Anda di halaman 1dari 26

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan masalah yang ditemukan pada
masyarakat baik di negara maju maupun berkembang termasuk Indonesia. Hipertensi
merupakan suatu keadaan meningkatnya tekanan darah sistolik lebih dari sama
dengan 140 mmHg dan diastolik lebih dari sama dengan 90 mmHg. Hipertensi dapat
diklasifikasikan menjadi dua jenis yaitu hipertensi primer atau esensial yang
penyebabnya tidak diketahui dan hipertensi sekunder yang dapat disebabkan oleh
penyakit ginjal, penyakit endokrin, penyakit jantung, dan gangguan anak ginjal.
Hipertensi seringkali tidak menimbulkan gejala, sementara tekanan darah yang terus-
menerus tinggi dalam jangka waktu lama dapat menimbulkan komplikasi. Oleh
karena itu, hipertensi perlu dideteksi dini yaitu dengan pemeriksaan tekanan darah
secara berkala (Sidabutar, 2009).

WHO pada tahun 2013, menyebutkan bahwa di dunia terdapat 17.000 orang per
tahun meninggal akibat penyakit kardiovaskuler dimana 9.400 orang diantaranya
disebabkan oleh komplikasi dari hipertensi. Prevalensi hipertensi dunia mencapai
29.2% pada laki-laki dan 24.8 % pada perempuan (WHO, 2013). Prevalensi
hipertensi ini akan terus meningkat dan diprediksi pada tahun 2025 sebanyak 29 %
orang dewasa di seluruh dunia menderita hipertensi ( Kemenkes RI, 2013). Kasus
hipertensi di provinsi Jawa Tengah menempati peringkat ke-tiga setelah Jawa Timur
dan Bangka Belitung. Data Riskesdas (2010) juga menyebutkan hipertensi sebagai
penyebab kematian nomor tiga setelah stroke dan tuberkulosis, jumlahnya mencapai
6,8% dari proporsi penyebab kematian pada semua umur di Indonesia (Depkes,
2010).
BAB II
KONSEP DASAR
A. Pengertian
Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan
tekanan darah diastolic lebih dari 90 mmHg pada dua kali pengukuran dengan
selang waktu lima menit dalam keadaan cukup istirahat. Hipertensi adalah
peningkatan tekanan darah di arteri yang bersifat sistemik alias berlangsung terus
menerus untuk jangka waktu lama. Hipertensi adalah keadaan peningkatan tekanan
darah gejala yang akan berlanjut kesuatu organ target seperti stroke, jantung
coroner dan hiperthrophy dengan target organ diotak berupa sroke, hipertensi
menjadi penyebab utama stroke yang membawa kematian (Bustan, 2007).
B. Etiologi
Pada sekitar 90% penderita hipertensi, penyebabnya tidak diketahui dan keadaan
ini dikenal sebagai hipertensi esensial atau hipertensi primer. Hipertensi esensial
kemungkinan memiliki banyak penyebab; beberapa perubahan pada jantung dan
pembuluh darah kemungkinan bersama-sama menyebabkan meningkatnya tekanan
darah. Jika penyebabnya diketahui, maka disebut hipertensi sekunder. Pada sekitar
5 – 10 % penderita hipertensi, penyebabnya adalah penyakit ginjal. Pada sekitar 1
– 2 %, penyebabnya adalah kelainan hormonal atau pemakaian obat tertentu
(misalnya pil KB).
Penyebab hipertensi lainnya yang jarang adalah feokromositoma, yaitu tumor pada
kelenjar adrenal yang neghasilkan hormone epinefrin (arenalin) atau norepinefrin
(noradrenalin).
Kegemukan (obesitas), gaya hidup yang tidak aktif (malas berolahraga), stress,
alcohol atau garam dalam amakanan bisa memicu terjadinya hipertensi pada
orang-orang memiliki kepekaan yang diturunkan. Stress cenderung menyebabkan
kenaikan tekanan darah untuk sementara waktu, jika stress telah berlalu, maka
tekanan darah biasanya akan kembali normal.
Beberapa penyebab terjadinya hipertensi sekunder:
1. Penyakit ginjal
a. Stenosis arteri renalis.
b. Pielonefritis
c. Glomerulonephritis.
d. Tumor-tumor ginjal
e. Penyakit ginjal polikista (biasanya diturunkan)
f. Trauma pada ginjal (luka yang mengenai ginjal)
g. Terapi penyinaran yang mengenai ginjal.
2. Kelainan hormonal
a. Hiperaldosteronisme
