KEDOKTERAN KELUARGA
MODUL KOMPREHENSIF
KELOMPOK 3 :
21
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan masalah pada
kasus ini adalah :
1. Faktor Resiko dan perilaku apa saja yang ditemukan pada pasien
sehingga pasien menderita hipertensi.
2. Evaluasi dari terapi hipertensi pasien.
3. Bagaimana fungsi-fungsi keluarga menurut ilmu kedokteran keluarga.
4. Intervensi yang sudah dilakukan untuk menangani gejala hipertensi.
5. Solusi yang tepat dalam penanganan hipertensi pada pasien.
22
1.5. Manfaat Penelitian
Dengan penelitian ini maka akan didapatkan berbagai macam manfaat
sebagai berikut:
1.5.1. Manfaat untuk puskesmas
Dengan adanya hasil penelitian ini dapat menambah data dan informasi yang
dapat diproses untuk saran dalam peningkatan pelayanan dan mutu puskesmas.
.
1.5.2. Manfaat untuk mahasiswa
A. Menambah ilmu pengetahuan mahasiswa dalam bidang ilmu hipertensi
B. Menambah pengalaman kerja mahasiswa dalam melayanani masyarakat
dengan langsung bersosialisasi ke masyarakat.
23
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Hipertensi
2.1.1. Definisi
Berdasarkan JNC VII, seseorang dikatakan hipertensi bila tekanan
sistoliknya melebihi 140 mmHg dan atau diastoliknya melebihi 90 mmHg
berdasarkan rerata dua atau tiga kali kunjungan yang cermat sewaktu
duduk dalam satu atau dua kali kunjungan.
2.1.2. Epidemiologi
Penyakit hipertensi merupakan peningkatan tekanan darah yang
memberi gejala yang berlanjut untuk suatu target organ, seperti stroke untuk
otak, penyakit jantung koroner untuk pembuluh darah jantung dan untuk
otot jantung. Penyakit ini telah menjadi masalah utama dalam kesehatan
masyarakat yang ada di Indonesia maupun di beberapa negara yang ada di
dunia. Semakin meningkatnya populasi usia lanjut maka jumlah pasien
dengan hipertensi kemungkinan besar juga akan bertambah. Diperkirakan
sekitar 80 % kenaikan kasus hipertensi terutama di negara berkembang
tahun 2025 dari sejumlah 639 juta kasus di tahun 2000, di perkirakan
menjadi 1,15 milyar kasus di tahun 2025. Prediksi ini didasarkan pada
angka penderita hipertensi saat ini dan pertambahan penduduk saat ini.
Angka-angka prevalensi hipertensi di Indonesia telah banyak dikumpulkan
dan menunjukkan di daerah pedesaan masih banyak penderita yang belum
terjangkau oleh pelayanan kesehatan. Baik dari segi case finding maupun
penatalaksanaan pengobatannya. Jangkauan masih sangat terbatas dan
sebagian besar penderita hipertensi tidak mempunyai keluhan. Prevalensi
terbanyak berkisar antara 6 sampai dengan 15%, tetapi angka prevalensi
yang rendah terdapat di Ungaran, Jawa Tengah sebesar 1,8% dan Lembah
Balim Pegunungan Jaya Wijaya, Irian Jaya sebesar 0,6% sedangkan angka
prevalensi tertinggi di Talang Sumatera Barat 17,8%.
24
2.1.3. Patogenesis
Pada dasarnya hipertensi merupakan penyakit multifaktorial yang
timbul akibat berbagai interaksi faktor-faktor resiko tertentu. Faktor-faktor
resiko yang mendorong timbulnya kenaikan. Mekanisme yang mengontrol
konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak di pusat vasomotor, pada
medula di otak. Dari pusat vasomotor ini bermula jaras saraf simpatis, yang
berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna medula
spinalis ke ganglia simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat
vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak kebawah
melalui saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion
melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang serabut saraf pascaganglion
ke pembuluh darah kapiler, dimana dengan dilepaskannya norepinefrin
mengakibatkan konstriksi pembuluh darah kapiler. Berbagai faktor seperti
kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respon pembuluh darah
terhadap rangsang vasokontriktor. Individu dengan hipertensi sangat sensitif
terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui denganjelas mengapa hal
tersebut bisa terjadi. Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis
merangsang pembuluh darah sebagai respon rangsang emosi, kelenjar
adrenal juga terangsang mengakibatkan tambahan aktivitas vasokontriksi.
