Anda di halaman 1dari 40

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Hipertensi

1. Pengertian Hipertensi

Hipertensi adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami

penungkata tekana darah di atas normal yang mengakibatkan peningkaan

angka kesakitan ( morbiditas) dan angka kematian / mortalitas. Tekanan

darah 140/90 mmHg didasarkan pada dua fase dalam setiap denyut jantung

yaitu fase sitolik 140 menunjukan darah yang sadang dipompa oleh jatung

dan fase diastolic 90 menunjukkan fase darah yang kembali ke jantung.

(Endang Triyanto, 2014)

Menurut WHO, batas tekanan darah yang masih dianggap normal

adalah kurang dari 130/85 mmHg, sedangkan bila lebih dari 140/90 mmHg

dinyatakan sebagai hipertensi, dan di antara nilai tersebut sebagai normal-

tinggi. (batasan tersebut diperuntukkan bagi individu dewasa diatas 18

tahun). Batas tekanan darah yang masih danggap normal adalah kurang dari

130/85 mmHg. Sebetulnya batas antara tekanan darah normal dan tekanan

darah tinggi tidaklah jelas, sehingga kaliasifikasi hipertensi dibuat

berdasarkan tingkat tingginya tekanan darah yang mengakibatkan

peningkatan resiko penyakit jangtung dan pembuluh darah (CBN, 2006).

Tekanan darah tinggi adalah suatu peningkatan tekanan darah di dalam

arteri. Secara umum, hipertensi merupakan suatu keadaan tanpa gejala,


dimana tekanan darah ysng abnormal tinggi di dalam arteri menyebaban

meningkatnya resiko terhadap stroke, aneurisma, gagal jantung, serangan

jantung dan kerusakan ginjal. Pada hiperensi sistolikterisolasi, tekanan

sistolik mencapai 140 mmHg atau lebih, tetapi tekana darah diastolik kurang

dari 90 mmHg dan tekanan darah diastolic masih dalam kisaran normal.

(Endang Triyanto, 2014)

2. Etiologi

Berdasrkan etiologinya, hipertensi dibagi menjadi dua yaitu hipertensi

esensial atau primer dan hipertensi sekunder. (Masriadi, 2016).

a. Hipertensi primer

Hipertensi esensial merupakan salah satu faktor risiko penting

untuk terjadinya penyakit cerebrovaskuler dan penyakit jantung koroner.

Hipertensi esensial merupakan etiologi kesakitan dan kematian yang

cukup banyak dalam masyarakat (Masriadi, 2016).

Hipertensi primer adalah hipertensi esensial atau hipertensi yang

90% tidak diketahui penyebabnya.beberapa fakktor yang diduga

berkaitan dengan berkembangnya hipertensi esensial di antaranya.

1) Genetik : individu yang mempunyai riwayat keluarga dengan

hipertensi, berisiko lebih tinggi untuk mendapatkan penyakit ini

ketimbang mereka yang tidak.

2) Jenis kelamin dan usia : laki - laki berusia 35 -50 tahun dan wanita

pasca menopause berisiko tinggi untuk mengalami hipertensi.

3) Diet : konsumen diet tinggi garam atau kandungan lemak, secara

langsung berkaitan dengan berkembangnya penyakit hipertensi.


4) Berat badan /obesitas (25% lebih berat di atas berat badan deal) juga

sering dikaitkan dengan berkembangnya hipertensi.

5) Gaya hidup merokok dan komsumsi alkohol dapat meningkatkan

tekanan darah (bila gaya hidup yang tidak sehat tersebut tetap

diterapkan). (Masriadi, 2016).

b. Hipertensi sekunder (5-10%)

Hipertensi sekunder adalah hipertensi yang disebabkan/sebagai

akibat dari adanya penyakit lain. Tipe ini lebih jarang terjadi, hanya

sekitar 5% dari seluruh kasus tekanan darah tinggi (Endang Triyanto,

2014)

Hipertensi sekunder adalah jenis hipertensi yang meyebabkan

deketahui. Beberapa gejala atau penyakit yang menyebabkan hipetensi

jenis ini antara lain:

1) Coarction aorta, yaitu penyempitan aorta conggenital yang

(mungkin) terjadi pada beberapa tingkat aorta torasik atau aorta

abdominal. Penyempitan inin menghambat aliran darah melalui

lengkung aorta dan mengakibatkan peningkatan tekan darah di atas

area konstriksi.

2) Penyakit parenkim dan vaskuler ginjal. Penyakit ini merupakan

penyebab utama hipertensi sekunder, hipertensi renovaskuler

berhubungan dengan penyempitan satu atau lebih arteri besar, yang

secara lansung membawa darah ke ginjal. Sekitar 90%lesi arteri

renal pada pasien dengan hipertesi disebabkan oleh aterosklerosis

atau fibrous dysplasia ( pertumbuhan abnormal jaringan fibrous).


penyakit parenkim ginjal terkait dengan infeksi, ibflamasi, serta

perubahan struktur serta fungsi ginjal.

3) Penggunaan kontrasepsi hormonal ( estrogen). oral kontrasepsi yang

berisi estrogen dapat menyebkan hipertensi melalui mekanisme

renin-aldosteron-mediate volume expansion. Dengan penghentian

oral kontrasepsi, tekana darah kembali normal setelah beberapa

bulan.

4) Gagguan endokrin. Disfungsi medulla adrenal atau korteks adrenal

dapat menyebabkan hipertensi sekunder, Adrenal-mediate

hypertension desebakan kelebihan primer aldosteron, kortisol, dan

katekolamin. Pada aldosteron primer, kelebihan aldosteron

menyebabkan hipertensi dan hipokalemia. Aldosteonisme primer

biasanya timbul dari adenoma korteks adrenal yang benign (jinak).

pbeocbromocytomas pada medulla adrnal yang paling umum dan

meningkatkan sekresi katekolamin yang berlebihan gluukokortikoid

yang diekskresi dari korteks adrenal. Sindrom cusbing mungkin

disebabkan oleh hiperplasi adrenokortikal atau adenoma

adrenokortikal.

5) Kegemukan (obesitas) dan gaya hiduo yang tidak aktif(malas

berolahraga)

6) Stres, yang cenderung memyebabkan kenaikan tekanan darah untuk

sementara waktu. Jika stres telah berlalu, maka tekanan darah

biasanya akan kembali normal


7) Kehamilan

8) Luka bakar

9) Peningktan volume intravascular

10) Merokok. Nikotin dalam rokok dapat merangsang pelepasan

katekolamin. Peningkatan katekolamin ini mengakibatkan iritabilitas

miokardial, peningkatan denyut jantung, serta menyebabkan

vasokontriksi yang kemudian meningkatkan takanan darah.

