyuluhan dan demonstrasi.
5.1.3 Evaluasi Hasil
1. Keluarga dapat menjelaskan penyakit hipertensi dan cara
penanganannya
2. Keluarga mengetahui penyakit hipertensi dan
5.1.4 Faktor Pendorong
1. Keluarga yaitu bapak Agus sangat kooperatif selama proses
penyuluhan dan pemberian demonstrasi berlangsung.
2. keluarga sangat ingin mengetahui penyebab sebenarnya dari penyakit
hipertensi
5.1.5 Faktor Penghambat
1. Kondisi malam hari karena keluaga baru bisa ketika malam hari
2. Tidak semua anggota keluarga ada dalam penyampaian materi.
3. Istri dan anak sudah tertidur
Laporan Pertanggungjawaban Praktik Belajar Lapangan Keperawatan Keluarga- 2017
Pendidikan Kesehatan Tentang Penyakithipertensi Vesikulobulosa dan
Perawatan Mainan Pada Bayi – PSIK Universitas Jember

BAB 6. PENUTUP

6.1 Kesimpulan
Pendidikan hipertensi ini sangat penting bagi keluarga karena keluarga
masih belum mengetahui apa itu hiertensi dan bagaimana cara pencegahannya dan
apalagi salah satu anggota keluarga yaitu dari keluarga bapak agus terdapat riwayat
hipertensi sehigga Pendidikan ini sangat penting untuk pencegahan penyakit
hipertensi sehingga keluarga bapak agus bisa terhindar dari hiprtensi

6.2 Saran
6.1.1 Bagi Sasaran Keluarga
Pendidikan dan demontrasi penyakit hipertensi diharapkan dapat diterapkan
oleh keluarga dalam kehidupan sehari-harinya, sehingga dapat membantu keluarga
dalam mengatasi penyakit tersebut sebelum terjadi komplikasi lebih lanjut.
6.1.2 Bagi Tenaga Kesehatan
Perawat sebagai salah satu tenaga kesehatan diharapkan memiliki
keterampilan, kemampuan dan pengetahuan untuk membantu menyelesaikan
masalah yang ada pada sebuah keluarga, dan menerapkan keperawatan keluarga
untuk memberikan pelayanan yang baik untuk keluarga untuk mewujudkan
keluarga yang sehat dan bebas dari masalah kesehatan khusunya.
Laporan Pertanggungjawaban Praktik Belajar Lapangan Keperawatan Keluarga- 2017
Pendidikan Kesehatan Tentang Penyakithipertensi Vesikulobulosa dan
Perawatan Mainan Pada Bayi – PSIK Universitas Jember

DAFTAR PUSTAKA
Palmer, A. & Williams, B. 2007.SimpleGuide Tekanan Darah
Tinggi.Jakarta:Erlangga.
Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS). 2013. Badan Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan Kementerian RI tahun 2013. Jakarta: Departemen Kesehatan RI
WHO.2012. World health statistic. France:World Health Organization.
Yogiantoro, M. 2006.Hipertensi Esensialdalam Buku Ajar Ilmu Penyakit
DalamJilid I. Ed IV. Jakarta: FK UI.
Laporan Pertanggungjawaban Praktik Belajar Lapangan Keperawatan Keluarga- 2017
Pendidikan Kesehatan Tentang Penyakithipertensi Vesikulobulosa dan
Perawatan Mainan Pada Bayi – PSIK Universitas Jember

Lampiran 1. Berita Acara

BERITA ACARA PENDIDIKAN KESEHATAN


PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG “PENYAKIT
IMPETIGO VESIKUBULOSA DAN PERAWATAN
MAINAN BAYI”

Pada hari ini, Selasa tanggal 26 bulan Desember tahun 2017 jam 18.30…:…
– ...19.00:... WIB di rumah Keluarga Bapak Agus Dwi Cahyono Lingk. Plalangan.
RT.001/RW.010 Kelurahan Bintoro, Kecamatan Patrang, telah dilaksanakan
kegiatan Pendidikan Kesehatan Tentang “PENYAKIT HIPERTENSI DAN
PENCEGAHANYA”. Kegiatan ini diikuti oleh …. orang (daftar hadir terlampir).

