Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH KEPERAWATAN KELUARGA

“PENERAPAN TERAPI KOMPLEMENTER DALAM ASUHAN


KEPERAWATAN KELUARGA”

KELOMPOK 2
Ali Akbar Pramayana Mutiara Putri Sari
Andrea Marshanda Shintia Edrawita
Tessa Amelia Safitri

KELAS 3A

Dosen Pembimbing :
Tasman, S.Kp., M. Kep., Sp. Kom

D3 KEPERAWATAN PADANG
POLTEKKES KEMENKES RI PADANG
2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga bisa menyelesaikan makalah ini
dengan tepat pada waktunya.
Dengan adanya makalah ini di harapkan dapat membantu dalam proses
pembelajaran dan dapat menambah pengetahuan para pembaca. Penulis juga tidak
lupa mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan
bantuan, dorongan dan doa.
Kami mengharap kritik dan saran untuk memperbaiki makalah kami ini,
karena banyak kekurangan dalam mengerjakan makalah ini.

Padang, 17 Agustus 2021

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................................2
DAFTAR ISI..................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN..............................................................................................4
A. Latar Belakang...........................................................................................................4
B. Rumusan Masalah......................................................................................................5
C. Tujuan Penulisan.......................................................................................................5
BAB II TINJAUAN TEORITIS....................................................................................6
A. Terapi Komplementer................................................................................................6
B. Jenis-jenis Terapi Komplementer..............................................................................9
C. Penerapan Terapi Komplementer dalam Asuhan Keperawatan Keluarga..............11
BAB III PENUTUP......................................................................................................21
A. Kesimpulan..............................................................................................................21
B. Saran........................................................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................22

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Terapi komplementer dikenal dengan terapi tradisional yang


digabungkan dalam pengobatan modern. Komplementer adalah penggunaan
terapi tradisionalke dalam pengobatan modern (Andrews et al., 1999).
Terminologi ini dikenal sebagai terapi modalitas atau aktivitas yang
menambahkan pendekatan ortodoks dalam pelayanan kesehatan (Crips &
Taylor, 2001). Terapi komplementer juga ada yang menyebutnya dengan
pengobatan holistik. Pendapat ini didasari oleh bentuk terapi yang
mempengaruhi individu secara menyeluruh yaitu sebuah keharmonisan
individu untuk mengintegrasikan pikiran, badan, dan jiwa dalam kesatuan
fungsi (Smith et al., 2004).
Perkembangan terapi komplementer akhir-akhir ini menjadi sorotan
banyak negara. Pengobatan komplementer atau alternatif menjadi bagian
penting dalam pelayanan kesehatan di Amerika Serikat dan negara lainnya
(Snyder & Lindquis, 2002). Estimasi di Amerika Serikat 627 juta orang adalah
pengguna terapi alternatif dan 386 juta orang yang mengunjungi praktik
konvensional (Smith et al., 2004). Data lain menyebutkan terjadi peningkatan
jumlah pengguna terapi komplementer di Amerika dari 33% pada tahun 1991
menjadi 42% di tahun 1997 (Eisenberg, 1998 dalam Snyder & Lindquis,
2002).
Terapi komplementer yang ada menjadi salah satu pilihan pengobatan
masyarakat. Di berbagai tempat pelayanan kesehatan tidak sedikit klien
bertanya tentang terapi komplementer atau alternatif pada petugas kesehatan
seperti dokter ataupun perawat. Masyarakat mengajak dialog perawat untuk
penggunaan terapi alternatif (Smith et al., 2004). Hal ini terjadi karena klien
ingin mendapatkan pelayanan yang sesuai dengan pilihannya, sehingga
apabila keinginan terpenuhi akan berdampak ada kepuasan klien. Hal ini dapat
menjadi peluang bagi perawat untuk berperan memberikan terapi
komplementer.
B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah yang akan penulis utarakan dalam


pembahasan di dalam makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Apa Definisi Terapi komplementer ?
2. Apa saja Jenis-jenis terapi komplementer ?
3. Bagaimana Penerapan terapi komplementer dalam asuhan keperawatan
keluarga ?

C. Tujuan Penulisan

1. Mahasiswa dapat memahami definisi terapi komplementer


2. Mahasiswa dapat menyebutkan jenis-jenis terapi komplementer
3. Mahasiswa dapat menjelaskan penerapan komplementer dalam asuhan
keperawatan keluarga
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A. Terapi Komplementer

