Anda di halaman 1dari 34

LAPORAN PENDAHULUAN HIPERTENSI

Disusun Oleh:
Irma Setiawati_72020040395

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KUDUS
2021
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah suatu kondisi


medis saat seseorang mengalami peningkatan tekanan darah di atas
normal. Penyebab hipertensi adalah volume darah meningkat dan
saluran darah menyempit. Oleh karena itu, jantung harus memompa
lebih keras untuk suplai oksigen dan nutrisi ke setiap sel di dalam
tubuh (Puspitorini, 2009).

Menurut Joint National Committee VII (2003) umumnya


tekanan darah bertambah secara perlahan dengan bertambahnya
umur. Risiko untuk menderita hipertensi pada populasi ≥ 55 tahun
yang tadinya tekanan darahnya normal adalah 90%, sampai dengan
umur 55 tahun, laki-laki lebih banyak menderita hipertensi
dibanding perempuan, dari umur 55-74 tahun, sedikit lebih banyak
perempuan dibandingkan laki-laki yang menderita hipertensi.
Populasi lansia (umur ≥ 60 tahun), prevalensi untuk hipertensi
sebesar 65,4% (Joint National Committee VII, 2003).

WHO (World Health Organization) pada tahun 2008


memperkirakan bahwa hipertensi menyebabkan 7,5 juta kematian
sedangkan tahun 2013 penyakit kardiovaskuler seperti hipertensi
telah menyebabkan 17 juta kematian tiap tahun. Peringkat tertinggi
hipertensi adalah Afrika 46% dan terendah Amerika sekitar 35%
baik itu pria maupun wanita. Hipertensi dapat mengakibatkan
beberapa komplikasi di antaranya stroke, infark miokardium, dan
gagal ginjal. Hal tersebut didukung dengan pendapat Price &
Wilson (2006 : 583) yang menyatakan bahwa hipertensi kronis
merupakan penyebab kedua terjadinya gagal ginjal stadium akhir
dan 21% kasus membutuhkan terapi penggantian ginjal. Sekitar
separuh kematian akibat hipertensi disebabkan oleh infark
miokardium atau gagal jantung. Obstruksi atau ruptur pembuluh
darah otak merupakan penyebab sekitar sepertiga kematian akibat
hipertensi. Gejala klasik yang diderita pasien hipertensi antara lain
nyeri kepala, epistaksis/mimisan, pusing, dan tinnitus/suara
berdengung pada telinga yang berhubungan dengan naiknya
tekanan darah. Gejala yang sering muncul pada hipertensi salah
satunya adalah nyeri kepala (Setyawan, 2014). Nyeri menurut
Maslow merupakan salah satu kebutuhan fisiologis yang harus
segera ditangani, apabila tidak segera ditangani dapat menimbulkan
masalah keperawatan lainnya, seperti gangguan pola tidur,
gangguan mobilitas fisik, dan masalah perawatan diri (Potter &
Perry, 2010).

Menurut Price & Wilson (2006) nyeri kepala pada pasien


hipertensi disebabkan karena kerusakan vaskuler akibat dari
hipertensi pada seluruh pembuluh perifer. Perubahan struktur dalam
arteri-arteri kecil dan arteriola menyebabkan penyumbatan
pembuluh darah. Bila pembuluh darah menyempit maka aliran
arteri akan terganggu. Pada jaringan yang terganggu akan terjadi
penurunan O2 (oksigen) dan peningkatan CO2 (karbondioksida)
kemudian terjadi metabolisme anaerob dalam tubuh yang
meningkatkan asam laktat dan menstimulasi peka nyeri kapiler
pada otak. Selain merasakan ketidaknyamanan dan mengganggu,
nyeri akut yang tidak reda dapat mempengaruhi sistem pulmonar,
kardiovaskular, gastrointestinal, endokrin, dan immunologik
(Smeltzer, 2013 : 214).

Umumnya penatalaksanaan nyeri terbagi menjadi dua, yaitu


dengan pendekatan farmakologis dan nonfarmakologis. Pendekatan
secara farmakologis dapat dilakukan dengan memberikan
analgesik. Walaupun analgesik sangat efektif untuk mengatasi
nyeri, namun hal tersebut akan berdampak kecanduan obat dan
akan memberikan efek samping obat yang berbahaya bagi pasien
(Potter & Perry, 2010 : 245).

Masing-masing obat mempunyai efek samping yang berbeda


pada orang yang berbeda. Efek samping obat anti hipertensi
meliputi pusing saat berdiri dari posisi tidur atau duduk, kadar
potasium dalam darah rendah, gangguan tidur, mengantuk, mulut
kering, sakit kepala, bengkak atau oedem, konstipasi dan depresi
(Darmawan, 2012). Secara nonfarmakologis, penatalaksanaanya
antara lain dengan menggunakan kompres hangat, teknik relaksasi
dan distraksi (Potter & Perry, 2010 : 245).

