OLEH:
NAMA : NI LUH PUTU YULIANI
NIM : C2121018
Latar Belakang
Hipertensi adalah istilah medis dari penyakit tekanan darah tinggi. Kondisi ini dapat
mengakibatkan berbagai komplikasi kesehatan yang membahayakan nyawa sekaligus
meningkatkan risiko terjadinya penyakit jantung, stroke, bahkan kematian.
Tekanan darah bisa diartikan sebagai kekuatan yang diberikan oleh sirkulasi darah
terhadap dinding arteri tubuh, yaitu pembuluh darah utama yang berada dalam tubuh.
Besarnya tekanan ini bergantung pada resistensi pembuluh darah dan seberapa keras jantung
bekerja. Semakin banyak darah yang dipompa oleh jantung dan semakin sempit pembuluh
darah arteri, maka tekanan darah akan semakin tinggi.
Penulisan hasil tekanan darah berupa dua angka. Angka pertama atau sistolik
mewakili tekanan dalam pembuluh darah ketika jantung berkontraksi atau berdetak.
Sementara itu, angka kedua atau diastolik mewakili tekanan di dalam pembuluh darah ketika
jantung beristirahat di antara detaknya.
Seseorang bisa dikatakan mengalami hipertensi bila pembacaan tekanan darah sistolik
pada pengukuran selama dua hari berturut-turut menunjukkan hasil yang lebih besar dari 140
mmHg, dan/atau pembacaan tekanan darah diastolik menunjukkan hasil yang lebih besar dari
90 mmHg.
Menurut World Health Organiztion (WHO) pada tahun 2011 menunjukan satu milyar
orang di dunia menderita hipertensi, 2/3 penderita hipertensi berada di negara berkembang.
Prevalensi hipertensi akan terus meningkat dan diprediksi tahun 2025 sebanyak 29% orang
dewasa di seluruh dunia terkena hipertensi. Hipertensi telah menyebabkan banyak kematian
sekitar 8 juta orang setiap tahunnya, dan 1,5 juta kematian terjadi di Asia Tenggara dengan
1/3 populasinya menderita hipertensi (Kemenkes, 2017). Menurut Riskesda tahun 2018
penderita hipertensi di Indonesia mencapai 8,4% berdasarkan diagnosa dokter pada penduduk
umur ≥ 18 tahun, Berdasarkan hasil pengukuran tekanan darah pada penduduk prevalensi
penderita hipertensi di Indonesia adalah sekita 34,1%, sedangkan pada tahun 2013 hasil
prevalensi penderita hipertensi di Indonesia adalah sekitar 25,8%. Hasil prevalensi dari
pengukuran tekanan darah tahun 2013 hingga tahun 2018 dapat dikatakan mengalami
peningkatan yaitu sekitar 8,3%. Data dari Riskesda tahun 2018 juga mengatakan bahwa
prevalensi hasil pengukuran darah pada penderita hipertensi terdapat pada provinsi
Kalimantan Selatan dengan prevalensi penderira sekitar 44,1% atau lebih tinggi dari rata-rata
prevalensi hasil pengukuran darah di Indonesia. Daerah Istimewa Yogyakarta sendiri
berdasarkan hasil pengukuran tekanan darah pada penduduk yaitu menempati posisi ke-13
dan prevalensi rata-rata penderita hiperensi berada dibawah prevalensi penderita hipertensi di
Indonesia (Kemenkes, 2019).
Semakin tinggi umur seseorang semakin tinggi tekanan darahnya, jadi orang yang
lebih tua cenderung mempunyai tekanan darah yang tinggi dari orang yang berusia lebih
muda. Hipertensi pada usia lanjut harus ditangani secara khusus. Hal ini disebabkan pada usia
tersebut ginjal dan hati mulai menurun, karena itu dosis obat yang diberikan harus benar-
benar tepat. Tetapi pada kebanyakan kasus , hipertensi banyak terjadi pada usia lanjut. Pada
wanita, hipertensi sering terjadi pada usia diatas 50 tahun. Hal ini disebabkan terjadinya
perubahan hormon sesudah menopause. Peter (2009), mengemukakan bahwa kondisi yang
berkaitan dengan usia ini adalah produk samping dari keausan arteriosklerosis dari arteri-
arteri utama, terutama aorta, dan akibat dari berkurangnya kelenturan. Dengan mengerasnya
arteri-arteri ini dan menjadi semakin kaku, arteri dan aorta itu kehilangan daya penyesuaian
diri. Dengan bertambahnya umur, risiko terkena hipertensi lebih besar sehingga prevalensi
dikalangan usia lanjut cukup tinggi yaitu sekitar 40 % dengan kematian sekitar 50 % diatas
umur 60 tahun. Arteri kehilangan elastisitas atau kelenturan serta tekanan darah meningkat
seiring dengan bertambahnya usia. Peningkatan kasus hipertensi akan berkembang pada umur
lima puluhan dan enampuluhan. Dengan bertambahnya umur, dapat meningkatkan risiko
hipertensi.
