Anda di halaman 1dari 27

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Masa dewasa tua (lansia) dimulai setelah pensiun, biasanya antara usia 65 tahun

dan 75 tahun atau bahkan selebihnya. Jumlah kelompok ini meningkat drastis dan

ahli demografi memperhitungkan peningkatan jumlah populasi lansia sehat terus

meningkat sampai abad selanjutnya. Profesional kesehatan lebih banyak

meluangkan waktu dengan lansia dalam perawatan kesehatan, karena itu mereka

harus berfokus untuk mengidentifikasi dan memenuhi kebutuhan khususnya. Lansia

membutuhkan bantuan yang lebih besar dalam identifikasi, defenisi, dan resolusi

masalah yang memengaruhi mereka. Insiden masalah kesehatan kronis yang lebih

besar, kemajuan teknologi dan masalah ekonomi, sosial, dan kesehatan kontemporer

masa kini mendorong professional perawatan kesehatan berfokus pada peningkatan

harapan dan kualitas hidup (Stanhope dan Lancaster, 1992) Dalam (Potter dan

Perry, 2005).

1
B. Rumusan Masalah

1. Masalah apa yang memengaruhi konsep defisit perawatan diri berhubungan

dengan mandi dan berpakaian pada lansia?

2. Jelaskan asuhan keperawatan dalam masalah defisit perawatan diri yang

berhubungan dengan mandi dan berpakaian pada lansia!

C. Tinjauan Masalah

1. Mahasiswa mampu mamahami serta menjelaskan masalah yang

memengaruhi konsep perawatan diri mandi dan berpakaian pada lansia.

2. Mahasiswa mampu mamahami serta menjelaskan asuhan keperawatan dalam

masalah defisit perawatan diri yang berhubungan dengan mandi dan

berpakaian pada lansia.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Perawatan Diri

Perawatan diri atau kebersihan diri (personal hygiene) merupakan perawatan

diri sendiri yang dilakukan untuk mempertahankan kesehatan, baik secara fisik

maupun psikologis. Kebersihan diri adalah upaya individu dalam memelihara

kebersihan diri yang meliputi kebersihan rambut, gigi dan mulut, mata, telinga,

kuku, kulit, perineal, dan kebersihan dalam berpakaian untuk meningkatkan

kesehatan yang optimal.

Lansia perlu mendapatkan perhatian dengan mengupayakan agar mereka tidak

terlalu tergantung kepada orang lain dan mampu mengurus diri sendiri (mandiri),

menjaga kesehatan diri, yang tentunya merupakan kewajiban dari keluarga dan

lingkungannya. Dalam teori Self Care, Dorothea Orem menganggap bahwa

perawatan diri merupakan kegiatan membentuk kemandirian individu yang akan

meningkatkan taraf kesehatannya. Sehingga bila mengalami defisit, ia

membutuhak bantuan dari perawat untuk memperoleh kemandiriannya kembali.

Pemeliharaan kebersihan diri sangat menentukan status kesehatan, di mana

individu secara sadar dan atas inisiatif pribadi menjaga kesehatan dan mencegah

terjadinya penyakit. Upaya ini lebih menguntungkan bagi individu karena lebih

hemat biaya, tenaga dan waktu dalam mewujudkan kesejahteraan dan kesehatan.

Upaya pemeliharaan kebersihan diri mencakup tentang kebersihan rambut, mata,

3
telinga, gigi, mulut, kulit, kuku, serta kebersihan dalam berpakaian. Dalam upaya

pemeliharaan kebersihan diri ini, pengetahuan keluarga akan pentingnya

kebersihan diri tersebut sangat diperlukan. Karena pengetahuan atau kognitif

merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang.

