Anda di halaman 1dari 18

1

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah suatu kondisi medis saat
seseorang mengalami peningkatan tekanan darah di atas normal. Penyebab
hipertensi adalah volume darah meningkat dan saluran darah menyempit. Oleh
karena itu, jantung harus memompa lebih keras untuk suplai oksigen dan nutrisi
ke setiap sel di dalam tubuh (Puspitorini, 2009).
Menurut Joint National Committee VII (2003) umumnya tekanan darah
bertambah secara perlahan dengan bertambahnya umur. Risiko untuk menderita
hipertensi pada populasi ≥ 55 tahun yang tadinya tekanan darahnya normal adalah
90%, sampai dengan umur 55 tahun, laki-laki lebih banyak menderita hipertensi
dibanding perempuan, dari umur 55-74 tahun, sedikit lebih banyak perempuan
dibandingkan laki-laki yang menderita hipertensi. Populasi lansia (umur ≥ 60
tahun), prevalensi untuk hipertensi sebesar 65,4% (Joint National Committee VII,
2003).
WHO (World Health Organization) pada tahun 2008 memperkirakan bahwa
hipertensi menyebabkan 7,5 juta kematian sedangkan tahun 2013 penyakit
kardiovaskuler seperti hipertensi telah menyebabkan 17 juta kematian tiap tahun.
Peringkat tertinggi hipertensi adalah Afrika 46% dan terendah Amerika sekitar
35% baik itu pria maupun wanita. Menurut Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS)
(2013) prevalensi hipertensi di Indonesia mencapai 26,5%. Berdasarkan data
RSUD Tidar Kota Magelang, prevalensi angka kesakitan rawat inap karena
hipertensi pada tahun 2016 dari bulan Juni terdiri dari 911 kasus, yang
keseluruhannya merupakan hipertensi primer dan tidak ada kasus hipertensi
sekunder. Tahun 2017 dari bulan Januari sampai bulan November sebanyak 958
kasus, yang keseluruhannya merupakan hipertensi primer dan tidak ada kasus
hipertensi sekunder, tertinggi terjadi pada bulan Maret yaitu 132 kasus dan
terendah pada bulan November yaitu 44 kasus. Kasus hipertensi paling banyak
2

diderita oleh kelompok usia 45 – 64 tahun yaitu sebanyak 521 kasus dan berjenis
kelamin perempuan yaitu 509 kasus serta rata-rata lama perawatan pasien yaitu 4
hari. (RSUD Tidar, Data Primer, 2017).
Menurut Price & Wilson (2006) nyeri kepala pada pasien hipertensi
disebabkan karena kerusakan vaskuler akibat dari hipertensi pada seluruh
pembuluh perifer. Perubahan struktur dalam arteri-arteri kecil dan arteriola
menyebabkan penyumbatan pembuluh darah. Bila pembuluh darah menyempit
maka aliran arteri akan terganggu. Pada jaringan yang terganggu akan terjadi
penurunan O2 (oksigen) dan peningkatan CO2 (karbondioksida) kemudian terjadi
metabolisme anaerob dalam tubuh yang meningkatkan asam laktat dan
menstimulasi peka nyeri kapiler pada otak. Selain merasakan ketidaknyamanan
dan mengganggu, nyeri akut yang tidak reda dapat mempengaruhi sistem
pulmonar, kardiovaskular, gastrointestinal, endokrin, dan immunologik (Smeltzer,
2013).
Umumnya penatalaksanaan nyeri terbagi menjadi dua, yaitu dengan
pendekatan farmakologis dan nonfarmakologis. Pendekatan secara farmakologis
dapat dilakukan dengan memberikan analgesik. Walaupun analgesik sangat
efektif untuk mengatasi nyeri, namun hal tersebut akan berdampak kecanduan
obat dan akan memberikan efek samping obat yang berbahaya bagi pasien (Potter
& Perry, 2010).
Kompres hangat untuk nyeri kepala pada hipertensi dilakukan untuk
merelaksasikan otot pada pembuluh darah dan melebarkan pembuluh darah
sehingga hal tersebut dapat meningkatkan pemasukan oksigen dan nutrisi ke
jaringan otak (Setyawan, 2014).
Menurut Sulistyarini (2013) yang meneliti tentang “Terapi Relaksasi untuk
Menurunkan Tekanan Darah dan Meningkatkan Kualitas Hidup Penderita
Hipertensi” menyatakan bahwa klien dengan melakukan pelatihan relaksasi
secara teratur dapat membuat gangguan fisik yang berkaitan dengan hipertensi
menjadi berkurang. Beberapa keluhan fisik yang reda akibat melakukan relaksasi
adalah sakit di leher, sakit kepala, sulit tidur, badan yang kaku dan pegal-pegal.
3

