Anda di halaman 1dari 22

TREND DAN ISSUE KEPERAWATAN KELUARGA

PRASEKOLAH

Kelompok5

Anggit Wahyu Kuncoro (181030100222)

Cut Priscillia Fajri (181030100251)

Wiwi (181030100243)

Prodi SI Keperawatan

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHAN WIDYA DHARMA HUSADA

Jl.Padjajaran No.1 Pamulang Tanggerang Selatan

Banten 15417

1
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya kami
tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga
terlimpahcurahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-
natikan syafa’atnya di akhirat nanti.
Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya, baik itu
berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu untuk menyelesaikan
pembuatan makalah sebagai tugas dari mata kuliah keperawatan keluarga yang berjudul "Trend
Dan Issue Keperawatan Keluarga Prasekolah".

Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih
banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis mengharapkan
kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi
makalah yang lebih baik lagi. Kemudian apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini
penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terimakasih.

Pamulang, 08 Desember2021

Penulis

2
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL................................................................................................................ 1
KATA PENGANTAR.............................................................................................................. 2
DAFTAR ISI............................................................................................................................ 3
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................................... 4
A. Latar Belakang................................................................................................................... 4
B. Rumusan Masalah.............................................................................................................. 4
C. Tujuan................................................................................................................................. 4
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................................ 6
A. Trend dan Issue Keperawatan Keluarga Prasekolah.......................................................... 6
B. Pengertian Anak Prasekolah............................................................................................... 7
C. Pendidikan Anak Prasekolah.............................................................................................. 8
D. Ciri-ciri Anak Prasekolah................................................................................................... 9
E. Perkembangan Anak Usia Prasekolah................................................................................ 10
F. Karakteristik Bermain Prasekolah (Whaley & Wong, 2003)............................................. 14
G. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Bermain Anak............................................................ 15
BAB III PENUTUP................................................................................................................ 21
A. Kesimpulan......................................................................................................................... 21
B. Saran................................................................................................................................... 21
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................... 22

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Anak Prasekolah adalah anak yang berusia antara usia 3-6 tahun, serta biasanya sudah mulai
mengikuti program presschool (Dewi, Oktiawati, Saputri, 2015). Pada masa ini anak sedang
menjalani proses pertumbuhan dan perkembangan yang sangat pesat, sehingga membutuhkan
stimulasi yang intensif dari orang di sekelilingnya agar mempunyai kepribadian yang berkualitas
dalam masa mendatang (Muscari, 2005).
Menurut data Kemenkes RI (2014) populasi anak usia 1-4 tahun di Indonesia mencapai
sekitar 19,3 juta. Jumlah tersebut meliputi anak usia balita 1-4 tahun yang Indonesia. Kedepan
anak merupakan calon generasi penerus bangsa, oleh sebab itu kualitas tumbuh kembang balita
di Indonesia perlu mendapat perhatian khusus, salah satunya dengan upaya pembinaan yang
tepat akan berdampak pada pertumbuhan dan perkembangan anak yang berkualitas salah satunya
dengan memberikan stimulasi secara intensif, deteksi dan intervensi dini sangat tepat di lakukan
sedini mungkin untuk mengetahui penyimpangan pertumbuhan perkembangan balita.Anak
prasekolah memiliki masa keemasan (the golden age) dalam perkembanganya disertai dengan
terjadinya pematangan fungsi-fungsi fisik dan psikis yang siap merespon dari berbagai aktivitas
yang terjadi dilingkunganya.

B. Rumusan Masalah
1. Apa Definisi dari tren dan isu dalam keperawatan keluarga prasekolah?
2. Apa saja ciri - ciri dalam keperawatan Keluarga prasekolah
3. Apa saja karakteristik keperawatan keluarga prasekolah
4. Apa saja Perkembangan KeperawatanKeluarga prasekolah?
5. Bagaimana kemampuan Keperawatan Keluarga dalam bidang pelayanan?

C.Tujuan
1. Mengetahui pengertian trend dan isu dalam keperawatan keluarga prasekolah
2. Mengetahui karakteristik dalam keperawatan keluarga.

4
3. Mengetahui permasalahan mengenai trend dan isu keperawatan keluarga prasekolah
4. Mengetahui ciri-ciri dalam keperawatan keluarga prasekolah.
5. Mengetahu prasekolah dalam bidang pelayanan keperawatan keluarga.

