Anda di halaman 1dari 20

BAB 1

PENDAHULUA

1.1 Latar Belakang

Hipertensi adalah masalah kesehatan yang sering terjadi di

masyarakat. Hipertensi yang tidak terkontrol dapat memicu timbulnya

penyakit degeneratif seperti gagal jantung kongestif, gagal ginjal dan

penyakit vaskuler. Hipertensi disebut “silent killer” karena sifatnya

asimptomik dan setelah beberapa tahun menimbulkan stroke yang fatal

atau penyakit jantung. Menurut World Health Organization (WHO)

menyebutkan bahwa hipertensi suatu kondisi dimana pembuluh darah

memiliki tekanan darah sistolik ≥140 mmHg atau tekanan darah diastolik

≥90 mmHg yang menetap (→HO,2012). (Nur,Purwati,Ririn, 2015).

Hipertensi yang tidak terkontrol akan menyebabkan berbagai

komplikasi kesehatan pada lansia yang berusia lebih dari 60 tahun seperti

stroke, penyakit jantung, penyakit ginjal, dan penyakit vaskularisasi

lainnya. Hipertensi dianggap sebagai penyakit yang serius karena dampak

yang ditimbulkan sangat luas, bahkan dapat berakhir kematian pada

kematian. Dampak fisiologis meliputi penurunan aktivitas sehari-hari, rasa

capek, lemah, koordinasi neuromuskuler buruk, proses penyembuhan

lambat, daya tahan tubuh menurun, dan ketidakstabilan tanda vital

sedangkan dampak psikologis meliputi depresi, cemas, tidak konsentrasi,

koping tidak efektif (Hanifa, 2016).

1
Hipertensi merupakan salah satu faktor risiko utama kematian di

seluruh dunia, diperkirakan sekitar 9,4 juta kematian disebabkan oleh

hipertensi. Riskesdas (2018), prevalensi hipertensi di Indonesia pada lansia

yang berusia 55-64 tahun sebesar 53,7%, usia 65-74 tahun sebesar 63,5%,

dan pada lansia 75 tahun ke atas sebesar 73,5%.Survei indikator kesehatan

nasional (sirkesnas) menunjukan prevalensi hipertensi meningkat menjadi

32,4%. Ini ada peningkatan sekitar 7% angka hipertensi terus meningkat

karena faktor resikonya di antaranya masyarakat juga terus mulai dari

kebiasaan merokok, konsumsi garam, hingga minimnya konsumsi buah

dan sayur, selain makanan bisa juga karena aktivitas fisik, stress. Badan

kesehatan dunia (WHO) angkanya meningkat secara global sebanyak 15-

20 % dan sekitar 1,13 milyar orang di dunia.

Menurut (Muttaqin, 2009) Secara fisiologis dinding arteri akan

mengalami penebalan akibat penumpukan zat kolagen pada lapisan otot,

sehingga pembuluh darah akan menyempit dan kaku hal tersebut akan

mengakibatkan tekanan darah menjadi tinggi. (Wahdah, 2011).Peran

kalium dalam pisang ambon adalah kalium bekerja mirip obat

antihipertensi di dalam tubuh manusia, kalium dapat menyebabkan

penghambatan pada renin Angiotensine system juga menyebabkan

terjadinya penurunan sekresi aldosterone, sehingga terjadi penurunan

reabsorpsi natrium dan air di tubulus ginjal. Akibat dari mekanisme

tersebut, maka terjadi peningkatan diuresis yang menyebabkan

berkurangnya volume darah, sehingga tekanan darah pun menjadi turun.

Selain itu, kalium juga menyebabkan vasodilatasi pembuluh darah perifer,


2
akibatnya terjadi penurunan resistensi perifer, dan tekanan darah juga

menjadi turun (Palmer dan Williams, 2007).

Pengobatan hipertensi pada dasarnya dapat dilakukan secara

farmakologi dan non farmakologi. Teknik farmakologi dilakukan dengan

obat antihipertensi seperti deuretik, beta blocker, vasodilator, inhibitor

saraf simpatik, alpha blocker (World dalam Rohmah 2012).Sedangkan

terapi non faramokolgi bisa diberikan dengan jus pisang ambon dan

rebusan daun seledri.