(Pudiastuti, 2013).

3. Klasifikasi hipertensi

Klasifikasi hipertensi berdasarkan peningkatan tekanan darah sistol

dan diastol. Klasifikasi hipertensi menurut The Sevent Report of The Joint

National.

Klasifikasi Tekanan Darah Menurut JNC VII

Klasifikasi Tekanan Tekanan Darah Tekanan Darah


Darah Sistol (mmHg) Diastol (mmHg)
Normal ≤120 ≤80
Normal tinggi 130 - 139 85 - 89
Hipertensi
Tinggi 1 ( ringan) 140 - 159 90 - 99
Tinggi 2 ( sedang) 160 - 179 100 - 109
Tinggi 3 (berat) 180 - 200 110 - 119
Tinggi4(sangat ≥ 210 ≥ 120
berat)
Sumber : Kemenkes RI. 2014

4. Patofisiologi Hipertensi
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah

terletak dipusat vasomotor, pada medulla diotak.Dari pusat vasomotor ini

bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan

keluar dari kolumna medulla spinalis ganglia simpatis di toraks dan

abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls

yang bergerak ke bawah melalui system saraf simpatis ke ganglia

simpatis.

Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan

merangsang serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana

dengan dilepaskannya noreepineprin mengakibatkan konstriksi pembuluh

darah. Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat

mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap rangsang

vasokonstriksi.Individu dengan hipertensi sangat sensitiv terhadap

norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut

bisa terjadi.

Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang

pembuluh darah sebagai respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga

terangsang, mengakibatkan tambahan aktivitas vasokonstriksi. Medulla

adrenal mensekresi epinefrin, yang menyebabkan vasokonstriksi.Korteks

adrenal mensekresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat

respons vasokonstriktor pembuluh darah. Vasokonstriksi yang

mengakibatkan penurunan aliran ke ginjal, menyebabkan pelepasan

rennin.Renin merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian


diubah menjadi angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang pada

gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini

menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan

peningkatan volume intra vaskuler.Semua faktor ini mencetuskan keadaan

hipertensi.Sebagai pertimbangan gerontologis dimana terjadi perubahan

structural dan fungsional pada system pembuluh perifer bertanggungjawab

pada perubahan tekanan darah yang terjadi pada usia lanjut. Perubahan

tersebut meliputi aterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan ikat dan

penurunan dalam relaksasi otot polos pembuluh darah, yang pada gilirannya

menurunkan kemampuan distensi dan daya regang pembuluh darah.

Konsekuensinya, aorta dan arteri besar berkurang kemampuannya dalam

mengakomodasi volume darah yang dipompa oleh jantung (volume

sekuncup) mengakibatkan penurunan curang jantung dan peningkatan

tahanan perifer.

5. Pathway Hipertensi
6. Manifestasi Klinis
Sebagian manisfestasi klinis timbul setelah penderita mengalami

hipertensi selama bertahun tahun. Gejalanya berupa :

a. Nyeri kepala sat terjaga, terkadang disertai mual dan muntah akibat

peningkatan tekanan darah interaknium

b. Penglihatan kabur karena terjadi kerusakan pada retina sebagai dampak

dari hipetensi

c. Ayunan langkah yang tidak mantap karena terjadi kerusakan susuna saraf

pusat

d. Nokturia (sering berkemih di malam hari) karena adanya peningkatan

aliran darah ginjal dan filtrasi glomelurs

e. Edema dependen dan pembengkakan akibat peningkatan tekanan kapiler

7. Faktor-Faktor Risiko Hipertensi

Menurut (Yunita sari 2017) faktor-faktor yang memiliki potensi

menimbulkan masalah atau kerugian kesehatan biasa disebut dengan faktor

risiko. Faktor-faktor risiko kejadian hipertensi yaitu :

a. Usia

Usia merupakan salah satu faktor risiko terjadinya hipertensi yang

tidak dapat diubah. Pada umumnya semakin bertambahnya usia semakin

besar pula risiko terjadinya hipertensi. Hal tersebut disebabkan oleh

perubahan struktur pembuluh darah seperti penyempitan lumen, serta

dinding pembuluh darah menjadi kaku dan elastisnya berkurang sehingga

meningkatkan tekanan darah. Penelitian menunjukkan bahwa seraya usia

seseorang bertambah, tekanan darah pun akan meningkat. Hipertensi


pada orang dewasa berkembang mulai umur 18 tahun ke atas. Hipertensi

meningkat seiring dengan pertambahan umur, semakin tua usia seseorang

maka pengaturan metabolisme zat kapur (kalsium) terganggu. Hal ini

menyebabkan banyaknya zat kapur yang beredar bersama aliran darah.

Akibatnya darah menjadi lebih padat dan tekanan darah pun meningkat.

Endapan kalsium di dinding pembuluh darah menyebabkan penyempitan

pembuluh darah (arteriosklerosis). Aliran darah pun menjadi terganggu

dan memacu peningkatan tekanan darah. (Rudianto, 2013)

b. Jenis Kelamin

Jenis kelamin merupakan salah satu faktor risiko terjadinya

hipertensi. Dalam hal ini, pria cenderung lebih banyak mnderita

hipertensi dibandingkan wanita. Hal tersebut terjadi karena adanya

dugaan bahwa pria memiliki gaya hidup yang kurang sehat dibandingkan

dengan wanita. Wanita dipengaruhi oleh beberapa hormon termasuk

hormon estrogen yang melindungi wanita dari hipertensi dan

komplikasinya termasuk penebalan dinding pembuluh darah atau

aterosklerosis. Wanita usia produktif sekitar 30-40 tahun, kasus serangan

jantung jarang terjadi, tetapi meningkat pada pria. Arif Mansjoer

mengemukakan bahwa pria dan wanita menopause memiliki pengaruh

sama pada terjadinya hipertens. Ahli lain berpendapat bahwa wanita

menopause mengalami perubahan hormonal yang menyebabkan

kenaikan berat badan dan tekanan darah menjadi lebih reaktif terhadap

konsumsi garam, sehingga mengakibatkan peningkatan tekanan darah.