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. Trend dan Issue Keperawatan Keluarga Prasekolah

Trend adalah sesuatu yang sedang booming, actual, dan sedang hangat
diperbincangkan. Sedangkan isu adalah suatu peristiwa atau kejadian yang dapat diperkirakan
terjadi atau tidak terjadi di masa mendatang, menyangkut ekonomi, moneter, sosial, politik,
hukum, pembangunan nasional, bencana alam, hari kiamat, kematian, ataupun tentang krisis.
Jadi, trend dan isu keperawatan keluarga merupakan sesuatu yang booming, actual,
dan sedang hangat diperbincangkan serta desas-desus dalam ruang lingkup keperawatan
keluarga.
Adapun trend dan isu dalam keperawatan keluarga, diantaranya:
Global
 Dunia tanpa batas (global village) mempengaruhi sikap dan pola perilaku keluarga.
Kemajuan dan pertukaran iptek yang semakin global sehingga penyebarannya semakin
meluas.
 Kemajuan teknologi di bidang transportasi sehingga tingkat mobilisasi penduduk yang
tinggi seperti migrasi yang besar-besaran yang berpengaruh terhadap interaksi keluarga
yang berubah.
 Standar kualitas yang semakin diperhatikan menimbulkan persaingan yang ketat serta
menumbuhkan munculnya sekolah-sekolah yang mengutamakan kualitas pendidikan.
 Kompetisi global dibidang penyediaan sarana dan prasarana serta pelayanan kesehatan
menuntut standar profesionalitas keperawatan yang tinggi.
 Rendahnya minat perawat untuk bekerja dengan keluarga akibat system yang belum
berkembang.
 Pelayanan keperawatan keluarga belum berkembang tapi DEPKES sudah menyusun
pedoman pelayanan keperawatan keluarga dan model keperawatan keluarga di rumah tapi
perlu disosialisasikan.
 Keperawatan keluarga/ komunitas dianggap tidak menantang.
 Geografis luas namun tidak ditunjang dengan fasilitas.

6
 Kerjasama lintas program dan lintas sector belum memadai.
 Model pelayanan belum mendukung peranan aktif semua profesi.

Pelayanan
 SDM belum dapat menjawab tantangan global dan belum ada perawat keluarga.
 Penghargaan / reward rendah.
 Bersikap pasif.
 Biaya pelayanan kesehatan rawat inap mahal.
 Pengetahuan dan keterampilan perawat masih rendah.

Pendidikan
 Lahan praktik terbatas; pendirian pendidikan keperawatan cenderung “mudah”
 Penelitian terkait pengembangan dan uji model masih terbatas.
 Sarana dan prasarana pendidikan sangat terbatas.
 Rasio pengajar : mahasiswa belum seimbang.
 Keterlibatan berbagai profesi selama pendidikan kurang.

Profesi
 Standar kompetensi belum disosialisasikan.
 Belum ada model pelayanan yang dapat menjadi acuan.
 Kompetensi berbagai jenjang pendidikan tidak berbatas.
 Mekanisme akreditasi belum berjalan dengan baik.
 Peranan profesi di masa depan dituntut lebih banyak.
 Perlu pengawalan dan pelaksanaan undang-undang praktik keperawatan.
B. Pengertian Anak Prasekolah
Anak prasekolah adalah anak yang berusia antara 3-6 tahun. Dalam usia ini anak
umumnya mengikuti program anak (3Tahun-5tahun) dan kelompok bermain (Usia 3 Tahun),
sedangkan pada usia 4-6tahun biasanya mereka mengikuti program Taman
KanakKanak,Patmonedowo (2008:19). Menurut Noorlaila (2010:22), dalam perkembangan
ada beberapa tahapan yaitu: 1) sejak lahir sampai usia 3 tahun, anak memiliki kepekaan

7
sensories dan daya pikir yang sudah mulai dapat “menyerap” pengalaman-pengalaman
melalui sensorinya, usia setengah tahun sampai kira-kira tiga tahun, mulai memiliki kepekaan
bahasa dan sangat tepat untuk mengembangkan bahsanya, 2) masa usia 2-4 tahun, gerakan-
gerakan otot mulai dapat dikoordinasikan dengan baik, untuk berjalan maupun untuk
banyakbergerak yang semi rutin dan yang rutin, berminat pada benda-benda kecil, dan mulai
menyadari adanya urutan waktu (pagi, siang, sore, malam).
Rentang usia tiga sampai enam tahun, terjadi kepekaan untuk peneguhan sensoris,
semakin memiliki kepekaan indrawi, khususnya pada usia 4 tahun memiliki kepekaan menulis
dan pada usia 4-6 tahun memiliki kepekaan yang bagus untuk membaca. Anak prasekolah
adalah anak yang masih dalam usia 3-6tahun, mereka biasanya sudah mampu mengikuti
program prasekolah atau Taman Kanak–kanak. Dalam perkembangan anak prasekolah sudah
ada tahapan-tahapanya, anak sudah siap belajar kususnya pada usia sekitar 4-6 tahun memiliki
kepekaan menulis dan memiliki kepekaan yang bagus untuk membaca. Perkembangan
kognitif anak masa prasekolah berbeda pada tahap praoperasional.
C. Pendidikan Anak Prasekolah