Medula adrenal mengsekresi epinefrin yang menyebabkan vasokontriksi.
Korteks adrenal mengsekresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapt
memperkuat respon vasokontriktor pembuluh darah. Vasokontriksi yang
mengakibatkan penurunan aliran darah ke ginjal, menyebabkan pelepasan
renin. Renin merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah
menjadi angiotensin II, suatuvasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya
merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini
menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan
peningkatan volume intravaskuler. Semua faktor tersebut cenderung
mencetus keadaan hipertensi. Perubahan struktural dan fungsional pada
sistem pembuluh darah perifer bertanggung jawab pada perubahan tekanan
darah yang terjadi pada lanjut usia. Perubahan tersebut meliputi
25
aterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan ikat, dan penurunan dalam
relaksasi otot polos pembuluh darah, yang pada gilirannya menurunkan
kemampuan distensi dan daya regang pembuluh darah. Konsekuensinya,
aorta dan arteri besar berkurang kemampuannya dalam mengakomodasi
volume darah yang dipompa oleh jantung (volume sekuncup),
mengakibatkan penurunan curah jantung dan peningkatan tahanan perifer.
26
tubuh terdapat sistem yang berfungsi mencegah perubahan tekanan darah
secara akut yang disebabkan oleh gangguan sirkulasi yang berusaha untuk
mempertahankan kestabilan tekanan darah dalam jangka panjang. Sistem
pengendalian tekanan darah sangat kompleks. Pengendalian dimulai dari
sistem yang bereaksi dengan cepat misalnya reflek kardiovaskuler melalui
sistem saraf, reflek kemoreseptor, respon iskemia, susunan saraf pusat yang
berasal dari atrium, arteri pulmonalis otot polos. Dari sistem pengendalian
yang bereaksi sangat cepat diikuti oleh sistem pengendalian yang bereaksi
kurang cepat, misalnya perpindahan cairan antara sirkulasi kapiler dan
rongga intertisial yang dikontrol hormon angiotensin dan vasopresin.
Kemudian dilanjutkan sistem yang poten dan berlangsung dalam jangka
panjang misalnya kestabilan tekanan darah dalam jangka panjang
dipertahankan oleh sistem yang mengatur jumlah cairan tubuh yang
melibatkan berbagai organ. Peningkatan tekanan darah pada hipertensi
primer dipengaruhi oleh beberapa faktor genetik yang menimbulkan
perubahan pada ginjal dan membran sel, aktivitas saraf simpatis dan renin,
angiotensin yang mempengaruhi keadaan hemodinamik, asupan natrium dan
metabolisme natrium dalam ginjal serta obesitas dan faktor endotel. Akibat
yang ditimbulkan dari penyakit hipertensi antara lain penyempitan arteri
yang membawa darah dan oksigen ke otak, hal ini disebabkan karena
jaringan otak kekurangan oksigen akibat penyumbatan atau pecahnya
pembuluh darah otak dan akan mengakibatkan kematian pada bagian otak
yang kemudian dapat menimbulkan stroke. Komplikasi lain yaitu rasa sakit
ketika berjalan kerusakan pada ginjal dan kerusakan pada organ mata yang
dapat mengakibatkan kebutaan, sakit kepala, Jantung berdebar-debar, sulit
bernafas setelah bekerja keras atau mengangkat beban kerja, mudah lelah,
penglihatan kabur, wajah memerah, hidung berdarah, sering buang air kecil
terutama di malam hari telingga berdering (tinnitus) dan dunia terasa
berputar.