PEMBAHASAN
Hipertensi adalah penyakit yang sangat berbahaya, karena hipertensi mampu
menyebabkan timbulnya penyakit yang lebih parah, ada banyak penyebab timbulnya penyakit
hipertensi yaitu riwayat keluarga, obesitas, ras, kebiasaan merokok, stress, asupan natrium
yang berlebihan, konsumsi alkohol, pola makan yang tidak baik, kurangnya olahraga, dan
akibat dari penyakit lain seperti DM, arterisklerosis, dan gagal ginjal akut atau kronik
(kowalak,2011). Usia yang bertambah juga bisa menjadi penyebab terjadinya hipertensi, pada
lansia akan mengalami penuruna fungsi organ jantung. Lansia dapat mengalami hipertensi
sistolik saja ini disebabkan karena adanya arterisklerosis menyebabkan pembuluh darah arteri
yang besar kehilangan kelenturan, sebelumnya keadaan tersebut pada lansia diangap normal,
namun setelah ada penelitian mengenai isolated systolic hypertension in the elderly program,
ditemukan bahwa pengobatan ISH pada lansia dapat mengurangi terjadinya komplikasi
penyakit seperti PJK dan stroke (Kowalak, 2011)
Etiologi hipertensi
Penyebab Hipertensi
Patofisiologi Hipertensi
d. Kehilangan elastisitas pembuluh darah, hal ini terjadi karena kurangnya efektifitas
pembuluh darah perifer untuk oksigenasi.
Penyakit pada lanjut usia (Lansia) sering berbeda dengan dewasa muda, karena
penyakit pada lansia merupakan gabungan dari kelainan-kelainan yang timbul akibat
penyakit dan proses menua, yaitu proses menghilangnya secara perlahan kemampuan
jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti diri serta mempertahankan struktur dan
fungsi normalnya, sehingga tidak dapat bertahan terhadap penyakit (termasuk infeksi) dan
memperbaiki kerusakan yang diderita.
Lanjut usia cenderung mempunyai tekanan darah yang lebih tinggi dari orang yang
berusia. Hipertensi pada usia lanjut harus ditangani secara khusus. Hal ini disebabkan
pada usia tersebut ginjal dan hati mulai menurun, karena itu dosis obat yang diberikan
harus benar-benar tepat. Hipertensi sering terjadi pada wanita usia diatas 50 tahun. Hal ini
disebabkan terjadinya perubahan hormon sesudah menopause (Hans Petter, 2009).
Gejala hipertensi
1. Sakit kepala
2. Gelisah
3. Jantung berdebar-debar
4. Pusing
5. Pengelihatan kabur
6. Rasa sakit di dada
7. Mudah Lelah
Pengobatan hipertensi
Diuretika
Beta Blocker
Calcium channel blocker
Hipertensi esensial tidak di obati tetapi dapat diberikan pengobatan untuk mencegah
terjadinya komplikasi,langkah awal biasanya adalah mengubah pola hidup penderita.
1. Pencegahan primer, pencegahan ini lebih berpusat terhadap diri sendiri yaitu
memanfaatkan potensi yang adadalam diri sendiri, pencegahan ini diantaranya
mempertahankan berat badan, diet rendah garam, pengurangan stress, melakukan terapi
modalitas dan latihan aerobik secara teratur.
Kesimpulan
1.Bahwa benar hipertensi pada lansia dikaitkan dengan proses penuaan yang terjadi pada
tubuh. Semakin bertambah usia seseorang, tekanan darah juga semakin meningkat. Meskipun
proses penuaan memang sesuatu yang alami, lansia dengan hipertensi tetap berisiko
mengalami komplikasi penyakit yang lebih serius. Seperti stroke, kerusakan ginjal, penyakit
jantung, kebutaan, diabetes, dan penyakit berbahaya lainnya.
2.. Penyebab lansia menderita hipertensi karena kemunduran fungsi kerja tubuh. Sehingga
menimbulkan gejala seperti sakit kepala, gelisah,jantung berdebar-debar,pusing,pengelihatan
kabur,rasa sakit di dada dan mudah Lelah.
3. Selain Hipertensi esensial dan hipertensi sekunder ada beberapa faktor yang juga
mempengaruhi hipertensi yaitu daya tahan tubuh terhadap penyakit, genetis,umur,jenis
kelamin,adat kebiasaan,pekerjaan,ras dan suku
Saran
1. Bagi masyarakat
Masyarakat lebih aktif dan termotivasi untuk melakukan cara pencegahan-pencegahan
hipertensi dengan kendalikan hipertensi dengan periksa kesehatan secara rutin dan
ikuti anjuran dokter,atasi penyakit dengan pengobatan yang tepat dan teratur,tetap diet
dengan gizi seimbang,upayakan aktifitas fisik dengan aman,hindari asap
rokok,alkohol dan zat karsinogenik lainnya
DAFTAR PUSTAKA