2.2. Faktor-Faktor Yang Memengaruhi Perawatan Diri

Menurut Potter & Perry (2005), sikap seseorang melakukan perawatan diri

(personal hygiene) dipengaruhi oleh sejumlah faktor yaitu : citra tubuh, praktik

sosial, status sosioekonomi, pengetahuan, variabel kebudayaan, pilihan pribadi,

dan kondisi fisik.

a. Citra Tubuh

Citra tubuh merupakan konsep subjektif seseorang tentang penampilan

fisiknya. Personal hygiene yang baik akan mempengaruhi terhadap

peningkatan citra tubuh individu (Stuart & Sundeen, 2013). Citra tubuh

ini dapat seringkali berubah. Citra tubuh mempengaruhi cara

mempertahankan hygiene seseorang.

b. Praktik Sosial

Kelompok-kelompok sosial wadah seorang individu berhubungan dapat

mempengaruhi praktik hygiene pribadi. Praktik hygiene lansia dapat

berubah dikarenakan situasi kehidupan. Misalnya, lansia yang tinggal di

rumah perawatan tidak dapat mempunyai privasi dalam lingkungan yang

baru. Mereka tidak mempunyai kemampuan fisik untuk membungkuk

4
keluar masuk bak mandi kecuali kamar mandi telah dibentuk untuk

mengakomodasi keterbatasan fisik mereka.

c. Status Sosial Ekonomi

Sumber daya ekonomi seseorang mempengaruhi jenis dan tingkat praktik

kebersihan yang digunakan. Dari segi ekonomi, harus diperhatikan

apakah individu dapat menyediakan bahan-bahan yang penting seperti

deodorant, sampo, pasta gigi, dan kosmetik. Sedangkan dari aspek sosial

dilihat apakan penggunaan produk-produk tersebut merupakan bagian

dari kebiasaan sosial yang dipraktikkan oleh kelompok sosial individu.

d. Pengetahuan

Pengetahuan akan pentingnya hygiene dan implikasinya bagi kesehatan

mempengaruhi praktek hygiene. Kendati demikian, pengetahuan itu

sendiri tidaklah cukup. Seseorang juga harus termotivasi untuk

memelihara perawatan diri sehingga akan terus meningkatkan perawatan

dirinya.

e. Variabel Kebudayaan

Kebudayaan dan nilai pribadi mempengaruhi kemampuan perawatan

hygiene. Seorang dari latar belakang kebudayaan berbeda memiliki

praktik perawatan diri yang berbeda. Keyakinan yang didasari kultur

sering menentukan definisi tentang kesehatan dan perawatan diri.

5
f. Pilihan Pribadi

Menurut pilihan dan kebutuhan pribadi, setiap individu memiliki

keinginan dan pilihan tentang kapan untuk melakukan perawatan diri dan

bagaimana ia melakukannya.

g. Kondisi Fisik

Semakin lanjut usia seseorang, maka akan mengalami kemunduran

terutama di bidang kemampuan fisik, yang dapat mengakibatkan

penurunan peranan-peranan sosialnya. Hal ini mengakibatkan timbulnya

gangguan di dalam mencukupi kebutuhan hidupnya. Sehingga dapat

meningkatkan bantuan orang lain.

2.3. Self Care

Self care adalah tindakan yang matang dan mematangkan orang lain yang

mempunyai potensi untuk berkembang, atau mengembangkan kemampuan yang

dimiliki agar dapat digunakan secara tepat, nyata dan valid untuk mempertahankan

fungsi dan berkembang dengan stabil dalam perubahan lingkungan. Self care

digunakan untuk mengontrol atau faktor internal dan eksternal yang

mempengaruhi aktivitas seseorang untuk menjalankan fungsinya dan berproses

untuk mencapai kesejahteraannya.

Pandangan teori Orem dalam tatanan pelayanan keperawatan ditujukan kepada

kebutuhan individu dalam melakukan tindakan keperawatan mandiri serta

mengatur dalam kebutuhannya. Dalam konsep praktek keperawatan Orem

6
mengembangkan tiga bentuk teori self care di antaranya perawatan diri sendiri

(self care) dan self care deficit.

a) Perawatan Diri Sendiri (Self Care)

