Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN PENDAHULUAN PADA LANSIA DENGAN

HIPERTENSI

DI SUSUN OLEH :

NAMA : ASMAUL HUSNA

NIM : 17010035

TINGKAT : 4B

PENGASUH : Ns.Alpi Sri Rakhmayana, S.Kep

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes)


MEDIKA NURUL ISLAM SIGLI
2021
1) Definisi

Tekanan darah tinggi (hipertensi) adalah suatu peningkatan


tekanan darah di dalam arteri. Secara umum, hipertensi merupakan suatu
keadaan tanpa gejala, dimana tekanan yang abnormal tinggi di dalam arteri
menyebabkan meningkatnya resiko hipertensi, gagal jantung,
serangan jantung dan kerusakan ginjal ( Utaminingsih, 2009).
Hipertensi berkaitan dengan kenaikan tekanan sistolik atau
tekanan diastol atau keduanya. Hipertensi dapat didefinisikan sebagai
tekanan darah tinggi persisten dimana tekanan sistoliknya diatas 140
mmHg dan tekanan diastolik diatas 90 mmHg. Pada populasi manula,
hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160 mmHg dan tekanan
diastolik 90 mmHg (Brunner & Suddarth, 2005).
Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah suatu kondisi medis
saat seseorang mengalami peningkatan tekanan darah di atas normal.
Penyebab hipertensi adalah volume darah meningkat dan saluran darah
menyempit. Oleh karena itu, jantung harus memompa lebih keras untuk
suplai oksigen dan nutrisi ke setiap sel di dalam tubuh (Puspitorini, 2009).

2) Etiologi
Hipertensi berdasarkan penyebabnya dapat dibedakan menjadi 2 golongan
besar, yaitu :
a. Hipertensi Essensial atau Hipertensi Primer
Menurut Ardiansyah (2012) beberapa faktor yang sering
menyebabkan terjadinya hipertensi, antara lain :
1) Faktor keturunan atau genetik; individu yang mempunyai
riwayat keluarga dengan hipertensi, beresiko lebih tinggi
untuk mendapatkan penyakit ini ketimbang mereka yang
tidak.

2
2) Jenis kelamin dan usia; laki-laki berusia 35-50 tahun dan
wanita pasca menopause beresiko tinggi untuk mengalami
hipertensi.
3) Diet; konsumsi diet tinggi garam atau kandungan lemak,
secara langsung berkaitan dengan berkembangnya penyakit
hipertensi.
4) Berat badan atau obesitas (>25% di atas BB ideal) juga
sering dikaitkan dengan berkembangnya hipertensi.
5) Gaya hidup merokok dan konsumsi alkohol dapat
meningkatkan tekanan darah (bila gaya hidup yang tidak
sehat tersebut tetap diterapkan).

3) Klasifikasi
Klasifikasi hipertensi pada klien berusia ≥ 18 tahun oleh The Joint
National Committee VII (JNC VII) on Prevention, Detection, Evaluation
and Treatment of High Blood Pressure adalah sebagai berikut (Puspitorini,
2009 : 9).
Klasifikasi Tekanan Darah Menurut JNC VII

KATEGORI SISTOLIK (mmHg) DIASTOLIK (mmHg)

Normal <120 140 <80

Prahipertensi 120 – 139 80 – 89

Hipertensi ≥140 ≥90

Stadium 1 140 - 159 90 - 99

Stadium 2 160 - ≥180 100 - ≥110

3
4) Manifestasi Klinis
Ardiansyah (2012 : 66-67) menyebutkan bahwa sebagian
manifestasi klinis timbul setelah klien mengalami hipertensi selama
bertahun-tahun. Gejalanya berupa :
a. Nyeri kepala saat terjaga, terkadang disertai mual dan muntah akibat
peningkatan tekanan darah intrakranium;
b. Penglihatan kabur karena terjadi kerusakan pada retina sebagai dampak
dari hipertensi;
c. Ayunan langkah yang tidak mantap karena terjadi kerusakan susunan
saraf pusat;
d. Nokturia (sering berkemih di malam hari) karena adanya peningkatan
aliran darah ginjal dan filtrasi glomerulus.
e. Edema dependen dan pembengkakan akibat peningkatan tekanan
kapiler.