Berdasarkan hasil penelitianDayanand et al. (2015) di Nepalpenderita

hipertensi yang mengonsumsi jus pisang selama 5hari mengalami

penurunan tekanan darah secara signifikan yang disebabkan oleh

kandungan kalium yang lebih tinggi pada pisang. Penelitian yang sama

juga ditunjukkan oleh Tryastuti et al. (2015) bahwa penderita hipertensi

berusia 60-75 tahun yang mengonsumsi jus pisang ambon selama 5 hari

mengalami penurunan tekanan darah, rata-rata penurunan tekanan darah

sistolik adalah 11,70 mmHg dan rata-rata penurunan tekanan darah

diastolik adalah 3, 450 mmHg.

3
1.2 Rumusan Masalah

Bagaimana efektifitas pemberian jus pisang ambon untuk menurunkan

tekanan darah pada penderita hipertensi.

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Tujuan dari makalah ini adalah untuk Menganalisis Efektifitas

Pemberian Jus Pisang Ambon untuk menurunkan tekanan darah penderita

hipertensi.

1.3.2 Tujuan Khusus

Tujuan khusus dalam penelitian ini adalah :

1. Mengidentifikasi perubahan tekanan darah pada penderita hipertensi

sebelum dan sesudah dilakukan pemberian jus pisang ambon untuk

menurunan tekanan darah penderita hipertensi.

1.4 Manfaat Penelitian

Makalah ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk kemajuan di

bidang ilmu keperawatan terutama tentang keefektivitas pemberian jus

pisang ambon untuk menurunkan tekanan darah pada penderita hipertensi.


BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

A.

1. Hipertensi

a. Definisi

Hipertensi merupakan tekanan darah tinggi yang bersifat abnormal

dan diukur paling tidak pada tiga kesempatan yang berbeda. Seseorang

dianggap mengalami hipertensi apabila tekanan darahnya lebih tinggi

dari 140/90 mmHg (Elizabeth dalam Ardiansyah M., 2012).

Menurut Price (dalam Nurarif A.H., & Kusuma H. (2016),

Hipertensi adalah sebagai peningkatan tekanan darah sistolik sedikitnya

140 mmHg atau tekanan diastolik sedikitnya 90 mmHg. Hipertensi tidak

hanya beresiko tinggi menderita penyakit jantung, tetapi juga menderita

penyakit lain seperti penyakit saraf, ginjal, dan pembuluh darah dan

makin tinggi tekanan darah, makin besar resikonya.

Sedangkan menurut Hananta I.P.Y., & Freitag H. (2011),

Hipertensi adalah suatu peningkatan abnormal tekanan darah dalam

pembuluh darah arteri secara terus-menerus lebih dari suatu periode.

Hipertensi dipengaruhi oleh faktor risiko ganda, baik yang bersifat

endogen seperti usia, jenis kelamin dan genetik/keturunan, maupun

yang bersifat eksogen seperti obesitas, konsumsi garam, rokok dan

kopi.

Menurut American Heart Association atau AHA dalam Kemenkes

(2018), hipertensi merupakan silent killer dimana gejalanya sangat

bermacam-macam pada setiap individu dan hampir sama dengan


penyakit lain. Gejala-gejala tersebut adalah sakit kepala atau rasa berat

ditengkuk. Vertigo, jantung berdebar-debar, mudah lelah, penglihatan

kabur, telinga berdenging atau tinnitus dan mimisan.

b. Etiologi Hipertensi

Berdasarkan penyebab hipertensi dibagi menjadi 2 golongan

(Ardiansyah M., 2012) :

1) Hipertensi primer (esensial)

Hipertensi primer adalah hipertensi esensial atau hiperetnsi

yang 90% tidak diketahui penyebabnya. Beberapa faktor yang

diduga berkaitan dengan berkembangnya hipertensi esensial

diantaranya :

a) Genetik

Individu dengan keluarga hipertensi memiliki potensi lebih

tinggi mendapatkan penyakit hipertensi.

b) Jenis kelamin dan usia

Lelaki berusia 35-50 tahun dan wanita yang telah menopause berisiko

tinggi mengalami penyakit hipertensi.

c) Diit konsumsi tinggi garam atau kandungan lemak.

