Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH KOMPREHENSIF

EVIDANCE BASE NURSNG PRACTICE PADA KASUS HIPERTENSI

Di Susun Oleh

Kelompok 4

1. Masayu Laela Nur Fitria


2. Nurhidayah
3. Pratama Putra
4. Rayman Gunawan

YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM NUSA TENGGARA BARAT


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YARSI MATARAM
PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN JENJANG S.1
MATARAM
2021
1.1 Definisi
Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah peningkatan tekanan darah sistolik
lebih dari 140 mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg pada dua kali
pengukuran dengan selang waktu lima menit dalam keadaan cukup istirahat/tenang
(Kemenkes.RI, 2014).

Tekanan darah tinggi atau hipertensi adalah kondisi medis dimana terjadi
peningkatan tekanan darah secara kronis (dalam jangka lama) penderita yang
mempunyai sekurang-kurangnya tiga bacaan tekanan darah yang melebihi 140/90
mmHg saat istirahat diperkirakan mempunyaikeadaan darah tinggi.Tekanan darah
tinggi adalah salah satu resiko untuk stroke, serangan jantung, gagal jantung, dan
merupakan penyebab utama gagal jantung kronis.

2.2 Etiologi
Penyebab hipertensi sesuai dengan tipe masing-masing hipertensi, yaitu:
a. Etiologi
1. Hipertensi esensial atau primer
Hipertensi Primary adalah suatu kondisi dimana terjadinya tekanan darah

tinggi sebagai akibat dari gaya hidup seseorang dan faktor lingkungan.

Seseorang yang pola makannya tidak terkontrol dan mengakibatkan

kelebihan berat badan atau bahkan obesitas, merupakan pencetus awal untuk

terkena penyakit tekanan darah tinggi. Begitu pula seseorang yang berada

dalam lingkungan atau kondisi stress tinggi sangat mungkin terkena

penyakit tekanan darah tinggi, termasuk orang-orang yang kurang olahraga

pun bisa mengalami tekanan darah tinggi.

2. Hipertensi sekunder
Hipertensi secondary adalah suatu kondisi dimana terjadinya peningkatan

tekanan darah tinggi sebagai akibat seseorang menderita penyakit lainnya

seperti gagal jantung, gagal ginjal, atau kerusakan sistem hormon tubuh.


Sedangkan pada Ibu hamil, tekanan darah secara umum meningkat saat

kehamilan berusia 20 minggu. Terutama pada wanita yang berat badannya

di atas normal atau gemuk.

b. Faktor resiko
1) Faktor resiko yang bisa dirubah
a) Usia
Faktor usia merupakan salah satu faktor resiko yang berpengaruh
terhadap hipertensi karena dengan bertambahnya usia maka semakin
timggi pula resiko mendapatkan hipertensi. Insiden hipertensi
meningkat seiring dngan bertambhanya usia, hal ini disebabkan oleh
perubahan alamiah dalam tubuh yang mempengaruhi pembuluh darah,
hormone serta jantung.(Triyanto,2014)
b) Lingkungan (stress)
Faktor lingkungan seperti stress juga memiliki pengaruh terhadap
hipertensi. Hubungan antara stress dengan hipertensi melalui saraf
simpatis, dengan adanya peningkatan aktivitas saraf simpatis akan
meningkatkan tekanan darah intermitten
c) Obesitas
Faktor lain yang dapat menyebabkan hipertensi adalah kegemukan atau
obesitas. Penderita obesitas dengan hipertensi memiliki daya pompa
jantung dan sirkulasi volume darah yantg lebih tinggi jika dibandingkan
dengan penderita ytang memiliki berat badan normal
d) Rokok
Kandungan rokok yaitru nikotin dapat menstimulus pelepasan
katekolamin yang mengalami peningkatan dapat menyebabkan
peningkatan denyut jantung, iritabilitas miokardial serta terjadi
vasokontriksi yang dapat meningkatkan tekanan darah (Ardiansyah,
2012).
e) Kopi
Subtansi yang terkandung dalam kopi adalah kafein. Kafein sebagai
anti-adenosine (adenosine berperan untuk mengurangi kontraksi otot
jantung dan relaksasi pmbuluh darah sehingga menyebabkan tekanan
darah turun dan memberikan efek rileks) menghambat reseptor untuk
berkaitan dengan adenosine sehingga menstimulus system saraf
simpatis dan menyebabkan pembuluh darah mengalami kontraksi
disusul dengan terjadinya peningkatan tekanan darah (Blush, 2014).
2) Faktor rsiko yang tidak bisa dirubah
a) Genetic
Faktor genetic ternyata juga memiliki peran terhadap angka kejadian
hipertensi. Penderita hipertensi esensial sekitar 70-80% lebih banyak
pada kembar monozigot (satu telur) dari pada heterezigot (beda telur).
Riwayat keluarga yang mnderita hipertensi juga menjadi pemicu
seseorang menderita hipertensi, oleh sebab itu hipertensi disebut
penyakit keturunan (Triyanto,2014).
b) Ras
Orang berkulit hitam memiliki resiko yang lebih besar untuk
menderita hipertensi primer Ketika predisposisi kadar renin plasma
yang rendah mengurangi kemampuan ginjal untuk mengkskresikan
kadar natrium yang berlebih (KOwalak, Weish& Mayer, 2011).

