Anda di halaman 1dari 17

KELOMPOK 7

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK 1. Arsytul Munawwarah


: MASALAH PSIKOLOGIS (PENGABAIAN) 2. Mutiara Putri Sari
3. Suci Angelina Mirza 
KELAS 3A
 
Dosen Pembimbing :
Ns. Lola Felnanda Amri, S.Kep.M.Kep
 
KONSEP PENGABAIAN

1. Pengertian Pengabaian
Pengabaian adalah kegagalan yang dilakukan oleh pengasuh atau orang yang bertanggung jawab lainnya
untuk melindungi lansia dari bahaya, atau kegagalan untuk memenuhi kebutuhan akan perawatan medis yang
penting, nutrisi, kebersihan, pakaian, kegiatan dasar sehari-sehari atau tempat tinggal, yang mengakibatkan
resiko serius terhadap kesehatan dan keamanan lansia, J.Hall, Karch dan Crosby (2016 dalam Fitzpatrick. Joyje
J, Celeste M Alfes, dan Ronald L Hickman, 2018).
The American Medical Association (1998 dalam Carmel, 2015) mendefinisikan pengabaian sebagai
kegagalan untuk menyediakan barang atau jasa yang diperlukan untuk kebutuhan atau untuk menghindari
bahaya.
Burke dan Laramie (2000 dalam Ramlah, 2011) menyatakan pengabaian dibagi atas pengabaian aktif dan
pengabaian pasif. Pengabaian aktif adalah penolakan atau kegagalan pemberi pelayanan melakukan
kewajibannya yang dilakukan dengan sadar dan sengaja sehingga menyebabkan penderitaan fisik dan distress
emosional pada lansia. Pengabaian pasif adalah penolakan atau kegagalan pemberi pelayanan melakukan
kewajiban dalam memenuhi kebutuhan lansia tanpa adanya unsur kesengajaan tetapi menimbulkan distress fisik
dan emosional pada lansia.
2. Karakteristik Pengabaian
Mauk (2010), mengatakan bahwa adanya kesulitan dalam memperkirakan angka kejadian atau prevalensi
kejadian pengabaian lansia. Hal ini disebabkan karena kurangnya kegiatan untuk penemuan kasus pengabaian
tersebut. Tanda-tanda adanya bentuk perlakuan pengabaian pada lansia menurut Mauk (2010) antara lain:
(a). Terlambat dalam melakukan pengobatan
(b). Dehidrasi, malnutrisi, ulkus decubitus, atau kondisi kebersihan kurang
(c). Perubahan dalam pemberian pelayanan kesehatan
(d). Kehilangan alat bantu seperti gigi palsu, kacamata, alat bantu dengar serta alat bantu lainnya.
Penyebab penelantaran lansia menurut International Institute on Agening, (2006) antara lain:
(a). Ketiadaan sanak keluarga
(b). Kesulitan hubungan antara lansia dan keluarga
(c). Ketiadaan kemampuan ekonomi/keuangan
(d). Kebutuhan tidak dapat dipenuhi melalui lapangan pekerjaan yang ada
(e). Beban orang yang merawat Lanjut usia tersebut sudah terlalu berat
(f). Kelainan kepribadian dan perilaku lanjut usia dan keluarganya
(g). Lanjut usia yang diasingkan oleh keluarganya
3. Tanda-Tanda Pengabaian pada Lansia

Acierno R, dkk (2010) mengatakan bahwa lansia tidak selalu melaporkan pelecehan karena mereka mungkin merasa
malu, takut, atau tidak mampu melakukannya. Beberapa lansia bahkan mungkin tidak menyadari bahwa mereka
diabaikan. Beberapa tanda lansia mengalami pengabaian menurut Acierno R, dkk yaitu:
a. Tidak terpenuhinya semua kebutuhan sehari-hari

b. Kondisi medis atau mental yang tidak diobati atau tidak dapat dijelaskan.

c. Lingkungan hidup yang tidak memadai dibuktikan oleh kurangnya fasilitas, ruang yang cukup, dan ventilasi
d. Perumahan tidak aman akibat dari kerusakan, sanitasi yang tidak memadai, kebersihan di bawah standar.