Terapi komplementer dikenal dengan terapi tradisional yang


digabungkan dalam pengobatan modern. Komplementer adalah penggunaan
terapi tradisional ke dalam pengobatan modern (Andrews et al., 1999).
Terminologi ini dikenal sebagai terapi modalitas atau aktivitas yang
menambahkan pendekatan ortodoks dalam pelayanan kesehatan (Crips &
Taylor, 2001). Terapi komplementer juga ada yang menyebutnya dengan
pengobatan holistik. Pendapat ini didasari oleh bentuk terapi yang
mempengaruhi individu secara menyeluruh yaitu sebuah keharmonisan
individu untuk mengintegrasikan pikiran, badan, dan jiwa dalam kesatuan
fungsi (Smith et al., 2004).
Pendapat lain menyebutkan terapi komplementer dan alternatif sebagai
sebuah domain luas dalam sumber daya pengobatan yang meliputi sistem
kesehatan, modalitas, praktik dan ditandai dengan teori dan keyakinan,
dengan cara berbeda dari sistem pelayanan kesehatan yang umum di
masyarakat atau budaya yang ada (Complementary and alternative
medicine/CAM Research Methodology Conference, 1997 dalam Snyder &
Lindquis, 2002). Terapi komplementer dan alternatif termasuk didalamnya
seluruh praktik dan ide yang didefinisikan oleh pengguna sebagai pencegahan
atau pengobatan penyakit atau promosi kesehatan dan kesejahteraan.
Definisi tersebut menunjukkan terapi komplemeter sebagai pengembangan
terapi tradisional dan ada yang diintegrasikan dengan terapi modern yang
mempengaruhi keharmonisan individu dari aspek biologis, psikologis, dan
spiritual. Hasil terapi yang telah terintegrasi tersebut ada yang telah lulus uji
klinis sehingga sudah disamakan dengan obat modern. Kondisi ini sesuai
dengan prinsip keperawatan yang memandang manusia sebagai makhluk yang
holistik (bio, psiko, sosial, dan spiritual). Prinsip holistik pada keperawatan ini
perlu didukung kemampuan perawat dalam menguasai berbagai bentuk terapi
keperawatan termasuk terapi komplementer. Penerapan terapi komplementer
pada keperawatan perlu mengacu kembali pada teori-teori yang mendasari
praktik keperawatan. Misalnya teori Rogers yang memandang manusia
sebagai sistem terbuka, kompleks, mempunyai berbagai dimensi dan
energi. Teori ini dapat mengembangkan pengobatan tradisional yang
menggunakan energi misalnya tai chi, chikung, dan reiki.
Teori keperawatan yang ada dapat dijadikan dasar bagi perawat dalam
mengembangkan terapi komplementer misalnya teori transkultural yang dalam
praktiknya mengaitkan ilmu fisiologi, anatomi, patofisiologi, dan lain-lain. Hal
ini didukung dalam catatan keperawatan Florence Nightingale yang telah
menekankan pentingnya mengembangkan lingkungan untuk penyembuhan
dan pentingnya terapi seperti musik dalam proses penyembuhan. Selain itu,
terapi komplementer meningkatkan kesempatan perawat dalam menunjukkan
caring pada klien (Snyder & Lindquis, 2002).
Terapi komplementer Adalah cara Penanggulangan Penyakit yang
dilakukan sebagai pendukung kepada Pengobatan Medis Konvensional atau
sebagai Pengobatan Pilihan lain diluar Pengobatan Medis yang Konvensional.
Terapi Komplementer merupakan metode penyembuhan yang caranya
berbeda dari pengobatan konvensional di dunia kedokteran, yang mengandalkan
obat kimia dan operasi, yang dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan. Banyak
terapi modalitas yang digunakan pada terapi komplementer mirip dengan
tindakan keperawatan seperti teknik sentuhan, masase dan manajemen stress.
Terapi komplementer merupakan terapi tambahan bersamaan dengan terapi
utama dan berfungsi sebagai terapi suportif untuk mengontrol gejala,
meningkatkan kualitas hidup, dan berkontribusi terhadap penatalaksanaan pasien
secara keseluruhan.
Pada dasarnya, terapi komplementer bertujuan untuk memperbaiki fungsi
dari sistem-sistem tubuh, terutama sistem kekebalan dan pertahanan tubuh, agar
tubuh dapat menyembuhkan dirinya sendiri yang sedang sakit, karena tubuh kita
sebenarnya mempunyai kemampuan untuk menyembuhkan dirinya sendiri,
asalkan kita mau mendengarkannya dan memberikan respon dengan asupan
nutrisi yang baik dan lengkap serta perawatan yang tepat.
Sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan definisi pengobatan
komplementer tradisional –alternatif adalah pengobatan non konvensional
yang ditujukan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat meliputi
upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif yang diperoleh melalui
pendidikan terstruktur dengan kualitas, keamanan dan efektifitas yang tinggi
berlandaskan ilmu pengetahuan biomedik tapi belum diterima dalam
kedokteran konvensional. Dalam penyelenggaraannya harus sinergi dan
terintegrasi dengan pelayanan pengobatan konvensional dengan tenaga
pelaksananya dokter, dokter gigi dan tenaga kesehatan lainnya yang memiliki
pendidikan dalam bidang pengobatan komplementer tradisional – alternatif.
Menurut WHO (World Health Organization) Pengobatan
komplementer adalah pengobatan non-konvensional yang bukan berasal dari
negara yang bersangkutan. Jadi untuk Indonesia, jamu misalnya, bukan
termasuk pengobatan komplementer tetapi merupakan pengobatan tradisional.
Pengobatan tradisional yang dimaksud adalah pengobatan yang sudah dari
zaman dahulu digunakan dan diturunkan secara turun –temurun pada suatu
negara. Tapi di Philipina misalnya, jamu Indonesia bisa dikategorikan sebagai
pengobatan komplementer.
Jadi, Keperawatan komplementer adalah cabang ilmu keperawatan yang
menerapkan pengobatan non konvensional yang ditujukan untuk meningkatkan
derajat kesehatan masyarakat meliputi upaya promotif, preventif, kuratif dan
rehabilitatif yang berfungsi sebagai terapi suportif untuk mengontrol gejala,
meningkatkan kualitas hidup, dan berkontribusi terhadap penatalaksanaan pasien
secara keseluruhan, diperoleh melalui pendidikan terstruktur dengan kualitas,
keamanan dan efektifitas yang tinggi berlandaskan ilmu pengetahuan biomedik
tapi belum diterima dalam kedokteran konvensional

