PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan masalah yang ditemukan pada
masyarakat baik di negara maju maupun berkembang termasuk Indonesia. Hipertensi
merupakan suatu keadaan meningkatnya tekanan darah sistolik lebih dari sama
dengan 140 mmHg dan diastolik lebih dari sama dengan 90 mmHg. Hipertensi dapat
diklasifikasikan menjadi dua jenis yaitu hipertensi primer atau esensial yang
penyebabnya tidak diketahui dan hipertensi sekunder yang dapat disebabkan oleh
penyakit ginjal, penyakit endokrin, penyakit jantung, dan gangguan anak ginjal.
Hipertensi seringkali tidak menimbulkan gejala, sementara tekanan darah yang terus-
menerus tinggi dalam jangka waktu lama dapat menimbulkan komplikasi. Oleh
karena itu, hipertensi perlu dideteksi dini yaitu dengan pemeriksaan tekanan darah
secara berkala (Sidabutar, 2009).
WHO pada tahun 2013, menyebutkan bahwa di dunia terdapat 17.000 orang per
tahun meninggal akibat penyakit kardiovaskuler dimana 9.400 orang diantaranya
disebabkan oleh komplikasi dari hipertensi. Prevalensi hipertensi dunia mencapai
29.2% pada laki-laki dan 24.8 % pada perempuan (WHO, 2013). Prevalensi
hipertensi ini akan terus meningkat dan diprediksi pada tahun 2025 sebanyak 29 %
orang dewasa di seluruh dunia menderita hipertensi ( Kemenkes RI, 2013). Kasus
hipertensi di provinsi Jawa Tengah menempati peringkat ke-tiga setelah Jawa Timur
dan Bangka Belitung. Data Riskesdas (2010) juga menyebutkan hipertensi sebagai
penyebab kematian nomor tiga setelah stroke dan tuberkulosis, jumlahnya mencapai
6,8% dari proporsi penyebab kematian pada semua umur di Indonesia (Depkes,
2010).
BAB II
KONSEP DASAR
A. Pengertian
Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan
tekanan darah diastolic lebih dari 90 mmHg pada dua kali pengukuran dengan
selang waktu lima menit dalam keadaan cukup istirahat. Hipertensi adalah
peningkatan tekanan darah di arteri yang bersifat sistemik alias berlangsung terus
menerus untuk jangka waktu lama. Hipertensi adalah keadaan peningkatan tekanan
darah gejala yang akan berlanjut kesuatu organ target seperti stroke, jantung
coroner dan hiperthrophy dengan target organ diotak berupa sroke, hipertensi
menjadi penyebab utama stroke yang membawa kematian (Bustan, 2007).
B. Etiologi
Pada sekitar 90% penderita hipertensi, penyebabnya tidak diketahui dan keadaan
ini dikenal sebagai hipertensi esensial atau hipertensi primer. Hipertensi esensial
kemungkinan memiliki banyak penyebab; beberapa perubahan pada jantung dan
pembuluh darah kemungkinan bersama-sama menyebabkan meningkatnya tekanan
darah. Jika penyebabnya diketahui, maka disebut hipertensi sekunder. Pada sekitar
5 – 10 % penderita hipertensi, penyebabnya adalah penyakit ginjal. Pada sekitar 1
– 2 %, penyebabnya adalah kelainan hormonal atau pemakaian obat tertentu
(misalnya pil KB).
Penyebab hipertensi lainnya yang jarang adalah feokromositoma, yaitu tumor pada
kelenjar adrenal yang neghasilkan hormone epinefrin (arenalin) atau norepinefrin
(noradrenalin).
Kegemukan (obesitas), gaya hidup yang tidak aktif (malas berolahraga), stress,
alcohol atau garam dalam amakanan bisa memicu terjadinya hipertensi pada
orang-orang memiliki kepekaan yang diturunkan. Stress cenderung menyebabkan
kenaikan tekanan darah untuk sementara waktu, jika stress telah berlalu, maka
tekanan darah biasanya akan kembali normal.
Beberapa penyebab terjadinya hipertensi sekunder:
1. Penyakit ginjal
a. Stenosis arteri renalis.
b. Pielonefritis
c. Glomerulonephritis.
d. Tumor-tumor ginjal
e. Penyakit ginjal polikista (biasanya diturunkan)
f. Trauma pada ginjal (luka yang mengenai ginjal)
g. Terapi penyinaran yang mengenai ginjal.