e. Cedera yang tidak dapat dijelaskan atau penjelasan yang tidak mungkin untuk cedera.

f. Dehidrasi atau malnutrisi (sering dibuktikan dengan kehilangan berat badan, atau rasa haus yang ekstrem,
keluaran urin rendah, kulit kering yang rapuh, mulut kering, apatis, kurang energi, dan kebingungan mental).

g. Perasaan ambivalen (perasaan sayang dan benci) terhadap pengasuh atau anggota keluarga.

h. Tidak adanya gigi palsu, kacamata, alat bantu dengar, alat bantu jalan, kursi roda.

i. Seprai tempat tidur yang tidak pernah diganti


j. Tidak berpakaian, atau tidak berpakaian dengan benar.
4. Faktor yang Mempengaruhi Pengabaian

Risiko pengabaian lansia dikaitkan dengan sebuah kombinasi dari karakteristik dan keadaan pada korban dan
pelaku, identifikasi semua faktor risiko sangat kompleks. Karakteristik yang cenderung umum terjadi pada
kebanyakan situasi pengabaian lansia adalah tidak terlihat dari masalah, kerentanan orang tua, dan faktor risiko
psikososial dan pengasuh. Faktor yang mempengaruhi pengabaian menurut Miller (1995 dalam Ramlah 2011):
a. Ketidakmampuan dan Kerentanan

Faktor yang berkontribusi terhadap ketidakmampuan dan tidak adanya laporan ini meliputi:
1) Orang tua umumnya kurang memiliki kontak dengan masyarakat daripada segmen populasi lainnya.
2) Orang tua enggan mengakui disalahgunakan atau diabaikan, karena mereka takut balas dendam atau
percaya bahwa situasi alternatif mungkin lebih buruk daripada pengabaian.
3) Banyak mitos dan persepsi negatif yang berhubungan dengan lansia yang menumbuhkan penolakan yang
kuat dari penuaan dan bahkan lebih kuat dari penolakan masalah sosial yang terkait dengan lansia yang
rentan.
b. Faktor Psikososial
Gangguan fungsi kognitif adalah salah satu karakteristik yang paling umum dari lansia yang diabaikan.
Perhatian yang besar telah difokuskan pada demensia sebagai faktor resiko untuk mengabaikan diri sendiri dan
juga pelecehan psikologis dan fisik, Miller (1995 dalam Ramlah, 2011). Pandangan yang lemah, kurangnya
wawasan, ketidakmampuan membuat keputusan yang aman, dan hilangnya kontak dengan kenyataan
merupakan kelemahan spesifik yang bisa menyebabkan penyalahgunaan dan pengabaian.

c. Faktor Pengasuh
Pengasuhan yang tidak benar menyebabkan pengabaian pada lansia, ketika mereka yang mengasumsikan
peran pengasuhan tidak mampu melakukan itu karena tekanan hidup, ekonomi, karakteristik kepribadian,
sumber daya yang tidak mencukupi, atau kurang memahami kondisi lansia. Faktor pengasuh terkait dengan
pengabaian lansia termasuk kesehatan yang buruk, gangguan kognitif, isolasi sosial, ketergantungan, dan
hubungan interpersonal yang buruk dengan lansia yang terabaikan Miller (1995 dalam Ramlah, 2011).

