KELOMPOK 2
Ali Akbar Pramayana Mutiara Putri Sari
Andrea Marshanda Shintia Edrawita
Tessa Amelia Safitri
KELAS 3A
Dosen Pembimbing :
Tasman, S.Kp., M. Kep., Sp. Kom
D3 KEPERAWATAN PADANG
POLTEKKES KEMENKES RI PADANG
2021/2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga bisa menyelesaikan makalah ini
dengan tepat pada waktunya.
Dengan adanya makalah ini di harapkan dapat membantu dalam proses
pembelajaran dan dapat menambah pengetahuan para pembaca. Penulis juga tidak
lupa mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan
bantuan, dorongan dan doa.
Kami mengharap kritik dan saran untuk memperbaiki makalah kami ini,
karena banyak kekurangan dalam mengerjakan makalah ini.
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................................2
DAFTAR ISI..................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN..............................................................................................4
A. Latar Belakang...........................................................................................................4
B. Rumusan Masalah......................................................................................................5
C. Tujuan Penulisan.......................................................................................................5
BAB II TINJAUAN TEORITIS....................................................................................6
A. Terapi Komplementer................................................................................................6
B. Jenis-jenis Terapi Komplementer..............................................................................9
C. Penerapan Terapi Komplementer dalam Asuhan Keperawatan Keluarga..............11
BAB III PENUTUP......................................................................................................21
A. Kesimpulan..............................................................................................................21
B. Saran........................................................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................22
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
C. Tujuan Penulisan
A. Terapi Komplementer
2. Terapi herbal
Terapi Herbal atau yang sering disebut Herbalisme adalah penggunaan
tanaman obat untuk kemampuan terpeutik atas kemampuan terapinya untuk
menyembuhkan penyakit seseorang, sedangkan yang dimaksud dengan Herbal
adalah tanaman atau bagian tanaman yang memiliki nilai dikarenakan
memiliki khasiat terapi, aaromatik atau rasanya, dan orang yang menerapkan
terapi herbal dalam menangani pasiennya disebut Herbalis.
Terapi herbal adalah terapi yang paling tua sepanjang sejarah
kehidupan manusia. Setiap tempat kebudayaan memiliki pengetahuan tentang
herbal masing-masing. Berdasarkan pengalaman tuurun-temurun dan cara
mereka mengamati hewan yang memanfaatkan tanaman tersebut dengan
metode coba-coba (trial and error). Oang jaman dahulu menggunakan berbagai
tanaman yang ada di sekitarnya untuk digunakan sebagai obat.
Menjelang meillenium baru, terapi herbal mengalami masa
kebangkitannya dengan istilah "Back to Nature" kembali ke alam dan mulao
diterima sebagai komplemen/pendamping untuk terapi konvensional.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan 4 milyar atau sekitar
80% dari penduduk dunia pada saat ini menggunakan terapi herbal untuk
beberapa aspek dari kesehatan mereka. Sekitar 25% dari obat-obatan yang
diresepkan di Amerika Serikat saat ini mengandung sedikitnya satu bahan
aktif yang berasal dari tanaman. Menurut WHO pula, dari 119 obat-obatan
farmasi yang berasal dari tanaman sekitar 75 pasiean digunakan dalam terapi
modern dalam cara yang berkolerasi langsung dengan penggunaannya secara
tradisional dalam kultur pribumi asalnya. Perusahaan-perusahaan farmasi
terkemmuka dunia kini sedang giat-giatnya melakukan riset intensif mengenai
bahan tanaman yang dikumpulkn darai hutan hijau (rainforest) untuk diteliti
potensi terapinya.
4. Reiki
Reiki merupakan salah satu dari 1800 jenis terapi komplementer yang
ada di dunia. Reiki ditemukan pertama kali oleh Mikao Usui pada tahun 1922.
Reiki berasal dari bahasa Jepang yaitu rei yang artinya alam semesta dan ki
yang berarti energi kehidupan, jadi reiki berarti energi alam semesta yang
dikarunia Tuhan sang maha pencipta kepada manusia yang diperoleh sejak ia
dilahirkan. Energi ini dapat digunakan untuk memelihara kesehatan serta
menyembuhkan diri sendiri ataupun orang lain.
Teknik Penyembuhan reiki adalah teknik penyembuhan sangat
sederhana dan mudah dipelajari oleh semua orang hanya dalam waktu inisiasi
30-45 menit dan langsung dapat digunakan untuk menyembuhkan diri sendiri
maupun orang lain yang bersifat permanen. Kemampuan reiki bisa diperoleh
seketika melalui proses attunement/penyelarasan atau inisiasi yang dilakukan
oleh reiki master. Setelah dilakukan proses penyelarasan energi terhadap
sumber energi alam semesta oleh reiki master, secara langsung seseorang
memiliki kemampuan memanfaatkan energi reiki. Cara menggunakanya
energi reiki sangat mudah, hanya meniatkan akan menggunakan energi reiki
dan meletakkan tangan pada cakra (pintu gerbang energi tubuh) atau bagian
tubuh yang sakit.