27
2.1.4. Gejala Klinis
Gambaran klinis pasien hipertensi meliputi nyeri kepala saat
terjaga, kadang-kadang disertai mual dan muntah, akibat peningkatan
tekanan darah intrakranial. Penglihatan kabur akibat kerusakan retina
akibat hipertensi. Ayunan langkah yang tidak mantap karena kerusakan
susunan saraf pusat. Nokturia karena peningkatan aliran darah ginjal dan
filtrasi glomerulus. Edema dependen dan pembengkakan akibat
peningkatan tekanan kapiler. Gejala lain yang umumnya terjadi pada
penderita hipertensi yaitu pusing, muka merah, sakit kepala, keluaran
darah dari hidung secara tiba-tiba, tengkuk terasa pegal dan lain- lain.
a. Usia
Usia mempengaruhi faktor resiko terkena hipertensi dengan kejadian
paling tinggi pada usia 30 – 40 th. Kejadian 2x lebih besar pada orang
kulit hitam, dengan 3x lebih besar pada laki-laki kulit hitam, dan 5x lebih
besar untuk wanita kulit hitam.
b. Jenis kelamin
Komplikasi hipertensi meningkat pada seseorang dengan jenis kelamin laki-
laki.
c. Riwayat keluarga
Riwayat keluarga dengan hipertensi memberikan resiko terkena
hipertensi sebanyak 75%
d. Obesitas
Meningkatnya berat badan pada masa anak-anak atau usia pertengahan
resiko hipertensi meningkat.
28
e. Serum lipid
Meningkatnya triglycerida atau kolesterol meninggi resiko dari hipertensi.
f. Diet
Meningkatnya resiko dengan diet sodium tinggi, resiko meninggi pada
masyarakat industri dengan tinggi lemak, diet tinggi kalori.
g. Merokok
Resiko terkena hipertensi dihubungkan dengan jumlah rokok dan lamanya
merokok. Terdapat penambahan kriteria, sebagai berikut :
h. Keturunan atau Gen
Kasus hipertensi esensial 70%-80% diturunkan dari orang tuanya kepada
anaknya.
i. Stres Pekerjaan
Hampir semua orang di dalam kehidupan mereka mengalami stress
berhubungan dengan pekerjaan mereka. Stres dapat meningkatkan tekanan
darah dalam waktu yang pendek, tetapi kemungkinan bukan penyebab
meningkatnya tekanan darah dalam waktu yang panjang
j. Asupan Garam
Konsumsi garam memiliki efek langsung terhadap tekanan darah. Terdapat
bukti bahwa mereka yang memiliki kecenderungan menderita hipertensi
secara keturunan memiliki kemampuan yang lebih rendah untuk
mengeluarkan garam dari tubuhnya
k. Aktivitas Fisik (Olahraga)
Olahraga lebih banyak dihubungkan dengan pengelolaan hipertensi karena
olahraga isotonik dan teratur dapat menurunkan tekanan darah.
29
Banyak faktor yang mempengaruhinya seperti genetik, lingkungan,
hiperaktivitas susunan saraf simpatis, sistem renin-angiotensin, defek dalam
ekskresi Na, peningkatan Na dan Ca intraselular, dan faktor-faktor yang
meningkatkan risiko, seperti obesitas, alkohol, merokok, serta polisitemia.
30
Berdasarkan anamnesis, sebagian besar pasien hipertensi bersifat
asimptomatik. Beberapa pasien mengalami keluhan berupa sakit kepala, rasa
seperti berputar, atau penglihatan kabur. Hal yang dapat menunjang
kecurigaan ke arah hipertensi sekunder antara lain penggunaan obat-obatan
seperti kontrasepsi hormonal, kortikosteroid, dekongestan maupun NSAID,
sakit kepala paroksismal, berkeringat atau takikardi serta adanya riwayat
penyakit ginjal sebelumnya. Pada anamnesis dapat pula digali mengenai
faktor resiko kardiovaskular seperti merokok, obesitas, aktivitas fisik yang
kurang, dislipidemia, diabetes milletus, mikroalbuminuria, penurunan laju
GFR, dan riwayat keluarga.