 
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK KASUS PENGABAIAN
1. Pengkajian
Pengkajian keperawatan yang dilakukan meliputi: mengidentifikasi status kesehatannya (anamnesis dan pemeriksaan fisik),
status gizi, kapasitas fungsional, status psikososial, masalah khusus lainnya yang dihadapi secara individual (Sunaryo, 2016).
a. Data Umum
1) Nama
2) TTL/Umur
3) Alamat dan no telpon
4) Pendidikan
5) Komposisi keluarga : Komposisi keluarga dibuat dalam bentuk genogram dari 3 generasi.
6) Tipe Keluarga: Menjelaskan mengenai tipe/jenis keluarga beserta kendala atau masalah-masalah yang terjadi pada keluarga tersebut.
7) Suku: Mengakaji asal usul suku bangsa keluarga serta mengidentifikasi budaya suku bangsa tersebut terkait dengan kesehatan.
8) Agama: Mengkaji agama yang dianut oleh keluarga serta kepercayaan yang dapat mempengaruhi kesehatan.
9) Status sosial ekonomi Keluarga: Status sosial ekonomi keluarga ditentukan oleh pendapatan baik dari kepala keluarga maupun anggota keluarga
lainnya.
10) Aktifitas Rekreasi Keluarga: Rekreasi keluarga tidak hanya dilihat dari kapan saja keluarga pergi bersama-sama untuk mengunjungi tempat
rekreasi tertentu, namun dengan menonton televisi dan mendengarkan radio juga merupakan aktivitas rekreasi.
b. Riwayat Keluarga dan Tahap Perkembangan Keluarga
1) Tahap Perkembangan Keluarga Saat Ini : Tahap perkembangan keluarga ditentukan oleh anak tertua dari keluarga ini.
2) Tahap Perkembangan Keluarga yang Belum Terpenuhi : Menjelaskan perkembangan keluarga yang belum terpenuhi oleh
keluarga serta kendala-kendala mengapa tugas perkembangan tersebut belum terpenuhi.
3) Riwayat keluarga inti : Menjelaskan mengenai riwayat keluarga inti meliputi riwayat penyakit keturunan, adanya riwayat
kanker dalam keluarga, riwayat kesehatan masing-masing anggota keluarga, perhatian keluarga terhadap pencegahan
penyakit termasuk status imunisasi, sumber pelayanan kesehatan yang bias digunakan keluarga dan pengalaman terhadapa
pelayanan kesehatan.
4) Riwayat keluarga sebelumnya : Menjelaskan mengenai riwayat kesehatan keluarga dari pihak suami dan istri.
c. Lingkungan
5) Karakteristik Rumah
6) Karakteristik Tetangga dan Komunitas RW
7) Mobilitas geografis keluraga :
8) Perkumpulan Keluarga dan interaksi dalam Masyarakat
d. Struktur Keluarga
9) Sistem Pendukung Keluarga
10) Pola komunikasi.
11) Struktur Kekuatan Keluarga
12) Struktur Peran
13) Nilai dan Norma Budaya
e. Fungsi Keluarga

