Anda di halaman 1dari 11

ANALISIS JURNAL KEPERAWATAN KELUARGA

“EFEKTIFITAS JUS SELEDRI TERHADAP PENURUNAN


TEKANAN DARAH PADA LANSIA PENDERITA
HIPERTENSI DI WILAYAH KERJA
PUSKESMAS SIMALINGKAR”

Oleh :

Kiki Meilinda Sari


NIM.22222037

PROGRAM PROFESI NERS FAKULTAS ILMU KESEHATAN


INSTITUT ILMU KESEHATAN DAN TEKNOLOGI
MUHAMMADIYAH PALEMBANG
TAHUN 2022
BAB I
PENDAHULUAN
A. Definisi Hipertensi
Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah suatu peningkatan abnormal
tekanan darah dalam pembuluh darah arteri secara terus menerus lebih dari
suatu periode. Hal ini terjadi bila arteriole-arteriole konstriksi. Kontriksi
arteriole membuat darah sulit mengalir dan meningkatkan tekanan melawan
dinding arteri (Udjianti WJ, 2011). Hipertensi adalah suatu keadaan dimana
seseorang mengalami peningkatan tekanan darah diatas normal yang
mengakibatkan peningkatan angka kesakitan (morbiditas) dan angka
kematian/mortalitas. Peningkatan tekanan darah yang berlangsung dalam
jangka waktu lama (persisten) (Triyanto, 2014).
Hipertensi merupakan suatu keadaan yang menyebabkan tekanan darah
tinggi secara terus-menerus dimana tekanan sistolik lebih dari 140 mmHg,
tekanan diastolik 90 mmHg atau lebih. Hipertensi atau penyakit darah tinggi
merupakan suatu keadaan peredaran darah meningkat secara kronis. Hal ini
terjadi karena jantung bekerja lebih cepat memompa darah untuk memenuhi
kebutuhan oksigen dan nutrisi di dalam tubuh (Koes Irianto, 2014).
B. Etiologi
Menurut WHO (2014), faktor resiko hipertensi adalah umur, jenis
kelamin, riwayat keluarga, genetik (faktor resiko yang tidak dapat
diubah/dikontrol), kebiasaan merokok, konsumsi garam, konsumsi lemak
jenuh, kebiasaan konsumsi minum-minuman beralkohol, obesitas, kurang
aktifitas fisik, stress. Penyebab Hipertensi dapat dikelompokkan menjadi dua
yaitu :
a. Hipertensi primer atau esensial
Hipertensi primer artinya hipertensi yang belum diketahui penyebab
dengan jelas. Berbagai faktor diduga turut berperan sebagai penyebab
hipertensi primer, seperti bertambahnya usia, stres psikologis, pola
konsumsi yang tidak sehat, dan heraditas (keturunan). Sekitar 90% pasien
hipertensi diperkirakan termasuk dalam kategori ini. Faktor-faktor lain
yang dapat dimasukkan dalam penyebab hipertensi jenis ini adalah
lingkungan, kelainan metabolisme, intra seluler, dan faktor-faktor ynag
meningkatkan resikonya seperti obesitas, merokok, konsumsi alkohol, dan
kelainan darah
b. Hipertensi sekunder
Hipertensi sekunder yang penyebabnya sudah diketahui, umumnya berupa
penyakit atau kerusakan organ yang berhubungan dengan gangguan
hormonal, penyakit diabetes, jantung, ginjal, penyakit pembuluh darah
atau berhubungan dengan kehamilan, berhubungan dengan cairan tubuh,
misalnya ginjal yang tidak berfungsi, pemakaian kontrasepsi oral, dan
terganggunya keseimbangan hormon yang merupakan faktor pengatur
tekanan darah. Dapat juga disebabkan oleh penyakit ginjal, penyakit
endokrin, dan penyakit jantung. Pada 5-10% kasus sisanya, penyebab
khususnya sudah diketahui, yaitu gangguan hormonal, penyakit diabetes,
jantung, ginjal, penyakit pembuluh darah atau berhubungan dengan