Terapi hormon yang digunakan oleh wanita menopause dapat pula

menyebabkan peningkatan tekanan darah. (Rudianto, 2013)

c. Riwayat keluarga

Individu dengan riwayat keluarga memiliki penyakit tidak menular

lebih sering menderita penyakit yang sama. Jika ada riwayat keluarga

dekat yang memiliki faktor keturunan hipertensi, akan mempertinggi

risiko terkena hipertensi pada keturunannya. Keluarga dengan riwayat

hipertensi akan meningkatkan risiko hipertensi sebesar empat kali lipat.

Data statistik membuktikan jika seseorang memiliki riwayat salah satu

orang tuanya menderita penyakit tidak menular, maka dimungkinkan

sepanjang hidup keturunannya memiliki peluang 25% terserang penyakit

tersebut. Jika kedua orang tua memiliki penyakit tidak menular maka

kemungkinan mendapatkan penyakit tersebut sebesar 60%. (Manurung,

2016).

d. Obesitas

Penelitian dan beberapa studi yang dilakukan dunia telah

menemukan bahwa berat badan berhubungan dengan tekanan darah.

Berdasarkan Framingham Heart Study, sebanyak 75% dan 65% kasus

hipertensi yang terjadi pada pria dan wanita secara langsung berkaitan

dengan kelebihan berat badan dan obesitas. Namun tidak semua jenis

kegemukan berhubungan dengan hipertensi. Ada dua jenis kegemukan,

yaitu kegemukan sentral dan kegemukan perifer. Pada kondisi

kegemukan sentral lemak mengumpul disekitar perut atau dalam kata


lain, buncit. Sedangkan kegemukan perifer adalah kegemukan yang

merata diseluruh tubuh. artinya lemak menyebar rata diseluruh bagian

tubuh. Meskipun demikian obesitas sentral merupakan fakror penentu

yang lebih penting terhadap peningkatan tekanan darah. Dibandingkan

dengan kelebihan berat badan perifer. Dan hipertensi lebih banyak

ditemukan pada orang dengan kegemukan sentral dibandingkan perifer .

e. Merokok

Merokok merupakan salah satu faktor yang berhubungan dengan

hipertensi, sebab rokok mengandung nikotin. Merokok dapat

menyebabkan denyut jantung dan kebutuhan oksigen untuk disuplai ke

otot jantung mengalami peningkatan. Bagi penderita yang memiliki

aterosklerosis atau penumpukan lemak pada pembuluh darah, merokok

dapat memperparah kejadian hipertensi dan berpotensi pada penyakit

degenerative e lain seperti stroke dan penyakit jantung.

Pada umumnya rokok mengandung berbagai zat kimia berbahaya

seperti nikotin dan karbon monoksida. Zat tersebut akan terisap melalui

rokok sehingga masuk ke aliran darah dan menyebabkan kerusakan

lapiran endotel pembuluh darah arteri, serta mempercepat terjadinya

aterosklerosis.

Nikotin misalnya, zat ini dapat diserap oleh pembuluh darah

kemudian diedarkan melalui aliran darah ke seluruh tubuh termasuk otak.

Akibatnya otak akan bereaksi dengan memberikan sinyal pada kelenjar

adrenal untuk melepaskan epinefrin (adrenalin). Hormon inilah yang


akan membuat pembuluh darah mengalami penyempitan. Penyempitan

pembuluh darah otak tersebut memaksa jantung bekerja lebih berat.

Keadaan memaksa jantung sangat berbahaya karena dapat menyebabkan

pecahnya pembuluh darah di otak sehingga terjadi stroke.

Selain itu karbon monoksida yang terdapat dalam rokok diketahui

dapat mengikan hemoglobin dalam darah dan mengentalkan darah.

Hemoglobin sendiri merupakan protein yang mengandung zat besi dalam

sel darah merah yang berfungsi mengangkut oksigen. Karbon moniksida

menggantikan ikatan oksigen dalam darah sehingga memaksa jantung

memompa untuk memasukkan oksigen yang cukup dalam organ dan

jaringan tubuh. Hal inilah yang dapat meningkatkan tekanan darah.

(Manurung, 2016).

f. Aktifitas Fisik

Aktivitas fisik sangat mempengaruhi stabilitas tekanan darah. Pada

orang yang tidak aktif melakukan kegiatan fisik cenderung mempunyai

frekuensi denyut jantung yang lebih tinggi. Hal tersebut mengakibatkan

otot jantung bekerja lebih keras pada setiap kontraksi. Makin keras usaha

otot jantung dalam memompa darah, makin besar pula tekanan yang

dibebankan pada dinding arteri sehingga meningkatkan tahanan perifer

yang menyebabkan kenaikkan tekanan darah. Kurangnya aktifitas fisik

juga dapat meningkatkan risiko kelebihan berat badan yang akan

menyebabkan risiko hipertensi meningkat. (Situmorang, 2015)

g. Komsumsi garam berlebih


Garam dapat meningkatkan tekanan darah dengan cepat pada

beberapa orang, khususnya bagi penderita diabetes, penderita hipertensi

ringan, orang dengan usia tua, dan mereka yang berkulit hitam.

(Manurung, 2016).

h. Stress

Stres dan kondisi emosi yang tidak stabil juga dapat memicu
MK: G3 perfusi jaringan
tekanan darah tinggi. Stres akan meningkatkan resistensi pembuluh darah

perifer dan curah jantung sehingga akan merangsang aktivitas saraf

simpatetik. Stres ini dapat berhubungan dengan pekerjaan, kelas sosial,

ekonomi, dan karakteristik personal. (Nurrahmani,dkk, 2015).

8. Pencegahan Hipertensi

Pencegahan hipertensi dengan mengatur pola makan, yaitu dengan

memperhatikan hal-hal sebagai berikut: ( Brahmantio C, 2015)

a. Kurangi minum minuman yang mengandung soda, minuman kaleng

dan botol. Minuman bersoda dan mengandung bahan pengawet banyak

mengandung sodium (natrium).

b. Kurangi makan daging, ikan, kerang, kepiting, dan susu, camilan atau

snack yang asin dan gurih.

c. Hindari makan makanan ikan asin, telur asin, otak, vitsin (monosodium

glutamate / MSG), soda kue, jeroan, sarden, udang, dan cumi-cumi.

d. Konsumsi makanan yang dianjurkan seperti sayuran segar, buah segar,

tempe, tahu, kacang-kacangan, ayam dan telur.


e. Diet rendah kolesterol. Makanan yang dikonsumsi sebaiknya

mengandung lemak baik dan sedikit mengandung lemak jahat seperti

kolesterol, seperti makanan mengandung gula murni, daging, ayam,

kuning telur, dan sarden. Selain itu, juga diimbangi dengan berolahraga

secara teratur dan hidup sehat serta tidak merokok. (Brahmantio C,

2015)

9. Komplikasi

Hipertensi juga dapat berindikasi pada organ tubuh lainnya.