2.3 Klasifikasi
Secara klinis hipertensi dapat di klasifikasikan menjadi beberapa
kelompok yaitu:

N Sistolik Diastolik
Kategori
o. (mmHg) (mmHg)

1. Optimal <120 < 80

2, Normal 120- 129 80-84

3. High normal 130-139 85-89

4. Hipertensi
Grade 1 (ringan ) 140-159 90-99

Grade 2 (sedang) 160-179 100-109

Grade 3 ( berat ) 180- 209 100-119

Grade 4 (sangat
>210 >120
berat)

Sumber : (Nurarif, 2015)


2.4 Manifestasi Klinis
1. Sakit kepala
2. Nyeri atau berat di tengkuk
3. Sukar tidur
4. Mudah lelah dan marah
5. Mata berkunang-kunang
6. Gemetar
7. Nadi cepat setelah aktivitas
8. Sesak napas
9. Mual, muntah

2.5 Pemeriksaan Penunjang


a. Laboratorium
1) Albuminuria pada hipertensi karena kelainan parenkim ginjal
2) Kreatinin serum dan BUN meningkat pada hipertensi karena
parenkim ginjal dengan gagal ginjal akut.
3) Darah perifer lengkap
4) Kimia darah (kalium, natrium, keratin, gula darah puasa)
b. EKG
1) Hipertrofi ventrikel kiri
2) Iskemia atau infark miocard
3) Peninggian gelombang P
4) Gangguan konduksi
c. Foto Rontgen
1) Bentuk dan besar jantung Noothing dari iga pada koarktasi aorta.
2) Pembendungan, lebar paru
3) Hipertrofi parenkim ginjal
4) Hipertrofi vascular ginjal .(Aspiani, 2016)

2.6 Komplikasi
Beberapa komplikasi hipertensi yang bisa terjadi adalah:

1. Serangan jantung
Tekanan darah tinggi dapat menyebabkan pengerasan dan penebalan arteri
dinding pembuluh darah arteri. Ini disebut dengan aterosklerosis. Aterosklerosis
menyebabkan penyumbatan pembuluh darah, sehingga jantung tidak
mendapatkan cukup oksigen. Akibatnya, Anda bisa terkena serangan jantung.
Gejala peringatan serangan jantung yang paling umum adalah nyeri dada dan
sesak napas.
2. Gagal jantung
Saat tekanan darah tinggi, otot jantung memompa darah lebih keras agar dapat
memenuhi kebutuhan darah ke semua bagian tubuh. Hal ini membuat otot jantung
lama-lama menebal sehingga jantung kesulitan memompa cukup darah.
Konsekuensinya, gagal jantung bisa terjadi. Gejala umum dari gagal jantung
adalah sesak napas, kelelahan, bengkak di pergelangan tangan, kaki, perut, dan
pembuluh darah di leher.
3. Stroke
Stroke bisa terjadi saat aliran darah kaya oksigen ke sebagian area otak terganggu,
misalnya karena ada sumbatan atau ada pembuluh darah yang pecah.
Penyumbatan ini terjadi karena adanya aterosklerosis dalam pembuluh darah.
Pada orang yang punya hipertensi, stroke mungkin terjadi ketika tekanan darah
terlalu tinggi sehingga pembuluh darah di salah satu area otak pecah. Gejala
stroke meliputi kelumpuhan atau mati rasa pada wajah, tangan, dan kaki, kesulitan
berbicara, dan kesulitan melihat.
4. Aneurisma
Tekanan darah yang sangat tinggi dapat menyebabkan salah satu bagian
pembuluh darah melemah dan menonjol seperti balon, membentuk aneurisma.
Aneurisma biasanya tidak menyebabkan tanda atau gejala selama bertahun-tahun.
Namun, jika aneurisma terus membesar dan akhirnya pecah, ini bisa mengancam
nyawa
5. Masalah ginjal
Tekanan darah tinggi yang tidak terkontrol juga dapat menyebabkanpembuluh
darah di ginjal menyempit dan melemah. Hal ini kemudian dapat mengganggu
fungsi ginjal dan menyebabkan penyakit ginjal kronis.
6. Masalah mata
Tak hanya bisa memengaruhi pembuluh darah di ginjal, tekanan darah tinggi juga
bisa memengaruhi pembuluh darah di mata. Pembuluh darah di mata juga bisa
menyempit dan menebal akibat tekanan darah tinggi. Pembuluh darah kemudian
bisa pecah dan mengakibatkan kerusakan mata, mulai dari penglihatan kabur
sampai kebutaan.
7. Sindrom metabolic
Sindrom metabolik merupakan kumpulan dari kelainan metabolism dalam tubuh.
Salah satu faktor risikonya adalah tekanan darah tinggi. Tekanan darah tinggi yang
dibarengi dengan kondisi kadar gula darah tinggi, kadar kolesterol tinggi (kadar
kolesterol baik rendah dan kadar trigliserida tinggi), dan lingkar pinggang besar
didiagnosis sebagai sindrom metabolik.
8. Kesulitan dalam mengingat dan focus
Tekanan darah tinggi yang tidak terkontrol juga dapat menyebabkan perubahan
kognitif. Anda mungkin akan mengalami masalah dalam berpikir, mengingat, dan
belajar. Tanda-tandanya seperti kesulitan dalam menemukan kata-kata saat
berbicara dan kehilangan fokus saat dalam pembicaraan