B. Tujuan

a. Melakukan pengkajian pada klien hipertensi di Desa


Tunjungan Kab. Blora.

b. Menetapkan diagnosis keperawatan pada klien hipertensi di


Desa Tunjungan Kab. Blora.

c. Menyusun tujuan dan merencanakan asuhan keperaawatan


pada klien hipertensi di Desa Tunjungan Kab. Blora.

d. Melaksanakan tindakan keperawatan pada klien hipertensi di


Desa Tunjungan Kab. Blora.

e. Melakukan evaluasi pada klien hipertensi di Desa Tunjungan


Kab. Blora.
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Pengertian Hipertensi

Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten


dengan tekanan sistolik di atas 140 mmHg dan tekanan darah diastolik
di atas 90 mmHg. Populasi manula, hipertensi didefinisikan sebagai
tekanan sistolik ≥ 160 mmHg dan tekanan diastolik ≥ 90 mmHg
(Aspiani, 2016 : 211).
Sedangkan menurut Kushariyadi (2008) menyatakan bahwa
hipertensi adalah suatu keadaan ketika seseorang mengalami
peningkatan tekanan darah di atas normal yang mengakibatkan
peningkatan angka kesakitan (morbiditas) dan angka kematian
(mortalitas).
Menurut WHO, batasan tekanan darah yang masih dianggap
normal adalah 140/90 mmHg, sedangkan tekanan darah ≥ 160/95
mmHg dinyatakan sebagai hipertensi. Batasan WHO tersebut tidak
membedakan usia dan jenis kelamin (Udjianti, 2010 : 101).
Kaplan memberikan batasan hipertensi dengan memperhatikan usia
dan jenis kelamin (Udjianti, 2010 : 101- 102).
a. Pria berusia < 45 tahun, dikatakan hipertensi bila tekanan darah
pada waktu berbaring ≥ 130/90 mmHg.
b. Pria berusia > 45 tahun, dikatakan hipertensi bila tekanan
darahnya > 145/95 mmHg.
c. Wanita, hipertensi bila tekanan darah ≥ 160/95 mmHg

Perjalanan penyakit hipertensi sangat perlahan dan mungkin


klien tidak menunjukkan gejala selama bertahun-tahun sampai terjadi
kerusakan organ yang bermakna (silent killer). Hipertensi merupakan
penyakit akibat gangguan sirkulasi darah yang masih menjadi masalah
dalam kesehatan di masyarakat. Semakin tinggi tekanan darah semakin
besar resikonya (Price & Wilson, 2006).
Bila klien kurang atau bahkan belum mendapatkan
penatalaksanaan yang tepat dalam mengontrol tekanan darah, maka
angka mordibitas dan mortalitas akan semakin meningkat dan masalah
kesehatan dalam masyarakat semakin sulit untuk diperbaiki
(Suwardianto, 2011).

B. Etiologi
Hipertensi berdasarkan penyebabnya dapat dibedakan menjadi 2
golongan besar, yaitu :
a. Hipertensi Essensial atau Hipertensi Primer Menurut Ardiansyah
(2012)
yaitu hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya. Hipertensi primer
terdapat pada lebih dari 90% klien dengan hipertensi. Meskipun
hipertensi primer belum diketahui dengan pasti penyebabnya, data-
data penelitian telah menemukan beberapa faktor yang sering
menyebabkan terjadinya hipertensi, antara lain :
1) Faktor keturunan atau genetik; individu yang mempunyai riwayat
keluarga dengan hipertensi, beresiko lebih tinggi untuk
mendapatkan penyakit ini ketimbang mereka yang tidak.
2) Jenis kelamin dan usia; laki-laki berusia 35-50 tahun dan wanita
pasca menopause beresiko tinggi untuk mengalami hipertensi.
3) Diet; konsumsi diet tinggi garam atau kandungan lemak, secara
langsung berkaitan dengan berkembangnya penyakit hipertensi.
4) Berat badan atau obesitas (>25% di atas BB ideal) juga sering
dikaitkan dengan berkembangnya hipertensi.
5) Gaya hidup merokok dan konsumsi alkohol dapat meningkatkan
tekanan darah (bila gaya hidup yang tidak sehat tersebut tetap
diterapkan).
b. Hipertensi Sekunder Hipertensi sekunder
yaitu hipertensi yang disebabkan oleh penyakit lain. Sekitar 5-10%
dari klien yang mengalami hipertensi sekunder. Beberapa gejala atau
penyakit yang menyebabkan hipertensi jenis ini antara lain :
1) Coarctation aorta, yaitu penyempitan aorta congenital yang
(mungkin) terjadi pada beberapa tingkat aorta torasik atau aorta
abdominal. Penyempitan ini menghambat aliran darah melalui
lengkung aorta dan mengakibatkan peningkatan tekanan darah di
atas area konstriksi.
2) Penyakit parenkim dan vascular ginjal. Penyakit ini merupakan
penyebab utama hipertensi sekunder. Hipertensi renovaskular
berhubungan dengan penyempitan satu atau lebih arteri besar,
yang secara langsung membawa darah ke ginjal. Sekitar 90% lesi
arteri renal pada klien dengan hipertensi disebabkan oleh
arterosklerosis atau fibrous dysplasia (pertumbuhan abnormal
jaringan fibrous). Penyakit parenkim ginjal terkait dengan
infeksi, inflamasi, serta perubahan struktur serta fungsi ginjal.
3) Penggunaan kontrasepsi hormonal (estrogen). Oral kontrasepsi
yang berisi estrogen dapat menyebabkan hipertensi melalui
mekanisme rennin-aldosteron-mediate volume expansion.
Dengan penghentian oral kontrasepsi, tekanan darah kembali
normal setelah beberapa bulan (Udjianti, 2010 : 107).
4) Gangguan endokrin. Disfungsi medulla adrenal atau korteks
adrenal dapat menyebabkan hipertensi sekunder. Adrenal-
mediate hypertension disebabkan kelebihan primer aldosteron,
kortisol, dan katekolamin. Kelebihan aldosteron pada aldosteron
primer menyebabkan hipertensi dan hipokalemia. Aldosteonisme
primer biasanya timbul dari adenoma korteks adrenal yang
benign (jinak). Pheochromocytomas pada medulla adrenal yang
paling umum dan meningkatkan sekresi katekolamin yang
berlebihan (Ardiansyah, 2012 : 61).
5) Kegemukan (obesitas) dan gaya hidup yang tidak aktif (malas
berolahraga).
6) Stress yang cenderung menyebabkan kenaikan tekanan darah
untuk sementara waktu. Jika stress telah berlalu, maka tekanan
darah biasanya akan kembali normal.
7) Kehamilan Hipertensi akibat kehamilan atau hipertensi
gestasional adalah peningkatan tekanan darah (≥ 140 mmHg
pada sistolik; > 90 mmHg pada diastolik) terjadi setelah usia
kehamilan 20 minggu pada wanita non-hipertensi dan membaik
dalam 12 minggu pascapartum (Aspiani, 2016 : 213).
8) Peningkatan volume intravascular
9) Merokok. Nikotin dalam rokok dapat merangsang pelepasan
katekolamin. Peningkatan katekolamin ini mengakibatkan
iritabilitas miokardial, peningkatan denyut jantung, serta
menyebabkan vasokonstriksi yang kemudian meningkatkan
tekanan darah (Ardiansyah, 2012 : 61-62).