Terkadang hal ini tidak dirasakan oleh pasien sehingga pencegahan dini

sulit untuk dilakukan, Oleh sebab itu, banyak pasien yang berakhir pada

kematian. Untuk mewaspadai hal tersebut hal yang paling mudah untuk

dilakukan adalah pengontrolan tekanan darah. Komplikasi hipertensi terjadi

karena adanya kerusakan salah satu bahkan lebih pada organ tubuh. Hal ini

dikarenakan peningkatan tekanan darah sangat tinggi dalam waktu lama

sehingga organ tidak mampu bertahan dalam keadaan itu. Organ-organ ini

disebut dengan target organ hipertensi. Organ-organ itu meliputi otak, mata,

jantung, pembuluh darah arteri dan ginjal.

Pada otak hipertensi akan menimbulkan komplikasi yang cukup parah

yaitu stroke. Selain stroke hipertensi juga mengakibatkan daya ingat

menurun atau mulai pikun (dimensia) dan kehilangan kemampuan mental

yang lain (Irfan A, 2016).


Hipertensi dapat berpotensi menjadi komplikasi berbagai penyakit.

Menurut buku Penyakit Kardiovaskuler karya Edward K. Chung

komplikasi hipertensi diantaranya :

a. Stroke

Hipertensi menjadi berbahaya bukan hanya karena tekanan darah

yang berlebihan saja, tapi karena penyakit-penyakit lain yang ikut

menyertainya. Penyakit-penyakit tersebut dapat muncul atau diperparah

dengan meningkatnya tekanan darah dalam tubuh kita. Berikut adalah

daftar penyakit yang terkait dengan hipertensi: Atherosclerosis. Darah

mengalir dalam tubuh kita melalui pembuluh darah sehingga peningkatan

pada tekanan darah dapat memengaruhi kondisi pembuluh darah itu

sendiri, dan kekakuan pada pembuluh darah arteri sehingga

memungkinkannya untuk menjadi rusak. Efek lanjutan dari kerusakan ini

adalah gangguan sirkulasi darah yang mengarah pada serangan jantung

dan stroke. (Brahmantio C, 2015)

b. Gagal Jantung

Jantung berfungsi untuk memompa darah keseluruh tubuh. jika

jantung memberikan tekanan yang terlalu tinggi untuk mengalirkan darah

maka diperlukan kerja elstra dari otot jantung. Kondisi ini menyebabkan

otot jantung menjadi lebih tebal, seperti halnya binaragawan yang sering

berlatih maka ototnya menjadi besar. Tetapi jika jantung bekerja terlalu

keras dalam jangka waktulama, maka lamakelamaan otot jantung akan

kelelahan dan tidak mampu bekerja memompa darah secara opimal. Hal
ini disebut gagal jantung. Jantung yang seharusnya memompa darah

untuk beredar berkeliling seluruh tubuh, akhirnya tidak mampu lagi dan

mengakibatkan darah menumpuk diberbagai organ. Jika menumpuk di

paru-paru, maka mengakibatkan paru-paru tergenang dan menjadikan

kesulitan/sesak napas, jika menumpuk di hati akan menyebabkan

gangguan fungsi hati dalam menetralkan racun, jika menumpuk di

tangan dan kaki akan menyebabkan pembengkakan. (Maryono. D, 2015)

c. Gangguan Ginjal

Kerusakan bagian dalam arteri atau pembekuan darah yang terjadi

pada ginjal akibat hipertensi dapat menyebabkan penurunan bahkan

kegagalan fungsi pada ginjal. Tekanan darah tinggi dapat menyebabkan

kerusakan progresif pada kapiler dan glomerulus ginjal. Kerusakan yang

terjadi pada glomerulus mengakibatkan darah mengalir ke unit

fungsional ginjal, hal tersebut menyebabkan terganggunya nefron dan

hipoksia bahkan kematian ginjal.Kelainan ginjal akibat hipertensi dibagi

menjadi dua yaitu nefrosklerosis benigna dan nefrosklerosis maligna.

Nefrosklerosis benigna terjadi pada hipertensi yang sudah berlngsung

lama sehingga terjadi pengendapan pada pembuluh darah akibat proses

penuaan dan menyebabkan elastisitas pembuluh darah berkurang.

Sementara itu, nefrosklerosis maligna merupakan kelainan ginjal berupa

terganggunya fungsi ginjal yang ditandai dengan peningkatan tekanan

diastole di atas 130 mmHg. (Rudianto, 2017)


10. Penetalaksanaan Hipertensi

a. Farmakologi

Terapi obat pada penderita hipertensi dimulai dengan salah satu

obat berikut:

1) Hidroklorotiazid (HCT) 12,5 - 25 mg perhari dengan dosis tunggal

pada pagi hari ( pada hipertensi dalam kehamilan, hanya digunakan

bila disertai hemokonsentrasi/ udem paru)

2) Reserpin 0,1 - 0, 25 mg sehari sebagai dosis tunggal

3) Propanol mulai dari 10 mgdua kali sehari yang dapat dinaikkan 20

mg dua kali sehari ( kontraindikasi untuk penderita asma)

4) Kaptopril 12,5 - 25 mg sebanyak dua sampai tiga kali sehari

(kontraindikasi pada kehamilan selama janin hidup dan penerita

asma)

5) Nifedipin mulai dari 5 mh dua kali sehari, bisa dinaikan 10 mg dua

kali sehari.

b. Nonfarmakologi

Langkah awal biasanya adalah dengan mengubah pola hidup

penderita, yakni dengan cara:

1) Menurunkan berat badan sampai batas ideal

2) Mwngubah pola makan pada penderita diabetes, kegemukan, atau

kadar kolesterol darang tinggi

3) Mengurangi pemakain garam sampai kurang dari 2,3 gram natrium

atau 6 gram natrium klorida setiap harinya(desertai dengan asupan

kalsium, magnesium, dan kalium yang cukup)


4) Mengurangi konsumsi alkohol

5) Berhenti merokok

6) Olagraga aerobik yang tidak terlalu berat (penderita hipertensi

esensial tidak perlu membatasi aktivitasnya selama tekanan

daranhnya terkendali).