Dalam teori self care, Orem mengemukakan bahwa self care meliputi :

pertama, self care itu sendiri, yang merupakan aktivitas dan inisiatif dari

individu serta dilaksanakan oleh individu itu sendiri dalam memenuhi serta

mempertahankan kehidupan, kesehatan, serta kesejahteraan; kedua, self

care agency merupakan suatu kemampuan individu dalam melakukan

perawatan diri sendiri, yang dapat dipengaruhi oleh usia, perkembangan,

sosiokultural, kesehatan dan lain-lain; ketiga, adanya tuntutan atau

permintaan dalam perawatan diri sendiri yang merupakan tindakan mandiri

yang dilakukan dalam waktu tertentu untuk perawatan diri sendiri dengan

menggunakan metode dan alat dalam tindakan yang tepat; keempat,

kebutuhan self care merupakan suatu tindakan yang ditujukan pada

penyediaan dan perawatan diri sendiri yang bersifat universal dan

berhubungan dengan proses kehidupan manusia serta dalam upaya

mempertahankan fungsi tubuh, self care yang bersifat universal itu adalah

aktivitas sehari-hari (ADL) dengan mengelompokkan ke dalam kebutuhan

dasar manusianya. Sifat dari self care selanjutnya adalah untuk

perkembangan kepercayaan diri serta ditujukan pada penyimpangan

7
kesehatan yang memiliki ciri perawatan yang diberikan dalam kondisi sakit

atau dalam proses penyembuhan.

b) Self Care Deficit

Merupakan bagian penting dalam perawatan secara umum di mana segala

perencanaan keperawatan diberikan pada saat adanya penurunan

kemampuan dalam perawatan dan tuntutan dalam peningkatan self care,

baik secara kualitas maupun kuantitas. Dalam pemenuhan perawatan diri

serta membantu dalam proses penyelesaian masalah, Orem memiliki

metode untuk proses tersebut diantaranya bertindak atau berbuat untuk

orang lain, sebagai pembimbing orang lain, memberi dukungan,

meningkatkan pengembangan lingkungan untuk pengembangan pribadi

serta mengajarkan atau mendidik orang lain. Dalam praktek keperawatan

Orem melakukan identifikasi kegiatan praktek dengan melibatkan pasien

dan keluarga dalam pemecahan masalah, menentukan kapan dan

bagaimana pasien memerlukan bantuan keperawatan, bertanggung jawab

terhadap keinginan, permintaan, serta kebutuhan pasien, mempersiapkan

bantuan secara teraturbagi pasien dan mengkoordinasikan serta

mengintegrasikan keperawatan dalam kehidupan sehari-hari pada pasien

dan asuhan keperluan diperlukan ketika klien tidak mampu memenuhi

kebutuhan biologis, psikologis, perkembangan, dan sosial.

8
2.4. Konsep Usia Lanjut

Definisi usia lanjut beragam tergantung pada kerangka pandang individu.

Orangtua yang berusia tiga puluh lima tahun dapat dianggap tua bagi anaknya dan

dianggap muda bagi orangtuanya. Orang sehat, aktif dalam 65 tahun mungkin

menganggap usia 75 tahun sebagai permulaan lansia.

Ketika usia pensiun ditentukan dengan usia 65 tahun melalui legislasi Social

Security pada tahun 1930-an. Maka masyarakat Amerika menerima usia 65 tahun

sebagai awal usia tua. Ini menunjukkan defenisi kronologis usia yang paling sering

dipakai dalam masyarakat. Namun, usia fungsional dan fisiologis berbeda dari satu

individu dengan lainnya dan karenanya tidak bias distandardisasi. Secara

fungsional, pebasket professional sudah tua di usia 35 tahun, meskipun kesehatan

fisiknya masih sangat bagus dan secara fisiologis masih muda. Para gerontologist

telah mencoba memberikan perbedaan individual dengan menggunakan klasifikasi

young-old untuk usia 65 tahun sampai 74 tahun dan old-old untuk usia 75 tahun

atau lebih.

Lanjut usia adalah suatu anugerah. Menjadi tua, dengan segenap

keterbatasannya, pasti akan dialami oleh seseorang bila ia panjang umur. Di

Indonesia, istilah untuk kelompok ini belum baku, orang memiliki sebutan yang

berbeda-beda. Ada yang menyebutkan dengan sebutan usia lanjut, bahkan

sebaliknya. Atau jompo dalam istilah padanan hahasa Inggris biasa disebut the

aged, the olders, older adult, serta senior citizen.

9
Dalam uraian selanjutnya, akan digunakan istilah usia lanjut, atau lebih dikenal

dengan sebutan lansia.

