Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH KEPERAWATAN KELUARGA

“KELUARGA SEJAHTERA”

KELOMPOK 2
Ali Akbar Pramayana Mutiara Putri Sari
Andrea Marshanda Shintia Edrawita
Tessa Amelia Safitri

KELAS 3A

Dosen Pembimbing :
Ns. Lola Felnanda Amri, S.Kep.M.Kep.

D3 KEPERAWATAN PADANG
POLTEKKES KEMENKES RI PADANG
2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga bisa menyelesaikan makalah ini
dengan tepat pada waktunya.
Dengan adanya makalah ini di harapkan dapat membantu dalam proses
pembelajaran dan dapat menambah pengetahuan para pembaca. Penulis juga tidak
lupa mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan
bantuan, dorongan dan doa.
Kami mengharap kritik dan saran untuk memperbaiki makalah kami ini,
karena banyak kekurangan dalam mengerjakan makalah ini.

Padang, 2 Agustus 2021

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................................2
DAFTAR ISI.................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................3
A. LATAR BELAKANG...............................................................................................3
B. TUJUAN PENULISAN............................................................................................4
C. RUMUSAN MASALAH..........................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN..............................................................................................5
A. KONSEP KELUARGA SEJAHTERA.....................................................................5
B. TAHAPAN KELUARGA BERENCANA................................................................7
C. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KESEJAHTERAAN KELUARGA.........10
D. KEMISKINAN........................................................................................................11
BAB III PENUTUP....................................................................................................14
A. KESIMPULAN.......................................................................................................14
B. SARAN....................................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................15
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Konsep keluarga sejahtera dikeluarkan oleh BKKBN. Keberhasilan gerakan


KB menurunkan angka kelahiran (TFR). Jumlah rata-rata anak per keluarga
berkurang dari 5.6 orang di th 1970 menjadi 2.78 per keluarga di th 1997 (SDKI,
1997). Keluarga berencana ini bertujuan mewujudkan keluarga sejahtera dengan dasar
Undang-Undang Nomor 10 tahun 1992 yang dikeluarkan 16 april 2002. Gerakan
keluarga berencana berkembang dengan baik. Gerakan pembangunan keluarga
sejahtera. Hari keluarga nasional: 29 juni. Pasal 4 UU No. 12 tahun 1992, tujuan
pembangunan keluarga sejahtera: mengembangkan kualitas keluarga; timbul rasa
nyaman dan tenteram; harapan masa depan lebih baik; mewujudkan kesejahteraan
lahir bathin.
Pembangunan keluarga sejahtera yang dicanangkan pemerintah melalui
BKKBN dilakukan melalui tiga gerakan yaitu : 1) gerakan reproduksi keluarga
sejahtera, didalamnya termasuk peningkatan kualitas pelayanan Keluarga Berencana
(KB), gerakan keluarga sehat sejahtera dan pembinaan ketahanan reproduksi dan
kehidupan suami istri yang harmonis, 2) gerakan ekonomi keluarga sejahtera yang
memihak kepada keluarga yang fungsi ekonominya lemah dengan melakukan
pemberdayaan ekonomi keluarga miskin, serta 3) gerakan ketahanan keluarga
sejahtera yang diarahkan untuk meningkatkan kemandirian dan ketahanan keluarga
dalam mengembangkan keluarga yang sejahtera (BKKBN,1996)

B. TUJUAN PENULISAN

1. Tujuan umum
Mahasiswa dapat memahami keluarga sejahtera

2. Tujuan khusus
a. Mahasiswa dapat memahami konsep keluarga sejahtera
b. Mahasiswa dapat menjelaskan tahapan beserta indikator keluarga
sejahtera
c. Mahasiswa dapat menjelaskan faktor yang mempengaruhi kesejahteraan
keluarga
d. Mahasiswa dapat menjelaskan tentang kemiskinan