B. Konsep Stroke

1. Pengertian stroke

Stoke timbul karena terjadi gangguan peredaran darah ke otak yang

menyebabkan terjadinya kematian jaringanotak sehingga mengakibatkan

penderita menderita kelumpuhan atau bahkan kematian. Ada dua klasifikasi

umum cidera serebrovaskular, yaitu stroke iskemik dan stroke hemoragik.

Stroke iskemik terjadi akibat penyumbatan aliran darah arteri yang lama

kebagian otak.

Stroke adalah sindrom klinis yang awal timbulnya mendadak, progesif

cepat, berupa defitic neurogis fokal, atau / dan global, yang berlangsung 24

jam atau lebih atau langsung meimbulkan kematian, dan semata-mata

disebabkan oleh gangguan peredaran darah otak non traumatic.

Stroke adalah cerdera otak yang berkaitan dengan obstruksi aliran

darah otak. Stroke adalah penyakit atau gangguan fungsional otak akut fokal

maupun global akibat terhambatnya peredaran darah ke otak. Gangguan

peredaran darah otak berupa tersumbatnya pembuluh darah otak atau

pecahnya pembuluh darah di otak. Otak yang seharusnya mendapat pasokan


oksigen dan zat makanan menjadi terganggu. Kekurangan pasokan oksigen

ke otak akan memunculkan kematian sel saraf (neuron). Gangguan fungsi

otak ini akan memunculkan gejala stroke. (Irfan A, 2016).

2. Etiologi

Stroke dapat disebabkan oleh arteri yang tersumbat atau bocor (stroke

iskemik) dan dapat disebabkan oleh pecahnya pembuluh darah (stroke

hemoragik). beberapa organ mungkin mengalami gangguan sementara alian

darah ke otak ( transiet ischemic attack atau TIA ) yang tidak menyebabkan

kerusakan permanen.

a. Stroke Iskemik

Sekitar 80% kasus stroke adalah stroke iskemik. Strokje iskemik

terjadi ketika atreri ke otak menyempit atau terhambat, menyebabkan

aliran darah sanggat berkurang( iskemia). stroke iskemik dapat dibedakan

menjadi dua yaitu:

1) Stroke trombotik terjadi ketika gumpalan darah (trombus) terbentuk di

salah satu arteri yang memasok darah ke otak. Gumpalan tersebut

disebabkan oleh deposit lemak( plak) yang menumpuk di arteri dan

menyebabkan aliran darah berkurang ( aterosklerosis) atau kondisi

arteri lainnya.

2) Stroke embolik terjadi kerika gumpalan darah atau debtis lainnya dari

otak dan tersapu memlalui aliran darah. Jenis gumpalan darah ini

disebut embolus. Stroke embolik berkembang setelah oklusi arteri

oleh embolus yang terbentuk di luar otak. Sumber umu embolus yang
menyebabkan stroke adalah jantung setelah infark miokardium atau

fibrilasi atrium, dan embolus yang merusak arterti karotis komunis

atau aorta.

3) Hipoperfusion sistemik berkurangya aliran darah keseluruh bagian

tubuh karena adanya gangguan denyut jantung.

b. Stroke Hemoragik

Stroke hemoragik terjadi ketika pembuluh darah di otak bocor atau

pecah. Pen darah otak dapat di sebabkan oleh banyak kondisi yang

mempengaruhi pembuluh darah, antara lain :

1) Tekanna darah tinggi yang tidak terkontrol (hioertensi)

2) Overtreatment dengan antikoagulan (pengencer darah)

3) Melemahnya dinding pembuluh darah (aneurisma)

Penyebab perdarah yang kurang umum adalah pecahnya jalinan

abnormal pembuluh darah berdinding tipis (malaformasi arteriovenosa).

jenis stroke hemoragik meliputi:

1) Perdarahan intraselebral. Dalam perdarahan intrasebral, pembuluh

darah ke otak pecah dan menyebar kejaringan otak diketarnya,

sehingga merusak sel-sel otak. Sel-sel otak di luar kebocoran

kekurangan darah dan rusak. Tekanan tinggi, trauma, malaformasi

vaskuler, pengunaan obat pengencer darah dan kondisi lain dapat

menyebabkan perdarahan intraselebral.

2) Perdarahan subaraknoid. Biasanya disebabkan oleh aneurisma selebral

atau kelainan arteri ke pada dasar otak. Aneurisma selebral adalah


area kecil bulat atau tidak teratur yang mengalami pembengkakan di

arteri. Pembengkakan yang parah membuat dinding pembuluh darah

melemah dan rentan pecah. Penyebab aneurisma selebral sendiri

belum diketahui. Beberapa penderita aneurisma mengalami kondisi ini

sejak lahir dengan perkembangan yang sangat lambat.

c. Serangan Iskemik Transie (TIA)

Transient Ischemic Attack (TIA) adalah periode sementara dari

gejala yang mirip dengan gejala stroke. Penuran sementara pasokan

darah ke bagian otak menyebabkan TIA dan biasanya berlangsung + lima

menit. Seperti stroke iskemik,TIA terjadi ketika bekuan atau debris

menghalangi aliran darah ke bagian sistem saraf. Namun, pada kasus TIA

tidak ada kerusakan jaringan permanen dan tidak ada gejala menetap.

Mengalai TIA membuat seseorang berisiko lebih besar untuk mengalami

stroke yang sebenar dan dapat menyebabkan kerusakan permanen

nantinya. Jika seseorang mengalami TIA, kemungkinan ada arteri yang

tersumbat atau menyempit yang mengarah ke otak atau sumber gumpalan

jantung.

3. Patofisiologi

Iskemik pada otak akan mengakibatkan perubahan pada sel neuron

otak secara bertahap. Tahap pertama diawali dengan penurunan aliran darah

sehingga menyebabkan sel-sel neuron akan kekurangan oksigen dan nutrisi.

Hal ini menyebabkan kegagalan metabolisme dan penurunan energi yang

dihasilkan oleh sel neuron tersebut. Sedangkan pada tahap II, ketidak
seimbangan suplai dan kebutuhan oksigen tersebut memicu respons

inflamasi dan diakhiri dengan kematian sel secara apoptosis terhadapnya.