b. Sindroma cushing
c. Feokromositoma
3. Obat-obatan
a. Pil KB
b. Kortikosteroid
c. Siklosporin
d. Eritropoietin
e. Kokain
f. Penyalah gunaan alcohol
g. Kayu mnais dalma jumlah besar.
4. Penyebab lainnya
a. Koartasio aorta
b. Preeklamsi pada kehamilan
c. Porifiria intermiten akut
d. Keracunan timbal akut.
Ada beberapa hal yang bisa menyebabkan seseorang memiliki tekanan darah
tinggi. Ada faktor penyebab tekanan darah tinggi yang tidak dapat anda
kendalikan. Ada juga yang dapat dikendalikan sehingga mampu mengatasi
penyaki darah tinggi. Beberapa faktor tersebut antara lain :
1. Keturunan
Faktor ini tidak bisa dikendalikan, jika seseorang memiliki orangtua atau
saudarayang memiliki tekanan darah tinggi maka kemungkinan ia menderita
tekanna darah tinggi lebih besar.
2. Usia
Faktor ini tidak bisa dikendalikan. Penelitian menunjukkan bahwa seraya
usia seseorang bertambah tekanan darah pun akan meningkat.
3. Garam
Faktor ini mampu dikendalikan, garam dapat meningkatkan tekanan darah
dengan cepat pada beberapa orang. Khususnya bagi penderita diabetes,
hipertensi ringan, orang dengan usia tua.
4. Kolestrol
Kandungan lemak yang berlebih dalam darah dapat menyebabkan timbunan
kolestrol pada dinding pembuluh darah. Hal ini dapat membuat pembuluh
darah menyempit dan akibatnya tekanan darah meningkat.
5. Obesitas
Orang yang memiliki berat badan diatas 30% berat badan ideal memiliki
kemungkinan lebih besar menderita tekanan darah tinggi.
6. Stress
7. Rokok
8. Kafein dan alcohol.
C. patofisiologi
Menurut Yusuf (2008), tekanan darah dipengaruhi oleh curah jantung dan
tahanan peifer. Tubuh mempunyai sistem yang berfungsi mencegah perubahan
tekanan darah secara akut. Sistem tersebut ada yang bereaksi ketika terjadi
perubahan tekanan darah dan ada juga yang beraksi ketika terjadi perubahan
tekanan darah secara akut. Sistem tersebut ada yang bereaksi ketika terjadi
perubahan tekanan darah da nada yang bereaksi lebih lama. Sistem yang cepat
tersebut antara lain reflek kardiovaskular melalui baroreseptor, reflek kemoresptor,
respon iskemia susunan saraf pusat dan reflek yang berasal dari atrium, arteri
pulmonalis dan otot polos. Sistem lain yang kurang cepat merespon perubahan
tekanan darah melibatkan respon ginjal dengan pengaturan hormone angiotensin
dan vasopressor. Kejadian hipertensi dimulai dengan adanya atherosclerosis yang
merupakan bentuk dari arterioklerosis (pengerasan arteri).
Antherosklerosis ditandai oleh penimbunan lemak yang progresif pada dinding
arteri sehingga mengurangi volume aliran darah ke jantung, karena sel sel otot
arteri tertimbun lemak kemudian membentuk plak, maka terjadi penyempitan pada
arteri dan penurunan elastisitas arteri sehingga tidak dapat mnegatur tekanan darah
kemudian mengakibatkan hipertensi. Kekakuan arteri dan kelambanan aliran darah
menyebabkan beban jantung bertambah berat yang dimanifestasikan dalam bentuk
hipertrofi ventrikel kiri (HVK) dan gangguan fungsi diastolik karena gangguan
relaksasi ventrikel kiri sehingga menyebabkan peningkatan tekanan darah dalam
sistem sirkulasi (Bustan, 2007).
D. Manifestasi Klinis
Tanda gejala yang biasa ditimbulkan pada penderita hipertensi menurut Nurarif
dan Kusuma (2013) adalah:
1. Tidak ada gejala
Tekanan darah yang tinggi namun penderita tidak merasakan perubahan
kondisi tubuh, seringkali hal ini mengakibatkan banyak penderita hipertensi
mengabaikan kondisinya karena gejala yang tidak dirasakannya.
2. Gejala yang lazim
Adanya nyeri kepala dan kelelahan. Beberapa pasien memerlukan
pertolongan medis karena mereka mengeluh sakit kepala, pusing, lemas,
kelelahan, sesak napas, gelisah, mual muntah, epistaksis, kesadaran menurun.
Hipertensi yang menahun dan tergolong hipertensi berat biasanya akan