Proses attunement akan memberi efek detokfisikasi pada fisik,
biasanya berupa kelebihan energi yang disertai tanda-tanda rasa panas,
mengantuk, meningkatnya frekuensi buang air kecil maupun besar.
Detokfisikasi ini akan diakhiri dengan rasa bugar, tenang dan nyaman
sesudahnya. Pada attunement tingkat kedua, detoksifikasi terjadi pada lapisan
mental dan emosional sehingga pembawaan lebih sabar dan tenang. Terakhir
adalah attunement tingkat master, pada tahap ini detoksifikasi akan terjadi
pada lapisan spiritual. Biasanya akan lebih mendekatkan diri kepada Tuhan,
lebih tenang dan mempunyai kepekaan yang tinggi.
Praktisi reiki atau master reiki merupakan mediator untuk mengalirkan
energi alam kedalam tubuh manusia melalui kedua tangannya. Tubuh manusia
tersusun atas tubuh fisik dan non fisik yang saling berhubungan, saat tubuh
non fisik terganggu maka tubuh fisikpun akan tergangu. Terapi reiki tidak
langsung ke ditujukan pada bagian fisik tubuh melainkan dialirkan dalam
bentuk gelombang elektro magnetik melalui medan radiasi tubuh atau aura.
Saat melakukan penyembuhan, seorang praktisi reiki akan menyerap energi
reiki dari alam semesta dan menyalurkannya ke tubuh nonfisik si pasien
melalui cakra/pintu gerbang energi yang ada dalam tubuh manusia. Hasil yang
diharapkan adalah terjadi keselarasan/keseimbangan energi dalam tubuh,
meningkatkan kerja sel tubuh sehingga fungsi tubuh akan membaik dan dapat
melakukan pemeliharaan dan perbaikan kesehatan.
Aktivasi cakra (pusat penyalur energi) dalam tubuh dapat menjaga
keseimbangan berbagai sistem dalam tubuh, hal ini dapat memelihara
kesehatan fisik dan mental manusia. Tujuan akhir aktivasi cakra ini adalah
menciptakan manusia yang sehat jiwa dan raga. Meski lebih banyak ditujukan
untuk tindakan preventif, aktivasi cakra juga dapat menyembuhkan gejala
penyakit yang disebut cakra healing
Sesuai namanya, chakra healing dapat menyembuhkan secara
langsung berbagai penyakit, meski terbatas pada penyakit ringan. Kalau
pusing, pilek atau stres, masih bisa ditanggulangi namun untuk penyakit berat
seperti kanker, gastritis kronis, gangguan jantung, dan lainnya, lazimnya
dikombinasikan dengan metode terapi lain. Penting untuk diingat bahwa reiki
bukan untuk terapi alternative kanker namun reiki adalah terapi komplementer
yang digunakan untuk meringankan efek samping dari terapi kanker.
Chakra healing memanfaatkan tenaga bioenergi yang terdapat dalam
tubuh manusia. Bioenergi ini merupakan tenaga vital yang mempunyai sifat
dasar hampir sama dengan energi lain seperti energi panas atau energi listrik.
Jika darah mengalir lewat pembuluh, bioenergi tadi mengalir lewat suatu
"lorong" yang dinamai meridian. Meridian ini berpangkal pada titik-titik
tertentu pada tubuh, membentuk pusat-pusat energi yang disebut cakra.
5. Akupuntur
Akupuntur adalah teknik terapi yang digunakan dalam terapi
tradisional Cina. Jarum-jarum yang sangat tajam digunakan untuk
menstimulasi titik-titik tertentu pada tubuh. Titik-titik ini terdapat pada jalur-
jalur energi yang disebut "meridian". Terapi akupuntur dirancang untuk
memperbaiki aliran dan keseimbangan energi sepanjang meridian-meridian
ini.
Terapi tradisional Cina memiliki sejarah lebih dari 2,500 tahun. Terapi
tradisional ini melihat tubuh manusia sebagai suatu sistim aliran energi. Ketika
aliran-aliran energi ini seimbang, maka tubuh tersebut sehat. Para praktisi
memeriksa denyut nadi pasien dan mengamati keadaan lidah mereka untuk
mendiagnosa ketidakimbangan energi. Dalam terapi Cina, denyut nadi dapat
diperiksa pada tiga lokasi di masing-masing pergelangan tangan, dan pada tiga
kedalaman pada masing-masing lokasi.