2. Kelainan hormonal
a. Hiperaldosteronisme
b. Sindroma cushing
c. Feokromositoma
3. Obat-obatan
a. Pil KB
b. Kortikosteroid
c. Siklosporin
d. Eritropoietin
e. Kokain
f. Penyalah gunaan alcohol
g. Kayu mnais dalma jumlah besar.
4. Penyebab lainnya
a. Koartasio aorta
b. Preeklamsi pada kehamilan
c. Porifiria intermiten akut
d. Keracunan timbal akut.
Ada beberapa hal yang bisa menyebabkan seseorang memiliki tekanan darah
tinggi. Ada faktor penyebab tekanan darah tinggi yang tidak dapat anda
kendalikan. Ada juga yang dapat dikendalikan sehingga mampu mengatasi
penyaki darah tinggi. Beberapa faktor tersebut antara lain :
1. Keturunan
Faktor ini tidak bisa dikendalikan, jika seseorang memiliki orangtua atau
saudarayang memiliki tekanan darah tinggi maka kemungkinan ia menderita
tekanna darah tinggi lebih besar.
2. Usia
Faktor ini tidak bisa dikendalikan. Penelitian menunjukkan bahwa seraya
usia seseorang bertambah tekanan darah pun akan meningkat.
3. Garam
Faktor ini mampu dikendalikan, garam dapat meningkatkan tekanan darah
dengan cepat pada beberapa orang. Khususnya bagi penderita diabetes,
hipertensi ringan, orang dengan usia tua.
4. Kolestrol
Kandungan lemak yang berlebih dalam darah dapat menyebabkan timbunan
kolestrol pada dinding pembuluh darah. Hal ini dapat membuat pembuluh
darah menyempit dan akibatnya tekanan darah meningkat.
5. Obesitas
Orang yang memiliki berat badan diatas 30% berat badan ideal memiliki
kemungkinan lebih besar menderita tekanan darah tinggi.
6. Stress
7. Rokok
8. Kafein dan alcohol.
C. patofisiologi
Menurut Yusuf (2008), tekanan darah dipengaruhi oleh curah jantung dan
tahanan peifer. Tubuh mempunyai sistem yang berfungsi mencegah perubahan
tekanan darah secara akut. Sistem tersebut ada yang bereaksi ketika terjadi
perubahan tekanan darah dan ada juga yang beraksi ketika terjadi perubahan
tekanan darah secara akut. Sistem tersebut ada yang bereaksi ketika terjadi
perubahan tekanan darah da nada yang bereaksi lebih lama. Sistem yang cepat
tersebut antara lain reflek kardiovaskular melalui baroreseptor, reflek kemoresptor,
respon iskemia susunan saraf pusat dan reflek yang berasal dari atrium, arteri
pulmonalis dan otot polos. Sistem lain yang kurang cepat merespon perubahan
tekanan darah melibatkan respon ginjal dengan pengaturan hormone angiotensin
dan vasopressor. Kejadian hipertensi dimulai dengan adanya atherosclerosis yang
merupakan bentuk dari arterioklerosis (pengerasan arteri).
Antherosklerosis ditandai oleh penimbunan lemak yang progresif pada dinding
arteri sehingga mengurangi volume aliran darah ke jantung, karena sel sel otot
arteri tertimbun lemak kemudian membentuk plak, maka terjadi penyempitan pada
arteri dan penurunan elastisitas arteri sehingga tidak dapat mnegatur tekanan darah
kemudian mengakibatkan hipertensi. Kekakuan arteri dan kelambanan aliran darah
menyebabkan beban jantung bertambah berat yang dimanifestasikan dalam bentuk
hipertrofi ventrikel kiri (HVK) dan gangguan fungsi diastolik karena gangguan
relaksasi ventrikel kiri sehingga menyebabkan peningkatan tekanan darah dalam
sistem sirkulasi (Bustan, 2007).
D. Manifestasi Klinis
Tanda gejala yang biasa ditimbulkan pada penderita hipertensi menurut Nurarif
dan Kusuma (2013) adalah:
1. Tidak ada gejala
Tekanan darah yang tinggi namun penderita tidak merasakan perubahan
kondisi tubuh, seringkali hal ini mengakibatkan banyak penderita hipertensi
mengabaikan kondisinya karena gejala yang tidak dirasakannya.
2. Gejala yang lazim
Adanya nyeri kepala dan kelelahan. Beberapa pasien memerlukan
pertolongan medis karena mereka mengeluh sakit kepala, pusing, lemas,
kelelahan, sesak napas, gelisah, mual muntah, epistaksis, kesadaran menurun.