Kapan seseorang dikategorikan sebagai lansia? Para ahli membedakan menjadi

dua, yaitu: usia kronologis dan usia biologis (Setiawan, 2002).

Usia kronologis dihitung dengan tahun kalender. Di Indonesia, dihitung dengan

usia pensiun 56 tahun, barang kali dapat dipandang sebagai batas seseorang

memasuki usia lanjut, namun dalam perkembangan selanjutnya, menurut Undang-

Undang No. 13 Tahun 1998 dikatakan bahwa usia 60 tahun ke atas adalah yang

paling layak disebut usia lanjut.

Usia biologis adalah usia yang sebenarnya. Di mana sebenarnya diterapkan

kondisi pematangan jaringan sebagai indeks usia biologis.

Pada usia lanjut rentan dengan penurunan kerja dari kondisi fisik/biologis,

kondisi psikologis, serta perubahan kondisi sosial. Para usia lanjut, bahkan juga

masyarakat menganggap seakan-akan tugas-tugasnya sudah selesai, mereka

berhenti bekerja dan semakin mengundurkan diri dari pergaulan bemasyarakat

yang merupakan salah satu ciri fase ini. Dalam fase ini, biasanya usian lanjut

merenungkan hakikat hidupnya dengan lebih intensif serta mencoba mendekatkan

dirinya kepada Tuhan.

10
Proses menua adalah suatu proses biologis yang komplek dan secara berangsur

mengakibatkan perubahan yang kumulatif dan berakhir dengan kematian. Penuaan

juga menyangkut perubahan struktur sel akibat interaksi dengan lingkungannya

yang pada akhirnya menimbulkan perubahan degeneratif. Proses penuaan dalam

tubuh terjadi perubahan proses degeratif misalnya pengecilan sel. Pengurangan

jumlah dan perubahan isi atau komposisi sel, pembentukan jaringan baru dengan

akibat timbulnya kemunduran fungsi organ.

Perawatan lansia bertujuan untuk mempertahankan kesehatan dan kemampuan

lansia dengan jalan promotif, preventif, serta membantu mempertahankan dan

membesarkan semangat hidup mereka. Selanjutnya perawatan menolong dan

merawat lansia yang menderita penyakit dan gangguan.

Kegiatan Asuhan Keperawatan Dasar Bagi Lansia, dimaksudkan untuk

memberikan bantuan, bimbingan pengawasan, perlindungan dan pertolongan

kepada lanjut usia secara individu maupun kelompok, seperti di rumah /

lingkungan keluarga, Panti Werda maupun Puskesmas, yang diberikan oleh

perawat. Untuk asuhan keperawatan yang masih dapat dilakukan oleh anggota

keluarga atau petugas sosial yang bukan tenaga keperawatan, diperlukan latihan

sebelumnya atau bimbingan langsung pada waktu tenaga keperawatan melakukan

asuhan keperawatan di rumah atau panti.

11
2.5. Tingkat Kemandirian Lansia

Proses menua tidak dapat dihindari oleh semua orang. Proses penuaan pada

lanjut usia sering ditandai oleh adanya peningkatan ganguan organ dan fungsi

tubuh, hal ini disebabkan oleh adanya perubahan-perubahan pada lansia yang

meliputi: Perubahan fisik,psikologi, sosial dan spiritual.sehingga hal ini dapat

berpengaruh terhadap kemandirian lansia dalam melakukan aktivitas kehidupan

sehari-hari Identifikasi tingkat kemandirian sangat penting untuk mengukur sejauh

mana kemandirian yang mampu dilakukan oleh lansia, karena untuk menghambat

peningkatan jumlah lanjut usia yang terus meningkat setiap tahunnya. Sehingga

diperlukan dasar pengetahuan dan keterampilan yang telah diselidiki dan dipelajari

dan juga pemikiran yang tajam. Tujuan penelitian ini adalah untuk

mengidentifikasi tingkat kemandirian lansia di panti Griya Asih Lawang dalam

melakukan Aktivitas kehidupan sehari-hari.

Populasi yang diteliti adalah lansia yang tinggal di panti griya asih lawang.

