Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PENGELOLAAN KASUS INOVATIF

PENANGANAN KLIEN DENGAN HIPERTENSI MENGGUNAKAN


TERAPI REFLEKSI PIJAT KAKI PADA KLIEN Tn.S DI WISMA RATIH
PANTI PELAYANAN SOSIAL LANJUT USIA DEWANATA CILACAP

Disusun Oleh :
Nama : Yahra Yuni Laras Wati
Nim : 1811040009

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO
2018/2019
BAB 1

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Berdasarkan data WHO pada tahun 2014 didapatkan bahwa penyakit
kardiovaskuler merupakan pembunuh nomor 1 di dunia untuk usia diatas 45
tahun dan diperkirakan 12 juta orang meninggal tiap tahunnya. Secara global,
hipertensi diperkirakan menjadi penyebab 7,5 juta kematian, sekitar 12,8%
dari total seluruh kematian. Tekanan darah tinggi merupakan faktor risiko
utama pada penyakit jantung koroner dan stroke iskemik serta hemoragik.
Tingkat tekanan darah telah terbukti positif dan terus berhubungan dengan
risiko stroke dan penyakit jantung koroner. Selain penyakit jantung koroner
dan stroke, komplikasi hipertensi termasuk gagal jantung, penyakit pembuluh
darah perifer, gangguan ginjal, perdarahan retina dan gangguan penglihatan
(WHO, 2014).
Prevalensi hipertensi tertinggi berada di Afrika yaitu sebesar 46% pada
pria dan wanita (WHO, 2014). Di Inggris, 34% pria dan 30% wanita
menderita hipertensi (diatas 140/90 mmHg) atau sedang mendapatkan
pengobatan hipertensi. Prevalensi hipertensi di dunia hampir satu miliar orang
dan diperkirakan pada tahun 2025, jumlahnya mencapai 1,6 miliar orang
(Palmer dan William, 2007).
Hasil dari Riskesdas (2013) Prevalensi hipertensi di Indonesia yang di
dapat melalui pengukuran pada umur = 18 tahun sebesar 25,8%, tertinggi di
Bangka Belitung (30,09%), diikuti Kalimantan Selatan (29,6%), dan Jawa
Barat (29,4%). Untuk prevalensi provinsi Sulawesi Utara berada di posisi ke
7 dari 33 provinsi yang ada di Indonesia yaitu sebesar 27,1%. Berdasarkan
Hasil Riset Kesehatan Dasar tahun 2013, kecenderungan prevalensi hipertensi
berdasarkan wawancara pada usia ≥ 18 tahun menurut provinsi di Indonesia
tahun 2013, Jawa Timur berada pada urutan ke-6 (Depkes RI, 2013).
Morbiditas dapat diartikan sebagai angka kesakitan baik insiden
maupun prevalen dari suatu penyakit. Morbiditas menggambarkan kejadian
penyakit dalam suatu populasi pada kurun waktu tertentu. Morbiditas juga
berperan dalam penilaian terhadap derajat kesehatan masyarakat. Berdasarkan
laporan Puskesmas penyakit yang paling banyak ditemukan di Kabupaten
Cilacap tahun 2015 adalah penyakit pada saluran pernafasan bagian atas
(ISPA) termasuk didalamnya adalah penyakit Nasopharingitis Akuta
(Common Cold), diikuti oleh gastritis dan Penyakit Myalgia serta
penyakit Hipertensi/Penyakit Tekanan Darah Tinggi. Pola 10 penyakit
terbanyak tersebut dapat dilihat pada :

tabel 3.3 berikut :


Kode
No Penyaki Penyaki Jumlah
t t
1 1145 ISPA 79977
2 421 Myalgia 39288
3 286 Nasofaringitis Akut [common cold] 34661
4 272 Hipertensi esensial 26237
5 367 Gastritis, unspecified 25475
6 1442 Penyakit saluran napas bagian atas 21384
7 500 lainnya
Cephalgia /Headache/sakit kepala 17575
Dermatitis kontak alergika,
8 388 unspecified cause 14025