Selasa, 26 Desember 2017

Pelaksana,

Mochammad Bayu Affandi

Mengetahui,
Dosen Penanggung Jawab Mata Kuliah
Keperawatan Keluarga

Latifa Aini S., S.Kp., M.Kep., Sp.Kom


19710926 200912 2 001
Laporan Pertanggungjawaban Praktik Belajar Lapangan Keperawatan Keluarga- 2017
Pendidikan Kesehatan Tentang Penyakithipertensi Vesikulobulosa dan
Perawatan Mainan Pada Bayi – PSIK Universitas Jember

Lampiran 2. Daftar Hadir

DAFTAR HADIR PENDIDIKAN KESEHATAN


PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG
“PENYAKIT HIPERTENSI DAN CARA
PENCEGAHANNYA”

NO NAMA ALAMAT TANDA TANGAN


1
2
3
4

Selasa, 26 Desember 2017

Pelaksanan

Mochammad Bayu Affandi


Laporan Pertanggungjawaban Praktik Belajar Lapangan Keperawatan Keluarga- 2017
Pendidikan Kesehatan Tentang Penyakithipertensi Vesikulobulosa dan
Perawatan Mainan Pada Bayi – PSIK Universitas Jember

Lampiran 3. Santuan Acara Penyuluhan

SATUAN ACARA PENYULUHAN PENYAKIThipertensi PADA ANAK DAN


PERAWATAN MAINAN YANG DIGUNAKAN ANAK

Topik : Hipertensi
Sub Topik : Pengertian hipertensi, Penyebab hipertensi, Tanda dan gejala
hipertensi,
Sasaran : Keluarga Tn. Agus Dwi Cahyono
Tempat : Kediaman Tn. Agus Dwi Cahyono yang bertempat tinggal di RT
01/RW 10 Lingkungan Plalangan Desa Bintoro Kecamatan
Patrang
Hari/Tanggal : Senin, 11 Desember 2017
Waktu : 10-15 menit
Penyuluh : Mochammad Bayu Affandi

I. Analisa Data
A. Kebutuhan Peserta Didik
Keluarga Bapak Agus Dwi Cahyono merupakan keluarga inti yang tinggal
di Daerah RT 01/RW 10 Lingkungan Plalangan Desa Bintoro Kecamatan
Patrang. Dalam keluarga ini terdiri atas Ayah yaitu Tn.Agus Dwi Cahyono ,
ibu dengan Ny. Indrawati dan kedua anaknya yaitu An. Ahmad Gatta P dan
An. Nagita Putri Dwi P masih berusia 5 bulan. Keluarga ini memiliki riwayat
penyakit hipertensi
B. Karakteristik Peserta Didik
Keluarga rata-rata berpendidikan SD/SMP
II. Tujuan Instruksional Umum
Setelah dilakukan pendidikan kesehatan, keluarga Tn. Agus Dwi Cahyono
yang tidak mengetahui penyakithipertensi vesikubulosa dapat memahami dan
mengerti.
Laporan Pertanggungjawaban Praktik Belajar Lapangan Keperawatan Keluarga- 2017
Pendidikan Kesehatan Tentang Penyakithipertensi Vesikulobulosa dan
Perawatan Mainan Pada Bayi – PSIK Universitas Jember

III. Tujuan Instruksional Khusus


Setelah mengikuti pendidikan kesehatan selama 1x30 menit, diharapkan
keluarga mampu:
a. Menjelaskan pengertian hipertensi
b. Menjelaskan penyebab terjadinya hipertensi
c. Menjelaskan tanda dan gejala hipertensi

IV. Materi (Terlampir)


a. Pengertian hipertensi
b. Penyebab terjadinya hipertensi
c. Tanda dan gejala hipertensi