Konsumsi garam yang tinggi atau konsumsi makanan dengan

kandungan lemak yang tinggi secara langsung berkaitan dengan

berkembangnya penyakit hipertensi.

d) Berat badan obesitas

Berat badan yang 25% melebihi berat badan ideal sering

dikaitkan dengan berkembangnya hipertensi.

e) Gaya hidup merokok dan konsumsi alkohol

Merokok dan konsumsi alkohol sering dikaitkan dengan


berkembangnya hipertensi karena reaksi bahan atau zat yang

terkandung dalam keduanya.

2) Hipertensi sekunder

Hipertensi sekunder adalah jenis hipertensi yang diketahui

penyebabnya. Hipertensi sekunder disebabkan oleh beberapa

penyakit, yaitu :

a) Coarctationaorta, yaitu penyempitan aorta congenital yang

mungkin terjadi beberapa tingkat pada aorta toraksi atau aorta

abdominal. Penyembitan pada aorta tersebut dapat menghambat

aliran darah sehingga terjadi peningkatan tekanan darah diatas area

kontriksi.

b) Penyakit parenkim dan vaskular ginjal. Penyakit ini merupakan

penyakit utama penyebab hipertensi sekunder. Hipertensi

renovaskuler berhubungan dengan penyempitan

c) satu atau lebih arteri besar, yang secara langsung membawa darah

ke ginjal. Sekitar 90% lesi arteri renal pada pasien dengan

hipertensi disebabkan oleh aterosklerosis atau fibrous dyplasia

(pertumbuhan abnormal jaringan fibrous). Penyakit parenkim

ginjal terkait dengan infeksi, inflamasi, serta perubahan struktur

serta fungsi ginjal.

d) Penggunanaan kontrasepsi hormonal (esterogen).

Kontrasepsi secara oral yang memiliki kandungan esterogen

dapat menyebabkan terjadinya hipertensi melalui mekanisme

renin-aldosteron-mediate volume expantion. Pada hipertensi ini,

tekanan darah akan kembali normal setelah beberapa bulan

penghentian oral kontrasepsi.


e) Gangguan endokrin. Disfungsi medulla adrenal atau korteks

adrenal dapat menyebabkan hipertensi sekunder. Adrenal- mediate

hypertension disebabkan kelebihan primer aldosteron, kortisol, dan

katekolamin.

f) Kegemukan (obesitas) dan malas berolahraga.

g) Stres, yang cenderung menyebabkan peningkatan tekanan darah

untuk sementara waktu.

h) Kehamilan

i) Luka bakar

j) Peningkatan tekanan vaskuler

k) Merokok

Hipertensi pada usia lanjut dibedakan atas (Nurarif A.H., & Kusuma

H., 2016) :

1) Hipertensi dimana tekanan sistolik sama atau lebih besar dari 140

mmHg dan atau tekanan diastolik sama atau lebih besar dari 90

mmHg.

2) Hipertensi sistolik terisolasi dimana tekanan distolik lebih besar dari

160 mmHg da tekanan diastolik lebih rendah dari 90 mmHg.

Penyebab hipertensi pada orang dengan lanjut usia adalah terjadinya

perubahan-perubahan pada (Nurarif A.H., & Kusuma H., 2016):

1) Elastisitas dinding aorta menurun

2) Katub jantung menebal dan menjadi kaku

3) Kemampuan jantung memompa darah menurun menyebabkan

menurunnya kontraksi dan volumenya

4) Kehilangan elastisitas pembuluh darah. Hal ini terjadi karena

kurangnya efektifitas pembuluh darah perifer untuk oksigenasi.

5) Meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer.


c. Klasifikasi Hipertensi

1) Menurut Tambayong (dalam Nurarif A.H., & Kusuma H. 2016),

klasifikasi hipertensi klinis berdasarkan tekanan darah sistolik dan

diastolik yaitu :

Tabel 2.1 Klasifikasi derajat hipertensi secara klinis

No Kategori Sistolik Diastolik


(mmHg) (mmHg)
1. Optimal <120 <80
2. Normal 120-129 80-84
3. High Normal 130-139 85-89
4. Hipertensi
5. Grade 1 (ringan) 140-159 90-99
6. Grade 2 (sedang) 160-179 100-109
7. Grade 3 (berat) 180-209 100-119
8. Grade 4 (sangat berat) ≥210 ≥210
Sumber : Tambayong dalam Nurarif A.H., & Kusuma H. (2016).

2) Menurut World Health Organization (dalam Noorhidayah, S.A.

2016) klasifikasi hipertensi adalah :

a) Tekanan darah normal yaitu bila sistolik kurang atau sama dengan

140 mmHg dan diastolik kurang atau sama dengan 90 mmHg.

b) Tekanan darah perbatasan (border line) yaitu bila sistolik 141-149

mmHg da n diastolik 91-94 mmHg.

c) Tekanan darah tinggi (hipertensi) yaitu bila sistolik lebih besar

atau sama dengan 160 mmHg dan diastolik lebih besar atau sama

dengan 95 mmHg.

d. Manifestasi Klinis Hipertensi

Menurut Tambayong (dalam Nurarif A.H., & Kusuma H., 2016), tanda

dan gejala pada hipertensi dibedakan menjadi :


1) Tidak ada gejala

Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan dengan

peningkatan tekanan darah, selain penentuan tekanan arteri oleh

dokter yang memeriksa. Hal ini berarti hipertensi arterial tidak akan

pernah terdiagnosa jika tekanan darah tidak teratur.

2) Gejala yang lazim

Seing dikatakan bahwa gejala terlazim yang menyertai hipertensi

meliputi nyeri kepala dan kelelahan. Dalam kenyataanya ini

merupakan gejala terlazim yang mengenai kebanyakan pasien yang

mencari pertolongan medis.

Beberapa pasien yang menderita hipertensi yaitu :

a) Mengeluh sakit kepala, pusing

b) Lemas, kelelahan

c) Sesak nafas

d) Gelisah

e) Mual

f) Muntah

g) Epistaksis

h) Kesadaran menurun

e. Faktor-Faktor Risiko Hipertensi

Menurut Aulia, R. (2017), faktor risiko hipertensi dibagi menjadi 2

kelompok, yaitu :

1) Faktor yang tidak dapat diubah

Faktor yang tidak dapat berubaha adalah :

a) Riwayat Keluarga

Seseorang yang memiliki keluarga seperti, ayah, ibu, kakak


kandung/saudara kandung, kakek dan nenek dengan hipertensi

lebih berisiko untuk terkena hipertensi.

b) Usia

Tekanan darah cenderung meningkat dengan bertambahnya

usia. Pada laki-laki meningkat pada usia lebih dari 45 tahun

sedangkan pada wanita meningkat pada usia lebih dari 55 tahun.

c) Jenis Kelamin

Dewasa ini hipertensi banyak ditemukan pada pria daripada

wanita.

d) Ras/etnik

Hipertensi menyerang segala ras dan etnik namun di luar negeri

hipertensi banyak ditemukan pada ras Afrika Amerika daripada

Kaukasia atau Amerika Hispanik.

2) Faktor yang dapat diubah

Kebiasaan gaya hidup tidak sehat dapat meningkatkan hipertensi

antara lain yaitu :

a) Merokok

Merokok merupakan salah satu faktor penyebab hipertensi

karena dalam rokok terdapat kandungan nikotin. Nikotin

terserap oleh pembuluh darah kecil dalam paru-paru dan

diedarkan ke otak. Di dalam otak, nikotin memberikan sinyal

pada kelenjar adrenal untuk melepas epinefrin atau adrenalin

yang akan menyemptkan pembuluh darah dan memaksa jantung

bekerja lebih berat karena tekanan darah yang lebih tinggi

(Murni dalam Andrea, G.Y., 2013).