C. RUMUSAN MASALAH

Adapun rumusan masalah yang akan penulis utarakan dalam pembahasan di


dalam makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Apakah konsep keluarga sejahtera?
2. Apa saja tahapan keluarga sejahtera?
3. Apa saja faktor yang mempengaruhi kesejahteraan keluarga?
4. Apa yang dimaksud kemiskinan?
BAB II
PEMBAHASAN

A. KONSEP KELUARGA SEJAHTERA

1. Keluarga Sejahtera
Keluarga yang dibentuk berdasarkan perkawinan yang sah; mampu
memenuhi kebutuhan hidup spirituil dan materil yang layak; bertaqwa kepada
tuhan yme; memiliki hubungan yang sama, selaras, seimbang antar anggota
keluarga dengan masyarakat dan lingkungan.
Keluarga yang dibentu berdasarkan atas perkawinan yang sah, mampu
memenuhi kebutuhan hidup spiritual dan material yang layak, bertakwa kepada
Tuhan YME, memiliki hubungan serasi, selaras, dan seimbang antar anggota dan
antar keluarga dengan mayarakat dan lingkungan. Yang dimaksud keluarga
sejahtera adalah suatu kondisi dimana para keluarga-keluarga di dalam
masyarakat telah dapat memenuhi seluruh kebutuhannya, baik yang bersifat dasar
(atl: sandang, pangan, papan, keehatan, pendidikan, lapangan kerja, serta ibadah
dan muamalah), sosial, psikologis, maupun yang bersifat perkembangan serta
telah dapat memberikan sumbangan nyata dan berkelanjutan bagi masyarakat.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Kesejahteraan adalah
keadaan sejahtera, aman, selamat, dan tentram. Kesejahteraan merupakan suatu
hal yang bersifat subjektif, sehingga setiap keluarga atau individu di dalamnya
yang memiliki pedoman, tujuan, dan cara hidup yang berbeda akan memberikan
nilai yang berbeda tentang faktor- faktor yang menentukan tingkat kesejahteraan
(BKKBN, 2015).
Kesejahteraan adalah suatu kondisi dimana seluruh kebutuhan jasmani
dan rohani dari rumah tangga tersebut dapat dipenuhi sesuai dengan tingkat
hidup. (Badan Pusat Statistik. 2014)
Keluarga Sejahtera adalah keluarga yang dibentuk berdasarkan atas
perkawinan yang sah, mampu memenuhi kebutuhan hidup spiritual dan materil
yang layak, bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, memiliki hubungan yang
serasi, selaras dan seimbang antar anggota dan antar keluarga dengan masyarakat
dan lingkungan. (Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 52 tahun 2009).

2. Keluarga
Unit terkecil dalam masyarakat terdiri atas suami-istri atau suami-istri dan
anaknya, atau ayah dan anaknya, atau ibu dan anaknya.

3. Keluarga Berencana
Upaya peningkatan kepedulian dan peran serta masyarakat melalui
pendewasaan usia perkawinan; pengaturan kelahiran; pembinaan ketahanan
keluarga; peningkatan kesejahteraan untuk mewujudkan keluarga kecil, bahagia,
sejahtera

4. Kualitas Keluarga
Kondisi keluarga mencakup aspek pendidikan, kesehatan, ekonomi, sosial
budaya, kemandirian keluarga, mental, spiritual, dan nilai-nilai agama merupakan
dasar mencapai keluarga sejahtera.

B. TAHAPAN KELUARGA BERENCANA

BKKBN mendefinisikan keluarga berdasarkan konsep/pendekatan


kesejahteraan keluarga, yaitu dengan membagi kriteria keluarga ke dalam lima
tahapan, yaitu keluarga prasejahtera (KPS), keluarga sejahtera I (KS I), keluarga
sejahtera II (KS II), keluarga sejahteraIII (KS III), dan keluarga sejahtera III plus (KS
III Plus). Aspek keluarga sejahtera dikumpulkan dengan menggunakan 21 indikator
sesuai dengan pemikiran para pakar sosiologi dalam membangun keluarga sejahtera
dengan mengetahui faktor- faktor dominan yang menjadi kebutuhan setiap keluarga.
Faktor- faktor dominan tersebut terdiri dari : pemenuhan kebutuhan dasar, pemenuhan
kebutuhan psikologi, kebutuhan pengembangan dan kebutuhan aktualisasi diri dalam
berkontribusi bagi masyarakat di lingkungannya. Dalam hal ini, kelompok yang
dikategorikan penduduk miskin oleh BKKBN adalah KPS dan KS I.