kehamilan. Kasus yang sering terjadi adalah karena tumor kelenjar
adrenal.
C. Manifestasi Klinis
Menurut Damayanti (2013), gambaran klinis hipertensi umum nya adalah
sebagai berikut :
a. Peninggian tekanan darah
b. Nyeri dada dan sesak nafas pada gangguan jantung
c. Mata kabur dan edema papilla mata
d. Sakit kepala hebat dan nyeri tengkuk
e. Telinga berdengung, mata berkunang-kunang
f. Sulit tidur
g. Gangguan kesadaran dan lateralisasi pada gangguan otak
D. Komplikasi
Menurut Mutaqqin (2012), komplikasi dari penyakit hipertesi yaitu :
a. Stroke dapat terjadi akibat hemoragi akibat tekanan darah tinggi di otak,
atau akibat embolus yang terlepas dari pembuluh selain otak yang terpajan
tekanan tinggi. Stroke dapat terjadi pada hipertensi kronis apabila arteri
yang memperdarahi otak mengalami hipertrofi dan pennebalan sehingga
aliran darah ke area otak yang diperdarahi berkurang
b. Infark miokard dapat terjadi apabila arteri koroner yang alterosklerotik
tidak dapat menyuplai cukup oksigen ke miokardium atau apabila
terbentuk thrombus yang menghambat aliran darah melewatinpembuluh
darah. Pada hipertensi kronis dan hipertrofi ventrikel, kebutuhan oksigen
miokardium mungkiun tidak dapat dipenuhi dan dapat terjadi iskemi
jantung yang menyebabkan infark
c. Gagal ginjal dapat terjadi karena tekanan progresif akibat tekanan tinggi
pada kapiler glomerulus ginjal. Dengan rusak nya glomerulus, aliran darah
ke nefron akan terganggu dan dapat berlanjut menjadi hipoksik dan
kematian
d. Ensefalopati (kerusakan otak) dapat terjadi, terutama pada hipertensi
maligna (hipertensi yang meningkat cepat dan berbahaya). Tekanan yang
sangat tinggi pada kelainan ini menyebabkan tekanan meningkat pada
kapiler dan mendorong cairan ke interstisial diseluruh susunan saraf pusat
e. Kejang dapat terjadi pada wanaita preeklampsia. Bayi yang lahir mungkin
mempunyai berat lahir kecil akibat perfusi plasenta yang tidak adekuat,
kemudian dapat mengalami hipoksia dan asidosis jika ibu mengalami
kejang selama atau sebelum proses persalinan.
E. Patofisiologi
Patofisiologi dari penyakit jantung hipertensi adalah interaksi yang
kompleks dari faktor hemodinamik, struktural, neuroendokrin, selular, dan
molekular. Di satu sisi faktor-faktor ini berperan dalam perkembangan
hipertensi dan komplikasinya, sementara di sisi lain peningkatan tekanan
darah juga mempengaruhi faktor-faktor tersebut. Peningkatan tekanan darah
akan menyebabkan perubahan struktur dan fungsi jantung dengan 2 jalur:
secara langsung melalui peningkatan afterload dan secara tidak langsung
melalui interaksi neurohormonal dan vaskular (Riaz , 2013).
Hipertrofi ventrikel kiri merupakan kompensasi jantung menghadapi
tekanan darah tinggi ditambah dengan faktor neurohormonal yang ditandai
oleh penebalan konsentrik otot jantung (hipertrofi konsentrik). Fungsi
diastolik akan mulai terganggu akibat dari gangguan relaksasi ventrikel kiri,
kemudian disusul oleh dilatasi ventrikel kiri (hipertrofi eksentrik).
Rangsangan simpatis dan aktivasi sistem RAA memacu mekanisme Frank-
