Anda di halaman 1dari 10

HIPERTENSI PADA LANSIA

DISUSUN DALAM PEMBELAJARAN


MATA KULIAH ANTI AGING

OLEH:
NAMA : NI LUH PUTU YULIANI
NIM : C2121018

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


STIKES BINA USADA BALI
2021
PENDAHULUAN

Latar Belakang
Hipertensi adalah istilah medis dari penyakit tekanan darah tinggi. Kondisi ini dapat
mengakibatkan berbagai komplikasi kesehatan yang membahayakan nyawa sekaligus
meningkatkan risiko terjadinya penyakit jantung, stroke, bahkan kematian.

Tekanan darah bisa diartikan sebagai kekuatan yang diberikan oleh sirkulasi darah
terhadap dinding arteri tubuh, yaitu pembuluh darah utama yang berada dalam tubuh.
Besarnya tekanan ini bergantung pada resistensi pembuluh darah dan seberapa keras jantung
bekerja. Semakin banyak darah yang dipompa oleh jantung dan semakin sempit pembuluh
darah arteri, maka tekanan darah akan semakin tinggi.

Hipertensi dapat diketahui dengan rutin melakukan pemeriksaan tekanan darah.


Setidaknya, orang dewasa dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan darah, termasuk tekanan
darah setiap lima tahun sekali.

Penulisan hasil tekanan darah berupa dua angka. Angka pertama atau sistolik
mewakili tekanan dalam pembuluh darah ketika jantung berkontraksi atau berdetak.
Sementara itu, angka kedua atau diastolik mewakili tekanan di dalam pembuluh darah ketika
jantung beristirahat di antara detaknya.

Seseorang bisa dikatakan mengalami hipertensi bila pembacaan tekanan darah sistolik
pada pengukuran selama dua hari berturut-turut menunjukkan hasil yang lebih besar dari 140
mmHg, dan/atau pembacaan tekanan darah diastolik menunjukkan hasil yang lebih besar dari
90 mmHg.

Menurut World Health Organiztion (WHO) pada tahun 2011 menunjukan satu milyar
orang di dunia menderita hipertensi, 2/3 penderita hipertensi berada di negara berkembang.
Prevalensi hipertensi akan terus meningkat dan diprediksi tahun 2025 sebanyak 29% orang
dewasa di seluruh dunia terkena hipertensi. Hipertensi telah menyebabkan banyak kematian
sekitar 8 juta orang setiap tahunnya, dan 1,5 juta kematian terjadi di Asia Tenggara dengan
1/3 populasinya menderita hipertensi (Kemenkes, 2017). Menurut Riskesda tahun 2018
penderita hipertensi di Indonesia mencapai 8,4% berdasarkan diagnosa dokter pada penduduk
umur ≥ 18 tahun, Berdasarkan hasil pengukuran tekanan darah pada penduduk prevalensi
penderita hipertensi di Indonesia adalah sekita 34,1%, sedangkan pada tahun 2013 hasil
prevalensi penderita hipertensi di Indonesia adalah sekitar 25,8%. Hasil prevalensi dari
pengukuran tekanan darah tahun 2013 hingga tahun 2018 dapat dikatakan mengalami
peningkatan yaitu sekitar 8,3%. Data dari Riskesda tahun 2018 juga mengatakan bahwa
prevalensi hasil pengukuran darah pada penderita hipertensi terdapat pada provinsi
Kalimantan Selatan dengan prevalensi penderira sekitar 44,1% atau lebih tinggi dari rata-rata
prevalensi hasil pengukuran darah di Indonesia. Daerah Istimewa Yogyakarta sendiri
berdasarkan hasil pengukuran tekanan darah pada penduduk yaitu menempati posisi ke-13
dan prevalensi rata-rata penderita hiperensi berada dibawah prevalensi penderita hipertensi di
Indonesia (Kemenkes, 2019).