1. Keluarga pra sejahtera


Keluarga yang belum dapat memenuhi kebutuhan dasarnya secara
minimal atau belum seluruhnya terpenuhi, seperti: spritual, pangan, sandang,
papan, kesehatan dan KB. Contoh kebutuhan dasar:
1) Melaksanakan ibadah menurut agama oleh masing-masing anggota
keluarga
2) Pada umumnya keluarga seluruh anggota keluarga makan dua kali per
hari
3) Seluruh anggota keluarga memiliki pakaian berbeda di rumah, bekerja,
sekolah & berpergian
4) Bagian terluas dari lantai rumah bukan dari tanah
5) Bila anak sakit dan atau pasangan usia subur ingin ber KB dibawa ke
sarana kesehatan
Keluarga prasejahtera yaitu keluarga yang belum dapat memenuhi
kebutuan dasarnya seperti kebutuhan agama, pangan, sandang dan kesehatan.
Bila ada salah satu dalam item kelompok I tidak terpenuhi.

2. Keluarga sejahtera I
Keluarga yang telah dapat memenuhi kebutuhan dasarnya secara
minimal, tetapi belum dapat memenuhi kebutuhan sosial psiologisnya, seperti
pendidikan, KB, interaksi dalam keluarga, interaksi lingkungan tempat tinggal,
dan transportasi. Pada keluarga sejahtera I, kebutuhan dasar (1-5) telah
terpenuhi Contoh kebutuhan sosial psikologis:
1) Anggota belum melaksanakan ibadah secara teratur
2) Paling sedikit satu minggu sekali, keluarga menyediakan
daging/ikan/telor
3) Seluruh anggota keluarga memperoleh paling kurang satu stel pakaian
baru per tahun
4) Luas lantai rumah paling kurang 8 meter persegi untuk tiap penghuni
rumah
5) Seluruh anggota keluarga dalam tiga bulan terakhir dalam keadaan sehat
6) Paling urang satu anggota keluarga yang berumur 15 tahun keatas
berpenghasilan tetap
7) Seluruh anggota keluarga yang berumur 10-60 tahun bisa baca tulis
huruf latin
8) Seluruh anak usia 5-15 tahun bersekolah pada saat ini
9) Bila anak hidup dua tau lebih, keluarga yang masih pasangan usia subur
memakai ontraepsi (kecuali sedang hamil)
Keluarga sejahtera tahap I adalah keluarga yang telah dapat memenuhi
kebutuhan dasar, tetapi belum dapat memenuhi kebutuhan sosial psikologinya.
Bila sebuah keluarga memenuhi semua kriteria seperti tertuang dalam item-
item kelompok I tetapi salah satu kriteria dari tahap II belum terpenuhi.