Proses pada susunan saraf pusat ini menyebabkan berbagai hal, antara lain

gangguan permeabilitas pada saraf darah otak, kegagalan energi, hilangnya

homestasis ion sel, asidosis, peningkatan kalsium ekstrasel, dan toksisitas

yang dipicu oleh keberadaan radikal bebas. (Yasmara, 2016).

Infark serebral adalah berkurangnya suplai darah ke area tertentu

diotak. Luasnya infark bergantung pada faktor-faktor seperti lokasi dan

besarnya pembuluh darah dan adekuatnya sirkulasi kolateral terhadap area

yang disuplai oleh pembuluh darah yang tersumbat. Sampai darah keotak

dapat berubah (makin lambat atau cepat) pada gangguan lokal (trombus,

emboli, perdarahan, dan spasme vaskular) atau karena gangguan umum

(hipoksia karena gangguan paru dan jantung). Aterosklerosis sering sebagai

faktor penyebab infark pada otak. Trombus dapat berasal dari plak

arterosklerotik, atau darah dapat beku pada area yang stenosis, tempat aliran

darah mengalami pelambatan atau terjadi turbulensi (Yasmara, 2016).

Trombus dan emboli di dalam pembuluh darah akan terlepas dan

terbawa hingga terperangkap dalam pembuluh darah distal, lalu

menyebabkan pengurangan aliran darah yang menuju ke otak sehingga sel

otak akan mengalami kekurangan nurisi dan juga oksigen, sel otak yang

mengalami kekurangan oksigen dan glukosa akan menyebabkan asidosis

lalu asidosis akan mengakibatkan natrium, klorida, dan air masuk ke dalam

sel otak dan kalium meninggalkan sel otak sehingga terjadi edema setempat.
Kemudian kalsium akan masuk dan 13 memicu serangkaian radikal bebas

sehingga terjadi perusakan membran sel lalu mengkerut dan tubuh

mengalami defisit neurologis lalu mati (Yasmara, 2016).

Jika aliran darah ke tiap bagian otak terhambat karena trombus atau

emboli, maka mulai terjadi kekurangan suplai oksigen ke jaringan otak.

Kekurangan oksigen dalam satu menit dapat menunjukkan gejala yang dapat

pulih seperti kehilangan kesadaran. Sedangkan kekurangan oksigen dalam

waktu yang lebih lama menyebabkan nekrosis mikroskopik neuron-neuron

area yang mengalami nekrosis disebut infark (Yasmara, 2016).


4. Pathway stroke
5. Faktor Risiko

Banyak faktor yang dapat meningkatkan resiko stroke. Beberapa

faktot juga dapat meningkatkan kemungkinan mengalami serangan jantung.

Faktor risiko stroke yang berpotensi dapat diobati meliputi :

a. Faktor resiko gaya hidup

1) Kelebihan berat badan atau obesitas

2) Minuman berat atau pesta

3) Penggunaan obat-obatan terlarang seperti kokain dan metemfetamin

4) Aktifitas yang tidak sehat : kurang olah raga dan makan berkolesterol

b. Faktor resiko medis

1) Memiliki tekanan darah lebih tinggi dari 120/80 mmHg

2) Merokok atau terpapar asap rokok bekas

3) Kolesterol tinggi

4) Diabetes

5) Apnea tidur obstruktif

6) Penyakit kardiovaskular, termasuk gagal jantung, cacat jantung,

infeksi jantung atau irama jantung yang tidak normal

7) Riwayat pribadi atau keluarga terkait stroke, serangan jantung, atau

serangan iskemik transien.

c. Faktor-fsktro lain yang terkait dengan resiko stroke, termasuk:

1) Usia. Orang berusia 55 tahun atau lebih memilik risiko stroke yang

lebih tinggi dari orang yang lebih muda


2) Ras. Arang afrika-Amerika memiliki risiko stroke yang lebih tinggi

dari pada orang-orang ras lain.

3) Jenis kelamin. Pria memiliki risiko stroke yang leboh tinggi dari pada

wanita. Perempuan biasanya lebih tua ketika mereka mengalami

stroke.

4) Hormon. Penggunaan pil KB atau terapi hormon yang termasuk

estrogen, serta peningkatan kadar estrogen dari kehamilan dan

persalinan.

6. Manifestasi Klinis

a. Kesulitan berbicara dan kebingungan. Pasien mengalami kesulitan untuk

mengucapkan kata-kata dan ? atau mengalami kesulitan ucapan.

b. Kelumpuhan atau mati rasa pada wajah, lengan, atau kaki. Penderita

stroke bisa mengalami mati rasa tiba-tiba, kelemahan atau kelumpuhan

pada wajah, lengan atau kaki. Hal ini sering terjadi di satu sisi tubuh.

c. Kesulitan melihat dalam satu atau dua mata. Penderita stroke akan

mengalami gangguan penglihatan, seperti pandangan kabur atau hitam di

satu atau kedua mata.

d. Sakit kepala. Sakit kepala yang tiba-tiba dan parah, yang mungkin

disertai dengan muntah, pusing, atau peruhanan kesadaran, mungkin

menunjukkan seseorang mengalami stroke

e. Kesulitan berjalan. Penderita stroke mungkin tersandung atau mengalami

pusing mendadak, kehilangan keseimbangan, atau kehilangan koordinasi.


7. Penatalaksaan

a. Penatalaksaan medis

1) Diuretik untuk menurunkan edema selebral yang mencapai tingkat

maksimal 3 sampai 5 hari setelah infark selebral

2) Antikoagulan untuk mencegah terjadinya thrombosis atau embolisasi

dari tempat lain dalam sistem kardiovaskuler

3) Antiktrombotik karena thrombosit memainkan peran sangat penting

dalam pembentukan thrombosit dan embolisasi

b. Penatalaksaan keperawatan

Menurut Nurarif, Hardhi (2015) penatalaksanaan keperawatan yang

dapat dilakukan pada pasien stroke adalah :

1) Letakkan kepala pasien pada posisi 30 (kepala dan dada pada satu

bidang)

2) Ubah posisi tidur setiap 2 jam

3) Mobilisasi dimulai bertahap bila homodinamik sudah stabil,

4) Restorasi atau rehabilitasi (sesuai kebutuhan pasien) Yaitu fisioterapi,

tetapi kognitif, dan terapi okupasi.

