PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
melebihi jumlah anak di bawah lima tahun secara global, naik dari satu
dalam 11 di tahun 2019 (9%), pada tahun 2050, satu dari enam orang
tahun atau lebih diproyeksikan tiga kali lipat, dari 143 juta pada tahun
usia lanjut berdampak pada populasi lansia. Hal ini berakibat pula
1
sosial pada lansia. Berdasarkan data proyeksi penduduk, diprediksi
jiwa, tahun 2025 (33,69 juta) jiwa, tahun 2030 (40,95 juta) jiwa, dan
tahun 2035 (48,19 juta) jiwa. Di provinsi Maluku jumlah populasi lansia
fungsi dan kekuatan otot, tulang dan sendi pada lansia akan
2
berjalan, kelemahan ektremitas bawah, kekuatan sendi, dan sinkop
panti karena hanya terjadi memar dan keseleo (Nur af’idah, 2012).
3
menyebabkan pusing hebat dan akhirnya lansia mengalami jatuh atau
fleksi, hip ekstensi, knee fleksi, side leg rise. Program balance
kalistenik dan kelenturan, dan waktu 90 detik dengan repitisi 9-11 kali
4
Menurut Ceranski (2006, dalam fefendi, 2008) salah satu
informasi bahwa ada 8 lansia yang berisiko jatuh, disisi lain terapi
lansia.
Puskesmas Letwaru.
5
B. Rumusan Masalah
Letwaru ?
C. Tujuan penelitian
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi lansia
2. Bagi puskesmas
Letwaru.
3. Bagi institusi
6
jatuh pada lansia. Serta dapat digunakan sebagai bahan pustaka
4. Bagi peneliti
pada lansia.
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Definisi lansia
Menua atau menjadi tua adalah suatu keadaan yang terjadi didalam
hidup, tidak hanya dimulai dari suatu waktu tertentu tetapi dimulai
yang alamia yang berarti seseorang yang telah melalui tiga tahap
8
Menurut (Stanley, 2006), Risiko jatuh adalah suatu kejadian
obatan)
(Shoba, 2005)
b. Faktor aktivitas
9
panti jompo. Didapatkan penderita dengan risiko jatuh paling
(Darmojo, 2004).
c. Faktor lingkungan
tangga tanpa pagar, tempat tidur atau tempat buang air yang
serta alat bantu jalan yang tidak tepat. Sekitar 70% jatuh
10
pada lansia terjadi di rumah, 10% terjadi di tangga, dengan
kurang.
d. Faktor obat-obatan
11
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengkajian pada lansia
(Nanda, 2014).
4. Pengkajian
a. Anamnesis
12
sedang batuk atau bersin, sedang menoleh atau aktivitas lain.
b. Pemeriksaan fisik
13
Dengan adanya skala ini akan mempermudah perawat untuk
14
4) Terapi intravena : skor 20 diberikan jika pasien
skor 15
Keterangan :
15
Sedangkan berdasarkan Berg Balance Scale (BBS)
sehari-hari.
16
d) Berdiri ke duduk : duduk dengan aman dengan
skor: 0.
17
mampu menenpatkan kaki bersama-sama secara
18
j) Menoleh ke belakang : tampak balakang dari kedua sisi
0.
memutar skor : 0.
19
skor : 1, membutuhkan bantuan agar tidak jatuh / tidak
Total score = 56
Interpretasi
20
5. Diagnosa Keperawatan
2) Faktor risiko
anak)
b) Riwayat jatuh
asing)
i) Hipotensi ortostatik
k) Anemia
m) Gangguan pendengaran
21
n) Gangguan keseimbangan
p) Neuropati
anastesi umum).
a) Osteoporosis
b) Kejang
c) Penyakit sebrovaskuler
d) Glaukoma
e) Demensia
f) Hipotensi
g) Amputasi
h) Intoksikasi
i) Preeklampsia
2) Faktor risiko
a) Gangguan sirkulasi
22
d) Tidak berpengalaman dengan suatu aktivitas
e) Gangguan pernapasan
a) anemia
d) Aritmia
f) gangguan metabolik
g) ganggua mukuloskeletal
6. Perencanaan Keperawatan
NOC : keseimbangan
terganggu
23
2) Bantu untuk berdiri (atau duduk) dan mengayun tubuh dari
berjalan
pendengaran, propiosepsi)
7. Implementasi keperawatan
24
diagnosis keperawatan. Implementasi dari rencana keperawatan
8. Evaluasi Keperawatan
asuhan keperawatan.
25
B. Konsep Balance Exercise
1. Pengertian tindakan
tubuh.
a. Indikasi:
26
Berg Balance Scale.
b. Kontra indikasi:
2) Hipotensi ortostatik
c. Komplikasi
1) Jatuh
2) Fraktur
3) Dislokasi
5. Prosedur tindakan
macam, yaitu Plantar flexion, Hip flexion, Hip extention, Kne flexion,
a. Plantar Flexion
3) Pertahankan posisi
27
4) Kembalikan kaki pada posisi semula
b. Hip Flexion
pinggang
3) Pertahankan posisi
c. Hip Extention
28
Gambar 1.3 hip extention (Gleen, 2007)
d. Knee flexion
3) Pertahankan posisi
2) Pertahankan posisi
29
BAB III
Letwaru :
1. Kriteria Inklusi
2. Kriteria Eksklusi
b. Hipotensi ortostatik
e. Strooke
f. parkinson
30
C. Fokus Studi Kasus
D. Definisi Operasional
3. Risiko jatuh pada lansia adalah suatu keadaan yang terjadi pada
31
pengkajian risiko jatuh yaitu Morse Fall Scale (MFS) dengan skor
F. Pengumpulan Data
G. Penyajian Data
Untuk studi kasus ini, data disajikan secara terstruktural/ narasi dan
Studi kasus ini pada dasarnya tidak menimbulkan resiko bagi klien,
32
terjadi akibat bertemunya dua atau lebih kepentingan peneliti untuk
33
Proses pengumpulan data juga berisiko mengungkapkan
malu atau tidak ingin di ketahui oleh orang lain. Jika klien merasa
dignity.
tidak bisa langsung dikaitkan dengan klien, dan klien juga harus
(anonymous).
34
persetujuan yang disepakati, dan untuk memberikan penanganan
35
36