V. Metode
Ceramah dan diskusi

VI. Media
Leaflet

VII. Kegiatan Penyuluhan


No Waktu Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Peserta
1 Pembukaan  Memberikan salam  Menjawab
5 menit  Perkenalan salam
 Menjelaskan TIU dan TIK  Mendengarkan
 Menyebutkan materi yang dan
akan diberikan memperhatikan
2. Inti  Menanyakan (review)  Menjawab
20 menit kepada keluarga tentang pertanyaan
hipertensi menurut penyuuhan
pengetahuannya  Mendengarkan
 Menjelaskan materi dan
tentang: memperhatikan
a. Pengertian hipertensi  Bertanya pada
b. Penyebab terjadinya penyuluh bila
hipertensi masih ada yang
c. Tanda dan gejala belum jelas
hipertensi
Laporan Pertanggungjawaban Praktik Belajar Lapangan Keperawatan Keluarga- 2017
Pendidikan Kesehatan Tentang Penyakithipertensi Vesikulobulosa dan
Perawatan Mainan Pada Bayi – PSIK Universitas Jember

3 Penutup  Evaluasi  Menjawab


5 menit  Menyimpulkan pertanyaan
 Mengucapkan salam  Memperhatikan
penutup  Menjawab
salam

VIII. Evaluasi
Jelaskan pengertian hipertensi ?
Jelaskan penyebab hipertensi ?
Jelaskan tanda dan gejala hipertensi ?
Laporan Pertanggungjawaban Praktik Belajar Lapangan Keperawatan Keluarga- 2017
Pendidikan Kesehatan Tentang Penyakithipertensi Vesikulobulosa dan
Perawatan Mainan Pada Bayi – PSIK Universitas Jember

Lampiran 4 : Materi
IMPETIGO BULOSA
I. Pengertian Hipertensi
Hipertensi lebih dikenal dengan istilah penyakit tekanan darah tinggi.Batas
tekanan darah yang dapat digunakan sebagai acuan untuk menentukan normal
atau tidaknya tekanan darah adalah tekanan sistolik dan diastolik. Berdasarkan
JNC (Joint National Comitee) VII, seorang dikatakan mengalami hipertensi
jika tekanan sistolik 140 mmHg atau lebih dan diastolik 90 mmHg atau lebih.
(Chobaniam, 2003)
Hipertensi didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan
sistoliknya diatas 140 mmHg dan tekanan diastolik diatas 90 mmHg. Pada
populasi lanjut usia, hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160
mmHg dan tekanan diastolik 90 mmHg (Sheps, 2005).
J. Etiologi Hipertensi
3. Hipertensi Essensial
Hipertensi essensial atau idiopatik adalah hipertensi tanpa kelainan
dasar patologis yang jelas.Lebih dari 90% kasus merupakan hipertensi
essensial.Penyebab hipertensi meliputi faktor genetik dan lingkungan.
Faktor genetik mempengaruhi kepekaan terhadap natrium, kepekaan
terhadap stress, reaktivitas pembuluh darah terhadap vasokontriktor,
resistensi insulin dan lain-lain. Sedangkan yang termasuk faktor lingkungan
antara lain diet, kebiasaan merokok, stress emosi, obesitas dan lain-lain
(Nafrialdi, 2009).
Pada sebagian besar pasien, kenaikan berat badan yang berlebihan dan
gaya hidup tampaknya memiliki peran yang utama dalam menyebabkan
hipertensi. Kebanyakan pasien hipertensi memiliki berat badan yang
berlebih dan penelitian pada berbagai populasi menunjukkan bahwa
kenaikan berat badan yang berlebih (obesitas) memberikan risiko 65-70 %
untuk terkena hipertensi primer (Guyton, 2008)
4. Hipertensi Sekunder
Laporan Pertanggungjawaban Praktik Belajar Lapangan Keperawatan Keluarga- 2017
Pendidikan Kesehatan Tentang Penyakithipertensi Vesikulobulosa dan
Perawatan Mainan Pada Bayi – PSIK Universitas Jember