Secara psikologis, pelatihan relaksasi membuat klien merasa relaks yang dapat
mengurangi rasa ketidaknyamanan dan membuat klien menjadi tenang, perasaan
cemas serta khawatir pun menjadi berkurang.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang, maka rumusan masalah dalam laporan ini adalah
Bagaimanakah asuhan Keperawatan pada klien hipertensi di Puskesmas Simpang Tiga
Pekanbaru?”
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Memberikan Asuhan Keperawatan pada Tn. M tentang Hipertensi di
Puskesmas Simpang Tiga Pekanbaru.

1.3.1 Tujuan Khusus


a. Mengidentifikasi data subjektif pada Tn. M di Puskesmas Simpang
Tiga Pekanbaru.
b. Mengidentifikasi data objektif pada Tn. M di Puskesmas Simpang
Tiga Pekanbaru
c. Mengidentifikasi diagnosis pada Tn. M di Puskesmas Simpang Tiga
Pekanbaru
d. Mengidentifikasi planning pada Tn. M di Puskesmas Simpang Tiga
Pekanbaru.
1.4 Manfaat
a. Bagi Institusi
Hasil penulisan Laporan ini dapat dijadikan acuan untuk
pengembangan keilmuan dimasa yang akan datang terutama pada
pasien hipertensi
b. Bagi Penulis
Hasil penulisan Laporan ini diharapkan dapat menambah
pengetahuan dan pemahaman mengenai Asuhan tentang hipertensi
4

c. Bagi Klien
Diharapkan klien lebih paham mengenai hipertensi dan
pencegahannya
5

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Hipertensi
Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dengan tekanan
sistolik di atas 140 mmHg dan tekanan darah diastolik di atas 90 mmHg. Populasi
manula, hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistolik ≥ 160 mmHg dan tekanan
diastolik ≥ 90 mmHg (Aspiani, 2016).
Menurut WHO, batasan tekanan darah yang masih dianggap normal adalah
140/90 mmHg, sedangkan tekanan darah ≥ 160/95 mmHg dinyatakan sebagai
hipertensi. Batasan WHO tersebut tidak membedakan usia dan jenis kelamin.
Perjalanan penyakit hipertensi sangat perlahan dan mungkin klien tidak menunjukkan
gejala selama bertahun-tahun sampai terjadi kerusakan organ yang bermakna (silent
killer). Hipertensi merupakan penyakit akibat gangguan sirkulasi darah yang masih
menjadi masalah dalam kesehatan di masyarakat. Semakin tinggi tekanan darah
semakin besar resikonya (Price & Wilson, 2006). Bila klien kurang atau bahkan
belum mendapatkan penatalaksanaan yang tepat dalam mengontrol tekanan darah,
maka angka mordibitas dan mortalitas akan semakin meningkat dan masalah
kesehatan dalam masyarakat semakin sulit untuk diperbaiki (Suwardianto, 2011).
Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah suatu peningkatan tekanan darah
di dalam arteri. Dimana Hiper yang artinya berebihan, dan Tensi yang artinya
tekanan/tegangan, jadi hipertensi merupakan gangguan pada sistem peredaran darah
yang menyebabkan kenaikan tekanan darah diatas nilai normal (Musakkar & Djafar,
2021).
Seseorang dinyatakan hipertensi apabila seseorang memiliki tekanan darah
sistolik ≥ 140 mmHg dan ≥ 90 untuk tekanan darah diastolik ketika dilakukan
pengulangan (Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia, 2015).
6

2.2 Faktor-Faktor Penyebab Hipertensi


Ada 2 macam hipertensi menurut (Musakkar & Djafar, 2021) yaitu :
a. Hipertensi esensial adalah hipertensi yang sebagian besar tidak
diketahui penyebabnya. Sekitar 10-16% orang dewasa yang mengidap
penyakit tekanan darah tinggi ini.
b. Hipertensi sekunder adalah hipertensi yang diketahui penyebabnya.
Sekitar 10 % orang yang menderita hipertensi jenis ini.