Semakin tinggi umur seseorang semakin tinggi tekanan darahnya, jadi orang yang
lebih tua cenderung mempunyai tekanan darah yang tinggi dari orang yang berusia lebih
muda. Hipertensi pada usia lanjut harus ditangani secara khusus. Hal ini disebabkan pada usia
tersebut ginjal dan hati mulai menurun, karena itu dosis obat yang diberikan harus benar-
benar tepat. Tetapi pada kebanyakan kasus , hipertensi banyak terjadi pada usia lanjut. Pada
wanita, hipertensi sering terjadi pada usia diatas 50 tahun. Hal ini disebabkan terjadinya
perubahan hormon sesudah menopause. Peter (2009), mengemukakan bahwa kondisi yang
berkaitan dengan usia ini adalah produk samping dari keausan arteriosklerosis dari arteri-
arteri utama, terutama aorta, dan akibat dari berkurangnya kelenturan. Dengan mengerasnya
arteri-arteri ini dan menjadi semakin kaku, arteri dan aorta itu kehilangan daya penyesuaian
diri. Dengan bertambahnya umur, risiko terkena hipertensi lebih besar sehingga prevalensi
dikalangan usia lanjut cukup tinggi yaitu sekitar 40 % dengan kematian sekitar 50 % diatas
umur 60 tahun. Arteri kehilangan elastisitas atau kelenturan serta tekanan darah meningkat
seiring dengan bertambahnya usia. Peningkatan kasus hipertensi akan berkembang pada umur
lima puluhan dan enampuluhan. Dengan bertambahnya umur, dapat meningkatkan risiko
hipertensi.
PEMBAHASAN
Hipertensi adalah penyakit yang sangat berbahaya, karena hipertensi mampu
menyebabkan timbulnya penyakit yang lebih parah, ada banyak penyebab timbulnya penyakit
hipertensi yaitu riwayat keluarga, obesitas, ras, kebiasaan merokok, stress, asupan natrium
yang berlebihan, konsumsi alkohol, pola makan yang tidak baik, kurangnya olahraga, dan
akibat dari penyakit lain seperti DM, arterisklerosis, dan gagal ginjal akut atau kronik
(kowalak,2011). Usia yang bertambah juga bisa menjadi penyebab terjadinya hipertensi, pada
lansia akan mengalami penuruna fungsi organ jantung. Lansia dapat mengalami hipertensi
sistolik saja ini disebabkan karena adanya arterisklerosis menyebabkan pembuluh darah arteri
yang besar kehilangan kelenturan, sebelumnya keadaan tersebut pada lansia diangap normal,
namun setelah ada penelitian mengenai isolated systolic hypertension in the elderly program,
ditemukan bahwa pengobatan ISH pada lansia dapat mengurangi terjadinya komplikasi
penyakit seperti PJK dan stroke (Kowalak, 2011)

Etiologi hipertensi

1. Stenosis arteri renalis


2. Pielonefritis
3. Glomerulonefritis
4. Tumor-tumor ginjal
5. Trauma pada ginjal (luka yang mengenai ginjal)
6. Terapi penyinaran yang mengenai ginjal
7. Pil KB
8. Kortikosteroid
9. Kokain
10. Penyalahgunaan alcohol
11. Penyakit ginjal (5-10%)
12. Kelainan hormonal atau pemakaian obat tertentu (misalnya pil KB) (1-2%)

Penyebab Hipertensi

Berdasarkan penyebab hipertensi (Mansjoer,2011)

di bagi menjadi dua golongan yaitu :

1. Hipertensi esensial atau hipertensi primer yang tidak diketahui penyebabnya.Banyak


faktor yang mempengaruhi seperti genetik,lingkungan,hiperaktivitas susunan saraf
simpatis,sistem renin angiotensin,defek dalam ekskresi natrium,peningkatan natrium
dan calium intraseluler,dan faktor-faktor yang meningkatkan risiko seperti
obesitas,alkohol,merokok dan polisitemia.
2. Hipertensi sekunder atau hipertensi renal.penyebab spesifiknya diketahui,seperti
gangguan esterogen,penyakit ginjal,hipertensi vaskuler renal,hipertensi
aldosterosnisme primer,dan sindrom cushing,feokromositoma,koarktasio
aorta,hipertensi yg berhubungan dengan kehamilan dan lain-lain

Menurut Muhammadun (2011) penyebab hipertensi antara lain :