5) Komplikasi
Hipertensi dapat berpotensi menjadi komplikasi berbagai penyakit.
Menurut buku Penyakit Kardiovaskular karya Edward K. Chung,
komplikasi hipertensi di antaranya adalah stroke hemorragik, penyakit
jantung hipertensi, penyakit arteri koronaria, aneurisma, gagal ginjal, dan
ensefalopati hipertensi (Shanty, 2011).
Hampir 70% kasus stroke hemorragik terjadi pada klien hipertensi.
Hal ini dikarenakan hipertensi dapat menyebabkan tekanan yang lebih
besar pada dinding pembuluh darah sehingga dinding pembuluh darah
menjadi lemah dan pembuluh darah akan mudah pecah. Pecahnya
pembuluh darah di otak dapat menyebabkan sel-sel otak yang seharusnya
mendapatkan asupan oksigen dan nutrisi yang dibawa melalui pembuluh
darah tersebut kekurangan nutrisi dan akhirnya mati. Darah yang keluar
dari pembuluh darah yang pecah juga dapat merusak sel-sel otak yang
berada di sekitarnya (Shanty, 2011).

4
Penyakit jantung koroner sering dialami klien hipertensi sebagai
akibat terjadinya pengapuran pada dinding pembuluh darah jantung.
Penyempitan lubang pembuluh darah jantung menyebabkan berkurangnya
aliran darah pada beberapa bagian otot jantung. Hal ini menyebabkan rasa
nyeri di dada dan dapat berakibat gangguan pada otot jantung. Bahkan,
dapat menyebabkan timbulnya serangan jantung (Samtosa, 2014).

6) Pemeriksaan penunjang
Menurut Aspiani (2016 : 217-218) pemeriksaan penunjang pada
klien hipertensi antara lain :
a. Laboratorium
1) Albuminuria pada hipertensi karena kelainan parenkim ginjal
2) Kreatinin serum dan BUN (Blood Urea Nitrogen) meningkat pada
hipertensi karena parenkim ginjal dengan gagal ginjal akut
3) Darah perifer lengkap
4) Kimia darah (kalium, natrium, kreatinin, gula darah puasa)
1) Foto Rontgen
1) Bentuk dan besar jantung
2) Pembendungan, lebarnya paru
3) Hipertrofi parenkim ginjal
4) Hipertrofi vascular ginjal
2) EKG
1) Hipertrofi ventrikel kiri
2) Iskemia atau infark miokard
3) Peninggian gelombang P
4) Gangguan konduksi

5) Penatalaksanaan
Menurut Ardiansyah (2012 : 68-69), langkah awal secara
nonfarmakologis biasanya adalah dengan mengubah pola hidup klien,
yakni dengan cara :

5
a. Menurunkan berat badan sampai batas ideal,
b. Mengubah pola makan pada klien dengan diabetes, kegemukan, atau
kadar kolesterol darah tinggi,
c. Mengurangi pemakaian garam sampai kurang dari 2,3 gram natrium
atau 6 gram natrium klorida setiap harinya (disertai dengan asupan
kalsium, magnesium, dan kalium yang cukup),
d. Mengurangi konsumsi alkohol,
e. Berhenti merokok, dan
f. Olahraga aerobik yang tidak terlalu berat (klien dengan hipertensi
essensial tidak perlu membatasi aktivitasnya selama tekanan darahnya
terkendali).

6
DAFTAR PUSTAKA

Smeltzer, Suzanne C., & Bare, Brenda G. (2013). Buku Ajar Keperawatan Medikal-
Bedah Edisi 8. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Sulistyarini, Indahria. (2013). Terapi Relaksasi untuk Menurunkan Tekanan Darah dan
Meningkatkan Kualitas Hidup Penderita Hipertensi. Jurnal Psikologi 40 (1).
Ardiansyah, Muhamad. (2012). Medikal Bedah Untuk Mahasiswa. Yogyakarta : DIVA
Press (Anggota IKAPI).
Kurniadi, Helmanu & Nurrahmani, Ulfa. (2014). STOP! Gejala Penyakit Jantung
Koroner, Kolesterol Tinggi, Diabetes Melitus, Hipertensi. Yogyakarta : Istana
Media.
Puspitorini, Myra. (2009). HIPERTENSI Cara Mudah Mengatasi Tekanan Darah Tinggi.
Yogyakarta : Image Press.
Udjianti, Wajan Juni. (2010). Keperawatan Kardiovaskular. Jakarta : Salemba Medika.

Anda mungkin juga menyukai