Beberapa penyebab hipertensi menurut (Musakkar & Djafar, 2021), antara


lain :

1) Keturunan
Jika seseorang memiliki orang tua atau saudara yang mengidap hipertensi
maka besar kemungkinan orang tersebut menderita hipertensi.
2) Usia
Sebuah penelitian menunjukkan bahwa semakin bertambah usia
seseorang maka tekanan darah pun akan meningkat.
3) Garam
Garam dapat meningkatkan tekanan darah dengan cepat pada beberapa
orang.
4) Kolesterol
Kandungan lemak yang berlebih dalam darah dapat menyebabkan
timbunan kolesterol pada dinding pembuluh darah, sehingga
mengakibatkan pembuluh darah menyempit dan tekanan darah pun akan
meningkat.
5) Obesitas/kegemukan
Orang yang memiliki 30% dari berat badan ideal memiliki risiko lebih
tinggi mengidap hipertensi.
7

6) Stress
Stres merupakan masalah yang memicu terjadinya hipertensi di mana
hubungan antara stres dengan hipertensi diduga melalui aktivitas saraf
simpatis peningkatan saraf dapat menaikkan tekanan darah.
7) Rokok
Merokok dapat memicu terjadinya tekanan darah tinggi, jika merokok
dalam keadaan menderita hipertensi maka akan dapat memicu penyakit
yang berkaitan dengan jantung dan darah.
8) Kafein
Kafein yang terdapat pada kopi, teh, ataupun minuman bersoda dapat
meningkatkan tekanan darah.
9) Alkohol
Mengonsumsi alkohol yang berlebih dapat meningkatkan tekanan darah.
10) Kurang olahraga
Kurang berolahraga dan bergerak dapat meningkatkan tekanan darah, jika
menderita hipertensi agar tidak melakukan olahraga berat.
2.3 Tanda dan Gejala Hipertensi
Tanda dan gejala Hipertensi Menurut (Salma, 2020), yaitu :
a. Sakit kepala (biasanya pada pagi hari sewaktu bangun tidur)
b. Bising (bunyi “nging”) di telinga
c. Jantung berdebar-debar
d. Pengelihatan kabur
e. Mimisan
f. Tidak ada perbedaan tekanan darah walaupun berubah posisi.
8

2.4 Dampak Hipertensi


Hipertensi yang tidak teratasi, dapat menimbulkan komplikasi yang
berbahaya menurut (Septi Fandinata, 2020):
a. Payah jantung
Kondisi jantung yang tidak lagi mampu memompa darah untuk
memenuhi kebutuhan tubuh. Kondisi ini terjadi karena kerusakan pada
otot jantung atau sistem listrik jantung.
b. Stroke
Tekanan darah yang terlalu tinggi bisa mengakibatkan pembuluh darah
yang sudah lemah pecah. Jika hal ini terjadi pada pembuluh darah otak
makan akan terjadi pendarahan pada otak dan mengakibatkan kematian.
Stroke bisa juga terjadi karena sumbatan dari gumpalan darah di
pembuluh darah yang menyempit.
c. Kerusakan ginjal
Menyempit dan menebalnya aliran darah menuju ginjal akibat hipertensi
dapat mengganggu fungsi ginjal untuk menyaring cairan menjadi lebih
sedikit sehingga membuang kotoran kembali ke darah.
d. Kerusakan pengelihatan
Pecahnya pembuluh darah pada pembuluh darah di mata karena
hipertensi dapat mengakibatkan pengelihatan menjadi kabur, selain itu
kerusakan yang terjadi pada organ lain dapat menyebabkan kerusakan
pada pandangan yang menjadi kabur.