Sampel sebanyak 23 orang responden dengan tehnik sampling jenuh. Jenis

penelitian menggunakan metode deskripsi dengan tehnik pengumpulan data

menggunakan quesioner dengan tehnik wawancara.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa lansia dalam kategori mandiri (56,52%),,

ketergantungan ringan (13,04%), ketergantungan sedang (13,04%) dan

ketergantungan berat (17,40%). Sedangakan kegiatan yang dilakukan lansia di

panti Griya Asih Lawang juga tergolong baik. Dengan adanya kemandirian pada

lansia diharapkan mereka mampu mempertahankan tingkat kemandiriannya sebaik

12
mungkin sedangkan lansia yang masih belum mampu mandiri (memiliki

ketergantungan) hendaknya sedikit demi sedikit melatih kemandiriannya dalam

melakukan aktivitas sehingga mampu untuk mandiri.

Untuk peneliti selanjutnya dapat melakukan penelitian lanjutan mengenai faktor

yang mempengaruhi tingkat kemandirian pada lansia di wilayah yang sam atau

wilayah yang mempunyai karakteristik sam dengan wilayah penelitian.

2.6. Faktor-Faktor Penghambat Aktivitas Lansia

1. Imobilisasi dan Intoleransi Aktivitas Lansia

Imobilisasi adalah pergerakan yang menghambat kebebasan dan

kemandirian bagi seseorang. Walaupun jenis aktivitas berubah sepanjang

kehidupan manusia, mobilisasi adalah pusat untuk berpartisipasi dan

menikmati kehidupan. Mempertahankan mobilisasi optimal sangat penting

untuk kesehatan mental dan fisik semua lansia.

Tujuannya adalah sebagai berikut:

a. Mengidentifikasi pentingnya mempertahankan mobilisasi pada

lansia.

b. Menggambarkan dampak fisiologis dari imobilisasi dan ketidak

efektifan.

c. Menggambarkan intervensi yang tepat dan mengarah pada

pencegahan primer , skunder, dan tersier dari imobilisasi dan

intoleransi aktifitas.

13
d. Membuat daftar keuntungan – keuntungan fisiologis, psikologis dan

psikososial dari program latihan untuk lansia.

e. Menggambarkan komponen esensial dari program latihan fisik

secara teratur kepada lansia.

f. Menggambarkan program latihan yang tepat bagi klien lansia dan

intoleransi aktifitas.

2. Usia

Lansia sudah tidak berdaya dalam mencari nafkah, sehingga perlu perhatian

dan perawatan dari orang lain. Lansia yang telah memasuki usia 70 tahun,

ialah lansia dengan resiko tinggi. Biasanya akan menghalangi penurunan

dalam berbagai hal termasuk tingkat kemandirian dalam melakukan aktifitas

sehari – hari.

3. Kesehatan

Pada umumnya di sepakati bahwa kesehatan dan kebugaran mulai menurun

pada usia setengah baya. Penyakit-penyakit degenerative mulai

menampakan diri pada usia ini. Pada lanjut usia juga mengalami penurunan

kesehatan fisik, panca-indera, potensi dan kapasitas intelektual. Dengan

demikian orang lanjut usia harus menyesuaikan diri kembali dengan keadaan

penurunan tersebut. Penurunan fisik dapat terlihat dengan perubahan fungsi

tubuh serta organ. Perubahan ini terjadi pada massa otot yang berkurang

yang dapat menyebabkan usia lanjut menjadi lamban dan kurang aktif,

penurunan fungsi sel otak yang menyebabkan penurunan daya ingat jangka

14
pendek, lambannya proses informasi, kesulitan berbahasa dan mengenal

benda-benda, kegagalan melakukan aktivitas dan gangguan dalam menyusun

rencana yang dapat menyebabkan kesulitan dalam melakukan aktivitas

sehari-hari yang disebut dimensia atau pikun. Sehingga keluhan yang terjadi

adalah mudah letih, mudah lupa, gangguan saluran pencernaan, sering

kencing, fungsi indera menurun, dan menurunnya konsentrasi.