Meliputi 5-10% kasus hipertensi merupakan hipertensi sekunder dari


penyakit komorbid atau obat-obat tertentu yang dapat meningkatkan
tekanan darah.Pada kebanyakan kasus, disfungsi renal akibat penyakit
ginjal kronis atau penyakit renovaskular adalah penyebab sekunder yang
paling sering.Obat-obat tertentu, baik secara langsung ataupun tidak, dapat
menyebabkan 11 hipertensi atau memperberat hipertensi dengan menaikkan
tekanan darah.(Oparil, 2003)
Hipertensi yang penyebabnya dapat diketahui, sering berhubungan
dengan beberapa penyakit misalnya ginjal, jantung koroner, diabetes dan
kelainan sistem saraf pusat (Sunardi, 2000).
K. Klasifikasi Hipertensi
Klasifikasi tekanan darah oleh JNC VII untuk pasien dewasa berdasarkan
rata-rata pengukuran dua tekanan darah atau lebih pada dua atau lebih
kunjungan klinis.Klasifikasi tekanan darah mencakup 4 kategori, dengan nilai
normal tekanan darah sistolik (TDS).
Krisis hipertensi merupakan suatu keadaan klinis yang ditandai oleh tekanan
darah yang sangat tinggi yang kemungkinan dapat menimbulkan atau telah
terjadinya kelainan organ target. Biasanya ditandai oleh tekanan darah
>180/120 mmHg, dikategorikan sebagai hipertensi emergensi atau hipertensi
urgensi (American Diabetes Association, 2003)
Pada hipertensi emergensi, tekanan darah meningkat ekstrim disertai
dengan kerusakan organ target akut yang bersifat progresif, sehingga tekanan
darah harus diturunkan segera (dalam hitungan menit-jam) untuk mencegah
kerusakan organ lebih lanjut. Contoh gangguan organ target akut antara lain,
encephalopathy, pendarahan intrakranial, gagal ventrikel kiri akut disertai
edema paru, dissecting aortic aneurysm, angina pectoris tidak stabil dan
eklampsia atau hipertensi berat selama kehamilan (Depkes 2006a,)
L. Patofisiologi Hipertensi
Mekanisme yang mengontrol kontriksi dan relaksasi pembuluh darah
terletak di pusat vasomotor pada medula di otak.Dari pusat vasomotor ini
bermula jaras saraf simpatis yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan
Laporan Pertanggungjawaban Praktik Belajar Lapangan Keperawatan Keluarga- 2017
Pendidikan Kesehatan Tentang Penyakithipertensi Vesikulobulosa dan
Perawatan Mainan Pada Bayi – PSIK Universitas Jember

keluar dari kolumna medula spinalis ke ganglia simpatis di toraks dan


abdomen.Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang
bergerak ke bawah melalui saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini,
neuron preganglion melepaskan asetilkolin yang akan merangsang serabut
saraf pascaganglion ke pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya
norpinefrin mengakibatkan kontriksi pembuluh darah (Brunner, 2002)
Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi
respon pembuluh darah terhadap rangsangan vasokontriktor.Individu dengan
hipertensi sangat sensitif terhadap norpinefrin, meskipun tidak diketahui
dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi.(Corwin, 2005)
Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang pembuluh
darah sebagai respon rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang
mengakibatkan tambahan aktivitas vasokontriksi.Korteks adrenal
mengsekresikan kortisol dan steroid lainnya yang dapat memperkuat respon
vasokontriktor pembuluh darah.Vasokontriksi yang mengakibatkan penurunan
aliran darah ke ginjal dapat menyebabkan pelepasan renin.Renin merangsang
pembentukkan angiotensin I yang kemudian diubah menjadi angiotensin II,
suatu vasokontriktor kuat, yang pada gilirannya merangsang sekresi aldosteron
oleh korteks adrenal.Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh
tubulus ginjal sehingga menyebabkan peningkatan volume
intravaskuler.Semua faktor tersebut cenderung mencetuskan keadaan
hipertensi.(Brunner, 2002)
Perubahaan struktural dan fungsional pada sistem pembuluh darah perifer
bertanggung jawab pada perubahaan tekanan darah yang terjadi pada lanjut
usia. Perubahaan tersebut meliputi aterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan
ikat dan penurunan dalam relaksasi otot polos pembuluh darah yang
menyebabkan penurunan distensi dan daya regang pembuluh darah. Akibat hal
tersebut, aorta dan arteri besar mengalami penurunan kemampuan dalam
mengakomodasi volume darah yang dipompa oleh 14 jantung (volume
sekuncup) sehingga mengakibatkan penurunan curah jantung dan peningkatan
tahanan perifer.(Corwin, 2005)
Laporan Pertanggungjawaban Praktik Belajar Lapangan Keperawatan Keluarga- 2017
Pendidikan Kesehatan Tentang Penyakithipertensi Vesikulobulosa dan
Perawatan Mainan Pada Bayi – PSIK Universitas Jember

