PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Perjalanan PPOM yang khas adalah panjang dimulai pada usia 20-30 tahun
dengan “batuk merokok” atau batuk pagi disertai pembentukan sedikit sputum
mukoid. Mungkin terdapat penurunan toleransi terhadap kerja fisik, tetapi
biasanya keadaan ini tidak diketahui karena berlangsung dalam jangka waktu
yang lama. Akhirnya serangan brokhitis akut makin sering timbul, terutama pada
musim dingin dan kemampuan kerja penderita berkurang, sehingga pada waktu
mencapai usia 50-60 an penderita mungkin harus mengurangi aktifitas.
B. TUJUAN
A. PENGERTIAN PPOM
I. Bronkitis Kronis
Fungsi silia
Sesak nafas
Ø Pemeriksaan Penunjang
3)Pemeriksaan fungsi paru : Penurunan kapasitas vital (VC) dan volume ekspirasi
kuat (FEV), peningkatan volume residual (RV), kapasitas paru total (TLC) normal
atau sedikit meningkat.
4)Pemeriksaan hemoglobin dan hematokrit : dapat sedikit meningkat
II. Bronkiektasis
Bronkiektasis berarti suatu dilatasi yang tak dapat pulih lagi dari bronchial yang
disebabkan oleh episode pnemonitis berulang dan memanjang, aspirasi benda
asing, atau massa (mis.Neoplasma) yang menghambat lumen bronchial dengan
obstruksi (hudak &Gallo,1997)
Bronkiektasis adalah dilatasi permanent abnormal dari salah satu atau lebih
cabang-cabang bronkus yang besar (Barbara E, 1998)
Ø Etiologi
a. Infeksi
Ø Patofisiologi
Ø Klasifikasi
Berdasarkan atas bronkografi dan patologi bronkietasis dapat dibagi menjadi 3
yaitu:
1.Bronkiektasis silindris
2.bronkiektasis Fusiform
b.Batuk darah
Ø Penatalaksanaan
Tujuan pengobatan adalah memperbaiki drainage secret dan mengobati infeksi.
Penatalaksanaan meliputi:
ü Fisioterapi dada dan drainage postural dengan teknik ekspirasi paksa untuk
mengeluarkan secret
ü Bronkodilator\
ü Hidrasi yang adekuat untuk mencegah secret menjadi kental dan dilengkapi
dengan alat pelembab serta nebulizer untuk melembabkan secret.
III. Emfisema
1. Dispnea
2. Takipnea
6. Hipoksemia
7. Hiperkapnia
8. Anoreksia
9. Penurunan BB
10. Kelemahan
Ø Pemeriksaan Penunjang
Asma merupakan suatu penyakit yang dapat mengenai pada anak-anak hingga
dewasa dengan serangan yang sangat menakutkan tanpa mengenal waktu yang
selalu membawa penderitaan bagi pasien dan asma dapat timbul karena
kecemasan , kegiatan aktivitas yang berat, kelelahan, kurang tidur, infeksi
pernapasan, obat-obatan dan alergen.
Di negara –negara yang telah maju penelitiannya, diperkirakan 5%-20% bayi dan
anak-anak menderita asma 2%-10%.(Sundaru H, hal-6, 1995). Penelitian yang
pernah dilakukan di beberapa tempat diperkirakan 2-5% menderita asma.
Insiden penyakit asma dipengaruhi oleh banyak faktor antara lain : umur pasien,
jenis kelamin, bakat alergi, bunga ,keturunan, lingkungan dan faktor psikologi.
Berbagai maslah yang ditimbulkan pada penyakit asma tergantung pada usia ,
pekerjaan, dan fungsi klien dalam keluarga tersebut.
Ø Definisi
Asma bronchiale menurut Americans Thoracic Society dikutip dari Barata Wijaya
(1990) adalah suatu penyakit denagn ciri mendekatnya respons Thrakea dan
Bronkhus terdap berbagai rangsangan dengan manifestasi adanya penyempitan
jalan napas yang luas dan derajatnya berubah-ubah , baik secara spontan maupun
sebagai hasil pengobatan.
Ø Macam:
Ø Faktor Pencetus
Faktor-faktor yang dapat menimbulkan seranagn asma bronkiale atau sering
disebut sebagai faktor pencetus adalah :
1) Alergen
Alergen adalah zat-zat tertentu bila dihisap atau dimakan dapat menimbulkan
serangan asma , misalnya debu rumah , tungau debu rumah, spora jamur, serpih
kilit kucing, bulu binatang, beberapa makanan laut dan sebagainya.