1. Daya tahan tubuh terhadap penyakit
Daya tahan tubuh seseorang sangat di pengaruhi oleh kebutuhan gizi,aktivitas dan
olahraga.Dalam hidup modern yang penuh kesibukanjuga membuat orang kurang
berolahraga dan berusaha mengatasi stres ny dengan cara merokok,minum alkohol
dan mengandung kafein sehingga daya tahan tubuh menurun dan memiliki risiko
terjadinya hipertensi.
2. Genetis
Para pakar juga menemukan riwayat keluarga penderita hipertensi (genetik) dengan
risiko bagi orang yang menderita penyakit ini.
3. Umur
Prevelensi hipertensi akan meningkat dengan bertambahnya umur
4. Jenis kelamin
5. Adat kebiasaan
Meliputi gaya hidup modern,indra perasa sejak anak-anak telah dibiaskan memiliki
ambang batas yang tinggi terhadap rasa asin,pola makan yang salah.
6. Pekerjaan
Stres dalam pekerjaan cenderung menyebabkan terjadinya hipertensi berat
7. Ras dan suku
Ras dan suku di Amerika serikat adalah orang kulit hitam dan kulit putih.Di indonesia
penyakit hipertensi terjadi secara variasi.

Patofisiologi Hipertensi

Mekanisme terjadinya hipertensi adalah melalui terbentuknya angiotensin II


dari angiotensin I oleh Angiotensin I Converting Enzyme (ACE). ACE memegang
peran fisiologis penting dalam mengatur tekanan darah. Darah mengandung
angiotensinogen yang diproduksi di hati. Selanjutnya oleh hormon, renin (diproduksi
oleh ginjal) akan diubah menjadi angiotensin I. oleh ACE yang terdapat di paru-paru,
angiostensin I diubah manjadi angiostensin II. Angiostensin II inilah yang memiliki
peranan kunci dalam menaikkan tekanan darah melalui dua aksi utama. Aksi pertama
adalah meningkatkan sekresi hormone antidiuretik (ADH) dan rasa haus. ADH
diproduksi di hipotalamus (kelenjar pituitari) dan bekerja pada ginjal untuk mengatur
osmolalitas dan volume urin. Meningkatnya ADH, sangat sedikit urin yang
diekskresikan ke luar tubuh (antidiuresis), sehingga menjadi pekat dan tinggi
osmolaritasnya. Untuk mengencerkannya, volume cairan ekstraseluler akan
ditingkatkan dengan cara menarik cairan dari bagian intraseluler. Akibatnya, volume
darah meningkat yang pada akhirnya akan meningkatkan tekanan darah. Aksi kedua
adalah menstimulasi sekresi aldosteron dari korteks adrenal. Aldosteron merupakan
hormon steroid yang memiliki peranan penting pada ginjal. Untuk mengatur volume
cairan ekstraseluler, aldosteron akan mengurangi ekskresi NaCl (garam) dengan cara
mereabsorpsinya dari tubulus ginjal. Naiknya konsentrasi NaCl akan diencerkan
kembali dengan cara meningkatkan volume cairan ekstraseluler yang pada gilirannya
akan meningkatkan volume tekanan darah. Patogenesis dari hipertensi esensial
merupakan multifaktorial dan sangat komplek. Faktor-faktor tersebut merubah fungsi
tekanan darah terhadap perfusi jaringan yang adekuat meliputi mediator hormon,
latihan vaskuler, volume sirkulasi darah, kaliber vaskuler, viskositas darah, curah
jantung, elastisitas pembuluh darah dan stimulasi neural. Patogenesis hipertensi
esensial dapat dipicu oleh beberapa faktor meliputi faktor genetik, asupan garam
dalam diet, tingkat stress dapat berinteraksi untuk memunculkan gejala hipertensi
(Yogiantoro, 2011). Akibat yang ditimbulkan dari penyakit hipertensi antara lain
penyempitan arteri yang membawa darah dan oksigen ke otak, hal ini disebabkan
karena jaringan otak kekurangan oksigen akibat penyumbatan atau pecahnya
pembuluh darah otak dan akan mengakibatkan kematian pada bagian otak yang
kemudian dapat menimbulkan stroke. Komplikasi lain yaitu rasa sakit ketika berjalan
kerusakan pada ginjal dan kerusakan pada organ matayang dapat mengakibatkan
kebutaan (Beevers, 2001).

Perubahan lansia yang mempengaruhi hipertensi

Menurut (Aspiani, 2014) penyebab perubahan hipertensi pada wanita adalah

terjadinya perubahan-perubahan pada :

a. Elastisitas dinding aorta menurun.

b. Katup jantung menebal dan menjadi kaku.

c. Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun sesudah berumur 20


tahun kemampuan jantung memompa darah menurun mengakibatkan menurunnya
kontraksi dan volumenya.

d. Kehilangan elastisitas pembuluh darah, hal ini terjadi karena kurangnya efektifitas
pembuluh darah perifer untuk oksigenasi.

e. Meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer.