C. Patofisiologi dan Pathways


Ardiansyah (2012 : 66-67) menyebutkan bahwa sebagian manifestasi
klinis timbul setelah klien mengalami hipertensi selama bertahun-tahun.
Gejalanya berupa :
a. Nyeri kepala saat terjaga, terkadang disertai mual dan muntah akibat
peningkatan tekanan darah intrakranium;
b. Penglihatan kabur karena terjadi kerusakan pada retina sebagai
dampak dari hipertensi;
c. Ayunan langkah yang tidak mantap karena terjadi kerusakan
susunan saraf pusat
d. Nokturia (sering berkemih di malam hari) karena adanya
peningkatan aliran darah ginjal dan filtrasi glomerulus
e. Edema dependen dan pembengkakan akibat peningkatan tekanan
kapiler.

Gejala yang dialami klien dengan kasus hipertensi berat antara


lain sakit kepala (rasa berat di tengkuk), palpitasi, kelelahan, nausea,
muntahmuntah, kegugupan, keringat berlebihan, tremor otot,
pandangan kabur atau ganda, tinnitus (telinga mendenging), serta
kesulitan tidur.
Sementara menurut Kurniadi & Nurrahmani (2014) banyak klien
dengan hipertensi tidak mempunyai tanda-tanda yang menunjukkan
tekanan darah meninggi dan hanya akan terdeteksi pada saat
pemeriksaan fisik. Sakit kepala di tengkuk merupakan ciri yang sering
terjadi pada hipertensi berat. Gejala lainnya adalah pusing, palpitasi
(berdebar-debar), dan mudah lelah. Namun, gejala-gejala tersebut
kadang tidak muncul pada beberapa klien, bahkan pada beberapa kasus
klien dengan tekanan darah tinggi biasanya tidak merasakan apa-apa.
Peninggian tekanan darah kadang-kadang merupakan satu-satunya
gejala. Bila demikian, gejala baru akan muncul setelah terjadi
komplikasi pada ginjal, mata, otak, atau jantung.
D. Gambaran Klinik
1) Sakit kepala.
2) Gelisah.
3) Jantung berdebar-debar.
4) Pusing.
5) Penglihatan kabur.
6) Rasa sakit di dada.
7) mudah lelah, dll.

E. Pemeriksaan Penunjang Dan Diagnosis


Menurut Aspiani (2016 : 217-218) pemeriksaan penunjang pada klien
hipertensi antara lain :
a. Laboratorium
1) Albuminuria pada hipertensi karena kelainan parenkim ginjal
2) Kreatinin serum dan BUN (Blood Urea Nitrogen) meningkat pada
hipertensi karena parenkim ginjal dengan gagal ginjal akut
3) Darah perifer lengkap
4) Kimia darah (kalium, natrium, kreatinin, gula darah puasa)
b. EKG
1) Hipertrofi ventrikel kiri
2) Iskemia atau infark miokard
3) Peninggian gelombang P
4) Gangguan konduksi
c. Foto Rontgen
1) Bentuk dan besar jantung
2) Pembendungan, lebarnya paru
3) Hipertrofi parenkim ginjal
4) Hipertrofi vascular ginjal