Hipertensi dapat menimbulkan kerusakan organ tubuh, baik secara langsung


maupun tidak langsung. Beberapa penelitian menemukan bahwa penyebab
kerusakan organ-organ tersebut dapat melalui akibat langsung dari kenaikan tekanan
darah pada organ atau karena efek tidak langsung. Dampak terjadinya komplikasi
hipertensi, kualitas hidup penderita menjadi rendah dan kemungkinan terburuknya
adalah terjadinya kematian penderita akibat komplikasi hipertensi yang dimilikinya.
9

2.5 Pencegahan Hipertensi

Pencegahan hipertensi yang dapat dilakukan menurut (Ernawati, 2020) yaitu :

a. Mengurangi asupan garam (kurang dari 5 gram setiap hari)

b. Makan lebih banyak buah dan sayuran

c. Aktifitas fisik secara teratur

d. Menghindari penggunaan rokok

e. Membatasi asupan makanan tinggi lemak jenuh

f. Menghilangkan/mengurangi lemak trans dalam makanan

2.6 Penatalaksanaan Hipertensi

Menurut (Righo, 2014) penatalaksanaan hipertensi ada 2 yaitu farmakologi


dan non farmakologi :

a. Farmakologi (Obat-obatan)

Hal yang perlu diperhatikan dalam pemberian atau pemilihan obat anti hipertensi
yaitu :

1) Mempunyai efektivitas yang tinggi.


2) Mempunyai toksitas dan efek samping ringan atau minimal.
3) Memungkinkan penggunaan obat secara oral.
4) Tidak menimbulkan intoleransi.
5) Harga obat relative murah sehingga terjangkau oleh klien.
6) Memungkin penggunaan jangka panjang.
Golongan obat-obatan yang diberikan pada klien dengan hipertensi seperti
golongan diuretik, golongan betabloker, golongan antagonis kalsium, serta
golongan penghambat konversi rennin angiotensin.
10

b. Non Farmakologi
1) Diet
Pembatasan atau kurangi konsumsi garam. Penurunan berat badan dapat
membantu menurunkan tekanan darah bersama dengan penurunan aktivitas
rennin dalam plasma dan penurunan kadar adosteron dalam plasma.
2) Aktivitas
Ikut berpartisipasi pada setiap kegiatan yang sudah disesuaikan dengan batasan
medis dan sesuai dengan kemampuan, seperti berjalan, jogging, bersepeda, atau
berenang.
3) Istirahat yang cukup
Istirahat dengan cukup memberikan kebugaran bagi tubuh dan mengurangi beban
kerja tubuh.
4) Kurangi stress
Mengurangi stress dapat menurunkan tegang otot saraf sehingga dapat
mengurangi peningkatan tekanan darah.
11

BAB III

LAPORAN KASUS

3.1 Pengkajian
Hari / Tanggal : Jum’at, 28 Oktober 2022
Jam : 08.49 WIB
1. Subjektif
a. Identitas
Pasien istri
Nama : Tn. M NY. H
Umur : 65 tahun 63 tahun
Agama : Islam Islam
Pendidikan : SMA SMA
Pekerjaan : Swasta IRT
Alamat : Tengk bey
b. Penanggung jawab :
Nama : Tn. M
Umur : 65 tahun
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Swasta
Alamat : Tengk bey
c. Keluhan Utama : Pasien datang kepuskesmas mengatakan kaki
bengkak hilang timbul
d. Riwayat perkawinan
Status pernikahan : Sah
Lama : ±40th
Menikah ke :I
Usia menikah pertama kali : 25 th
12

e. Riwayat Kesehatan
a) Penyakit yang pernah/sedang diderita ( menular, menurun, dan
menahun)
Pasien mengatakan riwayat Penyakit hipertensi
b) Penyakit yang pernah/ sedang diderita keluarga ( menular,
menurun, menahun).
Pasien mengatakan dari keluarga pernah menderita penyakit
hipertensi
c) Riwayat alergi
Pasien mengatakan tidak ada alergi obat
f. Pola Kebutuhan Sehari-hari
Pola nutrisi