Infeksi saluran napas terutama oleh bakteri influenza merupakan salah satu faktor
pencetus yang paling sering menimbulkan asma bronkiale. Diperkirakan 2/3
pasien asma dewasa serangan asmanya ditimbulakn oleh infeksi saluran napas.
(Sundaru, 1991)
3) Stress psikologik
Stress psikologik bukan berarti penyebab asma tetapi sebagai pencetus asma,
karena banyak orang yang mendapat Stress psikologik tetapi tidak menjadi
penderita asma bronkiale. Faktor ini berperan mencetuskan serangan asma
terutama pada orang yang agak labil kepribadiannnya. Hal ini lebih menonjol
pada wanita dan ank-anak. ( Yunus,1994)
5) Obat-obatan
Beberapa pasien asma bronkiale sensitif atau alergi terhadap obat tertentu seperti
penicilin ,salisilat, beta blocker, kodein dan sebagainya.
6) Polusi udara
Pasien asma sangat peka terhadap udara debu, asap pabrik, /kendaraan, asap
rokok, asap yang mengandung hasil pembakaran sulfur dioksida dan oksida foto
kemikal, serta bau yang tajam.
7) Lingkungan kerja
Diperkirakan 2-15% pasien asma bronkhiale pencetusnya adalah lingkungan
kerja(Sundaru H. 1991). Beberapa zat yang didapat di tempat pekerjaan yang
dapat mencetuskan serangan asma seperti pada tabel berikut :
Ø Pencetus:
4) Debu kapas
5) Toluen diisosianat
8) Garam platina
9) Ampisilin
B. ETIOLOGI
PPOM disebabkan oleh factor lingkungan dan gaya hidup, yang sebagian besar
bias dicegah. Merokok diperkirakan menjadi penyebab timbulnya 80-90% kasus
PPOM. Feaktor resiko lainnya termasuk keadaan social-ekonomi dan status
pekerjaaan yang rendah, kondisi lingkungsn yang buruk karena dekat lokasi
pertambangan, perokok pasif, atau terkena polusi udara dan konsumsi alcohol
yang berlebihan. Laki-laki dengan usia antara 30 hingga 40 tahun paling banyak
menderita PPOM.
C. PATOFISIOLOGI
Fungsi silia
Sesak nafas
1) Ketidakseimbangan ventilasi-perfusi
Hal ini menjadi penyebab utama hipoksemia atau menurunnya oksigenasi dalam
darah. Keseimbangan normal antara ventilasi alveolar dan perfusi aliran darah
kapiler pulmo menjadi terganggu. Peningkatan keduanya terjadi ketika penyakit
yang semakin berat sehingga menyebabkan kerusakan pada alveoli dan dan
kehilangan bed kapiler. Dalam kondisi seperti ini, perfusi menurun dan ventilasi
sama. Ventilasi dan perfusi yang menurun bias dilihat pada pasien PPOM, dimana
saluran pernafasan nya terhalang oleh mukus kental atau bronchospasma. Di sini
penurunan ventilasi akan terjadi, akan tetapi perfusi akan sama, atau berkurang
sedikit. Banyak di diantara pasien PPOM yang baik empisema maupun bronchitis
kronis sehingga ini menerangkan sebabnya mengapa mereka memiliki bagian-
bagian,dimana terjadi diantara keduanya yang meningkat dan ada yang menurun.
2) Mengalirnya darah kapiler pulmo
Darah yang tidak mengandung oksigen dipompa dari ventrikel kanan ke paru-
paru, beberapa diantaranya melewati bed kapiler pulmo tanpa mengambil oksigen.
Hal ini juga disebabkan oleh meningkatnya sekret pulmo yang menghambat
alveoli.
Pertukaran gas yang terhalang biasanya terjadi sebagai akibat dari sati atau da
seba yaitu berkurangnya permukaan alveoli bagi pertukaran udara sebagai akibat
dari penyakit empisema atau meningkatnya sekresi, sehingga menyebabkan difusi
menjadi semakin sulit.
1. batuk-batuk dan produksi dahak khususnya yang menjadi di saat pagi hari.
2. Nafas pendek sedang yang berkembang mnejadi nafas pendek akut.
3. Batuk dan produksi dahak (pada batuk yang dialami perokok) memburuk
menjadi batuk persisten yang disertai dengan produksi dahak yang semakin
banyak.
5. Pasien mudah sekali merasa lelah dan secara fisik banyak yang tidak mampu
melakukan kegiatan sehari-hari.