M. Tanda dan Gejala Hipertensi


Pada pemeriksaan fisik, tidak dijumpai kelainan apapun selain tekanan
darah yang tinggi, tetapi dapat pula ditemukan perubahan pada retina, seperti
perdarahan, eksudat, penyempitan pembuluh darah, dan pada kasus berat dapat
ditemukan edema pupil (edema pada diskus optikus).
Menurut Price 2005, gejala hipertensi antara lain:
i. Sakit kepala bagian belakang
j. Kaku kuduk
k. Sulit tidur
l. Gelisah
m. Dada berdebar-debar
n. Lemas
o. Sesak nafas
p. Berkeringat

Gejala-gejala penyakit yang biasa terjadi baik pada penderita hipertensi


maupun pada seseorang dengan tekanan darah yang normal hipertensi
yaitu sakit kepala, gelisah, jantung berdebar, perdarahan hidung, sulit
tidur, sesak nafas, cepat marah, telinga berdenging, tekuk terasa berat,
berdebar dan sering kencing di malam hari.

Gejala akibat komplikasi hipertensi yang pernah dijumpai meliputi


gangguan penglihatan, saraf, jantung, fungsi ginjal dan gangguan
serebral (otak) yang mengakibatkan kejang dan pendarahan pembuluh
darah otak yang mengakibatkan kelumpuhan dan gangguan kesadaran
hingga koma (Cahyono, 2008).

N. Faktor-Faktor Risiko Hipertensi


Terdapat beberapa faktor yang dibagi menjadi dua yaitu:
3. Faktor risiko yang tidak dapat diubah, antara lain:
d) Usia
Laporan Pertanggungjawaban Praktik Belajar Lapangan Keperawatan Keluarga- 2017
Pendidikan Kesehatan Tentang Penyakithipertensi Vesikulobulosa dan
Perawatan Mainan Pada Bayi – PSIK Universitas Jember

Usia mempengaruhi terjadinya hipertensi. Dengan bertambahnya umur,


risiko terkena hipertensi menjadi lebih besar sehingga prevalensi
hipertensi di kalangan usia lanjut cukup tinggi, yaitu sekitar 40%,
dengan kematian sekitar di atas usia 65 tahun. (Depkes, 2006b) Pada
usialanjut, hipertensi terutama ditemukan hanya berupa kenaikan
tekanan sistolik. Sedangkan menurut WHO memakai tekanan diastolik
sebagai bagian tekanan yang lebih tepat dipakai dalam menentukan ada
tidaknya hipertensi.Tingginya hipertensi sejalan dengan bertambahnya
umur yang disebabkan oleh perubahan struktur pada pembuluh darah
besar, sehingga lumen menjadi lebih sempit dan dinding pembuluh
darah menjadi lebih kaku, sebagai akibatnya terjadi peningkatan
tekanan darah sistolik.
e) Jenis kelamin
Faktor gender berpengaruh pada terjadinya hipertensi, dimana pria
lebih banyak yang menderita hipertensi dibandingkan wanita, dengan
rasio sekitar 2,29 untuk peningkatan tekanan darah sistolik. Pria diduga
memiliki gaya hidup yang cenderung dapat meningkatkan tekanan
darah dibandingkan dengan wanita (Depkes, 2006b). Namun, setelah
memasuki manopause, prevalensi hipertensi pada wanita meningkat.
Setelah usia65 tahun, terjadinya hipertensi pada wanita lebih meningkat
dibandingkan dengan pria yang diakibatkan faktor hormonal.
f) Keturunan (genetik)
Riwayat keluarga dekat yang menderita hipertensi (faktor keturunan)
juga mempertinggi risiko terkena hipertensi, terutama pada hipertensi
primer (essensial).Tentunya faktor genetik ini juga dipenggaruhi
faktor-faktor lingkungan, yang kemudian menyebabkan seorang
menderita hipertensi. Faktor genetik juga berkaitan dengan
metabolisme pengaturan garam dan renin membran sel. Menurut
Davidson bila kedua orang tuanya menderita hipertensi, maka sekitar
45% akan turun ke anak-anaknya dan bila salah satu orang tuanya yang
Laporan Pertanggungjawaban Praktik Belajar Lapangan Keperawatan Keluarga- 2017
Pendidikan Kesehatan Tentang Penyakithipertensi Vesikulobulosa dan
Perawatan Mainan Pada Bayi – PSIK Universitas Jember

menderita hipertensi maka sekitar 30% akan turun ke anak-anaknya.