Hipertensi pada Lansia

Penyakit pada lanjut usia (Lansia) sering berbeda dengan dewasa muda, karena
penyakit pada lansia merupakan gabungan dari kelainan-kelainan yang timbul akibat
penyakit dan proses menua, yaitu proses menghilangnya secara perlahan kemampuan
jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti diri serta mempertahankan struktur dan
fungsi normalnya, sehingga tidak dapat bertahan terhadap penyakit (termasuk infeksi) dan
memperbaiki kerusakan yang diderita.

Lanjut usia cenderung mempunyai tekanan darah yang lebih tinggi dari orang yang
berusia. Hipertensi pada usia lanjut harus ditangani secara khusus. Hal ini disebabkan
pada usia tersebut ginjal dan hati mulai menurun, karena itu dosis obat yang diberikan
harus benar-benar tepat. Hipertensi sering terjadi pada wanita usia diatas 50 tahun. Hal ini
disebabkan terjadinya perubahan hormon sesudah menopause (Hans Petter, 2009).

Tahap lanjut usia akan mengalami perubahan-perubahan terutama pada perubahan


fisiologis karena dengan semakin bertambahnya usia, fungsi organ tubuh akan semakin
menurun baik karena faktor alamiah maupun karena penyakit. Salah satu gangguan
kesehatan yang paling banyak dialami oleh lansia adalah pada sistem kardiovaskuler yaitu
terjadi penurunan elastisitas dinding aorta, katup jantung menebal dan menjadi kaku, serta
penurunan kemampuan jantung untuk memompa darah. Hal ini menyebabkan
menurunnya kontraksi dan volume darah, kehilangan elastisitas pembuluh darah,
kurangnya efektivitas pembuluh darah perifer untuk oksigenisasi, serta terjadinya
hipertensi akibat meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer (Ismayadi, 2004).
Asupan makanan dengan kandungan lemak dan natrium yang tinggi dapat mempengaruhi
tinggi rendahnya tekanan dalam darah sehingga menyebabkan terjadinya hipertensi.
Asupan kalium yang meningkat akan menurunkan tekanan darah pada beberapa
kasus tertentu. Penelitian Sumaerih di Indramayu tahun 2006 membuktikan bahwa asupan
kalium yang tinggi dapat merangsang sekresi renin dan mengakibatkan penyempitan
pembuluh darah perifer yang berdampak pada meningkatnya tekanan darah (Ernitasari,
dkk, 2009)

Gejala hipertensi
1. Sakit kepala
2. Gelisah
3. Jantung berdebar-debar
4. Pusing
5. Pengelihatan kabur
6. Rasa sakit di dada
7. Mudah Lelah

Pengobatan hipertensi

Jenis obat anti hipertensi yang sering di gunakan adalah:

 Diuretika
 Beta Blocker
 Calcium channel blocker

Hipertensi esensial tidak di obati tetapi dapat diberikan pengobatan untuk mencegah
terjadinya komplikasi,langkah awal biasanya adalah mengubah pola hidup penderita.

Pencegahan terjadi Hipertensi Pada Lansia Hipertensi merupakan faktor utama


terjadinya penyakit kardiovaskuler sehingga sangat berbahaya apabila tidak segera dilakukan
penanganan atau pencegahan secara dinni mengenai penyakit hipertensi. ada tiga cara
pencegahan penyakit hipertensi yaitu:

1. Pencegahan primer, pencegahan ini lebih berpusat terhadap diri sendiri yaitu
memanfaatkan potensi yang adadalam diri sendiri, pencegahan ini diantaranya
mempertahankan berat badan, diet rendah garam, pengurangan stress, melakukan terapi
modalitas dan latihan aerobik secara teratur.

2. Pencegahan sekunder, pencegahan ini membutuhkan bantuan tenaga kesehatan dimana


tenaga kesehatan disini melakukan mengkaji riwayat dan pengkajian fisik. Pengkajian
riwayat meliputi pertanyaan yang biasanya diderita orang hipertensi seperti rasa pusing, dada
berdebar- debar, dan sering kencing. Sementara mengenai pengkajian fisik meliputi
pengkajian perfusi jaringan ke otak apabila tidak baik akan muncul perubahan perilaku yang
dapat diobsevasi seperti gelisah, konfus, dan jatuh, pengkajian edema, edema yang beasal
dari penyakit jantung merupakan edema yang lembut dan meninggalkan bekas cekungan bila
ditekan, auskultasi bunyi jantung, apakah ada suara tambahan meskipun sulit biasanya
mendengarkan bunyi suara 15 jantung pada lansia karena perubahan emfisema senilis pada
dinding dadal, dan yang terakhir yaitu pengukuran tekanan darah secara teratur.