6. pasien PPOM banyak yang mengalami penurunan berat badan yang cukup
drastis sebagai akibat dari hilangnya nfsu makan karena produksi dahak yang
makin melimpah, penurunan daya kekuatan tubuh, kehilangan selera
makan,penrunan kemampuan pencernaan sekunder karena tidak cukup oksigenasi
sel dalam system gastrointestinal. Pasien PPOM, lebih membutuhkan banyak
kalori karena lebih banyak mengeluarkan tenaga dalam melakukan pernafasan.
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
v Radiologik.
Spirometri.
2. (VEP10= FEV1.0)
v Elektrokardiogram
Hipertensi pulmonal pada tingkat lanjut PPOM dapat diketahui dengan EKG.
P pulmonal.
P pulmonal R V6 < 5, R/S <= 1 adalah yang paling sering terdapat pada gambaran
EKG
v Tes laboratorium
F. PENATALAKSANAAN
2. Mobilisasi dahak.
3. Mengatasi bronkospasme.
4. Memberantas infeksi.
Keterangan :
1. Pencegahan
2. Mobilisasi dahak.
Ekspektoran oral kecuali glyseril guaicolat dalam dosis tinggi hanya mempunyai
nilai sedikit saja. Obat ini yang mengandung antihistamin malahan menyebabkan
pengentalan dahak. Antitusif tidak dianjurkan pada penderita ini.
Asetil cystein yang diberikan pada oral, memberikan efek mukolitik yang cukup
banyak efek sampng dibandingkan aerosol yang sering menimbulkan
bronkospasme.
Bromhexin sangat populer oleh penggunanya yang mudah (tablet, elixir,sirup).
c) Nebulisasi.--Inhalasi uap air atau dengan aerosol melalui nebuliser, dan juga
ditambahkan dengan obat-obat bronkodilator dan mukolitik dengan atau tanpa
Intermittent Positive Pressure Breathing (IPPB).
3. Obat-obat bronkodilator.
Merupakan obat utama dalam mengatasi obstruksi jalan nafas. Adanya respon
terhadap bronkodiator yang dinilai dengan spirometri merupakan petunjuk yang
dapat digunakan untuk pemakaian obat tersebut.
a) Simpatomimetik amine, (metaproterenol, terbutalin, salbutamol, dll)
Obat-obat ini merangsang reseptor beta--2 di otot-otot polos bronkus yang melalui
enzim adenyl cyclase yang bekerja sebagai bronkodilator. Obat ini selain bekerja
sebagai bronkodilator juga bekerja merangsang mobilisasi dahak terutama pada
pemberian secara inhalasi dalam bentuk aerosol.
Pemahaman baru mengenai cara kerja methyl xanthine yang bertindak sebagai
penghambat ensim fosfodiesterase. (menginaktifasi Cyclic AMP). Cyclic AMP
dapat dipertahankan pada tingkat yang tinggi, sehingga tetap mempunyai efek
bronkodilator. Paduan obat golongan simpatomimetika dengan golongan methyl
zanthin meningkatkan kadar C. AMP secara lebih efektif hingga masing-masing
dapat diberikan dalam dosis rendah. Dengan efek terapeutis yang sama apabila
obat diberikan sendiri-sendiri dalam dosis tinggi, efek samping menjadi lebih
kecil (Snider). Beberapa dengan asma bronkial, pada penderita PPOM pemberian
aminofilin harus dihentikan bila tidak menunjukkan perbaikan objektif.
c) Kortikosteroid.
3. Polip hidung.
Respons terhadap volume ekspirasi paksa satu detik pada spirometri lebih dari
25% setelah uji bronkodilator.
Komplikasi yang sering ialah Hipoksemia dan Cor pulmonale. Pada penderita
PPOM dengan tingkat yang lanjut, telah terjadi gangguan terhadap fungsi
pernapasan dengan manifestasi hipoksemia dengan atau tanpa hiperkapnia.
Pemberian oksigen dosis rendah 1 - 2 liter/menit selama 12 - 18 jam sering
dianjurkan, karena dapat memperbaiki hipoksemia tanpa terlalu menaikkan
tekanan CO2 darah akibat depresi pernapasan. Diuretik merupakan pilihan utama
pada penderita dengan cor pulmonale yang disertai gagal jantung kanan.
Pemberian digitalis harus hati-hati oleh karena efek toksis mudah terjadi akibat
hipoksemia dan gangguan elektrolit.
b. mengencerkan dahak
c. memobilisasi dahak
f. Pendekatan psikis
Pada penderita bronkitis menahun yang lanjut terutama yang sudah menjalani
gangguan pernafasan perlu dilakukan pendekatan hubungan dokter-penderita yang
lebih baik dengan cara penerangan mengenai tujuan pengobatan dengan
mengemukakan hal-hal yang positif. Kurang berat, lebih dari 20% (Rodman
Sterling).