menimulkan keluhan yang sangat Nampak yaitu: sakit kepala, kelelahan, mual
muntah, sesak napas, napas pendek, gelisah, pandangan mata kabur dan
berkunang-kunang, emosional, telinga bedengung, sulit tidur, tengkuk terasa
berat, nyeri kepala bagian belakang dan didada, otot lemah terjadi
pembengkakakan pada kaki dan pergelangan kaki, keringat berlebih, denyut
jantung yang kuat, cepat atau tidak teratur, impotensi, perdarahan di urine
bahkan mimisan (Martuti, 2009).
E. Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan Farmakologi
Ada 9 kelas obat antihipertensi: diuretic, penyekat beta, penghambat enzim
konversi angiotensin (ACEI), penghambat reseptor angiotensin (ARB) dan
antagonis kalsium dianggap sebagai obat antihipertensi utama. Obat-obat ini
baik sendiri atau dikombinasi harus digunakan untuk mnegobati mayoritas
pasien dengan hipertensi. Kebanyakan pasien dengan hipertensi memerlukan
dua atau lebih obat antihipertensi untuk mencapai target tekanan darah yang
diinginkan. Penmabahan obat kedua dari kelas yang berbeda dimulai apabila
pemakaian obat tunggal dengan dosis lazim gagal mencapai target tekanan
darah. Apabila tekanan darah melebihi 20/10 mmHg diatas target dapat
dipertimbangkan untuk memulai terapi dengan dua obat. Yang harus
diperhatikan adalah resiko untuk terjadinya hipotensi ortostatik terutama pada
pasien dengan diabetes, disfungsi autonomic dan lansia.
2. Terapi nonfarmakologi
Menerapkan gaya hidup hidup sehat bagi setiap orang sangat penting untuk
mencegah tekanan darah tinggi dan merupakan bagian penting dalam
penanganan hipertensi. Semua pasien dengan prehipertensi dan hipertensi harus
melakukan perubahan gaya hidup. Modifikasi gaya hidup yang penting yang
terlihat menurunkan tekanan darah adalah mengurangi berat badan untuk
individu yang obesitas atau gemuk; mengadopsi pola makan DASH (Dietary
Approach to Stop Hypertension) yang kaya akan kalium dan kalsium; diet
rendah natrium; aktifitas fisik dan mengkonsumsi alcohol sedikit saja. Pada
sejumlah pasien dengan pengontrolan tekanan darah cukup baik dengan terapi
satu obat antihipertensi, mengurangi garam dan berat badan dapat
membebaskan pasien dari menggunakan obat.
Program diet yang mudah diterima adalah yang didesain untuk menurunkan
berat badan secara perlahan-lahan. Pada pasien yang gemuk dan obes disertai
pembatasan pemasukan natrium dan alcohol, untuk itu diperlukan pendidikan
ke pasien dan dorongan moril.
Fakta-fakta berikut dapat diberitahukan kepada pasien supaya pasien mengerti
rasionalitas intervensi diet:
a. Hipertensi 2-3 kali lebih sering paa orang gemuk disbanding orang dengan
berat badan ideal.
b. Lebih dari 60% pasien dengan hipertensi adalah gemuk
c. Penurunan berat badan, hanya dengan 4,5 kg dapat menurunkan tekanan
darah secara bermakna pada orang gemuk.
d. Obesitas abdomen dikaitkan dengan sindroma metabolic, yang juga prekusor
dari hipertensi dan sindroma resistensi insulin yang dapat berlanjut ke DM
tipe 2, dyslipidemia dan selanjutnya ke penyakit kardiovaskuler.
e. Diet kaya dengan buah dan sayuran serta rendah lemak jenuh dapat
menurunkan tekanan darah pada individu dengan hipertensi.
f. Kebanyakan pasien mengalami penurunan tekanan darah sistolik dengan
pembatasan natrium.
Modifikasi rekomendasi Kira-kira
penurunan
tekanan darah,
range
Penurunan BB Pelihara BB normal 5-20 mmHg/ 10kg
(BMI 18.5-24.9) penurunan BB
Diet rendah sodium Diet kaya dengan 8-14 mm Hg
buah, sayur dan
produk susu rendah
lemak
Aktifitas fisik Regular aktifitas fisik 4-9 mm Hg
aerobic seperti jalan
kaki 3 menit/hari,
beberapa
hari/minggu
Minum alcohol Limit minum alcohol 2-4 mm Hg
sedikit saja tidak lebih dari 2/hari
(30 ml etanol untuk
laki-laki dan 1/hari
untuk perempuan)