B. Jenis-jenis Terapi Komplementer

Ada banyak jenis metode dalam terapi komplementer ini, seperti


akupuntur, chiropractic, pijat refleksi, yoga, tanaman obat/ herbal, homeopati,
naturopati, terapi energi kultivasi, polaritas atau reiki, teknik-teknik relaksasi,
termasuk hipnoterapi, meditasi, visualisasi, dan sebagainya.
Obat- obat yang digunakan bersifat natural / mengambil bahan dari
alam, seperti jamu-jamuan, rempah yang sudah dikenal (jahe, kunyit, temu
lawak dan sebagainya), sampai bahan yang dirahasiakan. Pendekatan lain
seperti menggunakan energi tertentu yang mampu mempercepat proses
penyembuhan, hingga menggunakan doa tertentu yang diyakini secara
spiritual memiliki kekuatan penyembuhan.
Dari hasil penelitian pendapat mahasiswa perawat tentang terapi
komplementer yang direkomendasikan untuk perawat adalah : masase, terapi
musik, diet, teknik relaksasi, vitamin dan produk herbal. Di Amerika terapi
komplementer kedokteran dibagi empat jenis terapi : Chiropractic , teknik
relaksasi, terapi masase dan akupunktur.
Menurut National Institute of Health (NIH), Terapi komplementer
dikategorikan menjadi 5, yaitu
1. Biological Based Practice : herbal, vitamin, dan suplemen lain
2. Mind-body techniques : meditasi
3. Manipulative and bodybased practice : pijat, refleksi
4. Energy therapies : terapi medan magnet
5. Ancient medical systems : obat tradision al chinese, aryuvedic,
akupuntur

Terapi herbal medik, yaitu terapi dengan menggunakan obat bahan


alam, baik berupa herbal terstandar dalam kegiatan pelayanan penelitian
maupun berupa fito farmaka. Herbal terstandar yaitu herbal yang telah melalui
uji preklinik pada cell line atau hewan coba, baik terhadap keamanan maupun
efektivitasnya. Terapi dengan menggunakan herbal ini akan diatur lebih lanjut
oleh DepartemenKesehatan Republik Indonesia. Ada beberapa persyaratan
yang harus dipenuhi, yaitu:
1) Sumber daya manusia harus tenaga dokter dan atau dokter gigi yang
sudah memiliki kompetensi.
2) Bahan yang digunakan harus yang sudah terstandar dan dalam
bentuk sediaan farmasi
3) Rumah sakit yang dapat melakukan pelayanan penelitian harus telah
mendapat izin dari Departemen Kesehatan Republik Indonesia dan
akan dilakukan pemantauan terus menerus.

Dari beberapa jenis teknik pengobatan komplementer yang ada, daya


efektivitasnya untuk mengatasi berbagai jenis gangguan penyakit tidak bisa di
bandingkan satu dengan lainnya karena masing – masing mempunyai teknik
serta fungsinya sendiri sendiri.
Terapi herbal, berfungsi dalam meningkatkan daya tahan tubuh.
Sementara, terapi akupunktur berfungsi memperbaiki keadaan umum,
meningkatkan sistem imun tubuh, mengatasi konstipasi atau diare,
meningkatkan nafsu makan serta menghilangkan atau mengurangi efek
samping yang timbul akibat dari pengobatan kanker itu sendiri, seperti mual
dan muntah, fatigue (kelelahan) dan neuropati

.Jenis pelayanan pengobatan komplementer – alternatif berdasarkan


Permenkes RI Nomor : 1109/Menkes/Per/2007 adalah :
1) Intervensi tubuh dan pikiran (mind and body interventions) :
Hipnoterapi, mediasi,penyembuhan spiritual, doa dan yoga
2) Sistem pelayanan pengobatan alternatif : akupuntur, akupresur,
naturopati, homeopati,aromaterapi, ayurveda.
3) Cara penyembuhan manual : chiropractice, healing touch, tuina,
shiatsu, osteopati, pijaturut
4) Pengobatan farmakologi dan biologi : jamu, herbal, gurah
5) Diet dan nutrisi untuk pencegahan dan pengobatan : diet makro
nutrient, mikro nutrient.
6) Cara lain dalam diagnosa dan pengobatan : terapi ozon, hiperbarik,
EEC