4. Sosial

Pada umumnya hubungan sosial yang dilakukan adalah karena mereka

mengikuti pada pertukaran sosial. Dalam teori pertukaran sosial sumber

kebahagiaan manusia berasal dari hubungan sosial. Hubungan ini

memberikan kepuasan yang timbul dari perilaku orang lain. Pekerjaan yang

dilakukan sendiri pun dapat menimbulkan kebahagiaan seperti halnya

membaca buku, membuat karya seni, dan sebagainya sebab pengalaman-

pengalaman tersebut dapat dikomunikasikan dengan orang lain.

Berkomunikasi adalah suatu proses yang setiap hari dilakukan. Akan tetapi

komunikasi bukanlah suatu hal yang mudah. Sebagai contoh salah faham

merupakan hasil dari komunikasi yang tidak efektif dan sering terjadi.

Berkomunikasi dengan orang lanjut usia merupakan hal yang lebih sulit.

Hal ini disebabkan lanjut usia memiliki ciri yang khusus dalam

perkembangan usianya. Ada dua sumber yang menyebabkan kesulitan

berkomunikasi dengan lanjut usia yaitu penyebab fisik dan psikis. Penyebab

fisik, pendengaran lanjut usia mulai berkurang sehingga orang lanjut usia

15
sering tidak mendengar apa yang dibicarakan. Secara psikis, orang lanjut

usia merasa mulai kehilangan kekuasaan sehingga ia menjadi seseorang yang

lebih sensitif, mudah tersinggung sehingga menimbulkan kesalah pahaman.

5. Dukungan Keluarga

Dukungan keluarga merupakan suatu strategi intervensi preventif yang

paling baik dalam membantu anggota keluarga mengakses dukungan sosial

yang belum digali untuk menjadikan sesuatu strategi bantuan yang

bertujuan untuk meningkatkan dukungan keluarga yang adekuat.

Dukungan keluarga mengacu pada dukungan yang dipandang oleh anggota

keluarga sebagai suatu yang dapat diakses untuk keluarga misalnya

dukungan bisa atau tidak digunakan, tapi anggota keluarga memandang

bahwa orang yang bersifat mendukung selalu siap memberikan pertolongan

dan bantuan jika diperlukan.

6. Neuromuskuloskeletal

Seiring bertambahnya usia, terjadi penurunan secara bertahap pada

kecepatan dan kekuatan otot rangka atau kontraksi otot volunteer serta

beban tahanan otot. Olahraga dapat memperkuat otot-otot yang lemah, dan

sampai sekitar usia 50 tahun massa dan densitas otot rangka dapat

bertambah. Setelah periode tersebut, terjadi penurunan yang stabil pada

serat otot yang menyebabkan penampilan terkesan lemah pada individu

yang sangat lanjut. Oleh karena itu, lansia kerap kali mengeluh kurang

tenaga dan betapa cepatnya merasa kelelahan. Aktivitas masih mampu

16
dijalankan, tetapi dalam tempo yang lebih lambat. Keseimbangan sering

kali terganggu seiring bertambahnya usia. Beban otot yang lama dapat

ditanggung oleh lansia asalkan mereka beristirahat dengan cukup dan

menghindari aktivitas yang membutuhkan dan menguras banyak tenaga.

2.7. Asuhan Keperawatan (Mandi dan Berpakaian)

Kasus:

Bapak Sutrisno 62 tahun dirawat diruang penyakit dalam selama tiga hari. Pasien

mengatakan bahwa ia belum mampu untuk beraktifitas terlalu berat seperti mandi

dan berpakaian sendiri, juga terasa gatal-gatal dan nyeri pada area punggung, serta

pasien masih kurang memahami cara mandi yang bersih. Berdasarkan hasil

observasi Perawat Trisna, diperoleh data bahwa wajah pasien tampak kusam dan

terlihat kotor, serta bau yang tidak sedap pada tubuh pasien dan pakaiannya,

terlihat kemerahan pada bagian punggung pasien serta kulit terlihat kering dan

bersisik.

Asuhan keperawatan apa yang diperlukan Perawat Trisna untuk memenuhi

kebutuhan hygiene pasien?

