Anda di halaman 1dari 11

Satuan Acara Penyuluhan (SAP)

DM TIPE 1 TANPA KOMPLIKASI


ASKEP 1 DM

Disusun oleh :

NAMA : SARWANTO
NIM : PO.62.20.1.17.345

KEMENTERIAN KESEHATAN R.I.


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PALANGKA RAYA
PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN
KELAS REGULER IV
TAHUN 2020
SATUAN ACARA PEMBELAJARAN (SAP)

Mata Kuliah : ASKEP 1 DM


Topik atau materi : Diabetes Melitus Tipe 1
Sub topik : Penatalaksanaan Diabetes Melitus Tipe 1
Sasaran : Klien dan keluarga di Poli kaki
Waktu : 07.00 – 07.30 WIB (1x30 menit)
Tempat : Poli kaki

1. Tujuan Instruksional Umum (TIU)


Mampu menjelaskan tentang penyakit diabetes melitus Tipe 1

2. Tujuan Instruksional Khusus (TIK)


Setelah diberikan pendidikan kesehatan peserta mampu:
1) Menjelaskan definisi diabetes melitus tipe 1
2) Menjelaskan penyebab diabetes melitus tipe 1
3) Menjelaskan tanda dan gejala diabetes melitus tipe 1
4) Menjelaskan tata laksana penyakit diabetes melitus tipe 1
5) Menjelaskan komplikasi diabetes melitus tipe 1

3. Materi
1. Menjelaskan definisi diabetes melitus tipe 1
2. Menjelaskan penyebab diabetes melitus tipe 1
3. Menjelaskan tanda dan gejala diabetes melitus tipe 1
4. Menjelaskan tata laksana penyakit diabetes melitus tipe 1
5. Menjelaskan komplikasi diabetes melitus tipe 1

5. Metode
Ceramah
Tanya Jawab

6. Waktu
1 x 30 menit
7. Bahan/alat yang diperlukan:
1. Flipchart
2. Leaflet

8. Persiapan
Penyuluh : SARWANTO
Notulen : YOGI YUDISTIRA
Moderator : FRIENDKY
Fasilitator : JHONATAN MEI DIANTAMA

9. Kegiatan Pendidikan Kesehatan


Tindakan Tindakan
Waktu
Proses Kegiatan
Kegiatan pembelajaran
peserta
5 menit Pendahuluan a. Memberi salam Memperhatikan
memperkenalkan diri dan menjawab
dengan baik salam

b. Menjelaskan materi Memperhatikan


secara umum pada serta mernspon
peserta terhadap
pembelajar

c. Menyampaikan tujuan Memperhatikan


penyuluhan
20 menit Penyajian 1. Memberikan penjelasan Memperhatikan
tentang
a. Definisi diabetes
melitus tipe 1
b. Penyebab diabetes
melitus tipe 1
c. Tanda dan gejala
diabetes melitus tipe
1
d. Tata laksana
penyakit diabetes
melitus tipe 1
e. komplikasi diabetes
melitus tipe 1
2. Memberi kesempatan Memberi
pada peserta untuk pertanyaan
bertanya

3. Menjawab pertanyaan Memperhatikan


peserta dengan tepat dan
mudah di mengerti

5 menit Penutup a. Memberi kesimpulan Memperhatikan


tentang diabetes melitus
tipe 1

b. Mengajukan pertanyaan Merenspon


pada peserta tentang pertanyaan
materi yang telah yang di berikan
disampaikan penyuluh

c. Menutup pertemuan dan Memprhatikan


memberi salam penutup dan menjawab
salam
d. Membagikan leaflet

10. Setting Tempat

Flipchart

Notulen Penyuluh

FasilitatorR
Rr

Peserta Peserta Peserta

Peserta Peserta Peserta


Materi
1. Definisi
Diabetes adalah suatu penyakit karena tubuh tidak mampu mengendalikan jumlah
gula, atau glukosa dalam aliran darah. Ini menyebabkan hiperglikemia, suatu
keadaan gula darah yang tingginya sudah membahayakan (Setiabudi, 2008)

Faktor utama pada diabetes ialah insulin, suatu hormon yang dihasilkan oleh
kelompok sel beta di pankreas. Insulin memberi sinyal kepada sel tubuh agar menyerap
glukosa. Insulin bekerja dengan hormon pankreas lain yang disebut glukagon, juga
mengendalikan jumlah glukosa dalam darah. Apabila tubuh menghasilkan terlampau
sedikit insulin atau jika sel tubuh tidak menanggapi insulin dengan tepat terjadilah
diabetes (Setiabudi, 2008)

Kriteria diagnosis DM (Sudoyo A, 2009)

1) Gejala klasik DM + glukosa plasma sewaktu ≥ 200 mg/dl


2) Gejala klasik DM + glukosa puasa ≥ 126 mg/dl
3) Glukosa plasma 2 jam pada TTGO ≥ 200 mg/dl

Cara pelaksanaan TTGO:

1) 3 hari sebelum pemeriksaan tetap makan seperti biasa (dengan karbohidrat yang
cukup)
2) Berpuasa paling sedikit 8 jam (mulai malam hari) sebelum pemeriksaan, minum air
putih tanpa gula tetap diperbolehkan
3) Diperiksa konsentrasi glukosa darah puasa
4) Diberikan glukosa 1,75 gram/KgBB, dilarutkan dalam air 250 ml dan diminum dalam
waktu 5 menit
5) Berpuasa kembali sampai pengambilan sampel darah untuk pemeriksaan 2 jam
setelah minum larutan glukosa selesai
6) Periksa glukosa darah 2 jam sesudah beban glukosa
7) Selama proses pemeriksaan subyek yang diperiksa tetap istirahat dan tidak merokok

Hasil pemeriksaan glukosa darah 2 jam pasca pembedahan dibagi menjadi 3 yaitu

1) < 140 mg/dl : normal


2) 140-<200 mg/dl : toleransi glukosa terganggu
3) ≥ 200 mg/dl : diabetes
2. Etiologi (Penyebab)
Diabetes melitus tipe 1 sering terjadi pada usia sebelum 30 tahun. Biasanya juga
disebut juvenille diabetes, yang ditandai dengan adanya hiperglikemia (Bare & Suzanne,
2002).

Faktor genetik dan lingkungan merupakan faktor pencetus IDDM. Oleh karena itu
insiden lebih tinggi atau adanya infeksi virus (dari lingkungan) misalnya coxsackievirus
B dan streptococcus sehingga pengaruh lingkungan dipercaya mempunyai peranan
dalam terjadinya DM (Bare & Suzanne, 2002).

Virus atau mikroorganisme akan menyerang pulau – pulau langerhans


pankreas, yang membuat kehilangan produksi insulin. Dapat pula akibat respon
autoimmune, dimana antibody sendiri akan menyerang sel bata pankreas. Faktor
herediter, juga dipercaya memainkan peran munculnya penyakit ini (Bare &
Suzanne, 2002)

3. Manifestasi Klinis (Tanda dan gejala)


a. Poliuria
Kekurangan insulin untuk mengangkut glukosa melalui membrane dalam sel
menyebabkan hiperglikemia sehingga serum plasma meningkat atau hiperosmolariti
menyebabkan cairan intrasel berdifusi kedalam sirkulasi atau cairan intravaskuler,
aliran darah ke ginjal meningkat sebagai akibat dari hiperosmolariti dan akibatnya
akan terjadi diuresis osmotic (po liuria).
b. Polidipsia

Akibat meningkatnya difusi cairan dari intrasel kedalam vaskuler


menyebabkan penurunan volume intrasel sehingga efeknya adalah dehidrasi sel.
Akibat dari dehidrasi sel mulut menjadi kering dan sensor haus teraktivasi
menyebabkan seseorang haus terus dan ingin selalu minum (polidipsia)
Poliphagia

Karena glukosa tidak dapat masuk ke sel akibat dari menurunnya


kadar insulin maka produksi energi menurun, penurunan energi akan
menstimulasi rasa lapar. Maka reaksi yang terjadi adalah seseorang akan lebih
banyak makan (poliphagia)

c. Penurunan berat badan

Karena glukosa tidak dapat di transport kedalam sel maka sel kekurangan
cairan dan tidak mampu mengadakan metabolisme, akibat dari itu maka sel akan
menciut, sehingga seluruh jaringan terutama otot mengalami atrofidan penurunan
secara otomatis

d. Malaise atau kelemahan ( Bare & Suzanne, 2002)

4. Penatalaksanaan
Diabetes Mellitus jika tidak dikelola dengan baik akan menimbulkan
berbagai penyakit dan diperlukan kerjasama semua pihak untuk meningkatan
pelayanan kesehatan. Untuk mencapai tujuan tersebut dilakukan berbagai usaha,
antaranya:

a. Pengelolaan diabetes melitus: 4 sehat 5 teratur


1. Edukasi
Agar dapat memahami pengendalian kencing manis, terutama cara menjaga
berat badan dan perawatan kaki
2. Aktivitas fisik
Melakukan aktivitas fisik untuk memperoleh hasil gula darah yang optimal
 Frekuensi 3-4 kali seminggu, selama 30 menit
 Intensitas sedang (berkeringat)
 Tipe aerobik (berlari, jalan cepat, berenang)
3. Pengaturan makan
Mengatur pola makan gizi seimbang dengan menerapkan konsep 3 J
 Jumlah makanan
 Jenis makanan
 Jadwal makanan
4. Obat/insulin
Ikuti petunjuk dokter, cek gula darah bila terjadi hipoglikemia (gemetar,
tangan dingin, pusing)
5. Cek gula darah teratur

b. Perencanaan Makanan.