C. Penerapan Terapi Komplementer dalam Asuhan Keperawatan Keluarga

Terapi komplementer dan alternatif adalah terapi dalam ruang lingkup


luas meliputi system kesehatan, modalitas, dan praktek-praktek yang
berhubungan dengan teori-teori dan kepercayaan pada suatu daerah dan pada
waktu/periode tertentu. Terapi komplementer adalah terapi yang digunakan
secara bersama-sama dengan terapi lain dan bukan untuk menggantikan terapi
medis. Terapi komplementer dapat digunakan sebagai single therapy ketika
digunakan untuk meningkatkan kesehatan.
Alasan yang paling umum orang menggunakan terapi komplementer
adalah untuk meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan/wellness. Wellness
mencakup kesehatan optimum seseorang, baik secara fisik, emosional, mental
dan spiritual. Fokus terapi komplementer adalah kesejahteraan yang
berhubungan dengan tubuh, pikiran dan spirit. Terapi komplementer
bertujuan untuk mengurangi stres, meningkatkan kesehatan, mencegah
penyakit, menghindari atau meminimalkan efek samping, gejala-gejala, dan
atau mengontrol serta menyembuhkanpenyakit. Adapun beberapa contoh
terapi komplementer yaitu:
1. Pijat bayi
Pijat bayi itu sangat besar manfaatnya bagi bayi. Bayi -bayi prematur
yang dipijat secara teratur setiap hari menunjukkan perkembangan fisik dan
emosional yang lebih baik ketimbang bayi-bayi yang tidak dipijat. Selain itu
berat badan bayi prematur yg dipijat akan mengalami peningkatan berat badan
20 hingga 40 persen dibandingkan yang tidak dipijat.
Dan hal ini telah dibuktikan oleh para ahli di Fakultas Kedokteran
Universitas Miami pada tahun 1986. Dipimpin oleh Tiffany M Field PhD.
Selain itu, katanya, bayi-bayi yang dipijat selama lima hari saja, daya tahan
tubuhnya akan mengalami peningkatan sebesar 40 persen dibanding bayi-bayi
yang tidak dipijat.
Pijat bayi ternyata bukan hanya berpengaruh pada pertumbuhan fisik
dan emosional bayi. Jika dilakukan oleh ayah misalnya, maka pijat bayi itu
bisa meningkatkan produksi ASI (Air Susu Ibu) pada tubuh ibu dan disebut
''pemberdayaan ayah, ketika seorang ayah berinisiatif memijat si bayi, hal itu
akan menimbulkan perasaan positif pada istri. Inisiatif suami ini membuat istri
merasa disayang, nyaman, dan perasaan positif lainnya. Dan perasaan seperti
ini akan merangsang produksi hormon oksitosin. Untuk diketahui, hormon ini
sangat berguna untuk memperlancar produksi ASI. Penelitian menunjukkan,
80 persen produksi hormon oksitosin dipengaruhi oleh kondisi psikis ibu.
Selain itu, pijat bayi akan membuat bayi cepat lapar. Makin banyak
ASI disedot oleh bayi (menyusui), maka produksi ASI makin meningkat. Ini
karena dalam proses produksi ASI berlaku hukum supply and demand.
Artinya, makin banyak ASI dikeluarkan, makin banyak pula ASI diproduksi.
Begitu pula sebaliknya.
Tata cara pemijatan
Mengingat manfaatnya yang tidak kecil, sudah sepantasnya para
orangtua menerapkan terapi sentuhan ini pada bayi mereka. Bagaimana
caranya, ikuti tips berikut ini.
Sebelum mulai memijat, lakukan beberapa langkah persiapan, yaitu:
a. Mencuci tangan.
b. Hindari kuku dan perhiasan yang bisa menggores kulit bayi.
c. Ruang untuk memijat usahakan hangat dan tidak pengap.
d. Bayi selesai makan atau tidak berada dalam keadaan lapar.
e. Usahakan tidak diganggu dalam waktu lima belas menit untuk
melakukan proses pemijatan.
f. Baringkan bayi di atas kain rata yang lembut dan bersih.
g. Ibu/ayah duduk dalam posisi nyaman.
h. Sebelum memijat, mintalah izin kepada bayi dengan cara membelai
wajahnya sambil mengajak bicara.

2. Terapi herbal
Terapi Herbal atau yang sering disebut Herbalisme adalah penggunaan
tanaman obat untuk kemampuan terpeutik atas kemampuan terapinya untuk
menyembuhkan penyakit seseorang, sedangkan yang dimaksud dengan Herbal
adalah tanaman atau bagian tanaman yang memiliki nilai dikarenakan
memiliki khasiat terapi, aaromatik atau rasanya, dan orang yang menerapkan
terapi herbal dalam menangani pasiennya disebut Herbalis.
Terapi herbal adalah terapi yang paling tua sepanjang sejarah
kehidupan manusia. Setiap tempat kebudayaan memiliki pengetahuan tentang
herbal masing-masing. Berdasarkan pengalaman tuurun-temurun dan cara
mereka mengamati hewan yang memanfaatkan tanaman tersebut dengan
metode coba-coba (trial and error). Oang jaman dahulu menggunakan berbagai
tanaman yang ada di sekitarnya untuk digunakan sebagai obat.
Menjelang meillenium baru, terapi herbal mengalami masa
kebangkitannya dengan istilah "Back to Nature" kembali ke alam dan mulao
diterima sebagai komplemen/pendamping untuk terapi konvensional.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan 4 milyar atau sekitar
80% dari penduduk dunia pada saat ini menggunakan terapi herbal untuk
beberapa aspek dari kesehatan mereka. Sekitar 25% dari obat-obatan yang
diresepkan di Amerika Serikat saat ini mengandung sedikitnya satu bahan
aktif yang berasal dari tanaman. Menurut WHO pula, dari 119 obat-obatan
farmasi yang berasal dari tanaman sekitar 75 pasiean digunakan dalam terapi
modern dalam cara yang berkolerasi langsung dengan penggunaannya secara
tradisional dalam kultur pribumi asalnya. Perusahaan-perusahaan farmasi
terkemmuka dunia kini sedang giat-giatnya melakukan riset intensif mengenai
bahan tanaman yang dikumpulkn darai hutan hijau (rainforest) untuk diteliti
potensi terapinya.