Sedangkan menurut Udjianti (2010 : 109-110), studi diagnostik yang


dilakukan kepada klien dengan hipertensi adalah sebagai berikut :
a. Hitung darah lengkap (Complete Blood cells Count) meliputi
pemeriksaan hemoglobin, hematokrit untuk menilai viskositas dan
indicator faktor risiko seperti hiperkoagulabilitas, anemia.
b. Kimia darah
1) BUN (Blood Urea Nitrogen), kreatinin : peningkatan kadar
menandakan penurunan perfusi atau faal renal.
2) Serum glukosa : hiperglisemia (diabetes melitus adalah
presipitator hipertensi) akibat dari peningkatan kadar katekolamin.
3) Kadar kolesterol atau trigliserida : peningkatan kadar
mengindikasikan predisposisi pembentukan plaque atheromatus.
4) Kadar serum aldosteron : menilai adanya aldosteronisme primer.
5) Studi tiroid (T3 dan T4) : menilai adanya hipertiroidisme yang
berkontribusi terhadap vasokonstriksi dan hipertensi.
6) Asam urat : hiperuricemia merupakan implikasi faktor risiko
hipertensi.

c. Elektrolit
1) Serum potassium atau kalium (hipokalemia mengindikasikan
adanya aldosteronisme atau efek samping terapi diuretik).
2) Serum kalsium bila meningkat berkontribusi terhadap hipertensi.
d. Urine
1) Analisis urine adanya darah, protein, glukosa dalam urine
mengindikasikan disfungsi renal atau diabetes.
2) Urine VMA (Vanillylmandelic acid) : peningkatan kadar
mengindikasikan adanya pheochromacytoma.
3) Steroid urine : peningkatan kadar mengindikasikan
hiperadrenalisme, pheochromacytoma, atau disfungsi pituitary,
Sindrom Cushing’s; kadar rennin juga meningkat.
e. Radiologi
1) Intra Venous Pyelografi (IVP) : mengidentifikasi penyebab
hipertensi seperti renal pharenchymal disease, urolithiasis, Benign
Prostate Hyperplasia (BPH).
2) Rontgen toraks : menilai adanya klasifikasi obstruktif katup
jantung, deposit kalsium pada aorta, dan pembesaran jantung.
f. EKG (Elektrokardiogram) : menilai adanya hipertrofi miokard, pola
strain, gangguan konduksi atau disritmia.

F. Penatalaksanaan Medik
Menurut Padila (2013 : 363), tujuan pengobatan hipertensi tidak hanya
menurunkan tekanan darah saja tetapi juga mengurangi dan mencegah
komplikasi akibat hipertensi agar klien bertambah kuat. Pengobatan
hipertensi umumnya perlu dilakukan seumur hidup klien. Pengobatan
standar yang dianjurkan oleh Komite Dokter Ahli Hipertensi (Joint
National Committee on Detection, Evaluation and Treatment of High
Blood Pressure, USA, 1988) menyimpulkan bahwa obat diuretika,
penyekat beta, antagonis kalsium, atau penghambat ACE dapat
digunakan sebagai obat tunggal pertama dengan memperhatikan
keadaan klien dan penyakit lain yang ada pada klien. Menurut
Ardiansyah (2012 : 68-69), langkah awal secara nonfarmakologis
biasanya adalah dengan mengubah pola hidup klien, yakni dengan
cara :
a. Menurunkan berat badan sampai batas ideal,
b. Mengubah pola makan pada klien dengan diabetes, kegemukan,
atau kadarkolesterol darah tinggi,
c. Mengurangi pemakaian garam sampai kurang dari 2,3 gram natrium
atau 6 gram natrium klorida setiap harinya (disertai dengan asupan
kalsium, magnesium, dan kalium yang cukup),
d. Mengurangi konsumsi alkohol,
e. Berhenti merokok, dan
f. Olahraga aerobik yang tidak terlalu berat (klien dengan hipertensi
essensial tidak perlu membatasi aktivitasnya selama tekanan
darahnya terkendali). Pengaturan menu bagi klien dengan hipertensi
selama ini dilakukan dengan empat cara, yakni diet rendah garam,
diet rendah kolesterol dan lemak terbatas, diet tinggi serat, dan diet
rendah energi (bagi yang kegemukan).
Kini, bertambah satu cara diet pada klien hipertensi yang disebut
dengan DASH (Dietary Approach to Stop Hypertension). Prinsip utama
dari diet DASH adalah menyajikan menu makanan dengan gizi
seimbang yang terdiri atas buah-buahan, sayuran, produk-produk susu
tanpa atau sedikit lemak, ikan, daging unggas, biji-bijian, dan
kacangkacangan (Puspitorini, 2009 : 55)
DAFTAR PUSTAKA

Ardiansyah, Muhamad. (2012). Medikal Bedah Untuk Mahasiswa. Yogyakarta : DIVA


Press (Anggota IKAPI).

Aspiani, Reny Yuli. (2016). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Gangguan
Kardiovaskular Aplikasi NIC & NOC. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Berman, Audrey., Snyder, Shirlee., Kozier, Barbara., Erb, Glenora. (2009). Buku Ajar
Praktik Keperawatan Klinis Edisi 5. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Brunner & Suddarth. (2015). Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 12. Terjemahan oleh
Devi Yulianti, Amelia Kimin. 2015. Jakarta : EGC.

Bulechek, G. M., Howard K. B., Joanne M. D., & Cherly M. W. (2013). Nursing
Interventions Classification (NIC) Edisi Keenam. (Intansari Nurjannah, & Roxsana
Devi Tumanggor, Trans) Singapore : Elsevier.

Christensen, Paula J. & Janet W.K. (2009). Proses Keperawatan : Aplikasi Model
Konseptual, Ed 4. Jakarta : EGC.