5) Edukasi keluarga

6) Discharge planning

a) Mencegah terjadinya luka dikulit akibat tekanan.

b) Mencegah terjadinya kekakuan otat dan sendi.

c) Memulai latihan dengan mengaktifkan batang tubuh atau torso.

d) Mengontrol faktor resiko stroke.


e) Diet rendah lemak, gram, dan berhenti merokok.

f) Kelola stres dengan baik

g) Mengetahui gejala dan tanda stroke.

8. Dampak stroke

Menurut (Ikhsan, 2015) dampak stroke tergangtung pada lokasi

penyerangan stroke berada pada bagian mana di otak. Tetapi memang pasti

ada perubahan - perubahan yang terjadi setalah seseorang mangalami stroke.

Beberapa dampak seseorang yang mengalami stroke

a. Kelumpuhan ( gangguan gerak atau mobilisasi)

Kelumpuhan sebelah bagian tubuh ( hemiplegi) adalah cacat yang

umum akibat stroke. Bila stroke menyerang bagian kiri otak, terjadi

hemiplegia kanan, kelumpuhan terjadi dari wajah bagian kanan hingga

kaki sebelah kakan termasuk tenggorokan dan lidah. Bila dampaknya

lebih ringan, biasanya bagia yang terkena dirasakan tidak bertenaga

( hemiparasis kanan).bila yang terserang bagian kanan otak, yang terjadi

adalah hemiplegia kiri dan lebih ringan disebut hemiparesis kiri.

Bagaimanapun pasien stroke mengalami kesulitan melakukan kegiatan

sehari- hari seperti duduk, berdiri, berjalan, berpakaian, makan, dan

mengendalikan buang air bear maupun kecil.

b. Perubahan mental

Stroke tidak sesalu membuat mental penderita terjadi merosot dan

beberapa perubahan biasanya bersifat sementara. Setelah stroke memang

dapat terjadi gangguan pada daya pikir, kesadaran, konsentrasi,


kemampuan belajar, dan fungsi intelektual lainya. Semua hal tersebut

dengan sendirinya mempengaruhi penderita. Marah , sedih, dan tidak

berdaya seringkali menurunkan semangat hidupnya sehingga mencul

dampak emosional yang lebih berbahaya. Ini terutama juga disebabkan

kini penderita kehilangan kemampuan-kemampuan tertentu yang

sebelumnya masih dilakukan.

c. Gangguan komunikasi

Paling tidak seperempat dari semua pasien stroke mengalami

gangguan komunikasi yang berhubungan dengan mendengar, berbicara,

membaca, menulis dan bahkan bahasa isyarat dengan gerak tangan.

Ketidak berdayaan ini sangat membinggugkan orang yang merawatnya.

d. Gangguan emotional

Pada umunya penyakit stroke tidak mampu mengejarkan sesuatau

secara mandiri, maka sebagian besar penderita akan mengalami kesulitan

dalam mengendalikan emosinya, sering merasa sedih, gelisah, takut,

marah atas kekuranganya. Persaaan seperti ini tentunya merupakan

anggapan yang wajar sebagai trauma psikologis akibat stroke

meskipungangguan emosional dan perubahan otak secara fisik. Penderita

bisa mengalami depresi, dengan tidak mau bergaul, sulit tidur, cepat

lelah, lesu dan mudah tersinggung, dan bahkan dapat berakibat putus asa

dan bunuh diri.


e. Kehingan indra rasa

Penderita stroke bisa kehilangan kemampuaan sensori sentuh.

Cacat sensoris dapat menggangu kemampuan dalam mengenali benda

yang di pegangnya. Dalam kasus yang ekstrem, pasien bahkan tidak

mampu mengenali anggota tubuhnya sendiri.

9. Perilaku pencegahan stroke

Menurut perhimpunan dokter spesialis saraf indonesia tahun 2012,

stroke dapat dicegah dengan merubah gaya hidup, mengendalikan,

mengontrol, dan mengobati penyekit yang terjadi faktor risiko, teruama

faktor risiko tertinggi hipertensi. Pencegahan stroke bagi pasien hipertensi

dibagi menjadi dua yaitu :

a. Pencegahan primer

Pencegahan primer adalah upaya yang dilakukan sebelum

seseorang terkena stroke. Pencegahan primer melalui pendidikan

kesehatan melalui flyer tentang bahaya rokoknterhadap stoke,

memberikan informasi tentang stroke memlalui pendidikan kesehatan

menggunakan media cetak, elektonik, bilboard atau ceramah.

Cara untuk mempertahankan gaya hidup sehat.

1) Hentikan kebiasaan merokok.

2) Berat badan diturunkan atau dipertahankan sesui berat badan ideal :

a) BMI < 25 kg/m2.

b) Garis lingkar pinggang <80 cm untuk wanita

c) Garis lingkar pinggang <90 cm untuk pria


3) Makan makan sehat :

a) Rendah lemak jenuh dan kolesterol.

b) Menambahkan asupan kalium dan mengurangi natrium.

c) Makan buah buahan dan sayur sayuran.

d) Olah raga yang cukup dan teratur dengan melakukan ajtivitas fisik

yang bernilai aerobik (jalan cepat, bersepeda, berenang, dll) secara

teratur menimal 30 menit dan minimal tiga kali dalam

seminggu.

e) Tekanan darah pertahakan pada 120/80mmHg.

b. Pencegahan sekunder

Pencegahan ini merupakan upaya pencegahan agar seseorang tidak

terkena stroke berulanh caranya dengan:

1) Mengendalikan faktor resiko yang telah ada seperti mengontrol

tekanan darah tinggi, kolesterol, gula darah, da asam urat.

2) Merubah gaya hidup.

3) Minum obat sesuai anjuran dokter secara teratur.

4) Kontrol ke dokter secara teratur.


C. Pengetahuan (knowledge)

1. Pengertian pengetahuan

Pengetahuan adalah hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan

penginderaan terhadap suatu objek tertentu, pengetahuan terjadi melalui

pancaindra manusia, yakni: indra penglihatan, pendengaran, penciuman,

rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan diperoleh melalui mata dan

telinga (Irfan A, 2016)

Proses yang didasari oleh pengetahuan kesadaran dan sikap yang

positif, maka perilaku tersebut akan bersifat langgeng. Sebaliknya apabila

perilaku tersebut tidak didasari oleh pengetahuan dan kesadaran maka tidak

akan berlangsung lama. (Irfan A, 2016)

2. Tingkat pengetahuan

Pengetahuan mempunyai 6 tingkatan yakni sebagai berikut:

a. Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari

sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah

mengingat kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh

bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab

itu tahu adalah tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk

mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain:

menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan. (Irfan A,

2016)
b. Memahami (comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan

secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat

menginterpretasikan benar tentang objek yang diketahui, dan dapat

menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah

paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan menyebutkan

cotoh menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadap objek yang

dipelajari, misalnya dapat menjelaskan mengapa harus datang ke

Posyandu. (Irfan A, 2016)

c. Analisis (analysis)

Adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu

objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam suatu

struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan

analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata-kata kerja: dapat

menggambarkan (membuat bagan), membedakan, memisahkan,

mengelompokkan (Notoatmodjo, 2012).

d. Aplikasi (Application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi

yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi riil (sebenarnya). Aplikasi

disini dapat diartikan aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus,

metode, dan prinsi. (Notoatmodjo, 2012)


e. Sintesis (synthesis).