Ada berbagai penyebab mengapa terjadi kembali terapi herbal :


a. Terapi Konvensional Kedokteran modern makin terasa impersonal,
pasien merasa kurang di orangkan oleh dokter-dokter mereka.
b. Penggunaan jasa terapi konvensional kedokteran " Biaya Tinggi "
karena penggunaan alat " High Tech" (teknologi tinggi).
c. Makin nyatanya bukti akibat efek samping dari obat-obatan sintetik,
dan ketidakmampuannya dalam mengatasi penyakit kronis,
degeneratif dan yang berhubungan dengan sistem imunitas tubuh.
d. Terapi herbal bersifat holistik dan penekanannya pada pemberdayaan
diri sehingga sesuai dengan sentimen penggunanya yang ingin
memegang kendali terhadap kehidupan mereka sendiri.

Meski memiliki berbagai macam kelebihan dalam terapi herbal, secara


prinsip dasar harus disadari bahwa terapi herbal ditujukan untuk
memngembalikan keseimbangan tubuh secara alami, dengan membiarkan
tubuh bekerja sendiri dalam memelihara kesehatannya. Oleh karena itu,
sebaiknya tidak mengharapkan ramuan/ obat herbal akan mengusir semua
gejala penyakit dengan cepat. Karena terapi ini lebih diarahkan untuk
mendukung kerja sistem tubuh agar berfungsi dengan baik sehingga akan
mampu mengatasi sendiri gangguan penyakit yang dialami.

3. Exercise dan Diet


Fungsi nutrisi sebagai penyembuh baru disadari setelah Dr. Linus
Pauling yang memperkenalkan konsep terapi ortomolekuler, yaitu penggunaan
vitamin dalam dosis tinggi. Awalnya Dr. Linus Pauling hanya mengira bahwa
vitamin C hanya digunakan untuk mencegah batuk pilek namun setelah
dicombain dengan vitamin B (B1, B6, B12) yang diperlukan untuk sel otak
dan saraf.
Joseph Pizzorno,N.D., pakar terapi alami menulis textbook of Natural
Meidcine and Encylopedia of Natural Medicine menjelaskan cara kerja
kelompok nutrisi sebagai obat. Menurutnya seluruh proses tergantung pada
enzim yang berfungsi membantu proses reaksi kimia agar sel-sel organ tubuh
bekerja dengan baik. Untuk itu diperlukan mikronutrien sebagai konponen
pembenguk enzim, menghalangi toksin, merusak enzim dan memperbaiki sel
genetic yang menghasilkan enzim tersebut.
Terapi nutrisi diperlukan untuk mengembalikan keseimbangan fungsi
tubuh yang terganggu akibat kekurangan nutrisi. Hal ini sebagai akibat pola
makan yang buruk dan stress kehidupan. Gangguan-gangguan tersebut berupa
penurunan kemampuan system imun, keracunan dari toksin hasil metabolism
tubuh yang tidak baik, gangguan system anti-radang yang berlebih sehingga
tubuh meresponnya sebagai alergi, gangguan fungsi metabolic terutama
pencernaan, gangguan system hormone dan proses penuaan dini yang
sekarang banyakl terjadi karena stress karena gaya hidup modern.

Untuk mnegatasi gangguan tersebut beberapa nutrisi yang digunakan


dalam food supplement adalah :

a. Memperkuat system imun yaitu vitamin A, C, herbal Echinacea dan


jamur Shiitake. Untuk mnegobatai infeksi spesifik, digunakan
goldenseal (infeksi bakteri), licorice (infeksi virus) dan tea tree oil
(infeksi jamur kulit).
b. Detoksifikasi digunakan betakaroten, vitamin C, E dan klorofil.
Sedangkan untuk mengatasi toksik usus diberikan suplemen
laktobasilus. Detoksifikasi hati digunakan bawang putih, Sylibum
marianum dan sayuran golongan brassica.
c. Mengatasi radang digunakan vitamin E dan C dosis tinggi yang
berfungsi menormalkan kembali fungsi respon tubuh terhadap radang.
d. Mengoptimalkan fungsi metabolic terutama system pencernaan
digunakan zat pahit, betain hidroklorida dan enzim pepsin.
e. Menyeimbangkan system hormone: hormone tyroid diberikan mineral
tembaga, selenium, seng dan ekstrak kelenjar tiroid. Hormone DHEA
diberikan ginseng Siberia, meningkatkan hormone wanita diberikan
mineral seng, vitamin A, herbal Vitex agnus-cactus, meningkatkan
hormone pria diberikan mineral sneg dan ginseng Siberia.
Awet muda digunakan suplemen vitamin C, E, B12, koenzim Q10,
glukosamin sulfat, glutation, mineral kromium, magnesium selenium dan
minyak biji rami.