Darmawan, Deden. (2012). Proses Keperawatan (Penerapan Konsep dan Kerangka


Kerja). Yogyakarta : Gosyen Publising.

Guyton. (1994). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta : EGC.

Hartanti, Rita Dwi., Wardana, Desnanda Pandu., Fajar, Rifqi Ari. (2016). Terapi
Relaksasi Napas Dalam Menurunkan Tekanan Darah Pasien Hipertensi. Jurnal
Ilmiah Kesehatan (JIK), 9 (1).

Herbasuki. (2006). Standar Operasional Prosedur SOP Keperawatan. Surakarta : Asosiasi


Institusi Pendidikan DIII Keperawatan Jawa Tengah.

Herdman, H. T. & Shigemi Kamitsuru. (2016). Diagnosis Keperawatan Definisi &


Klasifikasi 2015-2017 Edisi 10. (B.A. Keliat, H. D. Windarwati, A. Pawirowiyono,
& M. A. Subu, Trans). Jakarta : EGC.

Hidayat, Wisnu. 2011. Efektivitas Pemberian Tambahan Terapi Non Farmakologis untuk
Mencegah Kenaikan Tekanan Darah pada Penderita Hipertensi Stadium I. Jurnal
Ilmu Kesehatan Masyarakat.
ASUHAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH
PADA NY. H DENGAN DIAGNOSA MEDIS HIPERTENSI
DI DESA GEDANGAN KAB. GROBOGAN

IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. H

Umuir : 49 tahun

Pendidikan : SD

Suku / bangsa : Jawa Tengah

Agama : Islam

Status perkawinan : Menikah

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Ruang rawat :-

No. Rekam medis :-

Tgl masuk :-

Tgl / jam pengkajian : 21 Agustus 2021 Jam, 10.00 WIB

Diagnose : Hipertensi

RIWAYAT KESEHATAN

 Keluhan utama : Nyeri kepala


 Riwayat penyakit sekarang (ceritakan mulai dari keluhan dialami terus di
obatkan kemana) :
Pasien mengatakan sebelum di bawa ke rumah sakit, pasien mengatakan
Nyeri kepala, tengkuk tegang, sering pusing di karenakan pasien
mengkonsumsi daging sapi. Kemudian keluarga langsung membawa pasien ke
UGD RS terdekat. Setelah pulang dari Rumah Sakit beberapa hari di rumah
pasien masih merasakan nyeri kepala dan sering pusing yang hilang timbul.
 Riwayat penyakit dahulu
Pasien sebelumnya pernah mengalami peningkatan tekanan darah /
hipertensi sejak 2 tahun yang lalu. Penyakit tersebut di obatkan di puskesmas
terdekat.
 Riwayat penyakit keluarga
Pasien mengatakan keluarga pasien tidak ada yang mengalami Riwayat
yang sama atau penyakit menular yang lain seperti TBC, HIV, dll.
 Keadaan umum
Pasien masih tampak lemah, kesadaran komposmentis nilai E : 4 M : 6 V :
5 skor total : 15 hasil pemeriksaan tanda – tanda vital yaitu TD : 160 / 90
mmHg (sebelum dibawa ke RS), TD : 150 / 80 mmHg (setelah di bawa ke
RS)nadi 85x/menit dan suhu 37℃, pernafasan 20 X/menit.
PENGKAJIAN POLA KLEBUTUHAN VIRGINIA HENDERSON
1. Pernafasan dan oksigenasi : frekuensi 20 x/menit, pernafasan teratur
Keluhan yang dirasakan pasien : pasien mengatakan tidak mengalami
gangguan pernafasan
Status oksigenasi sentral : nyeri kepala, berputar. Hasil
pemeriksaan CT scan : -
Pemeriksaan jantung : suara jantung mur – mur, irama sinis
normal mengarah pada infark sisi lateral
atrium kiri dan tidak ada tanda dan
gejala terjadinya oedema, pasien
mengatakan jantungnya berdebar –
debar.
Hasil pemeriksaan EKG : Tidak adanya pembesaran jantung
Status oksigen perifer : akral kaki teraba hangat CTR < 3 detik
2. Nutrisi
Jenis diet : gizi seimbang :membatasi gula, garam, cukup buah,
sayuran, kacang – kacangan, biji –
bijian, makanan rendah lemak jenuh,
menggantinya dengan ikan yang
berminyak.
Menu yang di sajikan : nasi centong, sayur 4 – 5
mangkuk,sayur berupa tomat, sayuran
hijau, wortel , lauk : 6 butir / potong,
TB : 153 cm, BB : 54 kg, LILA : cm ,
lingkar abdomen cm, peristaltic usus :
15 x/menit, Hb : 8,9 gr/dl, protein darah :
mg/dl, kolesterol total : , HDL :
mg/dl, GDS jam : mg/ dl
- Keluhan pasien mengatakan tidak nafsu makan sejak
penyakitnya kambuh.
3. Gerak dan keseimbangan
- Postur tubuh : simetris
- Kemampuan mobilisasi saat ini : duduk dengan mandiri, berdiri
dengan bantuan, berjalan dengan bantuan
- Kemampuan jalan : 5 – 10 meter
- Keluhan pada saat aktivitas : kepala pusing / berputar saat
beraktivitas
- Nadi saat istirahat : 80 x/menit, nadi saat aktivitas : 110
x/menit
- Pengukuran sudut sendi : sudut siku kanan derajat. Siku kiri
sendi lutut derajat
- Keluhan di sendi : nyeri, kelumpuhan / kelemahan
anggota gerak : iya, pada bagian kaki terasa nyeri jika saat beraktivitas
kelamaan.
4. Kebutuhan elimininasi
BAB : frekuensi 3x/hari, konsistensi lembek
Alat bantu BAB : obat pencahar, berupa suposutoria
BAK :frekuensi 6 – 7 x/hari. Volume1500 cc/24jam, warna urine
: kuning jernih. Alat bantu pengeluaran urin : tidak ada
5. Istirahat dan Tidur
Lama tidur malam: 6-7 jam, lama tidur siang: 1-2 jam. Jam tidur malam:
23.00 s/d 00.00. Terbangun pukul 04.30 s/d 05.00. Kebiasaan sebelum
tidur: bersih-bersih sebelum mulai tidur. Kondisi tubuh setelah bangun
tidur: lelah,terasa pegal semua. Keluhan yang berhubungan dengan tidur:
pusing saaat tidur.