1) Fungsi Afektif
2) Fungsi Sosialisasi
3) Fungsi Perawatan Keluarga
4) Fungsi reproduksi
5) Fungsi ekonomi
f. Stress dan koping keluarga
6) Stressor Jangka Pendek dan Panjang
a) Stressor jangka pendek yaitu stressor yang dialami keluarga yang memerlukan penyelesaian dalam waktu
kurang dari enam bulan.
b) Stressor jangka panjang yaitu stressor yang di alami keluarga yang memerlukan penyelesaian dalam waktu
lebih dari enam bulan.
7) Kemampuan Keluarga Berespon terhadap Masalah : Stressor dikaji sejauh mana keluarga berespon terhadap
stressor.
8) Strategi koping yang digunakan : Dikaji strategi koping yang digunakan keluarga bila menghadapi
permasalahan/stress.
9) Strategi adaptasi disfungsional : Dijelaskan menegnai strategi adaptasi disfungsional yang digunakan keluarga
bila menghadapi permasalahan/stress.
g. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan pada semua anggota keluarga. Metode yang digunakan sama dengan pemeriksaan
fisik di klinik. Pada saat akan melakukan pemeriksaan fisik ada beberapa persiapan untuk pemeriksaan fisik,
yaitu :
1) Tunjukkan pendekatan dengan pasien
2) Atur pencahayaan dan lingkungan
3) Tetapkan ruang lingkup pemeriksaan
4) Pilih urutan pemeriksaan
5) Buat pasien merasa nyaman
Berikut pengkajian fisik secara spesifik pada sistem tubuh manusia
1) Kaji keadaan umum pasien, tingkat kesadaran,
2) TTV
3) BB & TB
4) Bagaimana postur tulang belakang lansia: (a). Tegap; (b).Membungkuk; (c). Kifosis; (d). Scoliosis; (e). Lordosis.
5) Setelah itu dilakukan pemeriksaan fisik Head to toe, pemeriksaan fisik head to toe dimulai dari kepala, pada saat
melakukan pemeriksaan kepala hal yang perlu dilihat yaitu:
a) Pemeriksaan kepala, Pemeriksaan mata, Pemeriksaan hidung, Pemeriksaan mulut dan tenggorokan,
Pemeriksaan telinga, Pemeriksaan leher
b) Pemeriksaan dada, Pemeriksaan abdomen, emeriksaan genetalia
c) Pemeriksaan ekstremitas, bagaimana kondisi kekuatan otot klien dimana (0: lumpuh, 1 : ada kontraksi, 2 : melawan
grafitasi dengan sokongan, 3 : melawan grafitasi tapi tidak ada tahanan, 4 : melawan grafitasi dengan tahanan sedikit, 5 :
melawan grafitasi dengan kekuatan penuh)
h. Pengkajian status fungsional
Pengkajian status fungsional ini meliputi pengukuran kemampuan seseorang dalam melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari,
penentuan kemandirian, mengidentifikasi kemampuan dan keterbatasan klien, serta menciptakan pemilihan intervensi yang
tepat.
i. Pengkajian status kognitif
Pengkajian status kognitif merupakan pemeriksaan status mental sehingga dapat memberikan gambaran perilaku dan
kemampuan mental dan fungsi intelektual. Pengkajian status mental ditekankan pada pengkajian tingkat kesadaran, perhatian,
keterampilan berbahasa, ingatan interpretasi Bahasa, keterampilan menghitung dan menulis, serta kemampuan konstruksional.
j. Pengkajian aspek spiritual
1) Pengkajian data subjektif : Mencakup konsep ketuhanan, sumber kekuatan dan harapan, praktik agama dan ritual, dan
hubungan antara keyakinan spiritual dan kondisi kesehatan.
2) Pengkajian data objektif : Dilakukan dengan melakukan observasi, yang meliputi afek dan sikap (pasien tampak kesepian,
depresi, marah, cemas, apatis, dll), perilaku (pasien berdoa sebelum makan, membaca kitab suci, mengeluh sulit tidur,
mimpi buruk, berkata-kata kotor), verbalisasi (pasien menyebut Tuhan, berdoa, ke rumah ibadah, dll), hubungan
interpersonal (siapa pengunjung pasien, bagaimana respon pasien terhadap pengunjung), lingkungan (apakah pasien
membawa kitab suci kemanapun dia pergi, apakah dia memakai jilbab bagi perempuan).
k. Pengkajian fungsi social
Pengkajian ini lebih ditekankan pada hubungan lansia dengan keluarga, karena perawatan jangka panjang membutuhkan
dukungan fisik dan emosional dari keluarga (Sunaryo, 2016).
l. Harapan Keluarga
Pada akhir pengkajian, perawat menanyakan harapan keluarga terhadap petugas kesehatan yang ada.
2. Analisis, Diagnosa Keperawatan dan Prioritas Masalah
a. Analisa Data Keperawatan Gerontik

DATA MASALAH PENYEBAB


- menarik diri Isolasi sosial Perubahan status mental
- merasa tidak mempunyai tujuan yang jelas
- afek sedih
- riwayat ditolak
- tindakan tidak berarti
- tidak ada kontak mata

- mengungkapkan tidak mampu mengatasi masalah Koping tidak efektif Disfungsi system
- tidak mampu memenuhi kebutuhan dasar keluarga
- kekhawatiran kronis
- tidak mampu memenuhi peran yang diharapkan