Sintesis menunujuk pada suatu kemampuan untuk meletakkan

bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan

kata lain sintesis itu suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru

dari formulasi-formulasi yang ada.

Misalnya: dapat menyusun, dapat merencanakan, dapat

meringkaskan, dapat menyesuaikan terhadap suatu teori atau rumusan

yang telah ada .

f. Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan

justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek.

Penilaianpenilaian ini berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri,

atau menggunakan kriteria yang ada.

3. Cara Pengukuran Pengetahuan

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau

memberikan seperangkat alat tes/kuesioner tentang isi materi yang ingin

diukur. Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat

disesuaikan dengan tingkatan-tingkatan di atas. (Irfan A, 2016)


D. KERANGKA TEORI

Penyebab

1) Stress
2) Alcohol
3) Merokok
4) Lingkungan gaya
hidup

Hipertensi

Komlplikasi Pencegahan Hipertensi


Faktor-Faktor Risiko Hipertensi
1. Kurangi minum minuman
1. Usia yang mengandung soda
2. Jenis kelamin 2. Kurangi makan daging, ikan,
3. Riwayat keluarga kerang, kepiting, dan susu,
4. Obesitas 3. Hindari makan makanan ikan
5. Merokok asin, telur asin, otak, vitsin
6. Aktifitas Fisik 4. Konsumsi makanan yang
7. Komsumsi garam dianjurkan seperti sayuran
berlebih segar, buah segar, tempe
8. Stress 5. Diet rendah kolesterol

stroke
Etiologi
1. Stroke Iskemik
2. Stroke Hemoragik
Pengetahuan 3. Serangan Iskemik
Transie (TIA)
Tingkat pengetahuan ;
1. Tahu (know)
2. Memahami (comprehension)
3. Analisis (analysis)
4. Aplikasi (Application)
5. Sintesis (synthesis).

( Sumber : Brahmantio, 2015 & Notoatmodjo, 2012)

Keterangan :

= Tidak Diteliti

= Di Teliti

Gambar 2.1

Kerangka Teori penelitian


E. KERANGKA KONSEP

Berdasarkan uraian tinjauan pustaka dan kerangka teori yang digunakan,

Variabel Independen Pada Penelitian Ini Adalah Hubungan Pengetahuan

Penderita Hipertensi dan Variabel Dependen Pada Penelitian Ini Adalah

Pencegahan Stroke.

Variabel Independent Variabel Dependent

Hubungan Pengetahuan Pencegahan Stroke.


Penderita Hipertensi

Gambar 2.2

Kerangka Konsep penelitian


DAFTAR PUSTAKA

Dinas Kesehatan Kota Semarang, 2014, Profil Dinas Kesehatan Kota Semarang
Tahun 2014, Semarang.

Endang Triyanto. 2014. Pelayanan Keperawatan Bagi Penderita Hipertensi


Secara Terpadu. Yogyakarta : Graha illmu.

http://www.inash.or.id/news_detail.php?id=72. Diakses tanggal 10 Maret 2017

InaSh, 2014. Hipertensi Bukan Sekedar Tekanan Darah Tinggi. Jakarta : EGC.

Kemenkes RI. 2014. Infodatin Hipertensi. Jakarta : Kementrian Kesehatan RI.


(diakses 19 Desember 2016).

Kemenkes, RI, 2014, INFODATIN (Pusat Data dan Informasi Kementerian


Kesehatan RI), HIPERTENSI, Jakarta.

Manurung, Marnaek Irfan A. 2016. Karakteristik Penderita Hipertensi Dengan


Komplikasi Rawat Inap Di Rumah Sakit Umum Daerah Deli Serdang
Kabupaten Deli Serdang Tahun 2014. Medan

Maryono, D., 2015. Penyakit Jantung. Jakarta: PT. Bhuana Ilmu Populer

Masriadi, H. 2016. Epidemiologi Penyakit Tidak Menular. Jakarta : CV. Trans


Info Media, Hal. 359-370.

Medikal Bedah Diagnosis Nanda-I 2015-2017 Intervensi NIC Hasil NOC.

Muttaqin, A. 2012. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem

Nurarif, Amin H dan Hardhi Kusuma. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan


Berdasarkan Diagnosa Medis dan Nanda NIC NOC. Edisi Revisi Jilid 3.
yogyakarta: Mediaction Publishing.

Nurrahmani, Ulfah, dan Helmanu Kurniadi. 2015. Gejala Penyakit Jantung


Koroner, Kolesterol Tinggi, Diabetes Mellitus, Hipertensi. Yogyakarta

Persarafan. Jakarta: Salemba Medika.

Price. Sylvia A, Wilson. Lorraine M. 2014. Patofisiologi Konsep Klinis Proses

Priyoto, 2014, Teori Sikap & Perilaku dalam Kesehatan, Nuha


Medika,Yogyakarta. proses Penyakit edisi 6 volume 2, EGC, Jakarta.
Rudianto. 2017. Faktor-Faktor Resiko Hipertensi Grade II Pada Masyarakat.
Tesis. Semarang : Universitas Diponegoro.

Sari, Yunita N.I. 2017. Berdamai Dengan Hipertensi. Jakarta : Bumi Medika

Situmorang, P.R. 2015. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian


Hipertensi Pada Penderita Rawat Inap Di Rumah Sakit Umum Sari Mutira.
STIKes Imelda Medan. Jurnal Ilmiah Keperawatan Volume 1 No.1.
Suraioka I.P. Penyakit Degenerative. Yogyakarta: Numedmedika. 2012.

Yasmara, D., Nursiswati & Arafat, R., 2016. Rencana Asuhan Keperawatan

Anda mungkin juga menyukai