3. Aritemia Jantung.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN PPOM
(PENYAKIT PARU OBSTRUKTIF MENAHUN)
A. PENGKAJIAN
4. Kapan selama siang hari pasien mengeluh paling letih dan sesak napas?
1) Riwayat Keperawatan
2) Keluhan Utama
Keluhan utama klien adalah sesak nafas, setelah terpapar oleh allergen atau factor
lain yang mencetuskan serangan PPOM.
3) Pemeriksaan Fisik :
Ø Sistem pernafasan
Ø Sistem kardiovaskuler
1. Takhikardi
2. Tensi meningkat
4. Sianosis
5. Dehidrasi
6. Diaforesis
Ø Psikososial
4) Pemeriksaan Diagnostik :
b) Gas darah arteri : penurunan PaO2 dan PaCO2 namun selanjutnya PaCO2
meningkat sesuai dengan meningkatnya tekanan jalan nafas.
C. PERENCANAAN
1. diagnosa 1
a) Kaji suara nafas tiap jam selama episode akut untuk menilai kkeadekuatan
pertukaran gas.
c) Monitor warna dan konsistensi sputum karena asma sering sebagai akibat
infeksi saluran nafas atas.
g) Jika secret kental dan sulit dikeluarkan, lakukan fisioterapi dada : perkusi
dan vibrasi.
2. Diagnosa 2
3. Diagnosa 3
BAB IV
PENUTUP
A.KESIMPULAN
PPOM adalah kelainan paru yang ditandai dengan gangguan fungsi paru berupa
memanjangnya periode ekspirasi yang disebabkan oleh adanya penyempitan
saluran nafas dan tidak banyak mengalami perubahan dalam masa observasi
beberapa waktu.PPOM terdiri dari kumpulan tiga penyakit yaitu Bronkitis kronik,
Emfisema paru dan Asma.
Faktor resiko dari PPOM adalah : merokok sigaret yang berlangsung lama, Polusi
udara, Infeksi paru berulang, Umur, Jenis kelamin, Ras, Defisiensi alfa-1
antitripsin, Defisiensi anti oksidan
Penatalaksanaan pada penderita PPOM : Meniadakan faktor etiologi dan
presipitasi, Membersihkan sekresi Sputum, Memberantas infeksi, Mengatasi
Bronkospasme, Pengobatan Simtomatik, Penanganan terhadap komplikasi yang
timbul, Pengobatan oksigen, Tindakan ”Rehabilitasi”
B.SARAN
Makalah yang telah disusun ini jauh dari kata sempurna. Maka dari itu di
harapkan saran dan kritik yang membangun dari para pembaca demi sempurnanya
makalah ini. Terima kasih.
DAFTAR PUSTAKA
Suddarth dan Brunner. 2002. Keperawatan Medikal Bedah, edisi 8. Jakarta : EGC.
http://www.nursingbegin.com
http://harnawatiaj.wordpress.com/200/8/03/27/askep-bronkitis/
http://download-askep.blogspot.com/2010/01/pengkajian-diagnosa
keperawatan.html
http://harnawatiaj.wordpress.com/2008/04/04/asuhan-keperawatan-asthma
Smeltzer, S., & Bare. (2008). Brunner & Suddarth’s textbook of medical surgical
nursing.Philadelphia: Lippincott.
Price, S.A & Wilson. (2006). Patofisiologi konsep klinik proses-proses penyakit. Buku 2.
Edisi 6. Jakarta: Penerbit buku kedokteran EGC.
Global Strategy For The Diagnosis, Management, And Prevention Of Chronic Obstructive
Pulmonary Disease. (2006). Global Initiative for Chronic Obstructive Lung Disease
(GOLD).http://www.acofp.org/education/LV_10/handouts/Fri_3_19_10/11am_Willsie_San
dra_COPD.pdf. Diperoleh tanggal 18 Pebruari 2016
Ignatavicius D., & Workman. (2006). Medical surgical nursing: Critical thinking
forcollaborative care. 5th. St. Louis, Missouri: Elsevier Inc.
Black, J.M., & Hawk,J.H. (2005). Medical surgical nursing clinical management
forcontinuity of care. 7th Edition, St. Louis: Elsevier Saunders
Patrick Davevy. (2005). At a Glance MEDICINE. Alih bahasa Annisa Rahmalia, Cut
Novianty. Jakarta: Erlanga.