Standar yang dianjurkan adalah makanan dengan komposisi yang seimbang


dalam hal karbohidrat, protein dan lemak yang sesuai dengan kecukupan gizi
baik yaitu :

1) Karbohidrat sebanyak 60 – 70 %

2) Protein sebanyak 10 – 15 %

3) Lemak sebanyak 20 – 25 %

Jumlah kalori disesuaikan dengan pertumbuhan, status gizi, umur, stress akut
dan kegiatan jasmani. Untuk kepentingan klinik praktis, penentuan jumlah kalori
dipakai rumus Broca yaitu Berat Badan Ideal = (TB-100)-10%, sehingga
didapatkan =

1) Berat badan kurang = < 90% dari BB Ideal

2) Berat badan normal = 90-110% dari BB Ideal

3) Berat badan lebih = 110-120% dari BB Ideal

4) Gemuk = > 120% dari BB Ideal.

Jumlah kalori yang diperlukan dihitung dari BB Ideal dikali kelebihan kalori
basal yaitu untuk laki-laki 30 kkal/kg BB, dan wanita 25 kkal/kg BB, kemudian
ditambah untuk kebutuhan kalori aktivitas (10-30% untuk pekerja berat).
Koreksi status gizi (gemuk dikurangi, kurus ditambah) dan kalori untuk
menghadapi stress akut sesuai dengan kebutuhan.

Makanan sejumlah kalori terhitung dengan komposisi tersebut diatas dibagi


dalam beberapa porsi yaitu :

1) Makanan pagi sebanyak 20%

2) Makanan siang sebanyak 30%

3) Makanan sore sebanyak 25%

4) 2-3 porsi makanan ringan sebanyak 10-15 % diantaranya. (Iwan s, 2010)

c. Latihan Jasmani
Dianjurkan latihan jasmani secara teratur (3-4 kali seminggu) selama kurang
lebih 30 menit yang disesuaikan dengan kemampuan dan kondisi penyakit
penyerta.

Sebagai contoh olah raga ringan adalah berjalan kaki biasa selama 30 menit,
olehraga sedang berjalan cepat selama 20 menit dan olah raga berat jogging (Iwan
S, 2010).

d. Obat Hipoglikemik :
1) Sulfonilurea
Obat golongan sulfonylurea bekerja dengan cara :
a) Menstimulasi penglepasan insulin yang tersimpan.
b) Menurunkan ambang sekresi insulin.
c) Meningkatkan sekresi insulin sebagai akibat rangsangan glukosa.

Obat golongan ini biasanya diberikan pada pasien dengan BB normal dan
masih bisa dipakai pada pasien yang beratnya sedikit lebih. Klorpropamid kurang
dianjurkan pada keadaan insufisiensi renal dan orangtua karena resiko
hipoglikema yang berkepanjangan, demikian juga gibenklamid. Glukuidon juga

dipakai untuk pasien dengan gangguan fungsi hati atau ginjal.


2) Biguanid
Preparat yang ada dan aman dipakai yaitu metformin.Sebagai obat
tungga l dianjurkan pada pasien gemuk (imt 30) untuk pasien yang berat lebih
(IMT 27-30) dapat juga dikombinasikan dengan golongan sulfonylurea (Iwan S,
2010).

3) Insulin

DM yang tidak berhasil dikelola dengan obat hipoglikemik oral


dosif maksimal. Dosis insulin oral atau suntikan dimulai dengan dosis
rendah dan dinaikkan perlahan – lahan sesuai dengan hasil glukosa darah
pasien. Bila sulfonylurea atau metformin telah diterima sampai dosis
maksimal tetapi tidak tercapai sasaran glukosa darah maka dianjurkan
penggunaan kombinasi sulfonylurea dan insulin (Bare & Suzanne, 2002).
e. Penyuluhan untuk merancanakan pengelolaan sangat penting untuk mendapatkan
hasil yang maksimal. Edukator bagi pasien diabetes yaitu pendidikan dan
pelatihan mengenai pengetahuan dan keterampilan yang bertujuan menunjang
perubahan perilaku untuk meningkatkan pemahaman pasien akan penyakitnya, yang
diperlukan untuk mencapai keadaan sehat yang optimal. Penyesuaian keadaan
psikologik kualifas hidup yang lebih baik. Edukasi merupakan bagian integral dari
asuhan keperawatan diabetes (Bare & Suzanne, 2002)
DAFTAR PUSTAKA

Iwan S, 2010, Askep Klien dengan Gangguan Sistem Endokrin: Diabetes Melitus_

Setiabudi, 2008, Referensi Kesehatan-Diabetes Melitus, Available from:


http://creasoft.wordpress.com/2008/04/15/diabetes-melitus/ diakses 21 Mei 2015

Smeltzer, Suzanne C dan Brenda G. Bare. 2002. Keperawatan Medikal Bedah 2, Edisi 8.


Jakarta : EGC

Sudoyo Aru, 2009, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, jilid 1,2,3, ed 4, jakarta: Internal
Publishing.

Anda mungkin juga menyukai