b) Kurang aktifitas fisik


Aktifitas fisik adalah setiap gerakan tubuh yang dihasilkan oleh

otot rangka yang memerlukan pengeluaran energi. Kurangnya

aktifitas fisik merupakan faktor risiko independen untuk

penyakit kronis dan secara keseluruhan diperkirakan dapat

menyebabkan kematian secara global (Iswahyuni, S., 2017).

c) Konsumsi Alkohol

Alkohol memiliki efek yang hampir sama dengan karbon

monoksida, yaitu dapat meningkatkan keasaman darah. Darah

menjadi lebih kental dan jantung dipaksa memompa

darah lebih kuat lagi agar darah sampai ke jaringan mencukupi

(Komaling, J.K., Suba, B., Wongkar, D., 2013). Maka dapat

disimpulkan bahwa konsumsi alkohol dapat meningkatkan

tekanan darah.

d) Kebiasaan minum kopi

Kopi seringkali dikaitkan dengan penyakit jantung koroner,

termasuk peningkatan tekanan darah dan kadar kolesterol darah

karena kopi mempunyai kandungan polifenol, kalium, dan

kafein. Salah satu zat yang dikatakan meningkatkan tekanan

darah adalah kafein. Kafein didalam tubuh manusia bekerja

dengan cara memicu produksi hormon adrenalin yang berasal

dari reseptor adinosa didalam sel saraf yang mengakibatkan

peningkatan tekanan darah, pengaruh dari konsumsi kafein

dapat dirasakan dalam 5-30 menit dan bertahan hingga 12 jam

(Indriyani dalam Bistara D.N., & Kartini Y., 2018).

e) Kebiasaan konsumsi makanan banyak mengandung garam Garam


merupakan bumbu dapur yang biasa digunakan untuk memasak.

Konsumsi garam secara berlebih dapat meningkatkan

tekanan darah. Menurut Sarlina, Palimbong, S., Kurniasari, M.D.,

Kiha, R.R. (2018), natrium merupakan kation utama dalam

cairan ekstraseluler tubuh yang berfungsi menjaga

keseimbangan cairan. Natrium yang

berlebih dapat mengganggu keseimbangan cairan tubuh

sehingga menyebabkan edema atau asites, dan hipertensi.

f) Kebiasaan konsumsi makanan lemak

Menurut Jauhari (dalam Manawan A.A., Rattu A.J.M., Punuh

M.I, 2016), lemak didalam makanan atau hidangan memberikan

kecenderungan meningkatkan kholesterol darah, terutama lemak

hewani yang mengandung lemak jenuh. Kolesterol yang tinggi

bertalian dengan peningkatan prevalensi penyakit hipertensi.

f. Komplikasi Hipertensi

Menurut Ardiansyah, M. (2012) komplikasi dari hipertensi adalah :

1) Stoke

Stroke akibat dari pecahnya pembuluh yang ada di dalam otak atau

akibat embolus yang terlepas dari pembuluh nonotak. Stroke bisa

terjadi pada hipertensi kronis apabila arteri-arteri yang

memperdarahi otak mengalami hipertrofi dan penebalan pembuluh

darah sehingga aliran darah pada area tersebut berkurang. Arteri

yang mengalami aterosklerosis dapat melemah dan meningkatkan

terbentuknya aneurisma.

2) Infark Miokardium

Infark miokardium terjadi saat arteri koroner mengalami


arterosklerotik tidak pada menyuplai cukup oksigen ke miokardium

apabila terbentuk thrombus yang dapat menghambat.

aliran darah melalui pembuluh tersebut. Karena terjadi hipertensi

kronik dan hipertrofi ventrikel maka kebutuhan okigen

miokardioum tidak dapat terpenuhi dan dapat terjadi iskemia

jantung yang menyebabkan infark.

3) Gagal Ginjal

Kerusakan pada ginjal disebabkan oleh tingginya tekanan pada

kapiler-kapiler glomerulus. Rusaknya glomerulus membuat darah

mengalir ke unti fungsionla ginjal, neuron terganggu, dan berlanjut

menjadi hipoksik dan kematian. Rusaknya glomerulus

menyebabkan protein keluar melalui urine dan terjadilah tekanan

osmotic koloid plasma berkurang sehingga terjadi edema pada

penderita hipertensi kronik.