9 414 Osteo Atritis / Gout, unspecified 12702


10 11 Diare and gastroenteritis non spesifik 12389
Sumber: Simpus 2015

Morbiditas dan mortalitas yang terjadi pada pasien hipertensi dapat


dicegah dengan intervensi yang mempertahankan tekanan darah di bawah
140/90 mmHg. Intervesi yang dilakukan salah satunya dengan tehnik
nonfarmakologis. Tehnik nonfarmakologis yaitu intervensi dengan selain
obat-obatan, dimana salah satunya yaitu dengan teknik relaksasi.Teknik
relaksasi dapat menurunkan denyut jantung dan TPR dengan cara
menghambat respons stress saraf simpatis (Corwin, 2009).
Teknik relaksasi memiliki pengaruh yang sama dengan obat
antihipertensi dalam menurunkan tekanan darah. Prosesnya yaitu dimulai
dengan membuat otot-otot polos pembuluh darah arteri dan vena menjadi
rileks bersama dengan otot-otot lain dalam tubuh. Efek dari relaksasi otot-otot
dalam tubuh ini akan menyebabkan kadar norepinefrin dalam darah menurun
(Mills, 2012)
Pijat refleksi merupakan suatu metode memijat titik-titik tertentu pada
tangan dan kaki. Manfaat pijat refleksi untuk kesehatan sudah tidak perlu
diragukan lagi. Salah satu khasiatnya yang paling populer adalah untuk
mengurangi rasa sakit pada tubuh. Manfaat lainnya adalah mencegah
berbagai penyakit, meningkatkan daya tahan tubuh, membantu mengatasi
stress, meringankan gejala migrain, membantu penyembuhan penyakit kronis,
dan mengurangi ketergantungan terhadap obat obatan. Teknik-teknik dasar
yang sering dipakai dalam pijat refleksi diantaranya: teknik merambatkan ibu
jari, memutar tangan dan kaki pada satu titik, serta teknik menekan dan
menahan. Rangsangan rangsangan berupa tekanan pada tangan dan kaki dapat
memancarkan gelombang gelombang relaksasi ke seluruh tubuh (Wahyuni,
2014).
Penelitian lain yang dilakukan oleh Rezki, Hasneli, dan Hasanah
(2015) tentang pengaruh terapi pijat refleksi kaki terhadap tekanan darah pada
penderita hipertensi primer yang dilakukan Pada kedua kelompok tekanan
darah sistolik dan diastolik dihitung dengan menggunakan alat
sphygmomanometer digital. Penelitian dilakukan pada jam yang sama,
dimana peneliti telah menentukan rentang waktu pengambilan data untuk
setiap responden yaitu dari jam 15.00 – 17.00 WIB menunjukan pijat refleksi
dapat menurunkan tekanan darah, namun reponden masih dalam kategori
hipertensi.
Diskirpsi latar belakang kasus klien Tn.s saat dikaji mengatakan klien
mengalami rasa nyeri dibagaian ekremitas bawah bagian femur, P : aktivitas ,
Q : skala 6, R : ektremitas bawah (femur), S : 6, T : hilang timbul. Hasil TTV
: TD :
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan uraian masalah tersebut, maka dapat dirumuskan masalah yang
akan dilakukan terapi refleksi pijat kaki : “ Adakah pengaruh terapi refleksi
pijat kaki pada klien hipertensi ?
BAB III

PICO (Population, intervension, comparison, and outcome)