17
1) Pengkajian

Identitas Diri

Nama Pasien : Sutrisno

Alamat : Lambhuk, Banda Aceh

Usia : 62 Tahun

Agama : Islam

Status : Sudah Menikah

Masuk Tanggal : 23 Februari 2014

Pekerjaan : Pensiunan

Analisa Data

No. Symptom (S) Etiologi (E) Problem (P)

1. DS: Pasien mengeluh belum

mampu untuk beraktivitas berat

(mandi dan berpakaian). Gangguan

Kelemahan fisik perawatan diri

DO: Pakaian serta tubuh pasien (Mandi dan

tercium aroma bau yang tidak Berpakaian)

sedap, dan kulit wajah terlihat

kusam.

18
2. DS: Pasien mengeluh terasa gatal

dan nyeri dibagian punggung.

Lesi pada kulit Nyeri dan gatal

DO: Kulit kemerahan pada bagian dibagian punggung

punggung dan kotor, disertai nyeri

(+).

3. DS: Pasien mengatakan kurang

memahami cara perawatan diri Kurang pemahaman

(Mandi dan Berpakaian). mengenai konsep Kurang

perawatan diri pengetahuan

DO: Kulit terlihat kering dan (Mandi dan

bersisik. Berpakaian)

2) Diagnosa

 Gangguan perawatan diri (mandi) tingkat ketergantungan +4 (total)

berhubungan dengan kelemahan fisik yang diderita klien yang ditandai

dengan pasien mengatakan tidak mampu untuk beraktivitas (mandi dan

berpakaian).

 Nyeri dan gatal di bagian punggung yang berhubungan dengan lesi pada

permukaan kulit punggung yang ditandai dengan kulit kemerahan,

kotor, dan nyeri (+).

19
 Kurangnya pengetahuan yang berhubungan dengan kurangnya informasi

tentang perawatan diri (mandi) yang ditandai dengan pasien mengatakan

tidak tahu cara perawatan diri (mandi dan berpakaian).

3) Perencanaan (Intervensi)

Perencanaan

Dx.

Tujuan Kriteria Hasil Intervensi Rasional

1. Pasien terlihat 1. Pasien dapat 1. Membantu Memberikan

bersih dan telah kembali pasien untuk pasien

mampu beristirahat memposisikan kenyamanan

memakai dengan tenang. tubuh saat selama berada

pakaian 2. Bau pada beristirahat. dalam

meskipun tubuh pasien 2. Membantu perawatan.

dibantu menghilang. pasien untuk

sebagian. 3. Wajah pasien mandi dan

tidak terlihat memberikan

kusam lagi. wangi-wangian

4. Mampu setelah selesai.

menggunakan 3. Membasuh

20
pakaian serta

meskipun membersihkan

dibantu. wajah pasien

5. Memberikan saat mandi.

kenyamanan 4. Membantu dan

dan rasa santai mengajarkan

terhadap pasien dalam

pasien. proses

pemakaian

baju.

5. Membersihkan

tempat tidur

pasien.

2. Skala nyeri, 1. Skala nyeri 1. Menyarankan 1. Pemberian

gatal, dan berkurang agar mengubah analgesic dapat

kemerahan yang menjadi 2-3 posisi tidur mengurangi

dirasakan dalam dua setiap 2 jam nyeri.

berkurang. hari. sekali. 2. Agar

2. Kemerahan 2. Memberikan meningkatkan

pada bagian obat rasa

permukaan penghilang kenyamanan

21
kulit nyeri pada pasien.

berkurang (analgesic).

dalam empat

hari.

3. Mencegah

infeksi pada

permukaan

kulit.

4. Pasien dapat

kembali

merasa

nyaman.

3. Agar pasien 1. Pasien telah 1. Ajarkan pasien 1. Meningkatkan

memahami serta mengerti dan dengan penuh kemandirian

mengerti proses mampu kesabaran agar klien walaupun

perawatan diri melakukan tidak terjadi tidak

mandi secara perawatan diri kesalah- sepenuhnya.

bersih. mandi. pahaman. 2. Mengembalikan

2. Meningkatkan 2. Support serta beberapa

pengetahuan bersikap ramah pengetahuan

pasien. terhadap pasien

22
3. Memberikan pasien. mengenai

kenyamanan 3. Berilah mandi.

pada pasien. motivasi 3. Meningkatkan

terhadap rasa nyaman

pasien. pada pasien.