Tujuan diet hipertensi menurut Sustrani (2008) adalah :


a. Mengurangi asupan garam
Mengurangi garam sering juga diimbangi dengan asupan lebih banyak
kalsium, magnesium dan kalium. Puasa garam untuk kasus tertentu dapat
menurunkan tekanan darah secara nyata. Umumnya kita mengkonsumsi
lebih banyak garam daripada yang dibutuhkan tubuh. Idealnya kita cukup
menggunakan sekitar satu sendok teh saja atau sekitar 5 gr garam perhari.
b. Memperbanyak serat
Mengkonsumsi lebih banyak sayur dan buah atau makanan rumahan yang
mengandung banyak serat alan memperlancar buang air besar dan menhaan
sebagian asupan natrium.
c. Menghentikan kebiasaan merokok
Menghentikan rokok, kopi dan alcohol dapat mengurangi beban jantung
sehingga jantung dapat bekerja dengan baik.
Rokok dapat meningkatkan resiko kerusakan pembuluh darah dengan
mengendapkan kolestrol pada pembuluh darah jantung bekerja lebih keras.
Sedangkan alcohol dapat memacu tekanan darah. Karena itu 90 ml
perminggu adalah batas tertinggi yang boleh dikonsumsi. Ukuran tersebut
sama dengan 6 kaleng bir @360 ml atau 6 gelas anggur @120 ml. selain itu
kopi dapat memacu detak jantung, menghentikan atau mengurangi kopi
berarti menyayangi jantun agar tidak terbebani lebih berat.
d. Perbanyak asupan kalium
Penelitian menunjukkan bahwa dengan mengkonsumsi 3500 mg kalium
dapat membantu mengatasi kelebihan natrium, sehingga dengan volume
darah yang ideal dapat dicapai kembali tekanan yang normal. Kalium
bekerja mengusir natrium dan senyawanya, sehingga lebih mudah
dikeluarkan.
F. konsep hipertensi
1. Pengkajian fokus
a. Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan
1) Kebiasaan: mengkonsumsi makanan yang banyak mengandung garam
berlebihan, lemak dan gorengan.
2) Kebiasaan merokok
3) Konsumsi alkohol
4) Pemahaman dan pengetahuan tentang penyakit hipertensi.
5) Riwayat hipertensi dalam keluarga
b. Pola nutrisi metabolik
1) Mual, muntah
2) Mengkonsumsi makanan yang berlemak
3) Kebiasaan minum kopi
c. Pola eliminasi
1) Pola BAK: adanya tahanan/mengejan, warna, frekuensi, nyeri
2) Pola BAB: teratur/tidak, ada nyeri atau tahanan saat BAB
d. Pola aktivitas dan latihan
1) Kelelahan
2) Nyeri dada
3) Palpitasi
4) Pernafasan cepat dan dalam
e. Pola persepsi kognitif
1) Nyeri kepala, pusing
2) Penglihatan kabur
3) Pola reproduksi dan seksualitas
4) Riwayat pemakaian kontrasepsi oral
2. Phatwey
Etiologi:
-Umur
-Obesity
-Jenis Kelamin
-Gaya Hidup

Hipertensi

Vasokontriksi Ginjal Otak

Vasokontriksi pembuluh
After Load darah ginjal
Suplay O2 ke Resistensi pembuluh
otak darah ota
Menurun aliran
darah
COP Tekanan
pembuluh darah
Respon renninabgiotensin Pingsan Gangguan otak
dan aldosteron perfusi jaringan

Resiko
aldesteron tinggi
injuri Nyeri tekan
Retensi Na

Kelebihan Nyeri
Edema volume cairan
B. Diagnosa Keperawatan
1. Perubahan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan
peningkatan tahanan pembuluh darah perifer.
2. Nyeri: sakit kepala berhubungan dengan peningkatan vaskuler
serebral.
3. Intoleran beraktivitas berhubungan dengan kematian, ketidak
seimbangan antara suplai dan kebutuha oksigen.
4. Penurunan curah jantung berhubungan dengan hipertropi ventrikel.
5. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan penumpukan sekret.
6. Kurang pengetahuan mengenai kondisi dan rencana pengobatan
berhubungan dengan kurangnya informasi tentang penyakit.
7. Resiko tinggi nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan mual, anoreksia.
C. Perencanaan Keperawatan
Dx 1. Perubahan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan peningkatan tahanan
pembuluh darah perifer.
HYD: - Tekanan darah berkurang sampai batas normal (100/70 mmHg-120/80
mmHg).
Capillary refill kembali dalam 2 detik, nadi teraba, kulit hangat dan tidak pucat.
Intervensi:
a. Monitor dan catat tanda dan gejala perfusi jaringan sistemik yang berkurang.
Rasional: Adanya pucat, dingin, kulit lembab, peningkatan TD dan H R
mencerminkan penurunan curah jantung.

b. Anjurkan pasien untuk bedrest, posisi tidur kepala lebih ditinggikan.


Rasional: Memberikan rasa nyaman dan mengurangi ketegangan.

c. Anjurkan pasien untuk mengurangi rokok atau berhenti merokok.


Rasional: Merokok menyebabkan vasokonstriksi.

d. Berikan cairan perparenteral sesuai dengan indikasi dan batasi konsumsi garam.
Rasional: Mengurangi retensi cairan.

e. Kolaborasi: berikan obat-obat anti hipertensi, antidiuretika.


Rasional: Membantu menurunkan tensi dan mengurangi kelebihan cairan.
Dx 2. Nyeri: sakit kepala berhubungan dengan peningkatan vaskuler serebral.

HYD: Nyeri kepala berkurang sampai dengan hilang dengan kriteria:

D. Keluhan nyeri berkurang/hilang


E. Ekspresi wajah rileks
F. Partisipasi dalam beraktivitas
Intervensi:

a. Kaji keluhan pasien.


Rasional: Untuk menentukan tindakan keperawatan.

b. Kaji karakteristik sakit kepala: tipe, intensitas, waktu.


Rasional: Menentukan tindakan keperawatan selanjutnya.

c. Tirah baring selama fase akut.


Rasional: Meminimalkan stimulasi/meningkatkan stimulasi.

d. Kaji tanda verbal dan non verbal terhadap nyeri.


Rasional: Mengurangi distensi.

e. Beri tindakan non farmakologi untuk menghilangkan sakit kepala mis: kompres
dingin, pijat punggung dan leher, redupkan lampu kamar, teknik relaksasi.
Rasional: Menurunkan tekanan vaskular cerebral dan memperlambat/ memblok
respons simpatis efektif dalam menghilangkan sakit kepala.

f. Berikan cairan, makanan lunak, perawatan mulut yang teratur bila terjadi
perdarahan hidung atau kompres hidung untuk menghentikan perdarahan.
Rasional: Meningkatkan kenyamanan umum, kompres hidung dapat
mengganggu, menelan atau membutuhkan nafas dengan mulut,
menimbulkan stagnasi sekresi oral dan mengeringkan membran
mukosa.

g. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat anti hipertensi, analgesic atau
ansietas.
Rasional: Menurunkan tekanan darah, menurunkan/mengontrol nyeri dan
mengurangi tegangan yang diperberat oleh stres.

Dx 3. Tidak toleransi beraktivitas berhubungan dengan menurunnya oksigenisasi


jaringan karena perfusi jaringan yang tidak adekuat, kelemahan fisik.

HYD: - Pasien tidak menunjukan tanda-tanda kelelahan dan kelemahan.


G. Toleransi dalam beraktivitas meningkat.
H. Pasien dapat melakukan aktivitas.
Intervensi:

a. Kaji aktivitas perawatan diri yang dibutuhkan.


Rasional: Kebutuhan perawatan diri terpenuhi.

b. Tempatkan barang-barang yang dibutuhkan pada tempat yang mudah dijangkau


pasien.
Rasional: Pasien dapat memenuhi kebutuhan sendiri.

c. Monitor tanda-tanda pasien telah dapat bertoleransi terhadap aktivitas seperti:


I. Pasien tidak menunjukan kelemahan/kelelahan
J. Interest terhadap aktivitas dan perawatan
K. Tekanan darah dalam batas normal sesuai dengan kondisi pasien
Rasional: Membantu menentukan tindakan selanjutnya.

d. Jelaskan pada pasien bahwa istirahat merupakan bagian dari prosedur


pengobatan.
Rasional: Pasien ikut berpartisipasi dalam pengobatan.

e. Batasi aktivitas.
Rasional: Membantu menurunkan kebutuhan oksigen.

f. Kurangi aktivitas di sekitarnya dan kebisingan lingkungan.


Rasional: Memberi rasa nyaman dan menurunkan ketegangan.

g. Tingkatkan aktivitas pasien secara bertahap dan tingkatkan kemandirian pasien.


Rasional: Memelihara tonus otot, kemampuan gerak tubuh dan membantu
meningkatkan harga diri pasien.

Dx 4. Resiko tinggi penurunan curah jantung berhubungan dengan hipertrofi


ventrikel, peningkatan overload, iskemik miokard.

HYD: - Berpartisipasi dalam beraktivitas yang menurunkan TD/beban kerja


jantung.

L. Mempertahankan TD normal.
M. Memperlihatkan irama dan frekuensi jantung stabil.
Intervensi:
a. Pantau TD tiap 4 jam.
Rasional: Waspada terhadap peningkatan TD sehingga bisa segera dilakukan
antisipasi.

b. Catat keberadaan kualitas denyutan sentral dan perifer.


Rasional: Denyut carotis, radialis, femoralis mungkin teramati. Denyut tungkai
mungkin menurun, mencerminkan efek dari vasokonstriksi.

c. Amati warna kulit, kelembaban suhu dan capillary refill.


Rasional: Adanya kelainan mencerminkan vasokonstriksi/penurunan curah
jantung.

d. Catat adanya edema.


Rasional: Dapat mengidentifikasi gagal jantung, kerusakan ginjal/vaskuler.

e. Beri lingkungan tenang dan nyaman.


Rasional: Membantu menurunkan rangsangan simpatis dan meningkatkan
relaksasi.

f. Pertahankan pembatasan aktivitas.


Rasional: Menurunkan stress dan ketegangan yang mempengaruhi tekanan
darah.

g. Anjurkan tehnik relaksasi, panduan imaginasi.


Rasional:

h. Pantau respon terhadap obat untuk mengontrol tekanan darah.


Rasional: Waspada terhadap adanya efek samping obat.

i. Berikan obat sesuai instruksi dokter.


Rasional: Mempercepat penyembuhan.

Dx 5. Inefektif penatalaksanaan regiment terapeutik berhubungan dengan kurang


pengetahuan tentang kondisi, pembatasan diet, obat-obatan faktor dan
perawatan tindak lanjut.

HYD: - Mampu mengungkapkan pengetahuan tentang penyakit hipertensi.

N. Pasien dapat mengidentifikasi faktor-faktor yang menyebabkan hipertensi.


O. Pasien mampu mengungkapkan cara kerja obat dan efek samping obat.
Intervensi:

a. Kaji kesiapan dan hambatan dalam menerima informasi.


Rasional: Menentukan metode dan cara penyampaian informasi.

b. Tetapkan dan nyatakan batas TD normal. Jelaskan efeknya pada jantung.


Rasional: Memberikan pemahaman tentang hubungan tekanan darah yang naik
dan komplikasi.

c. Beri informasi pada klien tentang faktor-faktor yang dapat menimbulkan penyakit
vaskuler seperti obesitas, merokok, stress.
Rasional: Faktor-faktor yang dapat menunjukkan hubungan antara pola hidup
dengan hipertensi.

d. Atasi masalah dengan pasien mengidentifikasi cara dimana mengubah gaya hidup
yang tepat untuk mengurangi faktor-faktor tersebut.
Rasional: Faktor resiko dapat meningkatkan proses penyakit dukungan petunjuk
dan empati meningkatkan toleransi pasien.

e. Diskusikan tanda dan gejala yang memerlukan perhatikan medik cepat seperti
peningkatan kelelahan, nafas pendek, edema.
Rasional: Pemahaman sendiri meningkatkan tanggung jawab pasien dalam
pemeliharaan kesehatan dan mencegah komplikasi.

f. Beri penjelasan tentang alasan pemberian obat dan efek samping obat.
Rasional: Informasi yang adekuat dan pemahaman tentang efek samping obat
akan meningkatkan kerjasama rencana pengobatan.
BAB III
TINJAUAN KASUS
A. Riwayat Penyakit Sekarang
Ny. N(70 th) dirawat di ruang yudistira dengan diagnosa medis hipertensi
urgency. Saat ini pasien tampak kelelahan, lemas dan rasa ketidaknyamanan.
Didapatkan data TD : 160/90 mmHg, N : 115x/menit, RR : 24x/menit, Suhu :
36˚C, SPO2 100%. Pasien terpasang infuse RL 20 tpm sebelah kiri. Pasien
mengeluh nyeri lutut seperti tertusuk-tusuk dan tegang, saat lutut ditekuk
terasa sakit,sangat sakit jika pasien berusaha berjalan. Pasien mengatakan
sebelumnya klien memang memiliki riwayat hipertensi. Pasien tampak lemas,
rasa ketidaknyamanan yang ditandai dengan pasien beberapa kali memegangi
bagian lutut.

Pemeriksaan Hasil Satuan Normal


Darah lengkap:
Hemoglobin 13,9 g/dL 11.7-15.5
Lekosit 9.5 /uL 3.0-10.6
Hematocrit 40.6 35-47
Trombosit 294 /uL 150-400

Kimia Klinik :
Glukosa sewaktu 112 mg/dL 75-140
Ureum 48.4 mg/dL 10-50
Creatinin 0.6 mg/dL 0.45-0.75
Kalium 4,80 mmol/L 3,5-5 mmol/L
Kalsium 1,20 mmol/L 9-11 mg/dl
B. Analisa Data
Data Problem Etiologi
DS :
Pasien mengeluh nyeri Nyeri Akut Agen pencedera
pada bagian lutut kiri fisiologis
P : nyeri bertambah saat
klien melipat lutut dan
berkurang saat pasien
meluruskan kakinya.
Q : terasa tegang dan
seperti tertusuk-tusuk.
R : nyeri pada lutut
menjalar sampai ke paha
dan betis.
S : Skala 4
T : Setiap saat dan terus
menerus.
DO :
TD : 160/90 mmHg
N : 115x/menit
Pasien tampak kelelahan,
berkeringat, dan ekspresi
menahan rasa nyeri.
Pasien tampak sesekali
memegangi bagian lutut
C. Diagnosa Keperawatan
Nyeri Akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis
D. Intervensi Keperawatan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam diharapkan nyeri pada lutut
teratasi deng kriteria hasil :
1. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi,
karakteristik, frekuensi dan kualitas.
2. Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan
3. Kaji tipe dan sumber nyeri
4. Ajarkan teknik nonfarmakologi
5. Kolaborasi dalam pemberian analgesic
6. Tingkatkan istirahat
7. Monitor TTV sebelum dan sesudah pemberian analgesic

E. Implementasi
Hari/ Tanggal Implementasi Respon
Senin, 24 Juni 2019 Mengkaji tipe dan DS : Pasien mengatakan
sumber nyeri nyeri pada lutut bagian
kiri menjalar sampai ke
paha, Skala nyeri 4,
pasien mengatakan nyeri
seperti tertusuk dan
tegang. Nyeri terjadi
secara terus menerus.
DO : pasien tampak
tidak nyamanan dengan
nyeri.
Memonitor vital sign DS : pasien menanyakan
pada pasien hasil pemeriksaan
tekanan darah dan
pasien mengatakan
bahwa sebelumnya ia
sudah sering mengalami
tekanan darah tinggi.
DO : TD 160/90 mmHg
N : 115x/menit
Memberikan terapi Ds : klien mengatakan
nonfarmakologi pijat setelah dipijat terasa
refleksi kaki untuk sedikit lebih rileks
menurunkan tekanan Do : klien tampak
darah nyaman, TD : 160/80, N
:100x/menit, RR:
23x/menit
Selas, 25 Juni 2019 Mengobservasi adanya DS : pasien mengatakan
reaksi nonverbal nyeri pada lutut sedikit
ketidaknyamanan berkurang, pusing sudah
berkurang, sudah bisa
berjalan sedikit-sedikit
Skala 2
DO : pasien tampak
nyaman, Tampak wajah
rileks.
Memonitor Vital Sign DS : pasien mengatakan
hasil pemeriksaan
tekanan darah saat
pertama kali masuk
adalah 200/80 mmHg.
DO :
RR : 24x/menit
TD : 160/70 mmHg
N : 85x/menit
S : 36,7 °C

Memberikan terapi DS : pasien mengatakan


nonfarmakologi pijat setelah dilakukan terapi
refleksi kaki untuk pijat refleksi kaki
menurunkan tekanan merasa lebih nyaman
darah dan dapat beristirahat
dengan tenang.
DO : pasien tampak
segar saat bangun pagi
Klien tampak rileks
Rabu 26 Juni 2019 Mengkaji tipe dan DS : pasien mengatakan
sumber nyeri nyeri di lutut suda sangat
berkurang. Tapi kalau
ditekuk terasa masih
sedikit sedikit sakit dan
klien belum bisa
berjalan sendiri ke toilet.
Nyeri terasa seperti
ditarik dan terasa tegang.
Skala 3
DO : tampak wajah
bahagia dan rileks pada
pasien.
Pasien tampak tertidur
setelah dilakukan terapi
nonfarmakologi.

Memonitor Vital Sign DS : -


DO :
RR: 24 x/menit
TD 150/80 mmHg
N : 120x/menit
S : 42°C
Melakukan kolaborasi Ds : klien mengatakan
pemberian antipiretik setelah diberikan PCT
PCT drips drips, panas sudah mulai
berkurang.
Do : 37,1 °C
Memberikan terapi DS : pasien mengatakan
nonfarmakologi pijat setelah dilakukan terapi
refleksi kaki untuk pijat refleksi kaki
menurunkan tekanan merasa sedikit nyaman
darah dan bisa tidur
DO : tampak wajah
bahagia dan rileks pada
pasien. pasien tampak
tertidur setelah
dilakukan terapi
nonfarmakologi.
TD : 140/90mmHg
F. EVALUASI
Hari/Tanggal Evaluasi
Rabu 26 Juni 2019 S : pasien mengatakan lutut masih terasa nyeri, jika
berjalan terasa sakit, Skala nyeri 3, klien merasa
pusing, rasa tegang di belakang leher.
O:
 RR: 24 x/menit
 TD 140/80 mmHg
 N : 120x/menit
 S : 56.5°C
A : Masalah nyeri akut b/d agen cedera fisiologis
P : Intervensi belum teratasi
lanjutkan Intervensi :
 Kaji tingkat nyeri
 Monitor tanda-tanda vital
 Kolaborasi untuk pemberian antipiretik
 Posisikan klien pada posisi yang nyaman
BAB IV
APLIKASI EBN

A. Identitas Klien : Ny. N (70 tahun)


B. Data Fokus
Data Problem Etiologi
DS : Ps mengeluh Nyeri Akut Agen pencedera
nyeri di bagian lutut fisiologis
sebelah kiri.
P : nyeri bertambah
saat berjalan dan
berkurang saat pasien
berbaring.
Q : nyeri di lutut
seperti ditusuk-tusuk
dan tegang
R : menjalar dari lutut
ke paha.
S : Skala 4
T : Setiap saat dan
terus menerus.
DO :
TD : 160/90 mmHg
N : 115x/menit
Pasien tampak lemas
dan menahan rasa
nyeri.
Pasien tampak sesekali
memegangi bagian
lututnya
C. Diagnosa Keperawatan yang berhubungan dengan EBN
Nyeri akut b.d agen pencedera fisiologis
D. EBN yang diterapkan pada pasien
Melakukan terapi pijat refleksi kaki terhadap penurunan tekanan darah
E. Alasan dan justifikasi penerapan EBN
Pijat refleksi kaki dapat menurunkan tekanan darah jika dilakukan secara
rutin. Pijat refleksi adalah suatu praktik memijat titik-titik tertentu pada
tangan dan kaki. Manfaat pijat refleksi untuk kesehatan sudah tidak perlu
diragukan lagi. Salah satu khasiatnya yang paling populer adalah untuk
mengurangi rasa sakit pada tubuh. Manfaat lainnya adalah mencegah
berbagai penyakit, meningkatkan daya tahan tubuh, membantu mengatasi
stress, meringankan gejala migrain, membantu penyembuhan penyakit
kronis, danmengurangi ketergantungan terhadap obat-obatan (Wahyuni,
2014).
BAB V
PEMBAHASAN

A. Justifikasi Pemilihan EBN


Penelitian yang dilakukan Nugroho (2012) dengan judul “Pengaruh Pijat

Refleksi Kaki dan Hipnoterapi Terhadap Tekanan Darah Pada Pasien

Hipertensi” didapatkan hasil bahwa pijat refleksi mampu menurunkan

tekanan darah sistol sebesar 23,5 mmHg dan diastol sebesar 8,42 mmHg.

Penelitian lain oleh Zunaidi, Nurhayati, dan Prihatin (2014) didapatkan

hasil bahwa pijat refleksi mampu menurunkan tekanan darah sistol

sebesar 13,8 mmHg dan diastol 13,3 mmHg.

B. Mekanisme Penerapan EBN


Pengumpulan data sekunder diperoleh dari status pasien yang meliputi
nama, jenis kelamin, diagnose medis, ruangan. Kemudian memberikan
terapi pijat refleksi kaki kemudian mengevaluasi tekanan darah di
akhir shift.
C. Hasil yang dicapai dan membandingkannya
DS : Pasien mengatakan sudah nyeri di lutut sedikit berkurang, pusing
sedikit berkurang.
DO : adanya penurunan tekanan darah pre-test 160/90 mmHg, post test
140/80
D. Kelebihan atau Kekurangan atau hambatan selama mengaplikasikan
EBN
Kelebihan : Mudah dilakukan
Kekurangan : Hasil tidak begitu jauh berpengaruh.
BAB VI
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan pengaplikasian tindakan pijat refleksi kaki mempengaruhi
penurunan tekanan darah pada Ny. N.

B. Saran
Sebaiknya dilakukan secara rutin, agar hasilnya dapat lebih maksimal.

Anda mungkin juga menyukai