(Depkes, 2006b)
4. Faktor risiko yang dapat diubah
Faktor risiko penyakit jantung koroner yang diakibatkan perilaku tidak
sehat dari penderita hipertensi antara lain merokok, diet rendah serat,
kurang aktifitas gerak, berat badan berlebihan/kegemukan, komsumsi
alkohol, hiperlipidemia atau hiperkolestrolemia, stress dan komsumsi
garam berlebih sangat berhubungan erat dengan hipertensi. (Depkes,
2006b)
h) Kegemukan (obesitas)
Kegemukan (obesitas) adalah presentase abnormalitas lemak yang
dinyatakan dalam Indeks Massa Tubuh (IMT) yaitu perbandingan
antara berat badan dengan tinggi badan kuadrat dalam meter.Kaitanerat
antara kelebihan berat badan dan kenaikan tekanan darah telah
dilaporkan oleh beberapa studi.Berat badan dan IMT berkorelasi
langsung dengan tekanan darah, terutama tekanan darah
sistolik.Sedangkan, pada penderita hipertensi ditemukan sekitar 20-
33% memiliki berat badan lebih (overweight).(Depkes, 2006b)
IMT merupakan indikator yang paling sering digunakan untuk
mengukur tingkat populasi berat badan lebih dan obesitas pada orang
dewasa.Obesitas bukanlah penyebab hipertensi.Akan tetapi prevalensi
hipertensi pada obesitas jauh lebih besar.Risiko relatif untuk menderita
hipertensi pada orang gemuk 5 kali lebih tinggi dibandingkan dengan
seorang yang badannya normal.Pada penderita hipertensi ditemukan
sekitar 20-33% memiliki berat badan lebih (overweight).(Depkes,
2006b).Hipertensi pada seseorang yang kurus atau normal dapat juga
disebabkan oleh sistem simpatis dan sistem renin
angiotensin.(Suhardjono,2006) Aktivitas dari saraf simpatis adalah
mengatur fungsi saraf dan hormon, sehingga dapat meningkatkan
denyut jantung, menyempitkan pembuluh darah, dan meningkatkan
retensi air dan garam.(Syaifudin, 2006)
Laporan Pertanggungjawaban Praktik Belajar Lapangan Keperawatan Keluarga- 2017
Pendidikan Kesehatan Tentang Penyakithipertensi Vesikulobulosa dan
Perawatan Mainan Pada Bayi – PSIK Universitas Jember