31
renovaskular, dapat dilakukan CT angiografi arteri renalis, USG ginjal,
Doppler Sonografi.
2.1.7. Tatalaksana
Target tekanan darah <150/90, untuk individu dengan diabetes, gagal ginjal,
dan individu dengan usia > 60 tahun <140/90
32
ada atau tidaknya usia, ras, serta ada atau tidaknya gagal ginjal kronik.
Apabila terapi antihipertensi sudah dimulai, pasien harus rutin kontrol dan
mendapat pengaturan dosis setiap bulan hingga target tekanan darah
tercapai. Perlu dilakukan pemantauan tekanan darah, LFG dan elektrolit.
1. Diuretik
Obat-obatan jenis diuretik bekerja dengan mengeluarkan cairan tubuh (lewat
kencing), sehingga volume cairan tubuh berkurang mengakibatkan daya
pompa jantung menjadi lebih ringan dan berefek pada turunnya tekanan
darah. Contoh obat-obatan ini adalah: Bendroflumethiazide, chlorthizlidone,
hydrochlorothiazide, dan indapamide.
2. ACE-Inhibitor
Kerja obat golongan ini menghambat pembentukan zat angiotensin II (zat
yang dapat meningkatkan tekanan darah). Efek samping yang sering timbul
adalah batuk kering, pusing sakit kepala dan lemas. Contoh obat yang
tergolong jenis ini adalah Catopril, enalapril, dan lisinopril.
3. Calsium channel blocker
Golongan obat ini berkerja menurunkan menurunkan daya pompa jantung
dengan menghambat kontraksi otot jantung (kontraktilitas). Contoh obat
yang tergolong jenis obat ini adalah amlodipine, diltiazem dan nitrendipine.
4. ARB
Kerja obat ini adalah dengan menghalangi penempelan zat angiotensin II
pada reseptornya yang mengakibatkan ringannya daya pompa jantung.
Obat-obatan yang termasuk golongan ini adalah eprosartan, candesartan,
dan losartan.
33
5. Betablocker
Mekanisme obat antihipertensi ini adalah melalui penurunan daya pompa
jantung. Jenis obat ini tidak dianjurkan pada penderita yang telah diketahui
mengidap gangguan pernafasan seperti asma bronchial. Contoh obat yang
tergolong ke dalam beta blocker adalah atenolol, bisoprolol, dan beta
metoprolol.
34
Pengobatan tradisional yang dipercayai dapat menurunkan tekanan darah.
Jenis tanaman herbal yang digunakan adalah
1. Belimbing wuluh
Belimbing wuluh memiliki kandungan vitamin C yang sangat banyak yaitu
tiap 100 gram belimbing wuluh memiliki 52 mg vitamin C. Vitamin C yang dapat
memperkuat otot jantung serta kandungan saponin yang dapat meningkatkan
absorpsi senyawa-senyawa diuretikum (natrium, klorida dan air) di tubulus
distalis ginjal sangat bermanfaat untuk menurunkan atau mencegah terjadinya
hipertensi.
2. Belimbing manis
Belimbing manis memiliki banyak kandungan vitamin C dan air yang
cukup tinggi. Setiap 100 gram belimbing manis mengandung 30 mg vitamin C.
Selain itu, belimbing manis juga mempunyai kandungan pektin yang cukup tinggi.
Pektin merupakan unsur zat pada belimbing manis yang mampu mengikat
kolesterol dan asam empedu yang terdapat dalam usus dan membantu
pengeluarannya. Mengkonsumsi belimbing manis bisa untuk mengurangi kadar
kolesterol di dalam tubuh.
3. Teh hijau
Dengan mengkonsumsi teh hijau dapat meninggkatkan kesehatan jantung dan
metabolisme tubuh. Kadar flavanoid dalam teh hijau dinilai sangat terbukti dalam
menghalangi reaksi oksidasi kolesterol jahat (LDL) yang menyebabkan darah
mengental, sehingga dapat mencegah pengendapan lemak pada dinding pembuluh
darah.