2.7 Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan Nonfarmakologi
Modifikasi gaya hidup dalam penatalaksanaan nonfarmakologi sangat penting
untuk mencegah tekanan darah tinggi. Penatalaksanaan nonfarmakologis pada
penderita hipertensi bertujuan untuk menutrunkan tekanan darah tinggi dengan
memodifikasi faktor resiko yaitu:
1) Mempertahankan Berat Badan Ideal
Membertahankan berat badan yang ideal sesuai dengan Body Mass Index
dengan rentang 18,5 – 24,9 kg/m2. BMI dapat diketahui dengan rumus
membagi berat badan dengan tinggi badan yang telah dikuadratkan dalam
satuan meter. Obesitas yang terjadi dapat diatasi dengan melakukan diet
rendah kolesterol kaya protein dan serat. Penurunan berat badan sebesar 2,5
– 5 kg dapat menurunkan tekanan darah sistolik sebesar 5mmHg.
2) Mengurangi Asupan Natrium (Sodium)
Mengurangi asupan soduum dilakukan dengan melakukan diet rendah
garam yaitu tidak melebihi 100 mmol/hari (kira-kira 6gr NACL atau 2,4 gr
garam/hari). Atau dengan mengurangi konsumsi garam sampai dengan 2300
mg setara dengan satu sendok the setiap harinya. Penurunan tekanan darah
sistolik sebesar 5mmHg dan tekanan darah distolik sebesar 2,5 mmHg dapat
dilakukan dengan dapat dilakukan dengan cara mengurangi asupan garam
menjadi ½ sendok teh/hari.
3) Batasi Konsumsi Alkohol
Mengonsumsi alcohol lebih dari 2 gelas/hari pada pria atau lebih dari 1
gelas perhari pada wanita dapat meningkatkan tekanan darah, sehingga
membatasi atau menghentikan konsumsi alcohol dapat membantu dalam
penurunan tekanan darah.
4) Makanan K dan Ca yang Cukup dari Diet
Kalium menurunkan tekanan darah dengan cara meningkatkan jumlah
natrium yang terbuang bersama dengan urin. Konsumsi buah-buahan
setidaknya sebanyak 3-5 kali dalam sehari dapat membuat asupan potassium
menjadi cukup. Cara mempertahankan asupan diet potassium (>90 mmol
setara 3500 mg/hari) adalah dengan konsumsi diet tinggi buah dan sayur.
5) Menghindari Merokok
Merokok meningkatkan resiko komplikasi pada penderita hipertensi seperti
penyakit jantung dan stroke. Kandungan utama rokok adalah tembakau,
didalam tembakau terdapat nikotin yang membuat jantung bekerja lebih
keras karena mempersempit pembuluh darah dan meningkatkan frekuensi
denyut jantung serta tekanan darah.
6) Penurunan Stress
Stress yang terlalu lama dapat menyebabkan kenaikan tekanan darah
sementara. Menghindari stress pada penderita hipertensi dapat dilakukan
dengan cara relaksasi sperti relaksasi otot atau menggunakan aromaterapi,
yoga, atau meditasi yang dapat mengontrol system saraf sehingga
menurunkan tekanan darah yang tinggi.
b. Penatalaksaan Farmakologi
Penatalaksaan farmakologi menurut saferi & Mariza (2013) merupakan
penanganan mengunakan obat-obatan, antara lain:
1) Beta Bloker
Bekerja dengan menurunkan daya pompa jantung sehingga pada gilirannya
menurunkan tekanan darah. Contoh: propanolol 10 mg (inderal, farmadral),
atenolol 50, 100 mg (tenormin, farnormin), atau bisoprolol 2,5 & 5 mg
(concor).
2) Vasodilator
Bekerja langsung pada pembuluh darah dengan merelaksasi otot pembuluh
darah.
3) Angiotensin Converting Enzym (ACE) Inhibitor
Bekerja dengan menghambat pembentukan zat Angiotensin II (zat yang
dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah). Contoh: Captopril 12,5,
25, 50 mg (capoten, captensin, tensikap), enalapril 5 &10 mg (tenase).
4) Calsium Antagonis
Golongan obat ini menurunkan daya pompa jantung dengan cara
menghambat kontraksi jantung (kontraktilitas). Contohnya: nifedipin 5 & 10
mg (adalat, codalat, farmalat, nifedin), diltiazem 30,60,90 mg (herbesser,
farmabes).
5) Antagonis Reseptor Angiotensin II
Cara kerjanya dengan menghalangi penempelan zat angiotensin II pada
reseptornya yang mengakibatkan ringannya daya pompa jantung. Contoh :
valsartan (diovan).
6) Diuretic
Obat ini bekerja dengan cara mengeluarkan cairan tubuh (lewat urin)
sehingga volume cairan tubuh berkurang, sehingga mengakibatkan daya
pompa jantung menjadi lebih ringan. Contoh: Hidroklorotiazid (HCT).