i) Psikososial dan stress


Stress adalah suatu kondisi yang disebabkan oleh adanya transaksi
antara individu dengan lingkungannya yang mendorong seseorang
untuk mempersepsikan adanya perbedaan antara tuntutan situasi dan
sumber daya (biologis, psikologis dan sosial) yang ada pada diri
seseorang. (Depkes, 2006b)
Stress atau ketegangan jiwa (rasa tertekan, murung, rasa marah,
dendam, rasa takut dan rasa bersalah) dapat merangsang kelenjar anak
ginjal melepaskan hormon adrenalin dan memacu jantung berdenyut
lebih cepat serta lebih kuat, sehingga tekanan darah akan meningkat.
Jika stress berlangsung lama, tubuh akan berusaha mengadakan
penyesuaian sehingga timbul kelainan organis atau perubahaan
patologis.
j) Merokok
Zat-zat kimia beracun seperti nikotin dan karbon monoksida yang
dihisap melalui rokok yang masuk ke dalam aliran darah dapat merusak
lapisan endotel pembuluh darah arteri yang mengakibatkan proses
artereosklerosis dan tekanan darah tinggi. Merokok juga meningkatkan
denyut jantung dan kebutuhan oksigen untuk disuplai ke otot-otot
jantung.Merokok pada penderita tekanan darah tinggi semakin
meningkatkan risiko kerusakan pada pembuluh darah arteri.(Depkes,
2006b).
k) Olahraga
Aktivitas fisik adalah gerakan yang dilakukan oleh otot tubuh dan
sistem penunjangnya.Selama melakukan aktivitas fisik, otot
membutuhkan energi diluar metabolisme untuk bergerak, sedangkan
jantung dan paru-paru memerlukan tambahan energi untuk
mengantarkan zat-zat gizi dan oksigen ke seluruh tubuh dan untuk
mengeluarkan sisa-sisa dari tubuh.(Supariasa, 2001)
Olahraga dapat menurunkan risiko penyakit jantung koroner melalui
mekanisme penurunan denyut jantung, tekanan darah, penurunan tonus
Laporan Pertanggungjawaban Praktik Belajar Lapangan Keperawatan Keluarga- 2017
Pendidikan Kesehatan Tentang Penyakithipertensi Vesikulobulosa dan
Perawatan Mainan Pada Bayi – PSIK Universitas Jember

simpatis, meningkatkan diameter arteri koroner, sistem kolateralisasi


pembuluh darah, meningkatkan HDL (High Density Lipoprotein)dan
menurunkan LDL (Low Density Lipoprotein) darah. Melalui kegiatan
olahraga, jantung dapat bekerja secara lebih efisien.Frekuensi denyut
nadi berkurang, namun kekuatan jantung semakin kuat, penurunan
kebutuhan oksigen jantung pada intensitas tertentu, penurunan lemak
badan dan berat badan serta menurunkan tekanan darah.(Cahyono,
2008).Olahraga yang teratur dapat membantu menurunkan tekanan
darah dan bermanfaat bagi penderita hipertensi ringan.Pada orang
tertentu dengan melakukan olahraga aerobik yang teratur dapat
menurunkan tekanan darah tanpa perlu sampai berat badan turun
(Depkes, 2006b).
l) Konsumsi alkohol berlebih
Pengaruh alkohol terhadap kenaikan tekanan darah telah
dibuktikan.Mekanisme peningkatan tekanan darah akibat alkohol
masih belum jelas. Namun, diduga peningkatan kadar kortisol dan
peningkatan volume sel darah merah serta kekentalan darah berperan
dalam menaikkan tekanan darah.Komsumsi alkohol seharusnya kurang
dari dua kali per hari pada laki-laki untuk pencegahan peningkatan
tekanan darah.Bagi perempuan dan orang yang memiliki berat badan
berlebih, direkomendasikan tidak lebih satu kali minum per
hari.(Krummel, 2004)
m) Komsumsi garam berlebihan
Garam menyebabkan penumpukan cairan dalam tubuh karena menarik
cairan di luar sel agar tidak dikeluarkan, sehingga akan meningkatkan
volume dan tekanan darah. Pada sekitar 60% kasus hipertensi primer
(essensial) terjadi respon penurunan tekanan darah dengan mengurangi
asupan garam 3 gram atau kurang, ditemukan tekanan darah rata-rata
rendah, sedangkan pada masyarakat asupan garam sekitar 7-8 gram
tekanan rata-rata lebih tinggi. (Depkes, 2006b)
n) Hiperlipidemia/Hiperkolestrolemia
Laporan Pertanggungjawaban Praktik Belajar Lapangan Keperawatan Keluarga- 2017
Pendidikan Kesehatan Tentang Penyakithipertensi Vesikulobulosa dan
Perawatan Mainan Pada Bayi – PSIK Universitas Jember