3. Keluarga sejahtera II
Keluarga yang telah dapat memenuhi kebutuhan dasarnya & kebutuhan
sosial psiologisnya (1-14), tetapi belum dapat memenuhi kebutuhan
pengembangan, seperti kebutuhan untuk menabung & memperoleh informasi
Contoh kebutuhan pengembangan:
1) Memenuhi upaya untuk meningkatkan pengetahuan agama
2) Sebagian penghailan dapat disisihkan untuk tabungan keluarga
3) Biasanya makan bersama paling kurang sekali sehari & kesempatan itu
dapat dimanfaatkan untuk berkomunikasi antar anggota keluarga
4) Ikut serta dalam kegiatan masyarakat di lingkungan tempat tinggalnya
5) Mengadakan rekreasi di luar rumah paling kurang satu kali per enam
bulan
6) Dapat memperoleh berita dari surat kabar/radio/TV/majalah
7) Anggota keluarga mampu menggunakan sarana transportai sesuai
kondisi rumah
Keluarga sejahtera tahap II yaitu keluarga-keluarga yang dapat
memenuhi seluruh kebutuhan dasar dan kebutuhan sosial psikolo ginya, tetapi
belum dapat memenuhi kebutuhan perkembangannya seperti menabung dan
memperoleh informasi. Jika keluarga tersebut memnuhi semua kriteria tahap I
dan II. Tetapi salah satu dari kriteria tahap III belum terpenuhi.

4. Keluarga sejahtera III


Keluarga yang telah dapat memenuhi seluruh kebutuhan dasar, sosial-
psiologis, dan pengembangan (1-21), tetapi belum dapat memberikan
sumbangan yang teratur bagi masyarakat atau kepedulian sosialnya belum
terpenuhi, seperti sumbangan materi, dan berperan aktif dalam kegiatan
masyarakat Contoh:
1) Secara teratur atau pada waktu tertentu dengan suka rela memberikan
sumbangan bagi kegiatan sosial masyarakat dalam bentuk materi
2) Kepala keluarga atau anggota keluarga aktif sebagai pengurus
perkumpulan/yayasan/institusi masyarakat
Keluarga sejahtera tahap III yaitu keluarga yang dapat memenuhi
kebutuhan dasar, kebutuhan sosial psikologis, dan kebutuhan pengembangan
namun belum dapat memenuhi kebutuhan akuntabilitas diri. Bila keluarga
tersebut telah memenuhi kriteria tahap I, II, III.

5. Keluarga sejahtera III Plus


Keluarga yang telah dapat memenuhi seluruh kebutuhan dasar, sosial-
psikologis, pengembangan, dan telah dapat memberikan sumbangan yang
teratur dan berperan aktif dalam kegiatan kemasyarakatan atau memiliki
kepedulian sosial yang tinggi (1- 23)
Keluarga sejahtera tahap III plus yaitu keluarga yang dapat memenuhi
seluruh kebutuhan, meliputi kebutuhan dasar, sosial psikologis, dan
pengembangan, serta dapat memenuhi kebutuhan akuntabilitas diri. Bila
keluarga telah mampu memenuhi kriteria tahap I, II, III dan III+.

C. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KESEJAHTERAAN KELUARGA

1. Faktor Internal
a) Jumlah Anggota Keluarga
Zaman sekarang tuntutan keluarga semakin meningkat, tidak
hanya cukup dengan kebutuhan primer (sandang, pangan, papan,
pendidikan) tetapi kebutuhan lainnya seperti hiburan, rekreasi, sarana
ibadah, sarana untuk transportasi dan lingkungan yang serasi.
Kebutuhan ini akan lebih memungkinkan dapat terpenuhi jika jumlah
anggota dalam keluarga sedikit.
b) Tempat Tinggal
Suasana tempat tinggal sangat mempengaruhi kesejahteraan
keluarga. Tempat tinggal yang diatur sesuai selera keindahan, bersih,
aman akan menimbulkan suasana yang tenang. Sebaliknya tempat
tinggal yang tidak teratur dan kotor tidak jarang akan menimbulkan
suasana kebosanan. Kadang-kadang sering terjadi ketegangan antara
anggota keluarga karena tidak memperoleh rasa nyaman dan tentram
akibat tempat tinggal yang membuat kacaunya pikiran.
c) Keadaan Sosial Ekonomi Keluarga
Keadaan sosial dalam keluarga dapat dikatakan baik atau
harmonis, bilamana ada hubungan yang baik dan benar-benar didasari
ketulusan hati dan rasa kasih sayang antara anggota keluarga.
Manifestasi daripada hubungan hubungan yang benar-benar didasari
ketulusan hati dan rasa penuh kasih sayang, nampak dengan adanya
saling hormat menghormati, toleransi, bantu membantu dan saling
mempercayai. Ekonomi dalam keluarga meliputi keuangan dan
sumber-sumber yang dapat meningkatkan taraf hidup anggota
keluarga. Semakin banyak sumber keuangan atau pendapatan yang
diterima maka akan meningkatkan taraf hidup keluarga. Adapun
sumber keuangan/pendapatan dapat diperoleh dari menyewakan tanah,
pekerjaan lain diluar berdagang, dsb(BKKBN, 2015).