No Jurnal utama
1. Population :
Sampel dalam penelitian ini berjumlah 3j4 responden, dibagi
menjadi 2 kelompok yaitu 17 orang sebagai kelompok eksperimen
dan 17 orang sebagai kelompok kontrol.
2. Intervension :
pemberian terapi pijat refleksi telapak kaki
3. Comparasion :
Judul :
“The Effect of the Foot Reflection Therapy toward Systolic Blood
Pressure in Patients with Primary Hypertension”
Population :
Karakteristik 46 responden, 25 responden adalah laki-laki dan
perempuan sebanyak 21 responden. Simple teknik random sampling
digunakan untuk mendapatkan 46 responden ,
Intervension :
non-farmakologis yakni terapi refleksi pijat kaki
Outcome :
Menurut hasil penelitian, total responden (n = 46) 25 responden dari
mereka adalah laki-laki dan perempuan sebanyak 21 responden.
tekanan darah sistolik sebelum terapi refleksi kaki adalah 189
mmHg (maksimum) dan 127 mmHg (minimum), dan nilai rata-rata
adalah 141,24 mmHg. Setelah intervensi, tekanan darah sistolik
maksimum adalah 184 mmHg, nilai minimum adalah 124
mmHg, dan nilai rata-rata adalah 137,72 mmHg. Ada efek terapi
refleksi kaki pada tekanan darah sistolik pada pasien dengan
hipertensi dengan nilai signifikansi 0,000. Hasil penelitian
menunjukkan penurunan tekanan darah 3,7 mmHg dan tidak
menunjukkan tekanan darah normal. Terapi ini baik untuk menjaga
tekanan darah.
4. Outcome :
Hasil penelitian dengan uji paired t test untuk tekanan darah sistolik
dan uji Wilcoxon untuk tekanan darah diastolik diperoleh nilai
signifikansi 0,00 (sig<0,05), artinya pijat refleksi telapak kaki
berpengaruh terhadap perubahan tekanan darah pada penderita
hipertensi. Terapi pijat refleksi telapak kaki dapat menurunkan
tekanan darah dan sebaiknya dilakukan di sore hari agar
efektifitasnya dalam menurunkan tekanan darah lebih maksimal.

BAB IV

ANALISIS SWOT
NO SWOT JURNAL UTAMA
1. Strengths (kekuatan)
1) Jurnal utama dilakukan perlakuan terapi refleksi pijat kaki ada pengaruh
yang signifkan dengan penurunan tekanan darah tinggi
2) Jurnal utama bisa dijadikan refrensi studi eksperimen mahasiswa
keperawatan
3) Jurnal utama dilakukan perlakuan pada pagi dan sore
4) Perlakuan bisa dilakukan mandiri

2. Weakness (kelemahan)
1) Tidak ada variabel perancu
2) Tidak dituliskan hasil uji normalitas

3. Oppurtunities (kesempatan)
1) Bisa dijadikan terapi sehari – hari supaya mengurangi tekanan dari tinggi,
Lebih hemat, ekonomis.
2) Bisa buat olahraga pagi

4. Threat (ancaman)
1) Perlakuan terapi tidak dilakukan rutin
2) Pesaing jurnal makin banyak bertambahnya tahun
3) Ada terapi lain yang bisa menurunkan tekanan darah tinggi
DAFTAR PUSTAKA

Corwin, Elizabeth J. 2009. Patofisiologi: buku saku Edisi 3.Jakarta: EGC.


Depkes RI. 2013. Riset Kesehatan Dasar. Jakarta: Badan Penelitian dan
pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan RI.
Mills, Catherine J .2012. A Comparision of Relaxation Techniques on Blood
Pressure Reactivity and Recovery Assessing The Moderating Effect of
Anger Coping Style. Dissertation. Old Dominion University
;http://search.proquest.com/docview/1139209468/13E83315C1A2
65CE1ED/1?accountid=133190 Diakses tanggal 16 januari 2019
Organization WH. A global brief on hypertension : silent killer, global public
health crisis (world health day 2014). Geneva : WHO. 2014
Palmer A and William, B. 2007. Simple Guide Tekanan Darah Tinggi. Alih
bahasa dr Elizabeth Yasmine. Editor Rina Astikawati ,Amalia Safitri.
Jakarta :Erlangga
Wahyuni, S. 2014. Pijat refleksi untuk kesehatan. Jakarta Timur: Dunia
Sehat.

Anda mungkin juga menyukai