Kelainan metabolisme lipid (lemak) yang ditandai dengan


peningkatan kadar kolestrol total, trigliserida, kolestrol LDL atau
penurunan kadar kolestrol HDL dalam darah. Kolestrol merupakan
faktor penting dalam terjadinya aterosklerosis yang mengakibatkan
peninggian tahanan perifer pembuluh darah sehingga tekanan darah
meningkat.
O. Komplikasi Hipertensi
Menurut Elisabeth J Corwin 2005, komplikasi hipertensi terdiri dari stroke,
infark miokard, gagal ginjal, ensefalopati (kerusakan otak) dan
pregnancyincluded hypertension (PIH)
5) Stroke
Stroke adalah gangguan fungsional otak fokal maupun global akut,
lebih dari 24 jam yang berasal dari gangguan aliran darah otak dan bukan
disebabkan oleh gangguan peredaran darah. Stroke dengan defisit
neurologik yang terjadi tiba-tiba dapat disebabkan oleh iskemia atau
perdarahan otak.Stroke iskemik disebabkan oleh oklusi fokal pembuluh
darah yang menyebabkan turunnya suplai oksigen dan glukosa ke bagian
otak yang mengalami oklusi.(Hacke, 2003)
Stroke dapat timbul akibat pendarahan tekanan tinggi di otak atau
akibat embolus yang terlepas dari pembuluh otak yang terpajan tekanan
tinggi.Stroke dapat terjadi pada hipertensi kronik apabila arteri-arteri yang
memperdarahi otak mengalami hipertrofi dan menebal, sehingga aliran
darah ke daerah-daerah yang diperdarahi berkurang.Arteri-arteri otak yang
mengalami arterosklerosis dapat melemah sehingga meningkatkan
kemungkinan terbentuknya anurisma.(Corwin, 2005)
6) Infark miokardium
Infark miokard dapat terjadi apabila arteri koroner yang
arterosklerotik tidak dapat mensuplai cukup oksigen ke miokardium atau
apabila terbentuk trombus yang menyumbat aliran darah melalui pembuluh
tersebut.Akibat hipertensi kronik dan hipertensi ventrikel, maka kebutuhan
oksigen miokardium mungkin tidak dapat dipenuhi dan dapat terjadi
Laporan Pertanggungjawaban Praktik Belajar Lapangan Keperawatan Keluarga- 2017
Pendidikan Kesehatan Tentang Penyakithipertensi Vesikulobulosa dan
Perawatan Mainan Pada Bayi – PSIK Universitas Jember

iskemia jantung yang menyebabkan infark.Demikian juga, hipertrofi dapat


menimbulkan perubahaan-perubahan waktu hantaran listrik melintasi
ventrikel sehingga terjadi distritmia, hipoksia jantung dan peningkatan
risiko pembentukan bekuan.(Corwin, 2005)
7) Gagal ginjal
Gagal ginjal merupakan suatu keadaan klinis kerusakan ginjal yang
progresif dan irreversible dari berbagai penyebab, salah satunya pada
bagian yang menuju ke kardiovaskular.Mekanisme terjadinya hipertensi
pada gagal ginjal kronik oleh karena penimbunan garam dan air atau sistem
renin angiotensin aldosteron (RAA) (Chung, 1995). Menurut Arief
Mansjoer (2001), hipertensi berisiko 4 kali lebih besar terhadap kejadian
gagal ginjal bila dibandingkan dengan orang yang tidak mengalami
hipertensi. (Mansjoer, 2001)
8) Ensefalopati (kerusakan otak)
Ensefalopati (Kerusakan otak) dapat terjadi terutama pada hipertensi
maligna (hipertensi yang meningkat cepat).Tekanan yang sangat tinggi
pada kelainan ini menyebabkan peningkatan tekanan kapiler dan
mendorong ke dalam ruang intersitium diseluruh susunan saraf
pusat.Neuron-neuron disekitarnya kolaps yang dapat menyebabkan
ketulian, kebutaan dan tak jarang juga koma serta kematian
mendadak.Keterikatan antara kerusakan otak dengan hipertensi, bahwa
hipertensi berisiko 4 kali terhadap kerusakan otak dibandingkan dengan
orang yang tidak menderita hipertensi.(Corwin, 2005)
Laporan Pertanggungjawaban Praktik Belajar Lapangan Keperawatan Keluarga- 2017
Pendidikan Kesehatan Tentang Penyakithipertensi Vesikulobulosa dan
Perawatan Mainan Pada Bayi – PSIK Universitas Jember

Lampiran5 : Media

Anda mungkin juga menyukai