2.8 Penerapan Evidance Based Nursing Practice


Penerapan Evidence Based Nursing Practice yaitu terapi relaksasi otot
progresif terhadap penurunan nyeri kepala pada pasien hipertensi. Waktu pemberian
terapi dilakukan selama 3 hari. Jumlah sampel yang digunakan sebanyak 2 orang
pasien. Kriteria pasien yang dijadikan responden yaitu pasien hipertensi yang
mengalami nyeri kepala dengan rentang skala 2-5. Pengukuran skala nyeri
menggunakan Numeric Rating Scale (NRS) 0-10, serta pengumpulan data
menggunakan lembar pengkajian. Prosedur pengambilan data dilakukan dengan
pengkajian, menentukan diagnosa keperawatan dan intervensi yang selanjutnya akan
diberikan implementasi berupa terapi relaksasi otot progresif dalam waktu ± 10
menit selama 3 hari dan dilanjutkan dengan evaluasi.
Sebelum dilakukan terapi, subjek pasien dan keluarga diberikan penjelasan
mengenai tujuan dan prosedur pemberian terapi relaksasi otot progresif. Pasien
diposisikan dengan nyaman, kemudian diukur tandatanda vital dan skala nyeri pada
pasien. Setelah pasien menyatakan kesiapan untuk dimulai tindakan relaksasi otot
progresif, perawat mengajarkan setiap gerakan dan memastikan pasien tetap fokus.
Setelah dilakukan terapi relaksasi otot progresif selama ± 10 menit kemudian diukur
kembali tanda-tanda vital dan skala nyerinya. Terapi ini diberikan 3 jam sebelum
mendapatkan terapi obat, tujuannya untuk memaksimalkan adanya pengaruh terapi
relaksasi otot progresif tanpa adanya pengaruh kerja obat.
Manfaat dari relaksasi otot progresif diantaranya :
1. Meningkatkan ketrampilan dasar relaksasi
2. Mengurangi ketegangan otot syaraf
3. Mengurangi tingkat kecemasan klien
4. Bermanfaat untuk penderita gangguan tidur (insomnia)
5. Serta meningkatkan kualitas tidur
6. Mengurangi stres dan depresi
7. Menghilangkan kelelahan
8. Mengurangi keluhan spasme otot
9. Nyeri leher dan punggung,
10. Mengurangi sakit kepala

Anda mungkin juga menyukai