Penyakit tidak didefinisikan dengan gejala-gejala atau nama penyakit
seperti "infeksi HIV". Sebaliknya, seorang praktisi terapi Cina akan berbicara
mengenai ketidakimbangan energi. Bahasanya dapat kedengaran sangat aneh,
seperti "kekurangan yin" atau "peningkatan panas ginjal". Kata-kata Cina yin
dan yang menggambarkan energi yang saling bertolak-belakang yang
seharusnya tetap seimbang, dan Qi (dibaca "chi") secara kasar dapat diartikan
sebagai energi atau kekuatan hidup.
Dalam terapi tradisional Cina, terdapat banyak cara untuk
memperbaiki keseimbangan aliran energi tubuh. Teknik yang paling sering
digunakan di negara-negara barat adalah teknik senam seperti Qigong atau Tai
Chi, akupuntur (tusuk jarum), dan jamu.
Banyak praktisi terapi Cina mengkhususkan diri pada akupuntur atau
jamu. Sangat jarang yang menggunakan keduanya. Berdasarkan
ketidakimbangan energi klien, ahli akupuntur klien akan memilih titik
akupuntur untuk distimulir. Klien akan berbaring di atas dipan, bertelungkup
atau telentang. Jarum-jarum akan dimasukkan pada titik-titik tertentu. Klien
mungkin akan merasa sedikit sakit, kesemutan atau rasa kebal selagi jarum
ditusukkan. Jarum-jarum ini dibiarkan pada tempatnya selama 30 hingga 45
menit tergantung pada tujuan dari akupuntur itu. Selama itu, banyak orang
jatuh tertidur.
Klien mungkin juga mendapatkan perawatan tambahan selama
akupuntur untuk meningkatkan aliran energi klien. Jarum-jarum mungkin
distimulir dengan aliran listrik bertenaga sangat rendah (electroacupuncture).
Moxa adalah bahan lembut yang terdiri dari sejenis rempah mugwort kering.
Moxa mungkin diaplikasikan di atas jarum akupuntur atau bahkan secara
langsung di kulit. Moxa dibakar untuk menghasilkan rasa panas yang
menusuk. Hal ini disebut moxibustion.
Gelas-gelas bundar dapat digunakan untuk menghasilkan penyedotan
pada titik-titik tertentu (bekam). Penyedotan ini menstimulir aliran energi. Bila
gelas-gelas ini ditinggalkan pada kulit untuk waktu yang lama, akan ada bekas
berwarna merah.
Beberapa praktisi menggunakan manik-manik kecil atau jarum kecil
yang ditinggalkan pada kulit selama beberapa hari untuk memberi tekanan
pada titik akupuntur.
Beberapa orang merasa sedikit rasa sakit, kaku atau kesemutan ketika
jarum akupuntur ditusukkan. Dalam beberapa kasus yang jarang, orang akan
merasa pusing atau mual selama akupuntur. Klien mungkin akan
mengeluarkan beberapa tetes darah ketika jarum dicabut. Akupuntur memiliki
efek samping yang lebih sedikit dibandingkan dengan kebanyakan terapi –
terapi modern. Klien sebaiknya tidak melakukan akupuntur bila klien minum
minuman beralkohol satu jam sebelumnya, atau bila klien telah menggunakan
napza. Pastikan ahli akupuntur klien tahu bila klien hamil. Beberapa titik
akupuntur tidak boleh distimulir selama kehamilan.
6. Hipnoterapi
Di Indonesia, hipnosis sudah diakui sebagai salah satu alternatif
penyembuhan yang telah teruji kebenarannya. Bahkan hipnosis kedoteran
sudah menjadi seminar resmi bagi calon psikiater di FKUI. Sedangkan di
RSPAD Gatot Subroto sebagai pusat hipnosis kedokteran pertama,
menerapkan hipnodonsi (dental Hypnosis) untuk dokter gigi serta para
psikiaternya. Jadi, jangan takut untuk mencoba manfaat hipnoterapi.
Anggapan masarakat terhadap hipnoterapi sering diasumsikan sama
dengan metode gendam yang sering digunakan untuk praktek kejahatan,
keduanya memang sama menggunakan gelombang elektromanetik dan energi
dalam tubuh manusia, namun ada perbedaan mendasar dalam penerapannya.
Menurut Dr. Erwin, hipnoterapi bukanlah gendam atau ilmu sihir. Seperti
yang banyak digunakan dalam kasus kejahatan, korban dibuat tidak sadar dan
menyerahkan apa yang dimilikinya. Dalam hipnoterapi, si pasen dijadikan
subjek aktif yang dipandu secara sadar dan mau menerima apa yang di
lakukan terapis sehingga melakukan energinya sendiri untuk penyembuhan
dimaksud. Sedangkan dalam gendam yang terjadi adalah proses magnetisme,
yaitu si korban/pasien menjadi obyek pasif dan secara tidak sadar dipengaruhi
energi dari si pelaku kejahatan.
A. Kesimpulan
B. Saran