- menilai diri negatif Harga diri rendah kronis Kurangnya pengakuan


- merasa malu dari orang lain
- menolak penilaian positif tentang dir sendiri
- berjalan menunduk
- merasa sulit konsentrasi
- sulit tidur
- sulit membuat keputusan
b. Diagnosis keperawatan
Carpenito, 2000 (dalam Sunaryo,dkk, 2011), menjelaskan bahwa diagnosis keperawatan memberikan dasar
petunjuk untuk memberikan terapi yang pasti dimana perawat bertanggungjawab di dalamnya. Diagnosis
keperawatan merupakan keputusan klinik tentang respons individu, keluarga, dan masyarakat tentang masalah
kesehatan actual atau potensial, dimana berdasarkan penelitian dan pengalamannya, perawat secara
akuntabilitas dapat mengidentifikasi dan memberikan intervensi secara pasti untuk menjaga, menurunkan,
membatasi, mencegah, dan mengubah status kesehatan klien.
Diagnosis keperawatan yang mungkin muncul pada masalah psikologis pada pengabaian lansia yaitu :
1. Isolasi sosial
2. Koping tidak efektif
3. Harga Diri rendah kronis
3. Perencanaan / Intervensi
No Diagnosa Keperawatan Tujuan (SLKI) Intervensi (SIKI)
1. Isolasi Sosial Setelah dilakukan tindakan selama 3x 24 jam Terapi Aktifitas
diharapkan isolasi social teratasi dgn kriteria Observasi
hasil : a. Identifikasi fungsi marah, frustasi, dan
- Perilaku menarik diri menurun amuk
- Afek murung/sedih menurun Terapeutik
b. Fasilitasi mengungkapkan perasaan
cemas, marah, atau sedih
c. Lakukan sentuhan untuk memberikan
dukungan
Edukasi
d. Anjurkan mengungkapkan perasaan yg
dialami
e. Anjurkan mengungkapkan pengalaman
emosional sebelumnya dan pola respons
yg biasa
Kolaborasi
f. Rujuk utk konseling, jika perlu
No Diagnosa Tujuan (SLKI) Intervensi (SIKI)
Keperawatan
2. Koping tidak Setelah dilakukan tindakan selama 3x Dukungan Penampilan Peran
efektif 24 jam diharapkan koping tidak Observasi
efektif teratasi dgn kriteria hasil: a. Identifikasi peran yg ada dalam keluarga
- Kepuasan thd perilaku bantuan b. Identifikasi adanya peran yg tidak terpenuhi
anggota keluarga lain menurun Terapeutik
- Perasaan diabaikan menurun c. Fasilitasi adaptasi peran keluarga thd perubahan peran yg
- Perasaan tertekan menurun tidak diinginkan
Edukasi
d. Diskusikan perilaku yg dibutuhkan utk pengembangan
peran

3. Harga diri Setelah dilakukan tindakan Manajemen Perilaku


rendah kronis keperawatan selama 3x24 jam Observasi
diharapkan peningkatan terhadap a. Identifikasi harapan untuk mengendalikan perilaku
perasaan positif terhadap diri sendiri Terapeutik
dengan kriteria hasil : b. Bicara dengan nada rendah dan tenang
- Penilaian diri positif meningkat c. Hindari bersikap menyudutkan dan menghentikan
- Penerimaan penilaian positif pembicaraan
terhadap diri sendiri d. Hindari sikap mengancam dan berdebat
- Postur tubuh menampakkan wajah Edukasi
meningkat e. Informasikan pada keluarga bahwa keluarga sebagai dasar
- Perasaan malu menurun pembentukan keluarga
4. Implementasi keperawatan
Implementasi pada asuhan keperawatan keluarga dapat dilakukan pada individu dalam keluarga dan pada
anggota keluarga lainnya. Implementasi yang ditujukan pada individu meliputi (IPKKI, 2017):
a) Tindakan keperawatan langsung
b) Tindakan kolaboratif dan pengobatan dasar
c) Tindakan observasi
d) Tindakan pendidikan kesehatan
5. Evaluasi keperawatan
Evaluasi Keperawatan bertujuan untuk mengetahui tingkat perkembangan terhadap implementasi yang
telah dilakukan, serta menilai keberhasilan aktivitas yang telah dilakukan, antara lain dengan: mengumpulkan
data tentang respon klien, membandingkan respon dengan kriteria, menganalisa alasan pencapaian tujuan, dan
memodifikasi rencana keperawatan bila perlu. Kegiatan evaluasi meliputi mengkaji kemajuan status kesehatan
klien, membandingkan respons klien dengan kriteria hasil dan menyimpulkan hasil kemajuan masalah dan
kemajuan pencapaian tujuan keperawatan klien ( Sunaryo, 2016).
TERIMAKASIH 

WASSALAMU’ALAIKUM

Anda mungkin juga menyukai