4. Reiki
Reiki merupakan salah satu dari 1800 jenis terapi komplementer yang
ada di dunia. Reiki ditemukan pertama kali oleh Mikao Usui pada tahun 1922.
Reiki berasal dari bahasa Jepang yaitu rei yang artinya alam semesta dan ki
yang berarti energi kehidupan, jadi reiki berarti energi alam semesta yang
dikarunia Tuhan sang maha pencipta kepada manusia yang diperoleh sejak ia
dilahirkan. Energi ini dapat digunakan untuk memelihara kesehatan serta
menyembuhkan diri sendiri ataupun orang lain.
Teknik Penyembuhan reiki adalah teknik penyembuhan sangat
sederhana dan mudah dipelajari oleh semua orang hanya dalam waktu inisiasi
30-45 menit dan langsung dapat digunakan untuk menyembuhkan diri sendiri
maupun orang lain yang bersifat permanen. Kemampuan reiki bisa diperoleh
seketika melalui proses attunement/penyelarasan atau inisiasi yang dilakukan
oleh reiki master. Setelah dilakukan proses penyelarasan energi terhadap
sumber energi alam semesta oleh reiki master, secara langsung seseorang
memiliki kemampuan memanfaatkan energi reiki. Cara menggunakanya
energi reiki sangat mudah, hanya meniatkan akan menggunakan energi reiki
dan meletakkan tangan pada cakra (pintu gerbang energi tubuh) atau bagian
tubuh yang sakit.
Proses attunement akan memberi efek detokfisikasi pada fisik,
biasanya berupa kelebihan energi yang disertai tanda-tanda rasa panas,
mengantuk, meningkatnya frekuensi buang air kecil maupun besar.
Detokfisikasi ini akan diakhiri dengan rasa bugar, tenang dan nyaman
sesudahnya. Pada attunement tingkat kedua, detoksifikasi terjadi pada lapisan
mental dan emosional sehingga pembawaan lebih sabar dan tenang. Terakhir
adalah attunement tingkat master, pada tahap ini detoksifikasi akan terjadi
pada lapisan spiritual. Biasanya akan lebih mendekatkan diri kepada Tuhan,
lebih tenang dan mempunyai kepekaan yang tinggi.
Praktisi reiki atau master reiki merupakan mediator untuk mengalirkan
energi alam kedalam tubuh manusia melalui kedua tangannya. Tubuh manusia
tersusun atas tubuh fisik dan non fisik yang saling berhubungan, saat tubuh
non fisik terganggu maka tubuh fisikpun akan tergangu. Terapi reiki tidak
langsung ke ditujukan pada bagian fisik tubuh melainkan dialirkan dalam
bentuk gelombang elektro magnetik melalui medan radiasi tubuh atau aura.
Saat melakukan penyembuhan, seorang praktisi reiki akan menyerap energi
reiki dari alam semesta dan menyalurkannya ke tubuh nonfisik si pasien
melalui cakra/pintu gerbang energi yang ada dalam tubuh manusia. Hasil yang
diharapkan adalah terjadi keselarasan/keseimbangan energi dalam tubuh,
meningkatkan kerja sel tubuh sehingga fungsi tubuh akan membaik dan dapat
melakukan pemeliharaan dan perbaikan kesehatan.
Aktivasi cakra (pusat penyalur energi) dalam tubuh dapat menjaga
keseimbangan berbagai sistem dalam tubuh, hal ini dapat memelihara
kesehatan fisik dan mental manusia. Tujuan akhir aktivasi cakra ini adalah
menciptakan manusia yang sehat jiwa dan raga. Meski lebih banyak ditujukan
untuk tindakan preventif, aktivasi cakra juga dapat menyembuhkan gejala
penyakit yang disebut cakra healing
Sesuai namanya, chakra healing dapat menyembuhkan secara
langsung berbagai penyakit, meski terbatas pada penyakit ringan. Kalau
pusing, pilek atau stres, masih bisa ditanggulangi namun untuk penyakit berat
seperti kanker, gastritis kronis, gangguan jantung, dan lainnya, lazimnya
dikombinasikan dengan metode terapi lain. Penting untuk diingat bahwa reiki
bukan untuk terapi alternative kanker namun reiki adalah terapi komplementer
yang digunakan untuk meringankan efek samping dari terapi kanker.
Chakra healing memanfaatkan tenaga bioenergi yang terdapat dalam
tubuh manusia. Bioenergi ini merupakan tenaga vital yang mempunyai sifat
dasar hampir sama dengan energi lain seperti energi panas atau energi listrik.
Jika darah mengalir lewat pembuluh, bioenergi tadi mengalir lewat suatu
"lorong" yang dinamai meridian. Meridian ini berpangkal pada titik-titik
tertentu pada tubuh, membentuk pusat-pusat energi yang disebut cakra.