4) Ensefalopati

Ensefalopati (kerusakan otak) terjadi pada hipertensi maligna

(hipertensi yang mengalami kenaikan darah dengan cepat). Tekanan

yang tinggi disebabkan oleh kelainan yang membuat peningkatan

tekanan kapiler dan mendorong cairan ke dalam ruang intertisium

diseluruh susunan saraf pusat. Akibatnya neuro-neuro disekitarnya

terjadi koma dan kematian.


2.1 Konsep Pisang Ambon

2.1.1 Klasifikasi Pisang Ambon

Pisang ambon atau biasa dikenal dengan pisang hijau adalah pisang

yang dagingnya tebal, berwarna putih kekuningan, kulitnya kehijau-

hijauan sampai kuning (Kamus Besar Bahasa Indonesia, Online). Buah ini

banyak ditemukan di daerah tropis seperti Indonesia dengan harga relatif

murah, pisang juga mudah diolah menjadi beragam masakan (Maya

Apriyanti, 2014). Klasifikasi tanaman pisang ambon yang diterima secara

luas saat ini adalah sebagai berikut (Satuhu dan Supriyadi, 2008):

Division : Magnoliophyta

Sub division : Spermatophyta

Klas : Liliopsida

Sub klas : Commelinidae

Ordo : Zingiberales

Famili : Musaceae

Genus : Musa

Species : Musa paradisiaca var. sapientum (L.) Kunt.

Pisang adalah nama umum yang diberikan pada tumbuhan terna

raksasa berdaun besar memanjang dari suku Musaceae. Beberapa jenisnya

(Musa acuminate, M. balbisiana, dan M. xparadisiaca) menghasilkan

buah konsumsi yang dinamakan sama. Budidaya pisang sesuai dengan

8
iklim Indonesia baik dataran rendah maupun tinggi sampai dengan 1300

dpl. Pisang dapat ditanam didataran rendah bersuhu 21-32 derajat celcius

dan beriklim lembab. Topografi yang di hendaki tanaman pisang berupa

lahan datar dengan kemiringan 8 derajat. Lahan itu terletak didaerah tropis

antara 16 derajat LU – 12 derajat LS. Apabila suhu udara kurang dari 13

derajat celcius atau lebih dari 38 derajat celcius maka pisang akan berhenti

tumbuh dan akhirnya mati. Pisang ambon merupakan buah yang banyak

dikonsumsi oleh masyarakat karena mengandug senyawa yang disebut

asam lemak rantai pendek, yang memelihara lapisan sel jaringan dari usus

kecil dan meningkatkan kemampuan tubuh untuk menyerap nutrisi.

(Suyanti dan Ahmad supriyadi, 2008).

2.1.2 Kandungan Gizi Pisang Ambon

Tabel 2.1 Kandungan Gizi Pisang Ambon

Pemenuhan
Jumlah per 100 gram dapat
Nutrisi kecukupan / hari
dimakan (%)
Vitamin B6 0,68 mg 34,0
Vitamin C 10,74 mg 17,9
Kalium 467,28 mg 13,4
Serat 2.830 mg 11,3
Mangan (Mn) 0,18 mg 9,0

2.1.3 Manfaat Pisang Ambon

Pisang sejak lama telah dikenal sebagai buah lezat dan berkhasiat bagi

kesehatan. Buah pisang mengandung kalium (potasium) yang bermanfaat

untuk penyeimbangan pH atau derajat keasaman didalam lambung

(Lalage, 2013). Selain itu, kalium bermanfaat untuk pengendalian tekanan

darah, memengaruhi irama jantung, terapi darah tinggi, membersihkan

9
karbondioksida didalam darah, berperan dalam kepekatan saraf dan otot,

serta memicu kerja otot dan simpul saraf (Astrawan, 2008). Kalium yang

tinggi juga akan memperlancar pengiriman oksigen ke otak dan membantu

keseimbangan cairan di dalam tubuh. (Kowalski, 2010)

Salah satu buah pisang yang memiliki kandungan kalium yang paling

tinggi yaitu pisang ambon, kandungan kaliumnya yaitu 435mg dalam

100gr pisang ambon dan 18 mg natrium, dan berat rata-rata satu pisang

ambon kurang lebih 140gr sehingga satu buah pisang ambon mengandung

kalium kurang lebih 600mg, sementara itu kandungan kalium dalam buah

pisang biasa yaitu 500mg, kandungan kalium yang tinggi dalam buah

pisang ambon inilah yang dapat berperan dalam menurunkan tekanan

darah (Adzahari, 2016).