3. Pencegahan tersier, untuk menyeimbangan masalah kardiovaskuler kronis dengan gaya


hidup yang memerlukan pengetahuan untuk menyeimbangkan suplai energi tubuh dengan
kebutuhan. Pencegahan ini dimuali dari pengkajian personal klien dan mengkaji faktor resiko
yang dapat dirubah, perawat perlu menerima hak klien untuk memilih dengan tidak
mengubah kebiasaan tertentu yang telah dilakukan sepanjang hidupnya seperti merokok atau
makan-makan tinggi lemak perawat memiliki tanggung jawab untuk menjelaskan dan
mengajarkan isi yang dilakukan perubahan agar muda di pahami klien. Pengatuhan klien
tentang obat-obatan, diet, dan rencana latihan harus dikaji dan ditambahkan sesuai kebutuhan.
Perawat harus mengkaji kebutuhan klien untuk bantuan baik membutuhkan bantuan dari
keluarga, teman atau kelompok masyarakat tertentu (Stanley & Beare, 2007)
KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1.Bahwa benar hipertensi pada lansia dikaitkan dengan proses penuaan yang terjadi pada
tubuh. Semakin bertambah usia seseorang, tekanan darah juga semakin meningkat. Meskipun
proses penuaan memang sesuatu yang alami, lansia dengan hipertensi tetap berisiko
mengalami komplikasi penyakit yang lebih serius. Seperti stroke, kerusakan ginjal, penyakit
jantung, kebutaan, diabetes, dan penyakit berbahaya lainnya. 

2.. Penyebab lansia menderita hipertensi karena kemunduran fungsi kerja tubuh. Sehingga
menimbulkan gejala seperti sakit kepala, gelisah,jantung berdebar-debar,pusing,pengelihatan
kabur,rasa sakit di dada dan mudah Lelah.

3. Selain Hipertensi esensial dan hipertensi sekunder ada beberapa faktor yang juga
mempengaruhi hipertensi yaitu daya tahan tubuh terhadap penyakit, genetis,umur,jenis
kelamin,adat kebiasaan,pekerjaan,ras dan suku

Saran

1. Bagi masyarakat
Masyarakat lebih aktif dan termotivasi untuk melakukan cara pencegahan-pencegahan
hipertensi dengan kendalikan hipertensi dengan periksa kesehatan secara rutin dan
ikuti anjuran dokter,atasi penyakit dengan pengobatan yang tepat dan teratur,tetap diet
dengan gizi seimbang,upayakan aktifitas fisik dengan aman,hindari asap
rokok,alkohol dan zat karsinogenik lainnya
DAFTAR PUSTAKA

Harvard Health. Diakses pada 2021. High Blood pressure (Hypertension).


World Health Organization (WHO). Diakses pada 2021. Hypertension.
Mayo Clinic. Diakses pada 2021. High blood pressure (hypertension) diperbarui pada 22
Maret 2021.
Kementerian Kesehatan RI. (2017). Sebagian Besar Penderita Hipertensi tidak
Menyadarinya. Universitas Indonesia.
Larki, A., Tahmasebi, R., & Reisi, M. (2018). Factors predicting self-care behaviors among
low health literacy hypertensive patients based on health belief model in Bushehr District,
South of Iran. International Journal of Hypertension, 2018(1), 1–7.
https://doi.org/doi.org/10.1155/2018/9752736.
Pedoman Tatalaksana Hipertensi Pada Penyakit Kardiovaskular
Health in Aging. Diakses pada 2020. High Blood Pressure (Hypertension).
National Institute on Aging. Diakses pada 2020. High Blood Pressure.

Mansjoer.2010.kapita salekta kedokteran.jakarta.FKUI http://repo.stikesicme-jbg.ac.id/45/1


Muhammadun.2010.Hidup Bersama Hipertensi.Yogyakarta.In Books http://repo.stikesicme-
jbg.ac.id/45/1

Anda mungkin juga menyukai