4. Bawang putih
Dengan mengkonsumsi bawang putih dapat menurunkan kadar kolesterol dalam
pembuluh darah. Bawang putih mengandung senyawa alisin yang dapat
mengganggu terbentuknya kolesterol. Karena kolesterol tak terbentuk, pengerasan
pembuluh darah dapat dicegah. Dengan demikian pembuluh darah tetap lentur dan
tekanan darah tidak naik. Bawang putih juga memiliki kandungan senyawa sulfur
35
yang bermanfaat untuk mengurangi lemak dalam darah dan membantu untuk
mengatur tekanan darah
2.1.8. Komplikasi
Hipertensi yang terjadi dalam kurun waktu yang lama akan berbahaya
sehingga menimbulkan komplikasi. Komplikasi tersebut dapat menyerang
berbagai target organ tubuh yaitu otak, mata, jantung, pembuluh darah arteri, serta
ginjal. Sebagai dampak terjadinya komplikasi hipertensi, kualitas hidup penderita
menjadi rendah dan kemungkinan terburuknya adalah terjadinya kematian pada
penderita akibat komplikasi hipertensi yang dimilikinya.
1. Jantung
2. Otak
36
3. Penyakit ginjal kronis
4. Penyakit arteri perifer
5. Retinopati
2.1.9. Prognosis
37
BAB III
LAPORAN KASUS
38
5. Riwayat Kebiasaan
a. Riwayat Perkawinan : Belum menikah
b. Perilaku
- Kegiatan sehari-hari : Bekerja ,
mengurus rumah dan orangtua
- Olahraga : Intensitas
tinggi dalam aktivitas kerja dan kegiatan
sehari-hari
- Pola makan : 2x sehari dan
tidak teratur, suka makan makanan asin
c. Pekerjaan
- Kegiatan di tempat kerja : Buruh
konveksi 12 jam/hari
- Perilaku di tempat kerja : Operator
mesin obras
d. Keadaan Lingkungan
- Sanitasi : Cukup baik
e. Psikososial
- Sifat kepribadian pasien
: Terbuka
- Hubungan antar anggota keluarga
: Kurang baik
- Hubungan dengan orang lain
: Sangat baik
- Kegiatan organisasi social : Tidak
ada
- Keadaan ekonomi :
Kurang
39
6. Pengobatan Sementara
- Pasien tidak mengkonsumsi obat dari
dokter karena merasa tidak cocok
- Hanya menggunakan obat alternative
seperti, seledri dan bawang putih
40
3.3.6 Penatalaksanaan
- Edukasi tentang pola makan
- Edukasi penyakit hipertensi
- Anjuran untuk datang ke bakti sosial
pengobatan
3.3.7 Kondisi Pasien Saat ini
Pasien tampak sehat, compos mentis, mengeluh sering sakit kepala,
tekanan darah 150/95 mmHg
Denah Rumah :
41
Lantai 1
Kul
kas
dan
bar
ang
Lantai 2
42
3.4.Analisi Kedokteran Keluarga
3.4.1. Daftar Anggota Keluarga yang Tinggal Serumah
No. Nama Umur Umur Hubungan Status Pendidikan Pekerjaan
L P Keluarga
1 Ibu 53 Anak Belum SD konveksi
kartini tahun nikah
2 Ibunya 110 Ibu janda - -
ibu tahun
kartini
3.4.2. Genogram
43
- Fungsi religious : Baik
- Fungsi Budaya : Baik
b. Fungsi Fisiologis
- Adaptasi : Baik
- Kemitraan : Baik
- Pertumbuhan :-
- Kasih Sayang : Kurang
- Kebersamaan : Baik
2. Pengetahuan, Sikap dan Perilaku tentang Kesehatan Dasar
Keluarga
a. Pola makan anggota keluarga : 2x/hari, tidak teratur, menu
seadanya
b. Perilaku Kesehatan Keluarga : Percaya bahwa tidak cocok
obat dokter sehingga lebih suka denga obat
tradisional/alternative
c. Perilaku hidup bersih, usaha pencegahan penyakit : Rutin
pembersihan rumah, kerja bakti.