2. Faktor Eksternal
Kesejahteraan keluarga perlu dipelihara dan terus dikembangkan agar
tidak terjadi kegoncangan dan ketegangan jiwa diantara anggota keluarga
karena hal ini dapat mengganggu kenyamanan kehidupan dan kesejahteraan
keluarga. Faktor yang dapat mengakibatkan kegoncangan jiwa atau
ketentraman batin anggota keluarga yang datang dari luar lingkungan keluarga
antara lain:
a) Faktor Manusia
Iri hati dan fitnah, ancaman fisik, pelanggaran norma
b) Faktor Alam
Bahaya alam, kerusuhan, dan berbagai macam virus penyakit.
c) Faktor Ekonomi Negara
Pendapatan tiap penduduk atau income perkapita rendah, inflasi.
(BKKBN, 2015)

D. KEMISKINAN

1. Keluarga Miskin (Poor and homeless persons)


Miskin: sedikit atau tidak ada barang yang dimiliki atau tidak
adekuatnya jangkauan terhadap sumber-sumber keluarga dan komunitas
(Allender & Spradley, 2005). Poverty is a lack of basic human needs, such as
adequate and nutritious food, clothing, housing, clean water, and health
services (Corbett, http://encarta.msn.com).
Miskin/kemiskinan merupakan kondisi serba kekurangan dalam
memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari agar dapat bertahan untuk hidup.
Kebutuhan mencakup pangan, sandang dan papan dan pelayanan kesehatan
dasar yang tidak dapat dipenuhi secara mandiri oleh individu atau keluarga.

2. Ciri-Ciri Keluarga Miskin


1) Pendapatan yang sangat rendah, tidak ada simpanan aset, tidak memiliki
jaringan kekuasaan, status pendidikan dan pekerjaan sangat rendah dan
beresiko (Allender & Spradley, 2005)
2) Luas lantai hunian kurang dari 8 m2 per anggota keluarga; jenis lantai
sebagian besar tanah; tidak memiliki fas air bersih, tidak ada
jamban;konsumsi lauk pauk tdk bervariasi; tidak mampu membeli
pakaian baru minimal 1 thn sekali; dinding rumah terbuat dari papan
atau triplek (BPS, 2004, diadop dari Konsep Keluarga Sejahtera)
3) Rumah tangga yang memiliki penghasilan kurang dari 2 dollar per hari
(Bappenas, 2007)

3. Dampak Kemiskinan terhadap kesehatan (Allender & Spradley, 2005)


1) Meningkatnya angka kesakitan dan kematian
2) 2. Menurunnya jangkauan pelayanan kesehatan

4. Pelaksanaan Pembangunan Keluarga Sejahtera


Pokok-Pokok Kegiatan
1) Pembinaan ketahanan fisik keluarga
2) Pembinaan ketahanan non fisik keluarga
3) Pelayanan KB
4) Pendataan keluarga sejahtera