5. Akupuntur
Akupuntur adalah teknik terapi yang digunakan dalam terapi
tradisional Cina. Jarum-jarum yang sangat tajam digunakan untuk
menstimulasi titik-titik tertentu pada tubuh. Titik-titik ini terdapat pada jalur-
jalur energi yang disebut "meridian". Terapi akupuntur dirancang untuk
memperbaiki aliran dan keseimbangan energi sepanjang meridian-meridian
ini.
Terapi tradisional Cina memiliki sejarah lebih dari 2,500 tahun. Terapi
tradisional ini melihat tubuh manusia sebagai suatu sistim aliran energi. Ketika
aliran-aliran energi ini seimbang, maka tubuh tersebut sehat. Para praktisi
memeriksa denyut nadi pasien dan mengamati keadaan lidah mereka untuk
mendiagnosa ketidakimbangan energi. Dalam terapi Cina, denyut nadi dapat
diperiksa pada tiga lokasi di masing-masing pergelangan tangan, dan pada tiga
kedalaman pada masing-masing lokasi.
Penyakit tidak didefinisikan dengan gejala-gejala atau nama penyakit
seperti "infeksi HIV". Sebaliknya, seorang praktisi terapi Cina akan berbicara
mengenai ketidakimbangan energi. Bahasanya dapat kedengaran sangat aneh,
seperti "kekurangan yin" atau "peningkatan panas ginjal". Kata-kata Cina yin
dan yang menggambarkan energi yang saling bertolak-belakang yang
seharusnya tetap seimbang, dan Qi (dibaca "chi") secara kasar dapat diartikan
sebagai energi atau kekuatan hidup.
Dalam terapi tradisional Cina, terdapat banyak cara untuk
memperbaiki keseimbangan aliran energi tubuh. Teknik yang paling sering
digunakan di negara-negara barat adalah teknik senam seperti Qigong atau Tai
Chi, akupuntur (tusuk jarum), dan jamu.
Banyak praktisi terapi Cina mengkhususkan diri pada akupuntur atau
jamu. Sangat jarang yang menggunakan keduanya. Berdasarkan
ketidakimbangan energi klien, ahli akupuntur klien akan memilih titik
akupuntur untuk distimulir. Klien akan berbaring di atas dipan, bertelungkup
atau telentang. Jarum-jarum akan dimasukkan pada titik-titik tertentu. Klien
mungkin akan merasa sedikit sakit, kesemutan atau rasa kebal selagi jarum
ditusukkan. Jarum-jarum ini dibiarkan pada tempatnya selama 30 hingga 45
menit tergantung pada tujuan dari akupuntur itu. Selama itu, banyak orang
jatuh tertidur.
Klien mungkin juga mendapatkan perawatan tambahan selama
akupuntur untuk meningkatkan aliran energi klien. Jarum-jarum mungkin
distimulir dengan aliran listrik bertenaga sangat rendah (electroacupuncture).
Moxa adalah bahan lembut yang terdiri dari sejenis rempah mugwort kering.
Moxa mungkin diaplikasikan di atas jarum akupuntur atau bahkan secara
langsung di kulit. Moxa dibakar untuk menghasilkan rasa panas yang
menusuk. Hal ini disebut moxibustion.
Gelas-gelas bundar dapat digunakan untuk menghasilkan penyedotan
pada titik-titik tertentu (bekam). Penyedotan ini menstimulir aliran energi. Bila
gelas-gelas ini ditinggalkan pada kulit untuk waktu yang lama, akan ada bekas
berwarna merah.
Beberapa praktisi menggunakan manik-manik kecil atau jarum kecil
yang ditinggalkan pada kulit selama beberapa hari untuk memberi tekanan
pada titik akupuntur.
Beberapa orang merasa sedikit rasa sakit, kaku atau kesemutan ketika
jarum akupuntur ditusukkan. Dalam beberapa kasus yang jarang, orang akan
merasa pusing atau mual selama akupuntur. Klien mungkin akan
mengeluarkan beberapa tetes darah ketika jarum dicabut. Akupuntur memiliki
efek samping yang lebih sedikit dibandingkan dengan kebanyakan terapi –
terapi modern. Klien sebaiknya tidak melakukan akupuntur bila klien minum
minuman beralkohol satu jam sebelumnya, atau bila klien telah menggunakan
napza. Pastikan ahli akupuntur klien tahu bila klien hamil. Beberapa titik
akupuntur tidak boleh distimulir selama kehamilan.

6. Hipnoterapi
Di Indonesia, hipnosis sudah diakui sebagai salah satu alternatif
penyembuhan yang telah teruji kebenarannya. Bahkan hipnosis kedoteran
sudah menjadi seminar resmi bagi calon psikiater di FKUI. Sedangkan di
RSPAD Gatot Subroto sebagai pusat hipnosis kedokteran pertama,
menerapkan hipnodonsi (dental Hypnosis) untuk dokter gigi serta para
psikiaternya. Jadi, jangan takut untuk mencoba manfaat hipnoterapi.
Anggapan masarakat terhadap hipnoterapi sering diasumsikan sama
dengan metode gendam yang sering digunakan untuk praktek kejahatan,
keduanya memang sama menggunakan gelombang elektromanetik dan energi
dalam tubuh manusia, namun ada perbedaan mendasar dalam penerapannya.
Menurut Dr. Erwin, hipnoterapi bukanlah gendam atau ilmu sihir. Seperti
yang banyak digunakan dalam kasus kejahatan, korban dibuat tidak sadar dan
menyerahkan apa yang dimilikinya. Dalam hipnoterapi, si pasen dijadikan
subjek aktif yang dipandu secara sadar dan mau menerima apa yang di
lakukan terapis sehingga melakukan energinya sendiri untuk penyembuhan
dimaksud. Sedangkan dalam gendam yang terjadi adalah proses magnetisme,
yaitu si korban/pasien menjadi obyek pasif dan secara tidak sadar dipengaruhi
energi dari si pelaku kejahatan.

