Anda di halaman 1dari 40

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN PENYAKIT KRONIS

CHF (CONGESTIVE HEART FILURE)


Dibuat untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Keperawatan Keluarga
Dosen Pengampu : Hj Yeti, S.Kep., Ns

Disusun oleh :
Kelompok 2
- Ricky Rachman K (KHGC20158)
- Risma Yulyyawati (KHGC20130)
- Syifa Nur Cahya P (KHGC20084)

Kelas : 4C

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KARSA HUSADA GARUT
2023 - 2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah S.W.T atas Rahmat dan Karunia-nya kami
dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Asuhan Keperawatan Keluarga dengan Penyakit
Kronik : CHF” tepat pada waktunya.
Dalam penulisan makalah ini, kami mengucapkan banyak terimakasih kepada semua pihak
yang membantu peulisan makalah ini sehingga dapat terselesaikan dengan baik. Kami sadar
bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, hal ini dikarenakan keterbatasan kemampuan
dan pengetahuan kami. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran, yang
bersifat membangun dari para pembaca. Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita.
Akhir kata kami meminta maaf, apabila dalam penulisan makalah ini terdapat banyak
kesalahan yang mungkin dapat kita maklumi bersama.

Garut, 20 Oktober 2023

Penyusun

i
DAFTAR PUSTAKA
KATA PENGANTAR......................................................................................................................i
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................................1
A. Latar Belakang......................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.................................................................................................................2
C. Tujuan...................................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................................................3
1. Konsep Teori........................................................................................................................3
A. Definisi..............................................................................................................................3
B. Etiologi..............................................................................................................................3
C. Patofisiologi......................................................................................................................5
D. Tanda dan Gejala..............................................................................................................5
E. Komplikasi........................................................................................................................6
F. Penatalaksanaan................................................................................................................7
G. Pemeriksaan Diagnostik....................................................................................................8
H. Dampak CHF terhadap kebutuhan dasar manusia............................................................8
2. Konsep Asuhan Keperawatan Keluarga dengan Penyakit Kronis : CHF.............................9
1) Pengkajian.........................................................................................................................9
2) Perumusan Diagnosa Keperawatan.................................................................................11
3) Prioritas Diagnosa Keperawatan.....................................................................................12
4) Perencanaan Keperawatan Keluarga (Intervensi)...........................................................13
5) Implementasi...................................................................................................................13
6) Evaluasi...........................................................................................................................13
BAB III..........................................................................................................................................14
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN PENYAKIT KRONIK : CHF..............14
BAB IV..........................................................................................................................................36
PENUTUP.....................................................................................................................................36
A. Kesimpulan.........................................................................................................................36
B. Saran...................................................................................................................................36
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................37

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Congestive Heart Failure (CHF) atau yang biasa dikenal dengan gagal jantung
kongestif adalah ketidakmampuan jantung dalam memompa darah yang adekuat untuk
memenuhi kebutuhan jaringan akan oksigen dan nutrisi yang cukup sehingga
menyebabkan curah jantung yang seharusnya normal mengalami penurunan dan
menimbulkan nyeri dada. Gagal jantung menyebabkan curah jantung menurun,
menyebabkan hipertrofi ventrikel, pemendekan miokard pengisian LV menurun, aliran
tidak adekuat ke jantung dan otak, menyebabkan risiko tinggi penurun curah jantung,
kemudian penurunan suplai O2 ke miokard, terjadi peningkatan hipoksia jaringan
miokardium, dan menyebabkan perubahan metabolisme miokardium sehingga
menimbulkan nyeri dada. Nyeri dada seringkali dikeluhkan pasien Congestive Heart
Failure (Purba, 2016).
Faktor risiko penyakit gagal jantung kongestif dipengaruhi oleh faktor internal dan
faktor eksternal. Faktor risiko internal antara lain faktor keturunan, jenis kelamin, dan
usia. Faktor eksternal antara lain pola makan kebiasaan merokok, faktor keturunan,
riwayat obesitas, kurangnya aktivitas, stress, dan riwayat hipertensi. Risiko CHF akan
meningkat pada orang lanjut usia (lansia) karena penurunan fungsi vertikel akibat
penuaan. CHF ini dapat menjadi kronik apabila disertai penyakit-penyakit seperti
hipertensi, penyakit katub jantung, kardiomiopati dan lain-lain.
Pada umumnya CHF diderita lansia yang berusia lebih dari 50 tahun, CHF
merupakan alasan yang paling umum bagi lansia untuk dirawat di rumah sakit ( usia 65 –
75 tahun mencapai persentase sekitar 75% pasien yang dirawat dengan CHF ). Resiko
kematian yang diakibatkan oleh CHF adalah sekitar 5-10 % per tahun pada kasus gagal
jantung ringan, dan meningkat menjadi 30-40% pada gagal jantung berat. Menurut
penelitian, sebagian besar lansia yang didiagnosis menderita CHF tidak dapat hidup lebih
dari 5 tahun ( Kowalak, 2011 ).
Nyeri dada pada awalnya hanya sesak napas, terjadi pada saat melakukan aktivitas.
Tetapi sejalan dengan memburuknya penyakit, sesak napas juga akan timbul pada saat

1
penderita tidak melakukan aktivitas. Terkadang sesak napas terjadi pada malam hari
ketika penderita sedang berbaring, kondisi seperti itu yang menyebabkan awal terjadinya
nyeri dada. Penanganan pada pasien CHF biasanya di berikan Antiangina (Nitrogliserin),
tapi apabila tidak ada perubahan akan muncul masalah nyeri dada karena
ketidakseimbangan suplai darah.
Berdasarkan uraian diatas, penanggulangan penyakit CHF juga dapat dilakukan
dengan berkolaborasi bersama keluarga dalam melakukan berbagai pelayanan
keperawatan. Dalam hal ini keluarga memiliki pengaruh besar dalam pengambilan
keputusan, proses terapi, hingga dalam tahap pemulihan. Menurut (Doherty dkk, dalam
Friedman 2010, p.7) keluarga memiliki enam tahap sehat/sakit dan interaksi keluarga
yaitu Tahap Pertama upaya keluarga dalam promosi kesehatan, Tahap 2 penilaian
keluarga terhadap gejala. Tahap 3 mencari perawatan, Tahap 4 merujuk dan mendapatkan
perawatan, Tahap 5 respon akut klien terhadap penyakit. Tahap 6 adaptasi terhadap
penyakit dan pemulihan.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan permasalahan yang telah di jelaskan, maka rumusan masalah dalam
keluarga adalah “ Bagaimanakah Asuhan Keperawatan Keluarga dengan Penyakit
Kronik: CHF (Congestive Heart Filure)”

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui konsep teori penyakit CHF.
2. Untuk mengetahui gambaran konsep asuhan keperawatan keluraga dengan penyakit
kronik : CHF (Congestive Heart Filure).
3. Untuk mengetahui gambaran penerapan asuhan keperawatan keluarga dengan
penyakit kronik : CHF (Congestive Heart Filure).
1.

2
BAB II
PEMBAHASAN

1. Konsep Teori
A. Definisi
Congestive Heart Failure adalah suatu keadaan ketika jantung tidak mampu
mempertahankan sirkulasi yang cukup bagi kebutuhan tubuh, meskipun tekanan
darah pada vena itu normal. Gagal jantung menjadi penyakit yang terus meningkat
terutama pada lansia. Pada Congestive Heart Failure atau Gagal Jantung adalah
ketidakmampuan jantung untuk mempertahankan curah jantung yang adekuat guna
memenuhi kebutuhan metabolik dan kebutuhan oksigen pada jaringan meskipun
aliran balik vena yang adekuat. Congestive Heart Failure (CHF) merupakan salah satu
masalah khas utama pada beberapa negara industri maju dan negara berkembang
seperti Indonesia (Kasron, 2012).
Congestive Heart Failure adalah suatu sindrom klinis yang ditandai oleh
sejumlah gejala dan tanda, serta disebabkan oleh berbagai kelainan jantung, seperti
gangguan irama jantung, gangguan endokardial, pericardial, valvular atau miokardial
(Mutaqqin, 2012).
Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa kegagalan jantung dengan sindrom
klinik yang abnormalitas dari struktur fungsi jantung sehingga mengakibatkan
ketidakmampuan jantung untuk memompa darah ke jaringan dalam memenuhi
kebutuhan metabolisme tubuh (Muttaqin, 2012).
B. Etiologi
Penyebab Gagal jantung Kongestif yaitu:
a. Kelainan otot jantung
Gagal jantung sering terjadi pada penderita kelainan otot jantung, disebabkan
menurunnya kontraktilitas jantung, kondisi yang mendasari penyebab kelainan
fungsi otot mencakup aterosklerosis koroner, hipertensi, dan penyakit
degenerative atau inflamasi. (Kasron, 2012)

3
b. Aterosklerosis coroner
Mengakibatkan disfungsi miokardium karena terganggunya aliran darah ke otot
jantung. Terjadi hipoksia dan asidosis (akibat penumpukan asam laktat). Infark
miokard (kematian sel jantung) biasanya mendahului terjadinya gagal jantung
Peradangan dan penyakit miokardium degeneratif, berhubungan dengan gagal
jantung karena kondisi yang secara langsung merusak serabut jantung,
menyebabkan kontraktilitas menurun. (Kasron, 2012).
c. Peradangan dan penyakit miokardium degenerative
Sangat berhubungan dengan gagal jantung karena kondisi ini secara langsung
merusak serabut jantung yang menyebabkan kontraktilitas menurun. (Kasron,
2012)
d. Hipertensi sitemik atau pulmonal
Meningkatnya beban kerja jantung dan pada gilirannya mengakibatkan hipertrofi
serabut jantung. Efek tersebut dapat dianggap sebagai mekanisme kompensasi
karena akan meningkatkan kontraktilitas jantung. Tetapi untuk alasan yang tidak
jelas, hipertropi otot jantung tadi tidak dapat berfungsi secara normal dan
akhirnya akan terjadi gagal jantung. (Kasron, 2012)
e. Faktor sistemik
Terdapat sejumlah yang berperan dalam perkembangan dan beratnya fungsi
jantung, seperti meningkatnya laju metabolisme, hipoksia, dan anemia
memerlukan peningkatan curah jantung untuk memenuhi kebutuhan oksigen
sistemik. Hipoksia dan anemia juga dapat menurunkan suplai oksigen ke jantung.
Asidosis respiratorik atau metabolik dan abnormal elektronik dapat menurunkan
kontraktilitas jantung.
f. Penyakit jantung lain
Gagal jantung dapat terjadi sebagai akibat penyakit jantung yang sebenarnya yang
secara langsung mempengaruhi jantung. Mekanisme biasanya terlibat mencakup
gangguan aliran darah yang masuk ke jantung (stenosis katup semiluner),
ketidakmampuan jantung untuk mengisi darah (tamponade, pericardium,
perikarditif konstruktif, atau stenosis AV), peningkatan mendadak afterload
(Kasron, 2012).

4
C. Patofisiologi
Kelainan fungsi otot jantung disebabkan oleh aterosklerosis koroner, hipertensi
atrial, dan penyakit otot degeneratif atau inflamasi. Aterosklerois koroner
mengakibatkan disfungsi miokardium karena terganggunya aliran darah ke otot
jantung. Terjadinya hipoksia dan asidosis (akibat penumpukan asam laktat). Infark
miokard biasanya mendahului terjadinya gagal jantung. Hipertensi sistemik atau
pulmonal (peningkatan afterload) meningkatkan beban kerja jantung dan pada
gilirannya mengakibatkan hipertrofi serabut otot jantung. Efek tersebut (hipertrofi
miokard) dapat dianggap sebagai mekanisme kompensasi karena akan meningkatkan
kontraktilitas jantung. Akan tetapi, untuk alasan yang tidak jelas, hipertrofi otot
jantung tadi tidak dapat berfungsi secara normal, dan akhirnya terjadinya gagal
jantung.
Ventrikel kanan dan kiri dapat mengalami kegagalan secara terpisah. Gagal
ventrikel kiri paling sering mendahului gagal ventrikel kanan. Gagal ventrikel kiri
murni sinonim dengan edema paru akut. Karena curah ventrikel berpasangan atau
sinkron, maka kegagalan salah satu ventrikel dapat mengakibatkan penurunan perfusi
jaringan.
Gagal jantung dapat di mulai dari sisi kanan atau kiri jantung. Karena ventrikel
kiri yang melemah dan menyusun dan kembali ke atrium, lalu ke sirkulasi paru,
vertikal kanan dan atrium kanan maka jelaslah bahwa gagal jantung kiri akhirnya
akan menyebabkan gagal jantung kanan. (Abdul Majid, 2017).
D. Tanda dan Gejala
Tanda dan gejala penyakit gagal jantung dapat dibedakan berdasarkan bagian
mana dari jantung yang mengalami gangguan pompa darah (Udjianti, 2011). Lebih
jelasnya sebagai berikut:
a. Gagal jantung sebelah kiri : Menyebabkan pengumpulan cairan di dalam paru-
paru (edema pulmunal), yang menyebabkan sesak nafas yang hebat. Pada awalnya
sesak nafas hanya dirasakan saat seseorang melakukan aktivitas, tetapi sejalan
dengan memburuknya penyakit maka ssesak nafas juga akan timbul pada saat
penderita tidak melakukan aktivitas. sedangkan tanda lainnya adalah cepat lelah

5
(fatigue), gelisah/cemah (ansietas), detak jantung cepat (takikardia, batuk-batuk
serta irama degub jantung tidak teratur (aritmia).
b. Gagal jantung sebelah kanan : Cenderung mengakibatkan pengumpulan darah
mengalir ke bagian kanan jantung. sehingga hal ini menyebabkan pembengkakan
di kaki, pergelangan kaki, tungkai, perut (asites), dan hati (hepatomegali), tanda
lainnya adalah mual, muntah, kelelahan, detak jantung cepat serta sering buang air
kecil di malam hari (noctria).
Tanda gejala menurut (Sudoyo Aru dkk, 2009) adalah: edema paru, suara
jantung tambahan gallop S3, peningkatan vena jugularis, refluks hepato jugular,
kardiomegali, hepatomegali, ronkhi paru, distensi vena jugularis, paroksimal
nocturnal dipsaca, edema ekstremitas, batuk pada malam hari, dipsnea, efusi pleura,
penurunan kapasitas vital dari normal, takikardia (>120x/menit), penurunan BB
kurang lebih 4,5 kg dalam 5 hari pengobatan.
E. Komplikasi
Dampak masalah potensial yang mungkin terjadi pada CHF ini dapat berupa:
1. Syok Kardiogenik
Merupakan stadium akhir disfungsi ventrikel kiri atau gagal jantung kongestif,
terjadi bila ventrikel kiri mengalami kerusakan yang luas. Otot fantung
kehilangan kekuatan kontraktilitasnya, menimbulkan penurunan curah jantung
dengan perfusi jaringan yang tidak adekuat ke organ vital (jantung, otak, ginjal).
2. Episode tromboemboli karena pembentukan bekuan vena akibat stasis darah
3. Efusi perkardial dan tamponade jantung
Efusi perikardium mengacu pada masuknya cairan ke dalam kantung perikardium.
Secara normal kantung perikardium berisi cairan sebanyak kurang dari 50 ml.
cairan perikardium akan terakumulasi secara lambat tanpa menyebabkan gejala
yang nyata. Namum demikian perkembangan efusi yang cepat dapat meregangkan
perikardium sampai ukuran maksimal dan menyebabkan penurunan curah jantung
serta aliran balik vena ke jantung. Hasil akhir dari proses ini adalah tamponade
jantung.

6
F. Penatalaksanaan
Menurut prioritas terbagi atas 4 kategori:
1. Memperbaiki kontraksi miokard/perfusi sistemik
1) Istirahat total/ tirah baring dalam posisi semi fowler.
2) Memberikan terapi sesuai dengan kebutuhan.
3) Memberikan terapi medis: digitalis untuk memperkuat kontraksi otot jantung
2. Menurunkan volume cairan yang berlebihan
1) Mencatat intake dan output
2) Menimbang berat badan
3) Retriksi garam/diet rendah garam
4) Memberikan terapi medik: diuretic untuk mengurangi cairan di Jaringan
3. Mencegah komplikasi pasca operasi
1) Mengubah posisi tidur
2) Mencegah imobilisasi akibat tirah baring
3) Mengatur jadwal mobilisasi secara bertahap sesuai keadaan klien.
4. Pengobatan pembedahan (Komisurotomi)
Hanya pada regurgitas aorta akibat infeksi aorta, reparasi katup aorta dapat
dipertimbangkan. Sedangkan pada regurgitasi aorta akibat penyakit lainnya
umumnya harus diganti dengan katup artifisial, Indikasi pada keluhan sesak nafas
yang tidak dapt diatasi dengan pengobatan simptomatik. Bila ekokardiografi
menunjukan sistole ventrikel kiri 55 mm, atau fractional shortening 25%
dipertimbangkn unutk tindakan operasi sebelum gagal jantung.
5. Pendidikan kesehatan yang menyangkut penyakit, prognosis, obat- obatan serta
pencegahan kekambuhan.
1) Menjelaskan tentang perjalanan penyakit dan prognosis kegunaan obat-obatan
yang digunakan serta memberikan jadwal pemberian obat
2) Mengubah gaya hidup/kebiasaan yang salah: merokok, stress, kerja berat,
minum alcohol, makanan tinggi lemak dan kolesterol
3) Menjelaskan tentang tanda dan gejala yang menyokong terjadinya gagal
jantung terutama yang berhubungan dengan kelelahan, berdebar-debar, sesak
nafas, anoreksia, keringat dingin

7
4) Mengajukan untuk kontrol semua secara teratur walaupun tanpa adanya gejala
5) Memberikan dukungan mental: klien dapat menerima keadaan dirinya secara
ikhlas akan dirinya baik.
G. Pemeriksaan Diagnostik
1. Elektrokardiogram (EKG)
a. Ekokardiografi model M (untuk mengevaluasi volume balik kelainan regional,
sering dipakai dan ditayangkan bersama dengan EKG.)
b. Ekokardiografi dua dimensi (CT-scan).
c. Ekokardiografi Doppler (memberikan pencitraan dan pendekatan
transesofageal terhadap jantung).
2. Uji stress (untuk menentukan kemungkinan iskemia atau infark yang terjadi
sebelumnya)
3. Kateterisasi Jantung (Tekanan abnormal membantu membedakan gagal jantung
kanan atau gagal jantung kiri).
4. Radiografi dada (menunjukkan pembesaran jantung, bayangan mencerminkan
dilatasi atau hipertropi bilik, atau perubahan dalam pembuluh darah abnormal).
5. Elektrolie (mungkin berubah karena perpindahan cairan fungsi terapi diuretic).
6. Oksimetri nadi (Saturasi Oksigen rendah jika gagal jantung kongenif akut menjadi
kronis).
7. Analisa gas darah
8. Blood Ureum Nitrogen (BUN) dan kreatinin ((menunjukkan penurunan fungsi
ginjal)
9. Pemeriksaan tiroid (menunjukkan hiperaktifitas tiroid sebagni pre pencetus gagal
jantung. (Nurarif, 2015)

H. Dampak CHF terhadap kebutuhan dasar manusia


a. Kebutuhan Oksigenasi
Pada pasien Gagal jantung kongestif akan ditemukan dipsnea dengan atau tanpa
aktivitas, batuk produktif, riwayat perokok dan riwayat penyakit penafasan kronis.
Pada pemeriksaan mungkin didapatkan peningkatan repirasi, pucat, atau sianosis,
suara nafas krakels, ronkhi, wheezing, atau juga vesikuler. Sputum jernih atau
juga merah muda/ pink tinged (Padila, 2012).

8
b. Kebutuhan Nutrisi
Pasien gagal jantung kongestif kadang mengalami mual, kehilangan nafsu makan,
penurunan turgor kulit, berkeringat banyak, muntah dan perubahan berat badan
(Padila, 2012).
c. Kebutuhan cairan dan elektrolit
Pasien gagal jantung kongestif akan mengalami pembatasan pemasukan cairan
karena pada pasien gagal jantung kongestif biasanya mengalami kelebihan
volume cairan yang menyebabkan edema.
d. Aktivitas/istirahat
Pasien gagal jantung kongestif biasanya terjadi kelemahan, kelelahan,
kketidakmampuan untuk tidur (mungkin didapatkan takikardia dan dipsnea pada
saat beristirahat atau pada saat beraktivitas (Padila, 2012).
e. Rasa aman dan nyaman
Timbulnya nyeri dada yang tiba-tiba yang tidak hilang dengan istirahat atau
dengan nitrogliserin. Lokasi nyeri dada substerbnal yang mungkin menyebar
sampai ke lengan, rahang, dan wajah. Karakteristik nyeri dapat dikatakan sebagai
rasa nyeri yang sangat yang pernah dialami. Sebagai akibat tersebut mungkin
didapatkan wajah yang menyeringai. Perubahan postur tubuh, menangis,
perubahan irama jantung, ECG, tekanan darah, respirasi, dan warna kulit sera
tingkat kesadaran (Padila, 2012).

2. Konsep Asuhan Keperawatan Keluarga dengan Penyakit Kronis : CHF


Proses keperawatan keluarga merupakan intisari dari keperawatan yang menjadi
pusat semua tindakan keperawatan. Langkah-langkah proses keperawatan keluarga
(Setiadi,2008):
1) Pengkajian
Pengkajian adalah tahapan seorang perawat mengumpulkan informasi secara terus
menerus terhadap anggota kelaurga yang dibinanya.
Hal-hal yang perlu dikaji pada tahap ini adalah:

9
a) Pengumpulan Data
(1) Data umum :
a) Identitas klien berupa nama kepala keluarga, usia kepala keluarga,
pendidikan kepala keluarga, pekerjaan kepala keluarga, agama, dan
alamat.
b) Komposisi anggota keluarga berdasarkan nama, jenis kelamin, umur,
hubungan dengan klien, agama, pendidikan, dan keterangan.
c) Genogram, yang berfungsi sebagai alat pengkajian informatif untuk
menegetahui keluarga dan riwayat keluarga serta sumbernya, pengkajian
suatu peristiwa dan hubungan antar general, serta menghasilkan hipotensi
sementara tentang kondisi yang terjadi dalam keluarga (Friedman, 2010)
d) Tipe Keluarga, menjelaskan tipe keluarga beserta masalah yang terjadi
dengan jenis tipe keluarga tersebut.
e) Suku Bangsa, bahasa yang digunakan, dapat digunakan untuk
mengidentifikasi terhadap suku keluarga yang bertentangan dengan
kesehatan kebiasaan yang ada hubungannya dengan masalah kesehatan.
f) Agama
g) Status social ekonomi keluarga yang ditentukan oleh penghasilan seluruh
anggota keluarga
h) Aktivitas rekreasi keluarga berupa kesepakatan berkumpul dalam rumah
atau menikmati hiburan di luar rumah.
(2) Riwayat dan tahap perkembangan keluarga terdiri dari tahap perkembangan
keluarga saat ini, tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi,
riwayat kesehatan inti, riwayat kesehatan keluarga sebelumnya.
(3) Data lingkungan yang terdiri dari: karakteristik dan denah rumah, karakteristik
tetangga dan komunitas, mobilitas keluarga, pengumpulan keluarga dan
interaksi dengan masyarakat, sistem pendukung keluarga.
(4) Struktur keluarga terdiri dari : pola komunikasi keluarga, struktur kekuatan
keluarga, struktur dan peran keluarga, nilai dan norma keluarga.

10
(5) Fungsi keluarga terdiri dari fungsi keluarga mengenali masalah, mengambil
keputusan masalah kesehatan terhadap keluarga yang sakit, merawat keluarga
yang sakit, memodifikasi lingkungan, dan memanfaatkan fasilitas kesehatan.
(6) Stress dan koping keluarga terdiri dari stressor jangka pendek dan panjang,
kemampuan keluarga berespon stressor, strategi koping yang digunakan,
strategi adaptasi disfungsional.
(7) Pemeriksaan fisik
(8) Harapan keluarga
b) Analisa Data
Setelah data terkumpul dalam format pengkajian maka selanjutnya dilakukan
analisa data yaitu mengaitkan data dan menghubungkan dengan konsep teori dan
prinsip yang relevan untuk membuat kesimpulan dalam menentukan masalah
kesehatn dan keperawatan keluarga.
Cara nalisa data adalah:
(1) Validasi data, yaitu meneliti kembali data yang terkumpul dalam format
pengkajian
(2) Mengelompokan data berdasarkan kebutuhan biopsiko-spiritual
(3) Membandingkan dengan standar
(4) Membuat kesimpulan tentang kesenjangan yang ditemukan
2) Perumusan Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan merupakan kesimpulan yang ditarik dari data yang
dikumpulkan tentang pasien. Diagnosa keperawatan berfungsi sebagai alat untuk
menggambarkan masalah pasien yang dapat ditangani oleh perawat (Andarmoyo,
2012)
Diagnosa yang mungkin muncul dari masalah keperawatan pada keluarga dengan
anggota keluarga yang menderita CHF berupa (SDKI, 2017):
(1) Penurunan Curah Jantung behubungan dengan Ketidakmampuan keluarga
mengenal masalah
(2) Intoleransi Aktivitas behubungan dengan Ketidakmampuan keluarga mengenal
masalah

11
(3) Pemeliharaan Kesehatan Tidak Efektif berhubungan dengan ketidakmampuan
mengatasi masalah
(4) Manajemen Ksehatan Keluaraga Tidak Efektif behubungan dengan
Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit
3) Prioritas Diagnosa Keperawatan
Skoring dilakukan bila perawat merumuskan diagnosa keperawatan lebih dari satu
masalah. Prioritas masalah kesehatan keluarga dengan menggunakan proses skoring
sebagai berikut:
No Kriteria Skor Bobot
1 Sifat Masalah
a. Tidak/kurang sehat 3
b. Ancaman kesehatan 2 1
c. Keadaan sejahtera 1
2 Kemungkinan masalah dapat diubah
a. Mudah 2
b. Sebagian 1 2
c. Tidak dapat 0
3 Potensial masalah untuk dicegah
a. Tinggi 3
b. Cukup 2 1
c. Rendah 1
4 Menonjolnya masalah
a. Masalah berat harus segera ditangani 2
b. Ada masalah tapi tidak perlu ditangani 1 1
c. Masalah tidak dirasakan 0

Skoring :
(1) Tentukan skor untuk setiap kriteria
(2) Skor dibagi dengan makna tertinggi dan dikalikan dengan bobot

12
Rumus Skoring:

Skor
x Bobot
Angka tertinggi

(3) Jumlah skor untuk semua kriteria


4) Perencanaan Keperawatan Keluarga (Intervensi)
Rencana keperawatan keluarga adalah kumpulan tindakan yang direncanakan
oleh perawat untuk silaksanakan dalam menyelsaikan atau mengatasi maslah
kesehatan / masalah keperawatan yang telah diidentifikasi.
5) Implementasi
Implementasi rencana asuhan keperawatan yaitu melaksanakan apa yang telah
direncanakan, berupa intervensi-intervensi keperawatan yang telah ditetapkan.
6) Evaluasi
Menurut (Sunaryo, 2016), evaluasi dilakukan untuk mengetahui tingkat
perkembangan terhadap implementasi yang dilakukan, serta menilai keberhasilan
aktivitas yang telah dilakukan. Antara lain dengan:
(1) Kumpulkan data tentang respon klien
(2) Bandingkan respon dengan kriteria
(3) Analisa alasan pencapaian tujuan
(4) Modifikasi rencana keperawatan bila perlu.

13
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA
DENGAN PENYAKIT KRONIK : CHF

Kasus
Pada keluarga Tn. R yang sedang sakit ialah Tn. R (50 thn), ia menderita penyakit gagal jantung
kongestif. Tn. R sering merasa kesulitan bernafas dan merasakan nyeri dibagian dadanya dengan
skala nyeri 8 dari 10, terdapat edema pada pergelangan kaki. Tn.R pernah di rawat di RS satu
tahun yang lalu. Saat ini klien mengeluh masih terasa nyeri pada bagian dada dan sekarang
menjadi lebih sering kambuh dan mudah lelah. Klien tidak dapat beraktifitas dan hanya bisa
berbaring ditempat tidur. Tn. R memiliki istri yaitu Ny.S (45 thn). Anak Tn. R ada dua An. P (17
thn) masih bersekolah di SMK dan An. A (12 thn) masih bersekolah di SMP, klien mengatakan
di keluarganya tidak ada yang mempunyai penyakit yang sama seperti yang dialami oleh klien,
dan klien mengatakan mempunyai harapan ingin segera sembuh dari penyakit yang ia alami.
Klien berasal dari suku sunda kebudayaan klien tidak bertentangan dengan kesehatan. Dan
sebelum sakit Tn. R selalu solat di masjid, pendapatan Tn. R diraih dari pekerjaannya sebagai
buruh. Tn. R selalu aktif di lingkungan masyarakan dan sering bergotong royong. Tn. R dan Ny.
S kurang mengetahui tentang gagal jantung, cara pencegahan dan cara untuk mengobati penyakit
tersebut.

1. Pengkajian
A. Data Umum
1) Identitas kepala keluarga
Nama : Tn. R
Umur : 50 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Buruh
Tanggal pengkajian : 24 Oktober 2023
Alamat : Jalan Sukasenang

14
2) Komposisi Keluarga

Hub.
Jenis
No Nama Umur Keluarg Pendidikan Pekerjaan Ket
Kelamin
a
IRT/
1 Ny. S 45 P Istri SMP Sehat
Pedagang
Tidak
2 An. P 17 L Anak SMK Sehat
bekerja
Tidak
3 An. A 12 P Anak SMP Sehat
bekerja

3) Genogram
Klien mengatakan bahwa keluarga klien tidak memiliki riwayat yang sama seperti
yang di alami oleh dirinya.

x x x x

x x

Keterangan:

: Laki-laki : Klien

: Perempuan --------- : Tinggal serumah

15
x : Meninggal

4) Tipe Keluarga
Tipe keluarga Tn.R adalah keluarga inti (nuclear family) yang terdiri dari bapak,
ibu, dan 2 orang anak.
5) Suku Bangsa
Suku bangsa keluarga Tn.R merupakan suku sunda, bahasa yang digunakan
sehari- hari adalah bahasa sunda, tidak ada kebiasaan keluarga yang dipengaruhi
oleh suku yang dapat mempengaruhi kesehatannya
6) Agama
Seluruh keluarga Tn. R beragama islam dan beribadah sesuai perintah agama
yang dianjurkan. Tn. R sering solat berjamaah di masjid dan keluarganya selalu
mengikuti pengkajian rutin di tempatnya.
7) Status sosial ekonomi
Dalam keluarga yang bekerja adalah Tn R sebagai buruh dengan penghasilan
kira-kira Rp 2.000.000,- per bulannya. Digunakan untuk membayar biaya sekolah
kedua anaknya, makan sehari-hari dan untuk berobat. Saat ini karena Tn. R
sedang sakit Tn. R tidak bisa bekerja dan hanya diam dirumah karena tidak bisa
melakukan aktifitas seperti biasa. Sehingga Ny. S mulai berdagang untuk
memenuhi kebutuhan sehari-hari dengan penghasilan Rp 50.000 - per hari.
8) Aktivitas Rekreasi Keluarga
Keluarga Tn R jarang melakukan rekreasi keluarga dikarenakan keluarga Tn. R
lebih mementingkan mencari uang untuk memenuhi kebutuhan keluarganya
daripada rekreasi, biasanya mereka menghabiskan waktu luang dengan hanya
menonton TV dan mengobrol di rumah.
9) Aktivitas Sehari-hari
a) Makan dan Minum
Kebiasaan makan keluarga Tn. R 2-3 kali sehari, minum dengan air putih 6-8
gelas sehari.
b) Istirahat Tidur

16
Kebiasaan tidur Tn. R teratur, tidak ada keluhan, tidur siang 1-2 jam dan tidur
malam 7-8 jam. Ny. S, An. P dan An. A jarang tidur siang dan tidur malam 6-
7 jam dengan tidur nyenyak.
c) Eliminasi
Kebiasaan BAB dan BAK di keluarga Tn. S yaitu BAB 1x/hari dengan
konsistensi padat dan BAK 5-6x/hari dengan warna urine kuning jernih.
B. Riwayat dan tahap perkembangan keluarga
1) Tahap perkembangan keluarga saat ini
Tahap perkembangan keluarga Tn.R saat ini termasuk keluarga dengan anak
remaja, tugas perkembangan keluarga dengan anak remaja seperti:
a. Mempertahankan pola komunikasi
Keluarga Tn.R mempunyai 2 anak usia remaja. Tn.R dan Ny.S sangat terbuka
dengan anaknya. Sehingga anak-anak Tn R selalu menceritakan apapun pada
kedua orang tua nya terlebih lagi pada Ny. S. Tn.R selalu mengajarkan anak-
anaknya untuk selalu bisa menyelesaikan masalah dengan cara dibicarakan
terlebih dahulu.
b. Memberikan kebebasan dalam batasan bertanggung jawab
Keluarga Tn. R menerapkan keseimbangan antara kebebasan yang diberikan
dengan tanggung jawab masing-masing. Ny. S memberi tugas pada anak-
anaknya untuk melakukan kegiatan pribadinya secara mandiri sebagai bukti
bahwa anak mampu mempertanggung jawabkan kewajiban yang telah anak
lakukan.
2) Tugas perkembangan keluarga yang belum terpenuhi
Berdasarkan wawancara, maka didapat informasi bahwa pada anak usia remaja
mulai merasa tekanan yang cukup berat karena semakin tinggi tingkat pendidikan
maka semakin tinggi pula biaya yang dibutuhkan. Tn. R Berpikir apakah dia
sanggup menuntaskan pendidikan anak-anaknya dengan penghasilannya itu.
3) Riwayat kesehatan keluarga
a. Riwayat kesehatan keluarga inti
- Tn.R sedang mengalami gangguan kesehatan yaitu gagal jantung
kongestif. Tn. R mengatakan sering merasa sesak, nyeri dibagian dada

17
dengan skala nyeri 8 dari 10, dan terdapat edema pada pergelangan kaki.
Tn. R mengeluh sekarang menjadi lebih sering kambuh dan mudah lelah.
- Ny. S mengatakan belum pernah mengalami penyakit serius, paling
hanya batuk atau demam.
- An. P dan An. A belum pernah mengalami penyakit serius, hanya batu,
pilek, dan demam.
b. Riwayat keluarga sebelumnya
Tn R. mengatakan keluarga nya tidak memiliki riwayat penyakit seperti yang
dialami oleh dirinya. Tn. R pernah dirawat di rumah sakit setahun yang lalu.
C. Lingkungan
1) Karakteristik rumah
a) Denah Rumah

WC

Dapur Kamar
mandi

Kamar 2

Ruang Tengah

Kamar 1

b) Ruangan
Rumah yang dihuni Tn. R merupakan kontrakan, berukuran 8x5 m², terdiri
dari ruang tengah, 2 kamar tidur, dapur, kamar mandi, dan WC. Lantai terbuat
dari keramik, rumah permanen, dan kebersihan rumah cukup.
c) Pencahayaan
Pencahayaan dirumah Tn. R cukup dengan satu lampu di setiap ruangan.
d) Ventilasi
Sirkulasi udara diperoleh dari pintu depan dan jendela.

18
e) Jamban/WC
Rumah Tn. R memiliki jamban sendiri di dalam rumah. Keadaan kamar mandi
dan wc tampak bersih dengan model WC jongkok. Lantai terbuat dari keramik
dan tidak licin.
f) Sumber air minum
Air minum sehari-hari diperoleh dari air isi ulang. Untuk mandi dan mencuci
menggunakan air pompa.
g) Pembuangan sampah dan air limbah
Sampah keluarga diletakkan ditempat sampah terbuka, Air limbah dibuang ke
got dan kondisi got lancar tetapi agak sedikit berbau.
2) Karakteristik tetangga dan komunitas
Tn.R tinggal di lingkungan yang berpenduduk padat, mayoritas penduduknya
bersuku Sunda. Kebanyakan tetangganya adalah buruh dan pedagang.
Tetangganya akrab dengan keluarga Tn.R dan saling tolong menolong bila
kesusahan.
3) Mobilitas Geografis keluarga
Keluarga Tn R sudah lama tinggal dirumah tersebut. Rumah Tn.R jaraknya 500 m
dari jalan raya, jenis kendaraan yang digunakan biasanya sepeda motor.
4) Perkumpulan keluarga dan interaksi masyarakat
Didalam masyarakat Tn. R tidak mengikuti arisan dan jarang mengikuti
perkumpulan bersama masyarakat. Tetapi keluarga Tn R bisa bersosialisasi
dengan baik bersama masyarakat.
5) Sistem pendukung keluarga
Keluarga mampu merawat Tn. R dengan baik sesuai kemampuan dan
pengetahuan yang ada seperti mengingatkan untuk beristirahat yang cukup,
mengingatkan untuk meminum obat, dan mengantar klien kontrol rutin. Keluarga
selalu menggunakan fasilitas kesehatan yaitu puskesmas. Keluarga Tn. R sering
tolong menolong begitu juga dengan lingkungannya.