Starling melalui peningkatan volume diastolik ventrikel sampai tahap tertentu
dan pada akhirnya akan terjadi gangguan kontraksi miokard
(penurunan/gangguan fungsi diastolik) (PAPDI, 2009).
BAB II
PEMBAHASAN
A. Kasus
Seorang Ny.L berusia 65 tahun yang memiliki anggota keluarga 5 orang Ny.L
mengatakan untuk dirinya dia yang sering merasakan jantung berdebar-debar,
mengatakan sakit kepala serta telinga berdengung ketika dia memakan durian
dan sering konsumsi garam . Ny. L mengatakan ingin tahu makanan apa saja
yang dapat menyebabkan darahnya naik dan cara pencegahan saat darahnya
naik. Ny.L juga mengatakan untuk mengatasi tersebut dengan meminum obat .
B. Pertanyaan Klinis
Apakah ada Efektifitas Jus Seledri Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada
Lansia Penderita Hipertensi Di Wilayah Kerja Puskesmas Simalingkar?
BAB III
ANALISIS JURNAL
1. Metode Pencarian Jurnal
P : Hipertensi
I : Jus Seledri
C : Tidak ada pembanding
O : Terhadap Penurunan Tekanan Darah
2. Searching Literature (Journal)
Setelah dilakukan Searching Literature (Journal) di google scholar, didapatkan
24 journal yang terkait dan dipilih jurnal dengan judul “Efektifitas Jus Seledri
Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada Lansia Penderita Hipertensi Di
Wilayah Kerja PuskesmasSimalingkar”
3. Hasil penelusuran
a) Validity
1. Desain
Desain penelitian ini adalah Pre-Post Experiment dengan rancangan
yang digunakan untuk mengetahui efektifitas jus seledri terhadap
penurunan tekanan darah pada penderita hipertensi dengan uji t
dependen (paired t test)
2. Sampel
Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah
purposive sampling, dengan kriteria sampel adalah penderita
hipertensi, berusia ≥60 tahun sampai dengan 74 tahun, bersedia
menjadi responden. Maka jumlah sampel pada penelitian ini adalah
sebesar 10 sampel.
Kriteria Inklusi dan ekslusi
Inklusi :
a. Penderita hipertensi, berusia ≥60 tahun sampai dengan 74 tahun,
bersedia menjadi responden
b. Lansia yang menderita hipertensi yang datang dan bersedia menjadi
sampelpenelitian selama waktu penelitian
Ekslusi
a. Tidak ada kriteria Ekslusi
3. Randominasi
Tidak dilakukan randomisasi dalam pengambilan sampel.
b) Importance
1. Karakteristik subjek : Pasien dengan penderita Hipertensi
2. Beda proporsi : Penelitian dilakukan di di wilayah kerja Puskesmas
Simalingkar tahun 2020 .Penelitian ini menggunakan desain pre post
eksperimental. Jumlah responden di wilayah kerja Puskesmas
Simalingkar sebanyak 10 responden
c) Applicability
1. Dalam diskusi
2. Karakteristik klien
Pasien dengan penderita hipertensi
3. Fasilitas biaya
Tidak dicantumkan jumlah biaya yang digunakan
4. Diskusi (Membandingkan Jurnal dan kasus)
Berdasarkan hasil penelitian pada kelompok pemberian jus seledri
sebanyak 10 responden yang mengalami hipertensi, didapatkan bahwa
sebelum pemberian jus seledri nilai rata-rata systole 171 mmHg dan dystole
101 mmHg, tetapi sesudah diberikan intervensi yaitu pemberian jus seledri
selama 1 minggu, didapatkan nilai rata-rata systole 141 mmHg dan dystole 87
mmHg dengan selisih setelah diberikan jus seledri terjadi penurunan TD
systolik sebesar 30 mmhg dan dystolik sebesar 14 mmhg. Seledri mengandung
flavonoid, saponin, tanin 1%, minyak asiri 0,033%, flavo-glukosida (apiin),
apigenin, fitosterol, kolin, lipase, pthalides, asparagine, zat pahit, vitamin (A,
B dan C), apiin, minyak menguap, apigenin dan alkaloid, Apigenin. Senyawa
yang terkandung dalam seledri tersebut bersifat anti hipertensi seperti
menurunkan kontraksi pembuluh darah dan menurunkan volume cairan
ekstraseluler (Naqiyya,N., 2020).
Nyeri kepala pada penderita hipertensi disebabkan karena perubahan
struktur pada pembuluh dan arteriola menyebabkan penyumbatan pada
pembuluh darah. Bila pembuluh darah menyempit maka aliran arteri akan
terganggu. Pada jaringan yang terganggu tersebut menyebabkan terjadinya
penurunan O2 dan peningkatan CO2 kemudian terjadi metabolisme anaerob
dalam tubuh yang dapat meningkatkan asam laktat dan menstimulasi peka
terhadap rasa nyeri pada otak, itu mengapa nyeri kepala bisa terjadi atau
dirasakan oleh penderita hipertensi. Nyeri kepala pada penderita hipertensi
menyerang tengkorak kepala mulai dari kening kearah atas dan belakang
kepala menjalar ke leher (Nugroho & Ayubban, 2022).
BAB IV
KESIMPULAN
Dari hasil penelitian ada pengaruh pemberian jus seledri terhadap penurunan
tekanan darah.dengan demikian dapat disimpulkan bahwa jus seledri efektif
terhadap penurunan hipertensi.
DAFTAR PUSTAKA
Apriyanti, M. (2010). Meracik sendiri obat &menu sehat bagi penderita darah
tinggi. Pustaka Baru Press.
Djojoseputro, S. (2012). Seledri:Menjaga Kesehatan & Kecantikan. Stomata.
Firman, A. G. (2017). Studi Komparasi Daun Seledri (Apium Graveolens Linn)
Dalam Bentuk Jus Dan Air Rebusan TerhadapPenurunan Tekanan Darah
Pada Penderita Hipertensi Di Poskesdes, Desa Paringan, Kecamatan
Jenangan, Kabupaten Ponorogo. SkripsiThesis.
Harmilah dan Ekwantini,R.D. (2014). Jus seledri (Apium graveolens)
Menurunkan Tekanan Darah Tikus Rattus Strain Wistar dengan
Hipertensi. Jurnal Teknologi Kesehatan, Vol.10, Hal 28-34.
Kemenkes RI. (2018). Hasil Riset Kesehatan Dasar Tahun 2018. Kementrian
Kesehatan RI, 53(9), 1689–1699.
Kholifah, S. N. (2016). Keperawatan Gerontik. Pusdik SDM Kemenkes.
Khomsan, A. (2010). Pangan Dan Gizi Untuk Kesehatan. Raja Grafindo Persada.
Kosasih dan Hassan, I. (2013). Patofisiologi Klinik. Binarupa Aksara.
Madhavi, D., Kagan, D., Rao, V., dan Murray.,M. T. (2013). A Pilot Study to
Evaluatethe Anti hypertensive Effect of a CeleryExtract in Mild to
Moderate Hypertensive Patients. Natural Medicine Journal, Vol.5(Issue 4).
Naqiyya, N. (2020). Potensi Seledri (Apium Graveolens L) Sebagai Anti
hipertensi.Journal of Health Science and Physiotherapy, 2(2), 160–166.
Narva, A. S., & Ortiz, E. (2014). evidence-based guideline for the management of
high blood pressure inadults: report from the panel members appointed to
the Eighth Joint National Committee (JNC 8). JAMA, 311(5), 507–520.
Rahayu Sri. (2017). Sehat Tanpa obat Dengan Seledri. Rapha Publishing.
Rahmawati, U. (2010). Pengaruh Konsumsi Jus Seledri (Apium graveolens
l)TERHADAP Penurunan Tekanan Darah.Universitas Diponegoro, 2–4.

Anda mungkin juga menyukai