Makan
Frekuensi : 3x/hari
Jenis : nasi, lauk, sayur
Porsi :1 piring
Pantangan : tidak ada
Minum
Frekuensi : 5-6x/hari
Jenis : air putih, teh
Porsi : 1 gelas
Pantangan : tidak ada
g. Pola eliminasi
BAB
Frekuensi : 1x sehari
Warna : kuning khas feses
Konsistensi: lunak
Keluhan : tidak ada
BAK
13

Frekuensi : 5-6x /hari


Warna : kuning jernih
Konsistensi: cair
Keluhan: tidak ada
h. Pola istirahat
Tidur siang
Lama : kadang kadang
Keluhan : tidak ada
Tidur malam
Lama : 6-7 jam sehari
Keluhan : tidak ada
2. Objektif
a. Pemeriksaan Umum
 Kesadaran : Komposmentis
 Tanda Vital
 Tekanan Darah : 168/93 mmHg
 Nadi : 80 kali/menit
 Pernapasan : 20 kali/menit
 Suhu : 36,50C
 Tinggi badan : 163 cm
 Berat badan : 84 kg  

3. Analisis
Diagnosis: Tn. M dengan diagnosis hipertensi
Masalah: seing sakit kepala
Kebutuhan: Support dan dianjurkan menjaga pola hidup
4. Diagnosa Potensial
Potensial terjadi Kejang
14

5. Tindakan Segera
Memberikan informasi menjaga pola hidup yang baik, Mengurangi asupan
garam, olahraga secara teratur Menghindari penggunaan rokok, Membatasi
asupan makanan tinggi lemak

6. Perencanaan
Akan memberitahu kepada pasien tentang hasil pemeriksaan
Akan memberi tahu mengenai tanda bahaya hipertensi
Akan memberitahu kepada pasien menjaga pola isirahat
Akan memberitahu kepada pasien kolaborasi dengan dokter dalam emenhan
obat oral
Akan memberitahu pasien untuk melakukan kunjungan ulang jika keluhan
7. Pelaksanaan
 Memberitahu pasien tentang hasil pemeriksaan dan keadaannya
sekarang bahwa tekanan darah pasien di atas batas normal
 Menjelaskan pasien mengenai tanda dan dampak hipertensi
 Sakit kepala (biasanya pada pagi hari sewaktu bangun tidur)
 Jantung berdebar-debar
 Pengelihatan kabur
 Stroke
Tekanan darah yang terlalu tinggi bisa mengakibatkan
pembuluh darah yang sudah lemah pecah. Jika hal ini terjadi
pada pembuluh darah otak makan akan terjadi pendarahan pada
otak dan mengakibatkan kematian. Stroke bisa juga terjadi
skarena sumbatan dari gumpalan darah di pembuluh darah yang
menyempit

 Menjelaskan kepada pasien tentang hipertensi


 penyebab hipertensi : Keturunan, usia garam
 Dampak Hipertensi : payah jantung, Stroke, kerusakan ginjal,
Kerusakan pengelihatan
15

 Berkolaborasi dengan dokter untuk pemberian terapi obat.


Amlodipin 1x1 sehari
 Memberi tahukan kepada pasien pencegahan hiperensi
 Menghindari penggunaan rokok, olahraga,hindari rorok
8. Evaluasi
a. pasien mengerti kondisi dirinya
b. pasien mengerti dan bisa menjelaskan tanda bahaya pada hiperensi
c. pasien mengerti tentang hiperensi
d. pasien mengerti dan mau melakukan personal hygie pencegahan
hiperensi di rumah
e. pasien setuju akan dilakukan kunjungan ulang
16

BAB IV

ANALISIS KASUS

pada Tn. M umur 65 tahun telah dilakukan pengkajian (data subyektif


dan data obyektif) sesuai dengan manajemen melalui anamnesa langsung
pada pasien dan beberapa pemeriksaan.

Pada tahap pengumpulan semua informasi yang akurat dan lengkap


dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi pasien. Data yang didapat
dari pasien sebagai suatu pendapat terhadap suatu situasi dan kejadian
(Nursalam, 2008). Pada pengumpulan data subjektif Tn. M mengatakan
memnyai riwayat hiperensi. Pada data objektif Keadaan umum : Baik,
Kesadaran : Composmentis, TTV : Tekanan Darah: 163/93 mmHg, Nadi: 80
kali/menit, Pernapasan: 20 kali/menit, Suhu: 36,50C.