19
D. Struktur Keluarga
1) Pola komunikasi keluarga
Pola komunikasi yang digunakan komunikasi terbuka, tiap keluarga berusaha
mengungkapkan pendapatnya masing-masing.
2) Struktur kekuatan keluarga
Keluarga selalu menyelesaikan masalah dengan musyawarah. Semua anggota
keluarga berperan sesuai dengan perannya masing-masing. Dan apabila masalah
tidak teratasi, maka keputusan ada ditangan Tn. R.
3) Struktur Peran
Formal :
a. Tn. R sebagai kepala keluarga sekaligus pencari nafkah untuk memenuhi
kebutuhan keluarganya, disamping itu Tn.R sebagai pendidik, pelindung dan
pemberi rasa aman pada keluarga.
b. Ny. S berperan sebagai istri dan ibu bagi anak-anaknya. Ny. R sebagai ibu
yang memiliki peran untuk mengurusi rumah dan pendidik anak-anaknya.
c. An. P dan An. A berperan sebagai anak sekolah yang harus belajar dan patuh
pada kedua orang tuanya.
Informal:
Setiap anggota keluarga selalu memiliki peran sebagai pendorong bagi yang lain.
4) Nilai atau Norma keluarga
Keluarga menerapkan nilai-nilai agama pada setiap anggota keluarga seperti solat,
mengaji, berpuasa.
E. Fungsi Keluarga
1) Fungsi Afektif
Keluarga Tn.R saling mendukung kebutuhan sehingga dapat terpenuhi kehidupan
sehari-hari, dapat menyelesaikan masalah dengan musyawarah dan keputusan
keluarga yang terakhir ditentukan oleh Tn R sebagai kepala keluarga.
2) Fungsi Sosialisasi

20
Tn. R dan Ny. R dapat membina sosialisasi pada anak-anaknya sehingga dapat
membentuk norma dan aturan-aturan sesuai dengan perkembangan anak-anaknya,
serta dapat meneruskan budaya.
3) Fungsi Ekonomi
Keluarga Tn. R sudah merasa tercukupi masalah kebutuhan pokok.
4) Fungsi Reproduksi
Jumlah anak Tn. R ada 2 orang. Ny. S mengikuti program KB yaitu KB suntik.
5) Fungsi perawatan keluarga
a) Mengenal masalah kesehatan keluarga
Keluarga Tn. R mengatakan bahwa Tn. R terkena gagal jantung kongestif
sehingga saat ini Tn. R tidak bisa melakukan aktifitas seperti biasanya dan
hanya bisa berbaring ditempat tidur kurang lebih 2 bulan. Namun keluarga
tidak mengetahui tentang gagal jantung, penyebabnya dan cara menanganinya.
b) Kemampuan keluarga mengambil keputusan
Sebelum sakit Tn. R selalu mengambil keputusan secara tepat seperti halnya
apabila ada anggota keluarganya yang sakit ia segera membawa ke
puskesmas. Tapi sekarang keputusan ditentukan oleh Ny. S.
c) Kemampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit
Ny. S dengan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit dengan
kemampuan yang dimilikinya. Jika ada yang sakit biasanya diberi obat
warung dulu, jika tidak membaik baru keluarga membawa anggota keluarga
yang sakit ke puskesmas.
d) Kemampuan memodifikasi lingkungan rumah yang sehat
Ny. S mengerti cara memelihara rumah dan pengaruhnya pada keluarga.
e) Kemampuan keluarga mengunakan fasilitas pelayanan kesehatan
Fasilitas kesehatan terdekat adalah puskesmas tapi keluarga mengatakan
jarang membawa anggota keluarga yang sakit ke puskesmas.
6) Stress dan Koping Keluarga
1. Sterss jangka pendek dan panjang
a. Stress jangka pendek

21
Stresor jangka pendek yang dipikir keluarga saat ini yaitu memikirkan
bagaimana cara agar penyakit Tn. R dapat sembuh.

b. Stress jangka panjang


Saat ini keluarga Tn. R memikirkan cara agar anak-anaknya dapat
meneruskan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi dibanding ayah dan
ibunya yang lulusan SMP.
2. Kemampuan keluarga berespon dengan stressor
Keluarga Tn.R selalu melakukan musyawarah dalam menyelesaikan masalah
baik masalah dari dalam lingkungan keluarga atau masyarakat.
3. Strategi koping yang digunakan
Dalam menghadapi masalah selalu berusaha menyelesaikan dengan
musyawarah dan berdoa pada Tuhan.
4. Strategi adaptasi disfungsional
Dalam menghadapi masalah dalam keluarga Tn. R tidak ada anggota keluarga
yang mempunyai kebiasaan marah-marah, mengamuk dan sebagainya dalam
menghadapi masalah selalu diselesaikan dengan mencari solusi.
F. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan Nama Anggota Keluarga
Fisik Tn. R Ny. S An. P An. A
Keadaan Umum Lemah Baik Baik Baik
Kesadaran Composmentis Composmentis Composmentis Composmentis
TTV
Tekanan darah : 140/90 mmHg 120/70 mmHg 120/80 mmHg 110/70 mmHg
Nadi : 110x/menit 88x/menit 80x/menit 78x/menit
Respirasi : 26x/menit 22x/menit 23x/menit 23x/menit
Suhu : 36,50C 36,60C 360C 36,50C
Kepala dan Bentuk kepala Bentuk kepala Bentuk kepala Bentuk kepala
Rambut simetris, simetris, rambut simetris, rambut simetris, rambut
rambut hitam hitam dan hitam dan hitam dan

22
bersih, tidak bersih, tidak ada bersih, tidak ada bersih, tidak ada
ada benjolan, benjolan, tidak benjolan, tidak benjolan, tidak
tidak terdapat terdapat nyeri terdapat nyeri terdapat nyeri
nyeri tekan. tekan. tekan. tekan.
Wajah Tidak terdapat Tidak terdapat Tidak terdapat Tidak terdapat
oedem atau oedem atau oedem atau oedem atau
edema dan edema dan edema dan edema dan
hematom, tidak hematom, tidak hematom, tidak hematom, tidak
terdapat nyeri terdapat nyeri terdapat nyeri terdapat nyeri
tekan. tekan. tekan. tekan.
Mata
Konjungtiva : Tidak anemis Tidak anemis Tidak anemis Tidak anemis
Sklera : Tidak ikterik Tidak ikterik Tidak ikterik Tidak ikterik
Refleks Pupil : Isokor Isokor Isokor Isokor
Fungsi
Penglihatan : Baik, tidak ada Baik, tidak ada Baik, tidak ada Baik, tidak ada
kelainan pada kelainan pada kelainan pada kelainan pada
penglihatan penglihatan penglihatan penglihatan
Hidung Fungsi Fungsi Fungsi Fungsi
penciuman penciuman baik, penciuman baik, penciuman baik,
baik, tidak ada tidak ada nyeri tidak ada nyeri tidak ada nyeri
nyeri tekan tekan tekan tekan
Telinga Fungsi Fungsi Fungsi Fungsi
pendengaran pendengaran pendengaran pendengaran
baik baik baik baik
Mulut Mukosa bibir Mukosa bibir Mukosa bibir Mukosa bibir
tampak pucat lembab lembab lembab
dan kurang Tidak memakai Tidak memakai Tidak memakai
bersih gigi palsu gigi palsu gigi palsu
Tidak memakai
gigi palsu

23
Leher Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada
pembesaran pembesaran pembesaran pembesaran
kelenjar tyroid kelenjar tyroid kelenjar tyroid kelenjar tyroid
Dan tidak ada Dan tidak ada Dan tidak ada Dan tidak ada
pembesaran pembesaran pembesaran JVP pembesaran JVP
JVP JVP
Dada Dada simetris Dada simetris Simetris Simetris
Tidak ada nyeri Tidak ada nyeri Tidak ada nyeri Tidak ada nyeri
tekan tekan tekan tekan
Takikardi
(walaupun
dalam keadaan
beristirahat)
Bunyi jantung
S1 dan S2
lemah
Irama gallop
umum (S3 dan
S4)
Murmur
Nadi cepat
hilang atau
tidak teratur
untuk
dipalpasi.
Ekstremitas
Atas : -Tidak ada lesi, -Tidak ada lesi, -Tidak ada lesi, -Tidak ada lesi,
tidak ada nyeri tidak ada nyeri tidak ada nyeri tidak ada nyeri
tekan, kedua tekan, kedua tekan, kedua tekan, kedua
tangan tangan tangan berfungsi tangan berfungsi
berfungsi berfungsi dengan baik. dengan baik.

24
dengan baik. dengan baik.
Bawah : -Tidak ada lesi, -Tidak ada -Tidak ada -Tidak ada
terdapat edema lesi /edema, lesi /edema, lesi /edema,
di pergelangan tidak ada nyeri tidak ada nyeri tidak ada nyeri
kaki, tidak ada tekan tekan tekan
nyeri tekan
Kulit Kulit pucat Kulit normal Kulit normal Kulit normal
Area yang sakit
sering
berwarna
biru/belang
Genetalia Fungsi Fungsi genetalia Fungsi genetalia Fungsi genetalia
genetalia baik, baik, frekuensi baik, frekuensi baik, frekuensi
frekuensi BAK BAK lancar BAK lancar BAK lancar
lancar dengan dengan dengan frekuensi dengan
frekuensi 5- frekuensi 5-6x/sehari frekuensi
6x/sehari 5-6x/sehari 5-6x/sehari

G. Harapan Keluarga
Harapan yang diinginkan keluarga Tn R yaitu menginginkan agar Tn R bisa segera
sembuh dan melakukan aktifitas seperti biasa, juga anggota keluarganya tidak ada
yang sakit-sakitan dan dapat memelihara kesehatan.
H. Tingkat kemandirian keluarga
Tingkat kemandirian keuarga Tn. R adalah tingkat kemandirian pertama, yaitu dapat
menerima petugas perawatan kesehatan masyarakat, menerima pelayanan perawatan
yang diberikan sesuai rencana keperawatan.

2. Analisa Data
No Data Etiologi Masalah
1 Ds : Ketidakmampuan Penurunan Curah
- Klien mengatakan sering keluarga mengenal Jantung

25
merasa sesak, nyeri dibagian masalah
dada dengan skala nyeri 8
dari 10, jantung berdetak
cepat
- Klien mengeluh sekarang
menjadi lebih sering kambuh
dan mudah lelah.
Do :
- Takikardi (walaupun dalam
keadaan beristirahat)
- Bunyi jantung S1 dan S2
lemah
- Irama gallop umum (S3 dan
S4)
- Murmur jantung
- Warna kulit pucat
- Terdapat edema pada
pergelangan kaki
- TTV
 TD : 140/90 mmHg
 N : 110x/menit
 R : 26x/menit
 S : 36,50C
2 Ds : Ketidakmampuan Intoleransi
- Klien mengeluh mudah lelah keluarga mengenal Aktivitas
- Klien mengatakan sering masalah
merasa sesak napas
- Keluarga klien mengatakan
bahwa klien tidak bisa
melakukan aktifitas seperti
biasanya dan hanya bisa

26
berbaring ditempat tidur.
Do :
- Kulit pucat
- Takikardi
- TTV
 TD : 140/90 mmHg
 N : 110x/menit
 R : 26x/menit
 S : 36,50C
3 Ds : Ketidakmampuan Manajemen
- Keluarga tidak mengetahui keluarga merawat Kesehatan
tentang gagal jantung, anggota keluarga Keluarga Tidak
penyebab dan cara yang sakit Efektif
menanganinya.
- Keluarga mengatakan klien
pernah dirawat tahun lalu
- Keluarga mengatakan
anggota keluarga yang sakit
biasanya diberi obat warung
dulu, jika tidak membaik baru
dibawa ke puskesmas.
Do :
- Gejala penyakit anggota
keluarga semakin memberat
- Aktivitas keluarga untuk
mengatasi masalah tidak tepat

3. Diagnosa Keperawatan
1) Penurunan Curah Jantung behubungan dengan ketidakmampuan keluarga mengenal
masalah, dibuktikan dengan:
Ds :

27
- Klien mengatakan sering merasa sesak, nyeri dibagian dada dengan skala nyeri 8
dari 10, jantung berdetak cepat
- Klien mengeluh sekarang menjadi lebih sering kambuh dan mudah lelah.

Do :
- Takikardi (walaupun dalam keadaan beristirahat)
- Bunyi jantung S1 dan S2 lemah
- Irama gallop umum (S3 dan S4)
- Murmur jantung
- Warna kulit pucat
- Terdapat edema pada pergelangan kaki
- TTV
 TD : 140/90 mmHg
 N : 110x/menit
 R : 26x/menit
 S : 36,50C
2) Intoleransi Aktivitas behubungan dengan Ketidakmampuan keluarga mengenal
masalah, dibuktikan dengan:
Ds :
- Klien mengeluh mudah lelah
- Klien mengatakan sering merasa sesak napas
- Keluarga klien mengatakan bahwa klien tidak bisa melakukan aktifitas seperti
biasanya dan hanya bisa berbaring ditempat tidur.
Do :
- Kulit pucat
- Takikardi
- TTV :
TD : 140/90 mmHg
S : 35,50C
N : 110x/menit
R : 26x/menit

28
3) Manajemen Kesehatan Keluarga Tidak Efektif behubungan dengan Ketidakmampuan
keluarga merawat anggota keluarga yang sakit, dibuktikan dengan:
Ds :
- Keluarga tidak mengetahui tentang gagal jantung, penyebab dan cara
menanganinya.
- Keluarga mengatakan klien pernah dirawat tahun lalu
- Keluarga mengatakan anggota keluarga yang sakit biasanya diberi obat warung
dulu, jika tidak membaik baru dibawa ke puskesmas.
Do :
- Gejala penyakit anggota keluarga semakin memberat
- Aktivitas keluarga untuk mengatasi masalah tidak tepat
4. Prioritas masalah
 Masalah 1 : Penurunan Curah Jantung
No Kriteria Score Bobot Pembenaran
1 Sifat Masalah
- Tidak/kurang sehat 3
- Ancaman kesehatan 2 1 3/3x1=1
- Keadaan Sejahtera 1
2 Kemungkinan masalah dapat diubah
- Mudah 2
- Sebagian 1 2 1/2x2=1
- Tidak dapat 0
3 Potensial masalah untuk dicegah
- Tinggi 3
- Cukup 2 1 3/3x1=1
- Rendah 1
4 Menonjolnya masalah
- Masalah berat harus segera ditangani 2

29
- Ada masalah tapi tidak perlu ditangani 1
- Masalah tidak dirasakan 0 1 2/2x1=1
Total Score 4
 Masalah 2 : Intoleransi Aktivitas
Bobo
No Kriteria Score Pembenaran
t
1 Sifat Masalah
- Tidak/kurang sehat 3
- Ancaman kesehatan 2 1 3/3x1=1
- Keadaan Sejahtera 1
2 Kemungkinan masalah dapat diubah
- Mudah 2
- Sebagian 1 2 1/2x2=1
- Tidak dapat 0
3 Potensial masalah untuk dicegah
- Tinggi 3
- Cukup 2 1 1/3x1=1/3
- Rendah 1
4 Menonjolnya masalah
- Masalah berat harus segera ditangani 2
- Ada masalah tapi tidak perlu ditangani
- Masalah tidak dirasakan 1 1 2/2x1=1

0
Total Score 3 1/3

 Masalah 3: Manajemen Keluarga Tidak Efektif


No Kriteria Score Bobot Pembenaran
1 Sifat Masalah
- Tidak/kurang sehat 3
- Ancaman kesehatan 2 1 1/3x1=1/3

30
- Keadaan Sejahtera 1
2 Kemungkinan masalah dapat diubah
- Mudah 2
- Sebagian 1 2 1/2x2=1
- Tidak dapat 0
3 Potensial masalah untuk dicegah
- Tinggi 3
- Cukup 2 1 3/3x1=1
- Rendah 1
4 Menonjolnya masalah
- Masalah berat harus segera ditangani 2
- Ada masalah tapi tidak perlu ditangani
- Masalah tidak dirasakan 1 1 0/2x1=0

0
Total Score 2 1/3

Diagnosa Keperawatan berdasarkan prioritas masalah:


1) Penurunan Curah Jantung behubungan dengan ketidakmampuan keluarga
mengenal masalah
2) Intoleransi Aktivitas behubungan dengan Ketidakmampuan keluarga mengenal
masalah
3) Manajemen Kesehatan Keluarga Tidak Efektif behubungan dengan
Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit

31
5. Intervensi Keperawatan
Tujuan
No Diagnosa Intervensi
Tujuan Panjang Tujuan Pendek
1 Penurunan Curah jantung Setelah dilakukan Perawaatan Jantung
curah meningkat setelah intervensi Observasi :
jantung 5 kali kunjungan keperawatan - Identifikasi tanda gejala
rumah. sebanyak 5 kali, primer penurunan curah
maka keluarga jantung (dyspnea,
memahami tetang kelelahan, edema,
perawatan ortopnea,dll)
anggota keluarga - Identifikasi tanda gejala
dalam penurunan sekunder penurunan
curah jantung curah jantung
dengan kriteria (peningkatan BB,
hasil: hepatomegaly,
- Kekuatan nadi palpitasi,batuk, kulit
perifer pucat, dll)
meningkat - Monitor tekanan darah
- Takikardi - Monitor berat badan pada
menurun waktu yang sama
- Lelah Terapeutik:
menurun - Berikan diet jantung yang
- Edema sesuai (batasi kafein,
menurun natrium, kolestrol, dan
- Dispnea makanan tinggi lemak)
menurun - Fasilitasi pasien dan
keluarga untuk
memodifikasi gaya hidup

32
- Berikan terapi relaksasi
untuk mengurangi stress,
jika perlu
- Berikan dukungan
emosional dan spiritual
Edukasi
- Anjurkan beraktivitas
fisik sesuai toleransi
- Anjurkan aktivitas fisik
secara betahap
Kolaborasi
- Rujuk ke rehabilitasi
jantung
2 Intoleransi Toleransi Setelah dilakukan Promosi Dukungan
Aktivitas aktivitas intervensi Keluarga
meningkat setelah keperawatan Observasi
5 kali kunjungan sebanyak 5 kali, - Identifikasi sumber daya
rumah maka keluarga fisik
memahami tetang - Identfikasi kebutuhan dan
perawatan harapan anggota keluarga
anggota keluarga - Identifikasi persepsi
dalam toleransi tentang situasi, pemicu
aktivitas dengan kejadian, perasaan, dan
kriteria hasil: prilaku pasien.
- Kemudahan Terapeutik
dalam - Sediakan lingkungan
melakukan yang nyaman
aktivitas - Fasilitasi program
sehari-hari perawatan dan
meningkat pengobatan yang dijalani
- Keluhan lelah anggota keluarga

33
menurun - Diskusikan anggota
- Dispnea saat keluarga yang akan
beraktivitas dilibatkan dalam
menurun perawatan
- Dispnea - Diskusikan jenis
setelah perawatan di rumah
beraktivitas Edukasi
menurun - Jelaskan kepada keluarga
- Tekanan darah tentang perawatan dan
membaik pengobatan yang dijalani
pasien
3 Manajemen Manajemen Setelah dilakukan Dukungan Keluarga
Kesehatan kesehatan intervensi Merencanakan Perawatan
Keluarga keluarga keperawatan Observasi
Tidak Efektif meningkat setelah sebanyak 5 kali, - Identifikasi kebutuhan
5 kali kunjungan maka klien dan dan harapan keluarga
rumah keluarga mampu tentang kesehatan
mengatasi - Identifikasi konsekuensi
manajemen tidak melakukan tindakan
kesehtan bersama keluarga
keluargamen - Identifikasi tindakan yang
dengan kriteria dapat dilakukan keluarga
hasil: Terapeutik
- Melakukan - Motivasi pengembangan
tindakan sikap dan emosi yang
untuk mendukung upaya
mengurangi kesehatan
faktor resiko - Gunakan sarana yang ada
meningkat dalam keluarga
- Menerapkan Edukasi
program - Informasikan fasilitas

34
keperawatan kesehatan yang ada di
meningkat lingkungan keluarga
- Aktivitas - Anjurkan menggunakan
hidup sehari- fasilitas kesehatan yang
hari efektif ada
memenuhi - Ajarkan cara perawatan
tujuan yang bisa dilakukan
kesehatan keluarga
meningkat

35
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
CHF (Congestive Heart Filure) adalah ketidakmampuan jantung untuk
memompakan darah dalam jumlah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan oksigen dan
nutrisi jaringan. Penyebab Gagal jantung Kongestif / CHF yaitu kelainan otot jantung,
aterosklerosis coroner, peradangan dan penyakit miokardium degenerative, hipertensi
sitemik atau pulmonal, faktor sistemik, dan penyakit jantung lain. Sebagian masyarakat
tentunya banyak yang belum mengetahui mengenai penyakit CHF ataupun cara merawat
keluarga dengan penyakit kronik seperti CHF. Maka dari itu perawat dituntut untuk bisa
berperan sebagai pendidik, pemberi pelayanan, advokat keluarga, penemu kasus, peneliti,
coordinator, fasilitator, konselor, dan pengubah atau pemodifikasi lingkungan dalam
masyarakat.
B. Saran
Kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan, kedepannya saya
akan lebih fokus dan detail dalam menjelaskan tentang makalah di atas dengan sumber-
sumber yang lebih banyak yang tentunya dapat di pertanggung jawabkan. Oleh karena
itu, penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca.

36
DAFTAR PUSTAKA

Nurarif Amin Hudan, 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis Nanda
Nic-Noc. Yogyakarta: Mediaction
Muttaqin Arif, 2012, Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem
Kardiovaskuler Dan Hematologi. Jakarta: Salemba Medika
Majid Abdul, 2017. Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Gangguan Sistem
Kardiovaskular. Yogyakarta: Pustaka Baru Press
Kasron, 2012. Buku Afar Gangguan Sistem Kardiovaskuler. Yogyakarta: Nuha Medis
Padila, 2012. Keperawatan Medikal Bedah Yogyakarta: Nuha medika
Farhan Z & Ratnasari D. 2017. Patofisiologi Keperawatan. Manggu MakmurTanjung Lestari:
Bandung
Nursalam, dkk. 2009. Proses Dan Dokumentasi Keperawatan Konsep DanPediatrik. Jakarta:
Salemba Medika
Potter, P.A. 2009. Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses, Dan Praktik. Edisi 4.
Volume 2. Alih Bahasa: Renata Komala Sari, dkk. Jakarta: EGC
Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI). 2017. Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia
(SDKI). Jakarta Selatan : Dewan Pengurus Pusat PPNI
Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI). 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia
(SLKI). Jakarta Selatan : Dewan Pengurus Pusat PPNI
Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI). 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
(SIKI). Jakarta Selatan : Dewan Pengurus Pusat PPNI

37

Anda mungkin juga menyukai