44
BAB IV
PEMBAHASAN
45
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Pada kasus ini pasien mengalami hipertensi primer essensial yang
pencetusnya adalah stressor. Stressor tersebut adalah perawatan ibunya
yang sudah tidak bias melakukan kegiatan lagi, pasien juga adalah
tulang punggung keluarga. Selain pencetusnya adalah stressor, pasien
memiliki riwayat keluarga hipertensi yang dimana ibunya memiliki
riwayat hipertensi. Hal yang membuat keadaan pasien menjadi lebih
berat adalah tidak adanya fungsi keluarga berupa support keluarga
ataupun pengetahuan keluarga tentang kesehatan. Hal ini menyebabkan
keadaan penyakit hipertensi pasien menjadi tidak terkontrol.
Ketidakpercayaan pasien akan obat-obatan dari dokter dan lebih
memilih obat alternative seperti seledri dan bawang putih semakin
memperberat tingkat keberhasilan tatalaksana yang telah dibelikan oleh
dokter puskesmas setempat. Pada pasien ini prognosis kesembuhannya
sangat kecil karena tidak mengkonsumsi obat yang diberikan sehingga
butuh tindakan lebih lanjut yang harus diberikan seperti memberi
pengetahuan dan pemahaman lebih kepada pasien melalui pihak
puskesmas atau ormas setempat sehingga pasien mengubah perilaku
dan pola pikir untuk mulai menerima dan mempercayai pengobatan
medis dari dokter.
46
5.2. Saran
a. Mahasiswa
Mahasiswa dapat melakukan edukasi kepada pasien dan keluarga
tentang kesehatan dan pentingnya konsumsi obat dalam menangani
penyakit hipertensi
b. Puskesmas
Dalam rangka melakukan pelayanan masyarakat yang menyeluruh
puskesmas dapat melakukan pendataan masyarakat yang kesulitan
untuk berobat, home visit dapat dilakukan kepada masyarakat yang
disabilitas atau tidak mampu berangkat kepuskesmas, penambahan
waktu untuk buka jam berobat bisa dilakukan dihari tertentu untuk
masyarakat yang bekerja sampai malam, dan juga puskesmas dapat
melakukan pelatihan kepada kader dari ormas setempat untuk
pengecekan berkala, seperti dapat menggunakan tensi dan alat
pengecekan mudah lainnya.
c. Pasien dan Keluarga
Pasien dan keluarga harus menerima edukasi tentang pentingnya
penanganan medis terhadap suatu penyakit sehingga pasien dapat
mengubah mindsetnya untuk memulai konsumsi obat dari dokter.
Karena pasien tinggal dengan ibunya yang sudah tidak bisa
menjalankan kegiatan sehari-hari maka pasien disarankan untuk
lebih membangun hubungan dengan masyarakat sekitar sehingga
menimbulkan kasih saying yang baru dan mengurangi rasa stress
yang ada.
47
BAB VI
DAFTAR PUSTAKA
1. The Eight Joint National Commitee. Evidence based guideline for the
management of high blood pressure in adults-Report from the panel
members appointed to the eight joint national commitee. 2014.
2. ESH and ESC. 2013. ESH/ESC Guidelines For the Management Of
Arterial Hypertension. Journal Of hypertension 2013, vol 31, 1281-1357.
3. Harrison’s Principles of Internal Medicine Edition page 1653. The
McGraw – Hill Companies. 2005
4. Mohammad Yogiantoro. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam:
Hipertensi Esensial. Perhipunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam
Indonesia.
5. Stanley., M, & Beare, P. G. 2007. Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Edisi
2. Jakarta: EGC.
6. WHO. 2003. Traditional Medicine. Di akses pada tanggal 24 April 2019
http://www.who.int/mediacent re/factsheets/fs134/en/
7. Sonia, N, R. 2012. The Effect of Cucumber on Blood Pressure Among
Pre- Hypertensive Adults In a Selected Rural Area, Bangalore. ST. John’s
College Of Nursing, Bangalore. India. Di akses pada tanggal 24 April
2019 http://www.google.com
48
Lampiran
49
50
51
52