4) Implementasi dan Evaluasi

Dx. Keperawatan Implementasi Evaluasi

Gangguan perawatan Mendorong pasien S: Pasien mengatakan lebih

diri (mandi dan dalam kegiatan mandi nyaman dan tubuh menjadi segar

berpakaian). dan berpakaian, dan setelah melakukan perawatan

memberikan tindakan mandi dan mengganti pakaian.

perawatan kulit seperti O: Wajah terlihat bersih, dan

mengganti posisi terlihat nyaman. Tidak tercium

tubuh pasien dan lagi bau badan pada pasien.

memberikan terapi. Pakaian juga sudah terlihat rapid

an bersih.

A: Masalah teratasi dan selesai

sebagian.

P: Tindakan dilakukan sesuai

23
dengan kebutuhan dari pasien.

Nyeri dan gatal yang Membersihkan serta S: Pasien mengatakan bahwa

ditandai dengan memberikan obat pada rasa gatal pada kulit bagian

kemerahan pada bagian kulit yang punggung telah hilang, rasa

kulit bagian mengalami lesi, serta nyeri juga sudah berkurang tidak

punggung. memberikan lotion agar seperti sebelumnya.

kulit tidak kering yang O: Kemerahan dan lesi pada

memicu timbulnya lesi. kulit telah hilang. Pasien terlihat

tidak merasakan nyeri lagi.

A: Masalah pada kulit teratasi

setelah pemberian analgesic.

P: Tindakan lanjut akan

dilakukan sesuai dengan

kebutuhan pasien.

Kurangnya Mengajarkan pasien S: Pasien mengatakan sudah

pengetahuan cara mandi dengan memahami konsep mandi yang

keluarga dan pasien perasaan agar tidak benar dan bersih.

cara mandi yang terjadi kesalahpahaman. O: Keluarga dan pasien mulai

bersih. Memberikan support dapat melakukan konsep mandi

kepada pasien akan walaupun tidak sepenuhnya.

24
pentingnya perawatan A: Menambah pengetahuan

diri mandi. Serta kepada keluarga dan pasien.

membantu seutuhnya P: Tindakan dilakukan sesuai

pasien saat melakukan dengan kebutuhan pasien.

kegiatan mandi dan

berpakaian.

25
BAB III

PENUTUP

i. Saran

Ada baiknya dalam memberikan konsep mengenai perawatan diri dan lanjut

usia lebih spesifik, tidak terlalu luas ke hal-hal yang lebih umum sehingga akan

menimbulkan kebingungan saat membaca. Diharapkan mahasiswa mampu

mengerti tentang asuhan keperawatan sesuai tingkat kebutuhan pasien.

ii. Kesimpulan

Lanjut usia adalah suatu anugerah. Menjadi tua, dengan segenap

keterbatasannya, pasti akan dialami oleh seseorang bila ia panjang umur.

Perawatan lansia bertujuan untuk mempertahankan kesehatan dan kemampuan

lansia dengan jalan promotif, preventif, serta membantu mempertahankan dan

membesarkan semangat hidup mereka. Selanjutnya perawatan menolong dan

merawat lansia yang menderita penyakit dan gangguan.

26
DAFTAR PUSTAKA

Carpenitto. (2009). Diagnosis Keperawatan: Aplikasi Pada Praktik Klinis, Ed: 9.

Jakarta: EGC

Kozier, dkk. (2010). Fundamental Keperawatan (Konsep, Proses, dan Praktikum).

Jakarta: EGC

Potter & Perry. (2009). Fundamental Keperawatan ed. 7th . Jakarta: EGC

Santoso & Ismail. (2009). Memahami Krisis Lanjut Usia Uraian Medis dan Pedagogis-

Pastoral. Jakarta: Gunung Mulia

Smeltzer & Bare. (2013). Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Brunner & Suddarth,

ed. 8, vol. 1. Jakarta: EGC

Tamher & Noorkasiani. (2009). Kesehatan Usia Lanjut Dengan Pendekatan Asuhan

Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika

27

Anda mungkin juga menyukai