Berdasarkan hasil penelitian Dayanand et al. (2015) di Nepal

penderita hipertensi yang mengonsumsi jus pisang selama 5hari

mengalami penurunan tekanan darah secara signifikan yang disebabkan

oleh kandungan kalium yang lebih tinggi pada pisang. Penelitian yang

sama juga ditunjukkan oleh Tryastuti et al. (2015) bahwa penderita

hipertensi berusia 60-75 tahun yang mengonsumsi jus pisang ambon

selama 5hari mengalami penurunan tekanan darah, rata-rata penurunan

tekanan darah sistolik adalah 11,70 mmHg dan rata-rata penurunan

tekanan darah diastolik adalah 3, 450 mmHg.


2.1.4 Teknik Terapi Jus Pisang Ambon

Pembuatan terapi Pisang Ambon dengan cara di Jus. Berikut ini cara

Penerapan (Maya Apriyanti, 2014) :

1. Bahan dan alat yag di butuhkan meliputi :

a. 100grm Pisang Ambon.

b. ± 125 ml air

c. Blender.

d. Pisau.

e. Gelas ukur

f. Sendok

2. Pelaksanaan membuat jus pisang ambon

a. Kupas buah pisang kemudian potong kecil-kecil.

b. Masukan potongan buah pisang 100 grm ke dalam blender

kemudian tambahkan air ± 125 ml

c. Blender semua bahan hingga halus.± 1 menit

d. Tuang ke dalam gelas 200 ml.

3. Cara pemakaian

a. Minum jus pisang ambon satu kali sehari

b. Minum 200 ml selama 5 hari setiap pagi sehabis makan pagi


2.1.5 Mekanisme Penurunan Tekanan Darah Menggunakan Pisang Ambon

Pisang ambon mengandung Kalium yang tinggi, didalam kalium terdapat

sekresi renin dan Angiotensin II, Vasokontriksi pembuluh darah

berkurang dapat meringankan kerja jantung sehingga tekanan darah

berkurang. kalium bermanfaat untuk pengendalian tekanan darah,

memengaruhi irama jantung, terapi darah tinggi, membersihkan

karbondioksida didalam darah, berperan dalam kepekatan saraf dan otot,

serta memicu kerja otot dan simpul saraf. Kalium yang tinggi juga akan

memperlancar pengiriman oksigen ke otak dan membantu keseimbangan

cairan di dalam tubuh.Pisang ambon mengandung ACE 1 dapat

menghambat kerja enzim angiotensin pada proses penurunan tekanan

darah. Pisang mengandung angiotensin converting enzyme alami atau

ACE inhibitor alami. ACE menghasilkan zat yang disebut angiotensin-2

yang berakibat pada penyempitan pembuluh darah dan meningkatkan

tekanan didalamnya. Konsumsi pisang telah terbukti untuk menghentikan

terjadinya penyempitan pembuluh darah. ACE inhibitor menurunkan

tekanan darah dengan memblokade produksi hormon angiotensin II yang

menyebabkan kontriksi pembuluh darah. Dengan demikian ACE inhibitor

dapat memperlebar pembuluh darah sehingga akan mengurangi tekanan

darah (Kowalksi, 2010).


Pisang Ambon

Mengandung ACE-1 Mengandung Kalium

Menghambat kerja enzim


Sekresi renin
angiotensin pada proses
peningkatan tekanan darah
Vasokontriksi
pembuluh darah
berkurang

Meringankan kerja
jantung

Tekanan Darah

Gambar 2.1 : Mekanisme Penurunan Tekanan Darah Menggunakan Pisang Ambon

Anda mungkin juga menyukai