5. Kriteria BPS Keluarga Miskin


1) Luas lantai bangunan tempat tinggal kurang dari 8 m persegi per orang
2) Jenis lantai bangunan tempat tinggal terbuat dari tanah/bambu/kayu
murahan
3) Jenis dinding tempat tinggal terbuat dari bambu/rumbia/kayu berkualitas
rendah/tembok tanpa plester
4) Tidak memiliki fasilitas untuk buang air besar/bersama-sama dengan
rumah tangga lain
5) Sumber penerangan rumah tangga tidak menggunakan listrik
6) Sumber air minum berasal dari sumur/mata air tidak
terlindung/sungai/air hujan
7) Bahan bakar untuk memasak sehari-hari adalah kayu
bakar/arang/minyak tanah
8) Hanya mengkonsumsi daging/susu/ayam satu kali dalam seminggu
9) Hanya membeli satu stel pakaian baru dalam setahun
10) Hanya sanggup makan sebanyak satu/dua kali dalam sehari
11) Hanya sanggup makan satu/dua kali dalam sehari
12) Tidak sanggup membayar biaya pengobatan di puskesmas/poliklinik70
13) Sumber penghasilan kepala keluarga adalah petani dengan luas lahan 0.5
ha; buruh tani; nelayan; buruh bangunan; buruh perkebunan atau
pekerjaan lainnya dengan pendapatan dibawah rp. 600.000 per bulan
14) Pendidikan tertinggi kepala keluarga: tidak sekolah/tidak tamat sd/ hanya
sd
15) Tidak memiliki tabungan /barang yang mudah dijual seperti sepeda
motor(kredit/non kredit), emas, ternak, kapal motor, atau barang modal
lainnya.
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Keluarga Sejahtera adalah Keluarga yang dibentuk berdasarkan perkawinan


yang sah; mampu memenuhi kebutuhan hidup spirituil dan materil yang layak;
bertaqwa kepada tuhan yme; memiliki hubungan yang sama, selaras, seimbang antar
anggota keluarga dengan masyarakat dan lingkungan.
BKKBN mendefinisikan keluarga berdasarkan konsep/pendekatan
kesejahteraan keluarga, yaitu dengan membagi kriteria keluarga ke dalam lima
tahapan, yaitu keluarga prasejahtera (KPS), keluarga sejahtera I (KS I), keluarga
sejahtera II (KS II), keluarga sejahteraIII (KS III), dan keluarga sejahtera III plus (KS
III Plus).

B. SARAN

Setelah pembuatan makalah ini, diharapkan mahasiswa dapat memahami


konsep keluarga sejahtera, tahapan keluarga sejahtera beserta indikatornya.
DAFTAR PUSTAKA

Handayani, A. 2018. Membina keluarga sejahtera melalui penerapan 8 fungsi


keluarga. Bojonegoro. Volume 2, no 1

Harnilawati. 2013. Konsep dan Proses Keperawatan Keluarga. Sulawesi Selatan :


Pustaka As Salam

Kemenkes RI. (…). Pedoman penerapan model pelayanan keperawatan keluarga di


rumah

Kholifah, Siti nur, dkk. 2016. Keperawatan Keluarga dan Komunitas. Jakarta selatan :
PUSDIK SDM Kesehatan

Kholifah, Asih, dkk. (…). MODUL PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN


KELUARGA. Surabaya : Politeknik Kesehatan Surabaya

Kuswardinah, Asih. 2016. DETERMINAN PEMBENTUK KELUARGA


SEJAHTERA BAGI KELUARGA MISKIN.. . Semarang. Volume 6, no 3

Mertajaya, I Made, dkk. 2019. MODUL I PERKULIAHAAN KEPERAWATAN


KELUARGA KONSEP KEPERAWATAN KELUARGA. Jakarta:
FAKUTAS VOKASI PRODI D III KEPERAWATAN UKI

Nofalia, Ifa, dkk. 2018. MODUL PEMBELAJARAN KEPERAWATAN


KELUARGA. Jombang : Icme Press

Sunarti, Euis. 2006. Indikator keluarga sejahtera : sejarah pengembangan, evaluasi,


dan keberlanjutannya. Bogor : IPB

UU NO.10 tahun 1992 tentang perkembangan kependudukan dan pembangunan


keluarga sejahtera

Anda mungkin juga menyukai