Hipertensi yang menahun dan tergolong hipertensi berat biasanya akan
menimulkan keluhan yang sangat Nampak yaitu: sakit kepala, kelelahan, mual
muntah, sesak napas, napas pendek, gelisah, pandangan mata kabur dan
berkunang-kunang, emosional, telinga bedengung, sulit tidur, tengkuk terasa
berat, nyeri kepala bagian belakang dan didada, otot lemah terjadi
pembengkakakan pada kaki dan pergelangan kaki, keringat berlebih, denyut
jantung yang kuat, cepat atau tidak teratur, impotensi, perdarahan di urine
bahkan mimisan (Martuti, 2009).
E. Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan Farmakologi
Ada 9 kelas obat antihipertensi: diuretic, penyekat beta, penghambat enzim
konversi angiotensin (ACEI), penghambat reseptor angiotensin (ARB) dan
antagonis kalsium dianggap sebagai obat antihipertensi utama. Obat-obat ini
baik sendiri atau dikombinasi harus digunakan untuk mnegobati mayoritas
pasien dengan hipertensi. Kebanyakan pasien dengan hipertensi memerlukan
dua atau lebih obat antihipertensi untuk mencapai target tekanan darah yang
diinginkan. Penmabahan obat kedua dari kelas yang berbeda dimulai apabila
pemakaian obat tunggal dengan dosis lazim gagal mencapai target tekanan
darah. Apabila tekanan darah melebihi 20/10 mmHg diatas target dapat
dipertimbangkan untuk memulai terapi dengan dua obat. Yang harus
diperhatikan adalah resiko untuk terjadinya hipotensi ortostatik terutama pada
pasien dengan diabetes, disfungsi autonomic dan lansia.
2. Terapi nonfarmakologi
Menerapkan gaya hidup hidup sehat bagi setiap orang sangat penting untuk
mencegah tekanan darah tinggi dan merupakan bagian penting dalam
penanganan hipertensi. Semua pasien dengan prehipertensi dan hipertensi harus
melakukan perubahan gaya hidup. Modifikasi gaya hidup yang penting yang
terlihat menurunkan tekanan darah adalah mengurangi berat badan untuk
individu yang obesitas atau gemuk; mengadopsi pola makan DASH (Dietary
Approach to Stop Hypertension) yang kaya akan kalium dan kalsium; diet
rendah natrium; aktifitas fisik dan mengkonsumsi alcohol sedikit saja. Pada
sejumlah pasien dengan pengontrolan tekanan darah cukup baik dengan terapi
satu obat antihipertensi, mengurangi garam dan berat badan dapat
membebaskan pasien dari menggunakan obat.
Program diet yang mudah diterima adalah yang didesain untuk menurunkan
berat badan secara perlahan-lahan. Pada pasien yang gemuk dan obes disertai
pembatasan pemasukan natrium dan alcohol, untuk itu diperlukan pendidikan
ke pasien dan dorongan moril.
Fakta-fakta berikut dapat diberitahukan kepada pasien supaya pasien mengerti
rasionalitas intervensi diet:
a. Hipertensi 2-3 kali lebih sering paa orang gemuk disbanding orang dengan
berat badan ideal.
b. Lebih dari 60% pasien dengan hipertensi adalah gemuk
c. Penurunan berat badan, hanya dengan 4,5 kg dapat menurunkan tekanan
darah secara bermakna pada orang gemuk.
d. Obesitas abdomen dikaitkan dengan sindroma metabolic, yang juga prekusor
dari hipertensi dan sindroma resistensi insulin yang dapat berlanjut ke DM
tipe 2, dyslipidemia dan selanjutnya ke penyakit kardiovaskuler.
e. Diet kaya dengan buah dan sayuran serta rendah lemak jenuh dapat
menurunkan tekanan darah pada individu dengan hipertensi.
f. Kebanyakan pasien mengalami penurunan tekanan darah sistolik dengan
pembatasan natrium.
Modifikasi rekomendasi Kira-kira
penurunan
tekanan darah,
range
Penurunan BB Pelihara BB normal 5-20 mmHg/ 10kg
(BMI 18.5-24.9) penurunan BB
Diet rendah sodium Diet kaya dengan 8-14 mm Hg
buah, sayur dan
produk susu rendah
lemak
Aktifitas fisik Regular aktifitas fisik 4-9 mm Hg
aerobic seperti jalan
kaki 3 menit/hari,
beberapa
hari/minggu
Minum alcohol Limit minum alcohol 2-4 mm Hg
sedikit saja tidak lebih dari 2/hari
(30 ml etanol untuk
laki-laki dan 1/hari
untuk perempuan)
Hipertensi
Vasokontriksi pembuluh
After Load darah ginjal
Suplay O2 ke Resistensi pembuluh
otak darah ota
Menurun aliran
darah
COP Tekanan
pembuluh darah
Respon renninabgiotensin Pingsan Gangguan otak
dan aldosteron perfusi jaringan
Resiko
aldesteron tinggi
injuri Nyeri tekan
Retensi Na
Kelebihan Nyeri
Edema volume cairan
B. Diagnosa Keperawatan
1. Perubahan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan
peningkatan tahanan pembuluh darah perifer.
2. Nyeri: sakit kepala berhubungan dengan peningkatan vaskuler
serebral.
3. Intoleran beraktivitas berhubungan dengan kematian, ketidak
seimbangan antara suplai dan kebutuha oksigen.
4. Penurunan curah jantung berhubungan dengan hipertropi ventrikel.
5. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan penumpukan sekret.
6. Kurang pengetahuan mengenai kondisi dan rencana pengobatan
berhubungan dengan kurangnya informasi tentang penyakit.
7. Resiko tinggi nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan mual, anoreksia.
C. Perencanaan Keperawatan
Dx 1. Perubahan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan peningkatan tahanan
pembuluh darah perifer.
HYD: - Tekanan darah berkurang sampai batas normal (100/70 mmHg-120/80
mmHg).
Capillary refill kembali dalam 2 detik, nadi teraba, kulit hangat dan tidak pucat.
Intervensi:
a. Monitor dan catat tanda dan gejala perfusi jaringan sistemik yang berkurang.
Rasional: Adanya pucat, dingin, kulit lembab, peningkatan TD dan H R
mencerminkan penurunan curah jantung.
d. Berikan cairan perparenteral sesuai dengan indikasi dan batasi konsumsi garam.
Rasional: Mengurangi retensi cairan.
e. Beri tindakan non farmakologi untuk menghilangkan sakit kepala mis: kompres
dingin, pijat punggung dan leher, redupkan lampu kamar, teknik relaksasi.
Rasional: Menurunkan tekanan vaskular cerebral dan memperlambat/ memblok
respons simpatis efektif dalam menghilangkan sakit kepala.
f. Berikan cairan, makanan lunak, perawatan mulut yang teratur bila terjadi
perdarahan hidung atau kompres hidung untuk menghentikan perdarahan.
Rasional: Meningkatkan kenyamanan umum, kompres hidung dapat
mengganggu, menelan atau membutuhkan nafas dengan mulut,
menimbulkan stagnasi sekresi oral dan mengeringkan membran
mukosa.
g. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat anti hipertensi, analgesic atau
ansietas.
Rasional: Menurunkan tekanan darah, menurunkan/mengontrol nyeri dan
mengurangi tegangan yang diperberat oleh stres.
e. Batasi aktivitas.
Rasional: Membantu menurunkan kebutuhan oksigen.
L. Mempertahankan TD normal.
M. Memperlihatkan irama dan frekuensi jantung stabil.
Intervensi:
a. Pantau TD tiap 4 jam.
Rasional: Waspada terhadap peningkatan TD sehingga bisa segera dilakukan
antisipasi.
c. Beri informasi pada klien tentang faktor-faktor yang dapat menimbulkan penyakit
vaskuler seperti obesitas, merokok, stress.
Rasional: Faktor-faktor yang dapat menunjukkan hubungan antara pola hidup
dengan hipertensi.
d. Atasi masalah dengan pasien mengidentifikasi cara dimana mengubah gaya hidup
yang tepat untuk mengurangi faktor-faktor tersebut.
Rasional: Faktor resiko dapat meningkatkan proses penyakit dukungan petunjuk
dan empati meningkatkan toleransi pasien.
e. Diskusikan tanda dan gejala yang memerlukan perhatikan medik cepat seperti
peningkatan kelelahan, nafas pendek, edema.
Rasional: Pemahaman sendiri meningkatkan tanggung jawab pasien dalam
pemeliharaan kesehatan dan mencegah komplikasi.
f. Beri penjelasan tentang alasan pemberian obat dan efek samping obat.
Rasional: Informasi yang adekuat dan pemahaman tentang efek samping obat
akan meningkatkan kerjasama rencana pengobatan.
BAB III
TINJAUAN KASUS
A. Riwayat Penyakit Sekarang
Ny. N(70 th) dirawat di ruang yudistira dengan diagnosa medis hipertensi
urgency. Saat ini pasien tampak kelelahan, lemas dan rasa ketidaknyamanan.
Didapatkan data TD : 160/90 mmHg, N : 115x/menit, RR : 24x/menit, Suhu :
36˚C, SPO2 100%. Pasien terpasang infuse RL 20 tpm sebelah kiri. Pasien
mengeluh nyeri lutut seperti tertusuk-tusuk dan tegang, saat lutut ditekuk
terasa sakit,sangat sakit jika pasien berusaha berjalan. Pasien mengatakan
sebelumnya klien memang memiliki riwayat hipertensi. Pasien tampak lemas,
rasa ketidaknyamanan yang ditandai dengan pasien beberapa kali memegangi
bagian lutut.
Kimia Klinik :
Glukosa sewaktu 112 mg/dL 75-140
Ureum 48.4 mg/dL 10-50
Creatinin 0.6 mg/dL 0.45-0.75
Kalium 4,80 mmol/L 3,5-5 mmol/L
Kalsium 1,20 mmol/L 9-11 mg/dl
B. Analisa Data
Data Problem Etiologi
DS :
Pasien mengeluh nyeri Nyeri Akut Agen pencedera
pada bagian lutut kiri fisiologis
P : nyeri bertambah saat
klien melipat lutut dan
berkurang saat pasien
meluruskan kakinya.
Q : terasa tegang dan
seperti tertusuk-tusuk.
R : nyeri pada lutut
menjalar sampai ke paha
dan betis.
S : Skala 4
T : Setiap saat dan terus
menerus.
DO :
TD : 160/90 mmHg
N : 115x/menit
Pasien tampak kelelahan,
berkeringat, dan ekspresi
menahan rasa nyeri.
Pasien tampak sesekali
memegangi bagian lutut
C. Diagnosa Keperawatan
Nyeri Akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis
D. Intervensi Keperawatan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam diharapkan nyeri pada lutut
teratasi deng kriteria hasil :
1. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi,
karakteristik, frekuensi dan kualitas.
2. Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan
3. Kaji tipe dan sumber nyeri
4. Ajarkan teknik nonfarmakologi
5. Kolaborasi dalam pemberian analgesic
6. Tingkatkan istirahat
7. Monitor TTV sebelum dan sesudah pemberian analgesic
E. Implementasi
Hari/ Tanggal Implementasi Respon
Senin, 24 Juni 2019 Mengkaji tipe dan DS : Pasien mengatakan
sumber nyeri nyeri pada lutut bagian
kiri menjalar sampai ke
paha, Skala nyeri 4,
pasien mengatakan nyeri
seperti tertusuk dan
tegang. Nyeri terjadi
secara terus menerus.
DO : pasien tampak
tidak nyamanan dengan
nyeri.
Memonitor vital sign DS : pasien menanyakan
pada pasien hasil pemeriksaan
tekanan darah dan
pasien mengatakan
bahwa sebelumnya ia
sudah sering mengalami
tekanan darah tinggi.
DO : TD 160/90 mmHg
N : 115x/menit
Memberikan terapi Ds : klien mengatakan
nonfarmakologi pijat setelah dipijat terasa
refleksi kaki untuk sedikit lebih rileks
menurunkan tekanan Do : klien tampak
darah nyaman, TD : 160/80, N
:100x/menit, RR:
23x/menit
Selas, 25 Juni 2019 Mengobservasi adanya DS : pasien mengatakan
reaksi nonverbal nyeri pada lutut sedikit
ketidaknyamanan berkurang, pusing sudah
berkurang, sudah bisa
berjalan sedikit-sedikit
Skala 2
DO : pasien tampak
nyaman, Tampak wajah
rileks.
Memonitor Vital Sign DS : pasien mengatakan
hasil pemeriksaan
tekanan darah saat
pertama kali masuk
adalah 200/80 mmHg.
DO :
RR : 24x/menit
TD : 160/70 mmHg
N : 85x/menit
S : 36,7 °C
tekanan darah sistol sebesar 23,5 mmHg dan diastol sebesar 8,42 mmHg.
A. Kesimpulan
Berdasarkan pengaplikasian tindakan pijat refleksi kaki mempengaruhi
penurunan tekanan darah pada Ny. N.
B. Saran
Sebaiknya dilakukan secara rutin, agar hasilnya dapat lebih maksimal.