Anak usia Taman kanak-kanak termasuk dalam kelompok umum yaitu prasekolah.
Pada usia 2-4 tahun anak ingin nermain,melakukan latihan berkelompok, melakukan
penjelajahan, bertanya, menirukan, dan menciptakan sesuatu. Di taman kanakkanak, anak
juga mengalami kemajuan pesat dalam penguasaan bahasa, terutama dalam kosakata. Pada
usia 5 tahun pada umumnya anak-anak baik secara fisik maupun kejiwaan sudah siap hal-hal
yang semakin tidak sederhana dan berada pada waktu yang cukup lama disekolah.
Menurut Montessori (dalam Noorlaila 2010:48), bahwa pada usia 3-5 tahun anak-anak
dapat diajari menulis membaca, dikte dengan belajar mengetik. Sambil belajar mengetik anak-
anak belajar mengeja, menulis dan membaca. Usia taman kanak-kanak merupakan kehidupan
tahun-tahun awal yang kreatif dan produktif bagi anak-anak. Oleh karena itu sesuai dengan
kemampuan tingkat perkembangan dan kepekaan belajar mereka kita dapat juga mengajarkan
menulis, membaca dan berhitung pada usia dini.Jadi adanya pendidikan prasekolah dan
adanya tugas perkembangan yang diemban anak-anak, diperlukan adanya pembelajaran yang
menarik dan menyanangkan bagi anak-anak yang selalu “dibungkus” dengan permainan,
suasana riang, enteng, bernyanyi dan menarik. Bukan pendekatan pembelajaran yang penuh
dengan tugas-tugas berat apalagi dengan tingkat pengetahuan,keterampilan dan pembiasaan

8
yang tidak sederhana lagi seperti paksaan untuk membaca, menulis, berhitung yang melebihi
kemampuan anak-anak.
D. Ciri-ciri Anak Prasekolah
Snowman (dalam Patmonodewo 2008: 32), mengemukakan ciri-ciri anak prasekolah
(3-6 tahun) yang biasanya ada di TK meliputi aspek fisik, emosi, social dan kognitif
anak,yaitu:
1. Ciri fisik anak prasekolah dalam penampilan maupun gerak gerik prasekolah mudah
dibedakan dengan anak yang berada dalam tahapan sebelumnya yaitu umumnya anak
sangat aktif, mereka telah memiliki penguasaan (kontrol) terhadap tubuhnya dan sangat
menyukai kegiatan yang dilakukan sendiri.seperti memberikan kesempatan kepada anak
untuk lari memanjat dan melompat.
2. Ciri sosial anak prasekolah biasanya bersosialisasi dengan orang di sekitarnya. Umumnya
anak pada tahapan ini memiliki satu atau dua sahabat,tetapi sahabat ini cepat
berganti,mereka mau bermain dengan teman. Sahabat yang dipilih biasanya sama jenis
kelaminnya. Tetapi kemudian berkembang sahabat yang terdiri dari jenis kelamin yang
berbeda.
3. Ciri emosional anak prasekolah yaitu cenderung mengekspresikan emosinya dengan
bebas dan terbuka. Sikap marah sering diperlihatkan oleh anak pada usia tersebut, dan iri
hati sering terjadi. Mereka sering kali mempeributkan perhatian guru.
4. Ciri kognitif anak prasekolah umumnya telah terampil dalam bahasa. Sebagai besar dari
mereka senang bicara,kususnya dalam kelompoknya. Sebaiknya anak diberi kesempatan
untuk bicara. Sebagian mereka perlu dilatih untuk menjadi pendengar yang baik.

a. Kemampuan Membaca Permulaan

Salah satu perkembangan menyatakan bahwa perkembangan merupakan hasil proses


kematangan dan belajar. Proses kematanganadalah terbentuknya karakteristik yang secara
potensial ada apa individu dan berasaldari warisan genetik. Awal masa kanak-kanak
dapat dianggap sebagai saat “belajar” (Hurlock, 1980:111).

Beberapa proses belajar berasal dari latihan atau pengulangan suatu tindakan yang
nantinya menimbulkan perubahan dalam prilaku. Kematangan menentukan siap atau
tidaknya seorang untuk belajar, karena betapapun banyak rangsangan yang diterima anak,

9
mereka tidak dapat belajar dan menghasilkan perubahan prilaku sampai mereka
dinyatakan siap menurut taraf perkembangan. Harvighurst menamakan kondisi kesiapan
belajar yang ditentukan oleh kematangan ini sebagai teachale moment, atau saat yang
tepat bagi anak untuk “diajar”.

Menurut Montessori (Noorlaila,2010: 23),rentang usia tiga sampai enam tahun,


terjadinya kepekaan untuk peneguhan sensoris, semakin memiliki kepekaan
indrawi,kususnya pada usia sekitar 4 tahun memiliki kepekaan menulis dan pada usia 4-6
tahun memilliki kepekaan yang bagus untuk membaca. Sebaiknya anak mulai belajar
membaca diperiode usia 1 hingga 5 tahun. Pada masa ini otak anak bagaikan pintu yang
terbuka semua informasi,dan anak bisa belajar membaca dengan mudah dan alamiah.
Sedangkan menurut Piaget (Semiawan, 2008:11) mengemukakan belajar adalah adaptasi
yang holistik dan bermakna, yang datang dalam diri seseorng terhadap situasi berbeda,
sehingga mengalami perubahan yang relative permanen.

b. Kemampuan Membaca

Kemampuan membaca permulaan merupakan kemampuan awal yang harus dimiliki


anak untuk dapat membuka cakrawala pengetahuan yang lebih luas. Dalam kamus besar
Indonesia (1990:546:547) mampu artinya kuasa,bisa,atau sanggup melakukan sesuatu.
Sedangkan kemampuan diartikan kesanggupan, kecakapan dan kekuatan untuk
melakukan sesuatu. Untuk itu mereka harus disiapkan sejak dini agar mempunyai
kemampuan, karakter dan kepedulian terhadap perkembangan bangsa dan negaranya,
Izhar (dalam Limanto, 2008 vol 9:1). Salah satu kemampuan yang penting dan harus
dikuasai oleh anak-anak adalah kemampuan membaca dan menulis. Kemampuan
membaca dan menulis merupakan bekal utama.

E. Perkembangan Anak Usia Prasekolah

1. Perkembangan psikoseksual pertama kali dikemukakan oleh Sigmund Freud (1939), yang
merupakan proses dalam perkembangan anak dengan pertambahan pematangan fungsi
struktur serta kejiwaan yang dapat menimbulkan dorongan untuk mencari rangsangan dan
kesenangan secara umum untuk menjadikan diri anak menjadi orang dewasa.
Perkembangan psikoseksual anak usia prasekolah berada pada fase phallic. Proses

10
indentifikasi peran seksual dimulai selama usia prasekolah. Biasanya anaklebih dekat
dengan orang tua yang berlainan jenis kelamin dengannya orang tua yang berlainan jenis
kelamin sama dengannya.
2. Perkembangan psikososial anak usia prasekolah menurut Erickson (1963), berada pada
tahap initiative versus guilt (inisiatif versus rasa bersalah) dimana anak menunjukkan
imajinasi, meniru orang dewasa, mengetes kenyataan atau fakta yang ada. Tugas utama
anak usia prasekolah adalah perkembangan rasa inisiatif. Menurut Piaget (1952),
3. Perkembangan kognitif anak usia prasekolah berada pada tahap pemikiran
preoperasional. Pada tahap ini anak belajar untuk berfikir dengan menggunakan simbol
dan imajinasi. Bermain merupakan metode non verbal untuk menstimulasi proses berfikir
egosentrik, seperti dalam penelitian Piaget (1952), anak selalu menunjukkan egosentrik
seperti anak akan memilih sesuatu atau ukuran yang besar walaupun isi sedikit. Masa ini
sifat pikiran bersifat transduktif menganggap semuanya sama, seperti seorang pria di
keluarga adalah ayah, maka semua pria adalah ayah, pikiran kedua adalah animisme
selalu memperhatikan adanya benda mati, seperti apabil anak terbentur benda mati maka
anak akan memulainya kearah benda tersebut.

Tugas perkembangan yang harus dicapai pada anak usia prasekolah (3-6 tahun) adalah :

1. Belajar memperoleh keterampilan fisik untuk melakukan permainan


2. Belajar membentuk sikap yang sehat terhadap dirinya sendiri sebagai makhluk biologis
3. Belajar bergaul dengan teman sebaya (sosialisasi)
4. Belajar memainkan peranannya sesuai jenis kelamin
5. Belajar keterampilan dasar dalam membaca, menulis dan berhitung
6. Belajar mengembangkan konsep-konsep sehari-hari
7. Mengembangkan kata hati
8. Belajar memperoleh kebebasan yang bersifat pribadi
9. Mengembangkan sikap yang positif terhadap kelompok sosial

B. Kebutuhan Bermain Pada Anak


Menurut Soetjiningsih (1995), kebutuhan dasar anak untuk tumbuh dan berkembang secara
umum digolongkan menjadi 3 kebutuhan dasar, yaitu :

11
1. Kebutuhan dasar fisik biomedis (asuh)
Kebutuhan dasar fisik biomedis pada anak meliputi : Pangan / gizi merupakan kebutuhan
penting, perawatan kesehatan dasar (imunisasi, pemberian ASI), papan / pemukiman yang
layak, hygiene perorangan, sanitasi lingkungan, sandang, kesegaran jasmani dan rekreasi.

2. Kebutuhan dasar emosi / kasih sayang (asih)


Pada tahun-tahun pertama kehidupan, hubungan yang erat, mesra selaras antara orang tua
dengan anak merupakan syarat untuk menjamin tumbuh kembang yang selaras baik fisik,
mental maupun psikologis. Kekurangan kasih sayang orang tua pada tahun-tahun pertama
kehidupan mempunyai dampak negatif pada tumbuh kembang anak baik fisik, mental maupun
sosial emosi, kasih sayang dari orang tuanya akan menciptakan ikatan yang erat dan
kepercayaan dasar.

3. Kebutuhan akan stimulasi mental (asah)


Stimuli mental merupakan akal bakal dalam proses belajar pada anak. Stimulasi mental ini
mengembangkan perkembangan mental psikososial : kecerdasan, ketrampilan, kemandirian,
kreativitas, agama kepribadian, moral-etika, produktivitas. Untuk memenuhi kebutuhan akan
stimuli mental diperlukan kegiatan bermain pada anak sehingga kebutuhan tersebut dapat
terpenuhi sesuai tahap pertumbuhan dan perkembangan anak.

a. Bermain
Bermain merupakan istilah yang digunakan secara bebas sehingga arti utamanya mungkin
hilang. Arti yang paling tepat ialah setiap kegiatan yang dilakukan untuk kesenangan yang
ditimbulkannya tanpa mempertimbangkan hasil akhir. Bermain dilakukan secara suka rela
dan tidak ada paksaan atau tekanan dari luar atau kewajiban (Hurlock, 1999).

b. Tujuan Bermain
Tujuan bermain anak usia prasekolah antara lain:
1) Mendorong imajinasi / kreativitas anak,
2) Mengoptimalkan pertumbuhan seluruh organ tubuh,
3) Untuk bersosialisasi dengan orang lain,
4) Mengembangkan kemampuan intelektual (Soetjiningsih, 1995; Hanifah, 1994).

12
c. Fungsi Bermain
Fungsi bermain bagi anak terdiri dari :
1) Perkembangan sensori motorik
Aktivitas sensori motorik merupakan komponen utama bermain pada semua tingkat
usia anak. Bermain aktif menjadi hal yang penting dalam perlambangan sistem otot dan
saraf yang bermanfaat dalam melepaskan kelebihan energi (Whaley & Wong, 2003).
2) Perkembangan kognitif / intelektual
Anak dapat mengeksplorasi dan memanipulasi ukuran, bentuk, tekstur dan warna.
Mengenali angka, hubungan yang renggang dan konsep abstrak. Bermain memberikan
kesempatan pada anak untuk mempraktekkan dan memperluas kemampuan bahasa.
Memberi kesempatan untuk menghilangkan pengalaman masa lalu untuk
memasukkannya ke dalam persepsi dan persahabatan yang baru. Bermain membantu
anak untuk mengintegrasikan dunia dimana mereka tinggal, untuk membedakan antara
realitas dan fantasi (Whaley & Wong, 2003).
3) Perkembangan moral dan sosial
Bermain mengajarkan peran orang dewasa termasuk perilaku peran seks. Bermain
memberikan kesempatan untuk menguji persahabatan dan mengembangkan
ketrampilan sosial. Anak yang diberi kebebasan bermain dengan teman sebayanya akan
mengembangkan ketrampilan untuk melihat sesuatu dari sudut pandang orang lain.
Dalam bermain anak belajar memberi dan menerima, belajar hal-hal benar dari
kesalahan yang dilakukan, standar sosial dan tanggung jawab terhadap tindakan mereka
(Whaley & Wong, 2003).
4) Perkembangan kreativitas
Bermain memberi kesempatan pada anak untuk mengeluarkan ide dan minat kreasi,
mengijinkan mereka untuk berfantasi dan berimajinasi serta memberi kesempatan
untuk mengembangkan bakat dan minat. Sekali anak merasa puas ketika berhasil
melakukan sesuatu yang hal baru maka anak akan memindahkan rasa ketertarikan ini
kedalam situasi diluar dunia (Whaley & Wong, 2003).
5) Perkembangan kesadaran diri
Dalam bermain anak mengekspresikan emosi. Bermain memfasilitasi perkembangan
identitas diri dan mendorong menentukan perilaku pribadi. Dengan bermain anak dapat

13
menemukan kekuatan serta kelemahan, minat dan cara menyelesaikan tugas dalam
bermain (Soetjiningsih, 1995). Bermain memberikan kesempatan untuk
membandingkan kemampuan sendiri dengan kemampuan anak lain dan belajar
bagaimana pengaruh tingkah laku pribadi terhadap orang lain (Whaley & Wong, 2003).
6) Nilai terapeutik
Bermain dapat menghilangkan tekanan dan stres. Bermain dapat mengurangi tekanan
yang sering saat anak dalam proses belajar.
7) Perkembangan komunikasi
Bermain memfasilitasi komunikasi nonverbal akan kebutuhan, rasa takut, dan
keinginan secara langsung.

F. Karakteristik Bermain Prasekolah (Whaley & Wong, 2003)


1) Menurut isi
a) Sosial affektif play
Permainan yang membuat anak belajar berhubungan dengan orang lain. Contoh : orang
tua berbicara, memeluk, bersenandung, anak memberi respon dengan tersenyum,
mendengkur, tertawa, beraktivitas, ci luk baa, dll.

b) Sense pleasure play (bermain untuk bersenang-senang)


Stimulus pengalaman yang non sosial yang berasal dari luar. Objek di lingkungan anak
menstimulasi sensori mereka dan kesenangan. Contoh : main air dan pasir, objek seperti
cahaya, bau, rasa, benda alam dan gerakan tubuh.

c) Skill play
Bermain yang bersifat membina ketrampilan. Misalnya berulang kali melakukan dan
melatih kemampuan yang baru didapat, menimbulkan nyeri dan frustasi pada anak.
Contoh : naik sepeda.

d) Dramatic play
Di kenal sebagai permainan simbolik atau permainan tingkah laku matang yang di uji
dan asimulasi.. Contoh : berpura-pura melakukan kegiatan keluarga seperti makan,
minum dan tidur, main dokter –dokteran.

14
2) Menurut karakteristik sosial
a) Solitary play
Anak bermain sendiri. Menyukai kehadiran orang lain tapi tidak ada usaha untuk mendekat
atau berbicara. Hanya berpusat pada aktivitas atau permainannya sendiri.

b) Paralel play
Bermain yang di lakukan oleh dua atau lebih dengan permainan yang sama tetapi tidak
terjadi komunikasi. Ciri bermain anak Toddler.

c) Asosiasi play
Bermain dan beraktivitas serupa bersama, tetapi tidak ada pembagian kerja, pemimpin /
tujuan bersama, anak interaksi dengan saling meminjam alat permainan. Ciri anak
prasekolah. Contoh main boneka, masak –masakan.

d) Kooperatif play
Bermain dalam kelompok, ada perasaan kebersamaan / sebaliknya, terbentuk hubungan
pemimpin dan pengikut. Ada tujuan yang ditetapkan dan ingin dicapai. Contoh main sepak
bola.

G. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Bermain Anak

1) Kesehatan
Anak – anak yang sehat mempunyai banyak energi untuk bermain dibandingkan dengan
anak yang kurang sehat, sehingga anak yang sehat menghabiskan banyak waktu untuk
bermain dan membutuhkan banyak energi.

2) Perkembangan motorik
Permainan anak pada setiap usia melibatkan koordinasi motorik. Apa saja yang dilakukan
dan waktu bermainnya bergantung pada perkembangan motorik anak.

3) Intelegensi
Pada setiap anak, anak yang cerdas lebih aktif dari pada anak yang kurang cerdas. Anak
yang pandai menunjukkan keseimbangan perhatian bermain yang besar, termasuk upaya
menyeimbangkan faktor fisik dan intelektual yang nyata.

15
4) Jenis kelamin
Pada masa awal kanak-kanak anak laki-laki menunjukkan perhatian pada berbagai jenis
permainan yang lebih banyak ketimbang perempuan. Perbedaan ini bukan berarti bahwa
anak perempuan kurang sehat dibanding anak laki – laki, melainkan panangan masyarakat
bahwa anak permpuan sebaiknya menjadi anak lembut dan bertingkah laku yang halus.

5) Status sosial ekonomi


Anak dari kelompok sosial ekonomi yang lebih tinggi lebih banyak tersedia alat – alat
bermain yang lengkap dibandingkan dengan anak yang di besarkan di keluarga yang status
ekonominya rendah.

6) Lingkungan
Anak dari lingkungan buruk kurang bermain ketimbang anak lainnya karena kesehatan
yang buruk, kurang waktu, peralatan dan ruang. Anak yang berasal dari lingkungan kota.
Hal ini kurangnya peralatan dan waktu bebas.

7) Peralatan bermain
Peralatan bermain yang dimiliki anak mempengaruhi permainannya. Misalnya, dominasi
boneka dan binatang buatan yang mendukung permainan pura-pura. h. Alat Permainan
Alat permainan adalah semua alat bermain yang digunakan oleh anak untuk memenuhi
naluri bermainnya dan memiliki berbagai macam sifat seperti mengelompokkan,
meragakan, membentuk, menyempurnakan suatu desain atau menyusun sesuai dengan
bentuk utuhnya (Soetjiningsih, 1995).

1) Ciri alat permainan untuk anak usia 3-5 tahun menurut Padmoro S. dikutip dari Titi S
(1993) :
a) Mengembangkan kemampuan menyamakan dan membedakan

b) Mengembangkan kemampuan berbahasa

c) Mengembangkan kemampuan berhitung, menambah dan mengurangi

d) Merangsang daya imajinasi dengan berbagai cara permainan berpura-pura

e) Membedakan benda-benda dengan peralatan

16
f) Menumbuhkan sportivitas

g) Mengembangkan kepercayaan diri, kreativitas

h) Mengembangkan koordinasi motorik (melompat, memanjat, lari, dan lain-lain)

i) Memperkenalkan pengertian yang bersifat pengetahuan (terapung dan tenggelam)

j) Memperkenalkan suasana kompetisi dan gotong royong

2) Alat permainan yang diajukan


a) Berbagai benda disekitar rumah, buku bergambar, majalah anak-anak, alat gambar,
dan tulis kertas untuk belajar melipat, menggunting, dan lain-lain

b) Teman-teman bermain sama anak sebaya, orang tua, dan orang lain diluar rumah

C. Persepsi

1. Pengertian Persepsi
Terdapat berbagai pengertian mengenai persepsi yang dikemukakan oleh para ahli.
Menurut Rokhmat (2000), persepsi adalah pengalaman tentang objek, peristiwa atau
hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkannya.
Persepsi adalah memberikan makna pada stimuli inderawi atau sensori stimuli. Persepsi
merupakan suatu proses yang dilakukan oleh penginderaan yaitu merupakan proses
diterimanya stimulus oleh individu melalui responnya. Stimulus dilanjutkan ke susunan
saraf otak dan terjadilah proses kognitif sehingga individu mengalami persepsi (Walgito,
1997).
Persepsi adalah suatu proses dimana individu memberikan arti pada lingkungan yang
melibatkan pengorganisasian dan interpretasi berbagai stimulus ke dalam pengalaman
psikologis (Gibson, 1998). Berdasarkan definisi diatas dapat disimpulkan bahwa persepsi
adalah suatu proses penangkapan stimulus yang kemudian disimpulkan menjadi suatu yang
bermakna dan berarti melalui proses seleksi, organisasi, interpretasi. Persepsi juga
merupakan suatu proses kognisi yang melibatkan cara-cara dimana individu memproses
informasi yang didapatnya, dengan proses kognisi tersebut menimbulkan perbedaan dan
keunikan masing-masing individu yang mempersepsikan.

17
2. Syarat untuk mengadakan persepsi
a. Adanya objek yang dipersepsi
Objek menimbulkan stimulus yag mengenai alat indera atau reseptor. Stimulus dapat
datang dari luar individu yang mempersepsi, tetapi juga dapat datang dari dalam diri
individu yang bersangkutan yang langsung mengenai syaraf penerima yang bekerja
sebagai reseptor. Namun sebagian terbesar stimulus datang dari luar individu.

b. Alat indera atau reseptor


Alat indera atau reseptor merupakan alat untuk menerima stimulus. Di samping itu juga
harus ada syaraf sensoris sebagai alat untuk meneruskan stimulus yang diterima reseptor
ke pusat susunan syaraf.

c. Perhatian
Untuk menyadari atau untuk mengadakan persepsi diperlukan adanya perhatian, yaitu
merupakan langkah pertama sebagai suatu persiapan dalam rangka mengadakan
persepsi. Perhatian merupakan pemusatan atau konsentrasi dari seluruh aktivitas
individu yang ditujukan kepada sesuatu atau sekumpulan objek,

3. Proses terjadinya persepsi


Untuk dapat memahami persepsi secara lebih jelas, perlu kita ketahui bagaimana proses
persepsi itu berlangsung dalam diri manusia, seperti diutarakan oleh Gibson yang
diterjemahkan oleh Wahid (1998).

Proses persepsi meliputi 3 tahapan, yaitu :

a. Kenyataan dalam kehidupan individu (sebagai stimulus)


Misalnya informasi yang diterima baik dari sekolah maupun dari luar sekolah.

b. Pengolahan persepsi
Stimulus tersebut diolah, diorganisasi dan ditafsirkan dengan perangkat-perangkat yang
ada. Terdapat juga tiga bagian dalam tahap pengolahan ini, yaitu :

18
1) Pengamatan stimulus
Tahap ini disebut juga sensasi, yang melibatkan panca indera sebagai pintu-pintu
masuk stimulus ke dalam psikis manusia. Jadi sensasi merupakan bagian dari
persepsi.
2) Faktor yang mempengaruhi persepsi seseorang terhadap stimuli yang diterimanya
Menurut Krech dan Field (1977) yang dikutip oleh Rokhmat (2000), persepsi
ditentukan oleh faktor perhatian, fungsional, dan struktural.
3) Evaluasi dan penafsiran kenyataan
Dalam hal ini kenyataan-kenyataan (sebagai stimuli) tadi sudah diolah dalam suatu
mekanisme psikis yang rumit dan tak selalu bisa dijelaskan.
c. Hasil proses persepsi
Hasil proses persepsi adalah perilaku tanggapan dan sikap yang terbentuk. Dua bentuk
hasil tersebut bisa bersifat positif dan negatif. Selanjutnya dua bentuk hasil persepsi tadi
akan memberikan umpan balik terhadap stimuli, pengamatan stimuli dan faktor-faktor
berpengaruh.
4. Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi
Berikut ini beberapa faktor yang dapat mempengaruhi persepsi baik dari faktor internal
maupun eksternal. Menurut Jallaludin Rachmat (2005), adalah sebagai berikut :
a. Faktor Internal
1) Alat Indra
Alat indra atau reseptor merupakan alat untuk menerima stimulus, disamping itu juga
harus ada syaraf sensoris sebagai alat untuk meneruskan stimulus yang diterima
reseptor ke pusat susunan syaraf, yaitu otak sebagai pusat kesadaran. Sebagai alat
untuk mengadakan respon diperlukan syaraf motoris

2) Perhatian
Untuk menyadari atau mengadakan persepsi diperlukan adanya perhatian, yaitu
merupakan langkah pertama sebagai suatu persiapan merupakan pemusatan atau
konsentrasi dari seluruh aktivitas individu yang ditujukan kepada sesuatu atau
sekumpulan objek.

19
3) Pengalaman
Pengalaman mempengaruhi kecermatan persepsi. Pengalaman tidak selalu lewat
proses belajar formal. Pengalaman bisa bertambah melalui rangkaian peristiwa yang
pernah dihadapi.

b. Faktor Eksternal
1) Objek yang dipersepsi
Objek menimbulkan stimulus yang mengenai alat indra atau reseptor. Stimulus dapat
datang dari luar individu yang mempersepsi, tetapi juga dapat datang dari individu
yang bersangkutan yang langsung mengenai syaraf penerima yang bekerja sebagai
reseptor. Namun sebagian besar stimulus datang dari luar individu.

2) Informasi
Era teknologi zaman sekarang ini lebih dari kata maju, banyak sekali cara untuk
mendapatkan informasi yang dibutuhkan dari berbagai sumber yang terpercaya. Baik
dari media cetak seperti koran, majalah, tabloid, dll. Serta dari media elektronik seperti
TV, internet dengan acara yang kita bisa langsung ikut dalam interaktif didalamnya.

3) Budaya / lingkungan
Kebudayaan adalah segala sesuatu yang dipelajari dan dialami bersama secara sosial
oleh para anggota suatu masyarakat.

20
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Sikap dan pola perilaku keluarga dapat dipengaruhi oleh dunia tanpa batas (global village).
Kemajuan teknologi di bidang transportasi mengakibatkan tingkat mobilisasi penduduk yang
tinggi seperti migrasi yang besar-besaran yang berpengaruh terhadap interaksi keluarga yang
berubah.Pelayanan keperawatan keluarga belum berkembang tapi DEPKES sudah menyusun
pedoman pelayanan keperawatan keluarga dan model keperawatan keluarga di rumah tapi perlu
disosialisasikan serta munculnya perhatian dari pihak pemerintah mengenai masalah kesehatan
masyarakat seperti diberikannya bantuan bagi keluarga miskin serta asuransi kesehatan lainnya
bagi keluarga yang tidak mampu. Rendahnya minat perawat untuk bekerja dengan keluarga
akibat system yang belum berkembang.
Anak prasekolah adalah anak yang berusia Antara 3-6 tahun. Dalam usia ini anak umumnya
mengikuti program anak (3Tahun-5tahun) dan kelompok bermain (Usia3Tahun), sedangkan pada
usia 4-6 tahun biasanya mereka mengikuti program Taman Kanak Kanak, Patmonedowo
(2008:19).

B. Saran

Pelayanan keperawatan keluarga harus dikembangkan karena keperawatan keluarga dapat


mengurangi kejadian atau penderitaan akibat penyakit dengan perubahan paradigma dari cure
menjadi care melalui tindakan preventif.

21
DAFTAR PUSTAKA

tips.cdn.ampproject.org/v/s/dokumen.tips/amp/documents/keperawatan-keluarga.html?amp_js_
v=a6&amp_gsa=1&usqp=mq331AQHKAFQArABIA%3D
%3D#aoh=16152036187266&referrer=https%3A%2F%2Fwww.google.com&amp_tf=Dari
%20%251%24s

https://id.scribd.com/doc/178557731/55783145-Keperawatan-Keluarga-Dengan-Anak-
Prasekolah-doc

http://digilib.unimus.ac.id/.php?id=887#:~:text=Perkembangan%20psikososial%20anak%20usia
%20prasekolah,prasekolah%20adalah%20perkembangan%20rasa%20inisiatif.

22

Anda mungkin juga menyukai