6. Kebutuhan mempertahankan sushu tubuh

Suhu: 37°C.Keluhan yang dirasakan saat ini : badan panas. Perabaan pada
punggung tangan: Hangat . Kebiasaan khusus setiap hari untuk mnejaga
suhu tubuh: tidak ada.
7. Menjaga kebersihan

Tampilan tubuh terkesan: bersih. Aroma tubuh tercium: wangi. Tampilan


rambut: bersih,rapi,aroma wangi.Kebersihan gigi: terlihat bersih.
Kebersihan kulit: bersih, kering,pecah-pecah.

8. Kebutuhan bekerja

Sesuai kartu identitas pekerja saat ini sebagai ibu rumah tangga. Jenis
pekerja menurut pasien tergolong: ringan.

9. Kebutuhan beribadah

Ibadah yang masih dijalankan pada saat sakit: sholat,berdoa.Ibadah yang


ingin diperbaiki untuk dilaksanakan sholat lima waktu.

10. Kebutuhan berpakaian

Kesan pakaian yang saat ini: bersih,rapi. Bahan pakaian yang dipakai
nyaman menurut pasien,tipis,longgar. Frekuensi ganti pakaian:sehari 2
kali.

11. Menghindari bahaya lingkungan ( aman/nyaman)

Menurut pasien kondisi yang mengancam saat ini : makanan yang sulit di
hindari. Kondisi ketidaknyamanan yang dirasakan saat ini: nyeri, skala
nyeri 4 lokasi nyeri bagian kepala. Lama timbulnya nyeri 5-10 menit.
Resiko terjatuh: Rendah. Alat pengaman di tempat tidur:tidak ada

12. Kebutuhan belajar

Informasi tentang penyakit pasien yang sudah di tetapkan:


pengertian,penyebab, tanda gejala, proses perjalanan terjadinya sakit,
pengobatan,perawatan di rumah,resiko penyakit,diet,aktivitas. Informasi
yang paling dibutuhkan pasien saat ini:pengobatan agar cepat sembuh.
13. Rekreasi

Kegiatan rekreasi yang sering dilakukan pasien: tidak ada. Kegiatan


rekreasi yang saat ini ingin dilakukan: mendengarkan cerita lucu.

14. Kebutuhan komunikasi

Bahasa sehari-hari yang digunakan: bahasa jawa. Tipe komunikasi pasien:


bahasa sederhana. Intonasi suara: lembut. Sikap komunikasi: mudah
tersinggung.

Obat-obatan pasien:

1. Amplodipine 1x1 tablet


2. Neurosambe
GENOGRAM

Keterangan:

: Laki-laki : Laki-laki meninggal

:Perempuan : Perempuan meninggal

: Tinggal Serumah

:Menikah

: Garis keturunan : Klien


ANALISA DATA

Tgl/jam data Masalah Paraf


keperawatan
10 Ags DS : Nyeri akut Irma
2021 - Pasien mengatakan nyeri kepala saat (00132)
10:00 digunakan beraktifitas
- Nyeri hilang timbul dan berputar
P : nyeri kepala karena tekanan darah naik
Q : nyeri seperti ditusuk – tusuk
R : nyeri disarakan saat aktivitas
S : skala nyeri 5
T : durasi 5 – 10 menit (hilang timbul)

DO :
- Pasien tampak lemah
- Ekspresi wajah tampak meringis
menahan nyeri
- Tanda – tanda vital:
TD : 150/80 mmHg
N : 88x/menit
S : 37℃
P : 20x/menit
10:15 DS : Intoleransi Irma
- Pasien mengatakan jantungnya berdebar aktivitas
saat beraktivitas (00092)
- Pada saat perubahan posisi pasien merasa
sakit pada daerah kepala
DO :
- Keadaan umum lemah
- Pasien tampak dibantu dalam beraktivitas
PERANCANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN

Tgl/Jam Dx. Kep. Tujuan Rencana Tindakan


Nyeri akut Setelah dilakukan tindakn 2 Manajemen nyeri :
x 24 jam diharapkan nyeri 1. Kaji skala nyeri,
pasien dapat berkurang / daerh, kualitas dan
hilang dengan KH : waktu
- Pasien melaporkan 2. Observasi tanda –
nyeri atauketidak tanda vital, TD, nadi,
nyamanan hilang / suhu, pernafasan
terkontrol 3. Pertahankan tirah
- Skala nyeri 2 (ringan) baring selama nyeri
akut
4. Beri tindakan non
farmakologi untuk
menghilangkan nyeri,
misalnya kompres
dingin pada dahi, pijat
punggung dan leher,
tenang, redupkan
lampu kamar, teknik
relaksaksi distraksi
dan aktivitas waktu
senggang
5. Bantu pasien dalam
ambulasi sesuai
kebutuhan
6. Kolaborasi pemberian
anolgetik,
antihipertensi sesuai
indikasi.
Intoleransi Setelah dilakukan tindakan Pengendalian aktivitas:
aktivitas keperawatan 2 x 24 jam 1. Kaji respon pasien
diharapkan terjadi terhadap aktivitas,
peningkatan toeransi nyeri dada, keletihan
aktivitas dengan KH : dan kelemahan
- Berpastisipasi dalam berlebihan, pusing
aktivitas yang 2. Intruksi pasien
diinginkan / diperlukan tentang teknik
- Melaporkan penghematan energi,
peningkatan toleransi misalnya duduk saat
aktivitas yang dapt sisir atau menyikat
diukur gigi, menggunakan
kursi saat mandi,
melakukan istirahat
dengan perlahan
3. Beri dorongan untuk
melakukan aktivitas
perawatan diri
bertahap jika dapat
ditoleransi
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

No HARI/ DX IMPLEMENTASI RESPON TTD


TGL/ KEPERAWA KEPERAWATAN
JAM TAN
1. Sabtu, Nyeri akut a. Melakukan DS: Irma
21 (00132) pengkajian skala, a. Pasien
Agustus daerah, kualitas, dan mengatakan
2021 waktu terjadinya nyeri pada
Jam nyeri kepalanya
10.05 P: saat
bergerak/
beraktivitas
Q: seperti
ditusuk-
tusuk
R: kepala
S: 5
T: hilanng
timbul
DO:
a. Pasien tampak
meringis
kesakitan
b. Pasien tampak
memegangi
area yang nyeri
c. Pasien
merintih
kesakitan
NO HARI/ DX IMPLEMENTASI RESPON TTD
TGL/ KEPERAWA KEPERAWATAN
JAM TAN
Sabtu, Nyeri akut b. Melakukan DS: Irma
21 (00132) observasi TTV a. Pasien
Agustus mengata kan
2021 bersedia
Jam DO:
10.10 a. Pasien
dilakukan
pengukuran
pada TD, HR,
RR, dan suhu
b. TD: 150/ 80
mmHG, HR: 88
x/ menit, RR:
20 x/ menit,
suhu: 37oC
Jam Nyeri akut c. Mempertahankan DS: Irma
10.17 (00132) tirah baring a. Pasien
selama fase akut mengatakan
bersedia
b. Pasien
mengatakan
merasa lebih
nyaman dan
nyerinya
berkurang

NO HARI/ DX IMPLEMENTASI RESPON TTD


TGL/ KEPERAWA KEPERAWATAN
JAM TAN
DO: Irma
a. Pasien tampak
berbaring di
atas tempat
tidur
b. Pasien tampak
rileks dan
nyaman
Jam Nyeri akut d. Memberikan DS: Irma
10.20 (00132) tindakan non a. Pasien
farmakologi mengatakan
untuk bersedia
menghilangkan b. Pasien
nyeri mengatakan
(seperti teknik nyerinya
relaksasi napas berkurang
dalam) c. Skala nyeri: 4
DO:
a. Pasien tampak
kooperatif
b. Pasien tampak
melakukan
teknik relaksasi
yang diajarkan

Jam Nyeri akut e. Membantu pasien DS:


10.35 (00132) dalam ambulasi a.Pasien mengata
NO HARI/ DX IMPLEMENTASI RESPON TTD
TGL/ KEPERAWA
JAM TAN KEPERAWATAN
sesuai kebutuhan kan bersedia Irma
b. Pasien
mengatakan
lebih nyaman
DO:
a. Pasien dibantu
dalam ambulasi
b. Pasien tampak
lebih nyaman
Jam Nyeri akut f. Melakukan DS: Irma
13.00 (00132) penatalaksanaan a. Pasien
dalam pemberian mengatakan
obat analgesic, bersedia
antihipertensi DO:
a. Pasien diberi
obat
amlodipine 5
mg
b. Pasien tampak
meminum obat
yang diberikan
2. Sabtu, Intoleransi a. Melakukan DS: Irma
21 Aktivitas pengkajian a.Pasien
Agustus ( 00092) mengenai respon mengatakan
2021 pasien terhadap hanya dapat
10.45 aktivitas bangun dari
posisi berbaring
NO HARI/ DX IMPLEMENTASI RESPON TTD
TGL/ KEPERAWA KEPERAWATAN
JAM TAN
b. Pasien Irma
mengatakan
merasa pusing
saat berdiri,
berjalan, atau
melakukan
aktivitas
lainnya
c. Pasien
mengatakan
dapat berdiri
atau berjalan
dengan dibantu
oleh keluarga
DO:
a. Pasien tampak
lemah
b. Pasien tampak
dibantu oleh
keluarga saat
berdiri, berjalan
Jam Intoleransi b. DS:
10.57 Aktivitas Menginstruksikan a.Pasien
(00092) pada pasien Mengatakan
tentang teknik bersedia
penghematan energy b. Pasien
mengatakan
tidak akan
melakukan
banyak
aktivitas
DO:
a. Pasien tampak
mengerti
tentang
instruksi yang
dianjurkan
b. Pasien tampak
berbaring di
atas tempat
tidur dan
terkadang
duduk
Jam Intoleransi c. Memberikan DS:
11.00 Aktivitas dorongan untuk a. Pasien
(00092 ) melakukan mengatakan
aktivitas / mengerti
perawatan diri tentang
bertahap jika aktivitas/
dapat ditoleransi perawatan diri
secara bertahap
seperti yang
dianjurkan
b. Pasien
mengatakan
akan berlatih
untuk berdiri
dan berjalan
dengan pelan-
pelan
DO:
a.Pasien
merespon
dengan baik
apa yang
dikatakan
perawat
2. Minggu, Nyeri akut a. Melakukan DS:
22 (00132) pengkajian skala a. Pasien
Agustus nyeri, daerah, mngatakan
2021 kualitas dan nyeri pada
Jam waktu kepalanya
09.05 P: saat
bergerak/
beraktivitas
Q: seperti
ditusuk- tusuk
R: kepala
S: 4
T: hilanng
timbul
DO:
a. Pasien tampak
menahan dan
meringis
kesakitan
b. Pasien tampak
memegangi
area yang nyeri
Jam Nyeri akut b. Melakukan DS:
09.10 (00132) observasi TTV a. Pasien
mengata kan
bersedia
DO:
a. Pasien
dilakukan
pengukuran
pada TD, HR,
RR, dan suhu
b. TD: 130/ 80
mmHg, HR:
85 x/ menit,
RR: 20 x/
menit, suhu:
36,9oC
Jam Nyeri akut c. Memberikan DS: Irma
09.15 (00132) tindakan a. Pasien
nonfarmakologi mengatakan
untuk bersedia
menghilangkan b. Pasien
nyeri mengatakan
(seperti teknik nyerinya
relaksasi napas berkurang
dalam) c. Skala nyeri: 2
DO:
a. Pasien tampak
kooperatif
b. Pasien tampak
melakukan
teknik relaksasi
yang diajarkan
c. Pasien tampak
lebih nyaman
dan rileks
d. Pasien tampak
lebih baik
Jam Nyeri akut d. Membantu pasien DS:
09.20 (00132) dalam ambulasi a.Pasien mengata
sesuai kebutuhan kan bersedia
b. Pasien
mengatakan
lebih nyaman
DO:
a. Pasien dibantu
dalam ambulasi
b. Pasien tampak
lebih nyaman
Jam Nyeri akut d. Melakukan DS:
13.00 (00132) penatalaksanaan a. Pasien
dalam pemberian mengatakan
analgesic, bersedia
antihipertensi DO:
a. Pasien diberi
obat
amlodipine 5
mg
b. Pasien tampak
meminum obat
yang diberikan
Jam Intoleransi a. Melakukan DS:
09.40 aktivitas pengkajian a.Pasien
(00092 ) mengenai respon mengatakan
pasien terhadap sudah tidak
aktivitas pusing lagi
b. Pasien
mengatakan
sudah dapat
berdiri dan
berjalan
sendiri dengan
pelan-pelan
DO:
a.Pasien tampak
lebih baik
b. Pasien tampak
berdiri dan
berjalan
dengan pelan-
pelan
EVALUASI KEPERAWATAN

Hari/Tanggal Diagnosa Evaluasi TTD


/Jam Keperawatan
Minggu Nyeri akut S ( subjektif ) Irma
22-08-2021 (00132) - Pasien mengatakan nyeri
14.00 berkurang dengan skala nyeri
2 (ringan)
- Pasien mengatakan merasa
sangat tenang dengan diberi
tindakan pijat leher &
punggung
O ( objektif )
- Keadaan umum sedang
- Pasien tampak rileks/ tenang
- Tekanan darah 130/70
mmHg
A ( assement )
- Masalah nyeri akut teratasi
P ( planning )
- Intervensi dipertahankan
Implementasi
- Memberikan message pada
kepala, leher, punggung &
kaki.
- Memberikan suasana
ruangan tenang & nyaman.
Evaluation
- Pasien mengatakan nyerinya
berkurang.
- Pasien tampak lebih tenang
& rileks
- Skala nyeri berkurang 2
(ringan)
- Tekanan darah : 110/80
mmHg
Minggu Intoleransi S ( subjektif )
22-08-2021 aktivitas - Pasien mengatakan sudah
14.10 (00092) mampu berjalan
- Pasien mengatakan berjalan
tanpa didampingi keluarga
0 ( objektif )
- Kondisi umum tampak
membaik
- Pasien tampak berjalan berhati-
hati
A ( assement )
- Masalah intoleransi aktivitas
P ( planning )
- Intervensi dipertahankan
Implementasi
- Melakukan personal hygine
- Membantu pasien duduk 15
menit, berdiri & berjalan 15
menit.
Evaluation
- Pasien mengatakan tidak pusing
lagi
- Pasien tampak kuat
- Pasien tampak duduk

Anda mungkin juga menyukai