Pada langkah identifikasi terhadap diagnosis, masalah, dan kebutuhan


pasien berdasarkan interpretasi yang benar atas data-data yang dikumpulkan.
Data dasar yang telah dikumpulkan diinterpretasikan sehingga dapat
merumuskan diagnosa atau masalah yang spesifik (Walyani, 2015).
Permasalahan yang muncul berdasarkan dari pernyataan pasien (Ambarwati
dan Wulandari, 2010). Masalah yang mungkin timbul pada pasien hiertensi
bisa disebabkan pola hidup kurang sehat.

Diagnosa pada kasus ini yaitu Tn. M umur 65 tahun  dengan


hipertensi. Masalah: pasien mengatakan sering sakit kepala. Kebutuhan:
Support dan menjaga ola hidup sehat.
Pada kasus ini penatalaksanaan yang dilakukan pada Tn. M umur 65 tahun
yaitu:

langkah awal secara nonfarmakologis biasanya adalah dengan


mengubah pola hidup klien, yakni dengan cara :
17

a. Menurunkan berat badan sampai batas ideal


b. Mengubah pola makan pada klien dengan diabetes, kegemukan, atau
kadar kolesterol darah tinggi,
c. Mengurangi pemakaian garam sampai kurang dari 2,3 gram natrium
atau 6 gram natrium klorida setiap harinya (disertai dengan asupan
kalsium, magnesium, dan kalium yang cukup)
d. Mengurangi konsumsi alkohol
e. Berhenti merokok
f. Olahraga aerobik yang tidak terlalu berat (klien dengan hipertensi
essensial tidak perlu membatasi aktivitasnya selama tekanan darahnya
terkendali).

Menurut Padila (2013 : 363), tujuan pengobatan hipertensi tidak hanya


menurunkan tekanan darah saja tetapi juga mengurangi dan mencegah komplikasi
akibat hipertensi agar klien bertambah kuat. Pengobatan hipertensi umumnya
perlu dilakukan seumur hidup klien. Pengobatan standar yang dianjurkan oleh
Komite Dokter Ahli Hipertensi (Joint National Committee on Detection,
Evaluation and Treatment of High Blood Pressure, USA, 1988) menyimpulkan
bahwa obat diuretika, penyekat beta, antagonis kalsium, atau penghambat ACE
dapat digunakan sebagai obat tunggal pertama dengan memperhatikan keadaan
klien dan penyakit lain yang ada pada klien.
18

BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
1. Ditemukannya Tn. M umur 65 tahun  dengan hipertensi. Keluhan utama
pasien mengatakan sering sakit kepala.
2. Ditemukannya Tn. M umur 65 tahun   dengan hasil pemeriksaan hipertensi
3. Ditemukannya Tn. M umur 65 tahun   dengan diagnosa hipertensi
4. Diberikan informasi tentang penyebab hipertensi dan cara mengatasinya
yaitu dengan cara menjaga pola hidu p sehat.
5.2 Saran
1. Bagi Penulis Selanjutnya
Lebih memperdalam pemahaman dan pengetahuan mengenai asuhan pada hipertensi
serta lebih memperbanyak referensi-referensi seperti buku dan jurnal-jurnal keluaran
terbaru.
2. Bagi Rumah Sakit
Dapat menjadi solusi penyembuhan pada hipertensi dengan menggunakan terapi
farmakologis dan Non Farmakologi
3. Bagi Institusi Pendidikan
Dukungan sarana dan prasarana sangatlah penting dalam menunjang karya tulis ini.
Tuntutan penggunaan buku terbitan 10 tahun terakhir tentunya menjadi suatu
hambatan, dimana buku saat ini tahun keluaran lebih dari 10 tahun ke atas. Dapat
meningkatkan mutu pendidikan yang lebih berkualitas dan professional, terampil,
inovatif, aktif, dan bermutu, sehingga mampu dalam memberikan asuhan
keperawatan secara holistik berdasarkan kode etik keperawatan.

Anda mungkin juga menyukai