Cara Kerja Hipnoterapi


Istilah hipnoterapi mengacu dari kata “Hypno” bahasa Yunani berarti
tidur. Memang terapi penyembuhan hipnoterapi diawali dengan
mengkondisikan pasien dalam fase relaksasi (seperti orang tertidur) sebelum
dilakukan terapi inti. Hipnoterapi bekerja pada jiwa bawah sadar (alpha state)
manusia. Untuk membangkitkan jiwa bawah sadarnya, pasien dalam kondisi
relaksasi atau atau mengistirahatkan jiwa sadarnya. Saat jiwa sadarnya
beristirahat maka jiwa bawah sadarnya akan muncul. Dalam kondisi ini
rekaman bawah sadarnya seperti gangguan kesehatan yang dirasakan akan
diketahui. Rekaman bawah sadar yang salah atau keliru akan diperbaharui
dengan memberikan sugesti-sugesti positif oleh terapis melalui hipnoterapi.
Sugesti ini diberikan secara terus menerus hingga keadaan dimana rekaman
bawah sadar yang keliru menghilang dan digantikan oleh sugesti positif .
Tingkat keberhasilannya sugesti positif pada pasien berbeda masing-
masing orang. Tergantung ganguan berat-ringanya penyakit yang diderita serta
kemauan untuk sembuh dari dalam diri pasien. Hipnoterapi tidak bisa
langsung menyembuhkan dalam satu atau dua kali terapi, seperti kasus
kecanduan narkoba atau pasien ingin berhenti merokok. Jika kecanduan
narkoba atau merokok sudah sangat berat, untuk sembuh total proses terapi
bisa selama dua tahun. Untuk mempercepat kesembuhan, pasien juga harus
proaktif dan mempunyai kemauan yang kuat untuk sembuh. Dalam
hipnoterapi, terapis hanya berperan sebagai fasilitator, pasien harus kooperatif
dan sebagai subyek aktif. Agar proses terapi tepat sasaran, pasin harus benar-
benar memahami betul maksud dan tujuan hipnoterapi. Harus ada kesepakatan
antara pasien dan terapis, karena pasienlah sebenarnya yang paling tau apa
yang dideritanya, tutur dokter yang praktek di Klinik Prorevital di daerah
Cempaka Putih dan RSPAD Jakarta.
Hipnoterapi lebih efektif digunakan untuk mengobati ganguan
kesehatan yang sifatnya fungsional. Ganguan kesehatan karena defisiensi
organik dalam tubuh maupun defisiensi zat dari luar tubuh tidak bisa
disembuhkan. Seperti kasus kekurangan zat gizi tertentu, dehidrasi atau
ganguan penyakit kulit, tetap harus diobati dengan terapi medis yang lain,
tidak bisa dengan hipnoterapi. Begitu juga kasus trauma fisik seperti patah
tulang. Menangani penyakit akibat ganguan neurosis, seperti stres, depresi,
fobia, atau rasa cemas yang berlebihan.
Ganguan kejiwaan seperti stres lebih mudah disembuhkan dengan
hipnoterapi, dengan memberikan sugesti, pasien bisa ditenangkan.
Kebanyakan orang melakukan tindakan fisik untuk pencegahan dan
penyembuhan penyakit kejiwaan. Penyakit jenis ini lebih tepat diobati dengan
hipnoterapi, karena yang sakit bukan fisiknya namun jiwanya. Ganguan
bioplasmik juga bisa disembuhkan dengan hipnoterapi. Ganguan bioplasmik
biasanya ditandai dengan menurunnya ketahanan fisik dan mental.
Kelebihan hipnoterapi adalah murah, karena bisa dilakukan sendiri.
Hipnoterapi juga relatif lebih efektif menghilangkan rasa nyeri dibandingkan
terapi analgesik, termasuk morfin sekalipun. Hipnoterapi juga aman tanpa efek
negatif seperti efek ketergantungan. Walaupun relatif aman, hipnoterapi
mempunyai efek samping. Pada beberapa pasien bia menimbulkan abreaksi.
Suatu keadaan dimana pasien keluar dari rekaman bawah sadarnya secara
serentak. Akibatnya bisa menimbulkan rasa kekesalan atau kesedihan secara
berlebihan, reaksinya pasien bisa tidak terkendali, namun kondisi biasanya
tidak berlangsung lama dan bisa dikendalikan oleh terapis.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Terapi komplementer merupakan perawatan kesehatan yang tidak


termasuk dalam praktek terapi barat modern. Beberapa aplikasi dalam terapi
komplementer yaitu pijat bayi, terapi herbal, meditasi, exercise dan diet, reiki,
akupuntur dan hipnoterapi.

B. Saran

Setelah pembuatan makalah ini, diharapkan mahasiswa dapat


memahami Penerapan Terapi Komplementer dalam Asuhan Keperawatan
Keluarga
DAFTAR PUSTAKA

Fontaine, K.L. (2005). Complementary & alternative therapies for nursing


practice. 2th ed. New Jersey: Pearson Prentice Hall.

Stanhope, M. & Lancaster, J. (2004). Community & public health nursing.


6th ed. St. Louis: Mosby Inc.

Murdiyanti, D. (2019). Terapi Komplementer Konsep dan Aplikasi Dalam


Keperawatan. Bantul Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai